Antara Indonesia Dan Rusia (Sebuah Tinjauan Sejarah).

Oleh :
Dr. Hj. Aelina Surya, Dra

PRODI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2009

ANTARA INDONESIA DAN RUSIA
Sebuah Tinjauan Sejarah
Oleh : Dr. Hj. Aelina Surya, Dra
Perjalanan politik RI-Rusia selama 2009 berlangsung secara baik dan
signifikan. Sepanjang tahun ini, sejumlah implementasi dari perjanjian, komitmen
serta Sidang Komisi Bersama sebelumnya mulai disepakati dan dilaksanakan.
Salah satu yang paling menarik kunjungan Perwakilan Tetap Republik
Indonesia ke berbagai daerah di rusia untuk menggali potensi kerjasama. Dalam kurun
waktu 12 bulan, Dubes sempat menemui Gubernur Tomsk, Tver, Bashkortastan,
Vladivostok/Promosky Kray, serta Tatarstan.
Dalam rangka meningkatkan people to people contact dan merajut persamaanpersamaan nilai serta pengalaman kedua bangsa, KBRI Moskow untuk pertama
kalinya telah menyelenggarakan Interfaith Dialogue dengan tema Peaceful

Coexistence in Multi-religious Society: Lessons learned from Indonesia and Russia di
KBRI Moscow 1-2 Juni 2009. Dialog ini menghadirkan para pemimpin agama dan
tokoh penting dari Indonesia dan Rusia.
Selain kunjungan pejabat tinggi kedua negara yang makin sering, dalam
catatan Berlian Napitupulu Penanggungjawab Fungsi Politik, pada tahun 2009
Indonesia dan Rusia terus melanjutkan kerja sama saling dukung antara lain dalam
keanggotaan pejabat atau negara masing-masing negara di forum internasional
misalnya pencalonan Indonesaia dalam IMO, UNIDO, sebagai Dirjen OPCW, tuan
rumah ASOSAI.
Kegiatan penting yang juga perlu dicatat lainnya adalah bantuan kemanusiaan
Pemerintah Rusia atas perintah Presiden Medvedev dalam bentuk pengiriman 2 buah
pesawat yang mengangkut regu penyelamat, obat-obatan, tim dokter, kendaraan dan
rumah sakit berjalan untuk penanganan bencana gempa di Padang Sumatera Barat
September. Disamping itu, pengiriman satu regu tim dokter ahli bedah untuk
menangani para korban pasca bencana. Tim ini juga pernah ikut membantu
menangani korban bencana gempa Yogyakarta 2008.1
Hubungan antara Indonesia dan Rusia menjadi kembali menarik semenjak
Indonesia, pada masa pemerintahan Presiden Megawati, memutuskan untuk membeli
sejumlah persenjataan dari Rusia sebagai akibat dari embargo persenjataan yang
1


http://www.deplu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=3080&l=id

diberikan oleh Amerika Serikat pasca Tragedi Santa Cruz, Dili, Timor Timur pada
tahun 1991. Ketertarikan tersebut semakin menarik ketika Indonesia kemudian
memperluas kerjasama diantara keduanya ke bidang-bidang lain.
Bagi Indonesia, hubungannya dengan Rusia nyaris tidak pernah putus, walau
sempat terganggu oleh insiden tahun 1965. Produk-produk militer Indonesia sendiri
juga pernah memenuhi gudang-gudang senjata Indonesia dimasa pemerintahan
Presiden Soekarno yang begitu dekat dengan negara-negara komunis seperti Uni
Soviet.
Beranjak dari kondisi diatas, menjadi suatu pertanyaan besar, tentang
bagaimanakah hubungan Indonesia dan Rusia selama ini? Apa yang bisa diambil oleh
kedua negara dalam hubungan tersebut? Lalu, yang paling utama adalah bagaimana
masa depan dari hubungan Indonesia dan Rusia dimasa yang akan datang. Tulisan ini
akan mencoba menjawab pertanyaan itu semua.

Indonesia-Rusia Pra Kemerdekaan Indonesia: Individu Hingga Tsar
Rusia yang sebelumnya bernama Uni Soviet memiliki sejarah kerjasama dan
hubungan yang cukup unik dengan Indonesia, bila dibandingkan dengan hubungan

Indonesia dengan Negara-negara lain. Kedekatan Ideologis antara Indonesia dengan
Uni Soviet pada awal kemerdekaan Indonesia menjadi salah satu alasan dari
kedekatan Indonesia dan Rusia. Bahkan setelah Uni Soviet Runtuh dan berganti
menjadi Federasi Russia seperti sekarang Hubungan bilateral kedua Negara masih
cukup baik seperti pada masa awal kemerdekaan Indonesia namun hubungan kedua
Negara masih sempit dan belum diperluas ke bidang-bidang lain diluar militer.
Indonesia sendiri pernah masuk ke dalam kajian-kajian dan studi budaya yang
dilakukan oleh Alexander Huber dengan menerbitkan buku berisi soal Indonesia,
“Sketsa Sosial-Ekonomi di Moskwa”, tetapi juga banyak penelitian yang dilakukan
oleh antropolog asal Rusia yang dilakukan di Indonesia, salah satunya oleh antropolog
NN Miklukho-Maklai (1846-1888). Ia mendarat di Pantai Utara Papua untuk empat
kali ekspedisi, selama 10 tahun meneliti suku-suku di Papua, dan menghasilkan lima
jilid buku. Ia kemudian menjadi dokter, guru, dan kawan bagi masyarakat setempat
menentang segala bentuk kolonialisasi Barat, termasuk Rusia. Benda-benda yang
menggambarkan kehidupan suku-suku di Papua pada saat itu tersimpan sampai
sekarang di Museum Ketimuran St Petersburg.

Hubungan antara Indonesia dan Rusia juga berlangsung pada masa kerajaan di
Indonesia dan pada masa jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Menurut catatan yang
dibuat oleh pedagang Afanasy Nikitin dari kota Tver mengenai perjalanannya ke

India (1466-1472) menyampaikan data pertama kepada orang Rusia mengenai adanya
Negara misterius bernama Shabot yang terletak di Asia Tenggara, menurut pendapat
para ilmuwan yang dimaksud Negara Shabot adalah Indonesia.
Sebelum kemerdekaan hubungan antara Indonesia-Rusia sudah dimulai. Ini
dapat dilihat dari usaha kesultanan Aceh pada waktu itu yang meminta dukungan dari
Negara lainnya termsuk Rusia. Pada tanggal 15 Februari 1904, Rudanovskiy, seorang
utusan pemerintah Rusia yang berada di Singapura memberitahukan bahwa sultan
Aceh meminta pertolongan kepada Nikolay II agar daerahnya berada di bawah
perlindungan Rusia, namun permintaan tersebut ditolak.

Hubungan Indonesia-Rusia Pasca Kemerdekaan
Indonesia dan rusia menjalin kerjasama bilateral di mulai pada masa
kemerdekaan Indonesia. Kedekatan ini terjalin karena kesamaan Ideologi antara para
pemimpin gerakan kemerdekaan Indonesia terutama Soekarno dan Tan malaka yang
saat itu menjadi pemimpin gerakan kemerdekaan di Indonesia. Uni Soviet lah yang
pertama kali mengakui kedaulatan Indonesia dan dalam sidang umum PBB, delegasi
soviet dalam siding PBB pada bulan januari 1946 menentang aksi invasi yang
diakukan Belanda terhadap Indonesia, meskipun dikatakan politik Indonesia saat itu
adalah politik bebas aktif dan non-blok.
Pasca perjanjian di Den Haag pada 1949, tanggal 24 Desember 1949 duta besar

Belanda di Moscow, menyerahkan nota kepada Wakil Menteri Luar Negeri Uni
Soviet A.A Gromymoko, bahwa Indonesia akan mendapatkan kedaultana penuh dari
Belanda sebagaimana hasil perundaingan antara kedua Negara. Pada saat yang
beesamaan A.Y. Vyshinskiy mengirim telegram kepada Perdana Menteri dan Menteri
Luar Negeri Republik Indonesia Serikat, Moehammad Hatta yang menyatakan
pemerintah Uni Soviet mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara
merdekan dan berdaulat dan menjalin hubungan diplomatik. Tanggal 3 Februari 1950
adalah tanggal resmi pembukaan hubungan diplomatik diantara kedua Negara, dimana
pada

tanggal tersebut pemerintah

Indonesia

memberi konfirmasi mengenai

diterimanya telegram tersebut oleh parlemen Indonesia. Pada tahun 1953 Indonesia
menerima kedubes Rusia untuk Indonesia di Jakarta.

Pada masa orde lama, hubungan Indonesia-Rusia berlangsung sangat harmonis,

kerjasama kedua Negara ini berlangsung di berbagai bidang. Militer, Pendidikan,
Budaya merupakan bidang-bidang yang paling menonjol dalam hal kerja sama
bilateral antara kedua Negara. Tidak kurang 2000 mahasiswa Indonesia belajar di
berbagai Universitas di Uni Soviet, Bantuan dana untuk memodernisasi persenajataan
bagi TNI juga pelatihan teknisnya sampai karya-karya sastra Indonesia yang
diterjemahkan kedalam bahasa Rusia dan di terbitkan di Negara tersebut. Kesamaan
Ideologi dan tekad untuk melawan kolonialisme dan imperialisme menjadi dasar dari
hubungan yang harmonis ini. Presiden Indonesia pada masa itu, Soekarno, melakukan
4 kali mengunjungi Uni Soviet dan bertemu dengan Nikita Kruscev, pemimpin rusia
saat itu. Pada setiap pertemuannya selalu ada kerjasama ataupun kesepakatan yang
dibangun antara dua Negara baik untuk mengharmoniskan hubungan kedua Negara
bahkan sampai pada tahapan dukungan di forum-forum Internasional.
Kruschev balas mengunjungi Soekarno pada tahun 1960, dengan maksud untuk
memperluas bidang kerjasama antara kedua Negara. Hubungan Indonesia Rusia pada
masa ini menghasilkan SUGBK (Stadion Utama Gelora Bung Karno) dan masih
banyak lagi hasil kerja sama yang dilakukan antara kedua Negara.
Hubungan Indonesia-Rusia ini mulai menyusut pada pertengahan tahun 1960an, dimana pada tahun 1965 terjadi tragedi politik di Indonesia dengan
pemberontakan dari PKI. Uni Soviet yang memiliki keterhubungan dengan PKI
merasakan akibatnya secara langsung karena setelah berkuasa orde baru hubungan ini
mulai membeku.


Hubungan Indonesia Rusia Di Pemerintahan Orde Baru
Tragedi 1965 di Indonesia menjadi pemicu bagi stagnan nya hubungan
Indonesia dengan Rusia pada masa Orde Baru. Pemerintah Indonesia yang pada saat
itu lebih pro ke barat. Indonesia pada masa Orde Baru lebih mementingkan
pembangunan dan pencapaian ekonomi sehingga lebih memilih untuk pro ke Negara
barat yang dapat memberikan solusi bagi pembangunan di Indonesa. Keputusan ini
lah yang membuat Uni Soviet yang anti barat menjaga jarak dalam hubungannya
dengan Indonesia. Kebijakan politik Negara-negara barat adalah membendung
pengaruh komunis bagi Negara-neagra yang berhubungan dengannya maka akan
semakin membatasi hubungan Indonesia dengan Uni Soviet dan sekutunya.

Titik balik hubungan Indonesia dengan Uni Soviet terjadi ketika pada 1989.
Presiden Soeharto mengunjungi Uni Soviet yang dipimpin oleh Mikhail Gorbachev.
Dalam kunjungan ke Uni Soviet tersebut, pemimpin kedua Negara menandatangani
pernyataan persahabatan dan kerjasama bilateral.
Keuntuhan Uni Soviet dan berakhirnya perang dingin mempengaruhi perubahan
peta politik internasional begitu pula hubungan Indonesia dan Rusia. Indonesia
mengakui Federasi Rusia sebagai Negara yang meneruskan Uni Soviet pada Tanggal
28 Desember 1991. Momen tersebut semakin menandai perbaikan hubungan antara

Rusia dan Indonesia setelah lama membeku dan stagnan
Tidak ada fakta yang mendetail mengenai hubungan Indonesia dan Rusia pada
masa kepemimpinan Presiden Soeharto karena kebijakan kedua Negara yang
membatasi hubungan luar negerinya dikarenakan berbeda ideologi.
Runtuhhnya Uni-sovyet dan berakhirnya era-perang dingin mempengaruhi
perubahan peta politik internasional, termasuk mempengaruhi hubungan Indonesiarusia. Pada tanggal 28 Desember 1991 Pemerintah Indonesia mengakui Federasi
Rusia sebagai penerus Uni Soviet. Pada bulan April 2003 diadakan kunjungan resmi
Presiden Indonesia Megawati Soekarnoputri ke Rusia, dalam kesempatan tersebut
kedua

kepala

negara

menandatangani

Deklarasi mengenai

dasar hubungan


persahabatan dan kemitraan diantara Rusia dan Indonesia dalam abad XXI. Di sana,
Megawati dan Presiden Rusia, Vladimir Putin menyepakati dilakukannya kerja sama
teknik dan militer yang lebih erat di masa depan.

Indonesia-Rusia di Saat Ini
Hubungan baik yang telah dimulai kembali pada masa orde baru kembali di
pertegas pada era reformasi dimana Vladimir Putin mengirimkan kawat kenegaraan
pada tanggal Februari 2000, dalam rangka memperingati 50 tahun hubungan
diplomatic Indonesia-Rusia. Pada tanggal 7 September 200 di New York terjadi
pertemuan bilateral anatara Presiden Abdurrahman Wahid dan Vladimir Putin di selasela agenda Millenium Summit. Ini adalah pertemuan tingkat kepala Negara pertama
setelah Era Orde Baru.
Hubungan baik antara Indonesia dan Rusia pun berlangsung pada era Presiden
Megawati, pertama pada tanggal 19 Oktober 2001 saat jeda KTT APEC di Shanghai.
Kedua terjadi pada kunjungan Megawati ke Rusia pada April 2003 dan pertemuan
selanjutnya terjadi pada Oktobe 2003 saat KTT APEC di Bangkok. Putin pun

memperlihatkan niat baik untuk menjaga hubungannya dengan Indonesia, dimana
Putin mengirimkan dua kawat kenegaraan kepada Presiden Megawati terkait
dukungan menghadapi berbagai aksi terorisme di Indonesia. Dukungan kepada
Presiden Megawati pun dikirim pada saat terjadi kecelakaan tragis di Jawa Timur.

Hubungan Jakarta-Moscow pun semakin mesra pada saat Indonesia dipimpin
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Putin menyampaikan ucapan selamat
kepada SBY saat SBY terpilih menjadi presiden pada 2004. Kemudian dilaksanaakn
pertemuan pada KTT APEC di Santiago (Chili) dan di Pusan, Korea Sealatan pada
Tanggal 19 November 2005. Putin pun mengirimkan ucapan dukacita terkait
peristiwa bom bali dan bencana tsunami yang melanda Indonesia. Hubungan ini
berlanjut saat Presiden SBY mengunjungi Rusia pada tanggal 29 November 2006.
Hubungan baik juga tidak hanya bergerak di tingkatan kepada Negara,
hubungan antara parlemen kedua Negara pun sterjalin semakin baik dimana beberapa
kali Duma, Parlemen Rusia, berkunjung ke Indonesia untuk mengunjungi Jakarta.
Beberapa kali perlemen Indonesia berkunjung ke Rusia, baik untuk memenuhi
undangan dari Parlemen Rusia ataupun melakukan studi banding sebelum
mengeluarkan produk legislasi.
Di dalam masalah mengenai disintegrasi Aceh, Rusia tetap memegang kebijkan
mendukung integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI). Dalam kasus
Aceh, AS menegaskan bahwa Aceh merupakan masalah dalam negeri Indonesia
sedangkan Rusia tidak pernah menyetujui campur tangan asing dalam NKRI. Rusia
mendukung pemerintah RI untuk menjaga kesatuan, kestabilan hukum, dan
kemakmuran negaranya di seluruh kawasan. Rusia sama sekali tidak mendukung
gerakan separatis yang dapat memecahkan negara kesatuan Republik Indonesia.

Hubungan baik antara kedua belah pihak di dunia Internasional terlihat dari
sikap saling memberikan dukungan bagi pencalonan masing-masing untuk mengisi
jabatan-jabatan tertentu dalam badan-badan internasional.Contohnya adalah Pada
Sidang Majelis Umum IMO ke-24 di London, Indonesia telah terpilih kembali sebagai
anggota dewan Council IMO kategori C untuk periode2005-2007, ini merupakan
salah satu dukungan pihak Rusia. Rusia mendukung pencalonan dan posisi Indonesia
dalam lembaga-lembaga internasional seperti Komisi HAM PBB, ILO, ITU, CoE dan
ECOSOC, dan mendukung Indonesia dalam pencalonan sebagai anggota tidak tetap
DKPBB periode 2007-2008. Saling mendukung ini memberikan kontribusi positif

terhadap kedua Negara di dunia Internasional, karena kedua Negara sedang mencari
posisi tawar di dunia Internasional.

Bidang –Bidang Kerjasama Indonesia Rusia
a. Sektor Militer
Kerja sama Militer antara Indonesia dan Rusia dimulai saat Rusia menjadi
pemasok persenjataan saat Indonesia berjuang untuk merebut Irian Barat dari tangan
Belanda. Indonesia yang saat itu ditolak permintaan bantuannya ke AS mendapatakan
bantuan persenjataan modern dan juga pelatihannya dari Uni Soviet melalui Kredit
Lunak sebesar 1 miliar dollar AS yang telah dilunasi pada pertengahan 1990. Uni
Soviet menirimkan tank, kapal perang, pesawat tempur, senjata kepada Indonesia
yang teknlogi persenjataannya saat itu masih kuno dan tidak mampu mempertahannya
wilayahnya seluas 2 Juta Kilometer. Uni Soviet kala itu juga memberikan pelatihan
teknis kemiliteran kepada Tentara Republik Indonesia di akademi militer Moskow
dan Leningrad . Rusia juga menirim 1000 orang instruktur ke berbagai daerah di
Indonesia untuk melakukan pelatihan kepada personil-personil kemiliteran Indonesia.
Perkembangan Selanjutnya kerjasama militer Indonesia Rusia adalah saat
Indonesia membeli dua pesawat jet tempur Sukhoi Su-27SK, dua versi Su-30MK, dan
dua helikopter MI-35. Indonesia membayar pesawat dan helicopter tersebut dengan
komoditas Indonesia antara lain produk minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil)
dan karet, dengan total transaksi lebih kurang 175 juta dollar AS (sekira Rp 1,54
triliun). Pada tahun 2003 disepakati persetujuan mengenai kerjasama teknik militer
(KTM) dan pembentukan komisi antar pemerintah (KAP) yang akan mengurusi
biadng KTM. Pada 2005 dikukuhkan KTM ini lewat penandatanganan kontrak
sebesar 38,2 Juta Dollar AS. Selanjutnya hubungan kemiliteran ini berlangsung
dengan sangat baik dimana Indonesia menerima kunjungan dari satuan kapal perang
Angkatan LAut Pasifik yang terdiri dari kapal berbendera Rusia “Varyag”, BPK
“Admiral Panteleev ” dan “Admiral Tributz” beserta kapal-kapal lainnya.
Kedepannya kerja sama Indonesia dan Rusia pun akan dilakukan dengan lebih
intensif dimana pihak Indonesia menginginkan untuk menambah jumlah pesawat
sukhoi yang kini di miliki Indonesia dan menginkan untuk membangun industry
pengadaan suku cadang dan pusat pelayanan pesawat tempur di Indonesia. Hal ini
dilakukan seiring dengan seringnya embargo suku cadang militer dilakukan oleh AS
dan Eropa kepada Indonesia.

Selain itu pemerintah Indonesia juga mengininkan adaya alih teknologi di dalam
bidang militer untuk pengembangan persenjataan di Indonesia melalui PT.Pindad,
PT.PAL,PT Dirgantara Indonesia dan PT.Dahana. Harapannya dengan adanya alih
teknologi dari Rusia, Indonesia akan dapat membuat persenjataan dan suku
cadangnya sendiri sehingga mampu ikut berbicara di dalam kancah politik
Internasional.
Rusia dipilih Indonesia untuk memasok persenjataan militer terbaru bagi TNI.
Ini karena beberapa alasan, pertama sejarah hubungan militer Indonesia-Rusia.
Kedua, Rusia lebih longgar dalam memberikan syarat-syarat dibidang militer. Ketiga,
Rusia bisa lebih fleksibel dalam hal harga seperti bisa dibayar dengan komiditi yang
dimiliki Indonesia. Keempat, Rusia memiliki tekonologi militer yang sepadan dengan
Eropa dan USA2.
Kerjasama ini pula diharapkan akan menjadi penyeimbang dari kekuatan
Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Seperti yang diketahui bahwa kapabilitas militer
Singapura, Malaysia berada beberapa tingkat lebih tinggi disbanding kapabilitas
militer Indonesia, beberapa kasus dapat menjadi referensi contohnya kasus Ambalat,
dimana peralatan tempur Indonesia kalah jauh dibandingkan Negara tetangga padahal
sebelumnya persenjataan Malaysia berada jauh dibawah Indonesia.
Terciptanya kestabilan kawasan di Asia Tenggara akan dapat menaikkan posisi
tawar Indonesia didalam peta perpolitikan Asia Tenggara sehingga akan tercipta
multipolarism di Asia Tenggara dimana sampai saat ini Negara yang mendominasi
Asia Tenggara adalah Singapura.

b. Sektor pendidikan dan ilmu pengetahuan
Pada masa keemasan hubungan Indonesia dan Rusia sector pendidikan menjadi
sektor yang cukup menonjol dalam aspke kerjasama kedua Negara. Kedua negara
saling bergantian mengirimkan putra terbaiknya untuk mengkuti pendidikan di negara
partnernya tersebut. Pada masa ini hamper 2000 orang warga negara Indonesia yang
melakukan studi di Uni Soviet baik melalui jalur beasiswa yang disediakan
pemerintah Uni Soviet maupun beasiswa yang disediakan ole pemerintah Indonesia.
Jumlah warga negara Indonesia yang belajar disana berbanding lurus dengan jumlah
sarjana Uni Soviet yang mempelajari Indonesia. Sesuai dengan masa revolusioner di
2

http://www.politikindonesia.com/readhead.php?id=677

Uni Soviet, tema-tema yang dibahas para Indonesianis tersebut adalah tema
kebangkitan dan perlawanan rakyat dalam pembebasan nasional.
Hasil-hasil studi seperti monograf Perang Diponegoro sampai keterlibatan
Tentara Merah dalam perebutan Irian Barat laris di pasaran3. Karya-karya literature
Indonesia juga mendapat Apresiasi yang cukup bagus dikalangan akademisi Uni
Soviet. Dua Jilid Indinesia menggugat, Sarinah, Menuju Indonesia merdeka, Pidato
Bung Karno dan buku para pimpinan PKi diterjemahkan kedalam bahasa
Rusia,Slav,Ukraina dan Estonia.
Pengiriman mahasiswa Indonesia ke Uni Soviet berlangsung setelah kunjungan
Soekarno pertama kali ke Uni Soviet. Indonesia mengirimkan tujuh mahasisawanya
untuk belajar ke Uni Soviet. Saat kunjungan balasan dari Nikita Kruschev, perdana
menteri Uni Soviet kala itu mengumumkan pembukaan Univeritas Persahabata
Bangsa-Bangsa di Moscow. Pembukaan ini memicu migrasi pelajar Indonesia ke Uni
Soviet untuk belajar dan menimba ilmu di Negara sosialis tersebut. Ormas, partai,
Militer menambah jumlah warga Negara Indonesia yang belajar di Uni Soviet.
Saat ini setelah hubungan Indonesia dan Rusia membaik. Kerjasama di bidang
pendidikan dan ilmu pengetahuan kembali menjadi primadona dari hubungan kedua
Negara. Ini terlihat dari meningkatnya jumlah mahasisawa asal Indonesia yang
diterima untuk belajar di berbagai universitas yang ada di Rusia. Pada tahun 2008,
Indonesia mengirimkan 22 orang dan pada pada tahun 2009 angka in melonjak
menjadi 42 orang.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan Rusia memberikan kontribusi positif
dalam usaha Indonesia mengembangkan Teknologinya. Seperti yang kita Ingat pada
tahun 2000 dilaksanakan peluncuran roket luar angkasa Rusia yang membawa satelit
komunikasi Indonesia “Garuda-1”. Selanjutnya pada tahun 2004 LAPAN dan
Rosaviakosmos menandatangani memorandum mengenai kerjasama dalam bidang
teknologi angakasa laur dan penerapannya.

Pada Desember 2005 telah ditanda

tangani memorandum peluncuran satu satelit Indonesia dengan Roket pembawa dari
Rusia. Rusia pun ikut dalam proses pengembangan satelit Indonesia PALAPA.

c. Sektor Ekonomi
3
Alex Supartono (JKB) dan Lisabona Rahman (LP4M), dalam kompas edisi 6 juli 2001.
http://dev.progind.net/modules/smartsection/makepdf.php?itemid=278

Kerjasama sektor Ekonomi Indonesia sangat baik pada masa kepemimpinan
Soekarno dimana pada masa itu Indonesia memasok bahan-bahan mentah seperti
cengkeh, teh dan lain-lain kepada Rusia. Saat itu bahan mentah menjadi komoditas
perdagangan Indonesia dan Rusia, sedangkan Rusia menjual peralatan militer kepada
Indonesia. Sayangnya kerjasama Indonesia- Rusia pada kala itu terbentur peristiwa
tahun 1965 yang membuat kerja sama Indonesia dan Rusia terhenti dan transaksi
peradagangan kedua negara tidak sebesar biasanya.
Saat ini kerjasama ekonomi kedua negara berlangsung sangat harimonis terlihat
dari Volume perdagangan kedua belah pihak pada tahun 2005 dengan perkiraan
pendahuluan mencapai 680 juta Dollar AS, angka tersebut melebihi dengan 42% hasil
tahun 2004 (480 juta dolar AS).
Sesuai dengan pesetujuan dari kedua belah pihak, dibentuk komisi bersama
Rusia-indonesia dalam bidang kerjasama perdagangan-ekonomi dan teknik. Sidang
pertama diadakan di Moscow pada bulan September 2002,dan terkahir pada April
2006 di Moscow. Pada tahun 1999 berlaku persetujuan perdaganagn baru dan
persetujuan mengenai kerjasama ekonomi dan teknik yang dimulai sejak tahun 2002
yang bertujuan menghindari pajak ganda saat terjadinya aktivitas ekonomi.
Silih berganti pengusaha dari kedua negara datang dan mengadakan perjanjian
ekonomi untuk memperbaharui dan meningkatkan transaksi ekonomi kedua negara
baik dari sektor militer, pertanian, perikanan, infrastruktur sampai migas. Indonesia
pun mendukung keanggotaan Rusia di WTO dimana dukungan dari negara anggota
WTO sangat dibutuhkan oleh Rusia yang pada saat itu ingin bergabung ke WTO.
Pemerintah Indonesia akan memberikan insentif bagi investasi rusia yang akan masuk
ke Indonesia tujuannya adalah agar Investasi Rusia yang masuk ke Indonesia dapat
berlangsung dengan lancer dan tidak ada keraguan dari pengusaha-pengusaha Rusia
untuk melakukan Investasi di Indonesia.
Pada Oktober 2009 pun terbentuk Joint Business Council Indonesia – Russia.
Badan tersebut dibentuk untuk memajukan kerja sama ekonomi antara Indonesia.
Melalui forum ini, perusahaan-perusahaan Indonesia akan melakukan kerjasama
dengan perusahaan dari Rusia di bidang minyak dan pertambangan, Pertamina dengan
LukOil (minyak bumi), PT. Antam dengan RusAl (Bauksit), PT Minang Jordanindo
dan Chelyabinsk Tractor Plant (Traktor). Forum ini juga membahasa mengenai
kerjasama pembangunan jalur kereta api dan terminal laut batubara di Kalimantan
Tengah juga sedang dijajagi dengan Rusia.

Penandatanganan kerjasama ini dilakukan oleh ketua KADIN (Kamar Dagang
Indonesia) Indonesia dan RFCCI (Russia Federation Chamber of Commerce and
Industry) dari Rusia. Kerjasma ini iuntuk merespon angka perdagangan Indonesia –
Rusia

mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2008 yaitu

mencapai US$1,667 milyar atau mencapai peningkatan sebesar 114,49 % dibanding
dengan nilai perdagangan tahun 2007.
Angka wisatawan Rusia yang datang ke Indonesia juga mengalami peningkatan
yang cukup berarti. Pada tahun 2008, jumlah wisatawan Rusia mencapai 69.625 orang
atau mencapai peningkatan sebesar 54,5 % dibanding dengan angka pada tahun 2007
(45.064 jiwa). Turis Rusia dikenal sebagai turis dengan masa tinggal yang cukup lama
dan dengan pengeluaran yang cukup tinggi. Hal ini diharapkan dapat meningkatakn
penerimaan Indonesia dari sektor pariwisata yang saat ini menjadi salah satu sektor
andlan dari pemerintah Indonesia.
Kedepannya hubungan Indonesia dan Rusia di bidang ekonomi diharapkan akan
semakin maju dan bermanfaat bagi kedua belah pihak, mengingat kedua negara
memiliki wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang sangat besar sehingga potensi
pasar ini harus dapat dilihat dengan baik untuk dapat menaikan jumlah pendapatan
dari kedua negara dan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan
rakyat baik di Rusia maupun di Indonesia.

d. Sektor Sosial Budaya
Seorang lulusan Moscow College of Oriental Study, Alexander Huber,
memulai studi sistematis tentang Indonesia, Filipina, dan Voietnam.

Studi ini

menghasilkan buku yang berjudul “Indonesia, Sketsa Sosoail-Ekonomi”. Buku ini
menjadi penanda dari berkembangnya studi budaya dan social terhadap Indonesia
yang dilakukan di Rusia.
Sebenarnya jauh sebelum datangnya Alexander Huber sudah ada orang rusia
yang mempelajari Indonesia, dia adalah Modest Bakunin. Setelah selesainya tugas
Bakunin di Indonesia, Modest bakunin menerbitkan 5 buku di Rusia tentang Flora
timur, hasil studi di Kebun Raya Bogorm di buku ini juga dibahas mengenasi
keseharian dan adat kebiasaan masyarkat Jawa dan Sunda.
Hasil studi Huber di Indonesia menghasilkan terbetuknya Jurusan Indonesia di
Institut Studi Bangsa-Bangsa Asia-Afrika di Universitas Negeri Moscow, dan lima
tahun berikutnya berdiri jurus filologi Indonesai di Universitas Leningrad.

Perkembangan studi budaya Indonesia di Rusia dikembangkan oleh fungsionaris
PKI di Eropa. Tahun 1924, buku Tan Malaka, Indonesia dan Kebangkitan BangsaBangsa Timur, diterjemahkan dan diterbitkan di Rusia dan dicetak ulang tahun
berikutnya. Darsono dan Iwa Kusumasumantri, dua orang funsionaris PKI, mengajar
dan menyusun buku pertama pelajaran bahasa Indonesia. Semaun memulai siaran
bahasa Indonesia di radio Moskwa. Anak dari perkawinannya dengan perempuan
Rusia, Rono Semaun, kemudian dikenal sebagai penerjemah karya-karya sastra
Indonesia ke bahasa Rusia.
Pengkajian sastra juga berkembang pesat sejak 1950-an. Apalagi setelah
Indonesia mengirim Prof. Intojo, Bujung Saleh, Usman Effendi, dan A.T. Effendi
untuk mengajar bahasa dan sastra di Universitas Moskwa dan Leningrad. Setelah
karya klasik Salah Asuhan, Belenggu, dan Siti Nurbaya, pemilihan karya-karya lain
untuk diterjemahkan selalu terkait dengan kesesuaian ideologis. Bahkan karya
sastrawan kiri seperti Keluarga Gerilya-nya Pramoedya Ananta Toer dan OrangOrang Sial-nya Utuy Tatang Sontani sempat terganjal untuk diterjemahkan karena
dianggap terlalu buram dalam menggambarkan revolusi.
Sampai akhir tahun 2000 lalu, Perpustakaan Sastra dan Bahasa Asing Moskwa
mencatat tidak kurang dari 6.000 judul karya ilmiah akademisi Rusia tentang
Indonesia, sejak akhir abad XIX sampai awal abad XXI. Untuk kajian sastra saja,
sejak Ludmila A Mervant menerbitkan Teater Melayu tahun 1929, tercatat lebih dari
300 judul. Banyak lagi karya-karya anak bangsa yang ada di Rusia diantaranya karya
darivUtuy Tatang Sontani, Kuslan Budiman, dan Rusdi Hermain.
Di era Reformasi sekarnag Indonesia dan Rusia telah melakukan bebearapa kali
pertunjukan budaya baik seni rupa, seni pertunjukan, sastra dan lain lian. Pada bulan
Agustus 2005, pameran seni lukis yang diikuti oleh pelukis moderen Rusia
diselenggarakan di Jakarta, bulan Oktober dibuka festival film Rusia dengan judul
“Persahabatan tidak mengenal batas”. Pada bulan Juni 2006 ansambel tarian anakanak “Kalinka” ikut serta dalam festival seni Jakarta.
Pada bulan Desember 2005 di Jakarta diselenggarakan presentasi buku “Rusia
Baru menuju demokrasi” dengan penciptanya, seorang ahli sejarah Indonesia A.
Fachrurodji dan malam peringatan 80 tahun VOKS – SSOD-Roszarubezhtzenter.
Rusia pun berperan dalam beberapa dalam proses penanggulangan bencana alam
di Indonesia. Berkaitan dengan Tsunami, 26 Desember 2004, Rusia akan memberikan
bantuan kepada daerah-daerah yang tertimpa musibah. Pada bulan januari 2005,

didirikan rumah sakit Militer di Banda Aceh dengan kapasitas 120 tempat yang
memberikan banuan medis kepada korban tsunami di Indonesia.
Pada bulan Juni 2006 di Jakarta hadir kelompok Dokter Roshal yang terdiri dari
dokter-dokter bedah anak-anak, mereka turut serta dalam pemberian bantuan kepada
anak-anak, yang menjadi korban gempa bumi dahsyat di Jawa Tengah, pada tanggal
27 Mei 2006. Pada bulan Agustus 2006 Rusia mentransfer sebesar 100 ribu dollar AS
ke rekening dana bantuan bagi korban gempa bumi.

Penutup
Kerjasama kedua negara hendaknya dapat lebih di majukan lagi ke tahap yang
lebih maju. Kedua negara memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang sangat besar dan dapat menjadi titik potensial dari kerja sama kedua
negara selanjutnya. Jumlah penduduk yang besar dari kedua negara akan menjadi
pasar yang potensial bagi produkk industri kedua negara. Teknologi Rusia pun harus
dapat diamblil menjadi keuntungan tersendiri dari Indonesia, karena selama ini alih
teknologi yang dilakukan oleh AS dan negara Eropa lainnya belum menunjukkan
hasil yang cukup signifikan. Diharapkan kerjasama dengan Rusia menghasilkan
teknologi baru yang dapat menunjang kemajuan Indonesia kedepannya.
Indonesia pun dapat menjadi titik kebangkitan Rusia di mata dunia
Internasional, dengan merangkul Indonesia Rusia mendapatkan dukungan yang cukup
besar di setiap forum-forum Internasional karena Indonesia dalam beberapa forum
Indonesia adalah negara netral yang cukup memiliki pengaruh meskipun belum
sebesar pengaruh yang dimiliki Rusia. Sumber daya migas Indonesia yang cukup
kaya, jika dikelola oleh Rusia dapat memberikan kontribusi cukup signifikasn
terhadap upaya Rusia kembali menjadi negara super power. Juga potensi pasar yang
besar dapat memberikan lahan untuk ekspansi pasar Rusia ke Indonesia yang selama
ini hanya mendapat barang-barang dari Cina dan Eropa serta Amerika Serikat.
Kedekatan kedua Negara dalam sejarah masa lalu dapat dijadikan bahan untuk
saling mempelajari kebudayaan masing-masing. Tidak dapat ditutupi bahwa masih
banyak karya anak negeri yang tersegel di Rusia yang sampai saat ini belum terjamah
oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia harus segera mempelajari karyakarya yang ditinggalkan oleh anak bangsa tersebut karena itu juga merupakan hasil
karya yang dapat dibanggakan dan berkaitan dengan asal muasal bangsa ini.

Hubungan kedua negara ini janganlah didasari oleh trauma politik pada tahun
1965, karena tidak ada kontribusi langsung dari Uni Soviet terhadap pemberontakan
yang sampai saat ini tidak jelas siapa pelakuknya tersebut. Oleh karena itu kerjasama
antara kedua negara harus didasari oleh keinginan untuk memajukan kedua negara
lebih lanjut agar tercipta kerjasama yang harmonis dan saling menguntungkan anatara
kedua belah pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Goldman, Marshall I., 2008, Petrostate: Putin, Power, and the New Russia, Oxford:
OUP
Gordon, Yefim. 2007, Sukhoi Su-27: Famous Russian Aircraft, Leicestershire:
Midland Counties Publishing
Letiche, John. 2007, Russia Moves Into The Global Economy, London: Routledge

http://dev.progind.net/modules/smartsection/makepdf.php?itemid=278
http://www.rakyatmerdeka.co.id/internasional/2009/10/20/7006/Pemerintah-DukungPeningkatan-Hubungan-Swasta-Indonesia-Rusia
http://www.republika.co.id/berita/4864/Empat_Tujuan_Utama_Kembangkan_Hubung
an_Indonesia_Rusia
http://dunia.vivanews.com/news/read/98642indonesia_rusia_sepakat_bentuk_dewan_bisnis
http://www.antara.co.id/view/?i=1188820604&c=INT&s=
http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/arsipaktua/indonesia060905/indonesiarusia_070905-redirected
http://www.indonesia.mid.ru/relat_ind_03.html
http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=7971
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=8773&coid=1&caid=27&gid=2
http://www.politikindonesia.com/readhead.php?id=677
http://wartanusantara.blogspot.com/2009/11/60-tahun-ri-rusia.html
http://www.kbrimoskow.org/id/updates.html?article_id=11
http://www.indonesia.mid.ru/relat_ind_04.html
http://www.lipi.go.id/www.cgi?cetakberita&1190360973&&2007&
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/20/01042349/drugov.dan.watak.kebangsa
an
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2003/03/17/IQR/mbm.20030317.IQR8596
6.id.html
http://re-searchengines.com/malikulkusno31-5.html
http://202.146.5.33/kompas-cetak/0709/06/opini/3816577.htm