MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN Model Pembentukan Akhlak Mulia Pada Mahasantri Pondok Shabran Tahun Ajaran 2011 S/D 2014.
MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA
PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN
TAHUN AJARAN 2011 S/D 2014
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh:
Makrim Tabe
NIM: G000110101
NIR:11/X/02.2.1/0966
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA
PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN
TAHUN AJARAN 2011 S/D 2014
Makrim Tabe
G 000 110 101
Fakultas Agama Islam
ABSTRAK
Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi
akhlak yang memiliki nilai baik dan buruk yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak baik akan terwujud pada diri seseorang dengan melalui pembentukan atau
pembinaan. Pembinaan akhlak dilakukan guna menghasilkan manusia yang berakhlak
mulia.
Pondok Shabran merupakan lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam
pembentukan akhlak mahasantri. Hal ini berdasarkan visi Pondok yaitu mewujudkan
kader yang berakhlak mulia demi terciptanya kader ulama. Meskipun begitu, masih
terdapat akhlak mahasantri yang harus diperbaiki. Hal ini dipengaruhi oleh latar
belakang perekrutan mahasantri yang berbeda, sehingga memiliki parameter akhlak
yang berbeda pula.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui apa saja model pembentukan akhlak
mulia pada mahasantri Pondok Shabran. Adapun manfaat penelitian ini sebagai
sumbangan khasanah keilmuan dan leadership untuk Pondok Shabran, khususnya
dalam membentuk dan mewujudkan mahasantri yang berakhlak mulia seperti yang
dicontohkan oleh Rasulullah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan sumber data dari
pembina, dosen, dan mahasantri, serta dokumen di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah induktif.
Berdasarkan analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembentukan akhlak mulia yang diterapkan di Pondok Shabran tidak hanya
internalisasi, keteladanan, pembiasaan, nasehat, penghargaan dan hukuman. Tetapi
memiliki beberapa model diantaranya: model keteladanan dalam ibadah, akhlak,
sulukiyyah, model pengawasan, pengarahan dan pengendalian langsung, model
penilaian dan pemahaman, model role playing, model salat jamaah dan salat sunnah,
model bimbingan Qur’an dan Hadis. Namun peneliti menemukan model baru yang
belum ada pada teori yaitu Comprehensive Model of Glorious Character Building in
Shabran (CMGCS) yang terdiri dari model mau’iẓah dan irsyād, model pembentukan
melalui berorganisasi, model pembentukan melalui berorganisasi perkuliahan, model
pembentukan melalui kelompok pengajian, model pembentukan melalui mubaligh
hijrah
Kata Kunci: Model Pembentukan Akhlak Mulia, Pondok Shabran, Mahasantri.
iii
1
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Masalah adalah pokok yang
Latar Belakang Masalah
Akhlak dalam Islam bukanlah
moral
yang
diteliti
dan
dibahas.
dan
Berdasarkan latar belakang diatas
yang
maka masalah yang mendasar yang
memiliki nilai baik dan buruk yang
akan dikaji adalah: apa saja model
berlaku dalam kehidupan sehari-
pembentukan akhlak mulia pada
situasional,
1
hari.
kondisional
hendak
tetapi
akhlak
Akhlak baik akan terwujud
pada diri seseorang dengan melalui
pembentukan
pembinaan.2
atau
Mahasantri Pondok Shabran tahun
ajaran 2011 s/d 2014?
Tujuan Penelitian
Pembinaan akhlak dilakukan guna
menghasilkan
berakhlak
manusia
mulia.
Muhammad
yang
Sebagaimana
SAW
diutus
untuk
menyempurnakan akhlak manusia.
Pondok Shabran merupakan
Tujuan penelitian ini adalah
untuk
mengetahui
model
pembentukan akhlak mulia pada
mahasantri Pondok Shabran tahun
ajaran 2011 s/d 2014.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil
lembaga pendidikan yang sangat
berperan dalam pembentukan akhlak
dari hasil
penelitian ini
mahasantri. Hal ini berdasarkan visi
sebagai berikut:
Pondok yaitu mewujudkan kader
1.
adalah
Manfaat Teoritis:
demi
Secara umum diharapkan dapat
terciptanya kader ulama. Meskipun
memberi sumbangan khasanah
begitu,
akhlak
keilmuan dan intelektual. Hasil
mahasantri yang harus diperbaiki.
penelitian ini diharapkan sebagai
Hal
stimulus
yang
berakhlak
ini
masih
mulia
terdapat
dipengaruhi
oleh
latar
bagi
penelitian
belakang perekrutan mahasantri yang
selanjutnya untuk meneliti lebih
berbeda,
mendalam dan lebih sempurna
sehingga
memiliki
tentang akhlak mulia.
parameter akhlak yang berbeda pula.
2.
Manfaat Praktis:
Hasil
1
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq
(Yogyakarta: LPPI,1999), hlm. Vii.
2
Muhammad Azmi, Pembinaan
Akhlak Anak Usia Pra Sekolah
(Solo:Belukar, 2006), hlm. 54.
penelitian
ini
dapat
memberikan masukan kepada
pembina Pondok Shabran dalam
membimbing dan menanamkan
2
akhlak
mulia.
masukan
Memberikan
kepada
Mahasantri
santun dan menjaga kebersihan
lingkungan sekolah.
Pondok Shabran agar berakhlak
3. Ibrahim Munib (UMS, 2008)
mulia seperti yang di contohkan
dalam skripsinya yang berjudul
oleh Rasulullah SAW.
“Pembentukan Akhlakul Karimah
Anak yatim di Panti Asauhan
Tinjauan pustaka
Berdasarkan kajian penulis,
Putra Al Hadi Sape Mojo Laban
penelitian ini pernah dilakukan oleh
Sukoharjo
penelitian sebelumya, yaitu:
Menyimpulkan
1. Skripsi
Rafsanjani
pembentukan akhlakul karimah
(UMS, 2013) “Pengaruh Shalat
Anak Yatim di Panti Asuhan
Tahajud Terhadap Penanaman
Putra Al Hadi Sape Mojo Laban
Akhlak
Mahasantri
Sukoharjo dapat dicapai melalui
Tahun
Ajaran
Toni
Ardi
Memyimpulkan
Shabran
2011/2012”.
bahwa
shalat
tahajud mampu mempengaruhi
karakter
akhlak
mulia
pada
2010/2011”.
keteladanan,
pembiasaan,
pengajaran dan kedisiplinan.
4. Lina Rahmawati (UMS, 2012)
dalam
“Strategi
skripsinya
Penanaman
mahasantri Pondok Shabran.
bahwa
Nilai
Pendidikan
(UMS,
Karakter pada Anak di SDIT Az-
2013) dalam skripsinya berjudul
Zahra, Sragen“ menyimpulkan
“Pendidikan
Dalam
strategis penanaman pendidikan
Membentuk Karakter Siswa (Studi
krakter pada anak di SDIT az
Kasus
Aliyah
Zahra yaitu menggunakan dua
Negeri 2 Surakarta Tahun 2013”.
cara yakni penyusunan program
Menyimpulkan
bahwa
guru
kegiatan dalam penanaman nilai-
mengaplikasikan
materi
sesuai
nilai pendidikan karakter yang
2. Khairunisa
dengan
Nugrahaini
Di
Aqidah
Madrasah
yang
diprogramkan
telah
ditentukan,
dan
dengan melakukan evaluasi atau
menggunakan strategis kerjasama
pengukuran tingkat keberhasilan.
dengan
Pemahaman siswa di MAN 2
keluarga, dan masyarakat. Serta
sudah mencerminkan sifat akhlak
metode yang digunakan adalah
mulia dengan dengan buktinya
keteladanan, pembiasaan, nasehat
tekun dalam beribadah, sopan
sanksi, dan penghargaan.
lingkungan
sekolah,
3
5. Fitriyanah K. Rina (UMS, 2010)
dalam
skripsinya
Dari defenisi di atas dapat ditarik
berjudul
kesimpulan bahwa model adalah
“Pembentukan Akhlak mulia pada
kerangka konseptual yang digunakan
Santri
Pesantren
sebagai pedoman dalam melakukan
Takmirul Islam Surakarta Tahun
kegiatan agar orang lain turut terlibat
Pelajaran
dalam mengikutinya.
Pondok
2010/2011”
menyimpulkan
pembentukan
akhlak mulia di pondok pesantren
b. Macam-macam model
Model Internalisasi
Ahmad
Takmirul Islam Surakarta tahun
Tafsir
dalam
pelajaran 2010/2011 dapat dicapai
Amirullah Syarbini mengatakan
dengan
metode
internalisasi
yaitu
memasukan
yang
menggunakan
sangat
tepat
keteladanan,
pembiasaan,
pengajaran, dan kedisplinan.
(knowing)
adalah
upaya
pengetahuan
dan
keterampilan
dalam melaksanakan pengetahuan
Tinjauan Teoritik
(doing) ke dalam diri seseorang
Model
sehingga menjadi kepribadiannya
a. Pengertian Model
(being).
Besar
Bahwa pengetahuan baik itu
Bahasa Indonesia (KBBI) model
konsep netral maupun konsep
dapat diartikan sebagai pola, contoh,
yang mengandung nilai, ataupun
atau acuan, dan ragam dari sesuatu
konsep
yang akan dibuat atau dihasilkan.3
sesuatu yang diketahui.5
Menurut
Kamus
Muhaimin dalam Amrullah
Syarbini
merupakan
menyebutkan,
kerangka
model
konseptual
berupa
nilai
adalah
Model Keteladanan
Faktor penting dalam mendidik
adalah
terletak
pada
sebagai pedoman dalam melakukan
“keteladanannya”. Keteladanan yang
suatu kegiatan. Model juga sebagai
bersifat multidimensi. Keteladanan
seperangkat yang sistematis untuk
bukan hanya sekedar memberikan
mewujudkan suatu proses kegiatan.
4
contoh,
tetapi
juga
menyangkut
berbagai hal yang dapat diteladani,
3
KBBI V-1 diakses 31 Oktober 2014
jam 10.20.
4
Amirullah
Syarbini,
Model
Pendidikan Karakter dalam Keluarga (
Jakarta: PT Elex Media Gramedia, 2014),
hlm. 7.
5
Ibid, hlm. 59-60.
4
termasuk kebiasaan-kebiasaan yang
baik.
6
yang
menasehati
ayahnya
agar
menyembah Allah dan tidak lagi
Dahlan
membuat patung.9
Salam
dalam
mengemukakan
bahwa
Hal ini senada dengan yang
keteladanan merupakan metode baik
dinasehatkan oleh Aktsam bin Shaifi
dan paling kuat pengaruhnya dalam
dalam kepada anak-anaknya agar
pendidikan, orang akan meniru, dan
senantiasa membekali diri dengan
7
menjalankan kebaikan serta menjaga
Mursidin
dan
memeragakannya.
lisan.10
Model Pembiasaan
yang
Pembiasaan adalah sesuatu
Model
sengaja
Hukuman
berulang
dilakukan
ulang
secara
agar
Penghargaan
dan
menjadi
Cara terakhir yang dianggap cocok
kebiasaan. Dalam dunia psikologi
untuk pembentukan akhlak adalah
disebut
teori”operant
penghargaan (reward), dan hukuman
conditioning” membiasakan peserta
(punishment). Dengan penghargaan
didik untuk membiasakan perilaku
sesorang akan termotivasi untuk
terpuji, dan amanah atas segala tugas
melakukan perbuatan yang baik, dan
dengan
yang telah dilakukan.
8
diri individu akan merasa bangga
terhadap dirinya.
Model Nasehat
diartikan
Selain penghargaan, yang bisa
sebagai kata-kata yang memikiki
dijadikan dalam upaya penanaman
nilai
dapat
akhlak adalah hukuman. Sebenarnya
menggerakan hati. Dalam al-Qur’an,
hukuman tidak layak untuk dijadikan
dijelaskan
sebagai
Nasehat
dan
dapat
motivasi
tentang
yang
nasehat
yang
cara
untuk
penanaman
dilakukan oleh para Nabi kepada
akhlak. Karena akan menimbulkan
kaumnya, seperti Nabi Shaleh yang
paksaan pada individu, sehingga
menasehat
agar
pekerjaan yang dilakoni tidak dengan
menyembah Allah, Nabi Ibrahim
ikhlas. Cara ini boleh dilakukan jika
kaumnya
model-model
yang di atas tidak
6
M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan
Karakter Membangun Peradaban Bangsa
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hlm. 42.
7
Mursisin,
Moral
Sumber
Pendidikan (Bogor, Ghalia Indonesia, 2011),
hlm. 68.
8
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter
(Bandung, Alfabeta, 2012), hlm. 94.
berhasil.
9
Amirullah, Model Pendidikan , hlm.
7.
10
Murad Salamah, Wasiat Bijak Di
Akhir Hayat (Solo, Pustaka Arafah: 2011),
hlm. 236.
5
Muhammad
Qutub
dalam
Terminologi yang dideskripsikan
Amirullah mengatakan “bila teladan,
sedemikian itu merupakan hasil
dan nasehat tidak mampu, maka pada
pikiran
waktu itu harus diadakan tindakan
menafsirkan ayat-ayat Allah di
tegas yaitu hukuman.
akal
manusia
dalam
dalam al-Qur’an tentang akhlak.
11
Akhlak Mulia
Simpulnya
akhlak
merupakan
a. Pengertian akhlak Mulia
tolak ukur baik, dan buruknya
Secara etimologis akhlak adalah
manusia QS. ar-Rum: (30): 30,
bentuk jamak dari khuluq berarti
potensi baik dan buruk QS. al-
tingkah laku. Atau tata perilaku
Balad: (90): 10, sebagai perilaku
seseorang terhadap orang lain, dan
kemanusiaan.
lingkungannya yang mengandung
Dalil Akhlak Mulia
nilai akhlak yang hakiki,
mulia dalam semua tindakan.
dan
12
Ayat al-Qur’an yang mengatur
tentang akhlak telah jelas bahwa
Akhlak adalah tindakan yang
akhlak manusia harus sesuai dengan
kognitif,
apa yang telah dicontohkan oleh
afektif,
13
psikomotorik.
dan
Al Ghazali dalam
Muhammad Azmi berpendapat
bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam di dalam jiwa yang
menimbulkan
perbuatan-
Rasulullah SAW.
َ
َ أسْوة
ْلَق ْ كا ل ْم في رسو
َ ْكا يرْ جو
ّ حس ة ل
َ و ْاليوْ م
َ ْاْخر و كر
َ كثيرا
perbuatan, baik, atau buruk secara
“Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak mengingat Allah.”(QS. alAhzāb (33) :21)14
Dalam
ayat
tersebut
spontanitas.
menjelaskan
perbuatan dengan spontanitas. Hal
ini
senada
dengan
pendapat
Ibrahim Anis menyatakan bahwa
akhlak adalah sifat di dalam
jiwanya
ada
macam-macam
bahwa
Nabi
Muhammad lah yang menjadi suri
tauladan bagi umat muslim. Beliau
11
Ibid, hlm. 72.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq
(Yogyakarta: LPPI, 1999), hlm. 1.
13
Beni Ahmad dan Abdul Hamid,
Ilmu Akhlak (Bandung, CV. Pustaka Setia,
2010) , hlm. 7.
12
14
Muhammad
Shahib.
AlQur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata
(Bandung: Sygma dan Syamil Quran: 2007),
hlm. 420.
6
yang menunjukan perilaku yang baik
Akhlak
terhadap
manusia
dan melarang perbuatan tercela. Hal
dibagi menjadi tiga yaitu akhlak
ini sesuai dengan hadits Nabi Saw:
terhadap
إ َ ا بع ْثت ل ت ّ م م ارم
ْال ْخَق
“sesungguhnya
diri
sendiri
yaitu
menyangkut jasmani maupun rohani
individu.18Akhlak kepada diri sendiri
antaralain: jujur, benar janji, amanah,
aku (Muhammad)
diutus
sebagai
rasul
untuk
menyempurnakan
akhlak
yang
mulia”.15
Ruang Lingkup Akhlak mulia
adalah kewajiban kepada anggota
Akhlak Terhadap Allah
kepada masyarakat dapat diwujudkan
Titik tolak akhlak terhadap
Allah
adalah
keluarga diantaranya berbuat baik
kepada kedua orang tua. Akhlak
dalam bentuk memuliakan tamu,
dan
menghormati nilai-nilai, dan norma
kesadaran bahwa tidak ada Tuhan
yang berlaku di masyarakat, saling
selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat
menolong
terpuji; demikian Agung sifat itu,
kebajikan,
yang jangankan manusia, malaikat
makan fakir miskin, dan berusaha
pun tidak akan mampu menjangkau
melapangkan
hakikatnya.16
kehidupannya,
Dengan
pengakuan
dan sabar.19Akhlak kepada keluarga
demikian
akhlak
dalam
dalam
dan
segala
melakukan
taqwa,
hidup,
urusan
kepentingan bersama.20
iman dengan cara beribadah, berdoa,
Akhlak Terhadap Alam
menjalakan
syariatnya,
melaksanakan
perbuatan
mengharap ridha-Nya.
dan
bermusyawarah
kepada Allah adalah memperkokoh
berdzikir, bersyukur serta senantiasa
memberi
mengenai
Lingkungan segala sesuatu
dan
yang berada disekitar manusia, baik
dengan
binatang tumbuh-tumbuhan, maupun
17
Akhlak Terhadap Manusia
benda-benda yang tidak bernyawa.
Dalam
Islam
tidak
dibenarkan
mengambil buah sebelum matang
15
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm.
6.
16
Quraish Shihab, Wawasan AlQur’an (Bandung: Mizan Media
Utama (MMU), hlm. 261-262.
17
Sudarno Shobron, dkk, Al Islam dan
Kemuhammadiyahan
(Surakarta:
LPID:2011), hlm. 117.
atau
memetik
18
19
bunga
sebelum
Ibid, hlm. 118.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq,
hlm. 134.
20
Ibid, hlm. 66.
7
mekar.21Dengan kata lain, “setiap
Wawancara
kerusakan terhadap lingkungan harus
mengumpulkan
dinilai sebagai kerusakan pada diri
mengadakan
manusia sendiri.”22
langsung
METODE PENELITIAN
dengan
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Wawancara
Jenis
penelitian
digunakan
adalah
yang
penelitian
data
tatap
cara
dengan
muka
antara
secara
pewawancara
diwawancarai.25
yang
dengan
adalah
adalah
maksud
percakapan
tertentu
yang
dilakukan oleh dua pihak yang
lapangan (field research) yaitu suatu
pewawancara
penelitian yang dilakukan dilapangan
memberikan jawaban atas pertanyaan
atau lokasi penelitian, sebagai tempat
itu.26
dan
terwawancara
yang dipilih untuk menyelidiki gejala
Wawancara yang dilakukan
objektif sebagai terjadi di lokasi
dalam adalah wawancara mendalam
tersebut.
23
Pendekatan
digunakan
deskriptif
adalah
yang
pendekatan
kualitatif yaitu dengan
metode studi kasus. Metode studi
dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan
dengan
model
pembentukan akhlak mulia.
Metode Observasi
kasus adalah mengungkap suatu
Obeservasi secara terminologis
keadaan secara mendalam, intensif,
dimaknai sebagai pengamatan atau
baik
peninjauan
perseorangan,
kelompok,
masyarakat.24
individu,
lembaga
Analisis
secara
cermat.27
atau
Observasi yang dilakukan
dalam
yang
penelitian ini adalah pengumpulan
digunakan adalah analisis induktif.
data secara langsung terhadap objek
Metode Pengumpulan Data
penelitian sehingga ada gambaran
Metode
yang
digunakan
secara
jelas
tentang
kondisi
diantaranya:
Metode Wawancara (interview)
21
Muhammad Azmi, Pembinaan
Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, hlm. 67.
22
Quraish Shihab, Wawasan AlQur’an, hlm. 270.
23
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi
Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 96.
24
Mahmud,
Metode
Penelitian
Pendidikan ( Bandung: CV Pustaka Setia,
2011), hlm.102.
25
Ahmad
Tanzeh,
Metodologi
Penelitian Praktis (Yogyakarta: 2011), hlm.
89.
26
Lexy J. Moeleong. Metodologi
penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 186.
27
Kaelan,
Metode
Penelitian
Kualitatif
Interdisipliner (Yogyakarta
:Paradigma, 2012), hlm. 100.
8
objek.28Metode ini digunakan untuk
dikatakan sebagai perpaduan antara
memperoleh data tentang model
pengetahuan dan keterampilan.
pembentukan akhlak mulia pada
Hal ini sesuai dengan teori
mahasantri Pondok Shabran.
bab II halaman 6 yang dikemukakan
Metode Dokumentasi
oleh
Metode dokumentasi adalah
Amirullah
Syarbini
dalam
bukunya model pendidikan karakter
metode mengumpulkan data dengan
dalam
melihat atau mencatat suatu laporan
keluarga
bahwa
model
internalisasi
merupakan
upaya
yang sudah tersedia yang digunakan
memasukan
pengetahuan
untuk mencari data yang variabelnya
keterampilan dalam melaksanakan
berupa catatan.
29
dan
Metode ini penulis
pengetahuan ke dalam diri seseorang
gunakan untuk memperoleh data
sehingga pengetahuan itu menjadi
yang
kepribadiannya. Sebagai wujud dari
berkaitan
dengan
data
dokumentatif.
kombinasi antara pengetahuan dan
Metode Analisis Data
keterampilan
Dalam
penelitian
menggunakan
maka
mahasantri
ini
peneliti
dilibatkan secara langsung dalam
metode
analisis
praktek
kehidupan.
Sehingga
deskripsi kualitatif, yaitu perolehan
pengetahuan
data yang digambarkan dengan kata
bermanfaat bagi pribadi mahasantri
atau kalimat menurut masing-masing
kelak menjadi pelaku sosial.
kategori
untuk
kesimpulan.
analisis
memperoleh
Untuk
data
tersebut
Dengan
dapat
dikatakan bahwa Pondok Shabran
penulis
mendidik mahasantri untuk mampu
ini
mengintegrasikan
HASIL PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Model Pembentukan Akhlak mulia
perkuliahan
Internalisasi
teori
dengan
disaat
keterampilan
yang ada dikehidupan sehari-hari.
Model Keteladanan
Model Internalisasi
Keteladanan
dalam
pembentukan akhlak mulia dapat
Syofian Siregar. Metode Penelitian
Kuantitatif
(Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2013), hlm. 117.
29
Ahmad
Tanszeh,
Metodologi
Penelitian Praktis, hlm. 92.
merupakan
segala tingkah laku yang dapat ditiru
oleh
28
demikian
mengukur
menggunakan analisis induktif.
Model
dapat
orang
meneladaninya.
lain
dalam
Namun
yang
dimaksud adalah keteladan yang
mampu membentuk akhlak mulia. Di
9
dalam
banyak
al-Qur’an
ayat
terwujudnya
mahasantri
menyinggung tentang teladan yang
berakhlak mulia.
dikenal dengan uswah kemudian
Model Pembiasaan
yang
dikaitkan dengan ḥasanah. Sehingga
Pembiasaan yang dimaksud
uswatun
adalah pembiasaan yang dilakukan
dapat
membentuk
hasanah
yang
kata
mempunyai
arti
secara sengaja maupun tidak sengaja
teladan yang baik. Secara rinci
yang
seperti yang disebutkan dalam al-
sehingga menjadi kebiasaan dalam
Qur’an surah al-Ahzab ayat 21.
pribadi seseorang. Hal ini seperti
Hal ini sebagaimana yang
dilakukan
terus
menerus
yang dikatakan oleh Heri Gunawan
di
dan seperti yang dikatakan oleh M.
karakter pada bab II halaman 7
Furqon Hidayatullah dalam bukunya
pembiasaan merupakan sesuatu yang
pendidikan
karakter
membangun
sengaja dilakukan secara berulang
peradaban
bangsa
bahwasanya
agar sesuatu itu menjadi kebiasaan.
keteladanan
adalah
dalam
pendidikan
dipaparkan pada bab II halaman 7,
bukunya
Dengan
pemberian
demikian
dapat
contoh yang menyangkut berbagai
dikatakan bahwa model pembiasaan
hal yang dapat diteladani, termaksud
yang diterapkan di Pondok Shabran
kebiasaan-kebiasaan
dapat membentuk akhlak mahasantri
Penerapan
model
yang
baik.
keteladan
ini
dengan
kebiaasaan
seperti yang dipaparkan pada bab IV
dilakukan.
halaman 21-27.
Model Nasehat
yang
rutin
Model nasehat merupakan
Sebagaimana teladan yang
diberikan oleh Rasulullah kepada
model
pemberian
motivasi
atau
para sahabatnya, sehingga sahabat-
nasehat kepada seseorang dalam
sahabat beliau mampu meneladani
pembentukan akhlak mulia yang
akhlak beliau dalam segala aspek.
bertujuan supaya individu giat dalam
dapat
melakukan sesuatu yang baik. Hal
dikatakan bahwa keteladanan yang
ini dapat disesuaikan dengan teori
diberikan oleh dosen Shabran dapat
bab II halaman 8 tentang model
mempengaruhi serta dapat ditiru
nasehat yaitu setiap diri manusia
oleh
memiliki
Dengan
demikian
mahasantri
sehingga
potensial
untuk
terpengaruh oleh kata-kata yang
10
didengarnya serta mengandung nilai-
penghargaan
nilai
sudah berusaha menunjukan yang
dan
motivasi
yang
dapat
karena
mahasantri
terbaik.
menggerakan hati.
Pemberian nasehat berupa
Hal ini dapat disesuaikan
motivasi serta arahan ini akan
dengan teori bab II halaman 9 bahwa
menimbulkan
bagi
penghargaan sangat di butuhkan
mahasantri menggapai cita-cita yang
karena setiap orang membutuhkan
berkepribadian
untuk
semangat
mulia.
Potensial
dihargai.
melalui
tersebut dapat membentuk pribadi
penghargaan pula sesorang akan
yang berakhlak mulia. Sebagaimana
termotivasi
terdapat dalam bab IV halaman 29.
perbuatan yang baik, dan pada diri
Tentang pemberian penilaian dan
individu
pemahaman
terhadap
dalam
mengatasi
untuk
akan
melakukan
merasa
dirinya.
bangga
Hal
ini
hambatan yang dialami mahasantri.
sebagaimana terdapat pada bab IV
Ketika
mengalami
halaman 31. Maka dapat dikatakan
hambatan atau kesulitan maka dosen
bahwa model penghargaan yang
sebagai orang tua kedua seyogyanya
diterapkan
di
memberikan nesehat dan arahan.
mampu
membentuk
Tujuannya agar mahasantri dapat
mahasantri menuju akhlak mulia.
mahasantri
nasehat
karena
yang
Shabran
akhlak
Model pembentukan akhlak
menemukan solusi yang baik.
Oleh
Pondok
itu,
model
disampaikan
oleh
mulia
terakhir
(punishment).
adalah
hukuman
Model
tersebut
dosen Shabran kepada mahasantri
digunakan oleh Pondok Shabran
dapat
dengan tujuan memberikan efek jera
dikatakan
mempengaruhi
mampu
mahasantri
dalam
kepada
mahasantri
yang
pembentukan akhlak mulia.
mentaati
Model
Penghargaan
dan
Hukuman
Pondok Shabran memberikan
sebenarnya, model ini dirasa tidak
apresiasi
yang
tinggi
bagi
mahasantri, jika mampu memberikan
prestasi serta keberhasilan dalam
menggembangkan
dakwah.
Apresiasi dilakukan sebagai bentuk
cocok
peraturan.
tidak
untuk
mendidik
Meski
dalam
pembentukan akhlak mulia, tetapi
hal
ini
tetap
dilakukan
agar
mahasantri selalu mentaati peraturan
yang berlaku di Pondok Shabran.
11
Dapat
disesuaikan
dengan
pembentukan
akhlak
Pondok
hukuman tidak layak untuk dijadikan
dibandingkan dengan
sebagai
penanaman
ada pada teori bab II. Beberapa
akhlak. Karena akan menimbulkan
model pembentukan akhlak mulia
paksaan pada individu, sehingga
tersebut
pekerjaan yang dilakoni tidak ikhlas.
Model
Sebelum
Building in Shabran (CMGCS).
untuk
mahasantri
mendapat
adalah
of
lebih
di
tori bab II halaman 9 Sebenarnya
cara
Shabran
mulia
banyak
model yang
Comprehensive
Glorious
Character
hukuman mereka diarahkan dan
Model CMGCS
diberi
model pembentukan akhlak melalui
rambu-rambu,
serta
mau’iẓah
dari hukuman. Sebagaimana terdapat
pembentukan
pada bab IV halaman 29-30. Dengan
berorganisasi, Model pembentukan
demikian dapat dikatakan bahwa
akhlak melalui perkuliahan, Model
model penghargaan dan hukuman
pembentukan
yang diberikan oleh Pondok Shabran
kelompok pengajian, dan Model
dapat
pembentukan
karakter
irsyād,
adalah
pengawasan langsung agar terhindar
membentuk
dan
tersebut
akhlak
model
melalui
akhlak
melalui
akhlak
melalui
mahasantri menuju akhlak yang
mubaligh hijrah.
mulia.
Akhlak mulia Mahasantri Pondok
Shabran
Akhlak Kepada Allah
Jadi secara teoritik dapat
disebutkan
bahwa
model
pembentukan akhlak mulia seperti
model
internalisasi,
keteladanan,
pembiasaan, nasehat, penghargaan
dan hukuman sudah sesuai dengan
model keteladanan dalam ibadah,
akhlak, dan sulukiyyah, model salat
jama’ah dan salat sunnah, model
pemahaman, model penilaian, model
pengarahan, dan model pengendalian
langsung.
Akan
diketahui
Akhlak kepada Allah berarti
mengakui tidak ada Tuhan selain
Allah
serta
perintahNya,
laranganNya.
menaati
segala
menjauhi
segala
Dapat
disesuaikan
dengan teori bab II halaman 12
bahwa
akhlak
kepada
Allah
merupakan pengakuan dan kesadaran
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Akhlak mahasantri terhadap Allah
SWT ditunjukan melalui ketaatan
tetapi
yang
bahwasanya
perlu
model
seperti yang di paparkan pada bab IV
halaman 37-38.
12
Dengan
dapat
Akhlak terhadap masyarakat
dikatakan akhlak mulia mahasantri
dengan menjaga dan menghormati
Pondok Shabran kepada Allah sudah
individu yang hadir di lingkungan
tercermin
masyarakat, karena masyarakat juga
Allah
demikian
dengan
dan
mentauhidkan
melaksanakan
puasa
merupakan bagian dari individu yang
sunnah dan kegiatan ibadah yang
harus
lain. Akhlak kepada diri sendiri
melalui saling menghormati dan
Akhlak terhadap diri sendiri
yang dimaksud untuk memenuhi
dihargai.
menghargai
mengerjakan
tugas
atau
ditempuh
norma-norma
yang
berlaku di masyarakat.
Oleh
kewajiban kepada diri mahasantri.
seperti
Dapat
karena
mahasantri
itu,
kepada
akhlak
masyarakat.
pekerjaan dengan jujur, serta ikhlas
seperti menjaga serta menghormati
dalam mengembang amanah yang
nilai-nilai dan norma yang berlaku
diberikan. Oleh karena itu, dapat
di masyarakat.
disesuaikan dengan teori bab IV
Akhlak terhadap alam semesta
halaman 38. Dengan demikian dapat
merupakan akhlak dalam bentuk
dikatakan akhlak mahasantri kepada
menjaga dan merawat alam dan
diri sendiri sudah tercermin dengan
menggunakan
sifat jujur, tanggungjawab, serta
kebutuhan. Menjaga serta merawat
ikhlas. Akhlak terhadap keluarga
lingkungan alam adalah salah satu
dapat diwujudkan dengan cara saling
perilaku terpuji. Dalam menjalankan
mencintai,
penerapan
berbuat
baik,
serta
sesuai
akhlak
dengan
kepada
alam,
mahasantri diajarkan untuk menjaga,
bermusyawarah.
Begitupun dengan mahasantri
merawat, dan mengolah apa-apa
Pondok Shabran mereka senantiasa
dengan
mengarahkan keluarganya menuju
memanfaatkan sesuai dengan dengan
kesempurnaan
kebutuhan.
Islam
dan
saling
menasehati. Dengan demikian, dapat
dikatakan
bahwa
akhlak
mulia
sebaik-baiknya
Dengan
demikian
kepada
alam
tercermin dengan perilaku saling
dengan
melalui
mencintai,
melakukan
baik
serta
menjaga keluarga dari api neraka.
dapat
dikatakan bahwa akhalak mahasantri
mahasantri kepada keluarga sudah
berbuat
serta
sudah
menjaga
penghijauan
lingkungan Alam.
diterapkan
dan
terhadap
13
KESIMPULAN DAN SARAN
Sedangkan akhlak mahasantri dalam
Kesimpulan
kehidupan
Sebagai
kesimpulan
pada
akhlak
sehari-hari
kepada
antralain:
Allah
seperti
temuan penelitian ini, bahwa model
melaksanakan salat lima waktu, salat
pembentukan akhlak mulia pada
sunnah dan membaca al-Qur’an dan
mahasantri Pondok Shabran, tidak
hadis. Akhlak terhadap diri sendiri
hanya dalam model internalisasi,
menjalankan
model
Akhlak terhadap keluarga seperti
keteladanan,
model
tanggungajawab.
pembiasaan, model nasehat, dan
menasehati
model penghargaan dan hukuman
benar. Akhlak terhadap masyarakat
semata,
memiliki
seperti sopan santun dalam bertutur
beberapa model antaralain: model
kata. Akhlak terhadap alam seperti
keteladanan dalam ibadah, akhlak,
menjaga
dan sulukiyah, model
Pondok.
melainkan
keteladanan
dalam berorganisasi,
kedalam
jalan
kebersihan
yang
lingkungan
Saran-saran
model keteladanan dalam kuliah,
Kepada Pondok Shabran
model keteladanan dalam kelompok
Diharapkan mampu menjadi Pondok
pengajian, model keteladanan dalam
Pesantren
mubaligh hijrah, model pengawasan,
membentuk
pengarahan,
mahasantri.
langsung,
dan
model
pengendalian
penilaian
dan
yang
unggul
akhlak
dalam
mulia
pada
Mahasantri Pondok Shabran
pemahaman, model role playing,
Diharapkan
model mau’iẓah dan irsyād, model
Shabran menjadi panutan yang baik
salat jama’ah dan salat sunnah,
bagi
model bimbingan ḥifẓu Qur’ān dan
Muhammadiyah
Hadis. Namun penulis menemukan
terkhusus
model teori baru dalam pembentukan
Shabran.
akhlak mulia di Pondok Shabran
yaitu
Comprehensive
Glorious
Character
Shabran (CMGCS).
Model
of
Building
in
mahasantri
mahasiswa
Pondok
Universitas
Surakarta
mahasantri
dan
Pondok
DAFTAR PUSTAKA
Ahmatu, Akbar. 2014. Persepsi
Mahasantri Terhadap Sistem
Pendidikan Pondok Kader
Muhammadiyah (studi kasus di
Pondok
Hajjah
Nuriyah
Shabran
Universitas
14
Muhammadiyah
Surakarta
Tahun Pelajaran 2012/2013).
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Ardi
Rafsanjani, Toni. 2013.
Pengaruh Shalat Tahajud
Terhadap Penanaman Akhlak
Mahasantri Shabran Tahun
Ajaran 2011/2012. Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Azmi,
Muhammad.
2006.
Pembinaan Akhlak Anak Usia
Pra Sekolah. Solo: Belukar.
Ahmad, Beni dan Hamid, Abdul.
2010. Ilmu Akhlak. Bandung:
CV. Pustaka Setia.
Fathoni,
Abdurrahmat.
2006.
Metodelogi Penelitian dan
Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan
Karakter. Bandung: Alfabeta.
Hidayatullah, M. Furqon. 2010.
Pendidikan
karakter
membangun
peradaban
bangsa.
Surakarta: Yuma
Pustaka.
Ilyas,
Yunahar. 1999. Kuliyah
Akhlaq.Yogyakarta: Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI).
Kaelan. 2012. Metode Penelitian
Kualitatif
Interdisipliner.
Yogyakarta: Paradigma.
KBBI V-1 diakses 31 Oktober 2014
jam 10.20.
Mahmud.
2011.
Metodelogi
Penelitian
Pendidikan.
Bandung: CV Pustaka Setia
Moeleong. Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Mursidin. 2011.
Pendidikan.
Indonesia.
Moral Sumber
Bogor: Ghalia
Nur
hayati,
Fitriani.
2014.
Pendidikan Islam Berbasis
Problematika Sosial (Studi
Kasus di Pondok Hajjah
Nuriyah Shabran Tahun 2014).
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rosyadi, Imron, dkk. 2013. Buku
Pedoman
Penyelenggaraan
Pondok
Muhammadiyah
Hajjah
Nuriyah
Shabran
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. Solo: Fairuz Media.
Salamah, Murad. 2011. Wasiat Bijak
Di Akhir Hayat. Solo: Pustaka
Arafah.
Shahib
Muhammad.
2007.
AlQur’anulkarim Terjemah Tafsir
Perkata. Bandung: Sygma dan
Syamil Quran.
Shihab,Quraish. 2007. Wawasan Al
Qur’an. Bandung: Mizan.
Siregar. Syofian. 2013. Metode
Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana Prenad Media Grup.
Syarbini, Amirullah. 2014. Model
Pendidikan Karakter Dalam
Keluarga. Jakarta: PT Elex
media Gramedia.
Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi
Penelitian Praktis. Yogyakarta:
Teras.
PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN
TAHUN AJARAN 2011 S/D 2014
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh:
Makrim Tabe
NIM: G000110101
NIR:11/X/02.2.1/0966
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA
PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN
TAHUN AJARAN 2011 S/D 2014
Makrim Tabe
G 000 110 101
Fakultas Agama Islam
ABSTRAK
Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi
akhlak yang memiliki nilai baik dan buruk yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak baik akan terwujud pada diri seseorang dengan melalui pembentukan atau
pembinaan. Pembinaan akhlak dilakukan guna menghasilkan manusia yang berakhlak
mulia.
Pondok Shabran merupakan lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam
pembentukan akhlak mahasantri. Hal ini berdasarkan visi Pondok yaitu mewujudkan
kader yang berakhlak mulia demi terciptanya kader ulama. Meskipun begitu, masih
terdapat akhlak mahasantri yang harus diperbaiki. Hal ini dipengaruhi oleh latar
belakang perekrutan mahasantri yang berbeda, sehingga memiliki parameter akhlak
yang berbeda pula.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui apa saja model pembentukan akhlak
mulia pada mahasantri Pondok Shabran. Adapun manfaat penelitian ini sebagai
sumbangan khasanah keilmuan dan leadership untuk Pondok Shabran, khususnya
dalam membentuk dan mewujudkan mahasantri yang berakhlak mulia seperti yang
dicontohkan oleh Rasulullah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan sumber data dari
pembina, dosen, dan mahasantri, serta dokumen di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah induktif.
Berdasarkan analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembentukan akhlak mulia yang diterapkan di Pondok Shabran tidak hanya
internalisasi, keteladanan, pembiasaan, nasehat, penghargaan dan hukuman. Tetapi
memiliki beberapa model diantaranya: model keteladanan dalam ibadah, akhlak,
sulukiyyah, model pengawasan, pengarahan dan pengendalian langsung, model
penilaian dan pemahaman, model role playing, model salat jamaah dan salat sunnah,
model bimbingan Qur’an dan Hadis. Namun peneliti menemukan model baru yang
belum ada pada teori yaitu Comprehensive Model of Glorious Character Building in
Shabran (CMGCS) yang terdiri dari model mau’iẓah dan irsyād, model pembentukan
melalui berorganisasi, model pembentukan melalui berorganisasi perkuliahan, model
pembentukan melalui kelompok pengajian, model pembentukan melalui mubaligh
hijrah
Kata Kunci: Model Pembentukan Akhlak Mulia, Pondok Shabran, Mahasantri.
iii
1
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Masalah adalah pokok yang
Latar Belakang Masalah
Akhlak dalam Islam bukanlah
moral
yang
diteliti
dan
dibahas.
dan
Berdasarkan latar belakang diatas
yang
maka masalah yang mendasar yang
memiliki nilai baik dan buruk yang
akan dikaji adalah: apa saja model
berlaku dalam kehidupan sehari-
pembentukan akhlak mulia pada
situasional,
1
hari.
kondisional
hendak
tetapi
akhlak
Akhlak baik akan terwujud
pada diri seseorang dengan melalui
pembentukan
pembinaan.2
atau
Mahasantri Pondok Shabran tahun
ajaran 2011 s/d 2014?
Tujuan Penelitian
Pembinaan akhlak dilakukan guna
menghasilkan
berakhlak
manusia
mulia.
Muhammad
yang
Sebagaimana
SAW
diutus
untuk
menyempurnakan akhlak manusia.
Pondok Shabran merupakan
Tujuan penelitian ini adalah
untuk
mengetahui
model
pembentukan akhlak mulia pada
mahasantri Pondok Shabran tahun
ajaran 2011 s/d 2014.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil
lembaga pendidikan yang sangat
berperan dalam pembentukan akhlak
dari hasil
penelitian ini
mahasantri. Hal ini berdasarkan visi
sebagai berikut:
Pondok yaitu mewujudkan kader
1.
adalah
Manfaat Teoritis:
demi
Secara umum diharapkan dapat
terciptanya kader ulama. Meskipun
memberi sumbangan khasanah
begitu,
akhlak
keilmuan dan intelektual. Hasil
mahasantri yang harus diperbaiki.
penelitian ini diharapkan sebagai
Hal
stimulus
yang
berakhlak
ini
masih
mulia
terdapat
dipengaruhi
oleh
latar
bagi
penelitian
belakang perekrutan mahasantri yang
selanjutnya untuk meneliti lebih
berbeda,
mendalam dan lebih sempurna
sehingga
memiliki
tentang akhlak mulia.
parameter akhlak yang berbeda pula.
2.
Manfaat Praktis:
Hasil
1
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq
(Yogyakarta: LPPI,1999), hlm. Vii.
2
Muhammad Azmi, Pembinaan
Akhlak Anak Usia Pra Sekolah
(Solo:Belukar, 2006), hlm. 54.
penelitian
ini
dapat
memberikan masukan kepada
pembina Pondok Shabran dalam
membimbing dan menanamkan
2
akhlak
mulia.
masukan
Memberikan
kepada
Mahasantri
santun dan menjaga kebersihan
lingkungan sekolah.
Pondok Shabran agar berakhlak
3. Ibrahim Munib (UMS, 2008)
mulia seperti yang di contohkan
dalam skripsinya yang berjudul
oleh Rasulullah SAW.
“Pembentukan Akhlakul Karimah
Anak yatim di Panti Asauhan
Tinjauan pustaka
Berdasarkan kajian penulis,
Putra Al Hadi Sape Mojo Laban
penelitian ini pernah dilakukan oleh
Sukoharjo
penelitian sebelumya, yaitu:
Menyimpulkan
1. Skripsi
Rafsanjani
pembentukan akhlakul karimah
(UMS, 2013) “Pengaruh Shalat
Anak Yatim di Panti Asuhan
Tahajud Terhadap Penanaman
Putra Al Hadi Sape Mojo Laban
Akhlak
Mahasantri
Sukoharjo dapat dicapai melalui
Tahun
Ajaran
Toni
Ardi
Memyimpulkan
Shabran
2011/2012”.
bahwa
shalat
tahajud mampu mempengaruhi
karakter
akhlak
mulia
pada
2010/2011”.
keteladanan,
pembiasaan,
pengajaran dan kedisiplinan.
4. Lina Rahmawati (UMS, 2012)
dalam
“Strategi
skripsinya
Penanaman
mahasantri Pondok Shabran.
bahwa
Nilai
Pendidikan
(UMS,
Karakter pada Anak di SDIT Az-
2013) dalam skripsinya berjudul
Zahra, Sragen“ menyimpulkan
“Pendidikan
Dalam
strategis penanaman pendidikan
Membentuk Karakter Siswa (Studi
krakter pada anak di SDIT az
Kasus
Aliyah
Zahra yaitu menggunakan dua
Negeri 2 Surakarta Tahun 2013”.
cara yakni penyusunan program
Menyimpulkan
bahwa
guru
kegiatan dalam penanaman nilai-
mengaplikasikan
materi
sesuai
nilai pendidikan karakter yang
2. Khairunisa
dengan
Nugrahaini
Di
Aqidah
Madrasah
yang
diprogramkan
telah
ditentukan,
dan
dengan melakukan evaluasi atau
menggunakan strategis kerjasama
pengukuran tingkat keberhasilan.
dengan
Pemahaman siswa di MAN 2
keluarga, dan masyarakat. Serta
sudah mencerminkan sifat akhlak
metode yang digunakan adalah
mulia dengan dengan buktinya
keteladanan, pembiasaan, nasehat
tekun dalam beribadah, sopan
sanksi, dan penghargaan.
lingkungan
sekolah,
3
5. Fitriyanah K. Rina (UMS, 2010)
dalam
skripsinya
Dari defenisi di atas dapat ditarik
berjudul
kesimpulan bahwa model adalah
“Pembentukan Akhlak mulia pada
kerangka konseptual yang digunakan
Santri
Pesantren
sebagai pedoman dalam melakukan
Takmirul Islam Surakarta Tahun
kegiatan agar orang lain turut terlibat
Pelajaran
dalam mengikutinya.
Pondok
2010/2011”
menyimpulkan
pembentukan
akhlak mulia di pondok pesantren
b. Macam-macam model
Model Internalisasi
Ahmad
Takmirul Islam Surakarta tahun
Tafsir
dalam
pelajaran 2010/2011 dapat dicapai
Amirullah Syarbini mengatakan
dengan
metode
internalisasi
yaitu
memasukan
yang
menggunakan
sangat
tepat
keteladanan,
pembiasaan,
pengajaran, dan kedisplinan.
(knowing)
adalah
upaya
pengetahuan
dan
keterampilan
dalam melaksanakan pengetahuan
Tinjauan Teoritik
(doing) ke dalam diri seseorang
Model
sehingga menjadi kepribadiannya
a. Pengertian Model
(being).
Besar
Bahwa pengetahuan baik itu
Bahasa Indonesia (KBBI) model
konsep netral maupun konsep
dapat diartikan sebagai pola, contoh,
yang mengandung nilai, ataupun
atau acuan, dan ragam dari sesuatu
konsep
yang akan dibuat atau dihasilkan.3
sesuatu yang diketahui.5
Menurut
Kamus
Muhaimin dalam Amrullah
Syarbini
merupakan
menyebutkan,
kerangka
model
konseptual
berupa
nilai
adalah
Model Keteladanan
Faktor penting dalam mendidik
adalah
terletak
pada
sebagai pedoman dalam melakukan
“keteladanannya”. Keteladanan yang
suatu kegiatan. Model juga sebagai
bersifat multidimensi. Keteladanan
seperangkat yang sistematis untuk
bukan hanya sekedar memberikan
mewujudkan suatu proses kegiatan.
4
contoh,
tetapi
juga
menyangkut
berbagai hal yang dapat diteladani,
3
KBBI V-1 diakses 31 Oktober 2014
jam 10.20.
4
Amirullah
Syarbini,
Model
Pendidikan Karakter dalam Keluarga (
Jakarta: PT Elex Media Gramedia, 2014),
hlm. 7.
5
Ibid, hlm. 59-60.
4
termasuk kebiasaan-kebiasaan yang
baik.
6
yang
menasehati
ayahnya
agar
menyembah Allah dan tidak lagi
Dahlan
membuat patung.9
Salam
dalam
mengemukakan
bahwa
Hal ini senada dengan yang
keteladanan merupakan metode baik
dinasehatkan oleh Aktsam bin Shaifi
dan paling kuat pengaruhnya dalam
dalam kepada anak-anaknya agar
pendidikan, orang akan meniru, dan
senantiasa membekali diri dengan
7
menjalankan kebaikan serta menjaga
Mursidin
dan
memeragakannya.
lisan.10
Model Pembiasaan
yang
Pembiasaan adalah sesuatu
Model
sengaja
Hukuman
berulang
dilakukan
ulang
secara
agar
Penghargaan
dan
menjadi
Cara terakhir yang dianggap cocok
kebiasaan. Dalam dunia psikologi
untuk pembentukan akhlak adalah
disebut
teori”operant
penghargaan (reward), dan hukuman
conditioning” membiasakan peserta
(punishment). Dengan penghargaan
didik untuk membiasakan perilaku
sesorang akan termotivasi untuk
terpuji, dan amanah atas segala tugas
melakukan perbuatan yang baik, dan
dengan
yang telah dilakukan.
8
diri individu akan merasa bangga
terhadap dirinya.
Model Nasehat
diartikan
Selain penghargaan, yang bisa
sebagai kata-kata yang memikiki
dijadikan dalam upaya penanaman
nilai
dapat
akhlak adalah hukuman. Sebenarnya
menggerakan hati. Dalam al-Qur’an,
hukuman tidak layak untuk dijadikan
dijelaskan
sebagai
Nasehat
dan
dapat
motivasi
tentang
yang
nasehat
yang
cara
untuk
penanaman
dilakukan oleh para Nabi kepada
akhlak. Karena akan menimbulkan
kaumnya, seperti Nabi Shaleh yang
paksaan pada individu, sehingga
menasehat
agar
pekerjaan yang dilakoni tidak dengan
menyembah Allah, Nabi Ibrahim
ikhlas. Cara ini boleh dilakukan jika
kaumnya
model-model
yang di atas tidak
6
M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan
Karakter Membangun Peradaban Bangsa
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hlm. 42.
7
Mursisin,
Moral
Sumber
Pendidikan (Bogor, Ghalia Indonesia, 2011),
hlm. 68.
8
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter
(Bandung, Alfabeta, 2012), hlm. 94.
berhasil.
9
Amirullah, Model Pendidikan , hlm.
7.
10
Murad Salamah, Wasiat Bijak Di
Akhir Hayat (Solo, Pustaka Arafah: 2011),
hlm. 236.
5
Muhammad
Qutub
dalam
Terminologi yang dideskripsikan
Amirullah mengatakan “bila teladan,
sedemikian itu merupakan hasil
dan nasehat tidak mampu, maka pada
pikiran
waktu itu harus diadakan tindakan
menafsirkan ayat-ayat Allah di
tegas yaitu hukuman.
akal
manusia
dalam
dalam al-Qur’an tentang akhlak.
11
Akhlak Mulia
Simpulnya
akhlak
merupakan
a. Pengertian akhlak Mulia
tolak ukur baik, dan buruknya
Secara etimologis akhlak adalah
manusia QS. ar-Rum: (30): 30,
bentuk jamak dari khuluq berarti
potensi baik dan buruk QS. al-
tingkah laku. Atau tata perilaku
Balad: (90): 10, sebagai perilaku
seseorang terhadap orang lain, dan
kemanusiaan.
lingkungannya yang mengandung
Dalil Akhlak Mulia
nilai akhlak yang hakiki,
mulia dalam semua tindakan.
dan
12
Ayat al-Qur’an yang mengatur
tentang akhlak telah jelas bahwa
Akhlak adalah tindakan yang
akhlak manusia harus sesuai dengan
kognitif,
apa yang telah dicontohkan oleh
afektif,
13
psikomotorik.
dan
Al Ghazali dalam
Muhammad Azmi berpendapat
bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam di dalam jiwa yang
menimbulkan
perbuatan-
Rasulullah SAW.
َ
َ أسْوة
ْلَق ْ كا ل ْم في رسو
َ ْكا يرْ جو
ّ حس ة ل
َ و ْاليوْ م
َ ْاْخر و كر
َ كثيرا
perbuatan, baik, atau buruk secara
“Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak mengingat Allah.”(QS. alAhzāb (33) :21)14
Dalam
ayat
tersebut
spontanitas.
menjelaskan
perbuatan dengan spontanitas. Hal
ini
senada
dengan
pendapat
Ibrahim Anis menyatakan bahwa
akhlak adalah sifat di dalam
jiwanya
ada
macam-macam
bahwa
Nabi
Muhammad lah yang menjadi suri
tauladan bagi umat muslim. Beliau
11
Ibid, hlm. 72.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq
(Yogyakarta: LPPI, 1999), hlm. 1.
13
Beni Ahmad dan Abdul Hamid,
Ilmu Akhlak (Bandung, CV. Pustaka Setia,
2010) , hlm. 7.
12
14
Muhammad
Shahib.
AlQur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata
(Bandung: Sygma dan Syamil Quran: 2007),
hlm. 420.
6
yang menunjukan perilaku yang baik
Akhlak
terhadap
manusia
dan melarang perbuatan tercela. Hal
dibagi menjadi tiga yaitu akhlak
ini sesuai dengan hadits Nabi Saw:
terhadap
إ َ ا بع ْثت ل ت ّ م م ارم
ْال ْخَق
“sesungguhnya
diri
sendiri
yaitu
menyangkut jasmani maupun rohani
individu.18Akhlak kepada diri sendiri
antaralain: jujur, benar janji, amanah,
aku (Muhammad)
diutus
sebagai
rasul
untuk
menyempurnakan
akhlak
yang
mulia”.15
Ruang Lingkup Akhlak mulia
adalah kewajiban kepada anggota
Akhlak Terhadap Allah
kepada masyarakat dapat diwujudkan
Titik tolak akhlak terhadap
Allah
adalah
keluarga diantaranya berbuat baik
kepada kedua orang tua. Akhlak
dalam bentuk memuliakan tamu,
dan
menghormati nilai-nilai, dan norma
kesadaran bahwa tidak ada Tuhan
yang berlaku di masyarakat, saling
selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat
menolong
terpuji; demikian Agung sifat itu,
kebajikan,
yang jangankan manusia, malaikat
makan fakir miskin, dan berusaha
pun tidak akan mampu menjangkau
melapangkan
hakikatnya.16
kehidupannya,
Dengan
pengakuan
dan sabar.19Akhlak kepada keluarga
demikian
akhlak
dalam
dalam
dan
segala
melakukan
taqwa,
hidup,
urusan
kepentingan bersama.20
iman dengan cara beribadah, berdoa,
Akhlak Terhadap Alam
menjalakan
syariatnya,
melaksanakan
perbuatan
mengharap ridha-Nya.
dan
bermusyawarah
kepada Allah adalah memperkokoh
berdzikir, bersyukur serta senantiasa
memberi
mengenai
Lingkungan segala sesuatu
dan
yang berada disekitar manusia, baik
dengan
binatang tumbuh-tumbuhan, maupun
17
Akhlak Terhadap Manusia
benda-benda yang tidak bernyawa.
Dalam
Islam
tidak
dibenarkan
mengambil buah sebelum matang
15
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm.
6.
16
Quraish Shihab, Wawasan AlQur’an (Bandung: Mizan Media
Utama (MMU), hlm. 261-262.
17
Sudarno Shobron, dkk, Al Islam dan
Kemuhammadiyahan
(Surakarta:
LPID:2011), hlm. 117.
atau
memetik
18
19
bunga
sebelum
Ibid, hlm. 118.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq,
hlm. 134.
20
Ibid, hlm. 66.
7
mekar.21Dengan kata lain, “setiap
Wawancara
kerusakan terhadap lingkungan harus
mengumpulkan
dinilai sebagai kerusakan pada diri
mengadakan
manusia sendiri.”22
langsung
METODE PENELITIAN
dengan
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Wawancara
Jenis
penelitian
digunakan
adalah
yang
penelitian
data
tatap
cara
dengan
muka
antara
secara
pewawancara
diwawancarai.25
yang
dengan
adalah
adalah
maksud
percakapan
tertentu
yang
dilakukan oleh dua pihak yang
lapangan (field research) yaitu suatu
pewawancara
penelitian yang dilakukan dilapangan
memberikan jawaban atas pertanyaan
atau lokasi penelitian, sebagai tempat
itu.26
dan
terwawancara
yang dipilih untuk menyelidiki gejala
Wawancara yang dilakukan
objektif sebagai terjadi di lokasi
dalam adalah wawancara mendalam
tersebut.
23
Pendekatan
digunakan
deskriptif
adalah
yang
pendekatan
kualitatif yaitu dengan
metode studi kasus. Metode studi
dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan
dengan
model
pembentukan akhlak mulia.
Metode Observasi
kasus adalah mengungkap suatu
Obeservasi secara terminologis
keadaan secara mendalam, intensif,
dimaknai sebagai pengamatan atau
baik
peninjauan
perseorangan,
kelompok,
masyarakat.24
individu,
lembaga
Analisis
secara
cermat.27
atau
Observasi yang dilakukan
dalam
yang
penelitian ini adalah pengumpulan
digunakan adalah analisis induktif.
data secara langsung terhadap objek
Metode Pengumpulan Data
penelitian sehingga ada gambaran
Metode
yang
digunakan
secara
jelas
tentang
kondisi
diantaranya:
Metode Wawancara (interview)
21
Muhammad Azmi, Pembinaan
Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, hlm. 67.
22
Quraish Shihab, Wawasan AlQur’an, hlm. 270.
23
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi
Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 96.
24
Mahmud,
Metode
Penelitian
Pendidikan ( Bandung: CV Pustaka Setia,
2011), hlm.102.
25
Ahmad
Tanzeh,
Metodologi
Penelitian Praktis (Yogyakarta: 2011), hlm.
89.
26
Lexy J. Moeleong. Metodologi
penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 186.
27
Kaelan,
Metode
Penelitian
Kualitatif
Interdisipliner (Yogyakarta
:Paradigma, 2012), hlm. 100.
8
objek.28Metode ini digunakan untuk
dikatakan sebagai perpaduan antara
memperoleh data tentang model
pengetahuan dan keterampilan.
pembentukan akhlak mulia pada
Hal ini sesuai dengan teori
mahasantri Pondok Shabran.
bab II halaman 6 yang dikemukakan
Metode Dokumentasi
oleh
Metode dokumentasi adalah
Amirullah
Syarbini
dalam
bukunya model pendidikan karakter
metode mengumpulkan data dengan
dalam
melihat atau mencatat suatu laporan
keluarga
bahwa
model
internalisasi
merupakan
upaya
yang sudah tersedia yang digunakan
memasukan
pengetahuan
untuk mencari data yang variabelnya
keterampilan dalam melaksanakan
berupa catatan.
29
dan
Metode ini penulis
pengetahuan ke dalam diri seseorang
gunakan untuk memperoleh data
sehingga pengetahuan itu menjadi
yang
kepribadiannya. Sebagai wujud dari
berkaitan
dengan
data
dokumentatif.
kombinasi antara pengetahuan dan
Metode Analisis Data
keterampilan
Dalam
penelitian
menggunakan
maka
mahasantri
ini
peneliti
dilibatkan secara langsung dalam
metode
analisis
praktek
kehidupan.
Sehingga
deskripsi kualitatif, yaitu perolehan
pengetahuan
data yang digambarkan dengan kata
bermanfaat bagi pribadi mahasantri
atau kalimat menurut masing-masing
kelak menjadi pelaku sosial.
kategori
untuk
kesimpulan.
analisis
memperoleh
Untuk
data
tersebut
Dengan
dapat
dikatakan bahwa Pondok Shabran
penulis
mendidik mahasantri untuk mampu
ini
mengintegrasikan
HASIL PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Model Pembentukan Akhlak mulia
perkuliahan
Internalisasi
teori
dengan
disaat
keterampilan
yang ada dikehidupan sehari-hari.
Model Keteladanan
Model Internalisasi
Keteladanan
dalam
pembentukan akhlak mulia dapat
Syofian Siregar. Metode Penelitian
Kuantitatif
(Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2013), hlm. 117.
29
Ahmad
Tanszeh,
Metodologi
Penelitian Praktis, hlm. 92.
merupakan
segala tingkah laku yang dapat ditiru
oleh
28
demikian
mengukur
menggunakan analisis induktif.
Model
dapat
orang
meneladaninya.
lain
dalam
Namun
yang
dimaksud adalah keteladan yang
mampu membentuk akhlak mulia. Di
9
dalam
banyak
al-Qur’an
ayat
terwujudnya
mahasantri
menyinggung tentang teladan yang
berakhlak mulia.
dikenal dengan uswah kemudian
Model Pembiasaan
yang
dikaitkan dengan ḥasanah. Sehingga
Pembiasaan yang dimaksud
uswatun
adalah pembiasaan yang dilakukan
dapat
membentuk
hasanah
yang
kata
mempunyai
arti
secara sengaja maupun tidak sengaja
teladan yang baik. Secara rinci
yang
seperti yang disebutkan dalam al-
sehingga menjadi kebiasaan dalam
Qur’an surah al-Ahzab ayat 21.
pribadi seseorang. Hal ini seperti
Hal ini sebagaimana yang
dilakukan
terus
menerus
yang dikatakan oleh Heri Gunawan
di
dan seperti yang dikatakan oleh M.
karakter pada bab II halaman 7
Furqon Hidayatullah dalam bukunya
pembiasaan merupakan sesuatu yang
pendidikan
karakter
membangun
sengaja dilakukan secara berulang
peradaban
bangsa
bahwasanya
agar sesuatu itu menjadi kebiasaan.
keteladanan
adalah
dalam
pendidikan
dipaparkan pada bab II halaman 7,
bukunya
Dengan
pemberian
demikian
dapat
contoh yang menyangkut berbagai
dikatakan bahwa model pembiasaan
hal yang dapat diteladani, termaksud
yang diterapkan di Pondok Shabran
kebiasaan-kebiasaan
dapat membentuk akhlak mahasantri
Penerapan
model
yang
baik.
keteladan
ini
dengan
kebiaasaan
seperti yang dipaparkan pada bab IV
dilakukan.
halaman 21-27.
Model Nasehat
yang
rutin
Model nasehat merupakan
Sebagaimana teladan yang
diberikan oleh Rasulullah kepada
model
pemberian
motivasi
atau
para sahabatnya, sehingga sahabat-
nasehat kepada seseorang dalam
sahabat beliau mampu meneladani
pembentukan akhlak mulia yang
akhlak beliau dalam segala aspek.
bertujuan supaya individu giat dalam
dapat
melakukan sesuatu yang baik. Hal
dikatakan bahwa keteladanan yang
ini dapat disesuaikan dengan teori
diberikan oleh dosen Shabran dapat
bab II halaman 8 tentang model
mempengaruhi serta dapat ditiru
nasehat yaitu setiap diri manusia
oleh
memiliki
Dengan
demikian
mahasantri
sehingga
potensial
untuk
terpengaruh oleh kata-kata yang
10
didengarnya serta mengandung nilai-
penghargaan
nilai
sudah berusaha menunjukan yang
dan
motivasi
yang
dapat
karena
mahasantri
terbaik.
menggerakan hati.
Pemberian nasehat berupa
Hal ini dapat disesuaikan
motivasi serta arahan ini akan
dengan teori bab II halaman 9 bahwa
menimbulkan
bagi
penghargaan sangat di butuhkan
mahasantri menggapai cita-cita yang
karena setiap orang membutuhkan
berkepribadian
untuk
semangat
mulia.
Potensial
dihargai.
melalui
tersebut dapat membentuk pribadi
penghargaan pula sesorang akan
yang berakhlak mulia. Sebagaimana
termotivasi
terdapat dalam bab IV halaman 29.
perbuatan yang baik, dan pada diri
Tentang pemberian penilaian dan
individu
pemahaman
terhadap
dalam
mengatasi
untuk
akan
melakukan
merasa
dirinya.
bangga
Hal
ini
hambatan yang dialami mahasantri.
sebagaimana terdapat pada bab IV
Ketika
mengalami
halaman 31. Maka dapat dikatakan
hambatan atau kesulitan maka dosen
bahwa model penghargaan yang
sebagai orang tua kedua seyogyanya
diterapkan
di
memberikan nesehat dan arahan.
mampu
membentuk
Tujuannya agar mahasantri dapat
mahasantri menuju akhlak mulia.
mahasantri
nasehat
karena
yang
Shabran
akhlak
Model pembentukan akhlak
menemukan solusi yang baik.
Oleh
Pondok
itu,
model
disampaikan
oleh
mulia
terakhir
(punishment).
adalah
hukuman
Model
tersebut
dosen Shabran kepada mahasantri
digunakan oleh Pondok Shabran
dapat
dengan tujuan memberikan efek jera
dikatakan
mempengaruhi
mampu
mahasantri
dalam
kepada
mahasantri
yang
pembentukan akhlak mulia.
mentaati
Model
Penghargaan
dan
Hukuman
Pondok Shabran memberikan
sebenarnya, model ini dirasa tidak
apresiasi
yang
tinggi
bagi
mahasantri, jika mampu memberikan
prestasi serta keberhasilan dalam
menggembangkan
dakwah.
Apresiasi dilakukan sebagai bentuk
cocok
peraturan.
tidak
untuk
mendidik
Meski
dalam
pembentukan akhlak mulia, tetapi
hal
ini
tetap
dilakukan
agar
mahasantri selalu mentaati peraturan
yang berlaku di Pondok Shabran.
11
Dapat
disesuaikan
dengan
pembentukan
akhlak
Pondok
hukuman tidak layak untuk dijadikan
dibandingkan dengan
sebagai
penanaman
ada pada teori bab II. Beberapa
akhlak. Karena akan menimbulkan
model pembentukan akhlak mulia
paksaan pada individu, sehingga
tersebut
pekerjaan yang dilakoni tidak ikhlas.
Model
Sebelum
Building in Shabran (CMGCS).
untuk
mahasantri
mendapat
adalah
of
lebih
di
tori bab II halaman 9 Sebenarnya
cara
Shabran
mulia
banyak
model yang
Comprehensive
Glorious
Character
hukuman mereka diarahkan dan
Model CMGCS
diberi
model pembentukan akhlak melalui
rambu-rambu,
serta
mau’iẓah
dari hukuman. Sebagaimana terdapat
pembentukan
pada bab IV halaman 29-30. Dengan
berorganisasi, Model pembentukan
demikian dapat dikatakan bahwa
akhlak melalui perkuliahan, Model
model penghargaan dan hukuman
pembentukan
yang diberikan oleh Pondok Shabran
kelompok pengajian, dan Model
dapat
pembentukan
karakter
irsyād,
adalah
pengawasan langsung agar terhindar
membentuk
dan
tersebut
akhlak
model
melalui
akhlak
melalui
akhlak
melalui
mahasantri menuju akhlak yang
mubaligh hijrah.
mulia.
Akhlak mulia Mahasantri Pondok
Shabran
Akhlak Kepada Allah
Jadi secara teoritik dapat
disebutkan
bahwa
model
pembentukan akhlak mulia seperti
model
internalisasi,
keteladanan,
pembiasaan, nasehat, penghargaan
dan hukuman sudah sesuai dengan
model keteladanan dalam ibadah,
akhlak, dan sulukiyyah, model salat
jama’ah dan salat sunnah, model
pemahaman, model penilaian, model
pengarahan, dan model pengendalian
langsung.
Akan
diketahui
Akhlak kepada Allah berarti
mengakui tidak ada Tuhan selain
Allah
serta
perintahNya,
laranganNya.
menaati
segala
menjauhi
segala
Dapat
disesuaikan
dengan teori bab II halaman 12
bahwa
akhlak
kepada
Allah
merupakan pengakuan dan kesadaran
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Akhlak mahasantri terhadap Allah
SWT ditunjukan melalui ketaatan
tetapi
yang
bahwasanya
perlu
model
seperti yang di paparkan pada bab IV
halaman 37-38.
12
Dengan
dapat
Akhlak terhadap masyarakat
dikatakan akhlak mulia mahasantri
dengan menjaga dan menghormati
Pondok Shabran kepada Allah sudah
individu yang hadir di lingkungan
tercermin
masyarakat, karena masyarakat juga
Allah
demikian
dengan
dan
mentauhidkan
melaksanakan
puasa
merupakan bagian dari individu yang
sunnah dan kegiatan ibadah yang
harus
lain. Akhlak kepada diri sendiri
melalui saling menghormati dan
Akhlak terhadap diri sendiri
yang dimaksud untuk memenuhi
dihargai.
menghargai
mengerjakan
tugas
atau
ditempuh
norma-norma
yang
berlaku di masyarakat.
Oleh
kewajiban kepada diri mahasantri.
seperti
Dapat
karena
mahasantri
itu,
kepada
akhlak
masyarakat.
pekerjaan dengan jujur, serta ikhlas
seperti menjaga serta menghormati
dalam mengembang amanah yang
nilai-nilai dan norma yang berlaku
diberikan. Oleh karena itu, dapat
di masyarakat.
disesuaikan dengan teori bab IV
Akhlak terhadap alam semesta
halaman 38. Dengan demikian dapat
merupakan akhlak dalam bentuk
dikatakan akhlak mahasantri kepada
menjaga dan merawat alam dan
diri sendiri sudah tercermin dengan
menggunakan
sifat jujur, tanggungjawab, serta
kebutuhan. Menjaga serta merawat
ikhlas. Akhlak terhadap keluarga
lingkungan alam adalah salah satu
dapat diwujudkan dengan cara saling
perilaku terpuji. Dalam menjalankan
mencintai,
penerapan
berbuat
baik,
serta
sesuai
akhlak
dengan
kepada
alam,
mahasantri diajarkan untuk menjaga,
bermusyawarah.
Begitupun dengan mahasantri
merawat, dan mengolah apa-apa
Pondok Shabran mereka senantiasa
dengan
mengarahkan keluarganya menuju
memanfaatkan sesuai dengan dengan
kesempurnaan
kebutuhan.
Islam
dan
saling
menasehati. Dengan demikian, dapat
dikatakan
bahwa
akhlak
mulia
sebaik-baiknya
Dengan
demikian
kepada
alam
tercermin dengan perilaku saling
dengan
melalui
mencintai,
melakukan
baik
serta
menjaga keluarga dari api neraka.
dapat
dikatakan bahwa akhalak mahasantri
mahasantri kepada keluarga sudah
berbuat
serta
sudah
menjaga
penghijauan
lingkungan Alam.
diterapkan
dan
terhadap
13
KESIMPULAN DAN SARAN
Sedangkan akhlak mahasantri dalam
Kesimpulan
kehidupan
Sebagai
kesimpulan
pada
akhlak
sehari-hari
kepada
antralain:
Allah
seperti
temuan penelitian ini, bahwa model
melaksanakan salat lima waktu, salat
pembentukan akhlak mulia pada
sunnah dan membaca al-Qur’an dan
mahasantri Pondok Shabran, tidak
hadis. Akhlak terhadap diri sendiri
hanya dalam model internalisasi,
menjalankan
model
Akhlak terhadap keluarga seperti
keteladanan,
model
tanggungajawab.
pembiasaan, model nasehat, dan
menasehati
model penghargaan dan hukuman
benar. Akhlak terhadap masyarakat
semata,
memiliki
seperti sopan santun dalam bertutur
beberapa model antaralain: model
kata. Akhlak terhadap alam seperti
keteladanan dalam ibadah, akhlak,
menjaga
dan sulukiyah, model
Pondok.
melainkan
keteladanan
dalam berorganisasi,
kedalam
jalan
kebersihan
yang
lingkungan
Saran-saran
model keteladanan dalam kuliah,
Kepada Pondok Shabran
model keteladanan dalam kelompok
Diharapkan mampu menjadi Pondok
pengajian, model keteladanan dalam
Pesantren
mubaligh hijrah, model pengawasan,
membentuk
pengarahan,
mahasantri.
langsung,
dan
model
pengendalian
penilaian
dan
yang
unggul
akhlak
dalam
mulia
pada
Mahasantri Pondok Shabran
pemahaman, model role playing,
Diharapkan
model mau’iẓah dan irsyād, model
Shabran menjadi panutan yang baik
salat jama’ah dan salat sunnah,
bagi
model bimbingan ḥifẓu Qur’ān dan
Muhammadiyah
Hadis. Namun penulis menemukan
terkhusus
model teori baru dalam pembentukan
Shabran.
akhlak mulia di Pondok Shabran
yaitu
Comprehensive
Glorious
Character
Shabran (CMGCS).
Model
of
Building
in
mahasantri
mahasiswa
Pondok
Universitas
Surakarta
mahasantri
dan
Pondok
DAFTAR PUSTAKA
Ahmatu, Akbar. 2014. Persepsi
Mahasantri Terhadap Sistem
Pendidikan Pondok Kader
Muhammadiyah (studi kasus di
Pondok
Hajjah
Nuriyah
Shabran
Universitas
14
Muhammadiyah
Surakarta
Tahun Pelajaran 2012/2013).
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Ardi
Rafsanjani, Toni. 2013.
Pengaruh Shalat Tahajud
Terhadap Penanaman Akhlak
Mahasantri Shabran Tahun
Ajaran 2011/2012. Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Azmi,
Muhammad.
2006.
Pembinaan Akhlak Anak Usia
Pra Sekolah. Solo: Belukar.
Ahmad, Beni dan Hamid, Abdul.
2010. Ilmu Akhlak. Bandung:
CV. Pustaka Setia.
Fathoni,
Abdurrahmat.
2006.
Metodelogi Penelitian dan
Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan
Karakter. Bandung: Alfabeta.
Hidayatullah, M. Furqon. 2010.
Pendidikan
karakter
membangun
peradaban
bangsa.
Surakarta: Yuma
Pustaka.
Ilyas,
Yunahar. 1999. Kuliyah
Akhlaq.Yogyakarta: Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI).
Kaelan. 2012. Metode Penelitian
Kualitatif
Interdisipliner.
Yogyakarta: Paradigma.
KBBI V-1 diakses 31 Oktober 2014
jam 10.20.
Mahmud.
2011.
Metodelogi
Penelitian
Pendidikan.
Bandung: CV Pustaka Setia
Moeleong. Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Mursidin. 2011.
Pendidikan.
Indonesia.
Moral Sumber
Bogor: Ghalia
Nur
hayati,
Fitriani.
2014.
Pendidikan Islam Berbasis
Problematika Sosial (Studi
Kasus di Pondok Hajjah
Nuriyah Shabran Tahun 2014).
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rosyadi, Imron, dkk. 2013. Buku
Pedoman
Penyelenggaraan
Pondok
Muhammadiyah
Hajjah
Nuriyah
Shabran
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. Solo: Fairuz Media.
Salamah, Murad. 2011. Wasiat Bijak
Di Akhir Hayat. Solo: Pustaka
Arafah.
Shahib
Muhammad.
2007.
AlQur’anulkarim Terjemah Tafsir
Perkata. Bandung: Sygma dan
Syamil Quran.
Shihab,Quraish. 2007. Wawasan Al
Qur’an. Bandung: Mizan.
Siregar. Syofian. 2013. Metode
Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana Prenad Media Grup.
Syarbini, Amirullah. 2014. Model
Pendidikan Karakter Dalam
Keluarga. Jakarta: PT Elex
media Gramedia.
Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi
Penelitian Praktis. Yogyakarta:
Teras.