MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN Model Pembentukan Akhlak Mulia Pada Mahasantri Pondok Shabran Tahun Ajaran 2011 S/D 2014.

MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA
PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN
TAHUN AJARAN 2011 S/D 2014

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:
Makrim Tabe
NIM: G000110101
NIR:11/X/02.2.1/0966

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA
PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN
TAHUN AJARAN 2011 S/D 2014

Makrim Tabe
G 000 110 101
Fakultas Agama Islam
ABSTRAK

Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi
akhlak yang memiliki nilai baik dan buruk yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak baik akan terwujud pada diri seseorang dengan melalui pembentukan atau
pembinaan. Pembinaan akhlak dilakukan guna menghasilkan manusia yang berakhlak
mulia.
Pondok Shabran merupakan lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam
pembentukan akhlak mahasantri. Hal ini berdasarkan visi Pondok yaitu mewujudkan
kader yang berakhlak mulia demi terciptanya kader ulama. Meskipun begitu, masih
terdapat akhlak mahasantri yang harus diperbaiki. Hal ini dipengaruhi oleh latar
belakang perekrutan mahasantri yang berbeda, sehingga memiliki parameter akhlak
yang berbeda pula.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui apa saja model pembentukan akhlak
mulia pada mahasantri Pondok Shabran. Adapun manfaat penelitian ini sebagai
sumbangan khasanah keilmuan dan leadership untuk Pondok Shabran, khususnya
dalam membentuk dan mewujudkan mahasantri yang berakhlak mulia seperti yang

dicontohkan oleh Rasulullah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan sumber data dari
pembina, dosen, dan mahasantri, serta dokumen di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah induktif.
Berdasarkan analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembentukan akhlak mulia yang diterapkan di Pondok Shabran tidak hanya
internalisasi, keteladanan, pembiasaan, nasehat, penghargaan dan hukuman. Tetapi
memiliki beberapa model diantaranya: model keteladanan dalam ibadah, akhlak,
sulukiyyah, model pengawasan, pengarahan dan pengendalian langsung, model
penilaian dan pemahaman, model role playing, model salat jamaah dan salat sunnah,
model bimbingan Qur’an dan Hadis. Namun peneliti menemukan model baru yang
belum ada pada teori yaitu Comprehensive Model of Glorious Character Building in
Shabran (CMGCS) yang terdiri dari model mau’iẓah dan irsyād, model pembentukan
melalui berorganisasi, model pembentukan melalui berorganisasi perkuliahan, model
pembentukan melalui kelompok pengajian, model pembentukan melalui mubaligh
hijrah
Kata Kunci: Model Pembentukan Akhlak Mulia, Pondok Shabran, Mahasantri.

iii


1

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah
Masalah adalah pokok yang

Latar Belakang Masalah
Akhlak dalam Islam bukanlah
moral

yang

diteliti

dan

dibahas.


dan

Berdasarkan latar belakang diatas

yang

maka masalah yang mendasar yang

memiliki nilai baik dan buruk yang

akan dikaji adalah: apa saja model

berlaku dalam kehidupan sehari-

pembentukan akhlak mulia pada

situasional,

1


hari.

kondisional

hendak

tetapi

akhlak

Akhlak baik akan terwujud

pada diri seseorang dengan melalui
pembentukan

pembinaan.2

atau

Mahasantri Pondok Shabran tahun

ajaran 2011 s/d 2014?
Tujuan Penelitian

Pembinaan akhlak dilakukan guna
menghasilkan
berakhlak

manusia
mulia.

Muhammad

yang

Sebagaimana

SAW

diutus


untuk

menyempurnakan akhlak manusia.
Pondok Shabran merupakan

Tujuan penelitian ini adalah
untuk

mengetahui

model

pembentukan akhlak mulia pada
mahasantri Pondok Shabran tahun
ajaran 2011 s/d 2014.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil

lembaga pendidikan yang sangat
berperan dalam pembentukan akhlak


dari hasil

penelitian ini

mahasantri. Hal ini berdasarkan visi

sebagai berikut:

Pondok yaitu mewujudkan kader

1.

adalah

Manfaat Teoritis:

demi

Secara umum diharapkan dapat


terciptanya kader ulama. Meskipun

memberi sumbangan khasanah

begitu,

akhlak

keilmuan dan intelektual. Hasil

mahasantri yang harus diperbaiki.

penelitian ini diharapkan sebagai

Hal

stimulus

yang


berakhlak

ini

masih

mulia
terdapat

dipengaruhi

oleh

latar

bagi

penelitian


belakang perekrutan mahasantri yang

selanjutnya untuk meneliti lebih

berbeda,

mendalam dan lebih sempurna

sehingga

memiliki

tentang akhlak mulia.

parameter akhlak yang berbeda pula.
2.

Manfaat Praktis:
Hasil

1

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq
(Yogyakarta: LPPI,1999), hlm. Vii.
2
Muhammad Azmi, Pembinaan
Akhlak Anak Usia Pra Sekolah
(Solo:Belukar, 2006), hlm. 54.

penelitian

ini

dapat

memberikan masukan kepada
pembina Pondok Shabran dalam
membimbing dan menanamkan

2

akhlak

mulia.

masukan

Memberikan

kepada

Mahasantri

santun dan menjaga kebersihan
lingkungan sekolah.

Pondok Shabran agar berakhlak

3. Ibrahim Munib (UMS, 2008)

mulia seperti yang di contohkan

dalam skripsinya yang berjudul

oleh Rasulullah SAW.

“Pembentukan Akhlakul Karimah
Anak yatim di Panti Asauhan

Tinjauan pustaka
Berdasarkan kajian penulis,

Putra Al Hadi Sape Mojo Laban

penelitian ini pernah dilakukan oleh

Sukoharjo

penelitian sebelumya, yaitu:

Menyimpulkan

1. Skripsi

Rafsanjani

pembentukan akhlakul karimah

(UMS, 2013) “Pengaruh Shalat

Anak Yatim di Panti Asuhan

Tahajud Terhadap Penanaman

Putra Al Hadi Sape Mojo Laban

Akhlak

Mahasantri

Sukoharjo dapat dicapai melalui

Tahun

Ajaran

Toni

Ardi

Memyimpulkan

Shabran

2011/2012”.
bahwa

shalat

tahajud mampu mempengaruhi
karakter

akhlak

mulia

pada

2010/2011”.

keteladanan,

pembiasaan,

pengajaran dan kedisiplinan.
4. Lina Rahmawati (UMS, 2012)
dalam

“Strategi

skripsinya

Penanaman

mahasantri Pondok Shabran.

bahwa

Nilai

Pendidikan

(UMS,

Karakter pada Anak di SDIT Az-

2013) dalam skripsinya berjudul

Zahra, Sragen“ menyimpulkan

“Pendidikan

Dalam

strategis penanaman pendidikan

Membentuk Karakter Siswa (Studi

krakter pada anak di SDIT az

Kasus

Aliyah

Zahra yaitu menggunakan dua

Negeri 2 Surakarta Tahun 2013”.

cara yakni penyusunan program

Menyimpulkan

bahwa

guru

kegiatan dalam penanaman nilai-

mengaplikasikan

materi

sesuai

nilai pendidikan karakter yang

2. Khairunisa

dengan

Nugrahaini

Di

Aqidah
Madrasah

yang

diprogramkan

telah

ditentukan,

dan

dengan melakukan evaluasi atau

menggunakan strategis kerjasama

pengukuran tingkat keberhasilan.

dengan

Pemahaman siswa di MAN 2

keluarga, dan masyarakat. Serta

sudah mencerminkan sifat akhlak

metode yang digunakan adalah

mulia dengan dengan buktinya

keteladanan, pembiasaan, nasehat

tekun dalam beribadah, sopan

sanksi, dan penghargaan.

lingkungan

sekolah,

3

5. Fitriyanah K. Rina (UMS, 2010)
dalam

skripsinya

Dari defenisi di atas dapat ditarik

berjudul

kesimpulan bahwa model adalah

“Pembentukan Akhlak mulia pada

kerangka konseptual yang digunakan

Santri

Pesantren

sebagai pedoman dalam melakukan

Takmirul Islam Surakarta Tahun

kegiatan agar orang lain turut terlibat

Pelajaran

dalam mengikutinya.

Pondok

2010/2011”

menyimpulkan

pembentukan

akhlak mulia di pondok pesantren

b. Macam-macam model
Model Internalisasi
Ahmad

Takmirul Islam Surakarta tahun

Tafsir

dalam

pelajaran 2010/2011 dapat dicapai

Amirullah Syarbini mengatakan

dengan

metode

internalisasi

yaitu

memasukan

yang

menggunakan
sangat

tepat

keteladanan,

pembiasaan,

pengajaran, dan kedisplinan.

(knowing)

adalah

upaya

pengetahuan
dan

keterampilan

dalam melaksanakan pengetahuan

Tinjauan Teoritik

(doing) ke dalam diri seseorang

Model

sehingga menjadi kepribadiannya

a. Pengertian Model

(being).
Besar

Bahwa pengetahuan baik itu

Bahasa Indonesia (KBBI) model

konsep netral maupun konsep

dapat diartikan sebagai pola, contoh,

yang mengandung nilai, ataupun

atau acuan, dan ragam dari sesuatu

konsep

yang akan dibuat atau dihasilkan.3

sesuatu yang diketahui.5

Menurut

Kamus

Muhaimin dalam Amrullah
Syarbini
merupakan

menyebutkan,
kerangka

model

konseptual

berupa

nilai

adalah

Model Keteladanan
Faktor penting dalam mendidik
adalah

terletak

pada

sebagai pedoman dalam melakukan

“keteladanannya”. Keteladanan yang

suatu kegiatan. Model juga sebagai

bersifat multidimensi. Keteladanan

seperangkat yang sistematis untuk

bukan hanya sekedar memberikan

mewujudkan suatu proses kegiatan.

4

contoh,

tetapi

juga

menyangkut

berbagai hal yang dapat diteladani,
3

KBBI V-1 diakses 31 Oktober 2014
jam 10.20.
4
Amirullah
Syarbini,
Model
Pendidikan Karakter dalam Keluarga (
Jakarta: PT Elex Media Gramedia, 2014),
hlm. 7.

5

Ibid, hlm. 59-60.

4

termasuk kebiasaan-kebiasaan yang
baik.

6

yang

menasehati

ayahnya

agar

menyembah Allah dan tidak lagi

Dahlan

membuat patung.9

Salam

dalam

mengemukakan

bahwa

Hal ini senada dengan yang

keteladanan merupakan metode baik

dinasehatkan oleh Aktsam bin Shaifi

dan paling kuat pengaruhnya dalam

dalam kepada anak-anaknya agar

pendidikan, orang akan meniru, dan

senantiasa membekali diri dengan

7

menjalankan kebaikan serta menjaga

Mursidin

dan

memeragakannya.

lisan.10

Model Pembiasaan
yang

Pembiasaan adalah sesuatu

Model

sengaja

Hukuman

berulang

dilakukan

ulang

secara

agar

Penghargaan

dan

menjadi

Cara terakhir yang dianggap cocok

kebiasaan. Dalam dunia psikologi

untuk pembentukan akhlak adalah

disebut

teori”operant

penghargaan (reward), dan hukuman

conditioning” membiasakan peserta

(punishment). Dengan penghargaan

didik untuk membiasakan perilaku

sesorang akan termotivasi untuk

terpuji, dan amanah atas segala tugas

melakukan perbuatan yang baik, dan

dengan

yang telah dilakukan.

8

diri individu akan merasa bangga
terhadap dirinya.

Model Nasehat
diartikan

Selain penghargaan, yang bisa

sebagai kata-kata yang memikiki

dijadikan dalam upaya penanaman

nilai

dapat

akhlak adalah hukuman. Sebenarnya

menggerakan hati. Dalam al-Qur’an,

hukuman tidak layak untuk dijadikan

dijelaskan

sebagai

Nasehat
dan

dapat

motivasi
tentang

yang
nasehat

yang

cara

untuk

penanaman

dilakukan oleh para Nabi kepada

akhlak. Karena akan menimbulkan

kaumnya, seperti Nabi Shaleh yang

paksaan pada individu, sehingga

menasehat

agar

pekerjaan yang dilakoni tidak dengan

menyembah Allah, Nabi Ibrahim

ikhlas. Cara ini boleh dilakukan jika

kaumnya

model-model

yang di atas tidak

6

M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan
Karakter Membangun Peradaban Bangsa
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hlm. 42.
7
Mursisin,
Moral
Sumber
Pendidikan (Bogor, Ghalia Indonesia, 2011),
hlm. 68.
8
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter
(Bandung, Alfabeta, 2012), hlm. 94.

berhasil.
9

Amirullah, Model Pendidikan , hlm.

7.

10
Murad Salamah, Wasiat Bijak Di
Akhir Hayat (Solo, Pustaka Arafah: 2011),
hlm. 236.

5

Muhammad

Qutub

dalam

Terminologi yang dideskripsikan

Amirullah mengatakan “bila teladan,

sedemikian itu merupakan hasil

dan nasehat tidak mampu, maka pada

pikiran

waktu itu harus diadakan tindakan

menafsirkan ayat-ayat Allah di

tegas yaitu hukuman.

akal

manusia

dalam

dalam al-Qur’an tentang akhlak.

11

Akhlak Mulia

Simpulnya

akhlak

merupakan

a. Pengertian akhlak Mulia

tolak ukur baik, dan buruknya

Secara etimologis akhlak adalah

manusia QS. ar-Rum: (30): 30,

bentuk jamak dari khuluq berarti

potensi baik dan buruk QS. al-

tingkah laku. Atau tata perilaku

Balad: (90): 10, sebagai perilaku

seseorang terhadap orang lain, dan

kemanusiaan.

lingkungannya yang mengandung

Dalil Akhlak Mulia

nilai akhlak yang hakiki,
mulia dalam semua tindakan.

dan
12

Ayat al-Qur’an yang mengatur
tentang akhlak telah jelas bahwa

Akhlak adalah tindakan yang

akhlak manusia harus sesuai dengan

kognitif,

apa yang telah dicontohkan oleh

afektif,
13

psikomotorik.

dan

Al Ghazali dalam

Muhammad Azmi berpendapat
bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam di dalam jiwa yang
menimbulkan

perbuatan-

Rasulullah SAW.

َ
‫َ أسْوة‬
ْ‫لَق ْ كا ل ْم في رسو‬
َ ْ‫كا يرْ جو‬
ّ ‫حس ة ل‬
‫َ و ْاليوْ م‬
َ ‫ْاْخر و كر‬
‫َ كثيرا‬

perbuatan, baik, atau buruk secara

“Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak mengingat Allah.”(QS. alAhzāb (33) :21)14
Dalam
ayat
tersebut

spontanitas.

menjelaskan

perbuatan dengan spontanitas. Hal
ini

senada

dengan

pendapat

Ibrahim Anis menyatakan bahwa
akhlak adalah sifat di dalam
jiwanya

ada

macam-macam

bahwa

Nabi

Muhammad lah yang menjadi suri
tauladan bagi umat muslim. Beliau
11

Ibid, hlm. 72.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq
(Yogyakarta: LPPI, 1999), hlm. 1.
13
Beni Ahmad dan Abdul Hamid,
Ilmu Akhlak (Bandung, CV. Pustaka Setia,
2010) , hlm. 7.
12

14

Muhammad
Shahib.
AlQur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata
(Bandung: Sygma dan Syamil Quran: 2007),
hlm. 420.

6

yang menunjukan perilaku yang baik

Akhlak

terhadap

manusia

dan melarang perbuatan tercela. Hal

dibagi menjadi tiga yaitu akhlak

ini sesuai dengan hadits Nabi Saw:

terhadap

‫إ َ ا بع ْثت ل ت ّ م م ارم‬
‫ْال ْخَق‬
“sesungguhnya

diri

sendiri

yaitu

menyangkut jasmani maupun rohani
individu.18Akhlak kepada diri sendiri
antaralain: jujur, benar janji, amanah,

aku (Muhammad)
diutus
sebagai
rasul
untuk
menyempurnakan
akhlak
yang
mulia”.15
Ruang Lingkup Akhlak mulia

adalah kewajiban kepada anggota

Akhlak Terhadap Allah

kepada masyarakat dapat diwujudkan

Titik tolak akhlak terhadap
Allah

adalah

keluarga diantaranya berbuat baik
kepada kedua orang tua. Akhlak
dalam bentuk memuliakan tamu,

dan

menghormati nilai-nilai, dan norma

kesadaran bahwa tidak ada Tuhan

yang berlaku di masyarakat, saling

selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat

menolong

terpuji; demikian Agung sifat itu,

kebajikan,

yang jangankan manusia, malaikat

makan fakir miskin, dan berusaha

pun tidak akan mampu menjangkau

melapangkan

hakikatnya.16

kehidupannya,

Dengan

pengakuan

dan sabar.19Akhlak kepada keluarga

demikian

akhlak

dalam

dalam
dan

segala

melakukan

taqwa,
hidup,
urusan

kepentingan bersama.20

iman dengan cara beribadah, berdoa,

Akhlak Terhadap Alam

menjalakan

syariatnya,

melaksanakan

perbuatan

mengharap ridha-Nya.

dan

bermusyawarah

kepada Allah adalah memperkokoh
berdzikir, bersyukur serta senantiasa

memberi

mengenai

Lingkungan segala sesuatu

dan

yang berada disekitar manusia, baik

dengan

binatang tumbuh-tumbuhan, maupun

17

Akhlak Terhadap Manusia

benda-benda yang tidak bernyawa.
Dalam

Islam

tidak

dibenarkan

mengambil buah sebelum matang
15

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm.
6.
16
Quraish Shihab, Wawasan AlQur’an (Bandung: Mizan Media
Utama (MMU), hlm. 261-262.
17
Sudarno Shobron, dkk, Al Islam dan
Kemuhammadiyahan
(Surakarta:
LPID:2011), hlm. 117.

atau

memetik

18
19

bunga

sebelum

Ibid, hlm. 118.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq,

hlm. 134.

20

Ibid, hlm. 66.

7

mekar.21Dengan kata lain, “setiap

Wawancara

kerusakan terhadap lingkungan harus

mengumpulkan

dinilai sebagai kerusakan pada diri

mengadakan

manusia sendiri.”22

langsung

METODE PENELITIAN

dengan

Jenis dan Pendekatan Penelitian

Wawancara

Jenis

penelitian

digunakan

adalah

yang
penelitian

data

tatap

cara
dengan

muka

antara

secara

pewawancara
diwawancarai.25

yang

dengan

adalah

adalah

maksud

percakapan

tertentu

yang

dilakukan oleh dua pihak yang

lapangan (field research) yaitu suatu

pewawancara

penelitian yang dilakukan dilapangan

memberikan jawaban atas pertanyaan

atau lokasi penelitian, sebagai tempat

itu.26

dan

terwawancara

yang dipilih untuk menyelidiki gejala

Wawancara yang dilakukan

objektif sebagai terjadi di lokasi

dalam adalah wawancara mendalam

tersebut.

23

Pendekatan

digunakan
deskriptif

adalah

yang

pendekatan

kualitatif yaitu dengan

metode studi kasus. Metode studi

dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan

dengan

model

pembentukan akhlak mulia.
Metode Observasi

kasus adalah mengungkap suatu

Obeservasi secara terminologis

keadaan secara mendalam, intensif,

dimaknai sebagai pengamatan atau

baik

peninjauan

perseorangan,

kelompok,
masyarakat.24

individu,

lembaga
Analisis

secara

cermat.27

atau

Observasi yang dilakukan

dalam

yang

penelitian ini adalah pengumpulan

digunakan adalah analisis induktif.

data secara langsung terhadap objek

Metode Pengumpulan Data

penelitian sehingga ada gambaran

Metode

yang

digunakan

secara

jelas

tentang

kondisi

diantaranya:
Metode Wawancara (interview)
21

Muhammad Azmi, Pembinaan
Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, hlm. 67.
22
Quraish Shihab, Wawasan AlQur’an, hlm. 270.
23
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi
Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 96.
24
Mahmud,
Metode
Penelitian
Pendidikan ( Bandung: CV Pustaka Setia,
2011), hlm.102.

25

Ahmad
Tanzeh,
Metodologi
Penelitian Praktis (Yogyakarta: 2011), hlm.
89.
26
Lexy J. Moeleong. Metodologi
penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 186.
27
Kaelan,
Metode
Penelitian
Kualitatif
Interdisipliner (Yogyakarta
:Paradigma, 2012), hlm. 100.

8

objek.28Metode ini digunakan untuk

dikatakan sebagai perpaduan antara

memperoleh data tentang model

pengetahuan dan keterampilan.

pembentukan akhlak mulia pada

Hal ini sesuai dengan teori

mahasantri Pondok Shabran.

bab II halaman 6 yang dikemukakan

Metode Dokumentasi

oleh

Metode dokumentasi adalah

Amirullah

Syarbini

dalam

bukunya model pendidikan karakter

metode mengumpulkan data dengan

dalam

melihat atau mencatat suatu laporan

keluarga

bahwa

model

internalisasi

merupakan

upaya

yang sudah tersedia yang digunakan

memasukan

pengetahuan

untuk mencari data yang variabelnya

keterampilan dalam melaksanakan

berupa catatan.

29

dan

Metode ini penulis

pengetahuan ke dalam diri seseorang

gunakan untuk memperoleh data

sehingga pengetahuan itu menjadi

yang

kepribadiannya. Sebagai wujud dari

berkaitan

dengan

data

dokumentatif.

kombinasi antara pengetahuan dan

Metode Analisis Data

keterampilan

Dalam

penelitian

menggunakan

maka

mahasantri

ini

peneliti

dilibatkan secara langsung dalam

metode

analisis

praktek

kehidupan.

Sehingga

deskripsi kualitatif, yaitu perolehan

pengetahuan

data yang digambarkan dengan kata

bermanfaat bagi pribadi mahasantri

atau kalimat menurut masing-masing

kelak menjadi pelaku sosial.

kategori

untuk

kesimpulan.
analisis

memperoleh

Untuk
data

tersebut

Dengan

dapat

dikatakan bahwa Pondok Shabran

penulis

mendidik mahasantri untuk mampu

ini

mengintegrasikan

HASIL PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Model Pembentukan Akhlak mulia

perkuliahan

Internalisasi

teori

dengan

disaat

keterampilan

yang ada dikehidupan sehari-hari.
Model Keteladanan

Model Internalisasi

Keteladanan

dalam

pembentukan akhlak mulia dapat
Syofian Siregar. Metode Penelitian
Kuantitatif
(Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2013), hlm. 117.
29
Ahmad
Tanszeh,
Metodologi
Penelitian Praktis, hlm. 92.

merupakan

segala tingkah laku yang dapat ditiru
oleh

28

demikian

mengukur

menggunakan analisis induktif.

Model

dapat

orang

meneladaninya.

lain

dalam

Namun

yang

dimaksud adalah keteladan yang
mampu membentuk akhlak mulia. Di

9

dalam

banyak

al-Qur’an

ayat

terwujudnya

mahasantri

menyinggung tentang teladan yang

berakhlak mulia.

dikenal dengan uswah kemudian

Model Pembiasaan

yang

dikaitkan dengan ḥasanah. Sehingga

Pembiasaan yang dimaksud

uswatun

adalah pembiasaan yang dilakukan

dapat

membentuk

hasanah

yang

kata

mempunyai

arti

secara sengaja maupun tidak sengaja

teladan yang baik. Secara rinci

yang

seperti yang disebutkan dalam al-

sehingga menjadi kebiasaan dalam

Qur’an surah al-Ahzab ayat 21.

pribadi seseorang. Hal ini seperti

Hal ini sebagaimana yang

dilakukan

terus

menerus

yang dikatakan oleh Heri Gunawan
di

dan seperti yang dikatakan oleh M.

karakter pada bab II halaman 7

Furqon Hidayatullah dalam bukunya

pembiasaan merupakan sesuatu yang

pendidikan

karakter

membangun

sengaja dilakukan secara berulang

peradaban

bangsa

bahwasanya

agar sesuatu itu menjadi kebiasaan.

keteladanan

adalah

dalam

pendidikan

dipaparkan pada bab II halaman 7,

bukunya

Dengan

pemberian

demikian

dapat

contoh yang menyangkut berbagai

dikatakan bahwa model pembiasaan

hal yang dapat diteladani, termaksud

yang diterapkan di Pondok Shabran

kebiasaan-kebiasaan

dapat membentuk akhlak mahasantri

Penerapan

model

yang

baik.

keteladan

ini

dengan

kebiaasaan

seperti yang dipaparkan pada bab IV

dilakukan.

halaman 21-27.

Model Nasehat

yang

rutin

Model nasehat merupakan

Sebagaimana teladan yang
diberikan oleh Rasulullah kepada

model

pemberian

motivasi

atau

para sahabatnya, sehingga sahabat-

nasehat kepada seseorang dalam

sahabat beliau mampu meneladani

pembentukan akhlak mulia yang

akhlak beliau dalam segala aspek.

bertujuan supaya individu giat dalam

dapat

melakukan sesuatu yang baik. Hal

dikatakan bahwa keteladanan yang

ini dapat disesuaikan dengan teori

diberikan oleh dosen Shabran dapat

bab II halaman 8 tentang model

mempengaruhi serta dapat ditiru

nasehat yaitu setiap diri manusia

oleh

memiliki

Dengan

demikian

mahasantri

sehingga

potensial

untuk

terpengaruh oleh kata-kata yang

10

didengarnya serta mengandung nilai-

penghargaan

nilai

sudah berusaha menunjukan yang

dan

motivasi

yang

dapat

karena

mahasantri

terbaik.

menggerakan hati.
Pemberian nasehat berupa

Hal ini dapat disesuaikan

motivasi serta arahan ini akan

dengan teori bab II halaman 9 bahwa

menimbulkan

bagi

penghargaan sangat di butuhkan

mahasantri menggapai cita-cita yang

karena setiap orang membutuhkan

berkepribadian

untuk

semangat
mulia.

Potensial

dihargai.

melalui

tersebut dapat membentuk pribadi

penghargaan pula sesorang akan

yang berakhlak mulia. Sebagaimana

termotivasi

terdapat dalam bab IV halaman 29.

perbuatan yang baik, dan pada diri

Tentang pemberian penilaian dan

individu

pemahaman

terhadap

dalam

mengatasi

untuk
akan

melakukan

merasa

dirinya.

bangga

Hal

ini

hambatan yang dialami mahasantri.

sebagaimana terdapat pada bab IV

Ketika

mengalami

halaman 31. Maka dapat dikatakan

hambatan atau kesulitan maka dosen

bahwa model penghargaan yang

sebagai orang tua kedua seyogyanya

diterapkan

di

memberikan nesehat dan arahan.

mampu

membentuk

Tujuannya agar mahasantri dapat

mahasantri menuju akhlak mulia.

mahasantri

nasehat

karena

yang

Shabran
akhlak

Model pembentukan akhlak

menemukan solusi yang baik.
Oleh

Pondok

itu,

model

disampaikan

oleh

mulia

terakhir

(punishment).

adalah

hukuman

Model

tersebut

dosen Shabran kepada mahasantri

digunakan oleh Pondok Shabran

dapat

dengan tujuan memberikan efek jera

dikatakan

mempengaruhi

mampu

mahasantri

dalam

kepada

mahasantri

yang

pembentukan akhlak mulia.

mentaati

Model
Penghargaan
dan
Hukuman
Pondok Shabran memberikan

sebenarnya, model ini dirasa tidak

apresiasi

yang

tinggi

bagi

mahasantri, jika mampu memberikan
prestasi serta keberhasilan dalam
menggembangkan

dakwah.

Apresiasi dilakukan sebagai bentuk

cocok

peraturan.

tidak

untuk

mendidik

Meski
dalam

pembentukan akhlak mulia, tetapi
hal

ini

tetap

dilakukan

agar

mahasantri selalu mentaati peraturan
yang berlaku di Pondok Shabran.

11

Dapat

disesuaikan

dengan

pembentukan

akhlak

Pondok

hukuman tidak layak untuk dijadikan

dibandingkan dengan

sebagai

penanaman

ada pada teori bab II. Beberapa

akhlak. Karena akan menimbulkan

model pembentukan akhlak mulia

paksaan pada individu, sehingga

tersebut

pekerjaan yang dilakoni tidak ikhlas.

Model

Sebelum

Building in Shabran (CMGCS).

untuk

mahasantri

mendapat

adalah
of

lebih

di

tori bab II halaman 9 Sebenarnya
cara

Shabran

mulia

banyak

model yang

Comprehensive

Glorious

Character

hukuman mereka diarahkan dan

Model CMGCS

diberi

model pembentukan akhlak melalui

rambu-rambu,

serta

mau’iẓah

dari hukuman. Sebagaimana terdapat

pembentukan

pada bab IV halaman 29-30. Dengan

berorganisasi, Model pembentukan

demikian dapat dikatakan bahwa

akhlak melalui perkuliahan, Model

model penghargaan dan hukuman

pembentukan

yang diberikan oleh Pondok Shabran

kelompok pengajian, dan Model

dapat

pembentukan

karakter

irsyād,

adalah

pengawasan langsung agar terhindar

membentuk

dan

tersebut

akhlak

model
melalui

akhlak

melalui

akhlak

melalui

mahasantri menuju akhlak yang

mubaligh hijrah.

mulia.

Akhlak mulia Mahasantri Pondok
Shabran
Akhlak Kepada Allah

Jadi secara teoritik dapat
disebutkan

bahwa

model

pembentukan akhlak mulia seperti
model

internalisasi,

keteladanan,

pembiasaan, nasehat, penghargaan
dan hukuman sudah sesuai dengan
model keteladanan dalam ibadah,
akhlak, dan sulukiyyah, model salat
jama’ah dan salat sunnah, model
pemahaman, model penilaian, model
pengarahan, dan model pengendalian
langsung.
Akan
diketahui

Akhlak kepada Allah berarti
mengakui tidak ada Tuhan selain
Allah

serta

perintahNya,
laranganNya.

menaati

segala

menjauhi

segala

Dapat

disesuaikan

dengan teori bab II halaman 12
bahwa

akhlak

kepada

Allah

merupakan pengakuan dan kesadaran
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Akhlak mahasantri terhadap Allah
SWT ditunjukan melalui ketaatan

tetapi

yang

bahwasanya

perlu
model

seperti yang di paparkan pada bab IV
halaman 37-38.

12

Dengan

dapat

Akhlak terhadap masyarakat

dikatakan akhlak mulia mahasantri

dengan menjaga dan menghormati

Pondok Shabran kepada Allah sudah

individu yang hadir di lingkungan

tercermin

masyarakat, karena masyarakat juga

Allah

demikian

dengan

dan

mentauhidkan

melaksanakan

puasa

merupakan bagian dari individu yang

sunnah dan kegiatan ibadah yang

harus

lain. Akhlak kepada diri sendiri

melalui saling menghormati dan

Akhlak terhadap diri sendiri
yang dimaksud untuk memenuhi

dihargai.

menghargai

mengerjakan

tugas

atau

ditempuh

norma-norma

yang

berlaku di masyarakat.
Oleh

kewajiban kepada diri mahasantri.
seperti

Dapat

karena

mahasantri

itu,

kepada

akhlak

masyarakat.

pekerjaan dengan jujur, serta ikhlas

seperti menjaga serta menghormati

dalam mengembang amanah yang

nilai-nilai dan norma yang berlaku

diberikan. Oleh karena itu, dapat

di masyarakat.

disesuaikan dengan teori bab IV

Akhlak terhadap alam semesta

halaman 38. Dengan demikian dapat

merupakan akhlak dalam bentuk

dikatakan akhlak mahasantri kepada

menjaga dan merawat alam dan

diri sendiri sudah tercermin dengan

menggunakan

sifat jujur, tanggungjawab, serta

kebutuhan. Menjaga serta merawat

ikhlas. Akhlak terhadap keluarga

lingkungan alam adalah salah satu

dapat diwujudkan dengan cara saling

perilaku terpuji. Dalam menjalankan

mencintai,

penerapan

berbuat

baik,

serta

sesuai

akhlak

dengan

kepada

alam,

mahasantri diajarkan untuk menjaga,

bermusyawarah.
Begitupun dengan mahasantri

merawat, dan mengolah apa-apa

Pondok Shabran mereka senantiasa

dengan

mengarahkan keluarganya menuju

memanfaatkan sesuai dengan dengan

kesempurnaan

kebutuhan.

Islam

dan

saling

menasehati. Dengan demikian, dapat
dikatakan

bahwa

akhlak

mulia

sebaik-baiknya

Dengan

demikian

kepada

alam

tercermin dengan perilaku saling

dengan

melalui

mencintai,

melakukan

baik

serta

menjaga keluarga dari api neraka.

dapat

dikatakan bahwa akhalak mahasantri

mahasantri kepada keluarga sudah
berbuat

serta

sudah

menjaga

penghijauan

lingkungan Alam.

diterapkan
dan

terhadap

13

KESIMPULAN DAN SARAN

Sedangkan akhlak mahasantri dalam

Kesimpulan

kehidupan

Sebagai

kesimpulan

pada

akhlak

sehari-hari
kepada

antralain:

Allah

seperti

temuan penelitian ini, bahwa model

melaksanakan salat lima waktu, salat

pembentukan akhlak mulia pada

sunnah dan membaca al-Qur’an dan

mahasantri Pondok Shabran, tidak

hadis. Akhlak terhadap diri sendiri

hanya dalam model internalisasi,

menjalankan

model

Akhlak terhadap keluarga seperti

keteladanan,

model

tanggungajawab.

pembiasaan, model nasehat, dan

menasehati

model penghargaan dan hukuman

benar. Akhlak terhadap masyarakat

semata,

memiliki

seperti sopan santun dalam bertutur

beberapa model antaralain: model

kata. Akhlak terhadap alam seperti

keteladanan dalam ibadah, akhlak,

menjaga

dan sulukiyah, model

Pondok.

melainkan

keteladanan

dalam berorganisasi,

kedalam

jalan

kebersihan

yang

lingkungan

Saran-saran

model keteladanan dalam kuliah,

Kepada Pondok Shabran

model keteladanan dalam kelompok

Diharapkan mampu menjadi Pondok

pengajian, model keteladanan dalam

Pesantren

mubaligh hijrah, model pengawasan,

membentuk

pengarahan,

mahasantri.

langsung,

dan
model

pengendalian
penilaian

dan

yang

unggul

akhlak

dalam

mulia

pada

Mahasantri Pondok Shabran

pemahaman, model role playing,

Diharapkan

model mau’iẓah dan irsyād, model

Shabran menjadi panutan yang baik

salat jama’ah dan salat sunnah,

bagi

model bimbingan ḥifẓu Qur’ān dan

Muhammadiyah

Hadis. Namun penulis menemukan

terkhusus

model teori baru dalam pembentukan

Shabran.

akhlak mulia di Pondok Shabran
yaitu

Comprehensive

Glorious

Character

Shabran (CMGCS).

Model

of

Building

in

mahasantri

mahasiswa

Pondok

Universitas

Surakarta

mahasantri

dan
Pondok

DAFTAR PUSTAKA
Ahmatu, Akbar. 2014. Persepsi
Mahasantri Terhadap Sistem
Pendidikan Pondok Kader
Muhammadiyah (studi kasus di
Pondok
Hajjah
Nuriyah
Shabran
Universitas

14

Muhammadiyah
Surakarta
Tahun Pelajaran 2012/2013).
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Ardi

Rafsanjani, Toni. 2013.
Pengaruh Shalat Tahajud
Terhadap Penanaman Akhlak
Mahasantri Shabran Tahun
Ajaran 2011/2012. Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.

Azmi,
Muhammad.
2006.
Pembinaan Akhlak Anak Usia
Pra Sekolah. Solo: Belukar.
Ahmad, Beni dan Hamid, Abdul.
2010. Ilmu Akhlak. Bandung:
CV. Pustaka Setia.
Fathoni,
Abdurrahmat.
2006.
Metodelogi Penelitian dan
Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan
Karakter. Bandung: Alfabeta.
Hidayatullah, M. Furqon. 2010.
Pendidikan
karakter
membangun
peradaban
bangsa.
Surakarta: Yuma
Pustaka.
Ilyas,

Yunahar. 1999. Kuliyah
Akhlaq.Yogyakarta: Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI).

Kaelan. 2012. Metode Penelitian
Kualitatif
Interdisipliner.
Yogyakarta: Paradigma.
KBBI V-1 diakses 31 Oktober 2014
jam 10.20.

Mahmud.
2011.
Metodelogi
Penelitian
Pendidikan.
Bandung: CV Pustaka Setia
Moeleong. Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Mursidin. 2011.
Pendidikan.
Indonesia.

Moral Sumber
Bogor: Ghalia

Nur

hayati,
Fitriani.
2014.
Pendidikan Islam Berbasis
Problematika Sosial (Studi
Kasus di Pondok Hajjah
Nuriyah Shabran Tahun 2014).
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rosyadi, Imron, dkk. 2013. Buku
Pedoman
Penyelenggaraan
Pondok
Muhammadiyah
Hajjah
Nuriyah
Shabran
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. Solo: Fairuz Media.
Salamah, Murad. 2011. Wasiat Bijak
Di Akhir Hayat. Solo: Pustaka
Arafah.
Shahib
Muhammad.
2007.
AlQur’anulkarim Terjemah Tafsir
Perkata. Bandung: Sygma dan
Syamil Quran.

Shihab,Quraish. 2007. Wawasan Al
Qur’an. Bandung: Mizan.
Siregar. Syofian. 2013. Metode
Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana Prenad Media Grup.
Syarbini, Amirullah. 2014. Model
Pendidikan Karakter Dalam
Keluarga. Jakarta: PT Elex
media Gramedia.
Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi
Penelitian Praktis. Yogyakarta:
Teras.