PARADIGMA KEMARITIMAN DAN JEJAK SEJARAH

PARADIGMA KEMARITIMAN DAN JEJAK SEJARAH
KEMARITIMAN YANG TERHAPUS
Makalah Kelompok :
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah Pengantar Ilmu Dan
Teknologi Maritim ( Kelas 02 ) Program Studi Teknik Informatika FT UMRAH
TANJUNGPINANG-KEPULUAAN RIAU

Oleh :
1. Taufik Ramadhan

( 160155201025 )

2. Sufiandy Elmy

( 160155201043 )

3. Randa Dinatha

( 160155201033 )

4. Efrander H. Nababan


( 160155201046 )

5. Zulfa Aliyah

( 160155201030 )

6. Trisnawati

( 160155201036 )

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Terima kasih penyusun ucapkan kepada bapak Eko

Prayetno, ST., M,Eng selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu dan
Teknologi Maritim. Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah paradigma
kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus. Penyusun juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah penyusun buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penyusun sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penyusun
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Tanjungpinang, Februari 2017

Penyusun

1 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1

Latar Belakang..................................................................................................3

1.2

Rumusan Masalah.............................................................................................3

1.3

Tujuan penulisan...............................................................................................6

1.4


Manfaat penulisan.............................................................................................6

1.5

Metode penulisan..............................................................................................6

BAB II...............................................................................................................................7
PARADIGMA KEMARITIMAN DAN JEJAK SEJARAH MARITIM YANG
TERHAPUS................................................................................................................7
2.1

Pengertian Sosial Budaya Masyarakat Maritim................................................7

2.2

Aspek Sosial Budaya Masyarakat Maritim.......................................................8

2.3

Masyarakat Pesisir..........................................................................................14


2.4

Karakterirstik Masyarakaat Pesisir.................................................................15

2.5

Keadaan Masyarakaat Pesisir.........................................................................18

2.6

Penyebab Kemiskinan Masyarakaat Pesisir....................................................21

2.7

Penyebab Kegagalan Membangun Budaya Maritim Bangsa..........................25

2.8

Paradigma Pembangunan SDM dengan Konsep Kebudayaan Maritim.........29


2.9

Hal-Hal Mendasar dan mendesak Yang Harus Dikerjakan Indonesia............30

2.10 Kemaritiman Dalam Prespektif Provinsi Kepuluaan Riau...............................1
BAB III..............................................................................................................................5
PENUTUP.........................................................................................................................5
3.1

Kesimpulan.......................................................................................................5

3.2

Saran.................................................................................................................5

2 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan posisinya yang strategis terletak
diantara 2 benua, Asia dan Australia, serta di antara 2 samudera yaitu samudera Hindia dan
samudera Pasifik dengan Jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau dan wilayahnya secara
umum kurang lebih 70% terdiri dari lautan. Indonesia berada di jalur persilangan
perdagangan dunia dimana paling tidak 70% angkutan barang melalui laut dari Eropa,
Timur Tengah dan Asia Selatan ke wilayah Pasifik, dan sebaliknya, harus melalui perairan
Indonesia.
Untuk menjadi negara poros maritim bukanlah hal yang mudah, poros maritim itu
sendiri diartikan sebagai suatu visi kemaritiman baru Indonesia yang dilandasi oleh
potensi, realitas geografis dan geostrategis Indonesia sebagai negara maritim yang
mempengaruhi dan dipengaruhi dua samudera, Hindia dan Pasifik juga dua benua, Asia
dan Ausralia.
Selain letak geografis Indonesia yang begitu strategis dengan berada diantara jalur
persilangan perdagangan dunia, Indonesia juga negara yang kaya akan sumberdaya laut,
Dengan kemaritimannya yang sangat luas, Indonesia memiliki banyak potensi-potensi
seperti potensi perairannya yang strategis yaitu ALKI atau Alur Laut Kepulauan Indonesia,
potensi sumberdaya kealutan seperti, perikanan tangkap, perikanan budidaya juga
perikanan tambak serta potensi sumberdaya pertambangan dan energi lepas lantai. Hal ini

merupakan modal besar bagi Indonesia untuk menuju negara poros maritim.
Namun dengan berbagai potensi-potensi kemaritiman yang dimiliki Indonesia,
kemaritiman Indonesia juga tidak luput dari berbagai masalah. Beberapa masalah
kemaritiman Indonesia dapat dijabarkan dalam berbagai masalah strategis dalam
pengembangan sektor maritim Indonesia. Isu dan masalah pertama adalah lingkungan dan
sumber daya alam. Terkait isu dan masalah ini, dapat dicontohkan pada eksploitasi minyak

3 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

dan tambang lainnya yang berada pada dualisme, yakni peningkatan energi dan ekonomi
negara versus masalah lingkungan, pencemaran.
Kedua adalah masalah sosial yang lebih banyak mengarah pada ketidak berdayaan
nelayan kita. berbagai persoalan yang dihadapi nelayan, di antaranya nelayan tradisional
susah dalam mengakses fishing ground, juga masalah sosial lainnya adalah seperti mindset
masyarakat Indonesia yang memandang Indonesia hanya sebagai negara agraris dan
melupakan sejarah nenek moyang tentang kekuatan kerajaan-kerajaan maritim Indonesia
dalam menguasai dan melindungi perairan Indonesia.
Masalah ketiga adalah ekonomi, khususnya dalam kaitan Indonesia di tengah era
ekonomi pasifik. Saat ini kemaritiman Indonesia belum membawa pengaruh signitifan

bagi ekonomi Indonesia, ini dikarenakan Indonesia masih belum bisa menguasai
kemaritimannya dan lebih banyak bergantung pada daerah daratannnya.
Keempat adalah masalah teknologi di mana kelemahan nasional dalam menguasai
dan mengembangkan teknologi di bidang kemaritiman.Dalam kaitan dengan teknologi ini,
persoalan lain yang mengemuka adalah aksesibilitas dan konektivitas pulau-pulau kecil
dengan mainland dalam membuka keterisolasian. Pada level kebutuhan masyarakat
kepulauan sudah banyak persoalan teknologi yang harus dilawan, begitu pula akan lebih
banyak bila persoalan di tingkat negara, seperti pertahanan dan keamanan di bidang
kemaritiman.
Kelautan Indonesia kedepan diharapkan dapat menjadi arus utama pembangunan
nasional dengan memanfaatkan ekosistem perairan laut beserta segenap sumberdaya
yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan (on a sustainable basis) untuk
kesatuan, kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Keinginan tersebut dijabarkan dalam
lima tujuan yang harus dicapai, yaitu: (1) Membangun jaringan sarana dan prasarana
sebagai perekat semua pulau dan kepulauan Indonesia, (2) Meningkatkan dan
menguatkan sumber daya manusia di bidang kelautan yang didukung oleh
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (3) Menetapkan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-hal yang terkait dalam kerangka

4 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

pertahanan negara, (4) Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan, dan (5)
Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.

1.2 Rumusan Masalah
1.

Pengertian Sosial Budaya Masyarakat Maritim

2.

Aspek Sosial Budaya Masyarakaat Maritim
a.

Fakta Historis

b.


Fakta Geografis

c.

Sumberdaya Manusia

3.

Masyarakaat Pesisir

4.

Karakteristik Masyarakat Pesisir

5.

Keadaan Masyarakaat Pesisir

6.

Penyebab Kemiskinan Masyarakaat Pesisir

7.

Penyebab Kegagalan Membangun Budaya Maritim Bangsa

8.

Paradigma Pembangunan SDM dengan Konsep Kebudayaan Maritim

9.

Hal-Hal Mendasar dan Mendesak Yang Harus Dilakukan Indonesia

10.

Kemaritiman Dalam Prespektif Provinsi Kepulauaan Riau

5 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

1.3 Tujuan penulisan
1.

Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu dan teknologi maritim.

2.

Memberikan informasi kepada pembaca tentang paradigma kemaritiman dan
jejak maritim yang terhapus.

1.4 Manfaat penulisan
1.

Agar mahasiswa mengetahui tentang paradigma kemaritiman dan jejak sejarah
maritim yang terhapus.

2.

Menambah wawasan mahasiswa tentang kemaritiman .

1.5 Metode penulisan
1.

Penulis mencari sumber melalui buku, pdf , ebook dan jurnal.

2.

Penulis mencari sumber melalui website yang tersedia di internet.

6 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

BAB II
PARADIGMA KEMARITIMAN DAN JEJAK SEJARAH MARITIM
YANG TERHAPUS

2.1

Pengertian Sosial Budaya Masyarakat Maritim
Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan
(Enda, 2010). Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu
yang bertalian dengan sistem hidup bersama atau atau hidup bermasyarakat dari orang
atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai
Sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya (Ranjabar, 2006) . Namun jika di
lihat dari asal katanya, sosial berasal dari kata ”socius” yang berarti segala sesuatu
yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar .

7 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Sosial budaya adalah itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh manusia
dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan bermasyarakat.
Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang
diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat maritim, yang terdiri dari dua buah kata yang memiliki makna
tersendiri. Maritim yang merupakan segala aktivitas pelayaran dan
perniagaan/perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau disebut pelayaran
niaga. Sedangkan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri,
cukup lama hidup bersama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan
yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya di dalam kelompok tersebut
(Horton et. Al,1991).

Masyarakat maritim terbagi menjadi :
1.

Masyarakat industri maritim (termasuk komunitas nelayan) adalah
masyarakat yang bermukim di daerah pesisir dengan jenis pekerjaan
yang mengacu pada sumber daya laut dimana kegiatan produksinya
sudah berwujud organisasi modern, teknologinya sudah maju, organisasi
kerjanya lebih kompleks, motif produksinya lebih komersial, dan
struktur sosialnya yang tediferensiasi.

2.

Masyarakat maritim tradisional adalah masyarakat yang bermukim di
daerah pesisir dengan jenis pekerjaan berbasis pada sumber daya laut
dalam ciri usaha rumah tangga, menggunakan teknologi yang masih
tradisional, organisasi kerja yang sederhana, motif produksi yang
subsisten dan struktur sosial yang relatif homogen.

8 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Secara garis besar, sosial budaya masyarakat maritim berarti sistem hidup
masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada aktivitas atau perniagaan yang
berhubungan dengan kelautan.
2.2 Aspek Sosial Budaya Masyarakat Maritim
1.

Faktor Historis

Negara Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki wilayah lautan daripada
daratan. Beberapa bukti bahwa laut lebih luas dari darat (2/3 luas Indonesia adalah
laut), permukaan planet bumi juga 73 % adalah air dan sisanya darat. Belum lagi
dihitung potensi sumberdaya yang terdapat di laut baik permukaan, kolom perairan
maupun dasar laut. sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa maritim
yang memiliki potensi sumberdaya laut yang kaya dan budaya bahari yang unggul di
masa lalu, seperti Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit.
Konon penjajahlah yang merubah karakter bangsa menjadi petani. Namanya juga
penjajah, selalu mengedepankan ambisinya dengan memperluas perdagangan rempahrempah dari hasil pertanian ketika itu.
Untuk memastikan negara Indonesia sebagai negara maritim, maka dapat dilihat dari
bebrapa peristiwa penting, yaitu:
Pertama; Deklarasi Djoeanda (13-12-1957), dengan tindak lanjut adanya konsep
wawasan nusantara, UU No 4/60 tentang Perairan dan UNCLOS 1982. Isi Deklarasi
“Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau
yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas dan
lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan Negara Republik Indonesia
dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan pedalaman atau perairan
nasional yang berada di bawah kedaulatan Negara Republik Indonesia. Penentuan
batas laut 12 mil yang diukur dari garis-garis yang menghubungkan titik terluar pada
pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang”
9 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Kedua; Deklarasi Benua Maritim Indonesia di Makassar (18-12-1996), dengan tindak
lanjut Konsep Pembangunan Benua Maritim Indonesia, Dewan Kelautan Nasional.
Substansinya adalah menyebut Negara Kesatuan RI beserta perairan nusantara, laut
wilayah, zona tambahan, ZEE, dan landas kontinennya sebagai Benua Maritim
Indonesia. Pembangunan Maritim Indonesia (1998–2004) mencakup aspek :
Perikanan, Pehubungan laut, Industri Maritim, Pertambangan dan Energi, Wisata
Bahari, Pembangunan SDM, IPTEK dan Kelembagaan Maritim
Ketiga; Deklarasi Bunaken (26-9-1998) dengan tidak lanjut The Ocean Charter.Isi
Deklarasi: Mulai saat ini visi pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus
juga berorientasi laut. Semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga
memberikan perhatian untuk pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi
kelautan Indonesia.
Keempat; Berdirinya Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Persatuan (1999-2004)
dengan tindak lanjut Departemen Eksplorasi Laut, Departemen Eksplorasi Laut dan
Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Dewan Maritim Indonesia. Visi
Departemen Kelautan dan perikanan adalah Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan secara Lestari dan bertanggung jawab bagi kesatuan dan kesejahteraan anak
bangsa, sedangkan Misi Pembangunan Kelautan dan Perikanan : Misi Kesejahteraan :
Meningkatkan kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan, dan pelaku usaha kelautan
dan perikanan lainnya; Misi Pertumbuhan : Meningkatkan peran sektor kelautan dan
perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi; Misi Kelestarian : Memelihara daya
dukung dan meningkatkan kualitas lingkungan sumber daya kelautan dan perikanan
Kelima; Seruan Sunda kelapa (27-12-2001), dengan tindak lanjut Gerbang Mina
Bahari yang intinya adalah : Membangun Wawasan Bahari, Menegakkan Kedaulatan
Hukum di laut, Mengembangkan Industri dan Jasa Maritim secara Optimal dan
Lestari, Mengelola Kawasan Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Mengembangkan
Hukum Nasional di Bidang Maritim
10 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Keenam; Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU No
27 Tahun 2007), dengan tindak lanjut yang penting antara lain hak pengusahaan pesisir
dan pulau-pulau kecil diharuskan adanya kelengkapan dokumen perencanaan (rencana
strategis, rencana zonasi, rencana pengelolaan dan rencana aksi.
Dari keenam peristiwa di atas dapat dikatakan bahwa sebenarnya negara Indonesia
adalah negara maritim. Hal ini dilihat dari keseriusan pemerintah dalam mencitacitakan kemajuan bangsa di bidang kebaharian. Belum lagi potensi yang besar yang
terkandung di dalamnya.
Juga dapat dikatakan bahwa masyarakat maritim adalah masyarakat yang sangat
didahulukan kepentingannya. Karena tanpa masyarakat maritim, tidak akan ada yang
mengelola laut dan semua usaha pemerintah akan sia-sia.

2.

Aspek geografis
Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

wiliyahnya (62%) merupakan perairan laut, selat dan teluk; sedangkan 38 % lainnya
adalah daratan yang didalamnya juga memuat kandungan air tawar dalam bentuk
sungai, danau, rawa, dan waduk.
Demikian luasnya wiliyah laut di Indonesia sehingga mendorong masyarakat yang
hidup di sekitar wilayah laut memanfaatkan sumber kelautan sebagai tumpuan
hidupnya. Ketergantungan masyarakat terhadap sektor kelautan ini memberikan
identitas tersendiri sebagai masyarakat pesisir dengan pola hidup dan karakteristik
tersendiri.
Desa pesisir merupakan entitas sosial,ekonomi, ekologi dan budaya, yang
menjadi batas antara daratan dan lautan, di mana di dalamnya terdapat suatu kumpulan
manusia yang memiliki pola hidup dan tingkah laku serta karakteristik tertentu.
Masyarakat pesisir ini menjadi tuan rumah di wilayah pesisir sendiri. Mereka menjadi
11 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

pelaku utama dalam pembangunan kelautan dan perikanan, serta pembentuk suatu
budaya dalam kehidupan masyarakat pesisir. Banyak diantaranya faktor-faktor yang
menyebabkan masyarakat pesisir menjadi suatu komunitas yang terbelakang atau
bahkan terisolasi sehingga masih jauh untuk menjadikan semua masyarakat setempat
sejahtera. Dilihat dari faktor internal masyarakat pesisir kurang terbuka terhadap
teknologi dan tidak cocoknya pengelolaan sumberdaya dengan kultur masyarakat
setempat.
Masyarakat pesisir itu sendiri merupakan sekumpulan masyarakat yang hidup
bersama-sama yang mendiami suatu wilayah pesisir, membentuk dan memiliki
kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan
sumber daya pesisir dan laut. Tentu masyarakat pesisir tidak hanya nelayan, melainkan
juga pembudidaya ikan, pengolah ikan bahkan pedagang ikan.
3.

Sumberdaya manusia
Dalam berbagai literatur temuan hasil penelitian, tingkat pendidikan

nelayan sebagai masyarakt maritim umumnya rendah. Penelitian Muflikhati (2010)
mencatat bahwa rataan lama nelayan mengikuti pendidikian formal berada pada
angka 4,63 tahun yang berarti tidak mencapai kelas 5 Sekolah Dasar. Hal ini berarti
nelayan tersebut rata-rata hanya mengecap tingkat pendidikan maksimal hingga
kelas 5 Sekolah Dasar. Minimnya tingkat raihan nelayan terhadap akses pendidikan
formal ternyata tidak berbeda dengan kondisi nelayan ketika mereka mengakses
jenis pendidikan non formal seperti dalam bentuk kursus, magang atau pelatihan.
Nelayan artisanal di kabupaten Cirebon misalnya, rata-rata hanya dapat mengakses
pendidikan non formal selama 4,9 jam per tahun,
sementara itu nelayan di kabupaten Subang 3,5 jam per tahun, Indramayu 5,8 jam
per tahun, kabupaten Karawang 4,3 jam per tahun dan nelayan di kabupaten
Bekasi 4,8 jam per tahun. Rendahnya capaian tingkat pendidikan formal dan non
formal nelayan di pantai Utara Provinsi Jawa Barat ternyata tidak seluruhnya
12 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

sejalan dengan kriteria tingkat kemiskinan yang menggunakan indikator
pemasukan dan pengeluaran. Penelitian Muflikhati (2010) bahwa jika
kesejahteraan nelayan hanya diukur dengan ukuran ekonomi (pendapatan dan
pengeluaran), maka keluarga nelayan dapat dikatakan lebih sejahtera daripada
keluarga bukan nelayan. Namun dengan indikator yang memiliki dimensi lebih
luas dan lebih menjelaskan kondisi kehidupan dari berbagai aspek seperti akses
terhadap pendidikan, terlihat bahwa keluarga nelayan berada dalam kondisi rendah
dalam tingkat kesejahteraannya. Rendahnya tingkat pendidikan formal dan non
formal yang dapat diakses oleh nelayan artisanal pantau Utara Jawa Barat, tidak
menjadikan sulitnya mereka dapat menguasai teknik-teknik dalam kegiatan
perikanan tangkap. Proses sosialisasi dan enkulturasi yang dilakukan oleh nelayan
secara turun temurun, menjadikan pengetahuan kemampuan melaut dan
menangkap ikan dapat tersampaikan antar generasi. Bagi seorang individu nelayan,
proses tersebut tidak berjalan secara singkat, melainkan berlangsung hingga
puluhan tahun. Temuan penelitian ini menunjukkan rata-rata lama responden
bekerja menjadi nelayan yang mencapai hingga 21,28 tahun. Demikian pula
dengan lamanya waktu telah memiliki perahu secara sendiri rata-rata sudah
mencapai waktu 17,26 tahun.
Masyarakat maritim juga memiliki sifat keterbukaan dalam menerima unsurunsur dari luar. Sebagai contoh berkembangnya agama islam pada abad 15 dan 16 di
Indonesia atau nusantara adalah melalui daerah-daerah atau kota-kota pelabuhan
seperti Samudra Pasai, Aceh, Malakan, Demak, Gresik, dll.
2.3 Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir adalah sekelompok masyarakat yang dipengaruhi oleh laut
baik sebagian besar atau pun seluruh kehidupannya. Mata pencaharian utama di daerah
pesisir adalah nelayan, walaupun terdapat mata pencaharian di luar nelayan, seperti :
13 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

pegawai negeri, pemilik warung, kontraktor, jasa potong rambut, dan masih banyak
usaha di bidang jasa lainnya.
Definisi lainnya dari masyarakat pesisir adalah kelompok orang atau suatu
komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya
bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Mereka
terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut
lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier factor sarana produksi perikanan.
Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa
transportasi dan lain-lain.

Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal
struktur sosial yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan pasar
pada usaha perikanan. “Biasanya patron memberikan bantuan berupa modal kepada
klien. Hal tersebut merupakan taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan utangnya
sehingga bisnis tetap berjalan”. Dari masalah utang piutang tersebut sering terjadi
konflik, namun konflik yang mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam
memperebutkan sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, sangatlah
penting adanya pihak yang dapat mengembangkan sumberdaya laut dan mengatur
pengelolaannya.

14 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

2.4 Karakterirstik Masyarakaat Pesisir
Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat
agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat
dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang
mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka
inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata pencahariannya
didominasi dengan pelayan. nelayan bergelut dengan laut untuk mendapatkan
penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol. Nelayan
menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko tinggi. Hal tersebut
menyebabkan masyarakat pesisir sepeti nelayan memiliki karakter yang tegas, keras,
dan terbuka”.

Selain itu, karakteristik masyarakat pesisir dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya,
a. Aspek pengetahuan,
b. Kepercayaan (teologis),
c. Posisi nelayan sosial.

15 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Dilihat dari aspek pengetahuan, masyarakat pesisir mendapat pengetahuan dari
warisan nenek moyangnya misalnya untuk melihat kalender dan penunjuk arah maka
mereka menggunakan rasi bintang. Sementara, dilihat dari aspek kepercayaan,
masyarakat pesisir masih menganggap bahwa laut memilki kekuatan magic sehingga
mereka masih sering melakukan adat pesta laut atau sedekah laut.

-

Ciri Khas Wilayah Pesisir

Ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumberdaya
yang terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia pada
wilayah tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang
alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan
beberapa ekosistem khas dan lain-lain. Ditinjau dari aspek kepemilikan, wilayah
pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya sering memiliki sifat
terbuka (open access).
Kondisi tersebut berbeda dengan sifat kepemilikan bersama (common
property) seperti yang terdapat di beberapa wilayah di Indonesia seperti Ambon
dengan kelembagaan Sasi, NTB dengan kelembagaan tradisional Awig-Awig dan
Sangihe, Talaud dengan kelembagaan Maneeh yang pengelolaan sumberdayanya diatur
secara komunal. Dengan karakteristik open access tersebut, kepemilikan tidak diatur,
setiap orang bebas memanfaatkan sehingga dalam pembangunan wilayah dan
pemanfaatan sumberdaya sering menimbulkan konflik kepentingan pemanfaatan ruang
dan sumberdaya serta peluang terjadinya degradasi lingkungan dan problem
eksternalitas lebih besar karena terbatasnya pengaturan pengelolaan sumberdaya.
-

Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based),
16 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. Tingkat
pendidikan penduduk wilayah pesisir juga tergolong rendah. Kondisi lingkungan
pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik
dan terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif berada
dalam tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap
sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir adalah sebagai berikut:
1. Sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan. Contohnya seperti usaha perikanan
tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha pengelolaan hasil perikanan yang
memang dominan dilakukan.
2. Sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan juga pasar.
3. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak dimasuki oleh pihak
luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup, dan kegiatan masyarakat
relatif homogen dan maasing-masing individu merasa mempunyai kepentingan
yang sama dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mengawasi hukum yang
sudah disepakati bersama.

17 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

4. Sebagian besar masyarakan pesisir bekerja sebagai Nelayan. Nelayan adalah
perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang mata pencahariannya atau
kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan.

2.5 Keadaan Masyarakaat Pesisir
Kehidupan masyarakat pesisir adalah mereka – mereka yang hidup dan
menetap di kawasan pesisir dan laut. Realita sosial masyarakat pesisir, menunjukkan
gambaran tentang sebuah potret masyarakat yang relatif terbuka dan mudah menerima
serta merespon perubahan yang terjadi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat kawasan
pesisir merupakan kawasan yang sangat terbuka dan memungkinkan bagi
berlangsungnya proses interaksi sosial antara masyarakat setempat dengan masyarakat
pendatang.
Wilayah pesisir adalah interaksi antara tujuan – tujuan dan pemanfaatan –
pemanfaatan kelautan dan terestrial, wilayah pesisir terdiri dari daratan yang
berinteraksi dengan lautan dan ruang lautan yang berinteraksi dengan daratan. Jadi
wilayah pesisir adalah :
-

Terdiri dari komponen daratan dan komponen lautan.

-

Memiliki batas – batas daratan dan lautan yang ditentukan oleh tingkat
pengaruh dari daratan terhadap lautan dan lautan terhadap daratan.

-

Tidak seragam dalam hal kelebaran, kedalaman atau ketinggian.

Wilayah ini adalah wilayah transisi yang menandai tempat perpindahan antara
wilayah daratan dan laut atau sebaliknya . Di wilayah ini, sebahagian besar
masyarakatnya hidup dari mengelola sumber daya pesisir dan laut, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
18 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Oleh karena itu, dari perspektif mata pencariannya, masyarakat pesisir tersusun
dari kelompok-kelompok masyarakat yang beragam seperti nelayan, petambak,
pedagang ikan, pemilik toko, serta pelaku industri kecil dan menengah pengolahan
hasil tangkap.
Di kawasan pesisiran yang sebahagian besar penduduknya bekerja menangkap
ikan, sekelompok masyarakat nelayan merupakan unsur terpenting bagi eksistensi
masyarakat pesisir. Mereka mempunyi peran yang besar dalam mendorong kegiatan
ekonomi wilayah dan pembentukan struktur sosial budaya masyarakat pesisir.
Sekalipun masyarakat nelayan memiliki peran sosial yang penting, kelompok
masyarakat yang lain juga mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat.
Masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang pekerjaannya
adalah menangkap ikan. Sebahagian hasil tangkapan tersebut dikonsumsi untuk
keperluan rumah atau dijual seluruhnya. Biasanya isteri nelayan akan mengambil
peran dalam urusan jual beli ikan dan yang bertanggung jawab mengurus domestic
rumahtangga.
Kegiatan melaut dilakukan setiap hari, kecuali pada musim barat, masa terang
bulan, atau malam jumat (libur kerja). Kapan waktu keberangkatan dan kepulangan
melaut umumnya ditentukan oleh jenis dan kualitas alat tangkap. Biasanya nelayan
akan berangkat kelaut pada sore hari setelah Ashar dan kembali mendarat pada pagi
hari.
Tingkat produktivitas perikanan tidak hanya menentukan fluktuasi kegiatan
ekonomi perdagangan desa-desa pesisir, tetap juga mempengaruhi pola-pola konsumsi
penduduknya. Pada saat tingkat penghasilan besar, gaya hidup nelayan cenderung
boros dan sebaliknya ketika musim paceklik tiba mereka akan mengencangkan ikat
pinggang, bahkan tidak jarang barang-barang yang dimilikinya akan dijual untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
19 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Dalam masyarakat nelayan, struktur yang terkonstruksi merupakan aktualisasi
dari organisasi kehidupan perahu. Sistem organisasi nelayan memberi ruang yang luas
bagi tumbuhnya penghargaan terhadap nilai-nilai prestatif, kompetitif, beorentasi
keahlian, tingkatan solidaritas sosial kerana faktor nasib dan tantangan alam, serta
loyalitas terhadap pemimpin yang cerdas.
Salah satu karakteristik masyarakat nelayan adalah ketergantungan yang kuat
terhadap lingkungan pesisir. Baik dan buruknya lingkungan pesisir akan berdampak
secara langsung terhadap kehidupan mereka. Hal ini terkait dengan sumber daya
perikanan yang ada seperti ikan tuna, lajang, cumi – cumi dan sebagainya. Hal ini
membentuk hubungan atau relasi timbal balik antara manusia dan alam.
Karena itu, posissi sosial seorang nelayan atau pedagang ikan yang sukses
secara ekonomis dan memiliki modal kultural, seperti suka menderma dan sudah
berhaji, sangat dihormati oleh masyarakat di lingkungannya dan diikuti pendapatnya.
Mereka ini merupakan modal sosial berharga yang bisa didayagunakan untuk
mencapai keberhasilan program pemberdayaan masyarakat pesisir.
2.6 Penyebab Kemiskinan Masyarakaat Pesisir
Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah pembangunan di Negara
Republik Indonesia tercinta. Kedua permasalahan ini memiliki keterkaitan satu sama
lain. Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena
dikehendaki oleh si miskin melainkan karena tak dapat dihindari dengan kekuatan
yang ada. Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang rendah, yaitu adanya
suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Secara ekonomis, kemiskinan juga
dapat diartikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejehtaraan sekelompok orang. Kemiskinan memberi gambaran
situasi serba kekurangan seperti terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya
20 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

pengetahuan dan keterampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan,
lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan
serta dalam pembangunan
Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir ditengarai disebabkan oleh tidak
terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, inftastruktur. Di samping itu, kurangnya kesempatan
berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan
gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin
semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan Pemerintah selama ini kurang
berpihak pada masyarakat pesisir sebagat salah satu pemangku kepentingan di wilayah
pesisir.
1. Kondisi Alam
Kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat pesisir terjadi disebabkan
masyarakat pesisir hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi
ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. Musim paceklik yang selalu datang
tiap tahunnya dan lamanya pun tidak dapat dipastikan akan semakin membuat
masyarakat nelayan terus berada dalam lingkaran setan kemiskinan setiap
tahunnya.
2. Tingkat pendidikan
Masyarakat pesisir yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi
modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil
tangkapannya juga sangat rendah. Tingkat pendidikan masyarakat pesisir
berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para mereka, dalam
hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat
mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain
disebabkan oleh bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu,
21 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik. Selama ini, masyarakat pesisir
hanya menggunakan cara yang tradisional untuk mengawetkan ikan. Hal tersebut
salah satunya disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengusaaan
masyarakat pesisir terhadap teknologi.
3. Pola kehidupan masyarakat pesisir sendiri
Streotipe semisal boros dan malas oleh berbagai pihak sering dianggap menjadi
penyebab kemiskian masyarakat pesisir. Padahal kultur nelayan jika dicermati
justru memiliki etos kerja yang handal. Bayangkan mereka pergi subuh pulang
siang, kemudian menyempatkan waktunya pada waktu senggang untuk
memperbaiki jaring. Memang ada sebagian masyarakat pesisir yang mempunyai
kebiasaan dan budaya boros dan hal tersebut menyebabkan posisi tawar
masyarakat miskin semakin lemah

4. Pemasaran hasil tangkapan
Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal
tersebut membuat para masyarakat pesisir terpaksa untuk menjual hasil tangkapan
mereka kepada tengkulak dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran.
5. Program pemerintah yang tidak memihak masyarakat pesisir
Salah satunya adalah dengan adanya kenaikan BBM yang merupakan momok
bagi masyarakat pesisir, melihat tingginya ketergantungan mereka terutama pada
jenis solar. Jika sampan bermesin ukuran 5-12 PK membutuhkan rata-rata 10 liter
solar sekali melaut, maka setiap sampan akan mengelurakan biaya Rp.21.000
dalam kondisi harga normal atau di pangkalan sebesar Rp.2100. Tetapi pada
umumnya masyarakat pesisir membeli harga solar Rp.25.00-27.000, karena
22 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

tergantung pada tingkatan agen yang bermain di lapangan. Semakin banyak
agennya maka semakin panjanglah rantai pasarnya dan semakin tinggilah harga
solar sampai ke tangan nelayan. Harga tersebut ‘terpaksa” dibeli, untuk bisa
melanjutkan hidup dengan melaut, meskipun dengan kondisi pas-pasan.
Selain itu, proses pemangkasan kekuatan rakyat pada masa orde baru,
masih terasakan dengan melemahnya kearifan-kearfian lokal. Dulu, tradisi jamu
laut di Sumatera Utara masih efektif terutama dalam hal pelarangan penangkapan
ikan pada musim tertentu. Biasanya setelah jamu laut, dilarang pergi melaut selama
beberapa hari, dengan demikian ada waktu pemulihan sumber daya ikan . Tak
heran kalau sehabis jamu laut, dipercaya ada berkah laut dengan hasil tangkapan
yang banyak. Sayangnya, semuanya itu tidak lagi seutuhnya terjadi hari ini, karena
jamu lautpun sudah mulai pudar, dan hanya menjadi ritus-ritus belaka. Potret
kemiskinan struktural terjadi karena negara sejak lama mengabaikan potensi bahari
yang kaya raya ini sehingga hanya dikuasai segelinitir orang termasuk sebagain
besar oleh kapal-kapal asing.
Berdasarkan uraian pokok masalah diatas, maka rekomendasi yang harus
dilakukan dalam menanggulangi kemiskinan nelayan adalah:
1.

Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat nelayan.
Dalam hal ini konteksnya adalah nelayan sebagai kepala rumah tangga, dan
nelayan sebagai seperangkat keluarga. Nelayan yang buta huruf minimal bisa
membaca atau lulus dalam paket A atau B. Anak nelayan diharapkan mampu
menyelesaikan pendidikan tingkat menengah. Sehingga kedepan akses
perkembangan tekhnologi kebaharian, peningkatan ekonomi lebih mudah
dilakukan.

2.

Perlunya merubah pola kehidupan nelayan.

23 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Hal ini terkait dengan pola pikir dan kebiasaan. Pola hidup konsumtif harus
dirubah agar nelayan tidak terpuruk ekonominya saat paceklik. Selain itu
membiasakan budaya menabung supaya tidak terjerat rentenir. Selain itu perlu
membangun diverifikasi mata pekerjaan khusus dipersiapkan menghadapi masa
paceklik, seperti pengolahan ikan menjadi makanan, pengelolaan wialyah pantai
dengan pariwisata dan bentuk penguatan ekonomi lain, sehingga bisa
meningkatkan harga jual ikan, selain hanya mengandalakan ikan mentah.
3.

Peningkatan kualitas perlengkapan nelayan dan fasilitas pemasaran.
Perlunya dukungan kelengkapan tekhnologi perahu maupun alat tangkap,
agar kemampuan nelayan Indonesia bisa sepadan dengan nelayan bangsa lain.
Begitupula fasilitas pengolahan dan penjualan ikan, sehingga harga jual ikan
bisa ditingkatkan.

4.

Perlunya sebuah kebijakan sosial dari pemerintah yang berisikan program yang
memihak nelayan.
Kebijakan pemerintah terkait penanggulangan kemiskinan harus bersifat
bottom up sesuai dengan kondisi, karakteristik dan kebutuhan masyarakat
nelayan. Kebijakan yang lahir berdasarkan partisipasi atau keterlibatan
masyarakat nelayan, bukan lagi menjadikan nelayan sebagai objek program,
melainkan sebagai subjek. Selain itu penguatan dalam hal hukum terkait zona
tangkap, penguatan armada patroli laut, dan pengaturan alat tangkap yang tidak
mengeksploitasi kekayaan laut dan ramah lingkungan.

2.7 Penyebab Kegagalan Membangun Budaya Maritim Bangsa
Sejarah menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia memiliki pengaruh
yang sangat dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama karena adanya kekuatan
maritim besar di bawah Kerajaan Sriwijaya dan kemudian Majapahit yang telah
24 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

banyak meninggalkan banyak bukti sejarah di nusantara yang salah satunya berupa gua
yang dipenuhi lukisan perahu layar dan peninggalan bekas kerajaan Marina yang
didirikan oleh perantau dari Nusantara terletak di wilayah Madagaskar. Selain
Kerajaan Sriwijaya dan Majapait, Kerajaan Singosari juga memiliki armade laut yang
kuat dan mengadakan hubungan dagang secara intensif dengan wilayah sekitarnya.
Oleh karena itu, Sejarah kejayaan nusantara tidak bisa dilepaskan dari
sejarah budaya bahari, karena sejak abad ke-5 jauh sebelum kedatangan orang-orang
eropa di perairan nusantara, pelaut-pelaut negeri ini telah menguasai laut internasional
dan tampil sebagai penjelajah samudra. Indonesia adalah negara dengan pantai
terpanjang ke dua di dunia. Lebih dari itu, Indonesia terletak pada posisi yang sangat
strategis, yaitu pada persilangan dua benua dan dua samudera serta memiliki kekayaan
bahari yang begitu melimpah. Akan tetapi, budaya bahari bangsa Indonesia masih
memprihatinkan. Budaya bahari bangsa Indonesia belum tumbuh kembali, bukan saja
di tengah masyarakat, tetapi juga pada tataran pembuat kebijaksanaan. Sehingga,
Indonesia belum mampu memanfaatkan kelautan sebagai sumber kesejahteraannnya.
Sungguh sangat disayangkan dengan kekayaan tersebut seharusnya masyarakat
Indonesia menjadi masyarakat yang kaya. Namun pada kenyataanya masih banyak
masyarakat Indonesia yang barada dibawah garis kemiskinan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, penduduk miskin di
indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen % di antaranya adalah
masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan.
Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia yang wilayah lautnya
termasuk ZEEI (5,8 juta km2) meliputi 75 persen total wilayahnya, teridiri dari 17.504
pulau (baru 13.466 yang telah diberi nama dan didaftarkan ke PBB), dan dikelilingi
95.181 km garis pantai (terpanjang kedua setelah Kanada), pencapaian hasil
pembangunan KP tersebut masih jauh dari potensi kelautan yang Indonesia miliki alias
jauh dari optimal.
Selain itu, pembangunan kelautan masih menyisakan begitu banyak
pekerjaan rumah.Buktinya, hingga kini kontribusi seluruh sektor kelautan terhadap
25 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

PDB hanya sekitar 20%. Padahal negara-negara dengan potensi kekayaan laut yang
lebih kecil ketimbang Indonesia, seperti Islandia, Norwegia, Jepang, Korea Selatan,
dan Tiongkok, dan Thailand, kontribusi bidang kelautannya rata-rata sudah di atas
30% PDB.Mayoritas nelayan dan masyarakat pesisir masih terlilit derita kemiskinan.
Sementara, gejala overfishing, kerusakan ekosistem pesisir (terumbu karang, hutan
mangrove, dan estuaria), dan pencemaran melanda sekitar 40% wilayah pesisir dan
laut, seperti Pantai Utara Jawa, sebagian Selat Malaka, Pantai Selatan Sulawesi,
sebagian Pantai Timur Kalimantan, dan muara Sungai Ajkwa di Papua. Praktik
penangkapan ikan ilegal (illegal fishing) oleh nelayan asing, illegal logging, illegal
mining, dan kegiatan ekonomi ilegal lainnya serta perampokan dan perompakan di laut
masih marak.Yang lebih memprihatinkan, bila sejak 2000 – 2004 kinerja ekspor-impor
dan daya saing sektor KP mulai membaik secara signifikan, sejak sepuluh tahun
terakhir kita mulai kebanjiran komoditas ikan impor dan garam.Sebagai akibat dari
rendahnya kinerja sektor transportasi laut (pelayaran, pelabuhan, dan industri galangan
kapal), biaya logistik Indonesia menjadi yang termahal di dunia, mencapai 26%
PDB.Padahal, negara-negara lain lebih rendah dari 15% PDB nya. Lebih dari 75%
barang yang kita ekspor harus melalui Pelabuhan Singapura, karena hampir semua
pelabuhan Indonesia belum jadi hub port yang memenuhi sejumlah persyaratan
internasional.Selain itu, dalam sistem rantai suplai dunia, posisi Indonesia belum
sebagai produsen dan pemasok barang (produk) yang dibutuhkan masyarakat dunia,
melainkan hanya sebagai konsumen (pasar) berbagai barang dan produk dari bangsabangsa lain.
Permasaahan kelautan lain yang tidak kalah pentingnya adalah belum
tuntasnya batas-batas wilayah laut dengan negara-negara tetangga, dan ancaman
terhadap kedaulatan wilayah NKRI.Dan, budaya bangsa yang sejak zaman penjajahan
‘didaratkan’.Padahal, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang 75 persen
wilayahnya berupa laut, seharusnya budaya (culture) bangsa Indonesia adalah budaya
maritim, bukan daratan.
26 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Sementara itu, permasalahan bangsa (nasional) yang krusial dan harus segera
diatasi meliptui: tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, kesenjangan antara
penduduk kaya vs. miskin yang kian melebar, disparitas pembangunan antar wilayah
(Jawa vs luar Jawa, KBI vs KTI, dan perkotaan vs perdesaan) yang sangat timpang,
rentannya kedaulatan pangan dan energi nasional, daya saing dan IPM (Indeks
Pembangunan Manusia) yang masih rendah, dan kerusakan SDA dan lingkungan.
Tantangan eksternal (global) yang akan dihadapi sektor KP ke depan adalah
rezim perdagangan bebas (free trade), khususnya pasar tunggal ASEAN yang akan
mulai berlaku Desember tahun depan (2015), dan Perubahan Iklim Global (Global
Climate Change) beserta segenap implikasi (dampak) nya seperti pemanasan suhu
perairan (laut), peningkatan permukaan laut (sea level rise), pemasaman laut (ocean
acidification), cuaca ekstrem, dan lainnya.
Maka dari itu dalam rangka pembangunan nasional berdasarkan Wawasan
Nusantara, pengelolaan perikanan perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan cara
sbb:
a. berdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan,
keterpaduan, keterbukaan, efisiensi dan kelestarian sumberdaya ikan
dan lingkungannya yang berkelanjutan, dengan mengutamakan
perluasan kesempatan kerja, peningkatan taraf hidup bagi nelayan dan
peningkatan penerimaan dan devisa negara. Untuk menjamin
terselenggaranya pengelolaan sumber daya ikan secara optimal dan
berkelanjutan perlu ditingkatkan peranan pengawas perikanan dan
peran serta masyarakat dalam upaya pengawasan dibidang perikanan
secara berdaya guna dan berhasil guna.
b. pengelolaan perikanan wajib didasarkan pada prinsip perencanaan
dan keterpaduan pengendaliannya.
c. Pengelolaan perikanan dilakukan dengan memperhatikan pembagian
kewenangan antara Pemenrintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Pengelolaan perikanan yang memenuhi unsur pembangunan yang
27 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

berkesinambungan , yang didukung dengan penelitian dan
pengembangan perikanan seta pengendalian yang terpadu.
Pengelolaan perikanan dengan meningkatkan pendidikan dan
pelatihan serta penyuluhan di bidang perikanan. Keadaan alam, flora
dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah serta seni dan
budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumberdaya dan
modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan
kepariwisataan. Kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk
memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja
mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional,
serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan
nasional. Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan
asas manfaat,usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata,
perikehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada diri
sendiri. Penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan: memperkenalkan,
mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu objek dan
daya tarik wisata; memupuk rasa cintatanah air dan meningkatkan
persahabatan antar bangsa; memperluas dan memeratakan
kesempatan berusaha dan lapangan kerja; meningkatkan pendapatan
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat; mendorong pendayabunaan produksi nasional. Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar memiliki potensi kekayaan dan
keindahan laut yang diminati oleh wisatawan dalam dan luar negeri,
serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Wisata laut meliputi :
menyelam, berselancar, berlayar pesiar, bermain jet ski, berselancar
angin, serta mengunjungi resort-resort yang tersedia di pulau-pulau.
Pemerintah wajib mengatur pemanfaatan dan pengelolaan
berdasarkan tata ruang wilayah dan dilaksanakan dengan asas
28 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

kelestarian, berkelanjutan, keterpaduan, keterpeliharaan, dan
memperhatikan aspek ekol