PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH DENGAN METODE INQUARY DAN MODIFIED INQUARY DITINJAU DARI KETRAMPILAN PROSES SAINS Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Dengan Metode Inquary Dan Modified Inquary Ditinjau Dari Ketrampilan Proses Sains Dan Sikap Ilmi

(1)

i

JURNAL ILMIAH

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Manajemen Pendidikan

Oleh :

PARMO NIM : Q 100110218

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2013


(2)

ii

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH DENGAN METODE INQUARY DAN MODIFIED INQUARY DITINJAU DARI KETRAMPILAN PROSES SAINS

Disusun Oleh: PARMO Q 100110218

Telah disetujui oleh Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II


(3)

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH DENGAN METODE INQUARY DAN MODIFIED INQUIRY

DITINJAU DARI KETRAMPILAN PROSES SAINS 1) Parmo, 2). Sutama, 3). Wafrotur Rohmah.

Universitas Muhammadiyah Surakarta

parmodwijo@yahoo.com, sutama_mpd@yahoo.com, Wafroh57@gmail.com

Abstract

This study aims to determine: the effect of problem-based learning model with the modified method of inquiry and the inquiry, the science process skills. The study was conducted by way of experiments using class IX student population SMP Negeri 3 Pracimantoro namely the class IXA and class IXB method using modified methods of inquiry. Problem - Based Learning with the modified method of inquiry and inquiry effects on science process skills, data is collected using a questionnaire. Students who have high skills then do the problem - based learning with a modified method of inquiry or inquiry, then do the test achievement. Achievement test results then analyzed the data using ANOVA test using t he computer software SPSS 17. Results showed that students had a science process skill achievement of cognitive, higher with the method of inquiry average cognitive scores 84.31; than the modified inquiry average cognitive scores of 77, 97; especially the students who have theskills high, Showed higher Academic achievement.

Keywords: problem; inquiry; modified inquiry science process skills

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa


(4)

kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan Sund dalam Wenno 2008). Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (1) Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, dan makhluk hidup; (2) Proses: meliputi hipotesis, eksperimen, evaluasi, dan kesimpulan; (3) Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.

Ditinjau dari segi proses, Ilmu Pengetahuan Alam memiliki berbagai keterampilan proses sains yang terdiri atas keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi: (1) pengamatan, (2) pengukuran, (3) menyimpulkan, (4) meramalkan, (5) menggolongkan, dan (6) mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi: (1) pengontrolan variabel, (2) interpretasi data, (3) perumusan hipotesa, (4) pendefinisian variable, dan (5) merancang eksperimen. Melalui keterampilan proses sains dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, berpikir logis, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerjasama dengan orang lain.

Secara umum, penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam siswa Indonesia masih rendah. Prestasi bidang IPA siswa Indonesia dalam kompetisi di tingkat internasional masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Kondisi tersebut juga terjadi pada proses pembelajaran IPA di SMPN 3 Pracimantoro. Keadaan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata Ujian Nasional 3 tahun terakir. Tahun pelajaran 2009/2010 rata-rata nilai ujian nasional IPA 6,78 dan menempati peringkat 58, tahun 2010/2011 rata-rata 7,58 pada peringkat 100, dan pada tahun 2011/2012 rata-rata nilai IPA 7,59 dengan peringkat 98 ( dokukumen kuruikulum SMP N3 Pracimantoro).

Berdasarkan hasil penelusuran menunjukkan bahwa rendahnya prestasi belajar IPA SMP N3 Pracimantoro disebabkan oleh proses pembelajaran teacher centered yang memposisikan siswa sebagai botol kosong yang diisi dengan ilmu


(5)

pengetahuan, sehingga kurang relevan dengan empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu: siswa mau dan mampu berbuat (learning to do), belajar membangun pengetahuanya (learning to know), membangun pengetahuan kepercayaan dirinya (learning to be), dan kemampuan belajar berinteraksi (learning to live together) di masyarakat. Krisdiyanto (2010) berjudul : “Pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek dan inquiry ditinjau dari kreativitas dan sikap ilmiah siswa” diperoleh kesimpulan: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inquiry) terhadaap prestasi belajar biologi.

Menyadari hal tersebut di atas maka, penulis menawarkan alternatif solusi pemecahan masalah tersebut. Adapun alternatif yang penulis tawarkan adalah sebagai berikut:

a. Model pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry dapat jadikan sebagai alternatif pembelajaran biologi khususnya pada materi bioteknologi dengan memanfaatkan realita yang terjadi di lingkungan keseharian siswa.

b. Dalam pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry, maka perlu memperhatikan beberapa hal antara lain: pada materi yang benar-benar sesuai, RPP yang digunakan harus serinci mungkin, lembar kerja siswa (LKS) sebagai pedoman kegiatan, ketersediaan dan kesiapan alat dan bahan, karakteristik siswa dan ligkungan sekitar, pengelompokan siswa secara heterogen, memanfaatkan waktu dengan baik, memberikan penghargaan kepada kelompok yang berprestasi, menjaga proses pembelajaran tetap dalam kaidah model pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry.

c. Pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry, maka guru perlu memperhatikan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan tes sebelum penerapan model pembelajaran ini. Selanjutnya guru melakukan pengelompokan menjadi siswa dengan


(6)

keterampilan proses sains tinggi dan rendah. Guru juga harus memberikan bimbingan dan berbagai macam tugas sehingga keterampilan proses sains siswa meningkat.

d. Pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry dalam pembelajarannya, maka guru perlu memperhatikan sikap ilmiah siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukaan tes sebelum penerapan model pembelajaran ini. Selanjutnya guru melakukan pengelompokan menjadi siswa dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah. Guru juga harus memberikan bimbingan dan berbagai macam tugas sehingga sikap ilmiah siswa meningkat.

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah ingin mengetahui:

1. Kontribusi pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry dan modified inquiry terhadap prestasi belajar biologi.

2. Kontribusi keterampilan proses sains terhadap prestasi belajar biologi. 3. Konteribusi sikap ilmiah terhadap prestasi belajar biologi.

4. Interaksi antara penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry dan modified inquiry, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini kuantitatif. Penelitian ini mengunakan rancangan desain faktorial tiga jalan (anava). Desain ini untuk melihat 3 variabel bebas yaitu terhadap suatu metode inquiry dan modified inquiry, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar (variable terikat). Keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah. Indikator ketrampilan proses sains,


(7)

dengan skala pengukuran interval yang diubah dalam skala ordinal dengan dua katagori yaitu tinggi dan rendah.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Pracimantoro, yang beralamat di Desa Joho, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Sampel yang digunakan diambil 2 (dua) kelas dari semua kelas IX. Diambil dua kelas kemudian dibagi menjadi dua, satu kelas untuk pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry dan satu kelas untuk pembelajaran berbasis masalah dengan metode modified inquiry.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster rondom sampling, yaitu sampel yang diambil berdasarkan kelompok (kelas), dengan teknik rondom sampling. Kelompok I (IXA) diberi perlakuan pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry, sedangkan kelompok II (IXB) diberi perlakuan penggunaan metode modified inquiry.

Sutama (2012:92), ada lima buah prosedur dan instrument untuk menghimpun data, meliputi observasi, analisis isi, angket, wawancara dan pengujin skala obyektif. Instrumen penelitian untuk prestasi belajar berupa tes, sedangkan keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah siswa berupa angket.

a. Metode Tes

Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan skor prestasi belajar siswa. Pada tes prestasi belajar digunakan tes objektif pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dan satu diantaranya jawaban benar. Tes ini untuk mengukur tingkat pemahaman konsep siswa (aspek kognitif).

b. Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mendapatkan informasi tentang keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa selama mengikuti pembelajaran. Angket keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa berupa daftar pertanyaan maupun pernyataan yang harus dijawab oleh siswa. Pemberian skor untuk angket ini digunakan skala linkert 1 sampai 4.


(8)

Pada teknik analisa data kita gunakan validitas item dalam angket digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson sebagai berikut:

(

)(

)

(

)

[

N X 2 X 2

]

[

N Y 2

(

Y

)

2

]

Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ − =

Uji reliabilitas tes menggunakan Kuder-Richardson (K-R 20) sebagai berikut:       ∑       −

= 2 2

11 S pq S 1 n n r

Uji reliabilitas angket menggunakan rummus Alpha Cronbach berikut :

        ∑ −       − = t i k k r 2 2 11 1 1 σ σ

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian variabel keterampilan proses sains siswa diambil menggunakan angket. Pengambilan data dilakukan sebelum semua kelas diberi perlakuan pada proses pembelajaran. Berdasarkan hasil tes tersebut kemudian siswa dikelompokkan menjadi dua katagori yaitu rendah dan tinggi. Siswa termasuk katagori rendah bila hasil tes di bawah rata-rata, sedang siswa termasuk katagori tinggi bila hasil tes sama dengan atau lebih tinggi dari rata-rata. Dengan menggunakan kriteria tersebut siswa termasuk katagori keterampilan proses sains tinggi dari kelas metode inquiry dan kelas metode modified inquiry ada 32 siswa, sedangkan siswa dengan katagori keterampilan proses sains rendah juga 32 siswa. Distribusi data dapat dilihat pada tabel berikut.


(9)

Tabel Distribusi prestasi siswa pada ketrampilan proses sains ( KPS ) dan sikap ilmiah siswa

Frekuensi siswa pada

Metode inquiry Metode modified

inquiry

KPS Tinggi , Sikap ilmiah tinggi 11 8

KPS Tinggi , Sikap ilmiah redah 8 7

KPS rendah , Sikap ilmiah tinggi 11 8

KPS rendah , Sikap ilmiah rendah 2 9

Perbandingan frekuensi siswa pada ketrampilan proses sains dan sikap

ilmiah siswa dengan metode inquiry dan modified inquiry dapat dilihat pada

grafik 4. 3

Gambar 4.3. Grafik ketrampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa pada kelas inquiry dan modified inquiry


(10)

Selanjutnya nilai tes prestasi belajar biologi dari masing-masing keterampilan proses sains tinggi dan rendah dapat dibuat daftar distribusi frekuensi seperti pada tabel berikut.

Tabel . Distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif

Interval

Kelas IX A (Kelompok I) Metode Inquiry

Kelas IXB (Kelompok II) Metode Modified Inquiry Frekuensi Frekuensi

Relatif

Frekuensi Frekuensi Relatif

63 - 70 1 3,13% 12 35,29%

71 - 78 5 15,63% 11 32,35%

79 - 86 6 18,75% 6 23,53%

87 - 94 15 46,88% 2 5,88%

95 - 102 5 15,63% 1 2,94%

Jumlah 32 100 % 32 100 %

Perbandingan prestasi kognitif antara siswa dengan keterampilan proses sains tinggi dan ketrampilan proses sains rendah dapat dilihat pada grafik di bawah ini.


(11)

Gambar grafik prestasi kognitif pada keterampilan proses sains rendah

Hasil penelitian pembelajaran biologi berbasis masalah dengan metode inquiry dan modified inquiry di dapatkan data sebagai berikut. Pada aspek kognitif penggunaan metode inquiry mendapatkan nilai lebih baik dari metode modified inquiry. Seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel prestasi belajar

metode inquiry metode modified inquiry Jumlah data

Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Standar deviasi

32 100

67 84,31

9,45

32 97 63 77.97

9,73

Nasution (2007) keterampilan proses sains merupakan awal bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan, karena rasa ingin tahu adalah proses pencarian makna. Sains merupakan produk yang diperoleh melalui suatu proses yang sistematis diawali dari rasa ingin tahu terhadap fenomena alam. Demikian juga dalam pembelajaran sains, pengetahuan dibangun oleh siswa melalui


(12)

serangkaian proses sains dan keterampilan proses sains menjadi salah satu jalan untuk menyusun suatu prediksi tentang makna dari sebuah pengetahuan yang belum diketahui. Abdul Majid (2008 : 76) sikap merupakan wujud keberanian untuk memilih secara sadar yang kemudian ditindaklanjuti dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggungjawab, kukuh dan bernalar. Memadukan kedua teori diatas, penulis simpulkan bahwa siswa yang mempunyai ketrampilan proses sains tinggi serta sikap ilmiahnya tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula, begitupula sbaliknya siswa yang ketrampilan proses sains rendah dan sikap ilmiah rendah maka hasil prestasi belajarnya juga rendah.

Hasil penelitian pembelajaran biologi berbasis masalah dengan metode inquiry dan modified inquiry di dapatkan data sebagai berikut. Prestasi belajar pada siswa yang menggunaan metode inquiry mendapatkan nilai rata-rata 84,31 sedang metode modified inquiry mendapatkan rata-rata nilai 77,97. Nilai ketrampilan proses sains menunjukkan rata-rata nilai metode inquiry 66.63 dan metode modified inquiry 67.63 dan prestasi sikap ilmiah siswa menunjukkan nilai metode inquiry rata-rata 117 dan metode modified inquiry 114. Nuryani R ( 2008 : 86) keterampilan proses sains di kembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar dan di sadari ketika kegiatan sedang berlangsung. Jadi ketrampilan proses sains merupakan dasar dari belajar, artinya jika siswa memiliki keterampilan proses sains yang tinggi maka ia akan memiliki keterampilaan dalam memecahkan permasalahaan yang mereka hadapi. Sebaliknya keterampilan proses sains yang rendah menjadikan semangat untuk belajar, menyelidiki, memecahkan masalah, dan hasrat untuk ingin tahu juga rendah. Siswa tersebut tidak memiliki kemauan yang kuat untuk mengeksplorasi dan memecahkan suatu masalah. Pada dasarnya keterampilan proses sains mendorong siswa untuk menyelidiki sesuatu dan menumbuhkan kemauan untuk belajar yang pada akhirnya memiliki prestasi dan ketarampilan proses yang lebih baik.


(13)

Yatim Riyanto (2010) bahwa belajar melalui proses penemuan sangat penting karena siswa dapat melakukan kegiatan perancangan, pengamatan, pengumpulan data, identifikasi, komunikasi dan mengambil simpulan sebagai bagian penting dari proses memperoleh pengetahuan. Begitupula dalam pembelajaran ini yang menggunakan metode inquiry dan modified inqiry, peneliti menanamkan konsep kepada siswa untuk melakukan perancangan, pengamatan, pengumpulan data, berkomunikasi dan menarik simpulan pada materi penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui peningkatan produksi pangan.

SIMPULAN

Pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry lebih memudahkan siswa dalam melakukan proses penemuan. Siswa merasa tertarik karena terbantu dalam menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan materi penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui penigkatan produksi pangan. Selain itu dengan metode inquiry siswa lebih terarah dalam memahami sehingga memudahkan mencari alternatif pemecahan masalah secara efektif dan efisien. Pada materi bioteknologi, pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry menghasilkan prestasi belajar kognitif, yang lebih baik dari pada pembelajaran berbasis masalah dengan metode modified inquiry. Rata rata prestasi belajar, pada model pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry adalah 84,31; sedangkan pada modified inquiry 77,97.

Keterampilan proses sains harus dikembangkan dalam pembelajaran biologi karena dapat menunjang prestasi belajar. Siswa yang keterampilan proses sainnya tinggi dapat dimotivasi secara pribadi untuk mengaktualisasikaan potensi dirinya, begitu pula siswa yang keterampilan proses sainsnya rendah perlu dimotivasi agar keterampilannya berkembang sehingga lebih mudah memecahkan permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.


(14)

Begitupula siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi juga mendorong prestasi belajar yang tinggi, namun siswa yang sikap ilmiahnya rendah perlu bimbingan yang lebih dari guru agar bisa mempunyai sikap ilmiah yang tinggi.

Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry dan modified inquiry, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa tidak memberikan interaksi yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada semua aspek belajar. Hal ini tidak menunjukkan bahwa siswa dengan keterampilan proses sains tinggi dan sikap ilmiah tinggi selalu lebih tinggi prestasi belajarnya di kelas IXA dengan metode inquiry dibandingkan kelas IXB dengan metode modified inquiry. Keterampilan proses sains sebagai faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran. Walaupun demikian dalam penelitian ini menunjukkan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry dan modified inquiry, dan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar. Keduanya tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar secara bersama-sama.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. Cetakan kelima. PT Remaja Rosdakarya.

D. Michael Malone. 2008 Inquiry-Based Early Childhood Teacher Preparation. Journal Early Childhood Educ.J

Gangarelly, Lara M. and Abrams, Eleanor D. 2009. Closing The Gab : Inquiry in Research and The Secondary Secondary Science Classroom. Journal Science Education Technol. 18 (74) : 84

Hamid Muhammad. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam – Biologi. Buku 1. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.


(15)

Ichal, Zion M. and Sadeh Irit. 2007. Curiosity and Open Inquiry Learning. Journal of Biology Education. 41 (4) : 6

M.H. Matondang. 2008. Kepemimpinan Budaya Organesasi dan Manajemen Strategik. Cetakan Pertama. Yogjakarta. Graha Ilmu.

Mark S. Dickerson. 2011. Building Collaborative School Culture Using Appreciative Inquiry. Journal of Arts Science & Commerce. Vol – II. Nasution, M.N.. 2008. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nuryani R. 20008. Stategi Belajar Mengajar Biologi. Malang. Cetakan 1 Universitas Negeri Malang

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogjakarta. Cetakan 1. Pustaka Pelajar Celebon Timur UH III/ 548 Yogjakarta.

Rochiati Wiraatmadja. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ketujuh.Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Sambas Ali Muhudin, Maman Abdurrahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, Dan Alur Dalam Penelitian, Cetakan ke-1. Bandung. Pustaka Setia Bandung

Samino. 2010. Manajemen Pendidikan. Cetakan Pertama. Fairus Media. Gumpang – Kartosuro.

Suharsini Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Cetakan ke-11, Jakarta. Bumi Aksara Jakarta.

Suharsini Arikunto, Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan. 2008. Yogjakarta. Aditya Media Universitas Negeri Yogjakarta.

Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK R & D. Cetakan ke tiga. Fairus Media Duta Permata Ilmu. Gumpang – Kartosuro.

Taufiq Amir. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Wenno I.H. 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual. Yogyakarta : Penerbit Inti Media.


(16)

Wen-Chuan Lin. 2012. An Inquiry inti EnglishLearning Processes in a Taiwanese Indigenous School. Journal Engglish Teaching Volume 11, Number 1 Yatim Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada


(1)

Gambar grafik prestasi kognitif pada keterampilan proses sains rendah

Hasil penelitian pembelajaran biologi berbasis masalah dengan metode inquiry dan modified inquiry di dapatkan data sebagai berikut. Pada aspek kognitif penggunaan metode inquiry mendapatkan nilai lebih baik dari metode modified inquiry. Seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel prestasi belajar

metode inquiry metode modified inquiry Jumlah data

Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Standar deviasi

32 100

67 84,31

9,45

32 97 63 77.97

9,73

Nasution (2007) keterampilan proses sains merupakan awal bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan, karena rasa ingin tahu adalah proses pencarian makna. Sains merupakan produk yang diperoleh melalui suatu proses yang sistematis diawali dari rasa ingin tahu terhadap fenomena alam. Demikian juga dalam pembelajaran sains, pengetahuan dibangun oleh siswa melalui


(2)

serangkaian proses sains dan keterampilan proses sains menjadi salah satu jalan untuk menyusun suatu prediksi tentang makna dari sebuah pengetahuan yang belum diketahui. Abdul Majid (2008 : 76) sikap merupakan wujud keberanian untuk memilih secara sadar yang kemudian ditindaklanjuti dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggungjawab, kukuh dan bernalar. Memadukan kedua teori diatas, penulis simpulkan bahwa siswa yang mempunyai ketrampilan proses sains tinggi serta sikap ilmiahnya tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula, begitupula sbaliknya siswa yang ketrampilan proses sains rendah dan sikap ilmiah rendah maka hasil prestasi belajarnya juga rendah.

Hasil penelitian pembelajaran biologi berbasis masalah dengan metode inquiry dan modified inquiry di dapatkan data sebagai berikut. Prestasi belajar pada siswa yang menggunaan metode inquiry mendapatkan nilai rata-rata 84,31 sedang metode modified inquiry mendapatkan rata-rata nilai 77,97. Nilai ketrampilan proses sains menunjukkan rata-rata nilai metode inquiry 66.63 dan metode modified inquiry 67.63 dan prestasi sikap ilmiah siswa menunjukkan nilai metode inquiry rata-rata 117 dan metode modified inquiry 114. Nuryani R ( 2008 : 86) keterampilan proses sains di kembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar dan di sadari ketika kegiatan sedang berlangsung. Jadi ketrampilan proses sains merupakan dasar dari belajar, artinya jika siswa memiliki keterampilan proses sains yang tinggi maka ia akan memiliki keterampilaan dalam memecahkan permasalahaan yang mereka hadapi. Sebaliknya keterampilan proses sains yang rendah menjadikan semangat untuk belajar, menyelidiki, memecahkan masalah, dan hasrat untuk ingin tahu juga rendah. Siswa tersebut tidak memiliki kemauan yang kuat untuk mengeksplorasi dan memecahkan suatu masalah. Pada dasarnya keterampilan proses sains mendorong siswa untuk menyelidiki sesuatu dan menumbuhkan kemauan untuk belajar yang pada akhirnya memiliki prestasi dan ketarampilan proses yang lebih baik.


(3)

Yatim Riyanto (2010) bahwa belajar melalui proses penemuan sangat penting karena siswa dapat melakukan kegiatan perancangan, pengamatan, pengumpulan data, identifikasi, komunikasi dan mengambil simpulan sebagai bagian penting dari proses memperoleh pengetahuan. Begitupula dalam pembelajaran ini yang menggunakan metode inquiry dan modified inqiry, peneliti menanamkan konsep kepada siswa untuk melakukan perancangan, pengamatan, pengumpulan data, berkomunikasi dan menarik simpulan pada materi penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui peningkatan produksi pangan.

SIMPULAN

Pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry lebih memudahkan siswa dalam melakukan proses penemuan. Siswa merasa tertarik karena terbantu dalam menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan materi penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui penigkatan produksi pangan. Selain itu dengan metode inquiry siswa lebih terarah dalam memahami sehingga memudahkan mencari alternatif pemecahan masalah secara efektif dan efisien. Pada materi bioteknologi, pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry menghasilkan prestasi belajar kognitif, yang lebih baik dari pada pembelajaran berbasis masalah dengan metode modified inquiry. Rata rata prestasi belajar, pada model pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry adalah 84,31; sedangkan pada modified inquiry 77,97.

Keterampilan proses sains harus dikembangkan dalam pembelajaran biologi karena dapat menunjang prestasi belajar. Siswa yang keterampilan proses sainnya tinggi dapat dimotivasi secara pribadi untuk mengaktualisasikaan potensi dirinya, begitu pula siswa yang keterampilan proses sainsnya rendah perlu dimotivasi agar keterampilannya berkembang sehingga lebih mudah memecahkan permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.


(4)

Begitupula siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi juga mendorong prestasi belajar yang tinggi, namun siswa yang sikap ilmiahnya rendah perlu bimbingan yang lebih dari guru agar bisa mempunyai sikap ilmiah yang tinggi.

Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry dan modified inquiry, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa tidak memberikan interaksi yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada semua aspek belajar. Hal ini tidak menunjukkan bahwa siswa dengan keterampilan proses sains tinggi dan sikap ilmiah tinggi selalu lebih tinggi prestasi belajarnya di kelas IXA dengan metode inquiry dibandingkan kelas IXB dengan metode modified inquiry. Keterampilan proses sains sebagai faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran. Walaupun demikian dalam penelitian ini menunjukkan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran berbasis masalah dengan metode inquiry dan modified inquiry, dan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar. Keduanya tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar secara bersama-sama.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. Cetakan kelima. PT Remaja Rosdakarya.

D. Michael Malone. 2008 Inquiry-Based Early Childhood Teacher Preparation. Journal Early Childhood Educ.J

Gangarelly, Lara M. and Abrams, Eleanor D. 2009. Closing The Gab : Inquiry in Research and The Secondary Secondary Science Classroom. Journal Science Education Technol. 18 (74) : 84

Hamid Muhammad. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam – Biologi. Buku 1. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.


(5)

Ichal, Zion M. and Sadeh Irit. 2007. Curiosity and Open Inquiry Learning. Journal of Biology Education. 41 (4) : 6

M.H. Matondang. 2008. Kepemimpinan Budaya Organesasi dan Manajemen Strategik. Cetakan Pertama. Yogjakarta. Graha Ilmu.

Mark S. Dickerson. 2011. Building Collaborative School Culture Using Appreciative Inquiry. Journal of Arts Science & Commerce. Vol – II. Nasution, M.N.. 2008. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nuryani R. 20008. Stategi Belajar Mengajar Biologi. Malang. Cetakan 1

Universitas Negeri Malang

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogjakarta. Cetakan 1. Pustaka Pelajar Celebon Timur UH III/ 548 Yogjakarta.

Rochiati Wiraatmadja. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ketujuh.Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Sambas Ali Muhudin, Maman Abdurrahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, Dan Alur Dalam Penelitian, Cetakan ke-1. Bandung. Pustaka Setia Bandung

Samino. 2010. Manajemen Pendidikan. Cetakan Pertama. Fairus Media. Gumpang – Kartosuro.

Suharsini Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Cetakan ke-11, Jakarta. Bumi Aksara Jakarta.

Suharsini Arikunto, Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan. 2008. Yogjakarta. Aditya Media Universitas Negeri Yogjakarta.

Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK R & D. Cetakan ke tiga. Fairus Media Duta Permata Ilmu. Gumpang – Kartosuro. Taufiq Amir. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.

Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Wenno I.H. 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual. Yogyakarta : Penerbit Inti Media.


(6)

Wen-Chuan Lin. 2012. An Inquiry inti EnglishLearning Processes in a Taiwanese Indigenous School. Journal Engglish Teaching Volume 11, Number 1 Yatim Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Metode Demonstrasi dan Diskusi ditinjau dari Konsep Diri Siswa

0 14 223

INQUARY TRAINING UNTUK MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN MENELITI MAHASISWA

0 7 9

PENGARUH MODEL PROCESS ORIENTED GUIDED INQUARY LEARNING (POGIL) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI.

0 5 19

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DAN METODE INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI (MODIFIED FREE INQUIRY) DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH SISWA

0 2 132

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS SISWA

0 4 129

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH DENGAN METODE INQUARY DAN MODIFIED INQUARY DITINJAU DARI KETRAMPILAN PROSES SAINS Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Dengan Metode Inquary Dan Modified Inquary Ditinjau Dari Ketrampilan Proses Sains Dan Sikap Ilm

0 3 16

PENDAHULUAN Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Dengan Metode Inquary Dan Modified Inquary Ditinjau Dari Ketrampilan Proses Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada SMP Negeri 3 Pracimamtoro Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 6

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY-INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS Penerapan Metode Pembelajaran Discovery-Inquiry Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gatak Sukoha

1 4 14

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR.

0 0 12

Penerapan Model Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Lingkungan terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains Siswa

0 0 6