PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN KAFILAN PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS Pendidikan Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilan Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta Dalam Menyiapkan Kader Militan Muhammad

(1)

PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN KAFILAN PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DALAM MENYIAPKAN KADER

MILITAN MUHAMMADIYAH TAHUN 2016

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd,I) Oleh :

Novi Paresti NIM: G000120043 NIRM: 14/X/02.2.1/3479

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN KAFILAH PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DALAM MENYIAPKAN KADER

MILITAN MUHAMMADIYAH TAHUN 2016

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh Novi Paresti NIM: G000120043

Telah diperiksa dan disetuji untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN KAFILAH PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DALAM MENYIAPKAN KADER

MILITAN MUHAMMADIYAH TAHUN 2016

OLEH: Novi Paresti NIM: G000120043

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari 28 Mei 2016

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji: 1. Dr. Mutohharun Jinan, M.Ag

(Ketua Dewan Penguji) 2. Drs. Najmudin Zuhdi, M.Ag

(Sekretaris Dewan Penguji) 3. Dra. Mahasri Shobahiya, M.Ag

(Anggota Dewan Penguji)

Dekan,


(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkn orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan sisebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarat, 18 Agustus 2016 Penulis

Novi Paresti NIM: G000120043


(5)

1

PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN KAFILAH PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DALAM MENYIAPKAN KADER

MILITAN MUHAMMADIYAH TAHUN 2016 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAK

Dalam suatu organisasi kader dan pendidikan perkaderan sangatlah penting, kader sebagai motor penggerak organisasi dan pendidikan perkaderan adalah pendidikan yang ditananmkan kepada kader agar nantinya siap dalam melaksanakan tugas dan amanah selanjutnya dalam organisasi sebagai ujung tombak. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta, memiliki pendidikan perkaderan yang tetap berpedoman pada sistem perkaderan Muhammadiyah. Serta kepanduan Hizbul Wathan memiliki pendidikan perkaderan yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.

Dalam penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana pendidikan perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan Muhammadiyah, serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan sistem perkaderan tersebut. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yakni adalah penelitian kualitatif, yang langsung mengamati ke lapangan. Sebelumnya melakukan observasi, dokumentasi, wawancara dan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil-hasil yang telah didapatkan.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwasanya sistem atau pendidikan perkaderan yang dipakai oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta mampu menyiapkan kader-kader militan dan tangguh. Namun, selama dalam pelaksanaan pendidikan perkaderan Hizbul Wathan Moh. Djazman menjumpai beberapa faktor pendukung yakni: Pertama, kesadaran semua elemen tentang pentingnya pelaksanaan pendidikan perkaderan. Kedua, adanya kemauan semua elemen dalam diri masing-masing. Ketiga, adanya kemampuan semua elemen dalam diri masing-masing dalam melaksanakan pendidikan perkaderan. Kemudian faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan perkaderan yakni: Pertama, kurangnya komunikasi yang baik antar pelaksana pendidikan perkaderan. Kedua, kurang professionalnya sikap instruktur dalam membina kader-kader penerus. Ketiga, kesibukan masing-masing individu dalam urusan masing-masing.

Dalam pendidikan perkaderan yang disusun, kemudian diterapkan kepada kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat kepemimpinan di Persyarikatan nantinya setelah kembali ke daerah masing-masing. Dalam pendidikan perkaaderan ini, Hizbul Wathan Moh. Djazman mendidik dan melatih kader agar nantinya siap dan mampu melaksanakan cita-cita persyarikatan Muhammadiyah. Dan mampu menjaga nama baik organisasi yang


(6)

2

dinaungi dan benar-benar berjuang dengan sungguh-sungguh, sebagai penyempurna amanah.

Kata Kunci: Pendidikan Perkaderan, Hizbul Wathan, Kader Militan. ABSTRACT

In an organization, cadre and cadre-forming education are very important. Cadre is a driving force of organization and cadre-forming education is an education implanted to the cadres in order that they are ready to do tasks and mandates in future, then, in the organization, they will be the spearhead. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman (The Scout Movement of Hizbul Wathan of Moh. Djazman Guide Contingent) of Muhammadiyah University of Surakarta has a cadre-forming education that keeps on basing on the guidance of the cadre-forming system of Muhammadiyah. In addition, the scout of Hizbul Wathan has the cadre-forming education which is based on Al-Quran and As-Sunnah.

This research explained about how the cadre-forming education of the Scout Movement of Hizbul Wathan of Moh. Djazman Guide Contingent of Muhammadiyah University of Surakarta in preparing militant cadres of Muhammadiyah, as well as the supporting factors and the inhibiting factors in implementing the system of the cadre-forming. The method of research which was used in this research was a qualitative research which directly conducting an observation on the field. Previously, observation, documentation, interview, and conclusion taking based on the results which were obtained were conducted.

The results of this research revealed that the system of the cadre-forming education used by (The Scout Movement of Hizbul Wathan of Moh. Djazman Guide Contingent) of Muhammadiyah University of Surakarta was able to prepare militant and strong cadres. Nevertheless, during the implementation of the cadre-forming education of Hizbul Wathan Moh. Djazman, several supporting factors were encountered: First, the awareness of all elements on the importance of the implementation of the cadre-forming education. Second, the presence of all elements‟ willingness in themselves. Third, the presence of all elements‟ abilities in themselves in conducting the cadre-forming education. Then, the inhibiting factors which inhibited the implementation of the cadre-forming education were: First, the lack of a good communication among the executors of the cadre-forming education. Second, the lack of proffesionalism of the instructors‟ attitudes in guiding the next-generation cadres. Third, the activities of each individual in their own business.

The cadre-forming education which was arranged was then being implemented to the cadres in order that they become the cadres who are militant, strong, and ready to continue the leadership stick in the organization in future after returning to their own region. In this cadre-forming education, Hizbul Wathan Moh. Djazman educated and trained the cadres in order that they are ready and able to implement the goals of Muhammadiyah organization in future.


(7)

3

In addition, they are also able to save face of the organization of their umbrella and really struggle hard to complete the mandates.

Keywords: The cadre-forming education, Hizbul Wathan, Militant Cadre. 1. PENDAHULUAN

Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma‟ruf nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al–Qur‟an dan As -Sunnah yang didirikan oleh Kiai H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah memiliki amal usaha dan organisasi otonom sebagai ujung tombak perjuangan. Organisasi otonom (ortom) adalah organisasi atau badan yang dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula dalam mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah.1

Ortom Muhammadiyah ada dua kategori yaitu ortom khusus dan ortom umum, yang khusus adalah „Aisyiyah sedangkan ortom umum adalah Hizbul Wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Nasyiatul „Aisyiyah, dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Ortom yang umum sering disebut dengan Angkatan Muda Muhammadiyah yaitu pewaris, penerus, pelopor, dan penyempurna cita–cita amal usaha Muhammadiyah.2

Kaderisasi sangat penting karena ketersediaan kaderlah yang menjadi motor penggerak organisasi Muhammadiyah berjalan terus dari masa ke masa. Maka dari itu perlu adanya perbaikan kaderisasi agar nasib Muhammadiyah tidak seperti organisasi lain di dunia yang hancur karena ketidaktersediaan kader yang mumpuni. Muhammadiyah membutuhkan kader yang militan, karena itu kader Muhammadiyah harus selalu siap menerima tongkat kepemimpinan. Dalam hal membangun militansi

1

www.muhammadiyah.or.id/id/content-48-det-organisasi-otonom.html diunduh 22 Maret 2016 pada pukul 13.35 WIB.

2

MPKPPM, Sistem Perkaderan Muhammadiyah (Yogyakarta: Majelis Pendidikan Kader


(8)

4

bermuhammadiyah, yakni sebagai berikut. Pertama, kesungguhan dalam berjuang. Kedua, tidak menduakan Muhammadiyah. Ketiga, bukan menjadikan Muhammadiyah sebagai batu loncatan. Keempat, memajukan gerakan Muhammadiyah.

Melihat latar belakang yang dijelaskan diatas, maka penulis memandang penting untuk meneliti Pendidikan Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam Menyiapkan Kader Militan Muhammadiyah. Karena, Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang pertama kali berdiri yakni adalah Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta yang juga sekaligus pertama kali memiliki sistem pengkaderan sendiri, karena dari Kwartir Pusat belum membuat sistem pengkaderan Hizbul Wathan untuk Tingkat Perguruan Tinggi Muhammadiyah.

Hizbul Wathan yang biasa disingkat HW yakni merupakan gerakan kepanduan dalam Muhammadiyah, dan Hizbul Wathan sendiri berstatus sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak khusus dibidang kepanduan. Pandu Hizbul Wathan didirikan oleh Kiai H. Ahmad Dahlan pada tahun 1918. Dengan nama Padvinder Muhammadiyah. Tokoh perintisnya adalah Siraj Dahlan dan Sarbini, atas usul K.H Agus Salim.3 Istilah belanda ’Padvinder’diubah menjadi “Kepanduan Muhammadiyah” pada tahun 1920, atas usul K.H.R Hajid. Kepanduan Muhammadiyah ini kemudian dinamakan Pandu Hizbul Wathan yang artinya pembela tanah air. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan merupakan pendidikan bagi orang dewasa dengan tidak meninggalkan prinsip dasar kepanduan dan berpedoman kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah, serta tidak meninggalkan aqidah Islam.4

3

Syamsul Hidayat, Studi Kemuhammadiyahan (Surakarta: Lembaga Pengembangan

Ilmu-ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012), hlm. 169.

4

Dewan Kafilah Penuntun, Sistem Pengkaderan Pandu Penuntun (Surakarta: Divisi


(9)

5

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : bagaimana sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dapat menyiapkan kader militan Muhammadiyah? Apa yang menjadi faktor pendukung serta faktor penghambat Gerakan kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam pelaksanaan sistem perkaderan menyiapkan kader militan Muhammadiyah?

Berdasarkan rumusan masalah diatas, selanjutnya tujuan penelitian ini adalah diantaranya sebagai berikut: untuk mendeskripsikan sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan Muhammadiyah. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung serta faktor penghambat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan Muhammadiyah

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yakni sebagai berikut: Secara Teoritik Hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya tentang pendidikan perkaderan di Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta. Secara Praktis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan informasi, dan pada akhirnya dapat bermanfaat bagi Persyarikatan Muhammadiyah khususnya Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field reseach), yaitu penelitian yang mengumpulkan datanya dilakukan dilapangan, seperti lingkungan masyarakat, lembaga–lembaga, dan organisasi kemasyarakatan, atau dapat diartikan penelitian dengan jalan terjun langsung ketempat penelitian untuk mengamati dan terlibat langsung


(10)

6

dengan objek penelitian.5 Maka, pendekatan penelitian yang di pakai oleh penulis adalah pendekatan penelitian kualitatif.

Metode Pengumpulan Data: Metode Observasi: Observasi didefinisikan sebagai proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Metode observasi adalah pengamatan yang memungkinkan peneliti mencatat semua peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.6 Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian besifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam, proses kerja dan penggunaan responden kecil.7 Metode Wawancara: Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian–pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi (pengamatan). Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar kesediaan dan dalam setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan mengedepankan trust sebagai landasan utama dalam proses memahami.8 Maksud pemakaian metode ini adalah untuk mengetahui serta memperoleh data tentang sejarah berdirinya organisasi, struktur organisasi, program kegiatan, jadwal kegiatan, keadaan pengurus, keadaan alumni, kemudian faktor pendukung dan faktor penghambat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan Muhammadiyah. Metode Dokumentasi: Dokumentasi adalah ditujukan

5

Moleong lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), hlm. 4.

6

Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi dan Focus Groups: sebagai Instrumen

Penggalian Data Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers. 2013), hlm. 131.

7

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula

(Bandung: Alfabeta. 2009), hlm. 76.

8


(11)

7

untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi buku-buku yang relevan, peraturan–peraturan laporan kegiatan, foto–foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.9 Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen merupakan catatan karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.10 Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang–barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda–benda yang tertulis seperti buku–buku, majalah, dokumen, peraturan–peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Metode ini dipakai sebagai pelengkap data hasil observasi, serta untuk menggali data dari Pendidikan Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tempat penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yakni di Markas Komando Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan subjek penelitiannya adalah semua yang mempunyai kepentingan sebagai narasumber penelitian, pengurus Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta, Anggota Purna Tugas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Metode Analisis Data. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data, yaitu pengolahan data untuk menarik kesimpulan. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik deskritif kualitatif, yaitu menggambarkan fenomena–fenomena yang ada pada saat ini atau saat lampau, dari seluruh data hasil observasi, wawancara dan

9

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula

(Bandung: Alfabeta. 2009), hlm. 77 .

10

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Penelitian Gabungan


(12)

8

dokumentasi.11 Penelitian ini menggambarkan suatu kondisi apa adanya berdasarkan data yang diperoleh digolongkan, dipilah atau direduksi, kedua menyajikan data yang direduksi dalam bentuk narasi, dan terakhir adalah penarikan kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Sistem Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam Menyiapkan Kader Militan Muhammadiyah

Sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan dikembangkan dan dipenuhi melalui pendidikan dan pelatihan, adapun jenjang pendidikan dan pelatihan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pertama, pendidikan dan latihan anggota dasar (DA). Kedua, pendidikan dan latihan lanjut (Dikjut). Ketiga, pendidikan dan pelatihan instruktur (Dikins). Pada periode 2015 yang lalu telah terlaksananya pendidikan dan pelatihan anggota dasar, dan pada periode 2016 telah terlaksananya pendidikan dan pelatihan lanjut dan pendidikan dan latihan instruktur.12

Berdasarkan hasil observasi, penulis menyatakan bahwasanya sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta benar-benar mampu menghasilkan kader-kader militan. Indikator kader militan adalah penerus organisasi yang bertanggung jawab, yang memiliki kesungguhan dalam berjuang, mempunyai akhlaq yang baik. Setelah kader mengikuti pendidikan pelatihan anggota dasar dan pendidikan pelatihan lanjut, kader mengikuti program kerja kegiatan organisasi yang disusun dengan sangat baik. Dalam pelaksanaan program kegiatan yang disusun Hizbul Wathan Moh. Djazman, Contoh ketika persiapan untuk acara kajian mingguan yang di program oleh Divisi Al-Islam Kemuhammadiyahan Hizbul

11

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), hlm. 54.

12


(13)

9

Wathan Moh. Djazman, kader bertanggung jawab atas terlaksana dengan baiknya acara kajian tersebut, kader bersungguh-sungguh dalam menyiapkan acara kajian tersebut, serta kader berakhlaq mulia. Itu semua dilaksana dengan secara terus-menerus dalam melaksanakan program kegiatan, dengan adanya program kegiatan Hizbul Wathan Moh. Djazman dari sanalah kader dilatih untuk menjadi kader militan Muhammadiyah.

Sesuai dengan materi pembinaan dalam perkaderan, maka kader Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman tersebut harus memiliki kriteria tertentu dalam aspek ideologi, ilmu pengetahuan, wawasan, dan kepemimpinan. Sehingga kualitas Iman, Islam dan Ihsan terpadu pada dirinya dalam menjalankan tugas persyarikatan pada umumnya, dan pada Hizbul Wathan khususnya. Profil kader Hizbul Wathan, bermental militan dan teguh pendirian, berkepribadian yang mandiri, tangguh, terampil, cekatan dan sigap. Serta profil kader Hizbul Wathan harus sesuai dengan undang-undang pandu Hizbul Wathan, kader memiliki sifat dapat dipercaya, setiawan, siap menolong dan wajib berjasa. Suka perdamaian dan persaudaraan, mengerti adat, sopan santun dan perwira, menyayangi kepada semua makhluk, melaksanakan perintah tanpa membantah, sabar dan pemaaf, teliti dan hemat, serta suci hati, pikiran, perkataan dan perbuatan. Menjaga nama baik Hizbul Wathan, tidak bertingkah angkuh. Profil kader adalah gambaran ideal tentang bagaimana wajah dan perilaku kader Hizbul Wathan dalam kehidupan sehari-hari.

Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Sistem Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta

Berdasarkan faktor pendukung yang penulis terangkan di bab IV (empat) menyatakan ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai


(14)

10

berikut ini: Administrasi atau Dokumentasi dapat menjadi pedoman dan acuan, teman-teman berkemampuan ditunjang ke adik-adik Hizbul Wathan atau kader baru, melakukan pengawasan terhadap kader baru, kemudian pendekatan personal sangat dibutuhkan.13 Sumber daya manusia meningkat, letak geografis Hizbul Wathan yang strategis, Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah masih baru. Kemauan dan kemampuan. Jika mau maka mampu, jika mampu maka harus mau. Adanya dana karena jika tidak ada dana maka tidak akan bisa melaksanakan pendidikan perkaderan, personil yang mau bekerjasama, mendapatkan dukungan dari Qabilah dan Pembina, serta kesadaran semua elemen yang terlibat dalam pelaksanaan sistem perkaderan.14

Kemudian penulis menarik kesimpulan dari faktor pendukung tersebut yakni: Pertama, kesadaran semua elemen yang terlibat didalamnya yang menyadari pentingnya dilaksanakannya sistem perkaderan itu sendiri, untuk menghasilkan kader penerus, sebagai motor penggerak kemajuan Hizbul Wathan Kafilah Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kedua, adanya kemauan dari dalam diri semua elemen untuk melaksanakan sistem perkaderan tersebut. Ketiga, adanya kemampuan untuk melaksanakan sistem perkaderan tersebut. Karena, kesadaran, kemauan dan kemampuan memang sudah tertanam dalam diri pengurus, sehingga pengurus mengerti tentang betapa pentingnya pelaksanaan sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk menghasilkan kader yang diharapkan sebagai motor penggerak organisasi otonom persyarikatan Muhammadiyah.

Analisis Faktor Penghambat: Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah masih baru, kedudukan Hizbul Wathan di Universitas Muhammadiyah Surakarta masih muda sehingga sistem perkaderan belum runtut, dan masih terlaksana secara kondisional. Kemudian juga kuantitas

13

Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 36.

14


(15)

11

personil banyak namun berbeda angkatan sehingga kesulitan dalam berkoordinasi. Serta kurangnya komunikasi yang baik.15 Purna tugas tidak dapat membantu dalam pelaksanaan sistem perkaderan, serta krisis pelatih dalam berbagai bidang yakni seperti Ilmu Medan Peta dan Kompas (IMPK), kesehatan. Kurangnya rasa sadar diri dari pengurus untuk pelaksanaan pendidikan perkaderan ini. Tingginya rasa minder dari peserta diklat terhadap peserta diklat lainnya yang mempunyai kemampuan diberbagai bidang. Minimnya dana untuk melangsungkan kegiatan pendidikan perkaderan. Kurangnya personil yang ahli dalam bidangnya, kemampuan yang dimiliki masing-masing personal tidak berkembang. Adanya rasa iri peserta diklat terhadap peserta diklat yang lain atas perlakuan yang berbeda dari instruktur yang menyebabkan timbulnya rasa kecemburuan sosial. Adanya permasalahan internal di organisasi Hizbul Wathan itu sendiri. Serta kurangnya komunikasi yang baik, meski kemajuan teknologi sudah sangat maju. Kurangnya kesadaran diri dari teman-teman pengurus terhadap tugas yang diamanahkan. Personil seperti antara ada dan tiada. Kesibukan masing-masing personil yang menyebabkan sulitnya membagi waktu. Komunikasi yang kurang antara satu dengan yang lain.16 Kemudian penulis menarik kesimpulan dari faktor penghambat tersebut yakni: Pertama, komunkasi yang kurang bauk dari semua pengurus dalam koordinasi pelaksanaan sistem perkaderan. Kedua, sikap kurang profesional dari instruktur dalam meperlakukan kader yang menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial sehingga membuat kader menjadi enggan untuk mengikuti pendidikan perkaderan. Ketiga, kurangnya tenaga ahli, ataukurangnya tenaga ahli instruktur dibidang-bidang tertentu dipandangnya kader yang lain tidak memiliki kesempatan untuk mempunyai kemampuan dibidang tertentu, dan pada akhirnya menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan tersebut. Keempat, kurang professionalnya pengurus dalam menyelesaikan permasalahan

15

Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 39.

16


(16)

12

internal dalam organisasi dan efenya kurang baik pada saat pelaksanaan sistem perkaderan yang dinginkan. Berdasarkan faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kaflah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta, bahwa faktor pendukungnya menunjukkan bahwasanya seluruh elemen yang terlibat dalam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman menyadari akan pentingnya pelaksanaan pendidikan perkaderan itu sendiri, serta tingginya rasa kemauan dari seluruh elemen dan memang benar-benar mampu untuk melaksanakan pendidikan perkaderan. Terbukti dari tahun ke tahun sistem perkaderan yang diterapkan oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta mampu menghasilkan kader militan, kader yang tangguh, serta kader-kader yang siap berkembang dan siap berjuang di daerahnya masing-masing. Kemudian dilihat dari faktor penghambat, bahwasanya elemen pelaksanaan pendidikan perkaderan kurang mampu berkomunikasi dengan baik, kurangnya komunikasi yang baik diantara personil satu dengan personil lainnya, dan juga sikap instruktur yang kurang professional dalam membina dan membimbing kader-kader, yang pada akhirnya menyebabkan kecemburuan sosial yang tinggi. Sehingga kader merasa sungkan, dan berfikir dua kali untuk mengikuti sistem perkaderan ini. Dengan adanya berbagai macam hambatan-hambatan yang dihadapi tersebut, pelaksana sistem perkaderan menyelesaikan hambatan dengan bersama-sama. Mencari jalan keluar yang akan dilakukan agar kader tidak merasakan kecemburuan sosial dan agar kader tidak merasa sungkan mengikuti sistem perkaderan.

4. PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: Sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas


(17)

13

Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan Muhammadiyah Tahun 2016. Sistem perkaderan yang dimiliki Hizbul Wathan pertama kali dilaksanakan pada tahun 2012. Selanjutnya di tahun-tahun berikutnya juga memakai sistem perkaderan yang sama. Pertama, pendidikan dan pelatihan anggota dasar. Kedua, pendidikan dan pelatihan lanjut. Ketiga, pendidikan dan pelatihan instruktur. Dan mampu menghasilkan kader militan Muhammadiyah. Hizbul Wathan mampu menghasilkan kader-kader tangguh dan militan. Itu semua tidak terlepas dari berbagai macam hambatan yang dihadapi, yakni komunikasi yang kurang baik antara satu dengan yang lain. Kurang professional instruktur dalam memperlakukan kader yang akan dididik dan dilatih. Kurangnya tenaga ahli dalam bidang-bidang tertentu, tidak berkembangnya kemampuan dibidang-bidang tersebut. Serta kurang professional, dan tidak sigap dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang dihadapi dalam internalisasi organisasi Hizbul Wathan itu sendiri.

Saran

Untuk seluruh pengurus atau pelaksana sistem perkaderan: Agar mampu menjaga komunikasi dengan baik, saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Selalu berkoordinasi, agar tidak terlihat berjalan sendiri-sendiri dalam suatu organisasi. Sehingga dapat menghasilkan hasil yang sama-sama diharapkan. Untuk semua pengurus agar selalu bersikap professional dalam menghadapi serta menyelesaikan setiap permasalahan yang ada, tidak membiarkan masalah yang berlarut-larut dan berdampak tidak baik bagi kegiatan Hizbul Wathan nantinya.

Untuk para pendidik kader atau instruktur: Untuk tidak bersikap terlalu memihak kepada salah satu orang kader saja, hanya memberikan bimbingan serta arahan ke beberapa kader yang dianggap cerdas saja, namun kader yang belum tahu juga diberikan pengarahan serta bimbingan supaya mengerti, dan agar tidak menyebabkan tingginya rasa kecemburuan sosial. Untuk instruktur agar mampu mengajarkan, mengarahkan, membimbing kader pada bidang-bidang tertentu, agar semakin banyak


(18)

14

pewaris tenaga ahli pada bidang-bidang tertentu, supaya kemampuan tersebut berkembang di Hizbul Wathan Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta.

PERSEMBAHAN

“Ibuu dan Abaa, Terimakasih atas segalanya. Terimakasih untuk cinta dan kasih sayangnya selama ini. Terimakasih untuk doa-doanya, Terimakasih untuk semangat dan jerih payah selama ini untukku. Maafkan, belum bisa membahagiakan. Namun, sebagai penghapus rasa lelah untuk Ibuu dan Abaa, sebagai bentuk rasa cinta kasih dan sayang yang sangat besar ini. Ku persembahkan karya sederhana ini untuk Ibuu dan Abaa.”

“Kedua adik ku tercinta, Ananda Pratiwi Fairus dan Ananda Nazhifathun Nissa Fairus, Terimakasih atas semuanya saudariku, karena kalian berdua, Ayuk selalu berusaha menjadi contoh yang baik untuk kalian, Dik. Terimakasih kasih dan sayangnya.”

“Dengan penuh rasa cinta dan bangga, dengan ketulusan hati, ku persembahkan karya sederhana ini untuk organisasi yang telah mendidik dan melatih ku. Dari seorang kader yang lembek, kemudian bermetamorfosis sebagai kader yang siap menjalankan kewajiban di Persyarikatan. Organisasi yang didalamnya terdapat manusia-manusia yang mengajarkan manisnya pengabdian, asam, pahitnya perjuangan, sakitnya pengkhianatan, indahnya kebersamaan serta canda dan tawa yakni Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta yang sangat ku cintai dan ku banggakan. Terimakasih untuk semuanya”

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Idi. Sosiologi Pendidikan Individu Masyarakat dan Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset. 2013.

Abror, Muchlas. Muhammadiyah Persamaan dan Kebersamaan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. 2010.

Adawiyah, Afifah Siti. Internalisasi Nilai Kepemimpinan Islam dalam Ekstrakurikuler Kepanduan Hizbul Wathan di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi. 2014. (Unpublished)

Dzikron, Muhammad. Ketrampilan Kepanduan Hizbul Wathan. Klaten: Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Klaten. 2011.

Haris, Herdiansyah. Wawancara, Observasi dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Perss. 2013.

Hidayat, Syamsul. Studi Kemuhammadiyahan. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012.

Kafilah, Dewan. Sistem Pengkaderan Pandu Penuntun. Surakarta: Divisi Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman UMS. 2014.


(19)

15

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. 2014.

Lihayati, Tanjung. Peran Sekolah Sebagai Media Kaderisasi Muhammadiyah di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi. 2014. (Unpublished)

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.

Nashir, Haedar. Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. 2010.

PP Muhammadiyah, MPK.. Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Yogyakarta: Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2015

Puspaningrum, Deni. Implementasi Nilai Kerjasama dalam Kegiatan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Skripsi. 2014. (Unpublished)

Riduwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. 2009.

Rukman, Edi. Pesantren Kader Muhammadiyah di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surakarta Periode 2005–2010. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Skripsi. 2012. (Unpublished)

Santoso, Muhammad Abdul Fattah. Muhammadiyah Pemberdayaan Umat. Surakarta: Muhammadiyah University Perss. 2000.

Shobron, Sudarno. Studi Islam 3. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.

SUMBER INTERNET

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-48-det-organisasi-otonom.html diunduh pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 13.35 WIB

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-85-det-hizbul-wathan.html diunduh pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 14.45 WIB

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-44-det-


(1)

10

berikut ini: Administrasi atau Dokumentasi dapat menjadi pedoman dan acuan, teman-teman berkemampuan ditunjang ke adik-adik Hizbul Wathan atau kader baru, melakukan pengawasan terhadap kader baru, kemudian pendekatan personal sangat dibutuhkan.13 Sumber daya manusia meningkat, letak geografis Hizbul Wathan yang strategis, Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah masih baru. Kemauan dan kemampuan. Jika mau maka mampu, jika mampu maka harus mau. Adanya dana karena jika tidak ada dana maka tidak akan bisa melaksanakan pendidikan perkaderan, personil yang mau bekerjasama, mendapatkan dukungan dari Qabilah dan Pembina, serta kesadaran semua elemen yang terlibat dalam pelaksanaan sistem perkaderan.14

Kemudian penulis menarik kesimpulan dari faktor pendukung tersebut yakni: Pertama, kesadaran semua elemen yang terlibat didalamnya yang menyadari pentingnya dilaksanakannya sistem perkaderan itu sendiri, untuk menghasilkan kader penerus, sebagai motor penggerak kemajuan Hizbul Wathan Kafilah Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kedua, adanya kemauan dari dalam diri semua elemen untuk melaksanakan sistem perkaderan tersebut. Ketiga, adanya kemampuan untuk melaksanakan sistem perkaderan tersebut. Karena, kesadaran, kemauan dan kemampuan memang sudah tertanam dalam diri pengurus, sehingga pengurus mengerti tentang betapa pentingnya pelaksanaan sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk menghasilkan kader yang diharapkan sebagai motor penggerak organisasi otonom persyarikatan Muhammadiyah.

Analisis Faktor Penghambat: Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah masih baru, kedudukan Hizbul Wathan di Universitas Muhammadiyah Surakarta masih muda sehingga sistem perkaderan belum runtut, dan masih terlaksana secara kondisional. Kemudian juga kuantitas

13

Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 36.

14


(2)

11

personil banyak namun berbeda angkatan sehingga kesulitan dalam berkoordinasi. Serta kurangnya komunikasi yang baik.15 Purna tugas tidak dapat membantu dalam pelaksanaan sistem perkaderan, serta krisis pelatih dalam berbagai bidang yakni seperti Ilmu Medan Peta dan Kompas (IMPK), kesehatan. Kurangnya rasa sadar diri dari pengurus untuk pelaksanaan pendidikan perkaderan ini. Tingginya rasa minder dari peserta diklat terhadap peserta diklat lainnya yang mempunyai kemampuan diberbagai bidang. Minimnya dana untuk melangsungkan kegiatan pendidikan perkaderan. Kurangnya personil yang ahli dalam bidangnya, kemampuan yang dimiliki masing-masing personal tidak berkembang. Adanya rasa iri peserta diklat terhadap peserta diklat yang lain atas perlakuan yang berbeda dari instruktur yang menyebabkan timbulnya rasa kecemburuan sosial. Adanya permasalahan internal di organisasi Hizbul Wathan itu sendiri. Serta kurangnya komunikasi yang baik, meski kemajuan teknologi sudah sangat maju. Kurangnya kesadaran diri dari teman-teman pengurus terhadap tugas yang diamanahkan. Personil seperti antara ada dan tiada. Kesibukan masing-masing personil yang menyebabkan sulitnya membagi waktu. Komunikasi yang kurang antara satu dengan yang lain.16 Kemudian penulis menarik kesimpulan dari faktor penghambat tersebut yakni: Pertama, komunkasi yang kurang bauk dari semua pengurus dalam koordinasi pelaksanaan sistem perkaderan. Kedua, sikap kurang profesional dari instruktur dalam meperlakukan kader yang menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial sehingga membuat kader menjadi enggan untuk mengikuti pendidikan perkaderan. Ketiga, kurangnya tenaga ahli, ataukurangnya tenaga ahli instruktur dibidang-bidang tertentu dipandangnya kader yang lain tidak memiliki kesempatan untuk mempunyai kemampuan dibidang tertentu, dan pada akhirnya menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan tersebut. Keempat, kurang professionalnya pengurus dalam menyelesaikan permasalahan

15

Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 39.

16


(3)

12

internal dalam organisasi dan efenya kurang baik pada saat pelaksanaan sistem perkaderan yang dinginkan. Berdasarkan faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kaflah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta, bahwa faktor pendukungnya menunjukkan bahwasanya seluruh elemen yang terlibat dalam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman menyadari akan pentingnya pelaksanaan pendidikan perkaderan itu sendiri, serta tingginya rasa kemauan dari seluruh elemen dan memang benar-benar mampu untuk melaksanakan pendidikan perkaderan. Terbukti dari tahun ke tahun sistem perkaderan yang diterapkan oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta mampu menghasilkan kader militan, kader yang tangguh, serta kader-kader yang siap berkembang dan siap berjuang di daerahnya masing-masing. Kemudian dilihat dari faktor penghambat, bahwasanya elemen pelaksanaan pendidikan perkaderan kurang mampu berkomunikasi dengan baik, kurangnya komunikasi yang baik diantara personil satu dengan personil lainnya, dan juga sikap instruktur yang kurang professional dalam membina dan membimbing kader-kader, yang pada akhirnya menyebabkan kecemburuan sosial yang tinggi. Sehingga kader merasa sungkan, dan berfikir dua kali untuk mengikuti sistem perkaderan ini. Dengan adanya berbagai macam hambatan-hambatan yang dihadapi tersebut, pelaksana sistem perkaderan menyelesaikan hambatan dengan bersama-sama. Mencari jalan keluar yang akan dilakukan agar kader tidak merasakan kecemburuan sosial dan agar kader tidak merasa sungkan mengikuti sistem perkaderan.

4. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: Sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas


(4)

13

Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan Muhammadiyah Tahun 2016. Sistem perkaderan yang dimiliki Hizbul Wathan pertama kali dilaksanakan pada tahun 2012. Selanjutnya di tahun-tahun berikutnya juga memakai sistem perkaderan yang sama. Pertama, pendidikan dan pelatihan anggota dasar. Kedua, pendidikan dan pelatihan lanjut. Ketiga, pendidikan dan pelatihan instruktur. Dan mampu menghasilkan kader militan Muhammadiyah. Hizbul Wathan mampu menghasilkan kader-kader tangguh dan militan. Itu semua tidak terlepas dari berbagai macam hambatan yang dihadapi, yakni komunikasi yang kurang baik antara satu dengan yang lain. Kurang professional instruktur dalam memperlakukan kader yang akan dididik dan dilatih. Kurangnya tenaga ahli dalam bidang-bidang tertentu, tidak berkembangnya kemampuan dibidang-bidang tersebut. Serta kurang professional, dan tidak sigap dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang dihadapi dalam internalisasi organisasi Hizbul Wathan itu sendiri.

Saran

Untuk seluruh pengurus atau pelaksana sistem perkaderan: Agar mampu menjaga komunikasi dengan baik, saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Selalu berkoordinasi, agar tidak terlihat berjalan sendiri-sendiri dalam suatu organisasi. Sehingga dapat menghasilkan hasil yang sama-sama diharapkan. Untuk semua pengurus agar selalu bersikap professional dalam menghadapi serta menyelesaikan setiap permasalahan yang ada, tidak membiarkan masalah yang berlarut-larut dan berdampak tidak baik bagi kegiatan Hizbul Wathan nantinya.

Untuk para pendidik kader atau instruktur: Untuk tidak bersikap terlalu memihak kepada salah satu orang kader saja, hanya memberikan bimbingan serta arahan ke beberapa kader yang dianggap cerdas saja, namun kader yang belum tahu juga diberikan pengarahan serta bimbingan supaya mengerti, dan agar tidak menyebabkan tingginya rasa kecemburuan sosial. Untuk instruktur agar mampu mengajarkan, mengarahkan, membimbing kader pada bidang-bidang tertentu, agar semakin banyak


(5)

14

pewaris tenaga ahli pada bidang-bidang tertentu, supaya kemampuan tersebut berkembang di Hizbul Wathan Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta.

PERSEMBAHAN

“Ibuu dan Abaa, Terimakasih atas segalanya. Terimakasih untuk cinta dan

kasih sayangnya selama ini. Terimakasih untuk doa-doanya, Terimakasih untuk semangat dan jerih payah selama ini untukku. Maafkan, belum bisa membahagiakan. Namun, sebagai penghapus rasa lelah untuk Ibuu dan Abaa, sebagai bentuk rasa cinta kasih dan sayang yang sangat besar ini. Ku

persembahkan karya sederhana ini untuk Ibuu dan Abaa.”

“Kedua adik ku tercinta, Ananda Pratiwi Fairus dan Ananda Nazhifathun

Nissa Fairus, Terimakasih atas semuanya saudariku, karena kalian berdua, Ayuk selalu berusaha menjadi contoh yang baik untuk kalian, Dik.

Terimakasih kasih dan sayangnya.”

“Dengan penuh rasa cinta dan bangga, dengan ketulusan hati, ku

persembahkan karya sederhana ini untuk organisasi yang telah mendidik dan melatih ku. Dari seorang kader yang lembek, kemudian bermetamorfosis sebagai kader yang siap menjalankan kewajiban di Persyarikatan. Organisasi yang didalamnya terdapat manusia-manusia yang mengajarkan manisnya pengabdian, asam, pahitnya perjuangan, sakitnya pengkhianatan, indahnya kebersamaan serta canda dan tawa yakni Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta yang

sangat ku cintai dan ku banggakan. Terimakasih untuk semuanya”

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Idi. Sosiologi Pendidikan Individu Masyarakat dan Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset. 2013.

Abror, Muchlas. Muhammadiyah Persamaan dan Kebersamaan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. 2010.

Adawiyah, Afifah Siti. Internalisasi Nilai Kepemimpinan Islam dalam Ekstrakurikuler Kepanduan Hizbul Wathan di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi. 2014. (Unpublished)

Dzikron, Muhammad. Ketrampilan Kepanduan Hizbul Wathan. Klaten: Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Klaten. 2011.

Haris, Herdiansyah. Wawancara, Observasi dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Perss. 2013.

Hidayat, Syamsul. Studi Kemuhammadiyahan. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012.

Kafilah, Dewan. Sistem Pengkaderan Pandu Penuntun. Surakarta: Divisi Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman UMS. 2014.


(6)

15

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. 2014.

Lihayati, Tanjung. Peran Sekolah Sebagai Media Kaderisasi Muhammadiyah di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi. 2014. (Unpublished)

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.

Nashir, Haedar. Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. 2010.

PP Muhammadiyah, MPK.. Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Yogyakarta: Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2015

Puspaningrum, Deni. Implementasi Nilai Kerjasama dalam Kegiatan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Skripsi. 2014. (Unpublished)

Riduwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. 2009.

Rukman, Edi. Pesantren Kader Muhammadiyah di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surakarta Periode 2005–2010. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Skripsi. 2012. (Unpublished)

Santoso, Muhammad Abdul Fattah. Muhammadiyah Pemberdayaan Umat. Surakarta: Muhammadiyah University Perss. 2000.

Shobron, Sudarno. Studi Islam 3. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.

SUMBER INTERNET

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-48-det-organisasi-otonom.html

diunduh pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 13.35 WIB

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-85-det-hizbul-wathan.html

diunduh pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 14.45 WIB

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-44-det-


Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN KAFILAN PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS Pendidikan Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilan Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta Dalam Menyiapkan Kader Militan Muhammad

0 8 15

PENDAHULUAN Pendidikan Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilan Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta Dalam Menyiapkan Kader Militan Muhammadiyah Tahun 2016.

0 5 4

IMPLEMENTASI NILAI KERJASAMA DALAM KEGIATAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN KAFILAH PENUNTUK MOHAMMAD Implementasi nilai kerjasama dalam kegiatan gerakan kepanduan hizbul wathan kafilah penuntuk mohammad djazman universitas muhammadiyah surakarta.

0 1 17

PENDAHULUAN Implementasi nilai kerjasama dalam kegiatan gerakan kepanduan hizbul wathan kafilah penuntuk mohammad djazman universitas muhammadiyah surakarta.

0 0 4

IMPLEMENTASI NILAI KERJASAMA DALAM KEGIATAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN KAFILAH PENUNTUN MOHAMMAD DJAZMAN Implementasi nilai kerjasama dalam kegiatan gerakan kepanduan hizbul wathan kafilah penuntuk mohammad djazman universitas muhammadiyah surakart

0 1 9

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN PATRIOTISME DALAM GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN Penanaman Karakter Disiplin Dan Patriotisme Dalam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 1 22

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN PATRIOTISME DALAM GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN Penanaman Karakter Disiplin Dan Patriotisme Dalam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 1 13

upacara dalam kepanduan hizbul wathan

0 0 8

Upacara dalam kepanduan hizbul wathan

0 0 8

Optimalisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan untuk Pembinaan Karakter Warga Negara Muda - Repository Universitas Ahmad Dahlan

0 0 15