DUKUNGAN SOSIAL PADA PENDERITA KANKER NASOFARING BERDASARKAN GENDER : Studi Multi-Kasus terhadap Empat Orang Pasien Kanker Nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

(1)

DUKUNGAN SOSIAL PADA PENDERITA KANKER NASOFARING BERDASARKAN GENDER

(Studi Multi-kasus terhadap Empat Orang Pasien Kanker Nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Jurusan Psikologi

Oleh :

Regina Lorinda Sinuhaji 0905937

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

DUKUNGAN SOSIAL PADA PENDERITA KANKER NASOFARING BERDASARKAN GENDER

(Studi Multi-kasus terhadap Empat Orang Pasien Kanker Nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung)

Oleh:

Regina Lorinda Sinuhaji 0905937

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Regina Lorinda Sinuhaji 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya


(3)

(4)

(5)

vi

ABSTRAK

Regina Lorinda (0905937) Dukungan Sosial pada Penderita Kanker Nasofaring berdasarkan Gender (Studi Multi-Kasus terhadap Empat Orang Pasien Kanker Nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung)

Penderita KNF rentan mengalami berbagai masalah psikologis. Oleh karena itu, pengobatan terhadap penderita KNF sebaiknya disertai dengan dukungan sosial dari orang-orang di sekitar mereka yang dapat memberikan manfaat positif dan membantu mengurangi beban psikologis mereka. Terlepas dari manfaat dukungan sosial bagi penderita KNF, ternyata dukungan sosial berbeda pada laki-laki dan perempuan. Perempuan cenderung membangun hubungan interpersonal yang lebih dekat dan memiliki teman dekat yang lebih banyak sehingga memiliki investasi yang lebih besar dalam dukungan sosial daripada laki-laki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan sosial pada penderita kanker nasofaring berdasarkan gender di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini melibatkan dua orang penderita KNF laki-laki berusia 35 tahun dan dua orang penderita KNF perempuan berusia 37 dan 36 tahun. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data diperoleh melalui metode wawancara mendalam dan observasi partisipan. Data yang telah diperoleh dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Keabsahan data diuji dengan melakukan pengecekan sejawat, triangulasi sumber dan triangulasi teknik, menggunakan referensi, dan member check. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua penderita KNF perempuan membutuhkan lebih banyak dukungan sosial dibandingkan kedua penderita KNF laki-laki, terutama dukungan emosional. Selama menderita KNF, kedua subjek perempuan membutuhkan perhatian yang lebih dari keluarga, sementara kedua subjek laki-laki hanya ingin diperhatikan secara wajar dan tidak berlebihan. Kedua penderita kanker nasofaring perempuan juga ingin diperhatikan dan diberikan dorongan semangat dari jaringan yang lebih luas dibandingkan laki-laki yang hanya mengharapkan dorongan semangat dari orang terdekat, terutama keluarga. Selain itu, dalam pengambilan keputusan mengenai pengobatan, kedua penderita KNF laki-laki lebih dapat mengambil keputusan sendiri mengenai pengobatannya, sedangkan kedua penderita KNF perempuan membutuhkan lebih banyak bantuan dan dukungan untuk mengambil keputusan.


(6)

ABSTRACT

Regina Lorinda (0905937) Social Support in Patients with Nasopharyngeal Cancer According to Gender (Multi-case Study toward Four Nasopharyngeal Cancer Patients in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung)

The treatment of NPC patients can lead variety of psychological problems. Therefore, treatment of patients with NPC should be accompanied by social support from people around them who can provide positive benefits and help reduce their psychological burden. Aside from the benefits of social support for patients with NPC, it turns out that social support is different in men and women. Women tend to build interpersonal relationships more closely than men. Women also have more close friends than men so that they have greater investment in social support than men. The purpose of this study is to describe social support in patients with nasopharyngeal cancer according to gender in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. The study involved two men with NPC whose 35 years old and two women with NPC whose 37 and 36 years old. Sampling took by using purposive sampling method. Data collection obtained through in-depth interviews and participant observations. The data have been analyzed through data reduction, data display, and data verification. The validity of the data was tested by colleague check, source and technique triangulation, using references, and member checks. The results showed that both women with NPC need more social support than both men, especially in emotional support. During suffer NPC, two female subject require more cares from the family, while two male subject just want to be cared naturally instead of turning excessive. Both women with NPC also want to be noticed and given the encouragement from wider network than both men with NPC who only expect the encouragement from nearest people, especially from family members. Moreover, in making decisions about treatment, both male subject with NPC can make their own decisions about their treatment, while both female subject need more help and support to make decisions.


(7)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian .. ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kanker Nasofaring ... 10

1. Pengertian Kanker Nasofaring ... 10

2. Faktor yang Mempengaruhi Kanker Nasofaring ... 11

3. Gejala Umum Kanker Nasofaring ... 13

4. Stadium Tumor ... 14

5. Metode Pengobatan ... 16

B. Dukungan Sosial ... 18

1. Pengertian Dukungan Sosial ... 18

2. Tipe Dasar Dukungan Sosial ... 19

3. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kesehatan ... 23


(8)

C. Gender dalam Kaitannya dengan Dukungan Sosial dan Kesehatan ... 27

1. Pengertian Gender ... 27

2. Perbedaan Gender dalam Tingkah Laku Interpersonal ... 28

3. Perbedaan Gender dalam Sosialisasi dan Peran Sosial ... 29

4. Perbedaan Gender dalam Dukungan Sosial ... 30

5. Perbedaan Gender dalam Kesehatan ... 33

6. Perbedaan Gender dalam bentuk lainnya ... 34

D. Studi Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Desain Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38

C. Instrumen Penelitian... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Analisis Data ... 43

F. Uji Keabsahan Data... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Profil Subjek Penelitian ... 45

1. Subjek Pertama DS (Penderita KNF Laki-laki) ... 47

2. Subjek Kedua OD (Penderita KNF Laki-laki) ... 55

3. Subjek Ketiga NH (Penderita KNF Perempuan) ... 60

4. Subjek Keempat CS (Penderita KNF Perempuan) ... 67

B. Hasil Observasi ... 71

1. Subjek Pertama DS (Penderita KNF Laki-laki) ... 71

2. Subjek Kedua OD (Penderita KNF Laki-laki) ... 73

3. Subjek Ketiga NH (Penderita KNF Perempuan) ... 74

4. Subjek Keempat CS (Penderita KNF Perempuan) ... 75

C. Deskripsi Data ... 76

D. Hasil Penelitian ... 81

1. Subjek Pertama DS (Penderita KNF Laki-laki) ... 81

2. Subjek Kedua OD (Penderita KNF Laki-laki) ... 88

3. Subjek Ketiga NH (Penderita KNF Perempuan) ... 93

4. Subjek Keempat CS (Penderita KNF Perempuan) ...100

E. Pembahasan ... 116

1. Dukungan Emosional ... 118

2. Dukungan Penghargaan ... 128

3. Dukungan Instrumental ... 131

4. Dukungan Informasional ... 133


(9)

x

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 138

A. Kesimpulan ... 138

B. Rekomendasi ... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 141 LAMPIRAN ... .... RIWAYAT HIDUP ... ....


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Stadium Kanker Nasofaring ... 15

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pertanyaan ... 42

Tabel 4.1 Profil Subjek Penelitian ... 50

Tabel 4.2 Dukungan Emosional ... 104

Tabel 4.3 Dukungan Penghargaan ... 106

Tabel 4.4 Dukungan Instrumental ... 108

Tabel 4.5 Dukungan Informasional... 110


(11)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Komponen analisis data Miles dan Huberman ... 43

Gambar 4.1 Display data subjek pertama ... 77

Gambar 4.2 Display data subjek kedua ... 78

Gambar 4.3 Display data subjek ketiga... 79


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

A. Pedoman Wawancara B. Display Data

C. Verbatim Wawancara D. Hasil Observasi E. Triangulasi Sumber LAMPIRAN 2

A. Surat Pernyataan Kesediaan Subjek B. Member Check

LAMPIRAN 3

A. Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing B. Surat Izin Penelitian


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan di sekitarnya dan dapat bermetastasis atau menyebar ke organ lain (WHO, 2012). Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk di Asia dan Indonesia. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, di Indonesia kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh (Depkes RI, 2008). Penyebabnya sendiri cukup beraneka ragam, baik berupa faktor internal berupa gen yang diturunkan dari orang tua dan faktor eksternal berupa tembakau, alkohol, faktor gizi, karsinogen lingkungan, radiasi, dan beberapa jenis infeksi (American Cancer Society, 2012; WHO, 2008).

Salah satu jenis kanker yang cukup banyak dialami oleh penderita kanker di Indonesia adalah kanker nasofaring (KNF). Berdasarkan data Globocan 2008, insiden KNF pada pria dan wanita di Indonesia menempati urutan kelima dengan persentase sebesar 4,9% setelah kanker payudara, paru, kolorektal dan perut. Insiden KNF di Indonesia terjadi sebanyak 6,5/100.00 penduduk (International Agency for Research on Cancer, 2010). Di klinik hematologi dan onkologi RSUP Dr. Hasan Sadikin sendiri, tercatat sebanyak 123 orang pasien KNF selama tahun 2012, sementara selama bulan Januari hingga Juli 2013 tercatat sebanyak 73 orang pasien KNF.

Kanker nasofaring (KNF) merupkan merupakan tumor ganas yang timbul pada epitel pelapis ruangan dibelakang hidung dan merupakan salah satu jenis karsinoma yang paling sering terjadi di area kepala dan leher (Herawati dan Rukmini, 2003). Resiko terkena KNF juga meningkat seiring meningkatnya usia pada umur 30-50 tahun dan lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita (Herawati dan Rukmini, 2003; Parkin dalam Ma & Cao, 2010).


(14)

Gejala dan masalah yang ditimbulkan oleh KNF pun beraneka ragam, meski tidak selalu sama pada setiap orang. Menurut beberapa pasien KNF di Rumah Sakit Hasan Sadikin, mereka mengalami beberapa gejala KNF seperti sering mengalami pusing, hidung tersumbat, mimisan, bahkan sampai kepada masalah penglihatan dan pendengaran serta timbulnya benjolan di leher. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penderita KNF, mulai dari produktifitas, interaksi sosial, komunikasi, dan lain-lain.

Beberapa faktor timbulnya KNF berhubungan dengan letak daerah geografis atau lingkungan, dimana masyarakat memiliki kebiasaan hidup tertentu seperti mengkonsumsi ikan asin yang merupakan salah satu faktor karsinogenik yang berhubungan dengan KNF. Timbulnya KNF juga diduga berhubungan dengan kelompok etnik atau gen. Hal ini terlihat dari tingginya angka kejadian KNF di daerah Cina Selatan. Faktor lain yang mengakibatkan timbulnya KNF adalah infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) yang termasuk merupakan karsinogen penyebab KNF. Menurut Parkin (Ma & Cao, 2010) insiden KNF tertinggi terjadi pada penduduk Cina bagian selatan dan negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Persentase terbesar insiden KNF terjadi pada masyarakat keturunan Tionghoa (18,5/100.000 penduduk) dan keturunan Melayu (6,5/100.000 penduduk).

Harapan untuk dapat sembuh dari KNF terkait erat dengan stadium yang yang diderita pasien, semakin tinggi stadium yang diderita pasien, semakin tinggi pula resiko kematiannya. Menurut Dokter spesialis Rumah Sakit Siloam, dr Marlinda A Yudharto, pada umumnya KNF baru terdiagnosis pada stadium lanjut ketika kanker telah bermetastasis atau menyebar karena cenderung tanpa gejala dan baru terdiagnosis pada stadium lanjut karena letaknya yang sulit secara anatomis di bagian belakang hidung (Poskotanews: kanker nasofaring masih menakutkan, 2012). Hal ini mengakibatkan penderita KNF membutuhkan metode pengobatan yang dikombinasikan, jangka waktu pengobatan yang lebih lama dan resiko kematian yang lebih tinggi. Berdasarkan data Globocan 2008, tingkat


(15)

3

ketahanan hidup lima tahun penderita KNF di Indonesia hanya sekitar 6,4% (International Agency for Research on Cancer, 2010).

KNF memiliki beberapa metode pengobatan, diantaranya adalah kemoterapi, radioterapi dan pembedahan, namun metode pembedahan jarang dilakukan karena anatomi nasofaring yang terletak di belakang hidung dan sulit dijangkau (WHO, 2012). Cara penyembuhannya bergantung pada jenis KNF, tingkat keganasan dan stadium kanker itu sendiri. Pada kanker stadium lanjut, dimana kanker telah bermetastasis atau menyebar, biasanya dikombinasikan beberapa metode pengobatan seperti kemoterapi dan radioterapi, sementara penyembuhan dengan menggunakan satu metode seperti radiasi saja dilakukan ketika tumor masih terlokalisir dan berukuran kecil (WHO, 2012).

Kedua metode pengobatan tersebut cukup beresiko dan memiliki efek samping yang banyak. Menurut dokter spesialis radiasi onkologi di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, Dr. Defrizal (Mikail, 2012) efek samping yang timbul akibat radioterapi dapat berupa kemerahan dan timbul gelembung pada kulit, kerusakan kulit dan jaringan nekrotik serta efek lanjut berupa pengkerutan jaringan, perdarahan dan mulut kering dalam waktu yang panjang. Hal ini sejalan dengan pernyataan beberapa pasien KNF di Rumah Sakit Hasan Sadikin, dimana mereka merasakan efek radioterapi seperti kulit yang menghitam, mulut dan tenggorokan yang kering, suara yang berubah, hilang rasa dan susah makan, bahkan efek tersebut dirasakan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Sementara itu, Efek samping kemoterapi antara lain mual dan muntah, mudah lelah, kerontokan pada rambut, hingga efek samping jangka panjang seperti turunnya jumlah sel darah merah dan kemungkinan sterilitas (Stoppard, 2011). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan beberapa pasien KNF di Rumah Sakit Hasan Sadikin, dimana pasca menjalani kemoterapi, mereka merasakan mual, kerontokan rambut dan lemas selama beberapa minggu.


(16)

Selain efek samping pengobatan yang dialami oleh penderita KNF, biaya pengobatan KNF juga cukup fantastis, mulai dari puluhan sampai ratusan juta rupiah. Menurut salah satu ahli kanker di Rumah Sakit Dharmais, Dr. Ramadhan, biaya pengobatan kanker di Rumah Sakit Dharmais cukup bervariasi. Biaya satu paket radioterapi selama 30 hari sebesar Rp 26 juta rupiah, sedangkan biaya satu kali kemoterapi berkisar antara Rp 1-15 juta rupiah dengan enam siklus kemoterapi sehingga biaya totalnya mencapai Rp 6-90 juta rupiah (Tempo: Mahalnya berobat kanker ke pengobat tradisional, 2013). Jika biaya radioterapi dan kemotrapi dijumlahkan, total biaya pengobatan KNF berkisar antara Rp 32-116 juta rupiah.

Waktu yang dibutuhkan dalam pengobatan KNF juga cukup lama. Menurut Suryo (2010) pengobatan dengan radioterapi biasanya diberikan lima hari dalam seminggu. Jika pasien KNF menerima satu paket radioterapi selama 30 hari, maka radioterapi akan memakan waktu sekitar enam minggu. Sementara itu, kemoterapi biasanya dilakukan setiap 21 sampai 28 hari setiap siklusnya. Jika pasien menjalani enam siklus kemoterapi, maka waktu yang dibutuhkan untuk kemoterapi berkisar antara empat sampai enam bulan, bahkan bisa memakan waktu yang lebih lama jika kondisi kesehatan pasien seperti fungsi hati, fungsi ginjal dan lain-lain tidak memungkinkan untuk melakukan kemoterapi.

Resiko kematian yang diakibatkan oleh KNF, keluhan yang dialami, biaya pengobatan yang mahal, efek samping yang ditimbulkan dari proses pengobatannya dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses pengobatannya mengakibatkan berbagai masalah psikologis dapat timbul pada penderita KNF. Menurut Grassi et al (Gregurek, Braš, Đorđević, Ratković & Brajković, 2010) diagnosa kanker dan proses pengobatannya yang melelahkan merupakan keadaan yang penuh dengan tekanan dan beban emosi bagi pasien kanker. Gregurek et al. (2010) menambahkan bahwa penderita kanker merasa takut akan banyak hal seperti takut akan mati, takut terpisah dari orang terdekatnya dan mengkhawatirkan masalah komunikasi dengan keluarga. Sejalan dengan pendapat tersebut, Damayanti, Fitriyah &


(17)

5

indriani (2008) mengungkapkan bahwa pada umumnya penderita kanker mengalami perubahan konsep diri, masalah interaksi sosial, penarikan diri, dan masalah komunikasi. Berbagai penelitian juga menyimpulkan bahwa kesulitan umum bagi penderita kanker adalah ekspresi emosi, agresi dan depresi (Gregurek et al., 2010).

Berbagai kondisi di atas berpotensi mengakibatkan berbagai masalah psikologis dan sosial yang timbul pada penderita KNF sehingga mereka perlu diberikan dukungan sosial (social support) oleh orang-orang di sekitarnya, terutama dukungan dari keluarga. Pierce (Kail & Cavanaugh, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan sehari-hari dalam kehidupan. Menurut Sarafino (2005) terdapat lima bentuk dukungan sosial, yaitu dukungan emosional yang membuat sesorang merasa disayangi dan dicintai; dukungan penghargaan yang membuat individu merasa dihargai; dukungan instrumental berupa materi dan jasa; dukungan informasi dalam bentuk pemberian saran, nasehat, atau informasi; dan dukungan jaringan sosial yang dapat memberikan rasa memiliki sebuah kelompok

Boehmeretal (Muhamad et al, 2011) menemukan bahwa dukungan sosial bertindak sebagai anti stresor untuk mengurangi dampak negatif dari penyakit. Mereka juga menemukan bahwa pasien kanker yang memiliki persepsi positif terhadap dukungan sosial, memiliki kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial yang lebih baik serta memiliki harga diri yang lebih tinggi (Muhamad et al, 2011). Sejalan dengan pendapat tersebut, Gorman (2005) mengungkapkan bahwa hubungan sosial yang menyenangkan pada penderita kanker dapat memberi pikiran yang lebih positif dan dapat membantu dalam memprediksi kesembuhan mereka. Clark (2005) juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial merupakan faktor penentu dalam keberhasilan mengatasi stress. Ia menambahkan bahwa dukungan sosial menjadi suatu faktor psikologis bagi penderita kanker untuk membantu


(18)

melupakan aspek-aspek negatif dan berpikir lebih positif terhadap lingkungan.

Muhamad, Afshari, & Kazilan (2011) mengungkapkan bahwa penderita kanker memperoleh dukungan sosial tertinggi yang diperoleh dari pasangan, anak, orang tua, saudara dan kerabat dapat membantu mereka terutama dalam membuat keputusan, memberikan dukungan emosional, memotivasi dan memberi inspirasi, memberikan informasi, bimbingan rohani dan menyediakan fasilitas (Muhamad et al, 2011). Dukungan sosial yang diterima penderita kanker juga merupakan semangat juang yang mampu meningkatkan sikap menghargai diri sendiri pada penderita kanker (Lubis & Othman, 2011). Sementara itu, kondisi emosional yang tidak stabil harus dihindari karena efek negatifnya dapat mempengaruhi perkembangan kesehatan penderita KNF. Taylor (Goldsher, 2012) juga menyoroti penelitian yang menunjukkan bahwa isolasi sosial dapat meningkatkan resiko kematian berbagai penyakit dan menekankan bahwa hubungan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik.

Penderita KNF stadium lanjut memiliki resiko kematian yang tinggi, mengalami berbagai keluhan, mengalami berbagai efek samping, membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang yang mahal dalam proses pengobatannya serta rentan mengalami masalah psikologis. Oleh karena itu, pengobatan terhadap penderita KNF sebaiknya disertai dengan dukungan sosial dari orang-orang terdekat mereka yang dapat memberikan manfaat positif dan dapat membantu mengurangi masalah psikologis yang mereka alami.

Berbagai penelitian tentang dukungan sosial ternyata menemukan bahwa dukungan sosial berbeda pada laki-laki dan perempuan, terlepas dari manfaatnya sendiri bagi penderita KNF. Laki-laki dan perempuan memang memiliki berbagai perbedaan, mulai dari perbedaan yang bersifat biologis sampai kepada perbedaan gender seperti karakter, perilaku, peran sosial dan lain-lain yang disesuaikan dengan harapan masyarakat. Menurut Baron dan Byrne (2004) gender mengacu pada atribut, tingkah laku, karakteristik


(19)

7

kepribadian dan harapan yang dihubungkan dengan jenis kelamin secara biologis dalam sebuah budaya. Sejak lahir anak laki-laki dan perempuan diperlakukan secara berbeda sesuai identitas gendernya. Hal ini mendorong laki-laki dan perempuan untuk membentuk perilaku yang berbeda sesuai dengan karakteristik gender yang mereka pelajari dalam masyarakat. Hal tersebut diikuti oleh perbedaan lainnya seperti cara berkomunikasi, cara bersosialisasi, peran sosial dalam masyarakat, jaringan sosial, termasuk perbedaan dukungan sosial pada laki-laki dan perempuan (Baron dan Byrne, 2004).

Knoll & Schwarzer (t.t) mengatakan bahwa dalam menjalin hubungan, perempuan biasanya lebih menekankan keintiman dan pengungkapan diri dalam hubungan mereka, memiliki hubungan dekat dan jaringan social yang lebih luas dibandingkan laki-laki. Sejalan dengan pendapat tersebut, Antonucci & Akiyama (1987) juga berpendapat bahwa perempuan memiliki jaringan sosial yang lebih luas dan beragam sementara struktur jaringan pria jauh lebih terbatas. Selain itu, Goldsher (2012) menyatakan bahwa perempuan cenderung mencari jaringan dukungan untuk membantu mempertahankan mereka selama masa stres, sebaliknya laki-laki malah cenderung mencoba untuk mengelola stres sendiri sehingga hal-hal diatas tersebut berdampak pada perbedaan dukungan sosial laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan paparan diatas, dukungan sosial sangatlah penting bagi penderita KNF (Clark, 2005; Lubis & Othman, 2011; Muhamad et al, 2011; Taylor (Goldsher, 2012); Martin (Sarafino, 2005); Gorman, 2005; Lubis & Othman, 2011). Sementara itu, dukungan sosial berbeda pada laki-laki dan perempuan (Knoll & Schwarzer, t.t; Antonucci & Akiyama, 1987; Goldsher, 2012). Pentingnya dukungan sosial bagi penderita KNF dan perbedaan dukungan sosial pada laki-laki dan perempuan menarik minat peneliti untuk menelitinya lebih dalam. Untuk itu, penelitian ini akan menganalisis dukungan sosial pada penderita KNF berdasarkan gender.


(20)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan paparan yang terdapat pada bagian latar belakang masalah, Penderita Kanker Nasofaring (KNF) rentan mengalami berbagai masalah psikologis dan sosial. Oleh karena itu, penderita KNF membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya untuk memberikan perhatian, kasih sayang, motivasi, informasi, dan lain-lain yang dibutuhkan oleh penderita KNF. Penelitian kali ini difokuskan pada gambaran dukungan sosial pada penderita KNF berdasarkan gender, baik dukungan yang dirasakan, dukungan yang dibutuhkan dan manfaatnya bagi mereka.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena perbedaan gender mengenai dukungan sosial pada penderita kanker nasofaring (KNF) dan kebutuhan penderita KNF akan dukungan sosial yang telah peneliti kemukakan di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran dukungan sosial pada penderita kanker nasofaring laki-laki?

2. Bagaimana gambaran dukungan sosial pada penderita kanker nasofaring perempuan?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dukungan sosial pada penderita kanker nasofaring (KNF) berdasarkan gender. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran dukungan sosial pada penderita kanker nasofaring laki-laki.

2. Memperoleh gambaran dukungan sosial pada penderita kanker nasofaring perempuan


(21)

9

E. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini dikelompokkan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi kekayaan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi kesehatan.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai hal-hal yang menyangkut perbedaan gender dan dukungan sosial pada penderita kanker, khususnya kanker nasofaring.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para praktisi kesehatan (dokter, psikolog, perawat, dan lain-lain) yang menangani pasien dengan masalah kanker nasofaring bahwa penderita KNF juga membutuhkan dukungan sosial dari praktisi kesehatan, tetutama berupa dukungan informasi, penghargaan dan motivasi.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat memberikan informasi bagi keluarga dan penderita kanker sendiri mengenai pentingnya dukungan sosial bagi penderita kanker nasofaring yang dapat meningkatkan motivasi mereka untuk berjuang melawan penyakitnya.

c. Menambah wawasan peneliti dan mengasah kemampuan peneliti dalam menganalisa dukungan sosial pada penderita KNF dan penerapannya dalam disiplin ilmu psikologi.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi nulti-kasus. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti dalam kondisi alamiah subjek (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian kualitatif, kebenaran bersifat dinamis dan hanya dapat diungkapkan dengan cara menelaah interaksi subjek penelitian dengan lingkingan sosialnya. Sementara itu, studi kasus berfokus pada fenomena tertentu dengan maksud untuk melakukan penelahaan mendalam tentang sebuah kasus dan proses yang terjadi dalam kasus tersebut (Denscombe, 2007).

Salah satu jenis desain studi kasus adalah studi multi-kasus (multiple-case study). Menurut Baxter and Jack (2008) dalam penelitian studi multi-kasus, peneliti meneliti beberapa kasus untuk memahami persamaan dan perbedaan antar kasus yang diteliti. Hal ini sejalan dengan pendapat Yin (2003) yang menyatakan bahwa tujuan studi multi-kasus adalah untuk mereplikasi temuan dalam kasus untuk kemudian ditarik perbandingan. Yin (2003) menambahkan bahwa desain studi multi-kasus digunakan untuk memprediksi hasil yang serupa (replikasi literal) atau memprediksi hasil yang kontras tetapi dengan alasan yang dapat diprediksi (replikasi teoritis). Demikian juga dengan penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian studi multi-kasus untuk memungkinkan peneliti menemukan persamaan dan perbedaan mengenai dukungan sosial pada penderita kanker nasofaring berdasarkan gender.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purpossive sampling (sampel bertujuan) berdasarkan karakteristik subjek yang ditentukan dalam penelitian ini. Menurut Sudjana (2005) purposive sampling adalah teknik


(23)

39

penarikan sampel yang dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu. Oleh karena itu, sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial pada penderita KNF dan tujuan penelitian untuk menemukan persamaan dan perbedaan dukungan sosial pada penderita KNF berdasarkan gender.

Menurut Alwasilah (2002) dalam penelitian kualitatif, kriteria pemilihan sampel diterapkan pada manusia sebagai responden, latar (setting), kejadian dan proses. Oleh karena itu, secara umum kriteria subjek yang ditentukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Responden

Empat orang penderita kanker nasofaring (KNF), masing-masing dua orang laki-laki dan dua orang perempuan dengan rentang usia 30 sampai 40 tahun, telah menikah dan memiliki anak. Karakteristik umur responden dipilih pada masa dewasa awal, dimana masa ini merupakan masa produktifitas atau puncak pertumbuhan fisik maupun intelektual (Hurlock, 1968). Pada masa ini terjadi perubahan peran menjadi suami/istri dan menjadi orang tua, masa dewasa dituntut untuk mandiri, dihadapkan dengan berbagai jenis penyesuaian dan tanggung jawab yang sering kali mengakibatkan munculnya ketegangan emosi (Hurlock, 1980).

2. Latar

Subjek menjalani pengobatan medis di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Hasan Sadikin Bandung.

3. Kejadian dan proses

Subjek mengalami KNF stadium IV yang sedang atau telah menjalani pengobatan medis berupa radioterapi dan kemoterapi. Karakteristik kanker nasofaring stadium IV ini dipilih karena pada stadium lanjut pengobatan kanker nasofaring biasanya menggunakan kombinasi radioterapi dan kemoterapi, dimana dalam proses pengobatannya


(24)

penderita KNF mengalami efek samping yang lebih banyak dengan resiko kematian yang lebih tinggi.

Subjek penelitian yang ditentukan memiliki karakteristik yang sama, baik pada laki-laki maupun perempuan karena peneliti ingin melihat gambaran dukungan sosial pada penderita kanker nasofaring berdasarkan gender.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif peneliti sendirilah yang menjadi insrumen kunci dalam penelitiannya. Nasution (Sugiyono, 2006) mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif, baik sumber data, prosedur, dan hasil penelitian belum dapat dipastikan sehingga hanya peneliti sendirilah yang bisa menjadi instrumen dalam penelitiannya.

Berkut ini merupakan lima bentuk dasar dukungan sosial yaitu:

1. Dukungan emosional (emotional support) adalah dukungan yang melibatkan ekspresi empati, perhatian, kepedulian, pendampingan dan dorongan dari orang lain serta adanya orang yang dapat diajak berbicara sehingga penderita kanker nasofaring merasa nyaman, diperhatikan dan di cintai.

2. Dukungan penghargaan (esteem support) adalah dukungan berupa ungkapan penghargaan positif terhadap penderita kanker nasofaring, menyatakan persetujuan dengan pendapat dan perasaan mereka, dan perbandingan positif dengan orang lain yang membuat penderita kanker nasofaring merasa dihargai dan didukung sehingga mereka lebih menghargai dirinya sendiri.

3. Dukungan instrumental (tangible or instrumental support) adalah pemberian dukungan dari orang lain berupa bantuan langsung seperti bantuan materi (uang dan barang) dan jasa terhadap penderita kanker nasofaring.

4. Dukungan informasional (informational support) adalah dukungan yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk pemberian saran atau nasehat,


(25)

41

pemberian informasi mengenai solusi pengobatan dan informasi untuk mengevalusi kinerja pribadi penderita kanker nasofaring.

5. Dukungan jaringan sosial (network support) adalah dukungan yang dapat memberikan rasa memiliki pada penderita kanker nasofaring karena menjadi bagian dan ikut terlibat dalam aktifitas sosial sebuah kelompok yang dapat mengurangi stres sehingga mereka merasa terhibur.

Dari kelima bentuk dasar dukungan sosial tersebut, dibuatlah kisi-kisi pertanyaan yang digunakan dalam mewawancarai subjek untuk memperoleh gambaran dukungan sosial (social support) pada penderita kanker nasofaring.

Dukungan Sosial Kisi-Kisi Pertanyaan a.Dukungan

Emosional

1. Adanya orang yang memberikan perhatian ketika penderita KNF mengalami masalah.

2. Perhatian yang diberikan oleh orang lain memberikan rasa nyaman dan dicintai.

3. Adanya orang yang dapat diajak berbicara ketika penderita KNF mengalami masalah.

b.Dukungan Penghargaan

1. Dukungan penghargaan positif yang diberikan oleh orang lain membuat penderita kanker paru merasa dihargai dan menghargai dirinya sendiri.

c.Dukungan Instrumental

1. Adanya orang lain yang memberikan bantuan berupa materi (uang dan benda) pada saat dibutuhkan oleh penderita KNF.

2. Adanya orang lain yang memberi bantuan berupa jasa ketika dibutuhkan.

d.Dukungan Informasi

1. Adanya orang yang memberikan informasi mengenai solusi suatu masalah yang belum diketahui oleh penderita KNF.

2. Adanya orang yang memberi informasi untuk membantu penderita KNF untuk mengevaluasi kinerja pribadinya.

e.Dukungan Jaringan Sosial

1. Keterlibatan penderita KNF dalam aktivitas suatu kelompok.

2. Adanya orang yang mengajak melakukan kegiatan tertentu yang dapat mengurangi stres ketika ada masalah.


(26)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview) di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan subjek. Peneliti melakukan wawancara secara semi terstruktur agar wawancara yang dilakukan lebih terarah namun tidak bersifat kaku sehingga subjek dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan terbuka. Wawancara terhadap subjek dilakukan sebanyak beberapa kali untuk memperoleh informasi yang lengkap dan mendalam untuk menunjang kualitas penelitian. Wawancara yang dilakukan dilengkapi dengan pedoman wawancara yang bersifat umum dan merupakan garis besar isi wawancara untuk menjaga agar proses wawancara terarah sesuai dengan pokok-pokok wawancara yang telah direncanakan sebelumnya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini juga disertai dengan catatan lapangan dan observasi partisipan pada saat wawancara dilakukan. Marshall (Sugiyono, 2006) menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar mengenai perilaku subjek penelitian dan makna dari perilaku tersebut. Dalam observasi partisipan, peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan subjek penelitian dan dilakukan secara fungsional dalam kapasitas peneliti sebagai pengamat. Hal yang diobservasi selama wawancara berlangsung adalah penampilan fisik subjek penelitian, suasana tempat dimana proses wawancara berlangsung, orang yang terlibat dalam situasi wawancara, dan emosi yang dirasakan atau diekspresikan oleh subjek. Peneliti juga mengamati interaksi subjek dengan orang disekitarnya ketika sedang melakukan wawancara. Hal ini bertujuan untuk melihat secara langsung bentuk dukungan sosial yang disediakan oleh orang-orang terdekat subjek.


(27)

43

E. Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan cara reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing verification) yang dilakukan secara bersamaan (Miles and Huberman, 1992).

Langkah-langkah analisis data ditunjukkan dalam skema di bawah ini:

Gambar 3.1 Komponen analisis data Miles dan Huberman (Sugiono, 2012)

Menurut Miles dan Huberman (1992), reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data, termasuk pula memilih dan meringkas dokumen yang relevan. Miles & Huberman (1992) juga membatasi penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun untuk kemudian adanya penarikan kesimpulan yang dirancang guna menyajikan informasi secara tematik dan terpadu kepada pembaca. Sementara itu, penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman (1992) merupakan sebagian dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Data yang diperoleh akan dikategorikan, dicari polanya, kemudian ditarik kesimpulan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga keseluruhan data yang dibutuhkan terkumpul.

Koleksi data

Reduksi Data

Kesimpulan/ Verivikasi Display Data


(28)

F. Uji Keabsahan Data

Sebuah penelitian tentunya membutuhkan uji keabsahan data. Begitu pula dengan penelitian ini, peneliti melakukan uji keabsahan data dengan beberapa cara berikut :

1. Melakukan pengecekan sejawat, yaitu melakukan perbandingan, pengecekan kebenaran dan kesesuaian data penelitian melalui diskusi dengan teman sejawat dengan harapan dapat memberikan masukan, saran, kritik dan tanggapan terhadap pertanyaan wawancara mengenai dukungan sosial (Usman, 2003).

2. Member check, yaitu verifikasi data kepada subjek yang diteliti. Member check dilakukan setelah pengumpulan data selesai dan telah disimpulkan. Peneliti akan membuat kesimpulan hasil wawancara terhadap semua wawancara yang telah dilakukan. Kesimpulan yang telah dibuat kemudian diserahkan kepada subjek untuk ditandatangani sebagai bukti bahwa subjek menyetujui kesimpulan tersebut sesuai dengan apa yang subjek sampaikan. Jika data yang diperoleh tidak disepakati oleh subjek, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan subjek atau melakukan pengambilan data kembali untuk menyesuaikan dengan apa yang disampaikan oleh subjek (Sugiono, 2012).

3. Triangulasi, yaitu pengecekan kebenaran data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu (Sugiono, 2012). Triangulasi dilakukan melalui triangulasi sumber, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap keluarga subjek, serta triangulasi teknik yang dilakukan melalui wawancara dan kemudian dicek kebenarannya dengan observasi atau dokumentasi. Selain itu, triangulasi data juga dilakukan dengan cara mengecek kebenaran data subjek melalui data rekam medis masing-masing subjek untuk melihat riwayat penyakit subjek (Sugiono, 2012).


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan terhadap empat subjek penderita kanker nasofaring laki-laki dan perempuan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, maka diperoleh kesimpulan bahwa masing-masing subjek memiliki perbedaan yang unik.

1. Kedua subjek penderita KNF perempuan menceritakan masalahnya kepada jaringan yang lebih luas jika dibandingkan dengan laki-laki yang hanya menceritakan masalahnya kepada orang tertentu saja. 2. Kedua subjek pederita KNF perempuan membutuhkan perhatian yang

lebih banyak dari keluarga dibandingkan kedua subjek laki-laki yang tidak mengharapkan perhatian lebih dan tidak ingin terlalu dimanja oleh keluarga meski dalam keadaan sakit.

3. Kedua subjek KNF perempuan membutuhkan motivasi dari jaringan sosial yang lebih luas seperti keluarga, kerabat, tetangga dan teman dibandingkan kedua subjek laki-laki yang membutuhkan motivasi dari orang terdekat saja, terutama keluarga.

4. Dalam pengambilan keputusan mengenai pengobatan, subjek laki-laki lebih dapat mengambil keputusan sendiri mengenai pengobatannya, sedangkan subjek perempuan membutuhkan lebih banyak dukungan dan bantuan dari orang lain untuk mengambil keputusan, terutama dukungan dari suami.

Masing-masing subjek penelitian memiliki perbedaan yang khas. Meski demikian, peneliti menemukan beberapa persamaan di antara keempat subjek penderita KNF, diantaranya yaitu:

1. Dukungan sosial yang paling dibutuhkan oleh keempat subjek penderita KNF adalah dorongan semangat yang dirasakan mampu membuat mereka menjadi lebih semangat dalam menjalani


(30)

2. Dukungan terpenting yang diperoleh keempat subjek penderita KNF berasal dari sumber yang sama, yaitu anggota keluarga seperti pasangan dan orang tua.

B. Rekomendasi

1. Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan

Para petugas pelayanan kesehatan yang bekerja di rumah sakit seperti dokter, perawat dan lain-lain juga hendaknya memberikan pelayanan yang nyaman dan ramah terhadap pasien disertai dengan dengan informasi yang lengkap mengenai kesehatan mereka. selain itu, Dokter juga sebaiknya memberikan keyakinan kepada pasien kanker nasofaring bahwa mereka mampu untuk menjalani pegobatannya sehingga dapat meningkatkan semangat mereka untuk bisa sembuh dari penyakitnya.

2. Bagi Penderita Kanker Nasofaring

Pasien kanker nasofaring hendaknya menjaga kesehatan dengan makanan dan pola hidup yang sehat. Pasien kanker nasofaring juga hendaknya menjauhkan pikiran-pikiran negatif dengan berpikir lebih positif serta menghindari kondisi emosional yang tidak stabil karena dapat mempengaruhi perkembangan kesehatan.

3. Bagi Keluarga Penderita Kanker Nasofaring

Keluarga pasien kanker nasofaring hendaknya memberikan pendampingan, perhatian, dan kasih sayang yang lebih bagi anggota keluarga yang mengalami kanker nasofaring. Keluarga sebaiknya bisa menjadi tempat mencurahkan isi hati dan bisa menanggapi keluh kesah mereka secara positif serta tidak membebani dengan pikiran-pikiran yang dapat membuat stres. Keluarga juga hendaknya memberikan motivasi bagi anggota keluarga yang menderita kanker nasofaring karena mereka membutuhkan dukungan berupa motivasi untuk meningkatkan semangat juang mereka untuk bisa sembuh. Selain itu, keluarga hendaknya membantu serta mendukung mereka dalam


(31)

140

mengambil keputusan mengenai pengobatannya sehingga mereka yakin akan keputusan yang mereka ambil.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai dukungan sosial hendaknya mempertimbangkan umur, jenis kelamin, pendidikan dan status ekonomi subjek yang akan diteliti karena hal tersebut dapat berpengaruh terhadap persepsi mereka mengenai dukungan sosial dan kebutuhan mereka sendiri akan dukungan sosial.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A. (2002). Diagnosis dan Tindakan Operatif pada Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring, dalam Simposium Perkembangan Multimodalitas Penatalaksanaan Kanker Nasofaring dan Pengobatan Suportif. FK-UI Jakarta, 2002. Hal. 1-13

Allifni, M. (2011) Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas terhadap Motivasi untuk Berobat pada Penderita Kanker Serviks. Tidak diterbitkan.

Alwasilah, A. C. (2008). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dinia Pustaka Jaya.

American Cancer Society. (2012). Cancer Facts & figure 2012. [Online]. Tersedia:http://www.cancer.org/acs/groups/content/@epidemiologysurveila nce/documents/document/acspc-031941.pdf [21 November 2012]

Antonucci, Lansford, Akiyama, Smith, Baltes, Takahashi, Fuhrer, & Dartigues. (2002). Differences Between Men and Women in Social Relations, Resource Deficits, and Depressive Symptomatology During Later Life in Four Nations. Journal of Social Issues, Vol. 58, No. 4, 2002, pp. 767-783.

Antonucci, T. C. dan Akiyama, H. (1987). “An Examination of Sex Differences in

Social Support Among Older Men and Women”. Sex Roles, Vol. 17, Nos. 11/12, 1987. The Univesity of Michigan.

Balenger, J.J. (1994) Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 13. Jilid 1. Alih bahasa staf ahli bagian THT RSCM-FK UI. Jakarta : Binarupa Aksara

Baron, R.A., & Byrne, D.E. (2004) Social Psychology. 10th Edition. USA: Pearson.

Baxter, P & Jack, S. (2008). Qualitative Case Study Methodology: Study Design and Implementation for Novice Researchers. McMaster University, West Hamilton, Ontario, Canada. The Qualitative Report Volume 13 Number 4 December 2008 [Online]. Tersedia: http://www.nova.edu/ssss/QR/QR13-4/baxter.pdf [4 Maret 2013].

Brannon, L. (2008). Gender Psychological Perspectives. Fifth Edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Brizendine, L. (2010). Female Brain. Mengungkap Misteri Otak Perempuan. Jakarta: Ufuk Press


(33)

142

Brizendine, L. (2010). Male Brain. Mengungkap Misteri Otak laki-laki. Jakarta: Ufuk Press.

Chiesa, F. & De Paoli, F. (2001). Distant Metastasis from Nasopharyngeal Cancer. ORL. 2001; 63: 214-6

Clark, C.M. (2005). Relations Between Social Support and Physical Health. [Online]. Tersedia: http://www.personalityresearch.org/papers/clark.html [21 November 2012]

Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi revisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Crocker, J. & Canevello, A. (2008). Creating and Undermining Social Support in Communal Relationships: The Role of Compassionate and Self-image Goals. Journal of Personality and Social Psychology, 2008, Vol. 95, No. 3, 555–575

Damayanti, A.D., Fitriyah dan Indriani. (2008). “Penanganan Masalah Sosial dan

Psikologis Pasien Kanker Stadium Lanjut dalam Perawatan Paliatif”. Indonesian Journal of Cancer, 1, 30-34.

Denscombe, M. (2007). A Good Research Guide : for Small Scale Social Research Projects. Edisi Ketiga. London : McGraw Hill

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Desember 2008.

Dwipangesty, R. (2011) Konsep Diri dan Perceived Sosial Support Wanita yang Mengalami Penyakit Kanker Payudara. Tidak diterbitkan.

Ganguly, N.K. (2003). Epidemiological and Etiological Factors Associated with Nasopharyngeal Carcinoma. ICMR Bulletin 2003;(9):33.

Ginting, H. (2012). Dukungan Sosial dan Optimisme pada Penderita Kanker Serviks. Tidak diterbitkan.

Globocan 2008 International Agency for Research on Cancer (IARC). (2010). Section of Cancer Information. Indonesia. November 21, 2012. [Online]. Tersedia: http://globocan.iarc.fr/ [21 November 2012]

Goldsher, H. (2012). Gender Differences in the Connection Between Social Support and Health. [Online]. Tersedia:


(34)

Gorman, M. (2005). Social Support: How Friends and Family Can Save Your

Life. [Online]. Tersedia:

http://www.personalityresearch.org/papers/clark.html[21 November 2012] Gregurek, R., Braš, M., Đorđević, V., Ratković, A. & Brajković, L. (2010).

“Pychological Problems of Patients with Cancer”. Psychiatria Danubina, 2010; Vol. 22, No. 2, pp 227–23. Medicinska naklada - Zagreb, Croatia. Herawati, S., & Rukmini, S. (2003). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung

Tenggorok untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.

Hlebec, V., Mrzel, M., & Kogovšek, T. (2009). Social Support Network and

Received Support at Stressful Events. Metodološki zvezki, Vol. 6, No. 2, 2009, 155-171.

Irwanto (2006). Focus Group Discussion: A simple manual. Jakarta: Yayasan Obor.

Kail, R.V., & Cavanaugh, J. C. (2000). Human development: A life-span view (2nd ed.). Belmont CA: Wadsworth.

Kartono, K. (2006). Psikologi Wanita. Bandung: CV. Mandar maju.

Knoll, N., & Schwarzer, R. (t.t). Gender and Age Differences in Social Support: A Study of East German Migrants. Freie Universität Berlin, Department of Health Psychology, Habelschwerdter Allee 4514195 Berlin, Germany.

Lubis, N. L., & Othman, M. H. B. (2011). “Dampak Intervensi Kelompok

Cognitive Behavioral Therapy dan Kelompok Dukungan Sosial dan Sikap Menghargai Diri Sendiri pada Kalangan Penderita Kanker Payudara”. Makara, Kesehatan, Vol. 15, No. 2, Desember 2011: 65-72.

Ma, J., & Cao, S. (2010). The Epidemology of Nasopharyngeal Carcinoma in Nasopharingeal Cancer - Multidisiplinary Management. Lu, J.J., Cooper, J.S., & Lee, A.W. editors. Mauer, Jerman: Springer.

Marliyah, L., Dewi F., & Suyasa P.T. (2004). “Persepsi terhadap dukungan orang tua dan pembuatan keputusan karir remaja”. Jurnal Provitae No. 1: Desember Tahun 2004

Martin & Brantley. (2004). Stress, coping, and social support. In Hanbook of clinical health psychology. volume 2: disorders of behavior and health. (2004). Washington DC: American psychological assosiation.

Martyn, D. (2007). The Good Research Guide: For small-scale social research projects. Edition 3. P McGraw-Hill International.


(35)

144

Mikail, B. (2012). 5 Cara Cegah Efek Samping Radioterapi. June 19, 2012. [Online].Tersedia:http://health.kompas.com/read/2012/06/19/17023460/5.C ara.Cegah.Efek.Samping.Radioterapi[6 November 2012]

Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UIPress.

Muhamad, M., Afshari, M., & Kazilan, F. (2011). Family Support in Cancer Survivorship. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 12, 2011.- Prasasty, R.A. (2012). Makanan-Makanan Pencegah Kanker (I). June 8, 2012.

[Online].Tersedia:http://health.okezone.com/read/2012/06/08/482/643926/la rge [21 November 2012]

Orford, J. (1992). Community Psychology: Theory and Practice. New York: Wiley

Pierce G.R., Sarason, I.G., & Sarason, B.R. (1991). General and Relationship-Based Perceiptions of Social Support: Are Two Constructs Better than One? Journal of personality and Social Psychology, 1991, Vol. 61, No. 6, 1028-1039.

Poskotanews (2012). Kanker Nasofaring Masih Menakutkan. [Online]. Tersedia:

http://m.poskotanews.com/2012/05/27/kanker-nasofaring-masih-menakutkan-2/ [ 21 November 2012]

Roberts, A.R. & Greene G.J. (2009). Buku Pintar Pekerja Sosial – Jilid 2; diterjemahkan oleh Juda Damanik dan Cynthia Pattiasina. Jakarta: Gunung Mulia

Riskesdas (2010). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI tahun 2010. Riset Kesehatan Dasar.

Sanderson, C.A. (2004). Health Psychology. USA: Joh Wiley and Sons.

Sarafino, E.P. (2005) Health psychology: Biopsychosocial interactions. 5th edition. New York: Wiley.

Sarafino, E.P. & Smith, T.W. (2012) Health psychology: Biopsychosocial interactions. 7th edition. New York: Wiley.

Sudjana, N. (2005). Metoda Statistika. Edisi 6. Bandung: Tarsito

Silverman, D. (2005). Doing Qualitative Research: A Practical Handbook. Second edition. London: Sage.


(36)

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan ketujuh. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis, cetakan kesembilan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfa Beta.

Suryo, J. (2010). Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. Yogyakarta: B First

Stoppard, M. (2011). Panduan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Erlangga.

Taylor, S.E. (1995). Health psychology. 3rd edition. London: McGraw-Hill, inc Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2009). Psikologi Sosial. Edisi Kedua

Belas. Alih bahasa Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tempo.co. (2013). Mahalnya Berobat Kanker ke Pengobat Tradisional. [Online]. Tersedia:http://www.tempo.co/read/news/2013/02/04/173458991/Mahalnya -Berobat-Kanker-ke-Pengobat-Tradisional[14 Juni 2013]

Teo, P. (1999). Radiotherapy In: Nasopharyngeal Carcinoma. 2nd edition, Hasselt, CA and Gibb, AG, The Chinese University Press, Hongkong; 1999. p:221-37

Tim CancerHelps. (2010). Stop Kanker. Cetakan 1. Jakarta: AgroMedia Pustaka. The American Joint Comittee on Cancer (AJCC). (2002). Cancer Staging

Manual. Sixth edition. Chicago.

Tracy & Whitaker. (1990). The Social Network Map: Assesing social support in clinical practice. Families in society: The journal of contemporary human services, 171 (8), pp. 461-470.

Usman, H. (2003). Metodologi Penelitian Sosial”. Jakarta : Bumi Aksara

Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa; alih bahasa Renata Komlasari dan Alfrina Hany. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG Wood, J.T. (1994). Gendered Lives. Communication, gender, and culture.


(37)

146

World Health Organization. (2011). 10 facts about cancer. November 2011. [Online].Tersedia:http://www.who.int/features/factfiles/cancer/en/index.htm l[21 November 2012]

World Health Organization. (2012). Cancer. [Online]. Tersedia: http://www.who.int/cancer/en/index.html[21 November 2012]

World Health Organization. (2012). Cancer. Treatment of Cancer. [Online]. Tersedia: http://www.who.int/cancer/treatment/en/[21 November 2012] Wills, T., & Shinar, O. (2000). Measuring Perceived and Received Social

Support. in Social Support Measurement and Intervention - A Giude for Health and Social Scientiest (ed Sheldon Cohen et al.) Newyork: Oxford University Press, inc.

Witte M.C., & Neel H.B. (1998). Nasopharyngeal Cancer. In: Bailey Byron J., editor. Head & Neck Surgery - Otolaryngology. Philadelphia, New York: Lippincott-Raven.

Yin, R.K. (2003). Case study research: Design and methods. Third edition. Thousand Oaks, CA: Sage.

Zeng, M.S. & Zeng, Y.X. (2010). The Epidemology of Nasopharyngeal Carcinoma in Nasopharingeal Cancer - Multidisiplinary Management. Lu, J.J., Cooper, J.S., & Lee, A.W. editors. Mauer, Jerman: Springer.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A. (2002). Diagnosis dan Tindakan Operatif pada Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring, dalam Simposium Perkembangan Multimodalitas Penatalaksanaan Kanker Nasofaring dan Pengobatan Suportif. FK-UI Jakarta, 2002. Hal. 1-13

Allifni, M. (2011) Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas terhadap Motivasi untuk Berobat pada Penderita Kanker Serviks. Tidak diterbitkan.

Alwasilah, A. C. (2008). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dinia Pustaka Jaya.

American Cancer Society. (2012). Cancer Facts & figure 2012. [Online]. Tersedia:http://www.cancer.org/acs/groups/content/@epidemiologysurveila nce/documents/document/acspc-031941.pdf [21 November 2012]

Antonucci, Lansford, Akiyama, Smith, Baltes, Takahashi, Fuhrer, & Dartigues. (2002). Differences Between Men and Women in Social Relations, Resource Deficits, and Depressive Symptomatology During Later Life in Four Nations. Journal of Social Issues, Vol. 58, No. 4, 2002, pp. 767-783.

Antonucci, T. C. dan Akiyama, H. (1987). “An Examination of Sex Differences in

Social Support Among Older Men and Women”. Sex Roles, Vol. 17, Nos. 11/12, 1987. The Univesity of Michigan.

Balenger, J.J. (1994) Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 13. Jilid 1. Alih bahasa staf ahli bagian THT RSCM-FK UI. Jakarta : Binarupa Aksara

Baron, R.A., & Byrne, D.E. (2004) Social Psychology. 10th Edition. USA: Pearson.

Baxter, P & Jack, S. (2008). Qualitative Case Study Methodology: Study Design and Implementation for Novice Researchers. McMaster University, West Hamilton, Ontario, Canada. The Qualitative Report Volume 13 Number 4 December 2008 [Online]. Tersedia: http://www.nova.edu/ssss/QR/QR13-4/baxter.pdf [4 Maret 2013].

Brannon, L. (2008). Gender Psychological Perspectives. Fifth Edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Brizendine, L. (2010). Female Brain. Mengungkap Misteri Otak Perempuan. Jakarta: Ufuk Press


(2)

Brizendine, L. (2010). Male Brain. Mengungkap Misteri Otak laki-laki. Jakarta: Ufuk Press.

Chiesa, F. & De Paoli, F. (2001). Distant Metastasis from Nasopharyngeal Cancer. ORL. 2001; 63: 214-6

Clark, C.M. (2005). Relations Between Social Support and Physical Health. [Online]. Tersedia: http://www.personalityresearch.org/papers/clark.html [21 November 2012]

Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi revisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Crocker, J. & Canevello, A. (2008). Creating and Undermining Social Support in Communal Relationships: The Role of Compassionate and Self-image Goals. Journal of Personality and Social Psychology, 2008, Vol. 95, No. 3, 555–575

Damayanti, A.D., Fitriyah dan Indriani. (2008). “Penanganan Masalah Sosial dan Psikologis Pasien Kanker Stadium Lanjut dalam Perawatan Paliatif”. Indonesian Journal of Cancer, 1, 30-34.

Denscombe, M. (2007). A Good Research Guide : for Small Scale Social Research Projects. Edisi Ketiga. London : McGraw Hill

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Desember 2008.

Dwipangesty, R. (2011) Konsep Diri dan Perceived Sosial Support Wanita yang Mengalami Penyakit Kanker Payudara. Tidak diterbitkan.

Ganguly, N.K. (2003). Epidemiological and Etiological Factors Associated with Nasopharyngeal Carcinoma. ICMR Bulletin 2003;(9):33.

Ginting, H. (2012). Dukungan Sosial dan Optimisme pada Penderita Kanker Serviks. Tidak diterbitkan.

Globocan 2008 International Agency for Research on Cancer (IARC). (2010). Section of Cancer Information. Indonesia. November 21, 2012. [Online]. Tersedia: http://globocan.iarc.fr/ [21 November 2012]

Goldsher, H. (2012). Gender Differences in the Connection Between Social Support and Health. [Online]. Tersedia:

http://www.theravive.com/research/Gender_Differences_in_the_Connection _Between_Social_Support_and_Health[22 November 2012]


(3)

Gorman, M. (2005). Social Support: How Friends and Family Can Save Your

Life. [Online]. Tersedia:

http://www.personalityresearch.org/papers/clark.html[21 November 2012] Gregurek, R., Braš, M., Đorđević, V., Ratković, A. & Brajković, L. (2010).

“Pychological Problems of Patients with Cancer”. Psychiatria Danubina,

2010; Vol. 22, No. 2, pp 227–23. Medicinska naklada - Zagreb, Croatia. Herawati, S., & Rukmini, S. (2003). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung

Tenggorok untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.

Hlebec, V., Mrzel, M., & Kogovšek, T. (2009). Social Support Network and Received Support at Stressful Events. Metodološki zvezki, Vol. 6, No. 2, 2009, 155-171.

Irwanto (2006). Focus Group Discussion: A simple manual. Jakarta: Yayasan Obor.

Kail, R.V., & Cavanaugh, J. C. (2000). Human development: A life-span view (2nd ed.). Belmont CA: Wadsworth.

Kartono, K. (2006). Psikologi Wanita. Bandung: CV. Mandar maju.

Knoll, N., & Schwarzer, R. (t.t). Gender and Age Differences in Social Support: A Study of East German Migrants. Freie Universität Berlin, Department of Health Psychology, Habelschwerdter Allee 4514195 Berlin, Germany.

Lubis, N. L., & Othman, M. H. B. (2011). “Dampak Intervensi Kelompok Cognitive Behavioral Therapy dan Kelompok Dukungan Sosial dan Sikap Menghargai Diri Sendiri pada Kalangan Penderita Kanker Payudara”. Makara, Kesehatan, Vol. 15, No. 2, Desember 2011: 65-72.

Ma, J., & Cao, S. (2010). The Epidemology of Nasopharyngeal Carcinoma in Nasopharingeal Cancer - Multidisiplinary Management. Lu, J.J., Cooper, J.S., & Lee, A.W. editors. Mauer, Jerman: Springer.

Marliyah, L., Dewi F., & Suyasa P.T. (2004). “Persepsi terhadap dukungan orang

tua dan pembuatan keputusan karir remaja”. Jurnal Provitae No. 1: Desember Tahun 2004

Martin & Brantley. (2004). Stress, coping, and social support. In Hanbook of clinical health psychology. volume 2: disorders of behavior and health. (2004). Washington DC: American psychological assosiation.

Martyn, D. (2007). The Good Research Guide: For small-scale social research projects. Edition 3. P McGraw-Hill International.


(4)

Mikail, B. (2012). 5 Cara Cegah Efek Samping Radioterapi. June 19, 2012. [Online].Tersedia:http://health.kompas.com/read/2012/06/19/17023460/5.C ara.Cegah.Efek.Samping.Radioterapi[6 November 2012]

Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UIPress.

Muhamad, M., Afshari, M., & Kazilan, F. (2011). Family Support in Cancer Survivorship. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 12, 2011.- Prasasty, R.A. (2012). Makanan-Makanan Pencegah Kanker (I). June 8, 2012.

[Online].Tersedia:http://health.okezone.com/read/2012/06/08/482/643926/la rge [21 November 2012]

Orford, J. (1992). Community Psychology: Theory and Practice. New York: Wiley

Pierce G.R., Sarason, I.G., & Sarason, B.R. (1991). General and Relationship-Based Perceiptions of Social Support: Are Two Constructs Better than One? Journal of personality and Social Psychology, 1991, Vol. 61, No. 6, 1028-1039.

Poskotanews (2012). Kanker Nasofaring Masih Menakutkan. [Online]. Tersedia:

http://m.poskotanews.com/2012/05/27/kanker-nasofaring-masih-menakutkan-2/ [ 21 November 2012]

Roberts, A.R. & Greene G.J. (2009). Buku Pintar Pekerja Sosial – Jilid 2; diterjemahkan oleh Juda Damanik dan Cynthia Pattiasina. Jakarta: Gunung Mulia

Riskesdas (2010). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI tahun 2010. Riset Kesehatan Dasar.

Sanderson, C.A. (2004). Health Psychology. USA: Joh Wiley and Sons.

Sarafino, E.P. (2005) Health psychology: Biopsychosocial interactions. 5th edition. New York: Wiley.

Sarafino, E.P. & Smith, T.W. (2012) Health psychology: Biopsychosocial interactions. 7th edition. New York: Wiley.

Sudjana, N. (2005). Metoda Statistika. Edisi 6. Bandung: Tarsito

Silverman, D. (2005). Doing Qualitative Research: A Practical Handbook. Second edition. London: Sage.


(5)

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan ketujuh. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis, cetakan kesembilan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfa Beta.

Suryo, J. (2010). Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. Yogyakarta: B First

Stoppard, M. (2011). Panduan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Erlangga.

Taylor, S.E. (1995). Health psychology. 3rd edition. London: McGraw-Hill, inc Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2009). Psikologi Sosial. Edisi Kedua

Belas. Alih bahasa Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tempo.co. (2013). Mahalnya Berobat Kanker ke Pengobat Tradisional. [Online]. Tersedia:http://www.tempo.co/read/news/2013/02/04/173458991/Mahalnya -Berobat-Kanker-ke-Pengobat-Tradisional[14 Juni 2013]

Teo, P. (1999). Radiotherapy In: Nasopharyngeal Carcinoma. 2nd edition, Hasselt, CA and Gibb, AG, The Chinese University Press, Hongkong; 1999. p:221-37

Tim CancerHelps. (2010). Stop Kanker. Cetakan 1. Jakarta: AgroMedia Pustaka. The American Joint Comittee on Cancer (AJCC). (2002). Cancer Staging

Manual. Sixth edition. Chicago.

Tracy & Whitaker. (1990). The Social Network Map: Assesing social support in clinical practice. Families in society: The journal of contemporary human services, 171 (8), pp. 461-470.

Usman, H. (2003). Metodologi Penelitian Sosial”. Jakarta : Bumi Aksara

Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa; alih bahasa Renata Komlasari dan Alfrina Hany. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG Wood, J.T. (1994). Gendered Lives. Communication, gender, and culture.


(6)

World Health Organization. (2011). 10 facts about cancer. November 2011. [Online].Tersedia:http://www.who.int/features/factfiles/cancer/en/index.htm l[21 November 2012]

World Health Organization. (2012). Cancer. [Online]. Tersedia:

http://www.who.int/cancer/en/index.html[21 November 2012]

World Health Organization. (2012). Cancer. Treatment of Cancer. [Online]. Tersedia: http://www.who.int/cancer/treatment/en/[21 November 2012] Wills, T., & Shinar, O. (2000). Measuring Perceived and Received Social

Support. in Social Support Measurement and Intervention - A Giude for Health and Social Scientiest (ed Sheldon Cohen et al.) Newyork: Oxford University Press, inc.

Witte M.C., & Neel H.B. (1998). Nasopharyngeal Cancer. In: Bailey Byron J., editor. Head & Neck Surgery - Otolaryngology. Philadelphia, New York: Lippincott-Raven.

Yin, R.K. (2003). Case study research: Design and methods. Third edition. Thousand Oaks, CA: Sage.

Zeng, M.S. & Zeng, Y.X. (2010). The Epidemology of Nasopharyngeal Carcinoma in Nasopharingeal Cancer - Multidisiplinary Management. Lu, J.J., Cooper, J.S., & Lee, A.W. editors. Mauer, Jerman: Springer.