Jejak Ulama dalam Sejarah Kemerdekaan RI.

Pikiran Rakyat
o Selasa o
4

5
20

o Mar

ASCAPENGEBOMAN
menara kembar wrc 9
September 2001Ialu,
serangkaian peristiwa pengeboman kerap terjadi di tanah air.
Mulai dari born di PlazaAtrium,
Kedubes Australia, Born Bali I dan
II, dan terakhir di Hotel Ititz-Carlton dan J.w. Marriot pada Juli .
lalu. Akan terapi, setiap terjadi
peristiwa pengeboman tersebut,
umat Islam sering kali dijadikan
sasaran dan diduga sebagaipelaku
utamanya. Bahkan, pesantren

yang merupakan lembaga pendidikan dan pembinaan spiritual
sempat dicurigai sebagai.\embaga
pencetak teroris yang berbahaya
bagi persatuan dan kesatuan
bangsa. Benarkah demikian?
Apabila kita mau menengok sejarah, kita akan menemukan bukti-bukri bahwa temyata kemerdekaan RI tidak terlepas dari
peran ulama dan santri. Bahkan
menurut Ahmad Mansur
Suryanegara yang merupakan sejarawan Indonesia sekaligus
,penulis buku ini, tanpa ularna dan
santri yang terlahir dati pesantren,
Ind, mesia tidak mungkin merdeka. Sebab, merekalah tonggak per-

P

:;;r~
'

.


"'-.4f'- "ti '-';-'
"~..f..

.

.

"

-'

'.,.,

~r,-

.
.
'--'~-'_1%?":'

"


.

'"

-..Ii.."

..

i~'~~r:

-,'~
.",.

...

.'

6
21

OApr

Rabu

7
22
OMei

. Kamis0 Jumato Sabtu o Mlnggu
8
23

9

10
24

OJun

juangan bangsa sesungguhnya.

Para ulama dan santri tersebut
menjadikan agarna mereka sebagai
ideologi yang menjadi landasan
mere,kauntuk berrindak. Pemikiran seperti ihi melahirkan semangat juang yang menggebu-gebu
untuk menentang imperialisme.
Mereka menganggap Islam sebagai
liberatingforce (kekuatan pembebas) dari segala belenggu kehidupan, termasuk kolonialisme. Dengan demikian, persatuan ulama
dan santri serra kaum Muslimin
membentuk kekuatan hebat yang
integratif.
Dalam bidang ekonomi misalnya, peran ulama muncul dengan
lahimya Satikat Dagang Islam
(SD1) yang didirikan oleh H.
Samanhudi pada 16 Okrober
1905. Kemudian, organisasi ini
berkembang menjadi Satikat Islam (S1) yang dipimpin oleh
H.O.S. Tjokroaminoto dan bersifat politik. Berdirinya SDI ini
memelopori perjuangan bangsa
dalam bidang ekonomi untuk
melawan monopoli ekonomi Cina

pada saat itu. Oleh karena itu,
Hari Kebangkitan Nasional seharnsnya jatuh tepat pada hari

11
25

OJul

12

26

0 Ags OSep

~'~

.. .,

ResensiBuku


/

\-4"

14
28

OOkt

lahimya SDI (16 Oktober), bukan
pada tanggal 20 Mei, yakni hari
lahimya Boedi Oetomo. Sebab,
Boedi Oetomo barn lahir tiga
tahun setelah berdirinya SDI dan
merupakan organisasi eksklusifbagi kalangan suku Jawa dan priyayi.
Arrinya, Boedi Oetomo sama
sekali tidak memperjuangkan persatuan Indonesia.
Sementara di bidang politik,
dibuktikan melalui pembentukan
organisasi modem sebagai wahana

mobilitas dan dinamika semangat
juang masyarakat Indonesia. Di
antaranya adalah H.O.S.
Tjokroaminoto yang memimpin
Sarikat Islam (S1)untuk membangkitkan kesadaran politik umat
Islam di Indonesia, K.H. Achmad
Dahlan yang membangkitkan kesadaran pendidikan nasional
melalui Persatikatan
Muhamadiyah, Muhammad
Yunus dan H. Zarnzamyang membangkitkan kesadaran purifikasi
ajaran Islam melalui Persatuan Islam. Fakra tersebut menunjukkan
bahwa para ulama dan santri
berjuang melawan segala bentuk
penindasan sesuai dengan kondisi
zaman.

'
' ':""" '
..
.."


Kllninn

13
27

II

~

?nno

15
29
ONov

16
30

31


.Des

Selain sejumlah £akta tersebut,
buku setebal enam ratUShalaman
yang diterbitkan Salarnadani ini
juga menyajikan berbagai fakta
lain yang mencengangkan dan
tidak terungkap dalam buku-buku
sejarah konvensional. Misalnya,
masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-7 M, bukan
abad ke-13 M. Sebab, pada abad
ke-7 M ditemukan masyarakat Islam di pesisirbarat Sumatra dan
nisan ularna Syaikh Mukaiddin di
Baros,Tapanuli. Runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha
pun bukan akibat dominasi kerajaan Islam. Selain itu, temyata
kekuasaan khilafah Islam dati
omur Tengah berpengaruh besar
terhadap perkembangan peradaban di Indonesia, lewat keberadaan pesantren atau rnadrasah.
Walaupun buku ini ditulis

berdasarkan historiografi Islam,
tetapi tidak adil jika menilai buku
ini hanya menonjolkan peran
salah satu golongan. Namun lebih
dari itu, buku ini layak diapresiasi
dan dijadikan pembanding rerhadap buku-buku sejarah yang
beredar. (Cecep Wijaya Sari,
alumnus SastraInggrisUnpad) ***