Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Adiwiyata dalam Rangka Meningkatkan Partisipasi Masyarakat SDN 2 Tegowanu Wetan T2 942013121 BAB II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Evaluasi Program
Keberhasilan sebuah program menjadikan suatu
keunggulan
tersendiri
bagi
instansi
yang
menerapkannya. Dari keberhasilan program tersebut
arus dilakukan sebuah evaluasi agar mengetahui
apakah program ini mengalami kemajuan atau bahkan
kemunduran. Selain itu dengan dilakukan evaluasi
peneliti dapat memahami seluk beluk dari program itu
sendiri
seperti
dari
perencanaannya
hingga
keberlanjutan program. Hal ini sejalan dengan Sukardi
(2011:14)
merupakan
yang
menyatakan
proses
bahwa
memahami,
”Evaluasi
memberi
arti,
mendapatkan, dan mengomunikasikan suatu informasi
bagi keperluan pengambil keputusan”. Proses evaluasi
harus sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Evaluasi diawali dengan pemahaman tentang informasi
dan
dilakukannya
evaluasi
secara
sistematis
dan
kontinu agar mengetahui kekurangan dan kelebihan
maupun
keberlanjutan
program
yang
sedang
dijalankan.
Sedangkan menurut Arikunto (2012:1) “dari kata
evaluation inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang
berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur
terlebih dahulu)”. Sebelum dilakukan evaluasi langkah
yang diambil adalah melakukan kegiatan mengukur
dan menilai. Sejalan dengan itu menurut UU No. 2 Th.
9
2003 Tentang Sisdiknas Pasal 57 ayat(1) menjelaskan
bahwa:
evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian
mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan,
diantaraya
terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan.
Dari pengertian tersebut evaluasi merupakan
sebuah proses penilaian yang dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan kepada pihak yang
berkepentingan. Langkah pertama dalam melakukan
kegiatan evaluasi adalah mengukur, di dalam kegiatan
mengukur ini dilihat sejauh mana kegiatan berjalan
dan terdapat kendala apa saja yang ada dalam kegiatan
yang di evaluasi.
Setelah itu dilakukan kegiatan
menilai, di dalam kegiatan menilai ini dilihat sejauh
mana tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan
dan
menghasilkan
masukan
untuk
keberlanjutan
kegiatan.
“Evaluasi
program
adalah
evaluasi
dengan
objeknya program pendidikan, yaitu aktivitas yang
dilaksanakan
(Wirawan,
untuk
2012:15).
waktu
yang
Evaluasi
tidak
terbatas”
dilakukan
untuk
mengevaluasi berbagai aspek pendidikan misalnya,
kurikulum, proses dan metode pembelajaran mata
pelajaran, layanan pendidikan, tenaga pendidik, dan
sebagainya. Sedangkan Musa (2005) menyebutkan
“evaluasi
program
sebagai
suatu
kegiatan
untuk
memperoleh gambaran tentang keadaan suatu objek
yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan
10
arah dan tujuan yang jelas”. Evaluasi dilakukan
sebagai
upaya
untuk
mengumpulkan,
menyusun,
mengolah dan menganalisa fakta, data dan informasi,
hasil
evaluasi
merupakan
suatu
landasan
untuk
menilai suatu program dan untuk menentukan langkah
keberlanjutan program.
Menurut Arikunto dan Cepi (2010:18), “evaluasi
program adalah upaya untuk mengetahui tingkat
keterlaksanaan suatu kebijaksanaan secara cermat
dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing
komponennya”. Evaluasi program dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari
tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana yang
belum tercapai serta apa penyebabnya. Sejalan dengan
hal tersebut Tayibnapis (2008:9) menjelaskan “suatu
evaluasi program harus mengumpulkan informasi yang
valid, informasi yang dapat dipercaya, informasi yang
berguna untuk program yang dievaluasi”. Informasi
dari program yang ingin dievaluasi haruslah jelas dan
berdasarkan kondisi nyata sehingga evaluasi dapat
berjalan sesuai dengan tujuan dan mendapatkan hasil
yang maksimal.
Dari
uraian
tersebut
maka
yang
dimaksud
dengan evaluasi program adalah suatu kegiatan dalam
upaya untuk memperoleh gambaran tentang keadaan
suatu objek secara cermat, sistematik, dengan arah
dan tujuan yang jelas. Pengambilan data dari program
yang dievaluasi harus berdasarkan informasi yang valid
artinya informasi yang di didapkan harus berdasarkan
fakta yang terjadi di lapangan tanpa adanya rekayasa
agar salah satu pihak tidak mendapat kerugian dalam
11
penyampaian informasi. Hal itu dilakukan agar tujuan
dari evaluasi program dapat tercapai dengan maksimal.
2.1.1 Tujuan Evaluasi Program
Arikunto dan Cepi (2010: 18) menjelaskan bahwa:
tujuan dari diadakannya evaluasi program adalah
untuk mengetahui pencapaian tujuan program
dengan
langkah
mengetahui
keterlaksanaan
kegiatan program, karena evaluator program ingin
mengetahui bagian mana dari komponen dan
subkomponen program yang belum terlaksana dan
apa sebabnya.
Oleh karena itu, sebelum melakukan evaluasi
perlu diperjelas apa tujuan yang hendak dicapai dalam
program
evaluasi.
Selain
itu
Sudjana
(2006:48)
menyebutkan 6 tujuan khusus evaluasi program, yaitu:
1. Memberikan masukan bagi perencanaan program.
2. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan
yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau
penghentian program.
3. Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan
tentang modifikasi atau perbaikan program.
4. Memberikan
masukan
yang
berkenaan
dengan
faktor pendukung dan penghambat program.
5. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan
pembinaan (pengawasan, supervisi dan monitoring)
bagi
penyelenggara,
pengelola
dan
pelaksana
program.
6. Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi
evaluasi program pendidikan luar sekolah.
12
Evaluasi program dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana pencapaian tujuan program dan untuk
memberikan masukan untuk keberlanjutan progam.
2.2 Model Evaluasi CIPP
(Context, Input, Process,
dan Product)
Stufflebeam
dalam
Tayibnapis
(2008:10)
menyebutkan bahwa pendekatan yang berorientasi
kepada
pemegang
evaluation
keputusan
approach
administrator
(a
structure)
membuat
decision
untuk
keputusan.
oriented
menolong
Dia
membuat
pedoman kerja untuk melayani para manajer dan
administrator menghadapi empat macam keputusan
pendidikan, membagi evaluasi menjadi empat macam
yaitu:
1. Contect
evaluation
Konteks
evaluasi
keputusan,
to
ini
serve
planning
membantu
menentukan
decision.
merencanakan
kebutuhan
yang
akan
dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan
program. Tujuan dari evaluasi konteks yang utama
adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
yang ada dalam program yang ingin dilaksanakan.
2. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini
menolong
mengatur
keputusan,
menentukan
sumber-sumber yang ada, alternative apa yang
diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai
kebutuhan.
Bagaimana
prosedur
kerja
untuk
mencapainya. Sedangkan menurut Widiyoko (2011)
menjelaskan komponen evaluasi masukan meliputi :
1) Sumber daya manusia, 2) Sarana dan peralatan
13
pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai
prosedur dan aturan yang diperlukan.
3. Process evaluation, to see implementing decision.
Evaluasi
proses
untuk
membantu
mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh
mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus
direvisi?
Begitu
pertanyaan
tersebut
terjawab,
prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki.
4. Product
evaluation,
Evaluasi
produk
to
serve
untuk
recycling
menolong
decision.
keputusan
selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang
dilakukan setelah program, berjalan? Huruf pertama
dari konteks evaluasi dijadikan ringkasan CIPP,
model ini terkenal dengan nama model CIPP.
Sedangkan menurut Arikunto dan Cepi (2010: 45)
model CIPP adalah model evaluasi yang memandang
program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.
Dengan demikian, jika tim elevator sudah
menentukan model CIPP sebagai model yang akan
digunakan untuk mengevaluasi program maka
harus dianalisis terlebih daluhu berdasarkan
komponen-komponennya.
Sejalan
dengan
itu
Sukardi
(2011:
63)
menjelaskan “model CIPP ini disusun dengan tujuan
untuk melengkapi dasar pembuatan keputusan dalam
evaluasi sistem dengan analisis yang berorientasi pada
perubahan terencana”. Evaluasi dengan model CIPP
pada
prinsipnya
mendukung
proses
pengambilan
keputusan dengan mengajukan pemilihan alternatif
dan penindak lanjutan dari suatu keputusan.
Model CIPP merupakan model evaluasi yang
disusun dengan
14
tujuan untuk melengkapi dasar
pembuatan keputusan dalam evaluasi system dengan
analisis yang berdasar pada komponen-komponenya
secara konsisten.
2.3
Pengertian
Adiwiyata
(Sekolah
Peduli
dan
Berbudaya Lingkungan)
Lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi
pola kembang prestasi maupun pola hidup siswa di
sekolah. lingkungan yang baik dalam hal ini cukup
pencahayaan
dan
terdapat
beberapa
tananman
penunjang dalam pembelajaran dapat memberikan
kenyamanan
bagi
siswa
dalam
kegiatan
belajar
mengajar. Sedari dini siswa diajarkan agar mencintai
serta melestarikan lingkungan yang berada disekitar
dalam hal ini khusunya lingkungan sekolah. dengan
diajarkan tentang pentingnya pendidikan lingkungan
hidup diharapkan siswa dapat mencintai, melestarikan,
serta
memanfaatkan
menunjang
kreatifitas
lingkungannya
pembelajaran
dari
siswa
atau
bahkan
dapat
agar
dapat
meningkatkan
menciptakan
sebuah produk baru dari pemanfaatan lingkungan.
Tujuan dari pendidikan lingkungan hidup menurut
Kementrian Lingkungan Hidup (2006) adalah:
untuk mendorong dan memberikan kesempatan
kepada masyarakat memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan
kepedulian,
komitmen
untuk
melindungi, memperbaiki, serta memanfaatkan
lingkungan
hidup
secara
bijaksana,
turut
menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat
dengan lingkungan hidup, mengembangkan pola
etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas
hidup.
15
Untuk mewujudkan kerangka tersebut melalui
pendidikan lingkungan hidup diharapkan khususnya
pada warga sekolah dan warga di lingkungan sekolah
secara berani dan bertanggung jawab melaksanakan
kewajiban melakukan aksi perlindungan lingkungan
kepada siapapun termasuk pemerintah.
Sejalan dengan hal tersebut Karim (2012:81)
menyebutkan:
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan
proses memahami dan menjelaskan konsep-konsep
untuk mengembangkan keterampilan dan sikap
guna memahami dan menghargai hubungan timbal
balik
antara
manusia,
kebudayaan,
dan
lingkungannya.
Kepedulian
lingkungan
yang
dilakukan
oleh
kerjasama antar pihak sekolah dan masyarakat sekitar
dapat mengembangkan keterampilan dan sikap dari
peserta didik sehingga nilai-nilai pendidikan karakter
dapat tertanam didalam diri peserta didik.
Pada tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup
mengembangkan
program
pendidikan
lingkungan
hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
melalui program Adiwiyata. Dijelaskan pula dengan
melaksanakan program Adiwiyata akan menciptakan
warga sekolah, khususnya peserta didik yang peduli
dan berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung dan
mewujudkan
sumberdaya
manusia
yang
memiliki
karakter bangsa terhadap perkembangan
ekonomi,
sosial,
mencapai
dan
lingkungannya
dalam
pembangunan berkelanjutan di daerah.
16
Selanjutnya Kementerian Lingkungan Hidup (2006)
dijelaskan pula pengertian dari adiwiyata yaitu:
ADIWIYATA mempunyai pengertian atau makna
sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
norma serta etika yang dapat menjadi dasar
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup
kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan
berkelanjutan.
Dengan
sekolah
tujuan
yang
perlindungan
melalui
mendukung
Adiwiyata
bertanggung
dan
tata
untuk
mewujudkan
jawab
pengelolaan
kelola
sekolah
pembangunan
diberikan
dalam
upaya
lingkungan
hidup
yang
baik
berkelanjutan.
dalam
warga
bentuk
untuk
Program
penghargaan
Adiwiyata kepada sekolah-sekolah yang memenuhi
persyaratan. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai
bentuk
apresiasi
melaksanakan
kepada
upaya
sekolah
peningkatan
yang
mampu
pendidikan
lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan
Dari
penjelasan
tersebut
maka
dapat
disimpulkan bahwa adiwiyata adalah sekolah yang
ideal untuk memperoleh ilmu pengetahuan, norma, dan
etika yang dapat menjadi dasar menuju terciptanya
kesejahteraan hidup menuju cita-cita pembangunan
yang berkelanjutan.
Adapun prinsip adiwiyata menurut Kementrian
Lingkungan Hidup (2006) adalah sebagai berikut:
1.
Partisipatif: Komunitas sekolah terlibat dalam
manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan
17
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sesuai tanggungjawab dan peran.
Berkelanjutan:
Seluruh
kegiatan
harus
dilakukan secara terencana dan terus menerus
secara komprehensif.
2.
Dengan adanya prinsip adiwiyata ini diharapkan
sekolah mampu menjalankan program sesuai dengan
prosedur
partisipatif
yang
sudah
sekolah
ditetapkan.
diharapkan
Dalam
mampu
Prinsip
mengatur
seluruh proses dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi program sesuai dengan tanggung jawab dan
peran
masing-masing.
Sedangkan
dalam
prinsip
berkelanjutan diharapkan dalam pelaksanaan program
adiwiyata
ini
dapat
terlaksana
dengan
baik
dan
mengalami peningkatan sehingga program ini dapat
berkembang sehingga dapat mendapatkan karya baru
sebagai keberlanjutan dari program.
Selanjutnya
Kementrian
Lingkungan
Hidup
(2006) menjelaskan untuk mencapai tujuan program
Adiwiyata,
maka
ditetapkan
4
(empat)
komponen
program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam
mencapai
sekolah
Adiwiyata.
Keempat
komponen
tersebut adalah:
a. Kebijakan
Berwawasan
Lingkungan,
memiliki
standar;
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
memuat upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
2. RKAS
memuat
perlindungan
hidup
18
dan
program
dalam
pengelolaan
upaya
lingkungan
b. Pelaksanaan
Kurikulum
Berbasis
Lingkungan,
memiliki standar;
1. Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam
mengembangkan
kegiatan
pembelajaran
lingkungan hidup.
2. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran
tentang
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan hidup
c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif memiliki
standar;
1. Melaksanakan
kegiatan
perlindungan
dan
pengelolaan lingkungan hidup yang terencana
bagi warga sekolah
2. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup dengan
berbagai
pihak
(masyarakat,
pemerintah,
swasta, media, sekolah lain).
d. Pengelolaan
Sarana
Pendukung
Ramah
Lingkungan memiliki satandar;
1. Ketersediaan
sarana
prasarana
pendukung
yang ramah lingkungan
2. Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan
prasarana yang ramah lingkungan di sekolah.
Komponen
sebagai
acuan
adiwiyata
penilaian
dapat
terhadap
digunakan
program.
Apakah program sudah berjalan sesuai dengan
komponen tersebut atau masih ada kekurangan
dalam pelaksanaan program.
19
Sedangkan keuntungan mengikuti Program
Adiwiyata menurut Kementrian Lingkungan Hidup
(2006) adalah:
1.
Mendukung pencapaian standar kompetensi/
kompetensi
dasar
dan
standar
kompetensi
lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.
2.
Meningkatkan
efesiensi
penggunaan
dana
operasional sekolah melalui penghematan dan
pengurangan konsumsi dari berbagai sumber
daya dan energi.
3.
Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan
kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman
dan kondusif.
4.
Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai
pemeliharaan
dan
pengelolaan
lingkungan
hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah
dan masyarakat sekitar.
5.
Meningkatkan
upaya
perlindungan
dan
pengelolaan lingkungan hidup meIalui kegiatan
pengendalian
pencemaran,
pengendalian
kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan di
sekolah.
Dengan
mengikuti
program
adiwiyata
maka
didapatkan banyak keuntungan yang dimiliki oleh
sekolah. Program unggulan ini juga dapat digunakan
sebagai
alat
promosi
sekolah.
Hal
ini
sangat
berpengaruh terhadap sekolah khususnya sekolah yang
terdapat di daerah pinggiran dan jauh dari perkotaan.
Selain itu sekolah juga dapat menciptakan hubungan
yang baik antara pihak sekolah dan masyarakat.
Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa,
sekolah
dapat
berwawasan
menyediakan
lingkungan
tempat
hidup
belajar
sehingga
yang
siswa
diajarkan tentang pentingnya memelihara lingkungan
dan kegiatan belajar mengajar menjadi menyenangkan
20
karena belajar tidak hanya pada ruang kelas melainkan
memanfaatkan
lingkungan
sekitar
sebagai
media
belajar.
2.4
Peran Serta Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara Negara, keluarga, dan masyarakat. Negara
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan program
pendidikan maupun infrastruktur pendidikan. Keluarga
bertanggung jawab dalam hal pendidikan moral dan
biaya pendidikan. Sedangkan masyarakat bertanggung
jawab
untuk
pendidikan.
ikut
Dalam
berperan
program
serta
aktif
Manajemen
dalam
Berbasis
Sekolah (2005: 2-5) dijelaskan bahwa “masyarakat
berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan dan
mendukung pendidikan yang baik. Kewajiban mereka
tidak hanya dalam bentuk sumbangan dana, tetapi
juga ide dan gagasannya”. Dukungan dari masyarakat
dirasa sangat perlu mengingat beberapa hal dalam
program sekolah sangat membutuhkan bantuan dari
masyarakat. Dalam hal ini terkait dengan program
adiwiyata yang diselenggarakan di sekolah, peran serta
masyarakat
sangat
diperlukan
untuk
menunjang
pelaksanaan program dan agar komponen standar
program adiwiyata dapat terpenehuhi.
Sedangkan menurut Dwiningrum (2011: 196)
menyebutkan bahwa “partisipasi dalam pembangunan
pendidikan adalah kenyataan obyektif yang dalam
pemahamannya
orang
tua”.
ditentukan
Keberhasilan
oleh
kondisi
sekolah
subyektif
bukan
hanya
ditentukan oleh partisipasi antar warga sekolah (siswa
21
dan guru) melainkan juga partisipasi dari orang tua
sangat diperlukan. Dengan adanya partisipasi dari
pihak
sekolah
diharapkan
dan
orang
program
tua
atau
sekolah
masyarakat,
terutama
program
unggulan yang dapat meningkatkan mutu sekolah
dapat berjalan secara optimal.
Sejalan dengan hal tersebut Mulyasa (2009: 51)
menyebutkan bahwa “hubungan yang harmonis antara
sekolah
dan
masyarakat
ini
semakin
dirasakan
pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan
memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak”.
Selanjutnya dijelaskan Jika hubungan sekolah dengan
masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab
dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah
juga akan baik dan tinggi. Dengan menggandeng pihak
masyarakat maka sekolah memiliki nilai lebih dalam
memajukan sekolah tersebut
2.5
Kajian Penelitian yang Relevan
Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian
yang
relevan
dengan
penelitian
evaluasi
program
adiwiyata, antara lain:
1. “Evaluasi
Program
Adiwiyata
Di
SMAN
11
Semarang” oleh Desy Wahyuningtyas pada tahun
2013 jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.
Metode
dalam
penelitian
ini
adalah
deskriptif
kuantitatif (teknik campuran antara kualitatif dan
kuantitatif). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
program
Adiwiyata
secara
keseluruhan
dapat
dikatakan baik dalam kaitannya pada tingkat
22
efektivitas
program
dengan
Visi
Misi
Sekolah,
namun masih perlu di tingkatkan. Dana dari
program adiwiyata masih dirasa kurang, tenaga
pendidik dan non pendidik masih kurang dalam
menjalankan tugasnya.
2. “Implementasi Kebijakan Program Adiwiyata di SMP
Negeri 3 Gresik” penelitian ini dilakukan oleh Yeni
Isnaeni guru SMP Negeri 3 Gresik pada tahun 2013.
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan hasil penelitian
implementasi kebijakan
sekolah peduli dan berbudaya lingkungan di SMP
Negeri 3 Gresik menunjukkan kebijakan sekolah
yang tertuang dalam bentuk S.K Kepala Sekolah
No.
588/215/437.53.02.03/2012,
tentang
mata
pelajaran dan pengembangan diri yang terintegrasi
dengan PLH dan PBK tahun pelajaran 2012/2013.
Faktor pendukung implementasi kebijakan adalah
adanya persamaan pemahaman dari seluruh warga
sekolah dan ditunjang sarana dan prasarana yang
memadai, dampak langsung kebijakan tersebut
adalah adanya kesadaran warga sekolah untuk
menjaga lingkungan hidup dan merawatnya dengan
baik SMP Negeri 3 Gresik yang telah menghasilkan
SMP Negeri 3 Gresik sebagai sekolah Adiwiyata
tingkat Nasional di tahun 2012.
3. “Implementasi Kebijakan Adiwiyata Dalam Upaya
Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA
Kota Malang” oleh Ellen Landriany Guru SMA
Negeri 10 Malang pada tahun 2014. Metode dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan
23
lingkungan hidup di sekolah sudah dituangkan
dalam surat keputusan dan terintegrasi dalam
masing-masing
mata
pelajaran.
Kemudian
mensosialisasikan beberapa kegiatan utama dengan
pendekatan
pada
siswa
guna
mendapatkan
dukungan yang sempurna sehingga menciptakan
kesepakatan yang mutlak bahwa sekolah tersebut
benar-benar
sekolah
Selanjutnya
masih
permasalahan
yang
berwawasan
dijumpai
lingkungan.
berbagai
menghambat
situasi
pelaksanaan
adiwiyata, seperti satuan tugas yang tidak tepat
waktu serta ada sekelompok siswa yang masih
belum sadar dalam memahami konsep sekolah
berwawasan
pendanaan,
lingkungan
dan
dukungan
hidup,
masalah
masyarakat
serta
instansi lain yang masih rendah. Sekolah sudah
melakukan
langkah-langkah
strategi
guna
mengatasi hambatan.
4. “An appraisal of environmental education in higher
school education system: A case study of North
Bengal,
India”
oleh
Somenath
Halder
Asisten
Profesor di Kaliachak College Malda pada tahun
2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Pendidikan lingkungan yang menjadi kunci untuk
memecahkan
masalah
lingkungan
dan
kunci
menjaga keberlanjutan global. Studi ini merupakan
upaya untuk menilai status pendidikan lingkungan
dalam sistem pendidikan tinggi di India, terutama
di Bengal Utara. Sumber data studi empiris ini dari
lapangan didukung oleh survei random sampling.
Dalam survei lapangan beberapa parameter selektif
24
diperiksa
seperti
frekuensi
kelas
lingkungan,
frekuensi kelas praktis mengenai studi lingkungan,
frekuensi kelas observasi lapangan atau alam studi,
jenis metodologi pengajaran yang digunakan, jenis
sistem
evaluasi
dll
Data
yang
terkumpul
ditabulasikan dan dihitung menerapkan alat-alat
statistik sederhana. Status pendidikan lingkungan
yang lebih tinggi sistem pendidikan sekolah benarbenar tidak memuaskan dan ada kebutuhan untuk
standar dan memperbarui sistem pendidikan secara
keseluruhan.
5. “Impediments
to
Environmental
Education
Instruction in the Classroom: A Post-Workshop
Inquiry” oleh Amy T. Parlo and Malcolm B. Butler.
University of Georgia, USA pada tahun 2007.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan
hubungan
antara
pendidikan
lingkungan
dan
peningkatan ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penekanan yang lebih besar
dibutuhkan
pada penyediaan
kesempatan
bagi
peserta untuk membuat hubungan yang jelas
dengan instruksi mereka dalam populasi kelas
sains.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh Desy Wahyuningtyas (2013) tentang evaluasi
program adiwiyata dengan hasil program adiwiyata
dapat
berjalan
efektif
namun
masih
diperlukan
perbaikan dalam tenaga pendidik maupun tenaga non
pendidik. Yeni Isnaeni (2013), dan Ellen Landriany
(2014)
tentang
implementasi
kebijakan
program
25
adiwiyata
dengan
adiwiyata
dapat
hasil
implementasi
berhasil
karena
kebijakan
adanya
factor
pendukung dari pihak guru maupun sarana dan
prasarana yang tersedia. Kemudian dari Somenath
Halder
(2012)
dengan
topik
tentang
pendidikan
lingkungan dan Amy T. Parlo (2007) tentang hambatan
instruksi di lingkungan kelas
yang dirasa agak
berbeda dengan topik yang diambil oleh penulis.
Namun, penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi
penulis untuk membuat penelitian mengenai adiwiyata
karena
program
adiwiyata
merupakan
program
pendidikan lingkungan sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
evaluasi.
Evaluasi
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah program adiwiyata yang dilaksanakan di SDN
2 Tegowanu Wetan sudah mencapai tujuan program
sesuai
dengan
langkah-langkah
atau
acuan
dari
program adiwiyata. Selain itu dengan melakukan
evaluasi ini diharapkan peran serta masyarakat di
sekitar sekolah dapat meningkat dan dapat membantu
pelaksanaan program adiwiyata. Dengan adanya peran
serta masyarakat diharapkan program adiwiyata ini
dapat menjadi program unggulan dan dapat dijadikan
contoh oleh sekolah-sekolah lain yang menerapka
program adiwiyata maupun yang hendak menerapkan
program ini.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki
perbedaan dengan penelitian yang terdapat di atas.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
evaluasi
sedangkan
penelitian
diatas
merupakan
implementasi. Selain itu dalam penelitian ini peneliti
26
menggunakan
evalusai
program
adiwiyata
untuk
meningkatkan peran serta masyarakat. Jadi, penelitian
ini tidak hanya mengevaluasi program adiwiyata tetapi
juga
memberikan
masukan
terhadap
partisipasi
masyarakat dalam program adiwiyata.
2.5 Kerangka Pikir
Evaluasi Program Adiwiyata yang dilaksanakan di
SDN 2 Tegowanu Wetan dengan menggunakan model
evaluasi
CIPP
yang
dikaitkan
dengan
komponen
program adiwiyata. Dari evaluasi tersebut maka akan
didapatkan data-data tentang program adiwiyata.
Evaluasi program adiwiyata
Perencanaan, proses
program adiwiyata
dan
hasil
Hasil evaluasi program adiwiyata
sesuai tujuan dan saran untuk
partisipasi masyarakat
CIPP
Gambar 2.1
Kerangka Pikir CIPP
Peneliti memulai penelitian evaluasi program
adiwiyata dengan mendatangi sekolah dan melakukan
observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan pihak
sekolah maupun dengan masyarakat sekitar tentang
pengadaan program dan kendala yang dihadapi. Hal
tersebut dilakukan agar peneliti mendapatkan data
yang valid dan berdasarkan keadaan yang nyata. Data
dikumpulkan
dengan
teknik
CIPP
berdasarkan
27
komponen adiwiyata yang akan dievaluasi. Dimulai dari
konteks evaluasi, input evaluasi, proses evaluasi, dan
yang terakhir adalah produk evaluasi. Dari kegiatan
tersebut maka akan mendapatkan hasil yang dapat
dipergunakan
masyarakat.
28
untuk
peningkatan
partisipasi
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Evaluasi Program
Keberhasilan sebuah program menjadikan suatu
keunggulan
tersendiri
bagi
instansi
yang
menerapkannya. Dari keberhasilan program tersebut
arus dilakukan sebuah evaluasi agar mengetahui
apakah program ini mengalami kemajuan atau bahkan
kemunduran. Selain itu dengan dilakukan evaluasi
peneliti dapat memahami seluk beluk dari program itu
sendiri
seperti
dari
perencanaannya
hingga
keberlanjutan program. Hal ini sejalan dengan Sukardi
(2011:14)
merupakan
yang
menyatakan
proses
bahwa
memahami,
”Evaluasi
memberi
arti,
mendapatkan, dan mengomunikasikan suatu informasi
bagi keperluan pengambil keputusan”. Proses evaluasi
harus sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Evaluasi diawali dengan pemahaman tentang informasi
dan
dilakukannya
evaluasi
secara
sistematis
dan
kontinu agar mengetahui kekurangan dan kelebihan
maupun
keberlanjutan
program
yang
sedang
dijalankan.
Sedangkan menurut Arikunto (2012:1) “dari kata
evaluation inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang
berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur
terlebih dahulu)”. Sebelum dilakukan evaluasi langkah
yang diambil adalah melakukan kegiatan mengukur
dan menilai. Sejalan dengan itu menurut UU No. 2 Th.
9
2003 Tentang Sisdiknas Pasal 57 ayat(1) menjelaskan
bahwa:
evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian
mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan,
diantaraya
terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan.
Dari pengertian tersebut evaluasi merupakan
sebuah proses penilaian yang dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan kepada pihak yang
berkepentingan. Langkah pertama dalam melakukan
kegiatan evaluasi adalah mengukur, di dalam kegiatan
mengukur ini dilihat sejauh mana kegiatan berjalan
dan terdapat kendala apa saja yang ada dalam kegiatan
yang di evaluasi.
Setelah itu dilakukan kegiatan
menilai, di dalam kegiatan menilai ini dilihat sejauh
mana tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan
dan
menghasilkan
masukan
untuk
keberlanjutan
kegiatan.
“Evaluasi
program
adalah
evaluasi
dengan
objeknya program pendidikan, yaitu aktivitas yang
dilaksanakan
(Wirawan,
untuk
2012:15).
waktu
yang
Evaluasi
tidak
terbatas”
dilakukan
untuk
mengevaluasi berbagai aspek pendidikan misalnya,
kurikulum, proses dan metode pembelajaran mata
pelajaran, layanan pendidikan, tenaga pendidik, dan
sebagainya. Sedangkan Musa (2005) menyebutkan
“evaluasi
program
sebagai
suatu
kegiatan
untuk
memperoleh gambaran tentang keadaan suatu objek
yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan
10
arah dan tujuan yang jelas”. Evaluasi dilakukan
sebagai
upaya
untuk
mengumpulkan,
menyusun,
mengolah dan menganalisa fakta, data dan informasi,
hasil
evaluasi
merupakan
suatu
landasan
untuk
menilai suatu program dan untuk menentukan langkah
keberlanjutan program.
Menurut Arikunto dan Cepi (2010:18), “evaluasi
program adalah upaya untuk mengetahui tingkat
keterlaksanaan suatu kebijaksanaan secara cermat
dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing
komponennya”. Evaluasi program dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari
tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana yang
belum tercapai serta apa penyebabnya. Sejalan dengan
hal tersebut Tayibnapis (2008:9) menjelaskan “suatu
evaluasi program harus mengumpulkan informasi yang
valid, informasi yang dapat dipercaya, informasi yang
berguna untuk program yang dievaluasi”. Informasi
dari program yang ingin dievaluasi haruslah jelas dan
berdasarkan kondisi nyata sehingga evaluasi dapat
berjalan sesuai dengan tujuan dan mendapatkan hasil
yang maksimal.
Dari
uraian
tersebut
maka
yang
dimaksud
dengan evaluasi program adalah suatu kegiatan dalam
upaya untuk memperoleh gambaran tentang keadaan
suatu objek secara cermat, sistematik, dengan arah
dan tujuan yang jelas. Pengambilan data dari program
yang dievaluasi harus berdasarkan informasi yang valid
artinya informasi yang di didapkan harus berdasarkan
fakta yang terjadi di lapangan tanpa adanya rekayasa
agar salah satu pihak tidak mendapat kerugian dalam
11
penyampaian informasi. Hal itu dilakukan agar tujuan
dari evaluasi program dapat tercapai dengan maksimal.
2.1.1 Tujuan Evaluasi Program
Arikunto dan Cepi (2010: 18) menjelaskan bahwa:
tujuan dari diadakannya evaluasi program adalah
untuk mengetahui pencapaian tujuan program
dengan
langkah
mengetahui
keterlaksanaan
kegiatan program, karena evaluator program ingin
mengetahui bagian mana dari komponen dan
subkomponen program yang belum terlaksana dan
apa sebabnya.
Oleh karena itu, sebelum melakukan evaluasi
perlu diperjelas apa tujuan yang hendak dicapai dalam
program
evaluasi.
Selain
itu
Sudjana
(2006:48)
menyebutkan 6 tujuan khusus evaluasi program, yaitu:
1. Memberikan masukan bagi perencanaan program.
2. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan
yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau
penghentian program.
3. Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan
tentang modifikasi atau perbaikan program.
4. Memberikan
masukan
yang
berkenaan
dengan
faktor pendukung dan penghambat program.
5. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan
pembinaan (pengawasan, supervisi dan monitoring)
bagi
penyelenggara,
pengelola
dan
pelaksana
program.
6. Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi
evaluasi program pendidikan luar sekolah.
12
Evaluasi program dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana pencapaian tujuan program dan untuk
memberikan masukan untuk keberlanjutan progam.
2.2 Model Evaluasi CIPP
(Context, Input, Process,
dan Product)
Stufflebeam
dalam
Tayibnapis
(2008:10)
menyebutkan bahwa pendekatan yang berorientasi
kepada
pemegang
evaluation
keputusan
approach
administrator
(a
structure)
membuat
decision
untuk
keputusan.
oriented
menolong
Dia
membuat
pedoman kerja untuk melayani para manajer dan
administrator menghadapi empat macam keputusan
pendidikan, membagi evaluasi menjadi empat macam
yaitu:
1. Contect
evaluation
Konteks
evaluasi
keputusan,
to
ini
serve
planning
membantu
menentukan
decision.
merencanakan
kebutuhan
yang
akan
dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan
program. Tujuan dari evaluasi konteks yang utama
adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
yang ada dalam program yang ingin dilaksanakan.
2. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini
menolong
mengatur
keputusan,
menentukan
sumber-sumber yang ada, alternative apa yang
diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai
kebutuhan.
Bagaimana
prosedur
kerja
untuk
mencapainya. Sedangkan menurut Widiyoko (2011)
menjelaskan komponen evaluasi masukan meliputi :
1) Sumber daya manusia, 2) Sarana dan peralatan
13
pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai
prosedur dan aturan yang diperlukan.
3. Process evaluation, to see implementing decision.
Evaluasi
proses
untuk
membantu
mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh
mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus
direvisi?
Begitu
pertanyaan
tersebut
terjawab,
prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki.
4. Product
evaluation,
Evaluasi
produk
to
serve
untuk
recycling
menolong
decision.
keputusan
selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang
dilakukan setelah program, berjalan? Huruf pertama
dari konteks evaluasi dijadikan ringkasan CIPP,
model ini terkenal dengan nama model CIPP.
Sedangkan menurut Arikunto dan Cepi (2010: 45)
model CIPP adalah model evaluasi yang memandang
program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.
Dengan demikian, jika tim elevator sudah
menentukan model CIPP sebagai model yang akan
digunakan untuk mengevaluasi program maka
harus dianalisis terlebih daluhu berdasarkan
komponen-komponennya.
Sejalan
dengan
itu
Sukardi
(2011:
63)
menjelaskan “model CIPP ini disusun dengan tujuan
untuk melengkapi dasar pembuatan keputusan dalam
evaluasi sistem dengan analisis yang berorientasi pada
perubahan terencana”. Evaluasi dengan model CIPP
pada
prinsipnya
mendukung
proses
pengambilan
keputusan dengan mengajukan pemilihan alternatif
dan penindak lanjutan dari suatu keputusan.
Model CIPP merupakan model evaluasi yang
disusun dengan
14
tujuan untuk melengkapi dasar
pembuatan keputusan dalam evaluasi system dengan
analisis yang berdasar pada komponen-komponenya
secara konsisten.
2.3
Pengertian
Adiwiyata
(Sekolah
Peduli
dan
Berbudaya Lingkungan)
Lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi
pola kembang prestasi maupun pola hidup siswa di
sekolah. lingkungan yang baik dalam hal ini cukup
pencahayaan
dan
terdapat
beberapa
tananman
penunjang dalam pembelajaran dapat memberikan
kenyamanan
bagi
siswa
dalam
kegiatan
belajar
mengajar. Sedari dini siswa diajarkan agar mencintai
serta melestarikan lingkungan yang berada disekitar
dalam hal ini khusunya lingkungan sekolah. dengan
diajarkan tentang pentingnya pendidikan lingkungan
hidup diharapkan siswa dapat mencintai, melestarikan,
serta
memanfaatkan
menunjang
kreatifitas
lingkungannya
pembelajaran
dari
siswa
atau
bahkan
dapat
agar
dapat
meningkatkan
menciptakan
sebuah produk baru dari pemanfaatan lingkungan.
Tujuan dari pendidikan lingkungan hidup menurut
Kementrian Lingkungan Hidup (2006) adalah:
untuk mendorong dan memberikan kesempatan
kepada masyarakat memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan
kepedulian,
komitmen
untuk
melindungi, memperbaiki, serta memanfaatkan
lingkungan
hidup
secara
bijaksana,
turut
menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat
dengan lingkungan hidup, mengembangkan pola
etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas
hidup.
15
Untuk mewujudkan kerangka tersebut melalui
pendidikan lingkungan hidup diharapkan khususnya
pada warga sekolah dan warga di lingkungan sekolah
secara berani dan bertanggung jawab melaksanakan
kewajiban melakukan aksi perlindungan lingkungan
kepada siapapun termasuk pemerintah.
Sejalan dengan hal tersebut Karim (2012:81)
menyebutkan:
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan
proses memahami dan menjelaskan konsep-konsep
untuk mengembangkan keterampilan dan sikap
guna memahami dan menghargai hubungan timbal
balik
antara
manusia,
kebudayaan,
dan
lingkungannya.
Kepedulian
lingkungan
yang
dilakukan
oleh
kerjasama antar pihak sekolah dan masyarakat sekitar
dapat mengembangkan keterampilan dan sikap dari
peserta didik sehingga nilai-nilai pendidikan karakter
dapat tertanam didalam diri peserta didik.
Pada tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup
mengembangkan
program
pendidikan
lingkungan
hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
melalui program Adiwiyata. Dijelaskan pula dengan
melaksanakan program Adiwiyata akan menciptakan
warga sekolah, khususnya peserta didik yang peduli
dan berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung dan
mewujudkan
sumberdaya
manusia
yang
memiliki
karakter bangsa terhadap perkembangan
ekonomi,
sosial,
mencapai
dan
lingkungannya
dalam
pembangunan berkelanjutan di daerah.
16
Selanjutnya Kementerian Lingkungan Hidup (2006)
dijelaskan pula pengertian dari adiwiyata yaitu:
ADIWIYATA mempunyai pengertian atau makna
sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
norma serta etika yang dapat menjadi dasar
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup
kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan
berkelanjutan.
Dengan
sekolah
tujuan
yang
perlindungan
melalui
mendukung
Adiwiyata
bertanggung
dan
tata
untuk
mewujudkan
jawab
pengelolaan
kelola
sekolah
pembangunan
diberikan
dalam
upaya
lingkungan
hidup
yang
baik
berkelanjutan.
dalam
warga
bentuk
untuk
Program
penghargaan
Adiwiyata kepada sekolah-sekolah yang memenuhi
persyaratan. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai
bentuk
apresiasi
melaksanakan
kepada
upaya
sekolah
peningkatan
yang
mampu
pendidikan
lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan
Dari
penjelasan
tersebut
maka
dapat
disimpulkan bahwa adiwiyata adalah sekolah yang
ideal untuk memperoleh ilmu pengetahuan, norma, dan
etika yang dapat menjadi dasar menuju terciptanya
kesejahteraan hidup menuju cita-cita pembangunan
yang berkelanjutan.
Adapun prinsip adiwiyata menurut Kementrian
Lingkungan Hidup (2006) adalah sebagai berikut:
1.
Partisipatif: Komunitas sekolah terlibat dalam
manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan
17
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sesuai tanggungjawab dan peran.
Berkelanjutan:
Seluruh
kegiatan
harus
dilakukan secara terencana dan terus menerus
secara komprehensif.
2.
Dengan adanya prinsip adiwiyata ini diharapkan
sekolah mampu menjalankan program sesuai dengan
prosedur
partisipatif
yang
sudah
sekolah
ditetapkan.
diharapkan
Dalam
mampu
Prinsip
mengatur
seluruh proses dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi program sesuai dengan tanggung jawab dan
peran
masing-masing.
Sedangkan
dalam
prinsip
berkelanjutan diharapkan dalam pelaksanaan program
adiwiyata
ini
dapat
terlaksana
dengan
baik
dan
mengalami peningkatan sehingga program ini dapat
berkembang sehingga dapat mendapatkan karya baru
sebagai keberlanjutan dari program.
Selanjutnya
Kementrian
Lingkungan
Hidup
(2006) menjelaskan untuk mencapai tujuan program
Adiwiyata,
maka
ditetapkan
4
(empat)
komponen
program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam
mencapai
sekolah
Adiwiyata.
Keempat
komponen
tersebut adalah:
a. Kebijakan
Berwawasan
Lingkungan,
memiliki
standar;
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
memuat upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
2. RKAS
memuat
perlindungan
hidup
18
dan
program
dalam
pengelolaan
upaya
lingkungan
b. Pelaksanaan
Kurikulum
Berbasis
Lingkungan,
memiliki standar;
1. Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam
mengembangkan
kegiatan
pembelajaran
lingkungan hidup.
2. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran
tentang
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan hidup
c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif memiliki
standar;
1. Melaksanakan
kegiatan
perlindungan
dan
pengelolaan lingkungan hidup yang terencana
bagi warga sekolah
2. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup dengan
berbagai
pihak
(masyarakat,
pemerintah,
swasta, media, sekolah lain).
d. Pengelolaan
Sarana
Pendukung
Ramah
Lingkungan memiliki satandar;
1. Ketersediaan
sarana
prasarana
pendukung
yang ramah lingkungan
2. Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan
prasarana yang ramah lingkungan di sekolah.
Komponen
sebagai
acuan
adiwiyata
penilaian
dapat
terhadap
digunakan
program.
Apakah program sudah berjalan sesuai dengan
komponen tersebut atau masih ada kekurangan
dalam pelaksanaan program.
19
Sedangkan keuntungan mengikuti Program
Adiwiyata menurut Kementrian Lingkungan Hidup
(2006) adalah:
1.
Mendukung pencapaian standar kompetensi/
kompetensi
dasar
dan
standar
kompetensi
lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.
2.
Meningkatkan
efesiensi
penggunaan
dana
operasional sekolah melalui penghematan dan
pengurangan konsumsi dari berbagai sumber
daya dan energi.
3.
Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan
kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman
dan kondusif.
4.
Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai
pemeliharaan
dan
pengelolaan
lingkungan
hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah
dan masyarakat sekitar.
5.
Meningkatkan
upaya
perlindungan
dan
pengelolaan lingkungan hidup meIalui kegiatan
pengendalian
pencemaran,
pengendalian
kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan di
sekolah.
Dengan
mengikuti
program
adiwiyata
maka
didapatkan banyak keuntungan yang dimiliki oleh
sekolah. Program unggulan ini juga dapat digunakan
sebagai
alat
promosi
sekolah.
Hal
ini
sangat
berpengaruh terhadap sekolah khususnya sekolah yang
terdapat di daerah pinggiran dan jauh dari perkotaan.
Selain itu sekolah juga dapat menciptakan hubungan
yang baik antara pihak sekolah dan masyarakat.
Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa,
sekolah
dapat
berwawasan
menyediakan
lingkungan
tempat
hidup
belajar
sehingga
yang
siswa
diajarkan tentang pentingnya memelihara lingkungan
dan kegiatan belajar mengajar menjadi menyenangkan
20
karena belajar tidak hanya pada ruang kelas melainkan
memanfaatkan
lingkungan
sekitar
sebagai
media
belajar.
2.4
Peran Serta Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara Negara, keluarga, dan masyarakat. Negara
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan program
pendidikan maupun infrastruktur pendidikan. Keluarga
bertanggung jawab dalam hal pendidikan moral dan
biaya pendidikan. Sedangkan masyarakat bertanggung
jawab
untuk
pendidikan.
ikut
Dalam
berperan
program
serta
aktif
Manajemen
dalam
Berbasis
Sekolah (2005: 2-5) dijelaskan bahwa “masyarakat
berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan dan
mendukung pendidikan yang baik. Kewajiban mereka
tidak hanya dalam bentuk sumbangan dana, tetapi
juga ide dan gagasannya”. Dukungan dari masyarakat
dirasa sangat perlu mengingat beberapa hal dalam
program sekolah sangat membutuhkan bantuan dari
masyarakat. Dalam hal ini terkait dengan program
adiwiyata yang diselenggarakan di sekolah, peran serta
masyarakat
sangat
diperlukan
untuk
menunjang
pelaksanaan program dan agar komponen standar
program adiwiyata dapat terpenehuhi.
Sedangkan menurut Dwiningrum (2011: 196)
menyebutkan bahwa “partisipasi dalam pembangunan
pendidikan adalah kenyataan obyektif yang dalam
pemahamannya
orang
tua”.
ditentukan
Keberhasilan
oleh
kondisi
sekolah
subyektif
bukan
hanya
ditentukan oleh partisipasi antar warga sekolah (siswa
21
dan guru) melainkan juga partisipasi dari orang tua
sangat diperlukan. Dengan adanya partisipasi dari
pihak
sekolah
diharapkan
dan
orang
program
tua
atau
sekolah
masyarakat,
terutama
program
unggulan yang dapat meningkatkan mutu sekolah
dapat berjalan secara optimal.
Sejalan dengan hal tersebut Mulyasa (2009: 51)
menyebutkan bahwa “hubungan yang harmonis antara
sekolah
dan
masyarakat
ini
semakin
dirasakan
pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan
memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak”.
Selanjutnya dijelaskan Jika hubungan sekolah dengan
masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab
dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah
juga akan baik dan tinggi. Dengan menggandeng pihak
masyarakat maka sekolah memiliki nilai lebih dalam
memajukan sekolah tersebut
2.5
Kajian Penelitian yang Relevan
Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian
yang
relevan
dengan
penelitian
evaluasi
program
adiwiyata, antara lain:
1. “Evaluasi
Program
Adiwiyata
Di
SMAN
11
Semarang” oleh Desy Wahyuningtyas pada tahun
2013 jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.
Metode
dalam
penelitian
ini
adalah
deskriptif
kuantitatif (teknik campuran antara kualitatif dan
kuantitatif). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
program
Adiwiyata
secara
keseluruhan
dapat
dikatakan baik dalam kaitannya pada tingkat
22
efektivitas
program
dengan
Visi
Misi
Sekolah,
namun masih perlu di tingkatkan. Dana dari
program adiwiyata masih dirasa kurang, tenaga
pendidik dan non pendidik masih kurang dalam
menjalankan tugasnya.
2. “Implementasi Kebijakan Program Adiwiyata di SMP
Negeri 3 Gresik” penelitian ini dilakukan oleh Yeni
Isnaeni guru SMP Negeri 3 Gresik pada tahun 2013.
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan hasil penelitian
implementasi kebijakan
sekolah peduli dan berbudaya lingkungan di SMP
Negeri 3 Gresik menunjukkan kebijakan sekolah
yang tertuang dalam bentuk S.K Kepala Sekolah
No.
588/215/437.53.02.03/2012,
tentang
mata
pelajaran dan pengembangan diri yang terintegrasi
dengan PLH dan PBK tahun pelajaran 2012/2013.
Faktor pendukung implementasi kebijakan adalah
adanya persamaan pemahaman dari seluruh warga
sekolah dan ditunjang sarana dan prasarana yang
memadai, dampak langsung kebijakan tersebut
adalah adanya kesadaran warga sekolah untuk
menjaga lingkungan hidup dan merawatnya dengan
baik SMP Negeri 3 Gresik yang telah menghasilkan
SMP Negeri 3 Gresik sebagai sekolah Adiwiyata
tingkat Nasional di tahun 2012.
3. “Implementasi Kebijakan Adiwiyata Dalam Upaya
Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA
Kota Malang” oleh Ellen Landriany Guru SMA
Negeri 10 Malang pada tahun 2014. Metode dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan
23
lingkungan hidup di sekolah sudah dituangkan
dalam surat keputusan dan terintegrasi dalam
masing-masing
mata
pelajaran.
Kemudian
mensosialisasikan beberapa kegiatan utama dengan
pendekatan
pada
siswa
guna
mendapatkan
dukungan yang sempurna sehingga menciptakan
kesepakatan yang mutlak bahwa sekolah tersebut
benar-benar
sekolah
Selanjutnya
masih
permasalahan
yang
berwawasan
dijumpai
lingkungan.
berbagai
menghambat
situasi
pelaksanaan
adiwiyata, seperti satuan tugas yang tidak tepat
waktu serta ada sekelompok siswa yang masih
belum sadar dalam memahami konsep sekolah
berwawasan
pendanaan,
lingkungan
dan
dukungan
hidup,
masalah
masyarakat
serta
instansi lain yang masih rendah. Sekolah sudah
melakukan
langkah-langkah
strategi
guna
mengatasi hambatan.
4. “An appraisal of environmental education in higher
school education system: A case study of North
Bengal,
India”
oleh
Somenath
Halder
Asisten
Profesor di Kaliachak College Malda pada tahun
2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Pendidikan lingkungan yang menjadi kunci untuk
memecahkan
masalah
lingkungan
dan
kunci
menjaga keberlanjutan global. Studi ini merupakan
upaya untuk menilai status pendidikan lingkungan
dalam sistem pendidikan tinggi di India, terutama
di Bengal Utara. Sumber data studi empiris ini dari
lapangan didukung oleh survei random sampling.
Dalam survei lapangan beberapa parameter selektif
24
diperiksa
seperti
frekuensi
kelas
lingkungan,
frekuensi kelas praktis mengenai studi lingkungan,
frekuensi kelas observasi lapangan atau alam studi,
jenis metodologi pengajaran yang digunakan, jenis
sistem
evaluasi
dll
Data
yang
terkumpul
ditabulasikan dan dihitung menerapkan alat-alat
statistik sederhana. Status pendidikan lingkungan
yang lebih tinggi sistem pendidikan sekolah benarbenar tidak memuaskan dan ada kebutuhan untuk
standar dan memperbarui sistem pendidikan secara
keseluruhan.
5. “Impediments
to
Environmental
Education
Instruction in the Classroom: A Post-Workshop
Inquiry” oleh Amy T. Parlo and Malcolm B. Butler.
University of Georgia, USA pada tahun 2007.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan
hubungan
antara
pendidikan
lingkungan
dan
peningkatan ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penekanan yang lebih besar
dibutuhkan
pada penyediaan
kesempatan
bagi
peserta untuk membuat hubungan yang jelas
dengan instruksi mereka dalam populasi kelas
sains.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh Desy Wahyuningtyas (2013) tentang evaluasi
program adiwiyata dengan hasil program adiwiyata
dapat
berjalan
efektif
namun
masih
diperlukan
perbaikan dalam tenaga pendidik maupun tenaga non
pendidik. Yeni Isnaeni (2013), dan Ellen Landriany
(2014)
tentang
implementasi
kebijakan
program
25
adiwiyata
dengan
adiwiyata
dapat
hasil
implementasi
berhasil
karena
kebijakan
adanya
factor
pendukung dari pihak guru maupun sarana dan
prasarana yang tersedia. Kemudian dari Somenath
Halder
(2012)
dengan
topik
tentang
pendidikan
lingkungan dan Amy T. Parlo (2007) tentang hambatan
instruksi di lingkungan kelas
yang dirasa agak
berbeda dengan topik yang diambil oleh penulis.
Namun, penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi
penulis untuk membuat penelitian mengenai adiwiyata
karena
program
adiwiyata
merupakan
program
pendidikan lingkungan sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
evaluasi.
Evaluasi
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah program adiwiyata yang dilaksanakan di SDN
2 Tegowanu Wetan sudah mencapai tujuan program
sesuai
dengan
langkah-langkah
atau
acuan
dari
program adiwiyata. Selain itu dengan melakukan
evaluasi ini diharapkan peran serta masyarakat di
sekitar sekolah dapat meningkat dan dapat membantu
pelaksanaan program adiwiyata. Dengan adanya peran
serta masyarakat diharapkan program adiwiyata ini
dapat menjadi program unggulan dan dapat dijadikan
contoh oleh sekolah-sekolah lain yang menerapka
program adiwiyata maupun yang hendak menerapkan
program ini.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki
perbedaan dengan penelitian yang terdapat di atas.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
evaluasi
sedangkan
penelitian
diatas
merupakan
implementasi. Selain itu dalam penelitian ini peneliti
26
menggunakan
evalusai
program
adiwiyata
untuk
meningkatkan peran serta masyarakat. Jadi, penelitian
ini tidak hanya mengevaluasi program adiwiyata tetapi
juga
memberikan
masukan
terhadap
partisipasi
masyarakat dalam program adiwiyata.
2.5 Kerangka Pikir
Evaluasi Program Adiwiyata yang dilaksanakan di
SDN 2 Tegowanu Wetan dengan menggunakan model
evaluasi
CIPP
yang
dikaitkan
dengan
komponen
program adiwiyata. Dari evaluasi tersebut maka akan
didapatkan data-data tentang program adiwiyata.
Evaluasi program adiwiyata
Perencanaan, proses
program adiwiyata
dan
hasil
Hasil evaluasi program adiwiyata
sesuai tujuan dan saran untuk
partisipasi masyarakat
CIPP
Gambar 2.1
Kerangka Pikir CIPP
Peneliti memulai penelitian evaluasi program
adiwiyata dengan mendatangi sekolah dan melakukan
observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan pihak
sekolah maupun dengan masyarakat sekitar tentang
pengadaan program dan kendala yang dihadapi. Hal
tersebut dilakukan agar peneliti mendapatkan data
yang valid dan berdasarkan keadaan yang nyata. Data
dikumpulkan
dengan
teknik
CIPP
berdasarkan
27
komponen adiwiyata yang akan dievaluasi. Dimulai dari
konteks evaluasi, input evaluasi, proses evaluasi, dan
yang terakhir adalah produk evaluasi. Dari kegiatan
tersebut maka akan mendapatkan hasil yang dapat
dipergunakan
masyarakat.
28
untuk
peningkatan
partisipasi