PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM ORGANISASI MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak).

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh MOAD 1202235

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM

ORGANISASI MAHASISWA

(Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di

Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)

Oleh Moad

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana

© Moad 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)

Oleh: MOAD NIM. 1202235

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Prof. Dr. H. Astim Riyanto, SH.,M.H NIP. 19490402197603 1 001

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, SPd., M.Si NIP. 1975041420051 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP.19630820 198803 1 001


(4)

(5)

MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak). Ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain dari karya saya ini.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

Moad


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan atas rahmat serta hidayahNya hingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM ORGANISASI

MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)

Dalam tesis ini penulis ingin mengambarkan secara real mengenai proses pengembangan kesadaran demokrasi di Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak. Pengembangan kesadaran demokrasi salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan khususnya melalui Pendidikan Kewarganegaraan yang berkembang di organisasi mahasiswa sebagai gerakan

civil society.

Winataputra dan Budimansyah (2012:211) memandang tiga domain yang ada dalam PKn yaitu domain kurikuler, domain sosiokultural, dan domain kajian ilmiah. Membentuk warganegara yang cerdas dan baik maka Pendidikan Kewarganegaraan harus diterapkan ke dalam tiga domain, karena ketiga domain itu saling keterkaitan satu sama lainnya. Penelitian ini membahas tentang Pendidikan Kewarganegaraan sebagai domain sosiokultural. Selain itu penulis menggambarkan proses internalisasi nilai-nilai demokrasi melalui kegaiatan yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa karena mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat yang demokratis.

Tesis ini terbagi dalam lima (5) bab yang terdiri Bab I tentang pendahuluan. Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis. Bab II tentang tinjauan pustaka. Pada bab ini terbagi dalam beberapa sub bab yaitu: (1) Pengembangan Kesadaran Demokrasi (2) Organisasi Mahasiswa dan (3) Pendidikan Kewarganegaraan. Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun sub bab yang dibahas dalam bab ini mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, penjelasan istilah, teknik pengumpulan data, teknik analsis data dan penelitian terdahulu yang relevan. Bab


(7)

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaaat guna menambah khasanah pengetahuan dalam bidang Pendidikan Kewarganegraan maupun ilmu sosial lainnya. Penelitian ini sangat terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga diharapkan dapat menjadi pijakan bagi peneliti selanjutnya. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam dan kealfaan hanyalah milik kita sebagai manusia biasa. Terima kasih, semoga tulisan ini bermanfaat.

Bandung, Agustus 2014 Penulis


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji serta syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunianya-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan satu tahapan penting dalam menempuh pendidikan magister di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak) untuk di sidangkan dihadapan para penguji.

Penelitian tesis ini fokus pada masalah pengembangan kesadaran demokrasi dalam organisasi mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak. Penelitian ini bermaksud untuk melihat pengambangan kesadaran demokrasi di organisasi mahasiswa. Penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu dalam penulisan tesis ini anatara lain:

1. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., selaku Direktur Sekolah Pascsarjana Universitas Pendidikan Indonesia

2. Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganergaraan memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan tesis.

3. Prof. Dr. H. Astim Riyanto, SH.,MH., selaku Pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan dan motivasi kepada penulis dalam proses menyelesaikan tesis.

4. Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si selaku Pembimbing II dan Pembimbing akademik dalam kesibukannya sebagai sekretaris jurusa ntetap berkenan dengan antusias membimbing peneliti dalam menyelasaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang banyak berkontribusi dalam ilmu dan pemikiran selama perkuliahan sampai selesainya tesis ini.


(9)

PGRI Pontianak.

7. Kepada lemabaga IKIP PGRI Pontianak yang memberikan bantuan dana sampai penyelesaian masa studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

8. Bapak Jamalong, M.Pd selaku pembantu ketua III IKIP PGRI Pontianak yang berkenan memberikan informasi tentang proses pengembangan kesadaran demokrasi di organisasi mahasiswa.

9. Bapak M. Firdaus, M.Pd dan bapak Paiman, M.Pd selaku dosen pembina kehasiswaan IKIP PGRI Pontianak yang memberikan informasi tentang pengembangan kesadaran demokrasi di organisasi mahasiswa IKIP PGRI Pontianak.

10.M. Zean dan Deli Yansyah selaku ketua dan wakil ketua serta jajaran pengurus BEM IKIP PGRI Pontinak tahun 2013/2014 yang memberikan izin untuk melakukan penelitian dan memberikan segala informasi tentang pengembangan kesadaran demokrasi di BEM IKIP PGRI Pontinak.

11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 program studi pendidikan kewarganegaraan yang selama ini bersama-sama hingga sampai pada akhir masa studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

12.Kepada kedua orang tua yaitu Ibu (Marida) dan ayah (Norden), adik (Anggun) dan tunangan (Silawati) yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan moril dalam menjalani perkuliahan di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung, Agustus 2014 Peneliti,


(10)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Moad (1202235). PENGEMBANGAN KESADARAN DEMOKRASI DALAM ORGANISASI MAHASISWA (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegeraan di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya partisipasi demokrasi mahasiswa dalam mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan di kampus maka dari itu perlu dilakukan pengembangan kesadaran demokrasi mahasiswa melalui Pendidikan Kewarganegaran. Pendidikan kewarganegaraan dikembangkan melalui domain kurikuler, domain akademik dan domain sosial kultural. Penelitian ini peneliti mengkaji Pendidikan Kewarganegaraan sebagai domain sosial kultural, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan yang berkembang di organisasi mahasiswa sebagai gerakan civil society. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran faktual mengenai proses pengembangan kesadaran demokrasi di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil temuan dalam penelitian ini yaitu: Kondisi kesadaran demokrasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak terlihat pada (1). Kesempatan dalam megemukakan pendapat, adanya kebebasan untuk berkelompok dan berorganisasi, adanya rasa saling percaya dan sikap saling menghargai adanya prinsip persamaan kedudukan didalam organisasi, adanya kesempatan yang sama dalam bagi pengurus, dan terjalinnya kerjasama. (2). Proses pengembangan kesadaran demokrasi mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak meliputi: penerapan pendekatan persuasif, melakukan kegiatan penalaran, pelatihan kepemimpinan dan pengaderan serta efektifitas kegiatan yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa dalam pengembangan kesadaran demokrasi mampu meningkatkan kinerja pengurus. (3). Kendala dalam pengembangan kesadaran demokrasi di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak berupa rendahnya kontribusi mahasiswa dan dukungan kampus dalam kegiatan mahasiswa. (4). Upaya pengembangan kesadaran demokasri di Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak dilakukan dengan cara melakukan kegiatan pengkaderan, kegiatan pelatihan kepemimpinan, optimalisasi sarana dan prasarana kampus dan meningkatkan peran kemahasiswaan dalam pembinaan mahasiswa. Saran penelitian yakni perlunya sebuah upaya yang lebih intensif berupa sosialisasi mengenai paran dan fungsi oragnisasi kampus dari pembina kemahisiswaan dalam upaya meningkatkan jumlah mahasiswa yang berkontribusi secara aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa.

Kata Kunci: Kesadaran Demokrasi, Oragnisasi Mahasiswa, Pendidikan Kewarganegaraan.


(11)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Moad (1202235). DEVELOPMENT OF CONSCIOUSNESS DEMOCRACY IN STUDENT ORGANIZATION (Case Study Civics Education in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak)

This research is motivated by the lack of democratic participation of students in following the activities undertaken on campus therefore necessary to develop student consciousness democracy through Citizenship Education. Civic education developed through curricular domains, the domain of academic and socio-cultural domains. This study researchers examined Civics as socio-socio-cultural domain, which is growing Citizenship Education in student organizations as civil society movements. This study aims to obtain a factual description of the process of developing consciousness democratic in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak. This study used a qualitative approach with the case study method. Data collection techniques and information is done through observation, interview and documentation. The findings in this study are: the consciousness democratic of Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak seen in (1). Opportunities in pointed opinion, the freedom to group and organize, lack of trust and mutual respect of the principle of equality within the organization, the existence of equal opportunity in the board, and the establishment of cooperation. (2). The process of developing consciousness democratic of students in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak include: the application of persuasion, reasoning activities, leadership and cadre training and the effectiveness of the activities carried out by the Student Executive Board in the development of consciousness democratic is able to improve the performance of the board. (3). Constraints in the development of consciousness in Teacher Training Institute Student Executive Council Pontianak PGRI a low contribution and support college students in student activities. (4). Efforts of Consciousness democratic development in Teacher Training Institute Student Executive Council PGRI Pontianak done by conducting cadre, leadership training activities, optimization of the campus infrastructure and improve the role of student affairs in student development. Research suggestions that the need for a more intensive effort to socializing on campus organizations of severe and functions of supervisors of students in an effort to increase the number of students who contribute actively to participate in various activities conducted by student organizations.


(12)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 18

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Struktur Organisasi Penulisan ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A. Pengembangan Kesadaran Demokrasi ... 21

1. Kesadaran Demokrasi ... 21

2. Pendidikan Demokrasi ... 24

3. Nilai-Nilai Demokrasi ... 28

4. Prinsip-Prinsip Demokrasi ... 32

B. Organisasi Mahasiswa ... 33

1. Oragnisasi ... 33

2. Organisasi Mahasiswa ... 37

3. Sejarah Pergerakan Organisasi Mahasiswa ... 45

4. Asas Organisasi Mahasiswa ... 48

5. Tujuan Organisasi Mahasiswa ... 50

6. Pengembangan Organisasi Mahasiswa ... 50

C. Pendidikan Kewarganegaraan ... 65

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 65

2. Komponen Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 70

3. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan ... 73

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 81

BAB III METODE PENELITIAN ... 86

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 86

1. Lokasi Penelitian ... 86

2. Subjek Penelitian ... 86

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 87

1. Pendekatan ... 87

2. Metode Penelitian ... 89

C. Penjelasan Istilah ... 90


(13)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pendidikan Kewarganegaraan ... 91

D. Teknik Pengumpulan Data ... 92

E. Teknis Analisis Data ... 97

F. Jadwal Penelitian ... 100

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 101

1. BEM IKIP PGRI Pontianak ... 101

2. Visi dan Misi ... 102

3. Program kerja BEM IKIP PGRI Pontianak 2013/1014 ... 103

4. Struktur Organisasi ... 105

5. Susunan Pengurus ... 106

6. Tugas dan Wewenang ... 107

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 108

1. Kondisi Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 109

2. Proses Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak... 116

3. Kendala Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 123

4. Upaya Mengatasi Kendala dalam Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak... 125

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 128

1. Kondisi Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 128

2. Proses Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak... 146

3. Kendala Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak ... 159

4. Upaya Mengatasi Kendala dalam Pengembangan Kesadaran demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontianak... 163

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 177

A. Simpulan ... 177

1. Simpulan Umum ... 177

2. Simpulan Khusus ... 178

B. Saran ... 181


(14)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 87

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 100

Tabel 4.1 Pengurus BEM IKIP PGRI Pontianak tahun 2014/2014 ... 106

Tabel 4.2 Triangulasi Kondisi Kesadaran Demokrasi di BEM ... 129

Tabel 4.3 Triangulasi Proses Pengembangan Kesadaran Demokrasi BEM ... 155

Tabel 4.4 Tiangulasi Kendala Pengembangan Kesadaran Demokrasi ... 161


(15)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

Gambar 3.1 Komponen Teknik Analisis Data ... 98

Gambar 4.1 Struktur Oragnisasi BEM REMA IKIP PGRI Pontianak... 105

Gambar 4.2 Kerangka Hasil Penelitian ... 173


(16)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Globalisasi merupakan perubahan zaman apabila tidak bisa dihadapi dengan persiapan yang matang oleh bangsa Indonesia dihawatirkan akan merusak suatu tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Pengaruh globlisasi salah satunya ialah batas-batas wilayah negara bukan lagi hambatan bagi proses hubungan atau interaksi antarumat manusia disegala aspek kehidupan dan kepentingan. Globalisasi membawa perubahan yang besar dalam tatanan kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dewasa ini, tidak bisa ditampikkan bahwa Indonesia harus mengahadapi masalah yang sangat berat yaitu perubahan tatanan sosial, politik ekonomi, pertahanan negara dan lain sebagainya sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya perubahan yang terjadi pada lingkungan strategis global disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun karena perubahan tata nilai dalam kehidupan masyarakat global.

Kekuatan yang lebih dahsyat adalah bahwa globalisasi itu akan mempengaruhi kehidupan dimanapun manusia hidup. Senada dengan uraian di atas, Kalidjernih (2009:118) menyatakan bahwa:

Globalisasi dapat mendorong terbentuknya suatu budaya global baru yang lebih luas. Hal itu dapat berupa globalisasi budaya, dengan ditandai oleh aliran tanda-tanda, simbol-simbol dan globalisasi informasi diseluruh dunia dan reaksi terhadap aliran ini. Kekuatan ini memungkinkan jangkauan informasi yang luas sehingga dapat dikonsumsi lebih banyak orang. Ini berarti bahwa masyarakat diberbagai pelosok dunia bukan hanya berbagi pengetahuan melainkan juga berbagi masalah.

Globalisasi membawa perubahan-perubahan di dalam tatanan kehidupan sosial yang disebut sebagai jiwa globalisasi yang dikemukakan oleh James, P. (2010) dalam Tilaar (2012:23) sebagai berikut :

1. Interkonektivitas khususnya melalui hubungan komunikatif elektronik. Dalam setiap momentum, baik dalam keadaan tatap muka maupun dalam isolasi kita secara individu merasa bagian dari dunia ini.


(17)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kemungkinan yang diberikan teknologi yang telah membuat interkonektivitas usia baik secara praksis maupun dalam ide.

3. Adannya interkonektivitas dari manusia maka muncullah masalah keamanan karena kita berada ditengah masyarakat asing.

4. Keadilan dan demokratis merupakan hal yang imperatif dalam pengakuan hak asasi manusia.

5. Kemerdekaan, otonomi, dan transendensi. Kemerdekaan dan otonomi merupakan syarat mutlak untuk mengatasi keterbatasan dan penindasan. Demikian pula transendensi merupakan salah satu tuntutan hidup manusia yang mempunyai hak otonomi sendiri.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa sesungguhnya globalisasi membawa berbagai perubahan tatanan kehidupan yang disebabkan sebuah interkonektivitas hubungan komunikasi yang semakin mudah, interkonektivitas baik secara psikis maupun ide-ide. Perubahan tatanan kehidupan terebut akan berdampak pada sistem keamanan dalam sebuah negara, rasa keadilan, demokratis dan pengakuan hak asasi manusia, serta kemerdekaan dan otonomi individu.

Indonesia telah memasuki sebuah kenyataan bahwa ekspansi proses transnasional dan fleksibilitas pergerakan populasi, kapital dan teknologi membawa tantangan terhadap kedaulatan dan eksistensi negara. Di satu pihak, kemajuan teknologi informasi dan pertukaran gagasan secara lintas batas. Di lain pihak, gerakan individu semakin fleksibel dan kurang loyal pada tempat. Kalidjernih (2007:94) mengemukakan kondisi ini lazim dijuluki sebagai crisis

boundaries atau krisis batas-batas. Sehubungan dengan pernyataan tersebut,

dalam era global ini diperlukan suatu bentuk program pendidikan yang mampu mengakomodasi segala kecenderungan yang mungkin timbul sebagai akibat dari proses globalisasi. Peran lembaga pendidikan menempati posisi yang sangat strategis, dalam hal ini peran guru disekolah perlu mempersiapkan diri untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengajar.

Pengetahuan dan keterampilan untuk mengajar yang harus dimilki pengajar menurut Merryfield (1990) dalam Wahab A. dan Sapriya (2011:238) meliputi:

1. Mengapresiasi perbedaan dan persamaan budaya termasuk cara mengajar keberagaman dan kesadaran akan perspektif.

2. Dunia sebagai sebuah konsep yang saling ketergantungan dan saling terkait.


(18)

3

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Keberadaan siswa yang ada pada suatu tempat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan orang dan organisasi global diseluruh dunia.

Keterampilan yang dikemukakan diatas merupakan kemampuan (skill) dan pengetahuan dalam melakukan proses pembelajaran yang dimiliki oleh tenaga pengajar. Skill dan pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga pengajar meliputi pengetahuan akan keberagaman budaya, saling ketergantungan dan siswa dipengaruhi dan mempengruhi oleh orang dan organiasasi global. Oleh karena mengingat peran lemabaga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya filterisasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi.

Masalah utama yang sangat dirasakan oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi era global ini adalah keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan, baik dalam lingkup nasional ataupun internasional. Untuk mengatasi masalah tersebut tidak kalah pentingnya peran pemuda dan mahasiswa yang dianggap menjadi peran sentral sebagai sosok pemuda yang harus siap dan tanggap dalam memberikan kontribusinya untuk mengahadapi dampak dari globaisasi. Pemuda dan mahasiswa berkontribusi mencegah dampak negatif globalisasi melalui sebuah organisasi kepemudaan dan organisasi kepemudaan yang dipandang sebagai peran sentral pemuda.

Organisasi merupakan suatu kesatuan yang didalamnya terdapat sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan berpengaruh, semuanya bergerak ke arah tujuan yang telah ditentukan. James (1996:6) mengatakan Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Hal senada dengan apa yang dikatakan oleh Sukanto dan Handoko (2000:5) menjelaskan bahwa organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peranan tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian kerja, pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan diantara pemegang peranan dan kemudian digabung kedalam berbagai bentuk hasil. Selanjutnya Muhamad, A. (2000: 23) mengungkapkan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan


(19)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.

Berdasarkan beberapa teori diatas maka dapat disimpukan bahwa organisasi merupakan suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang atau individu yang saling berinteraksi dan mempegaruhi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi merupakan suatu wadah kegiatan yang didalam pelaksanaannya memerlukan adanya suatu kerja sama dan saling hubungan antar anggota melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.

Dalam organisasi individu sebagai anggota mempunyai hubungan yang mendalam antara yang satu dengan yang lain. Hubungan itu dapat berupa hubungan pribadi antaranggota, maupun hubungan secara struktural dan hierarkis, sepeti antara orang atau individu yang menjadi pemimpin dan staf kelompok serta anggota biasa. Hubungan tersebut berdasarkan pembagian tugas antaranggota yang menuju suatu kepentingan bersama. Dalam organisasi tersebut terdapat adanya susunan pemimpin dan pembantunya atau stafnya, anggaran dasar dan rumah tangga yang semua itu menjadi acuan dan pedoman bagi anggota dalam melaksanakan kegiatan. Untuk dapat mencapai tujuan diperlukan suatu tata cara untuk bekerja.

Organisasi merupakan keadaan tata cara untuk memobilisasikan dan mengkoordinasikan usaha-usaha yang mencapai tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Hubungan antaranggota dalam organisasi dan semua kegiatan didasarkan pada aturan yang sebelumnya sudah ditetapkan. Dengan berpedoman pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, struktur organisasi dan program kerja yang telah dibuat, para anggota secara bekerja sama dapat melaksanakan peran dan tugasnya dalam organisasi tersebut. Dengan mengikuti organisasi dapat memperoleh manfaat terutama dalam menjalin hubungan dengan orang lain, karena dalam organisasi setiap anggota dituntut untuk saling berinteraksi dan bekerja sama satu dengan yang lain. Dalam organisasi terdapat adanya suatu hubungan atau interaksi antara anggota yang satu dengan anggota yang lain untuk melakukan suatu kerjasama demi tercapainya


(20)

5

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suatu tujuan. Dengan adanya tuntutan tersebut organisasi pemuda dan kemahasiswaan dapat menjadi wahana untuk belajar dan pengalaman mahasiswa dalam menjalin hubungan atau berinteraksi dengan orang lain, sehingga berguna dalam kehidupan bermasyarakat.

Organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecerdasan serta integrasi kepribadian sebagai warganegara yang demokratis dan partisipasif melalui berbagai organisasi intra kampus dan organisasi kemasyarakatan dalam masyarakat, Universitas Negeri Semarang (UNNES) (2003: 65). Melalui kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan mahasiswa yang meliputi penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran serta upaya perbaikan kesejahteraan mahasiswa di perguruan tinggi. Sesuai dengan Kepmendikbud.155/U/1998 tentang pedoman organisasi mahasiswa dalam perguruan tinggi dalam keputusan ini yang dimaksud dengan organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi kemahasiswaan merupakan suatu wadah bagi sekelompok orang atau mahasiswa dengan suatu koordinasi yang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecerdasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.

Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki peran dan tanggung jawabnya sebagai warganegara yang demokratis dan partisipasif melalui berbagai organisasi intra kampus dan organisasi kemasyarakatan dalam masyarakat. Organisasi intra kampus beperan aktif dalam mengambangkan wawasan dan kemapuan dalam berorganisasi dan sebagai pendukung teraksananya tridarma perguruan tinggi.

Dari uraian diatas organisasi pemuda memiliki peran membina generasi muda agar menajadi warganegara yang baik disamping membina sikap, keteladanan, kepemimpinan, dan tanggungjawabnya sebagai warganegara yang


(21)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demokratis dan memiliki semangat kepeloporan serta menciptakan budaya organisasi demokratis dikalangan mahasiswa. Pemuda yang diharapkan ialah pemuda yang memiliki semangat juang yang tinggi, motivasi organisasi dan pembudayaan sistem demokrasi.

Melihat dari peran serta organisasi kepemudaan telah ada organisasi kepemudaan yang secara riil melakukan peran dan fungsinya di tengah-tengah masyarakat. Secara nyata organisasi kepemudaan itu juga mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas dan berdedikasi tinggi bukan hanya untuk tataran intern organisasinya, tetapi secara nyata tokoh organisasi tersebut juga banyak berkiprah dalam behidupan berbangsa dan bernegara. Organisasi kepemudaan berkiprah dalam konteks kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan politik nasional. Dengan demikian dalam abad modern yang ditandai oleh infrastruktur dan teknologi yang berkembang pesat, agar organisasi tetap dapat berperan dan eksis di tengah-tengah masyarakat maka harus melakukan fungsinya sesuai dengan landasan organisasinya masing- masing.

Keberadaan organisasi mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis dalam penanaman nilai-nilai kepemimpinan, lebih dari itu organisasi mahasiswa merupakan wadah aspirasi mahasiswa sebagai yang independen.Memahami dasar pemikiran oragnisasi mahasiswa dan serta dasar kepemimpinan mahasiswa dapat dirumuskan beberapa pemikiran yang dapat dijadikan bahan pengembangan organisasi mahasiswa dan peranannya di kampus dan masyarakat. Organisasi mahasiswa perlu secara terprogram kearah memperkuat nilai-nilai kepemimpinan. Untuk itu kepemimpinan tidak terbatas pada pimpinan formal lembaga kemahasiswaan, akan tetapi nilai kepemimpinan harus dikembangkan pada setiap individu mahasiswa sehingga memilki kesadaran akan potensi individu. Organisasi mahasiswa menjadi media pengembangan nilai kepemimpinan sehingga memungkinkan potensi kepemimpinan dapat dikembangkan tanpa terhambat oleh birokrasi keorganisasian. Oragnisasi mahasiswa menjadi aset perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas partisipasi mahasiswa dalam dalam menjalankan birokrasi organisasi kemahasiswaan. Oraganisasi mahasiswa merupakan sebuah wadah pendidikan kepemimpinan yang mendasari perilaku


(22)

7

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

manajerial sehingga pelaksanaan oeganisasi lebih terarah dan terograniasir. Intelektualitas dan profesionalitas hendaknya dijadikan sebagian sifat kepemimpinan mahasiswa dan yang perlu dipandang bahwa setiap mahasiswa memiliki potensi kepemimpinan, dengan demikian secara profesional harus dikembangkan dengan menggunakan lembaga ornganisasi kemahasiswaan sebagai media pengembangannya.

Sesuai dengan misi pola pengembangan mahasiswa menyatakan mengembangkan idealisme dan suasana demokratis dalam kehidupan kemahasiswaan. Kultur yang dibangun dalam suasana kepemimpinan mahasiswa menciptakan iklim yang demokratis terutama mengenai peran yang positif terhadap organisasi. Secara pembiasaan suasana demokratis dapat dibangun dengan memberikan kesempatan terhadap pengurus dalam menyampaikan dan mengembangkan pemikiranya dalam setiap divisi kepengurusan organisasi. Secara kondisional upaya ini dapat dilakukan dengan penuh kesadaran, terencana, teratur dan terarah berkesinambungan untuk mewujudkan sikap tanggung jawab serta kesadaran demokrasi dalam berorganisasi. Mekanisme pemilihan pengurus dari ormawa merupakan sarana pengemabangan sikap demokrasi pada mahasiswa. Mekanisme ini merupakan ajang pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengemukakan pendapat secara rasional dan bertanggung jawab, menghargai orang lain yang mempunyai pandangan berbeda tanpa menimbulkan konflik dan permusuhan. Pembiasaan sikap demokratis dan rasional dalam kepengurusan oraganisasi mahasiswa ini berfungsi sebagai wadah pengembangan potensi yang dimiliki mahasiswa dan eksistensinya secara formal diakui oleh kampus.

Kondisi yang diharapkan kondisi organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi adalah terjadinya sebuah keseimbangan proporsi kegiatan bidang kurikuler yang dilaksanakan mahasiswa. Lebih dari itu ormawa mampu melibatkan mahasiswa dalam mengembangkan aktualisasi diri serta meningkatkan daya saing mahasiswa dalam berbagai kompetensi melalau berbagai sarana yang diberikan oleh perguruan tinggi dalam mengembangkan program kerja ormawa. Iklim yang dibangun adalah iklim komunikasi yang dialogis antara perguruan tinggi dan pengurus ormawa dalam mengatasi permasalaahn yang dihadapi. Dari berbagai


(23)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan yang dilakukan akan adanya kesadaran mahasiswa bahwa posisi mereka sebagai dari bagian civitas akademika yang tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat perguruan tinggi. Dari berbagai program kerja organisasi yang dilakukan dapat meningkatkan tanggung jawab mahasiswa terhadap aturan, peningkatan kualitas diri baik sebagai individu maupun kelompok sehingga tercipta sebuah prestasi akademik yang membanggakan. Meningkatnya keterlibatan pembimbing kegiatan kemahasiswaan dalam membantu mahasiswa mengembangkan program-program kemahasiswaan dan aktualisasi mahasiswa.

Pembangunan bangsa yang demokrasi partisipatif diperlukan adanya suatu upaya dan proses pendidikan demokrasi yang sungguh-sungguh mengingat secara historis, bangsa Indonesia memiliki latar belakang sistem pemerintahan kerajaan yang berbeda dengan sistem demokrasi. Oleh karena itu, akan tejadi berbagai polemik dalam masyarakat yang dapat menggerus proses demokrasi di indonesia. Untuk menjaga eksistensi demokrasi di Indonesia perlunya penyelenggaraan pendidikan demokrasi yang terus-menerus dan berkesinambungan baik melalui lembaga persekolahan maupun melalui organisasi kemasyarakatan dan organisasi mahasiswa.

Pembangunan bangsa seyogianya melibatkan berbagai komponen bangsa, baik pada tataran supra strukutur politik maupun infrastruktur politik, teoritis maupun praktisi, berbagai komponen pendidikan pada seluruh jenjang dan jenis, serta partisipasi seluruh warganegara dan bangsa. Dari seluruh komponen berpengaruh tersebut, komponen pendidikan memiliki posisi yang sangat strategis. Pendidikan sebagai wahana transformasi budaya, nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan seni telah menjadi pusat untuk pembangunan sumber daya manusia baik melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal. Sejumlah bahan kajian dan mata pelajaranpun telah ditawarkan, baik yang berdasarkan pada kebijakan pemerintah untuk jangka waktu tertentu maupun berdasarkan pada tuntutan perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat. Bahan kajian yang telah menjadi program pendidikan dan ditawarkan di Indonesia yang tetap eksis hingga kini adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).


(24)

9

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan kewarganegaraan memiliki dua istilah teknis, yaitu civic

educatian dan citizenship education, sesuai dengan yang di utarakan oleh Cogan

(1994) dalam Budimansyah D. ( 2012 : 44). Civic educatian dapat diartikan sebagai suatu mata pelajaran dasar yang diracang untuk mempersipkan warga negara muda agar nantinya menjadi dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Sedangkan citizenship education mencakup pengalaman belajar di luar sekolah, baik dalam lingkungan keluarga, pengalaman dalam organisasi keagamaan, pengalaman dalam organisasi kemasyarakatan dan pengalaman melalui media yang membantu untuk menjadi warganegara seutuhnya.

PKn sebagai kajian ilmu kependidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan warga negara yang cerdas, demokratis dan religius serta memiliki karakteristik yang multidimensional. Maka dari itu Winataputra (1999:23) mengemukakan bahwa PKn perlu dilihat dalam tiga kedudukan, yaitu:

1. PKn sebagai suatu bidang kajian ilmiah mengenai “civic virtue” dan “civic culture” yang menjadi landasan PKn sebagai program kurikuler dan gerakan sosial budaya kewarganegaraan.

2. PKn sebagai program kurikuler yang memiliki visi dan misi pengembangan kualitas warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius baik dalam lingkungan pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah, yang berfungsi sebagai dasar orientasi dari keseluruhan upaya akademis untuk memahami fenomena dan masalah-masalah sosial secara interdisipliner, sehingga siswa dapat mengambil keputusan yang jernih dan bernalar serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi individu, masyarakat, bangsa dan negara.

3. PKn sebagai gerakan sosial budaya kewarganegaraan yang sinergistik dilakukan dalam upaya membangun “civic virtue” dan “civic culture”

melalui partisipasi aktif secara cerdas, demokratis dan religius dalam lingkungannya.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa kedudukan PKn sebagai suatu bidang

kajian ilmiah yakni “civic virtue” dan “civic culture”, PKn sebagai program

kurikuler yang memiliki visi dan misi pengembangan kualitas warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius baik dalam lingkungan pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah dan PKn sebagai gerakan sosial budaya kewarganegaraan yang sinergistik dilakukan dalam upaya membangun “civic virtue” dan “civic

culture” melalui partisipasi aktif secara cerdas, demokratis dan religius.


(25)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muchtar (2000:6) mengemukakan bahwa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan:

Memiliki potensi yang sangat strategis sebagai pendidikan demokrasi, karena secara etismologis dikembangkan dalam tradisi citizenship

education antara lain mengembangkan nilai demokrasi untuk menegakkan

negara hukum. Dengan demikian, sangat menarik dikaji dan dikembangkan agar program pendidikan ini mampu mengembangkan nilai-nilai demokrasi sehingga peserta didik memiliki wawasan dan kemampuan untuk berpikir, bersikap dan bertindak demokratis.

Dapat disimpulkan bahwa PKn adalah program pendidikan yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang berpikir, bersikap, bertindak, berkembang dan berinteraksi dengan cerdas, kritis analitis, berpartisipasi aktif dan bertanggungjawab terhadap diri, lingkungan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Mewujudkan warganegara yang menjiwai nilai-nilai demokrasi, budaya, hukum, keilmuan, serta watak yang bersemangat dan mewujudkan sikap demokratis dalam negara Indonesia yang religius, adil, beradab dan bersatu, bermasyarakat yang berkeadilan sosial. Oleh karena itu, fokus dan target utama dari pembelajaran PKn adalah pembekalan pengetahuan, pembinaan sikap perilaku, dan pelatihan keterampilan sebagai warga negara domokrasi dan taat hukum dalam kehidupan masyarakat madani.

Disamping itu, PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang dan jenis sekolah secara pragramatik memiliki psyco-pedagogis, yaitu membina warganegara yang demokratis dalam ruang lingkup pendidikan di lembaga pendidikan fomal maupun formal. Sapriya dan Winataputra (2010:1.2) menyatakan bahwa tugas PKn dengan paradigma barunya mengembangkan pendidikan demokrasi mengembangkan tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civic intelegence), membina tanggungjawab warganegara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warganegara (civic

participations).

Kedudukan PKn dalam konteks demokrasi adalah dalam rangka tranformasi nilai-nilai demokrasi sebagaimana pernah dikemukakan Toqueville, A. (1859), Branson (1998) dalam Wahab A. dan Sapriya (2011:41-44) bahwa


(26)

11

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

each generation is a new people that mush acquire the knowledge, learn the skills and develop disposition or trait of vrivate and public character that undergird a constitusional democracy. Hal ini menunjukakan bahwa betapa pentingnya proses

pembelajaran bagi suatu generasi untuk mewarisi pengetahuan, keterampilan dan watak atau sifat karakter pribadi maupun publik demi tegaknya demokrasi konstitusi.

Perilaku dan kultur demokrasi di oraganisasi dan masyarakat didasari oleh nilai-nilai demokrasi yang mengakui adanya hak bagi setiap individu . Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi. Menurut Cipto (2002) dalam Taniredja (2009:59) nilai-nilai demokrasi meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkelompok, kebebasan berpartisipasi, kesetaraan antarwarga, rasa percaya (trust) dan kerjasama. Lebih lanjut menurut Dahl (1971) dalam Candra C. (2012:73) mengemukakan bahwa kebebasan menyatakan pendapat adalah sebuah hak bagi warga negara biasa yang wajib dijamin dengan undang-undang dalam sebuah sistem politik demokrasi. Masyarakat yang demokrastis akan menjunjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan adanya sebuah jaminan perlindungan hukum terhadap kebebasan menyatakan pendapat baik individu maupun kelompok yang diatur oleh undang-undang.

Kebebasan berkelompok diperlukan untuk membentuk organisasi mahasiswa, partai politik, organisasi massa, perusahaan dan kelompok-kelompok lain. Kebebasan berpartisipasi sesungguhnya merupakan gabungan dari kebebasan berpendapat dan berkelompok. Kesetaraan diartikan sebagai adanya kesempatan yang sama bagi setiap warganegara. Rasa percaya antara politisi merupakan nilai dasar lain yang diperlukan agar demokrasi dapat terbentuk. Kerjasama yang dimaksud di sini adalah kerjasama dalam hal kebajikan. Perilaku demokrasi warga negara merupakan sebuah bentuk internalisasi nilai demokrasi yang menujukan sebuah sikap kepekaan terhadap permasalahan sosial dan partisipasi demokratis warganegara.

Kesadaran merupakan sikap dan perilaku mengetahui atau mengerti terhadap sebuah aturan dan memiliki ketaatan terhadap aturan serta ketentuan perundang-undangan. Kesadaran seseorang dapat berimplikasi terhadap cara


(27)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pandang seseorang berkaitan dengan dirinya maupun lingkugannya. Fraenkel (1940) dalam Djahiri (1985) dalam Candra (2011:75) mengatakan kesadaran adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini stimulus internal dan eksternal, terhadap peristiwa dilingkungan dan sensasi tubuh, memori dan fikiran. Kesadaran seseorang dapat menjadikan seseorang berfikir tentang masa sekarang dan masa depannya dengan menjadikan masalalu sebagai pijakan dalam melangkah. Kemudian selanjutnya Widjaya (2006:83) mengatakan sifat kesadaran itu yaitu sebagai berikut:

a. Kesadaran itu bersifat statis, yaitu sesuai dengan peraturan perundang-undangan berupa ketentuan-ketentuan dalam masyarakat.

b. Kesadaran bersifat dinamis, yang menitikberatkan pada kesadaran yang timbul dari kesadaran moral, keinsyafan dari dalam dir sendiri yang merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggung jawab.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran demokrasi merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggung jawab yang menitikberatkan pada kesadaran yang timbul dari kesadaran moral, keinsyafan dari dalam diri sendiri untuk bertindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan berupa ketentuan-ketentuan dalam masyarakat. Dalam tatanan masyarakat yang lebih luas dan pemerintahan, demokrasi dilakukan dengan pemilih oleh rakyat, memalakukan pemilu yang bebas, adil dan bekerinambungan dengan tetep diberikan kebebasan untuk berasosiasi bagi setiap warganegara.

Dalam menanggai fenomena sosial baik ditingkat lokal dan nasional mahasiswa selayaknya bersikap sebagai warga masyarakat akademis, sehingga citranya tetap sebagai civitas akademik. Fenomena bertolakbelakang yang terjadi ialah mahasiswa masih belum mencerminkan sikap sebagai insan akademis, yaitu memahami etika, tatacara berkomunikasi, penggunaan nalar dalam bertindak, pemahaman terhadap hak, tanggung jawab dan kewajibannya sebagaimana yang diharapkan, baik sebagai bagian dari masyarakat kampus, maupun sebagai warga negara Indonesia. Mahasiswa hendaknya tampil sebagai kekuasaan moral (moral

force) yang menyuarakan hati nurani masyarakat (social conscience). Citra ini


(28)

13

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai demonstran yang menyuarakan sikap tidak setuju dan menetang tanpa menawarkan alternatif pemecahannya. Dalam menungkapkan ketidak setujuan atau penolakan, mahasiswa sebaiknya menyarankan hasil pemikirannya dalam bentuk alternatif jalan keluar pemecahan masalah.

Pada umumnya, permasalahan pembinaan organisasi mahasiswa yang dikemukakan oleh Polbangwa (2006) bahwa kebijakan yang ada di berbagai perguruan tinggi saat ini mencerminkan keadaan yang relatif sama yaitu belum adanya keterpaduan antara kegiatan kurikuler dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kondisi ini jelas kurang kondusif untuk mendorong keterlibatan mahasiswa dalam kegaiatan ekstrakulikuler yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan aktualisasi diri mahasiswa. Pola pengemabangan mahasiswa (Polbangwa) (2006:6) mengemukakan berbagai permasalahan yang dihadapi organisasi mahasiswa, meliputi:

1. Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada program pengembangan penalaran dan kelimuan; bakat, minat, dan kemampuan; kesejahteraan; kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang. 2. Ketika terjadi peristiwa yang menyangkut kepentingan masyarakat luas,

mahasiswa dengan cepat menunjukan sikapnya melalui protes yang cenderung reaktif dan sporadis.

3. Keterlibatan organisasi eksta perguruan tinggi secara langsung didalam kampus akan dapat berdampak pada pengkotak-kotakan mahasiswa yang selanjunya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik dikalangan mahasiswa.

4. Kesalah pengetian menafsirkan Kepmendikbud Nomer 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi sebagai pemberian kebebasan seluas-luanya kepada mahasasiswa tanpa memperhatikan kedudukan, fungsi dan tanggung jawabnya.

Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada program pengembangan penalaran dan kelimuan; bakat, minat, dan kemampuan; kesejahteraan; kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang. Keadaan ini antaralain dilatarbelakangi oleh tingginya biaya perkuliahan yang mengakibatkan mereka ingin cepat selesai dan segera mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. Oleh karena itu untuk dapat lebih banyak lagi mahasiswa, maka kegiatan kemahasiswaan selain ditujukan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa, sebaiknya juga ditujukan untuk mengemangkan keahlian atau keterampilan yang


(29)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendukung mereka untuk memudahkan dalam mencari kerja dan menciptakan kerja setelah lulus nanti.

Mahasiswa yang berpartisipasi dalam organisasi mahasisswa (ormawa) intra perguruan tinggi jumlahnya relatif kecil, akan tetapi ketika terjadi peristiwa yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, mahasiswa dengan cepat menunjukan sikapnya melalui protes yang cenderung reaktif dan sporadis. Keterlibatan mahasiswa dalam aktivitas semacam ini, di satu sisi bernilai positif karena mereka menunjukan tingkat kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. Tetapi disisi lain bernilai negatif karena dalam mengekspresikan protesnya itu cenderung mengabaikan kaidah-kaidah akademik yang dijunjung tinggi oleh perguruan tinggi.

Keterlibatan organisasi eksta perguruan tinggi terutama parpol secara langsung didalam kampus akan dapat berdampak pada pengkotakan mahasiswa yang selanjunya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik dikalangan mahasiswa. Keterlibata semacam itu jelas bertentangan dengan Kepmendikbud Nomor 155/U/1998, tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi dan Keputusan Dirjen Dikti Nomor 26/Dikti/kep/2002, tentang Pelarangan Organisasi Ekstra Kampus atau Partai Politik dalam kehidupan kampus.

Mahasiswa cenderung menafsirkan Kepmendikbud Nomer 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi sebagai pemberian kebebasan seluas-luanya kepada mahasasiswa tanpa memperhatikan kedudukan, fungsi dan tanggung jawabnya. Kesalah pengetian ini terjadi karena adanya aturan Kepmendikbud pasal 2, bahwa “organisasi kemahasiswaan diperguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh, dan untuk mahasisswa dengan memberikan peranan dan kekeluasaan yang lebih besar kepada mahasiswa”. Padahal Kepmendikbud pada pasal 6 tersebut diatur bahwa “derajat kebebasan mahasiswa intra perguruan tinggi terhadap perguruan tinggi ditetapkan melalui kesepakatan antara mahasiswa dengan pimpinan perguruan tinggi dengan tetap berpedoman bahwa pimpinan perguruan tinggi merupakan penanggung jawab segala kegiatan diperguruan tinggi dan atau mengatasnamakan


(30)

15

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perguruan tinggi”. Kesalahpengertian ini berdampak pada sikap mahasiswa yang

merasa berhak untuk mengabaikan wewenang pimpinan perguruan tinggi untuk mengatur ormawa di kampus. Kesalahpahaman ini harus segera diatasi melalui proses audiensi dan berbagai kegiatan yang difasilitasi oleh perguruan tinggi.

Dewasa ini peran pemuda atau mahasiswa terlihat sangat kurang berperan aktif dalam organisasi kemahasiswaan serta rendahnya partisipasi politik sebagai wujud dari kurangnya kesadaran demokrasi dan semangat kepeloporan yang dimiliki. Hal tersebut disebabkan oleh banyak aspek yang mempungaruhi terjadinya penurunan kesadaran pemuda atau mahasiswa akan peran sentral pemuda yang seharusnya memiliki kapasitas sebagai agen perubahan sekaligus monitoring terhadap isu atau fenomena yang sedang berkembang.

Permasalahan nyata terjadi dikalangan mahasiswa ialah sikap apatis terhadap kepemimpinan mahasiswa dalam sebuah organisasi kampus. Fenomena ini berujung pada rendahnya tingkat jumlah mahasiswa yang mengikuti pemilihan ketua himpunan mahasiswa, rapat kepengurusan himpunan, sikap apatis ini juga berdampak pada rendah pertisipasi mahasiswa dalam organisasi. Fenomena lain juga terlihat pada rendahnya kepercayaan mahasiswa terhadap himpunan dalam upaya penyelesaian masalah kemahasiswaan. Mahasiswa lebih menganggap bahwa orasi dilapangan merupakan sebuah cara yang paling efisien menyelesaikan masalah diabandingkan dengan melakukan sebuah upaya diplomasi terhadap organisasi mahasiswa dan bahkan terhadap kampus. Walaupun pada dasarnya fenomena demonstrasi adalah hal yang lumrah dalam demokrasi, tapi demonstrasi merupakan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah itu yang dianggap keliru dalam proses demokrasi.

Fenomena yang terjadi tersebut mencederai citra organisasi mahasiswa sebagai organisasi pelopor kepemudaan dan pemuda yang mengedepan diplomatis. Sehingga keberadaan organisasi mahasiswa dipandang sebelah mata oleh perguruan tinggi karena keberadaanya yang dirasakan membuat sebuah gerakan yang tidak mendukung kebijakan kampus. Padahal keberadaan sangat memiliki peran yang sangat strategis dalam kepeloporan pemuda dan idealisme pemuda serta pemikiran demokrasi.


(31)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Organisasi kemahasiswaan mempunyai peran yang sangat urgen dalam kehidupan negara kita ini. Salah satu peran yang urgennya adalah berupaya untuk membangun demokrasi yang sehat dan bersih dan dapat menunjukan aspek akademis dilandasi oleh nilai-nilai pancasila dan undang-undang. Organisasi kemahasiswaan yang ada saat ini tidak hanya ada dalam lingkup intern kampus tetapi dalam lingkup ektern kampus. Dalam UUNRI Nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi (pasal 4) mengemukakan bahwa organisasi mahasiswa terdapat dalam lingkup intern pendidikan tinggi, dan juga terdapat di lingkungan ekstra perdidikan tinggi.

Dalam konteks organisasi yang kampus, organisasi mahasiswa pastinya berupaya untuk mengembangkan dan membangun nilai-nilai demokrasi yang baik dan cerdas, berupaya untuk merubah pola fikir mahasiswa tentang pemahaman demokrasi. Organisasi kampus mengimplementasikan kesadaran demokrasi melalui kegiatan-kegiatan pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dengan tidak melakukan aksi yang radikal dan sporadis dan mengedepankan sisi akademis dan kompromi.

Berdasarkan keterangan dari beberapa mahasiswa mengatakan bahwa himpunan mahasiswa secara umumnya masih belum bisa menaungi dan memecahkan berbagai permasalahan mahasiswa dan masih kurang optimalnya peran ormawa sebagai mediator yang baik antara mahasiswa dan kampus. Pandangan ini yang bapat berujung pada sikap apatis terhadap organisasi mahasiswa sebagai wadah aspirasi mahasiswa.

Menurut peneliti masalah pembinaan organisasi mahasiswa merupakan bagian dari pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan kualitas warganegara muda yang cerdas, demokratis, krits dan aspiratif. Pemuda bertanggungjawab terhadap negara dan pelaksanaan proses demokrasi di Indonesia dengan membangkitkan semangat kepedulian terhadap masalah sosial yang merupakan salah satu tugas PKn, khususnya PKn sebagai domain sosialkultural atau Pendidikan Kewarganegaraan di masyarakat (community

civics). Atas pemikiran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


(32)

17

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Studi Kasus Pendidikan Kewarganegaraan di Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (IKIP PGRI) Pontianak).”

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Ada beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada program pengembangan penalaran dan kelimuan, bakat, minat, dan kemampuan, kesejahteraan, kepedulian sosial dan kegiatan penunjang.

2. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam organisasi mahasisswa (ormawa) intra perguruan tinggi jumlahnya relatif kecil, akan tetapi ketika terjadi peristiwa yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, mahasiswa dengan cepat menunjukan sikapnya melalui protes yang cenderung reaktif dan sporadis. 3. Keterlibatan organisasi eksta perguruan tinggi secara langsung didalam

kampus akan dapat berdampak pada pengkotak-kotakan mahasiswa yang selanjunya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik dikalangan mahasiswa.

4. Mahasiswa cenderung menafsirkan Kepmendikbud Nomer 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi sebagai pemberian kebebasan seluas-luanya kepada mahasasiswa tanpa memperhatikan kedudukan, fungsi dan tanggung jawabnya. Kesalah pengetian ini terjadi karena adanya aturan Kepmendikbud pasal 2, bahwa “ organisasi kemahasiswaan diperguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan kekeluasaan yang lebih besar kepada mahasiswa.

5. Kesadaran berdemokrasi perlu dibangun bagi setiap warganegara, yang salah satunya kesadaran berdemokrasi bagi mahasiswa baik dalam internkampus maupun eksternkampus. Dalam intern kampus sudah menjadi tugas dan tanggungjawab kampus dan organisasi kemahasiswaan. Sedangkan dalam eksteren kampus, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dan masyarakat untuk melakukan pembinaan organisasi.


(33)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Peran organisasi kemahasiswaan sangat urgen dalam membina, mengembangkan dan membangun kesadaran demokrasi bagi mahasiswa sehingga membentuk mereka menjadi mahasiswa yang kritis dan cerdas dalam menghadapi berbagai permasalahan bangsa dan negara.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka fokus masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana Pengembangan Kesadaran Demokrasi dalam Organisasi Mahasiswa (Studi Kasus Pendidikan Kewarganegaraan di Badan Eksekutif Mahasiswa institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (IKIP PGRI) Pontianak).”. Agar lebih terarah, maka fokus masalah di atas dirinci dalam beberapa submasalah yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak?

2. Bagaiamana proses pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak?

3. Kendala apasaja yang dihadapi dalam pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak ?

4. Upaya apasaja yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang Pengembangan Kesadaran Demokrasi di Organisasi Badan Eksekurif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan, meliputi:

1. Untuk mengetahui kondisi kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

2. Untuk mengetahui proses pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.


(34)

19

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat baik secara kelimuan maupun secara empirik. Secara teoritik penelitian ini akan mengkaji Pengembangan Kesadaran Demokrasi di Organisasi Badan Eksekurif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak. Dari temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

1. Diketahuinya kondisi kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

2. Diketahuinya proses pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

3. Diketahuinya kendala yang dihadapi dalam pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisasi Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

4. Diketahuinya upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengembangan kesadaran demokrasi dalam Organisas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Pontianak.

E. Struktur Organisasi Penulisan

Tesis yang ditulis terdiri dari 5 bab, yakni: bab I tentang pendahuluan, bab II tentang tinjauan pustaka, bab III tentang metode penelitian, bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan dan bab V tentang simpulan dan saran. Untuk lebih jelasnya, pembahasan dari kelima bab ini secara singkat dijelaskan dibawah ini.

Bab I tentang pendahuluan. Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis.


(35)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab II tentang tinjauan pustaka. Pada bab ini terbagi dalam beberapa sub bab yaitu: (1) Pengembangan kesadaran demokrasi, (2) Organisasi mahasiswa, (3) Pendidikan Kewarganegaraan, (4) Hasil penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun sub bab yang dibahas dalam bab ini mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, penjelasan istilah, teknik pengumpulan data, teknik analsis data dan jadwal penelitian.

Bab IV membahas tentang hasil dan pembahasan. Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V berisi tentang simpulan dan saran. Pada bab ini dibagi menjadi dua sub bab yaitu:(1) Simpulan dan (2) Saran.


(36)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

86

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tepat penelitian yang akan dikumpulkan mengenai suatu peristiwa dan berbagai informasiterkait dengan tempat, pelaku dan kegiatan. Menurut Nasution, S. (2003:43), lokasi penelitian adalah lokasi situasi yang mengandung tiga unsur, yakni: tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat adalah tiap lokasi manusia melakukan sesuatu peristiwa, pelaku adalah semua orang yang terdapat di lokasi tersebut dan kegiatan adalah yang dilakukan orang dalam situasi sosial tersebut. Sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, maka lokasi penelitian yang dimaksudkan adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Karena pada dasarnya BEM IKIP PGRI Pontianak, merupakan oraganisasi mahasiswa intra kampus yang didalamnya terjadi suatu peristiwa dan kegiatan organisasi.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, teknik penentuan subjek penelitian dimaksudkan agar peneliti dapat sebanyak mungkin memperoleh informasi dengan segala kompleksitas yang berkaitan dengan organisasi kemahasiswaan sebagai wahana pendidikan kewarganegaraan menuju warganegara yang memiliki kesadaran demokrasi. Dalam kaitannya penetapan subjek penelitian Miles dan Huberman (2007:57) mengemukakan beberapa kriteria yang digunakan yaitu latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa-peristiwa (events), dan proses (process)

Kriteria pertama : adalah latar, yang dimaksud adalah situasi dan tempat berlangsungnya proses pengumpulan data, yakni BEM IKIP PGRI Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Kriteria kedua: pelaku yang dimaksud adalah jajaran kepengurusan BEM IKIP PGRI Pontianak dan pembina kemahsiswaan IKIP PGRI


(37)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pontianak. Kriteria ketiga: adalah peristiwa yang dimaksud hal-hal yang berkaitan dengan proses pembinaan organisasi kemahasiswaan yang tertuang dalam bentuk kegiatan organisasi. Keempat: adalah proses, yang dimaksud wawancara peneliti dengan subjek penelitian berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap fokus masalah dalam penelitian.

Berdasarkan hakikat dalam penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitian ini ditentukan secara snow ball sampling, artinya subjek penelitian relatif sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian, namun subjek penelitian dapat terus bertambah sesuai keperluannya. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bogdan & Biklen (1982), Nasution (1992) dalam Miles & Huberman (2007:18). Teknik-teknik penentuan jumlah subjek penelitian seperti ini di kenal dengan snowball sampling. Penelitian ini, teknik snow ball sampling dilakukan apabila dalam pengumpulan datanya tidak cukup hanya dari satu sumber, maka dikumpulkan juga data dari sumber-sumber lain yang berkompeten.

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Subjek Jumlah

1 Ketua dan wakil ketua BEM

IKIP PGRI Pontianak 2 orang

2 Kementrian BEM IKIP PGRI

Pontianak 3 orang

3 Pembina Kemahasiswaaan IKIP

PGRI Pontianak 3 orang

Jumlah 8 orang

Sumber : Diolah peneliti 2014

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sesuai dengan pendapat Strauss dan Corbin (2009:4) dalam Rohani (2013:79) pendekatan kualitatif yaitu suatu pendekatan yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik


(38)

88

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau bentuk hitungan lainnya, melainkan lebih menekankan kepada kajian interpretatif. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berimplikasi pada penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten, artinya dalam pengolahan data, sejak mereduksi, menyajikan, memferifikasi dan menyimpulkan data tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif. Creswell (1998: 15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Berdasarkan kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif adalah

kepedulian terhadap ”makna”. Dalam hal ini penelitian kualitatif tidak peduli terhadap persamaan dari obyek penelitian melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasari oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang berbeda-beda. Maka tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen. Lincoln dan Guba (1985:199) menyatakan “...the human-as-instrument is inclined toward methods that are extensions of normal human activities: looking, listening, speaing, reading, and the like”. Dari pernyataan ini semakin jelas bahwa keunggulan manusia sebagai instrumen dalam penelitian naturalistik karena alat ini dapat melihat, mendengar, membaca, merasa dan sebagainya yang biasa dilakukan manusia umumnya. Sesuai


(39)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan fokus masalah yang hendak diteliti, maka pendekatan kualitatif menjadi pilihan peneliti untuk dijadikan sebagai alat istrumen dalam penelitian nantinya. 2. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case

study) yang merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Creswell (2010:20)

mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif juga meliputi sejumlah metode penelitian, antara lain penelitian etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi dan naratif.

Adapun menurut Stake (1995) dalam Creswell, (2010:20), menyatakan bahwa:

Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan infromasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkanwaktu yang telahditentukan. Melalui penelitian studi kasus diharapkan peneliti dapat menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas proses dan kelompok individu berdasarkan prosedur pengumpulan data yang telah ditentukan mengenai pengembangan kesadaran demokrasi di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI Pontinaak.

Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincon dan Guba (1985) dalam Mulyana, D. (2002:201) mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut :

1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan informan.

4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness)


(40)

90

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

transferabilitas.

6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Uraian di atas menyatakan bahwa metode studi kasus lebih menitik beratkan pada suatu kasus, adapun kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana menyiapkan warga negara yang memilki kemampuan menjadi warganegara yang demokratis malaui BEM IKIP PGRI Pontianak.

Penggunaan pendekatan penetian kualitatif dengan studi kasus dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi yang obyektif dan mendalam tentang fokus penelitian. Pendekatan studi kasus dipilih karena permasalahan yang dijadikan fokus penelitian ini hanya terjadi ditempat tertentu yaitu BEM IKIP PGRI Pontianak. Dalam pelaksanaannya, peneliti menggunakan pendekatan antarpersonal di lingkungan fokus penelitian.

C. Penjelasan Istilah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan, dan untuk itu agar menghindari terjadinya salah tafsir, maka perlu diberikan penjelasan istilah sebagai berikut.

1. Kesadaran Demokrasi

kesadaran demokrasi merupakan sesuatu kesiapan diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, menganggapi hal tertentu dengan didasari dengan pengertian, pemahaman, penghayatan dan pertimbangan nalar dan moral dengan disertai nilai-nilai demokrasi, sehingga dapat mempertangung jawabkannya secara sadar melaui pemilihan yang bebas, adil dan bekesinambungan dengan tetep diberikan kebebasan untuk menyalurkan aspirasi dan berasosiasi bagi setiap warganegara yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan konstitusional. 2. Organisasi Mahasiswa

Organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecerdasan serta integrasi


(1)

184

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahasiswa, serta efektifitas kebijakan yang di terapkan oleh kampus dalam pembinaan mahasiswa.

d. Pendekatan penelitian dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif jika subjek penelitian dengan lebih dari satu kampus agar peneliti dapat lebih efektif memanfaatkan waktu.


(2)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

185

DAFTAR PUSTAKA

A. SUMBER BUKU

Affandi, I. (2011), Pendidikan Politik “Mengefektifkan Organisasi Pemuda

Melaksanakan Politik Pancasila dan UUD1945”. Bandung : Mutiara

press

Arief, (2008). Pendidikan kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Armosudiro, P. (2006). Konsep Organisasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Muhamad A. (2005). Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara

Asshidiqie J. (2005). Hukum Tata Negara Dan Pilar-Pilar Demokrasi Serpihan

Pemikiran Hukum Media dan HAM. Jakarta: Kementrian Press

Branson, (1999). (Terjemahan Syarifudin dkk). Belajar “ Civic Education dari

Amerika”. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS)

Budiardjo, M. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Budimansyah, D. (2012). Perencanaan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung : Widya Aksara pers

Cogan (1999). Developing the Civic Society: The Role of Civic Education. Bandung: CICED.

Creswell, J. W., (1998). Research Design: Qualitative & Quantitative

Approaches, Landon:Sage Publications.

..., (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djahiri, AK. (2006). “Esensi Pendidikan Nilai-Moral dan PKn di Era

Globalisasi” dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

FPIPS UPI.

Fachrudin, (2006). Agama dan Pendidikan Demokrasi : Pengalaman

Muhammadiyah dan NU. Jakarta: PT Alfabeta

Gandal, M., Finn, Jr, C.E. (1992). Freedom Paper : Teaching Democracy. USA : United States of Information Agency

James L. Gibson. (1996). Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Kalidjernih, F. (2009). Puspa Ragam Konsep Isu Kewarganegaraan. Bandung: Widya Aksara pers

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publications


(3)

186

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manan B. (2003). DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 FH. Yogyakarta: UII Press,

Miles, M.B. & Huberman, A. M. (2007). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi dan judul Qualitative Data Anlysis. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Muchtar, S. (2006). Pendidikan Nilai Moral Dalam Demensi Pendidikan

Kewaganegaraan: Multikulturalisme, Konstitusionalisme Dan

Pendidikan KonstitusiMenyambut 70 Tahun Prof. Drs. H.A. Kosasih

Djahiri. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS UPI.

Mulyana, Dedi. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyasa, (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kompetensi Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Nurgiyantoro, B. (2008), Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah,

Sebuah Pengantar teoretis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE

Nasution, S. (1996). Metode Riset, Bandung: Jermmous.

Nurmalina K. dkk, (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: Labolatorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia

Poerwadarminta. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai Pustaka Rifai, V. (2003). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Rudy, M.T. (2007). Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: Rafika Sapriya, dkk. (2010), Materi dan Pembelajarn PKn SD, Jakarta, UT

Sailah, I. (2008) Pengembangan Soft Skills Di Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Sugiyono. (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alphabeta. Gregorius Chandra.

Sukanto Dkk. (2000). Organisasi Perusahaan: Teori, Struktur Dan Perilaku. Yogyakarta: BPFE

Sumantri, M.N. (2002). Masalah Hak dan Kewajiban Warganegara dalam Kapita

Selekta Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa Bagian I, Jakarta :

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Sutarto, (1992). Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta : Gajahmada University

Press

Syafrizal, M. (2006 ) Pedoman Praktis Manajemen Organisasi Kemahasiswaan


(4)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Taniredja, dkk. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Muhammadiyah. Bandung : Alfabeta

Tilaar. (2011). Pengembangan Kreativitas dan Intrepeneurship Dalam

Pendidikan Nasional. Jakarta: Kompas Media Nusantara

Wahab, A & Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta

Widjaja, (2006). Pengantar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Winataputra, U.S. (1999). Strategy Pembelajaran Ppkn Pada Era Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

..., (2001). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

..., (2002). Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi, , Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

..., (2011). Pembelajaran PKN di SD Edisi 1. Tangerang Selatan: Uneversitas Terbuka

Winataputra U.S dkk. (2007). Civic Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar,

dan Kultur Kelas, Bandung: UPI Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan

B. SUMBER PENELITIAN DAN JURNAL

Anggraeni, L. (2009). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis

Multikultural Dalam Memupuk Nasionalisme Siswa/mahasiswa (Studi

Kasus di SMA Santo Aloysius Bandung. Tesis S-2 PKn–SPs UPI

Bandung : tidak diterbitkan

Candra C , (2012), Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan

Multikultural Dalam Membangun Kesadaran Demokrasi Warga Negara,

Tesis S-2 PKn–SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan

Darmawan, Dkk. (2010). An Analysis of the development model of students soft

skills in indonesia universty of education. International centific jurnal of

social science and humaniora, alumni, from alumni, by alumni, for alumni. Vol. 2. No.2. Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia

Joga, J. (2013). Model Pengembangan Soft Skills Terintegrasi pada Kurikulum

Berbasis Kompetensi bagi Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang. Ragam

Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 13 No. 2, Semarang: Politeknik Negeri Semarang

http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/jurnalragam/ppr6_agt13.pdf (15 juli 2015 pukul 04:11)

Novianty, N. (2013) Peran Organisasi Mahasiswa dalam Membina Kerukunan


(5)

188

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya,

Kalimantan Barat) Tesis S-2 PKn–SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan

Octavia, E. (2013) Peran Organisasi PMKB dan FPD dalam Membina Nilai-Nilai

Kewarganegaraan untuk Mengatasi Konflik Pemuda (Studi Deskriptif Pada

Organisasi PMKB dan FPD Di Kalimantan Barat) Tesis S-2 PKn–SPs

UPI Bandung : tidak diterbitkan

Rohani. (2012), Pembinaan Tanggung Jawab Warga Negara Dalam Memecahkan

Masalah-masalah Sosial Melalui Pendidikan Kewarganegaraan

Kemasyarakatan (Community Civics), Tesis S-2 PKn–SPs UPI Bandung :

tidak diterbitkan

Saepudin, E. (2011) Model Pembelajaran Demokrasi Melalui Pengembangan

Organisasi Kemahasiswaan. Skripsi S-1 PKn UPI Bandung : tidak

diterbitkan

Sugiartini (2006). Efektifitas Pembelajaran PKN Berbasis Fotopolio dalam

Menumbuhkan Sikap Demokratis dan Kesadaran Hukum Siswa. Tesis S-2

FIPS UPI Bandung ; tidak diterbitkan

Wantoro T. (2008). Profil pengembangan PKN Sebagai Pendidikan Demokrasi, Acta Civicus Jurnal Pendidikan kewarganegaraan, Inovasi pendidikan kewarganegaraan dan masyarakat multikultural demokratis, Volume 1, nomor 2, Bandung Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Winataputra, U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai

Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi: Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan

C. SUMBER PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Negara Republik Indoensia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Undang-Undang Negara Republik Indoensia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri

Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0059 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Kepemimpinan Pemuda

Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi

Keputusan Dirjen Dikti Nomor 26/Dikti/kep/2002, tentang pelarangan Organisasi Ekstra Kampus atau Partai Politik dalam Kehidupan Kampus

D. SUMBER-SUMBER LAIN

Pola Pengebangan Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) tahun 2003


(6)

Moad, 2014

Pengembangan Kesadaran Demokrasi Dalam Organisasi Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Organisasi Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2010 Pedoman Kemahasiswaan Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2013.

Laporan pertangung jawaban kegaiatan pengenalan etika kampus (Petik) BEM IKIP PGRI Pontianak tahun 2013

Laporan pertangung jawaban kegaiatan pekan raya organisasi, olahraga dan pendidikan (Peksiorkan) BEM IKIP PGRI Pontianak tahun 2014

Laporan pertangung jawaban kegaiatan pelatihan kepemimipinan dan organisasi BEM IKIP PGRI Pontianak tahun 2014

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. 1989. Balai Pustaka. Jakarta

Mursitama,N.T, (2011). Pengkajian Hukum Tentang Peran Dan Tanggungjawab

Organisasi Kemasyarakatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Pusat

Penelitian Dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI