PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA.

(1)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata

Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Disusun oleh :

KHALID SAIFULLAH FIL AQSHA

NIM : 0901436

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

No. Daftar FPIPS: 1626 / UN.40.2.5.1/PL/2013

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

Perencanaan Wisata Budaya

Berbasis Kearifan Lokal Di Kampung

Naga Kabupaten Tasikmalaya

Oleh

Khalid Saifullah Fil Aqsha

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Khalid Saifullah Fil Aqsha 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul "PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA“ ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menganggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 28 oktober 2013

Yang membuat pernyataan,

Khalid Saifullah Fil Aqsha


(4)

No. Daftar FPIPS: 1626 / UN.40.2.5.1/PL/2013

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

KHALID SAIFULLAH FIL AQSHA 0901436

PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Fitri Rahmafitria, S.P, M.Si., 19741018 200812 2 005

Pembimbing II,

Drs. H. Pramaputra, MM.

DiketahuiOleh,

Ketua Jurusan Manajemen Resort & Leisure

Fitri Rahmafitria, S.P, M.Si., 19741018 200812 2 005


(5)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

ABSTRAK Oleh:

Khalid Saifullah Fil Aqsha 0901436

Kearifan lokal merupakan warisan nilai yang diturunkan secara turun-temurun oleh pendahulu suatu komunitas masyarakat. Kearifan lokal juga lah yang menjadi identitas dari komunitas masyarakat itu sendiri. Sehingga sangat disayangkan apabila tekanan budaya baru yang datangnya dari luar masyarakat lokal – seperti moderenisasi – akan menggeser bahkan menghilangkan kearifan lokal yang sudah ada dari sejak dulu. Seperti yang terjadi pada Kampung Naga, telah terjadi beberapa benturan budaya dan ada hal yang sudah mulai ditolerir masyarakat padahal hal-hal tersebut tidaklah umum dalam Kampung Naga. Sehingga dibutuhkan perencanaan dan solusi yang pas untuk menjaga kearifan lokal tersebut bisa terus bertahan ditengah-tengah moderenisasi.

Metodologi yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan mengikuti alur perencanaan dan perancangan wisata. Dengan mengikuti alur perencanaan tersebut maka akan didapatkan model dan konsep wisata budaya dengan fungsi konservasi sehingga kearifan lokal Kampung Naga dapat terjaga dari pengaruh luar tapi juga dapat berfungsi sebagai daya tarik wisata yang mempunyai nilai jual. Untuk itu diperlukan penilaian dari ahli kemasyarakatan dan budaya yang pernah meneliti Kampung Naga untuk memberikan penilaian terhadap kearifan lokal Kampung Naga.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa kearifan lokal yang memiliki daya tarik yang tinggi dan juga yang biasa saja setelah dilakukan penilaian dari ahli. Sehingga setelah melakukan penilaian dapat merumuskan perencanaan yang baik untuk wisata budaya di Kampung Naga.

Kata kunci : Kearifan lokal, Kampung Naga, daya tarik wisata, wisata budaya, Perencanaan.


(6)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

CULTURAL TOURISM PLANNING BASED ON INDIGENOUS KNOWLEDGE AT KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA REGENCY

ABSTRACT By :

Khalid Saifullah Fil Aqsha 0901436

Local wisdom is a legacy of value derived from generation to generation by the predecessor of a community. Local wisdom also must have been the identity of the community itself. So it is very unfortunate if the pressures of a new culture, that come from outside of the local community - such as modernization - will shift even eliminate local wisdom that have existed from long time ago. As happened in Kampung Naga, there has been a clash of cultures and there are some things that people have started to tolerate when in fact such things are not common in Kampung Naga. So it takes planning and fitting solution for keeping such wisdom in order to continue to survive in the midst of modernization.

The methodology used is descriptive qualitative which follow planning and designing tourism workflow. By following the planning workflow, we couldobtaina model and a concept of cultural tourism with conservation functions so not only local wisdom ofKampung Naga can be protected from outside influences but also it can be serve as a tourist attraction which has commercial value. For that it required the assessment of social and cultural experts who have studied Kampung Naga to give an assessment of the local wisdom of Kampung Naga.

The results after the assessment of the experts showed that there were some local wisdom that has high appeal and also the mediocre. So after the assessment that we can formulate a good plan for cultural tourism in Kampung Naga.

Keywords: Local Wisdom, Kampung Naga, tourist attraction, cultural tourism, Planning.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Tujuan penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Wisata dan Pariwisata ... 7

2. Wisata Budaya ... 7

3. Lingkungan dan Kearifan Lokal ... 8

4. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ... 11

B. Kerangka Pemikiran ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 13

A. Lokasi Penelitian ... 13

B. Metodologi ... 14


(8)

vii

D. Sampel ... 16

E. Definisi Operasional ... 16

F. Instrumen Penelitian ... 17

G. Teknik Pengumpulan Data ... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A. Gambaran Umum... 20

1. Lokasi Penelitian ... 20

2. Aksesibilitas ... 21

3. Batas Wilayah ... 23

4. Sejarah Lokasi Penelitian ... 23

B. Kondisi Fisik ... 25

1. Iklim dan Cuaca ... 25

2. Topografi Kampung Naga ... 26

3. Struktur Organisasi Kampung Naga ... 27

C. Kebudayaan dan Kearifan Lokal Di Kampung Naga ... 30

1. Ide ... 30

2. Aktivitas ... 36

3. Artefak ... 52

D. Analisis dan Konsep ... 62

1. Analisis Daya Tarik Wisata Budaya Di Kampung Naga... 62

2. Konsep Wisata Budaya Berbasis Kearifan Lokal Di Kampung Naga... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Kampung Naga………... 3 4.1 Kearifan Lokal Di Kampung Naga dan Klasifikasinya

berdasarkan Cipata, Rasa, Karsa ... 61 4.2 Nama Para Ahli Yang Memberikan Penilaian Daya Tarik

Wisata Berbasis Kearifan Lokal Di Kampung Naga ... 63 4.3 Total Penilaian Kearifan Lokal Sebagai Daya Tarik Wisata


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Kerangkan Pemikiran ... 13

3.1 Foto Lokasi Perkampungan Kampung Naga………... 14

4.1 Peta Lokasi Penelitian Kampung Naga ... 21

4.2 Tugu Kujang Pusaka ... 22

4.3 Peta Curah Hujan ... 25

4.4 Struktur Organisasi Di Kampung Naga ... 30

4.5 Garis Kontinum ... 65

4.6 Kearifan Lokal Dengan Nilai Cukup ... 69

4.7 Kearifan Lokal Dengan Nilai Tinggi ... 73

4.8 Existing Kearifan Lokal Di Kampung Naga ... 73

4.9 Konsep Perencanaan Wisata Budaya Berbasis Kearifan Lokal Di Kampung Naga... 75

4.10 Kalender Acara ... 82


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Trend dunia pariwisata selalu berubah – ubah. Ini dikarenakan pariwisata itu memiliki sifat yang dinamis. Karena dinamis, maka para planer, konseptor, dan juga investor harus jeli melihat kemana arah pariwisata dunia saat ini sedang berkembang, dan bisa mengambil manfaat dari membaca pergerakan trend pariwisata dunia dengan mengadakan, atau berinovasi terhadap lokasi / kawasan wisata, agar wisatawan baik itu lokal maupun mancanegara akan tertarik untuk berkunjung dan menghabiskan waktunya di tempat tersebut.

Wisata budaya merupakan pilihan yang menarik yang bisa ditawarkan kepada wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata, karena wisata budaya menawarkan suatu keasrian dan keunikan dari kehidupan suatu komunitas atau masyarakat lokal dimana saat ini banyak dirindukan oleh orang-orang yang tinggal di perkotaan. Kerinduan tutur kata yang halus dan lemah lembut, kebersamaan masyarakat lokal, harmonisasi hidup dengan alam, dan semua kearifan lokal dari suatu desa yang tidak ada lagi di perkotaan.

Ada tiga hal penting yang menjadi landasan diadakannya penelitian kali ini. Pertama adalah analisis daya tarik wisata yang dibuat untuk memfasilitasi suatu masyarakat adat di desa agar tetap memegang apa yang mereka percayainya tapi dapat merekomendasikan dirinya bahwa mereka juga bagian dari destinasi yang layak dikunjungi dan mempunyai sesuatu yang unik untuk diperkenalkan dan dinikmati oleh calon wisatawan yang akan datang. Kedua adalah kearifan lokal yang merupakan nilai ajaran dari nenek moyang yang menjadi pegangan dan acuan dalam hidup bermasyarakat. Tetapi saat ini hilangnya ajaran-ajaran luhur dikehidupan masyarakat saat ini, pola hidup yang diajarkan para orang tua terdahulu sudah mulai terlupakan. Sangat disayangkan apabila ajaran atau kearifan lokal yang sudah menjadi warisan turun-temurun termakan oleh


(12)

2

perkembangan zaman, seperti yang diungkapkan oleh Jajang H Hendrawan (dalam prosiding peranan ilmu-ilmu social dalam pendidikan IPS untuk membangun karakter bangsa, 2011) :

Dalam proses perubahan sosial modifikasi yang terjadi seringkali tidak teratur dan tidak menyeluruh, meskipun sendi-sendi yang berubah itu saling berkaitan secara erat, sehingga melahirkan ketimpangan kebudayaan. Cepatnya perubahan teknologi jelas akan membawa dampak luas ke seluruh institusi-institusi masyarakat sehingga munculnya korupsi, kemiskinan, kejahatan, kriminalitas dan sebagainya merupakan dampak negative yang tidak bisa dicegah. Untuk itulah pendidikan harus mampu melakukan analisis kebutuhan nilai, pengetahuan, teknologi yang paling mendesak dapat mengantisipasi keseapan masyarakat dalam menghadapi perubahan.

Ketiga adalah wisata budaya yang merupakan aktivitas wisata berdasarkan kebudayaan suatu tempat, atau komunitas masyarakat. Wisata budaya ditujukan untuk mengangkat dan mengenalkan kembali nilai-nilai yang mulai dilupakan dan ditinggalkan oleh orang dan masyarakat sehingga dapat mengenal dan mengetahui bahwa dulu ada ajaran-ajaran baik yang berasal dari leluhur . Wisata budaya akan mengenalkan kita pada sesuatu yang berbeda dari pada yang biasanya dapat ditemukan dikawasan modern. Wisata budaya akan mengenalkan kepada wisatawan bentuk / wujud dari nilai kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur dan orang terdahulu yang merupakan nenek moyang kita. Karena untuk mengenal nilai kearifan lokal yang ada, wisatawan haruslah mengenal terlebih dahulu wujud dari kearifan lokal itu sendiri.

Kampung Naga merupakan masyarakat lokal dan masyarakat adat yang masih memegang ajaran-ajaran lokal dan juga nilai yang diturunkan dari leluhurnya. Kampung Naga merupakan objek yang cocok untuk diteliti dan memiliki urgensitas yang tinggi karena dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa nilai yang mulai bergeser bahkan hilang. Nilai baru ini datangnya bukanlah dari dalam masyarakat Naga, tapi dari luar. Masuknya televisi dan juga telefon seluler kedalam Kampung Naga dan masyarakatnya adalah salah satu contoh dari masuknya budaya luar. Padahal dulu Masyarakat menghindari dari yang namanya bermewah-mewahan. Hal ini jika dibiarkan berlanjut


(13)

dikhawatirkan akan menghilangkan kearifan lokal asli Kampung Naga dan tergantikan oleh nilai ajaran baru yang datangnya dari luar.

Tabel 1.1

Data Kunjungan Wisatawan Ke Kampung Naga

Tahun

Wisatawan

Jumlah Pertumbuhan (%) Manca

Negara Nasional

2006 4.140 8.180 12.320 - 2007 4.276 12.770 17.046 38,3 2008 4.086 8.967 13.053 -23,4 2009 2.369 5.980 8.349 -36 2010 6.818 38.555 45.373 443,4 2011 6.950 51.861 58.811 29,6

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012

Dari tabel diatas menunjukan peningkatan jumlah yang sangat tinggi pada tahun 2010 dan tahun 2011. Hal in menunjukan bahwa trend pariwisata saat ini sudah mulai beralih secara perlahan kearah wisata yang memiliki nilai. Peningkatan yang sangat tinggi ini bisa berdampak kepada pergesekan budaya yang efek jangka panjangnya beresiko untuk mempengaruhi budaya asli dari Kampung Naga sendiri seperti yang diungkapkan diparagraf sebelumnya.

Dengan mengangkat wisata budaya berbasis kearifan lokal, maka ini bisa dijadikan juga sebagai langkah konservasi yang juga diharapkan akan memperkenalkan kepada khalayak luas bahwa masih ada nilai-nilai dan ajaran lokal yang mengajarkan kebaikan dan prakteknya ada di Kampung Naga.

Wisata Budaya merupakan pilihan dalam melakukan perjalanan wisata yang akan meningkatkan taraf hidup bagi yang melakukan perjalanan wisata tersebut, karena wisata budaya menyediakan perpaduan dari apa yang disebut dengan hidup menghargai sesama, berinteraksi dengan alam lingkungan, serta kehidupan spiritual yang agung sehingga semua itu membentuk hidup yang harmonis.


(14)

4

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, timbul keinginan untuk mengkaji lebih dalam mengenai kearifan lokal yang ada di Kampung Naga yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata, sehingga skripsi ini diberi judul

PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Wisata budaya yang baik adalah wisata yang menonjolkan kemenarikan mengenai budaya suatu komunitas lokal. Budaya tersebut dapat berupa nilai, perilaku, ajaran, kesenian dan juga produk kesenian dengan tidak merusak dan mengeksploitasi kebudayaan itu sendiri. Pentingnya konsep dan perencanaan yang baik untuk wisata budaya ditujukan untuk melindungi budaya yang menjadi daya tarik dari kerusakan, perubahan budaya lokal dan juga moderenisasi yang akan menghilangkan nilai-nilai budaya lokal itu sendiri. Dengan kata lain, bukan mengutamakan fungsi wisata saja tapi juga mengutamakan fungsi konservasi itu sendiri. Dari uraian tersebut, maka penelitian ini merumuskan masalah yang perlu diteliti sekaligus menjadi batasan masalah dalam penelitian kali ini.

1. Bagaimana kearifan lokal yang dianut masyarakat Kampung Naga? 2. Kearifan lokal apa sajakah yang bisa menjadi daya tarik wisata budaya

di Kampung Naga?

3. Bagaimana konsep wisata yang dapat mensinergikan fungsi wisata dan fungsi pemukiman tradisional di Kampung Naga?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Menginventarisasi kearifan lokal di Kampung Naga yang sampai saat ini masih dianut dan sudah tidak dianut lagi.

2. Menganalisis kearifan lokal yang menjadi daya tarik wisatawan. 3. Mengkonsep wisata budaya yang baik dan cocok untuk Kampung

Naga.


(15)

Penulis berharap bahwa penelitian yang akan dilakukan ketika selesai kelak hasilnya akan membawa manfaat bagi pihak-pihak yang sekiranya berkaitan dengan keberadaan Kampung Naga sebagai desa wisata.

1. Kampung Naga.

Bagi kawasan daya tarik wisata ini diharapkan hasil penelitian dapat memberikan kontribusi dalam pengembangannya dan dapat menemukan hubungkan antara wisatawan dengan kearifan lokal yang ada di Kampung Naga.

2. Peneliti.

Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dan hasil nyata pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan merupakan syarat untuk lulus dari perguruan tinggi.

3. Program Studi

Bagi jurusan/program studi, diharapkan penelitian bermanfaat sebagai bahan refrensi perkuliahan.

4. Pemerintah Setempat

Bagi pemerintah setempat, diharapkan penelitian dapat menjadi refrensi dan masukan dalam menjalankan roda pariwisata dan melihat potensi besar yang sudah ada.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan adalah urutan atau tata cara penulisan dengan tujuan untuk mempermudah proses pembacaan sebuah karya tulis khususnya skripsi. Berikut adalah sistematika penulisan skripsi ini.

BAB I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan penelitian, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.


(16)

6

Bab ini berisikan tentang kajian teori yang berfungsi sebagai landasan teoritis dan juga berisikanhipotesis peneliti dalam pengujian teori BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian,populasi, sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan serta ditemukan oleh peneliti selama melakukak riset di lapangan.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan peneliti serta saran-saran dari peneliti untuk berbagai pihak.


(17)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Penelitian kali ini dilakukan di Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat, 30 km dari kota Tasikmalaya. Dengan ketinggian rata-rata 500 meter diatas permukaan laut. Di sebelah utara Kampung Naga berbatasan dengan Kampung Nangtang, di sebelah selatan berbatasan dengan bukit dan jalan raya yang menghubungkan Tasikmalaya dan Garut, sebelah timurnya dibatasi dengan Bukit Naga yang memiliki fungsi ganda sebagai pemisah antara Kampung Naga dengan Kampung Babakan. Berikut pada gambar 3.1 yang merupakan foto yang diambil dari sisi sebelah barat ketika menuruni tangga menuju Kampung Naga.

Gambar 3.1


(18)

14

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

Dalam gambar tersebut terlihat pemukiman masyarakat Naga beserta lahan yang menjadi tempat tinggal dan beraktivitas mereka sehari-hari.

B. METODOLOGI

Penelitian kali ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan kulitatif menurut Sugiono (2008) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Lebih jauh Sugiono mengatakan bahwa pengambilan sample sumber data kualitatif dilakukan secara purposive dan snowball. Alasan mengapa menggunakan metode ini karena masalah yang diangkat dan dikemukakan kali ini berhubungan dengan masalah sosial dan bersifat dinamis., sehingga metode kualitatif tepat digunakan untuk penelitian kali ini. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan kepada makna, bukan generalisasi.

Metode deskriptif menurut Sugiono (2008) adalah suatu mode dalam penelitaian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada wasa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara akurat mengenai fenomena yang diselidiki. Dengan menggunakan deskriptif masalah yang diangkat bisa dianalisis dengan sangat rinci dan mendalam sehingga dapat memahami gejala sosial yang terjadi didalam lokasi yang diteliti.

Pendekatan kualitatif deskriptif pada penelitian kali ini menggunakan alur perencanaan. Proses perencanaan wisata menurut Gold (1980) terdiri dari 6 tahap, yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Penelitian kali ini hanya sampai pada tahap perencanaan karena untuk menjawab permasalahan penelitian cukup sampai pada tahapan perencanaan.

Untuk mengolah data yang didapat dari lima orang ahli untuk mengelompokan kearifan lokal yang sudah diberikan skor, maka digunakan rumus


(19)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

sebagai berikut untuk mengelompokan kearifan lokal yang ada di Kampung Naga kedalam 3 kelompok (Nilai Rendah, Nilai Sedang, Nilai Tinggi).

n = 1x5x6 = 30 N = 5x5x6 = 150 G = (N – n) : 3 Keterangan: n = nilai terkecil N = nilai tertinggi

G = Rentang nilai garis kontinum

Nilai terkecil didapatkan dengan mengasumsikan kelima ahli memberikan nilai pada setiap indikator, lalu dikalikan dengan jumlah indikator. Sedangkan nilai terbesar didapat dengan mengasumsikan lima orang ahli memberikan nilai 5 pada masing-masing indikator penilaian, lalu dikalikan dengan jumlah indikator.

C. POPULASI

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2008). Populasi penelitian ini adalah expert / ahli mengenai budaya dan pariwisata yang pernah melakukan penelitian di Kampung Naga ataupun mengenai kearifan lokal. Penulis menyebar pertanyaan kepada ahli karena untuk mengetahui daya tarik wisata budaya yang ada di Kampung Naga dan juga untuk menentukan konsep yang paling sesuai berdasarkan karakter budaya dan masyarakat Kampung Naga.


(20)

16

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

D. SAMPEL

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2008). Teknik pengambilan sampelnya merupakan

expert yang dipilih secara snowball yang merupakan teknik memilih sampel secara

acak dan meminta rekomendasi sampel lainnya kepada ahli yang sudah diwawancara. Teknik ini dipakai karena populasi dari ahli kampung naga tidak memiliki angka yang pasti. Tujuan menggunakan expert sebagai sampel penelitian adalah untuk mengukur daya tarik dari masing-masing kearifan lokal. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh 5 orang ahli yang memberikan penilaian dari kearifan lokal yang sudah penulis inventarisasi.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah semacam petunjuk kepada kita tentang bagimana caranya mengukur suatu variable. Variable penelitian kali ini adalah Kampung Naga yang merupakan kampung adat dari sekian kampung-kampung adat yang ada di Jawa Barat yang masih tetap melestarikan kebudayaan dan adat leluhurnya. Terletak di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalayanyang tepatnya berada di antar jalan raya yang menghubungkan antara daerah Garut dengan Tasikmalaya dan berada tepat di sebuah lembah yang subur yang dilalui oleh sebuah sungai bernama Sungai Ciwulan yang bermata air di Gunung Cikuray Garut.

Wisata budaya adalah wisata yang mengandalkan budaya lokal untuk dinikmati oleh wisatawan. Disana terdapat transfer nilai yang terjadi antara seniman yang melakukan praktek seni, atau bangunan yang artistik yang mengandung nilai budaya dengan wisatawan. Berikutnya adalah daya tarik merupakan sesuatu yang menarik dan khas yang dimiliki oleh suatu kawasan/lokasi/tempat wisata untuk dijadikan unggulan yang akan menjadi ciri khas dari kawasan wisata tersebut. Untuk mengukur seberapa tinggi daya tarikwisata budaya yang ada di Kampung Naga, penulis menggunakan 6 indikator penile ian daya tarik wisataAvenzora yaitu: keunikan, kelangkaan, sensionalitas, aksesibilitas, sensitifitas, funsi sosial. Masing-masing dari aspek tersebut memiliki indikator untuk diberi bobot dan nilai.


(21)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

Kearifan lokal adalah nilai-nilai yang dihasilkan oleh kumpulan masyarakat yang diwariskan turun-temurun kepada generasi selanjutnya dan tetap dipegang teguh.

F. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif.

Dengan masing-masing pengertian kata tersebut, maka instrument penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa, menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis.

Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrument penelitian. Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrument yang akan digunakan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan wawancara kepada para ahli sebagai alat penelitian untuk mendapatkan data. Wawancara ini diwujudkan kedalam lembar penilaian yang berisikan kearifan lokal yang terdapat di Kampung Naga dan juga 6 indikator penilaian daya tarik wisata yang diambil dari Avenzora. 6 indikator tersebut (keunikan, kelangkaan, seasonalitas, aksesibilitas, sensitifitas, dan funsi sosial) yang akan menjadi pengukur seberapa tinggi daya tarik dari masing-masing kearifan lokal di Kampung Naga. Skala yang digunakan adalah skala likert dengan nilai terendah adalah 1 dan nilai tertinggi adalah 5 disuaikan dengan masing-masing indikator penilaian. Skala Likert digunakan ketika yang diukur adalah sikap, pendapat, dan persepsi seseorang terhadap fenomena sosial (Sugiono : 2008).


(22)

18

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. adalah suatu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi tempat yang menjadi objek penelitian. Fokus dalam penelitian ini adalah Kampung Naga dan kearifan lokalnya.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada

Kuncen Kampung Naga, ahli yang pernah meneliti Kampung Naga, masyarakat

lokal.

3. Studi Literatur

Studi literatur adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang terdapat kaitannya dengan masalah yang diteliti. Adapun data-data tersebut dapat diperoleh dari media internet, surat kabar, buku-buku literatur yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui studi dokumen merupakan mempelajari catatan peristiwa yang sudah lalu, bisa berupa tulisan, gambar, atau karya lainnya berkaitan dengan apa yang diteliti dan juga mendokumentasikan hasil-hasil temuan pada penelitian kali ini di Kampung Naga.


(23)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

5. Triangulasi

Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.


(24)

83

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ditengah kemajuan zaman dan modernisasi, terdapat komunitas yang masih memegang peraturan dari leluhur, masih mengajarkan kearifan lokal yang telah diturunkan secara turun temurun dari leluhur. Komunitas tersebut adalah masyarakat Kampung Naga yang tinggal di bawah lembah yang luas. Nilai yang sudah dipegang teguh selama beberapa generasi semakain kesini semakin diuji ketahanan dan kualitasnya ditengah perkembangan zaman ini. pada kenyataannya, kearifan lokal Di Kampung Naga perlahan-lahan mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Kearifan lokal yang menjadi warisan dari leluhur Kampung Naga satu persatu mulai jarang ditemui. Ada beberapa bentuk dari kearifan lokal Di Kampung Naga yang mulai susah utuk diakses. Beberapa kearifan lokal yang mulai susah diakses adalah kesenian angklung, beluk. Selain itu nilai ajaran untuk tidak ada kesenjangan sosial juga perlahan mulai terkikis, terlihat dengan adanya beberapa rumah yang mempunyai pesawat televisi dan juga telefon genggam. Kearifan lokal yang lain masih terjaga dengan baik. Akan tetapi tidak lepas kemungkinan dikemudian hari kearifan lokal tersebut akan hilang.

2. Setelah melakukan inventarisasi, penulis melakukan analisis dengan melakukan penilaian oleh beberapa ahli dibidang kebudayaan untuk mengetahui kearifan lokal apa saja yang menjadi daya tarik wisata budaya Di Kampung Naga. Ada empat bentuk kearifan lokal dinilai memiliki daya tarik wisata budaya yang tinggi Di Kampung Naga. Empat bentuk kearifan lokal tersebut adalah upacara adat Hajat Sasih, Upacara Marak, sistem kemasyarakatan, dan sistem bagunan dan tempat tinggal. Selebihnya kearifan lokal yang lain dinilai memiliki daya tarik wisata budaya dikelas menengah atau cukup. Kearifan lokal ini memiliki fungsi sebagai penyangga kearifan lokal yang memiliki nilai tinggi.

3. Konsep perencanaan wisata budaya berbasis kearifan lokal Di Kampung Naga mengacu pada nilai konservasi dan juga nilai wisata yang didalamnya ada atraksi dan aktivitas wisata. Nilai konservasi kearifan lokal sesungguhnya sudah dimiliki oleh masyarakat Kampung Naga,


(25)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

tinggal masyarakatnya sendiri yang harus memegang teguh fungsi tersebut agar kearifan lokal yang mereka miliki tidak hilang terkikis oleh perkembangan zaman. Karena kearifan lokal adalah nilai yang harus diturnkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Fungsi wisata disini sebagai penguat fungsi konservasi kearifan lokal agar kearifan lokal tersebut dapat terus eksis / ada dan juga dikenal oleh banyak orang sehingga nilai yang ada Di Kampung Naga dapat tersampaikan dan dipelajari oleh orang lain selain masyarakat lokal. Perencanaan atraksi dan aktivitas wisata menggunakan konsep cognitive recreation yang merupakan wisata yang mengutamakan pengalaman wisatawan yang dapat dibawa pulang ketika selesai berkunjung Ke Kampung Naga. pengalaman tersebut adalah pengalaman edukasi dan juga kraativitas yang membaur dengan masyarakat lokal.


(26)

85

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

B. Saran

Hasil penelitian membuahkan hasil berupa saran kepada masyarakat Kampung Naga yang berupa konsep wisata budaya berbasis kearifan lokal yang menekankan aktivitas wisata yang bersifat pembauran wisatawan dengan kehidupan masyarakat lokal Kampung Naga yang mengacu pada kalender acara / calendar of event yang merupakan rangkuman acara dan kegiatan yang kira-kira akan diadakan selama setahun sehingga wisatawan bisa mudah mengakses dan mendapatkan info mengenai Kampung Naga.

Saran dari penulis dapat dibagi untuk beberapa pihak yang berkaitan dengan wisata budaya Di Kampung Naga.

1. Pemerintah

Untuk pemerintah, penulis memberikan saran agar tetap menjaga orisinalitas dari Kampung Naga. Karena tujuan berwisata budaya adalah mencari pengalaman yang berbeda dari kehidupan wisatawan. Apa bila ada campur tangan dari pihak selain masyarakat lokal Kampung Naga, maka keaslian dari Kampung Naga akan hilang. Biarkan segala sesuatunya datang dari masyarakat Kampung Naga.

2. Kampung Naga

Untuk masyarakat Kampung Naga agar tetap mempertahankan kebudayaan yang sudah dipegang teguh antar generasi. Bukan hanya sebagai objek wisata tapi juga sebagai nilai ragam budaya Indonesia agar identitas dari masyarakat Kampung Naga tetap ada dan jelas. Sangat disayangkan apa bila kebudayaan yang ada Di Kampung Naga hilang. Masyarakat Kampung Naga dapat melestarikan kembali bentuk kearifan lokal yang mulai jarang ditemui dan juga memperketat perturan adat agar masyarakat Kampung Naga lebih tertib dan berkomitmen untuk menjaga kearifan lokal yang meraka miliki.

Konsep yang penulis sarankan lebih menitik beratkan kepada masyarakat Kampung Naga yang menjalankannya karena yang mengetahui budaya dan kearifan lokalnya Kampung Naga adalah mereka itu sendiri, oleh sebab itu maka masyarakat Kampung Naga yang cocok untuk menjalankan konsep ini.


(27)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Avenzora, Ricky. (2008). Ekoturisme-Teori dan Praktek. BRR NAD-NIAS, Nias.

Geriya, I. Wayan. (2010). Kebudayaan Unggul (Inventori, Unsur Unggulan, Sebagai Basis Kota Denpasar Kreatif). Denpasar. Bapeda Kota Denpasar.

Gold, Seymour. M. (1980) Recreation Planning and Design. United States of Amerika. McGraw-Hill, Inc.

Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia. (2011) Jurnal Lansekap Indonesia : Perencanaan, Perancangan, Pengelolaan, Tanaman. Bogor. Departemen Arsitektur Lansekap-IPB.

Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia. (2010) Jurnal Lansekap Indonesia : Perencanaan, Perancangan, Pengelolaan, Tanaman. Bogor. Departemen Arsitektur Lansekap-IPB.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Miler, G. and Twining-Ward. (2005). Monitoring For a Sustainable Tourism

Transition (The Chalange of Developing and Using Indicators).

London. CABI.

Robert, Lesley. and Derek. (2001). Rural Tourism and Recreation. London. CABI.


(28)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

Rosidi, Ajip. (2011). Kearifan Lokal (Dalam Perspektif Budaya Sunda). Bandung. Kiblat Buku Utama.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Suryadi, Karim dan Elly. (2011). Prosiding Konvensi Nasional Pendidikan

IPS Ke-1 (Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pendidikan IPS Untuk

Membangun Karakter Bangsa). Bandung. FPIPS Universitas Pandidikan Indonesia.

Suryani, Elis. (2011). Ragam Pesona Budaya Sunda. Bandung. Ghalia Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Tanpa Penerbit.

Sumber Undang-Undang

Republik Indonesia. 1997. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta. Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2009. Kepariwisataan. Jakarta. Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 2010. Cagar Budaya. Jakarta. Sekretariat Negara.

Sumber Jurnal

Sastrayuda, Gumelar S. (2010). Konsep Pengembangan Kawasan Wisata

Budaya.

Siswanto. (2007). Pariwisata dan Pelestarian Warisan Budaya. Berkala Arkeologi (Balai Arkeologi). Yogyakarta.


(29)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

Sutarso, Joko. (2012). Menggagas Pariwisata Berbasis Budaya dan Kearifan

Lokal.

Referensi lainnya

www.scribd.com www.inigis.com


(1)

83

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ditengah kemajuan zaman dan modernisasi, terdapat komunitas yang masih memegang peraturan dari leluhur, masih mengajarkan kearifan lokal yang telah diturunkan secara turun temurun dari leluhur. Komunitas tersebut adalah masyarakat Kampung Naga yang tinggal di bawah lembah yang luas. Nilai yang sudah dipegang teguh selama beberapa generasi semakain kesini semakin diuji ketahanan dan kualitasnya ditengah perkembangan zaman ini. pada kenyataannya, kearifan lokal Di Kampung Naga perlahan-lahan mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Kearifan lokal yang menjadi warisan dari leluhur Kampung Naga satu persatu mulai jarang ditemui. Ada beberapa bentuk dari kearifan lokal Di Kampung Naga yang mulai susah utuk diakses. Beberapa kearifan lokal yang mulai susah diakses adalah kesenian angklung, beluk. Selain itu nilai ajaran untuk tidak ada kesenjangan sosial juga perlahan mulai terkikis, terlihat dengan adanya beberapa rumah yang mempunyai pesawat televisi dan juga telefon genggam. Kearifan lokal yang lain masih terjaga dengan baik. Akan tetapi tidak lepas kemungkinan dikemudian hari kearifan lokal tersebut akan hilang.

2. Setelah melakukan inventarisasi, penulis melakukan analisis dengan melakukan penilaian oleh beberapa ahli dibidang kebudayaan untuk mengetahui kearifan lokal apa saja yang menjadi daya tarik wisata budaya Di Kampung Naga. Ada empat bentuk kearifan lokal dinilai memiliki daya tarik wisata budaya yang tinggi Di Kampung Naga. Empat bentuk kearifan lokal tersebut adalah upacara adat Hajat Sasih, Upacara Marak, sistem kemasyarakatan, dan sistem bagunan dan tempat tinggal. Selebihnya kearifan lokal yang lain dinilai memiliki daya tarik wisata budaya dikelas menengah atau cukup. Kearifan lokal ini memiliki fungsi sebagai penyangga kearifan lokal yang memiliki nilai tinggi.

3. Konsep perencanaan wisata budaya berbasis kearifan lokal Di Kampung Naga mengacu pada nilai konservasi dan juga nilai wisata yang didalamnya ada atraksi dan aktivitas wisata. Nilai konservasi kearifan lokal sesungguhnya sudah dimiliki oleh masyarakat Kampung Naga,


(2)

84

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

tinggal masyarakatnya sendiri yang harus memegang teguh fungsi tersebut agar kearifan lokal yang mereka miliki tidak hilang terkikis oleh perkembangan zaman. Karena kearifan lokal adalah nilai yang harus diturnkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Fungsi wisata disini sebagai penguat fungsi konservasi kearifan lokal agar kearifan lokal tersebut dapat terus eksis / ada dan juga dikenal oleh banyak orang sehingga nilai yang ada Di Kampung Naga dapat tersampaikan dan dipelajari oleh orang lain selain masyarakat lokal. Perencanaan atraksi dan aktivitas wisata menggunakan konsep cognitive recreation yang merupakan wisata yang mengutamakan pengalaman wisatawan yang dapat dibawa pulang ketika selesai berkunjung Ke Kampung Naga. pengalaman tersebut adalah pengalaman edukasi dan juga kraativitas yang membaur dengan masyarakat lokal.


(3)

85

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

B. Saran

Hasil penelitian membuahkan hasil berupa saran kepada masyarakat Kampung Naga yang berupa konsep wisata budaya berbasis kearifan lokal yang menekankan aktivitas wisata yang bersifat pembauran wisatawan dengan kehidupan masyarakat lokal Kampung Naga yang mengacu pada kalender acara / calendar of event yang merupakan rangkuman acara dan kegiatan yang kira-kira akan diadakan selama setahun sehingga wisatawan bisa mudah mengakses dan mendapatkan info mengenai Kampung Naga.

Saran dari penulis dapat dibagi untuk beberapa pihak yang berkaitan dengan wisata budaya Di Kampung Naga.

1. Pemerintah

Untuk pemerintah, penulis memberikan saran agar tetap menjaga orisinalitas dari Kampung Naga. Karena tujuan berwisata budaya adalah mencari pengalaman yang berbeda dari kehidupan wisatawan. Apa bila ada campur tangan dari pihak selain masyarakat lokal Kampung Naga, maka keaslian dari Kampung Naga akan hilang. Biarkan segala sesuatunya datang dari masyarakat Kampung Naga.

2. Kampung Naga

Untuk masyarakat Kampung Naga agar tetap mempertahankan kebudayaan yang sudah dipegang teguh antar generasi. Bukan hanya sebagai objek wisata tapi juga sebagai nilai ragam budaya Indonesia agar identitas dari masyarakat Kampung Naga tetap ada dan jelas. Sangat disayangkan apa bila kebudayaan yang ada Di Kampung Naga hilang. Masyarakat Kampung Naga dapat melestarikan kembali bentuk kearifan lokal yang mulai jarang ditemui dan juga memperketat perturan adat agar masyarakat Kampung Naga lebih tertib dan berkomitmen untuk menjaga kearifan lokal yang meraka miliki.

Konsep yang penulis sarankan lebih menitik beratkan kepada masyarakat Kampung Naga yang menjalankannya karena yang mengetahui budaya dan kearifan lokalnya Kampung Naga adalah mereka itu sendiri, oleh sebab itu maka masyarakat Kampung Naga yang cocok untuk menjalankan konsep ini.


(4)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Avenzora, Ricky. (2008). Ekoturisme-Teori dan Praktek. BRR NAD-NIAS, Nias.

Geriya, I. Wayan. (2010). Kebudayaan Unggul (Inventori, Unsur Unggulan, Sebagai Basis Kota Denpasar Kreatif). Denpasar. Bapeda Kota Denpasar.

Gold, Seymour. M. (1980) Recreation Planning and Design. United States of Amerika. McGraw-Hill, Inc.

Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia. (2011) Jurnal Lansekap Indonesia : Perencanaan, Perancangan, Pengelolaan, Tanaman. Bogor. Departemen Arsitektur Lansekap-IPB.

Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia. (2010) Jurnal Lansekap Indonesia : Perencanaan, Perancangan, Pengelolaan, Tanaman. Bogor. Departemen Arsitektur Lansekap-IPB.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Miler, G. and Twining-Ward. (2005). Monitoring For a Sustainable Tourism

Transition (The Chalange of Developing and Using Indicators).

London. CABI.

Robert, Lesley. and Derek. (2001). Rural Tourism and Recreation. London. CABI.


(5)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rosidi, Ajip. (2011). Kearifan Lokal (Dalam Perspektif Budaya Sunda). Bandung. Kiblat Buku Utama.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Suryadi, Karim dan Elly. (2011). Prosiding Konvensi Nasional Pendidikan

IPS Ke-1 (Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pendidikan IPS Untuk

Membangun Karakter Bangsa). Bandung. FPIPS Universitas Pandidikan Indonesia.

Suryani, Elis. (2011). Ragam Pesona Budaya Sunda. Bandung. Ghalia Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Tanpa Penerbit.

Sumber Undang-Undang

Republik Indonesia. 1997. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta. Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2009. Kepariwisataan. Jakarta. Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 2010. Cagar Budaya. Jakarta. Sekretariat Negara.

Sumber Jurnal

Sastrayuda, Gumelar S. (2010). Konsep Pengembangan Kawasan Wisata

Budaya.

Siswanto. (2007). Pariwisata dan Pelestarian Warisan Budaya. Berkala Arkeologi (Balai Arkeologi). Yogyakarta.


(6)

Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

PERENCANAAN WISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sutarso, Joko. (2012). Menggagas Pariwisata Berbasis Budaya dan Kearifan

Lokal. Referensi lainnya

www.scribd.com www.inigis.com