IMPLEMENTASI PROGRAM KERJA SEKOLAH BIDANG KESISWAAN PADA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 10

C. Definisi Operasional ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian... 14

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 16

A. Konsep Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 16

1. Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...17

2. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...26

3. Ruang Lingkup Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...29

4. Strategi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...30

B. Implementasi Program Kerja Sekolah Bidang Kesiswaan pada Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa... 36


(2)

ii

2. Perencanaan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada

Program Kerja Kesiswaan...39

3. Pelaksanaan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada Program Kerja Kesiswaan...47

4. Penilaian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada Program Kerja Kesiswaan...49

5. Pengawasan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada Program Kerja Kesiswaan...51

C. Kurikulum Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...52

1. Keterkaitan Kurikulum dengan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...52

2. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada Ekstra dan Ko- kurikuler...56

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Metode Penelitian ... 58

B. Lokasi Penelitian ... 59

C. Sumber Data ... 59

D. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data...60

E. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69

A. HASIL PENELITIAN ... 69

1. Nilai Karakter yang Terdapat pada Visi, Misi, Tujuan Pendidikan Sekolah dan program Kerja Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 23 Bandung...69

2. Kondisi Karakter Peserta Didik SMAN 23 Bandung Setelah Mengikuti Program Kesiswaan yang Memuat Nilai-Nilai Karakter Bangsa...86 3. Penyusunan Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian


(3)

iii

Program Kerja Sekolah Bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung

yang memuat Nilai-Nilai budaya dan Karakter Bangsa...112

4. Kesesuaian Nilai-Nilai Pada Program Kerja Pembina Kesiswaan dengan Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Sekolah...123

5. Faktor-faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Pengembangan Program Kerja Sekolah Bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung...140

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 142

1. Visi SMAN 23 Bandung...143

2. Misi SMAN 23 Bandung...146

3. Tujuan Pendidikan SMAN 23 Bandung...148

4. Program Kerja Pembina Kesiswaan SMAN 23 Bandung...152

5. Budaya Sekolah...156

6. Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik SMAN 23 Bandung...157

7. Proses Pengembangan Program Kerja Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 23 Bandung...168

8. Faktor-Faktor Yang Menguntungkan dan Merugikan Implementasi Program Kerja Pembina Kesiswaan SMAN 23 Bandung...173

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 174

A. Kesimpulan... 174

B. Rekomendasi ... 177

DAFTAR PUSTAKA ... 180


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Makna Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif... 39

Tabel 3.1 Proses Pengumpulan Data... 60

Tabel 4.1 Nilai Karakter pada Visi SMA Negeri 23 Bandung ... 72

Tabel 4.2 Nilai Karakter pada Misi SMA Negeri 23 Bandung ... 74

Tabel 4.3 Nilai Karakter pada Tujuan Pendidikan SMA Negeri 23 Bandung 77 Tabel 4.4 Nilai Karakter pada Tujuan Pendidikan SMA Negeri 23 Bandung 78 Tabel 4.5 Nilai Karakter pada Program Kerja OSIS... 79

Tabel 4.6 Nilai Karakter pada Ekstrakurikuler Non Akademik... 80

Tabel 4.7 Nilai Karakter pada Ekstrakurikuler Akademik... 82

Tabel 4.8 Nilai Karakter pada Program Kerja Wawasan Wiyatamandala... 84

Tabel 4.9 Nilai Karakter Peserta Didik Hasil Observasi Para Pendidik... 89

Tabel 4.10 Pemetaan Tujuan Pendidikan Nasional-Visi SMA Negeri 23... 118

Tabel 4.11 Pemetaan Visi – Misi SMA Negeri 23... 119

Tabel 4.12 Pemetaan Misi – Tujuan Pendidikan SMA Negeri 23... 120

Tabel 4.13 Pemetaan Tujuan Pendidikan – Proker OSIS SMA Negeri 23... 123

Tabel 4.14 Visi-Misi- Tujuan Pendidikan Sekolah – Proker OSIS SMA Negeri 23... 127

Tabel 4.15 Pemetaan- Program Kerja Ekstrakurikuler- Tujuan Pendidikan Sekolah... 129

Tabel 4.16 Pemetaan-Visi-Misi-Program Kerja Ekstrakurikuler- Tujuan Pendidikan Sekolah... 132


(5)

v

Tabel 4.17 Pemetaan-Tujuan Sekolah- Program Kerja

Wawasan Wiyatamandala... 134

Tabel 4.18 Pemetaan-Visi-Misi-Tujuan Pendidikan Sekolah- Program Kerja Wawasan Wiyatamandala... 136

Tabel 4.19 Pemetaan Misi- Program Pokok Sekolah ... 145

Tabel 4.20 Misi dengan Nilai-Nilai Karakter pada Logika ... 147


(6)

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Nilai Karakter SMA Negeri 23 Bandung... 88

Grafik 4.2 Nilai Karakter Religius... 94

Grafik 4.3 Nilai Karakter Jujur... 95

Grafik 4.4 Nilai Karakter Toleransi... 96

Grafik 4.5 Nilai Karakter Disiplin... 97

Grafik 4.6 Nilai Karakter Kerja Keras... 98

Grafik 4.7 Nilai Karakter Mandiri... 99

Grafik 4.8 Nilai Karakter Demokratis... 100

Grafik 4.9 Nilai Karakter Rasa Ingin Tahu... 101

Grafik 4.10 Nilai Karakter Semangat Kebangsaan ... 102

Grafik 4.11 Nilai Karakter Bersahabat/Komunikatif... 103

Grafik 4.12 Nilai Karakter Cinta tanah Air... 104

Grafik 4.13 Nilai Karakter Kreatif... 105

Grafik 4.14 Nilai Karakter Tanggung Jawab... 106

Grafik 4.15 Nilai Karakter Menghargai Prestasi... 107

Grafik 4.16 Nilai Karakter Peduli Lingkungan... 108

Grafik 4.17 Nilai Karakter Cinta Damai... 109

Grafik 4.18 Nilai Karakter Gemar Membaca... 110

Grafik 4.19 Nilai Karakter Peduli Sosial... 111


(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alur Pengembangan Karakter... 2 Gambar 1.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 9 Gambar 2.1 Bridge Between Judgment and Action ... 33 Gambar 2.2 Ruang Lingkup Implementasi. Sumber; After Fullan, 1982, 1987. Miles, 1987, Print, 1988... 38 Gambar 2.3 Prosedur Pengembangan RKAS Bidang Kesiswaan... 46


(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 4.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 184

Lampiran 4.2 Pedoman Studi Dokumen... 188

Lampiran 4.3 Pedoman Angket... 192

Lampiran 4.4 Pedoman Wawancara... 201

Lampiran 4.5 Pedoman Observasi... 203

Lampiran 4.6 Instrumen 1 Hasil Angket Indikator Sekolah... 206

Instrumen 2 Hasil Angket Indikator Peserta Didik... 214

Lampiran 4.7 Hasil Wawancara... 207

Lampiran 4.8 Hasil Observasi... 232


(9)

1 BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal tiga tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dari paparan di atas, ada delapan potensi yang bisa dikembangkan dari diri peserta didik, lima diantaranya mengarah pada pengembangan karakter. Semua potensi tersebut diamanatkan harus dimiliki peserta didik agar mereka mampu menghadapi tantangan hidup. baik pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Tujuan pendidikan nasional tersebut perlu dijabarkan dan dioprasionalkan di tingkat satuan pendidikan. Adapun gambaran umum penjabaran ide-ide yang menjadi cita-cita bangsa di tingkat satuan pendidikan, diatur sesuai dengan sistem pendidikan yang berlaku saat sekarang, yakni semua satuan pendidikan di seluruh wilayah kesatuan Republik Indonesia menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pasal satu, ayat 15 menjelaskan bahwa KTSP adalah,” kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”. Namun demikian dalam


(10)

pengembangannya, setiap satuan pendidikan diwajibkan merujuk pada delapan standar minimal seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal satu, ayat satu, “Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia”, sehingga gambaran umum alur pengembangan pendidikan karakter dari pusat ke satuan pendidikan dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1. Alur Pengembangan Karakter

Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal yang dikutip Har Tilaar. (Kompas, 2010, 31 Agustus), mengatakan bahwa:

Tujuan Pendidikan Nasional

(ada 8 potensi peserta didik, 5 diantaranya terkait dengan karakter)

SKL

E

V A L U A S I E

V A L U A S I

Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian

Standar Pengelolaan

Mata Pelajaran Budaya Sekolah

Standar Sarana Prasarana, Standar Tenaga Pendidik dan kependidikan, Standar Pembiayaan


(11)

“Pendidikan karakter yang didorong pemerintah untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak akan membebani guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang terkandung dalam pendidikan karakter sudah ada dalam kurikulum. Tetapi selama ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara tepat dan akurat”.

Pernyataan tersebut mengisyaratkan adanya persoalan di dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, khususnya yang terkait dengan pendidikan karakter. Persoalan yang mendasar terletak pada tidak terimplementasinya pendidikan karakter di satuan pendidikan, yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman satuan pendidikan terhadap pengembangan kurikulum yang terkait dengan pendidikan karakter.

Hal serupa dipaparkan Koesoema,DA, 2009: 156 “Tidak semua lembaga pendidikan dan sekolah yang ada di negeri ini memiliki visi pendidikan yang menjadi cita-cita dan idealisme mereka. Ada sekolah yang asal hidup begitu saja. Mereka tetap menjalankan peraturan dan persyaratan minimal seperti yang dituntut oleh pemerintah, namun mereka tidak memiliki kinerja yang baik”.

Pendapat tersebut di atas, senada dengan pernyataan Fasli Jalal, yang mengakui adanya permasalahan pada implementasi kurikulum. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa bukan kurikulum baru, dan seyogyanya tidak membebani para guru. Implementasi pendidikan budaya dan karakter bangsa pada kurikulum satuan pendidikan seperti yang tervisualisasikan pada Gambar 1.1 menjelaskan bahwa pengembangan karakter yang dimaksud pada satuan pendidikan terdapat dua jalur, yakni jalur terintegrasi melalui mata pelajaran, dan jalur terprogram melalui budaya sekolah yang harus dikedepankan sebagai karakter satuan pendidikan.


(12)

Tim wartawan majalah Forum Tenaga Kependidikan (2011: 7, Maret), melaporkan hasil wawancara mereka dengan Fasli Jalal, bahwa, ”gerakan merevitalisasi pendidikan karakter menggunakan semua peluang, baik kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler”. Hal yang sama dijelaskan dalam buku pedoman pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum ( 2010; 12), bahwa ”pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok

bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah”.

Sebuah penelitian yang dilakukan Sutawi MP, (2010) dengan mengutip pendapat akhli pendidikan Amerika, Thomas Lickona, mengemukakan bahwa: ‘ ... ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh tanda tersebut antara lain meningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang memburuk, pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, kaburnya batasan moral baik-buruk, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, serta adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama.’

Menurut Sutawi, kesepuluh degradasi yang dipaparkan Lickona telah terjadi di masyarakat Indonesia, dan kesepuluh tanda kehancuran bangsa tersebut semuanya terkait dengan karakter. Penulis melihat berdasarkan pengalaman selama mengajar di SMAN 23 Bandung, beberapa poin dari sepuluh poin tersebut terjadi pada peserta didik, seperti penggunaan kata-kata buruk, rendahnya rasa hormat terhadap guru, kurang rasa tanggung jawab dan rendahnya kejujuran yang ditandai dengan budaya mencontek.


(13)

Percakapan antar peserta didik yang nampaknya terbiasa menggunakan kata-kata buruk, di kantin, di jalan-jalan, di selasar-selasar gedung sekolah SMAN 23 Bandung, dirasakan bukan sesuatu yang salah oleh mereka. Cara mereka berkomunikasi dilegitimasi oleh istilah bahasa gaul, sehingga sikap mereka tidak dirasakan sebagai sebuah masalah oleh sebagian besar peserta didik. Hal tersebut diperparah oleh sikap sebagian mereka yang kurang hormat terhadap guru, seperti tidak memberi salam, tidak menyapa ketika bertemu di luar sekolah dan lain-lain. Semua itu merupakan persoalan yang berkaitan dengan karakter. Persoalan lain juga menyangkut kurang bertanggung jawabnya peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Pekerjaan rumah (PR), atau tugas-tugas-tugas-tugas yang diberikan, baik di kelas maupun di luar kelas, kadang-kadang dikerjakan asal jadi, bahkan terlambat menyerahkannya kembali. Pada waktu ulangan, baik ulangan harian maupun ulangan umum, kegiatan mencontek dilakukan oleh hampir sebagian beser peserta didik.

Gambaran di atas merupakan bukti adanya sikap dan karakter yang tidak sesuai dengan harapan yang diamanatkan undang undang, seperti berakhlak mulia, mandiri dan rasa bertanggung jawab. Nilai-nilai tersebut termuat pada tujuan pendidikan nasional, yakni; “...beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Implementasi nilai-nilai luhur tersebut dikembangkan menjadi karakter-karakter yang terinternalisasikan ke dalam pribadi peserta didik seperti; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta


(14)

tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Gambaran karakter yang berakar dari nilai-nilai bangsa ini seharusnya merupakan gambaran karakter yang muncul di semua peserta didik SMAN 23 Bandung, sehingga menjadi indikator atas tercapainya tujuan pendidikan nasional. Namun gambaran karakter-karakter di atas, belum sepenuhnya menjadi budaya dalam kehidupan peserta didik di SMAN 23 Bandung, baik dalam keseharian mereka di lingkungan SMAN 23 Bandung, maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler yang mengekspresikan minat, bakat mereaka sendiri.

Sekalipun disadari bahwa pengembangan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggung jawab bersama antara orang tua, keluarga, masyarakat, dan sekolah, namun sekolah yang selama ini menjadi lembaga yang diakui pemerintah sebagai tempat terjadinya proses pembelajaran dan proses pendidikan, tidak bisa membiarkan kasus-kasus tersebut begitu saja. Pendidikan dan pembelajaran di sekolah merupakan bagian dari sebuah proses kebudayaan, yang pelaksanaannya dikembangkan berdasarkan perencanaan yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang mengikat guna tercapainya tujuan pendidikan nasional. Kasus yang mengarah pada penyimpangan tujuan pendidikan, seperti temuan-temuan di atas, khusunya di SMAN 23 Bandung yang mengindikasikan adanya pengembangan karakter yang perlu mendapat perhatian serius, terutama pada pengembangan budaya sekolah dan ekstrakurikuler, karena pembiaran masalah ini akan berakibat pada terbentuknya karakter peserta didik yang tidak berakar pada sumber nilai yang diakui bangsa Indonesia yakni; agama,


(15)

Pancasila, UUD 1945 yang selanjutnya diamantkan pada tujuan pendidikan nasional yang tertuang pada undang-undang Sikdiknas.

Sebagai sebuah lembaga, sekolah merupakan perpanjangan tangan dari lembaga atau instasi lain yakni Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten, Provinsi serta Kementerian Pendidikan Nasional dalam mengimplementasikan tujuan pendidikan nasional. Lembaga-lembaga tersebut secara bersama-sama membimbing dan mendukung pelaksanaan amanat konstitusi di tingkat sekolah. Selain itu, pengelolaan sekolah diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007, tentang Standar Pengelolaan Sekolah, dengan komponen-komponen sebagai berikut: a) Perencanaan program, b) pelaksanaan rencana kerja, c) pengawasan evaluasi, d) kepemimpinan sekolah dan e) sistem informasi manajmen.

Dalam Perencanaan Program dikenal ada perencanaan jangka menengah (RKJM) dan perencanaan jangka pendek (RKAS). Salah satu pengembangan program RKAS adalah program bidang kesiswaan yang memuat diantaranya hal-hal sebagai berikut:

1. sekolah memberi layanan konseling kepada peserta didik

2. sekolah melaksanakan kegiatan ekstra dan ko-kurikuler untuk para peserta didik

3. sekolah melaksanakan pembinaan prestasi unggulan 4. sekolah melakukan pelacakan terhadap alumni.

Bidang layanan kesiswaan yang tertuang pada Permen No. 19 tersebut merupakan bidang yang secara langsung terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa, di samping bidang kurikulum yang terkait dengan pembelajaran, seperti yang dipaparkan dalam buku pedoman pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, dari Kementerian Pendidikan Nasional. Kecenderungan


(16)

penyimpangan karakter sebagian besar peserta didik SMAN 23 Bandung yang kurang disiplin, kurang mandiri, kurang bertanggung jawab, dan kurang jujur bisa disebabkan pula oleh program pengembangan diri, dalam hal ini terkait dengan program konseling dan ekstrakurikuler yang kurang optimal. Dugaan peneliti pada hal tersebut didukung oleh fakta adanya aktivitas rutin kesiswaan berjalan dari tahun ketahun hampir sama, walaupun ada beberapa penambahan program untuk pertengahan tahun ajaran 2010-2011, namun itu dilakukan oleh pengurus baru pengganti pengurus lama. Hal ini menarik untuk dikaji lebih jauh, khususnya mengenai keterkaitan program kesiswaan dengan pengembangan karakter peserta didik di SMAN 23 Bandung.

Fakta lain yang menguatkan minat peneliti adalah belum tersosialisasikannya pengembangan pendidikan karakter di sekolah. sekalipun pemerintah telah memprioritaskan masalah karakter ini melalui Permen No. 2 Tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh kurang dikembangkannya program-program kesiswaan yang mengarah pada pembentukan sikap dan nilai-nilai karakter peserta didik. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi program Kerja sekolah

Bidang Kesiswaan pada Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa. (sebuah Studi evaluasi di SMAN 23 Bandung)”.

Visualisasi ruang lingkup penelitian ini disesuaikan dengan judul penelitian yang menggambarkan kata “implementasi” memuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program kesiswaan bidang kesiswaan seperti gambar 1.2. berikut ini;


(17)

PERENCANA G Gambaran 1 melaksanakan proses pendidikan karakter y nilai-nilai bangsa sey sekolah dan program aktivitas kesiswaan a kepribadian baik pen menyatu dan terintern bangsa Indonesia deng

Dengan adan di seputar karakter pe nilai-nilai bangsa. D

Visi

Misi Tuj. Sek Tujuan Pendidikan Nasional

SKL

Standar pengelolaan

NAAN PELAKSANAAN 1.Konseling 2.Ekstra- dan Kokurikuler 3.Pemb. Prestasi Unggulan 4. Pelacakan Alumni

Gambar 1.2. Ruang lingkup penelitian 1.2. ruang lingkup penelitian membantu ses penelitian terutama dalam pengumpulan

r yang diharapkan muncul dalam wujud yang seyogyanya terintegrasi dengan visi, misi, tuj m kerja sekolah bidang kesiswaan. Dengan dem n akan memunculkan peserta didik yang me

engetahuan, keterampilan maupun sikap sehi ernalisasi dalam karakter peserta didik sebagai engan kekhasan yang dimiliki bangsa.

anya penelitian ini, diharapkan ditemukan aka peserta didik SMAN 23 Bandung yang belum Disamping itu, keuntungan lain dari peneli Tuj. Sek RKAS kesiswaan an EVALUASI H A S I L ?

tu peneliti dalam lan data. Adapun ang sesuai dengan tujuan pendidikan emikian hasil dari memilki keutuhan ehingga semuanya gai generasi muda

akar permasalahan lum sesuai dengan elitian ini adalah


(18)

adanya pembaharuan dalam proses pengembangan program kesiswaan, sehingga menghasilkan program yang selaras serta berimbas pada perubahan karakter peserta didik yang berakar pada nilai-nilai bangsa.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Penjelasan-penjelasan pada bagian latar belakang masalah menuntun pada pertanyaan pokok tentang persoalan yang ada pada pengembangan budaya dan karakter bangsa di SMAN 23 Bandung, yakni,” Nilai-nilai karakter bangsa yang bagaimana yang dikembangkan dalam program sekolah bidang kesiswaan SMA Negeri 23 Bandung, sehingga peserta didik memiliki nilai-nilai karakter bangsa?’. Pertanyaan pokok ini, menuntun pada rumusan masalah seperti berikut ini;

1. Nilai-nilai karakter apa yang terdapat pada visi, misi, tujuan pendidikan sekolah dan program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung 2. Bagaimana kondisi karakter peserta didik SMAN 23 Bandung setelah

mengikuti program kesiswaan yang memuat nilai-nilai karakter bangasa . 3. Bagaimana penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program

kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung yang memuat nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

4. Bagaimana ketercapaian nilai-nilai karakter bangsa program kesiswaan SMAN 23 Bandung pada tujuan pendidikan, misi dan visi sekolah.

5. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pengembangan program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung.


(19)

C. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut.

1. Fullan dalam Hamalik (2007 :3) mengemukakan bahwa implementasi adalah proses menerapan suatu gagasan, program atau kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan berubah. Proses tersebut menghasilkan suatu perubahan dan akan mempengaruhi outcome. Implementasi program kerja sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program kerja bidang kesiswaan yang aktivitasnya meliputi perencanaan, pelaksanaan serta penilaian hasil program kerja sekolah bidang kesiswaan terkait dengan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

2. Program kerja sekolah bidang kesiswaan yang akan dikaji merujuk pada Permen No 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, Renstra Kemendiknas 2010 – 2014, serta Permen No 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Dalam penelitian ini akan dikaji keterkaitan antara standar kompetensi Lulusan (SKL) dengan visi, misi, tujuan pendidikan sekolah serta program kerja sekolah bidang kesiswaan dengan pengembangan budaya dan karakter bangsa, kemudian bagaimana pelaksanaan dan hasil dari program tersebut terhadap karakter peserta didik SMAN 23 Bandung . Adapun ruang lingkup bidang kesiswaan meliputi layanan konseling, ekstra dan kokurikuler, pembinaan prestasi unggulan serta melakukan pelacakan terhadap


(20)

alumni, yang kemudian diperluas dengan arahan dari buku pedoman pembinaan kesiswaan yang merujuk pada Permen Nomor 39 Tahun 2008.

3. Pengertian kebudayaan menurut Tylor (1871) dalam Sukmadinata (2009; 60) adalah, “keseluruhan yang kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Selanjutnya hasil dari proses kebudayaan ini muncul dalam keseluruhan yang ada dalam kehidupan termasuk sikap, pengetahuan, serta kemampuan peserta didik yang membentuk moral dan karakter yang sesuai dengan keyakinan yang dipahami dan diyakininya.

Sementara pengertian pendidikan karakter seperti yang dijelaskan oleh Husaini, (2010) adalah ;

“bukanl sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan teknik teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik; pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria; malu berbuat curang; malu bersikap malas; malu membiarkan lingkungannya kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.

Penjelasan Ardian Husaini di atas, merupakan titik tolak untuk mengembangkan penelitian pada implementasi pendidikan karakter melalui program kerja kesiswaan.

Paparan di atas mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter tidak terpisah dengan aktivitas peserta didik, baik aktivitas pembelajaran di kelas maupun di luar kelas berupa kegiatan ekstrakurikuler dan budaya


(21)

sekolah. Dalam penelitian ini, pengertian implementasi pendidikan karakter yang dimaksud adalah yang terintegrasi dengan program sekolah bidang kesiswaan, mulai dari visi, misi, tujuan pendidikan sekolah sampai program kesiswaan berupa konseling, kegiatan ekstra dan kokurikuler, pembinaan prestasi unggulan serta pelacakan terhadap alumni. Untuk itu, dalam penelitian ini disajikan nilai-nilai yang termuat pada tujuan pendidikan nasional, yang kemudian dijabarkan menjadi nilai-nilai seperti; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini akan menjadi alat ukur aktivitas program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung.

D. Tujuan Penelitian

Pendidikan karakter diyakini sudah disampaikan melalui implementasi program-program yang ada secara integratif, namun proses pendidikan karakter yang tumbuh dari nilai-nilai budaya bangsa sendiri masih belum dikedepankan, sehingga, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan nilai-nilai sebagai landasan pengembangan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam program kerja sekolah bidang kesiswaan dan terinternalisasi dalam kepribadian peserta didik SMAN 23 Bandung. Untuk mencapai tujuan utama, maka dalam penelitian ini akan dirumuskan tujuan-tujuan khusus untuk menemukan;


(22)

1. keterkaitan antara nilia-nilai karakter bangsa yang terkandung pada tujuan Pendidikan Nasional dengan visi, misi, tujuan sekolah dan program kerja sekolah bidang kesiswaan

2. kondisi karakter peserta didik SMAN 23 Bandung setelah mengikuti program kesiswaan yang memuat nilai-nilai karakter bangsa

3. proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung yang memuat nilai-nilai budaya dan karakter bangsa..

4. ketercapaian nilai-nilai karakter bangsa program kesiswaan SMAN 23 Bandung pada tujuan pendidikan, misi dan visi sekolah.

5. faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan program kerja sekolah bidang kesiswaan

E. Manfaat Penelitian

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan berupa masukan-masukan untuk perbaikan bagi beberapa pihak, sehingga pelaksanaan penyelenggaraan program kerja sekolah bidang kesiswaan yang terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa menjadi lebih efektif dan efisien. Masukan-masukan tersebut adalah:

1. bagi peneliti, mendapatkan pengalaman yang berharga karena dapat merealisasikan pengetahuan, keilmuan yang telah peneliti dapatkan selama masa studi.


(23)

2. bagi Lembaga SMAN 23 Bandung, dapat menemukan kekuatan dan kelemahan kinerja sekolah di bidang pengembangan program kerja sekolah bidang kesiswaan yang terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3. bagi Kesiswaan SMAN 23 Bandung, memperoleh hal-hal baru guna meningkatkan profesionalisme kinerja kesiswaan

4. bagi guru-guru bimbingan konseling, pelatih ekstrakurikuler, memperoleh hal-hal baru dalam meningkatkan profesionalisme kinerja mereka

5. bagi rekan-rekan guru yang lain, adanya nuansa baru dalam penyelenggaraan program kerja sekolah bidang kesiswaan yang berakar pada nilai-nilai karakter bangsa.


(24)

58 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode studi evaluasi (Evaluation research) yang membahas permasalahan tentang efektifitas program kerja sekolah bidang kesiswaan pada nilai-nilai karakter peserta didik SMA Negeri 23 Bandung. Patton dalam bukunya Qualitative Research and Evaluation Method menjelaskan bahwa:

“Evaluation research, quite broadly, can include any effort to judge or enhance human effektiveness through systemic data based inquiry. These efforts include assessing needs, formulating policies, passing lows, delivering programs, managing people and resources, providing therapy, developing communities, changing organizational culture and solving problems (2002: 10)

Ruang lingkup penelitian evaluasi cukup luas menyangkut berbagai usaha untuk menilai dan meningkatkan efektifitas manusia melalui teknik pengumpul data inquiri yang dilakukan secara sistemik. Cakupan dari segala usaha tersebut menyangkut berbagai hal termasuk pengembangan program.

Sesuai dengan paparan di atas, Pemilihan metode studi evaluasi (Evaluation research) pada penelitian ini dikarenakan ingin mengetahui efektivitas program kerja sekolah bidang kesiswaan pada nilai-nilai karakter peserta didik SMA Negeri 23 Bandung.

Penelitian dimulai dengan mengikuti saran dari Spradley dalam Sugiono (2009: 297) yang menjelaskan tentang situasi sosial atau social situation yang terdiri dari tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas


(25)

(activity). Ketiga hal tersebut berinteraksi secara sinergis dalam aktivitas penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian adalah SMA Negeri 23 Bandung, beralamat di jalan Malangbong Raya Antapani. SMA Negeri 23 Bandung berdiri pada tahun 1994, di pemukiman penduduk desa Antapani Wetan, kecamatan Antapani, dibangun tidak jauh dari perumahan penduduk, bahkan bertetangga dengan penduduk setempat.

SMA Negeri 23 Bandung memiliki 24 rombongan belajar, yang masing-masing tingkatannya terdiri dari delapan kelas. Kepala SMA Negeri 23 Bandung dibantu oleh empat wakil kepala sekolah, yaitu wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan, sarana, dan hubungan masyarakat. Pengelolaan SMA Negeri 23 Bandung didasarkan pada sistem pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Karakter dari kurikulum ini adalah pengelolaan sekolahnya merujuk pada depalan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang selanjutnya dioprasionalkan oleh manajemen sekolah dalam bentuk dokumen kurikulum yang disebut dengan dokumen 1 dan 2 Kurikulum SMA Negeri 23 Bandung.

C. Sumber Data

Creswell menjelaskan dalam buku Qualitative Inquiry and Research Design, (2007: 39). Dalam keseluruhan proses penelitian kualitatif, seorang


(26)

peneliti harus selalu fokus pada partisipan, yaitu orang-orang yang mengalami, mengetahui isu-isu atau permasalahan yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, partisipan yang dimaksud adalah;

a. Kepala SMA Negeri 23 Bandung

b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Negeri 23 Bandung c. 30 guru SMA Negeri 23 Bandung.

d. Enam pelatih/pembina ekstrakurikuler SMA Negeri 23 Bandung e. 30 peserta didik SMA Negeri 23 Bandung.

Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas partisipan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari rencana kerja sekolah bidang kesiswaan pada pendidikan karakter di SMAN 23 Bandung.

D. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data tidak hanya membahas sebatas teknik pengumpulannya, namun juga membahas proses pengumpulan data tersebut. Pengumpulan data digambarkan sebagai rangkaian aktivitas yang bertujuan pada pengumpulan informasi yang tepat untuk menjawab serangkaian pertanyaan penelitian. Untuk itu proses pengumpulan data dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan sampai jenuh. Proses ini berpegang pada konsep bahwa data yang dikumpulkan secara berulang-ulang, sampai mencapai kejenuhan. (Maxwell, 1992; Miller & Crabtree, 1994; Adler & Adler, 1994).

Proses pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada tabel 3.1 berikut ini;


(27)

.

Tabel 3.1 Proses Pengumpulan Data

Visualisasi di atas menggambarkan siklus kegiatan pengumpulan data yang diawali dari;

1. menentukan tempat atau orang yang akan diteliti 2. mendapatkan akses dan membuat hubungan

Orientasi Eksplorasi Triangulasi

• Melakukan pra survei

• Menemukan permasalahan dan lokasi penelitian • Menyusun

rencana penelitian • Mempersiapkan

perangkat penelitian • Mengurus

perizinan penelitian

Mengumpulkan data tentang fokus

penelitian,seperti; • Melalukan observasi

terhadap pelaksanaan fokus penelitian • Melakukan wawancara

terhadap responden penelitian

• Melakukan

pemgumpulan data melalui angket yang diberikan pada pendidik dan peserta didik

• Melakukan studi dokumen pada perencanaan

pengelolaan sekolah ( visi, Misi, Tujuan Pendidikan Sekolah, dan Program-program pembinaan Kesiswaan)

• Mengecek kembali data yang telah terkumpul • Meminta

konfirmasi dan membandingkan informasi yang diberikan oleh responden dengan realitas di lapangan

• Meminta data dan informasi ulang jika data yang terkumpul belum lengkap.

Implementasi program kerja sekolah bidang kesiswaan pada pengembangan pendidikan karakter


(28)

3. menentukan sampling (sesuai tujuan) 4. mengumpulkan data

5. merekam informasi

6. mengeksplorasi masalah-masalah lapangan 7. menyimpan data

Visualisasi pengumpulan data di atas merupakan rangkaian kegiatan saling terkait, ditujukan pada pengumpulan informasi yang baik untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Berdasarkan prosedur atau proses pengumpulan data, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan informasi menggunakan bentuk-bentuk yang luas seperti; wawancara, observasi, dokumen dan angket. Penjelasan dari keempat bentuk pengumpulan data tersebut adalah;

1. Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencataan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Jonathan, Sarwono, 2006: 224). Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat dan menganalisis berbagai aktifitas dan kegiatan yang dilakukan oleh para pendidik, atau para pelatih ekstrakurikuler dan peserta didik pada proses implementasi program kerja bidang kesiswaan. Observasi ini dilakukan peneliti dengan berada langsung di lingkungan penelitian, sehingga dengan demikian peneliti akan lebih komprehensif dan lengkap dalam mencari data penelitian.


(29)

Sanapiah Faisal (2005:65) menjelaskan bahwa melalui observasi dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang mempola dari hari ke hari di tengah masyarakat. Pada konteks penelitian ini masyarakat yang dimaksud adalah lingkungan SMA Negeri 23 Bandung dengan berbagai aktivitas implementasi program kerja sekolah bidang kesiswaan,yang dilakukan di sekolah tersebut.

2.Wawancara

Wawancara (interview) dalam penelitian ini dapat digolongkan kepada beberapa bentuk, yaitu; interview yang berupa percakapan formal, interview suide-approach, dan interview open ended (McMillan, 1997: 586). Teknik wawancara ini digunakan untuk mendapatkan pendalaman informasi dari data yang diperoleh dari aktivitas atau fenomena yang terjadi. Wawancara ini dilakukan kepada perorangan, yang dapat memberikan data lebih lengkap dan semakin memperjelas masalah yang diteliti. Wawancara pertama kali dilakukan kepada pembina kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, para pembina dan pelatih ekstrakurikuler, serta sejumlah peserta didik SMA Negeri 23 Bandung. Wawancara pada penelitian ini mengunakan interview guided-approach (wawancara terpimpin). Pada interview guided-approach, tema atau topik dipilih pada fase selanjutnya, tetapi peneliti telah menyusun atau menetapkan rangkaian atau susunan pertanyaan yang akan timbul selama interview (McMillan, 1997:586). Selanjutnya untuk mengembangkan informasi yang diperlukan peneliti pun mengunakan pula teknik snowball. Teknik snowball ini digunakan untuk


(30)

memperluas nara sumber dalam penelitian ini. Dengan teknik ini data penelitian yang diperoleh oleh peneliti menjadi lebih lengkap dan komprehensip.

3. Studi Dokumen

Dokumentasi yang dikaji dalam tesis ini adalah suatu tulisan atau catatan berupa laporan, arsip, atau catatan materi lain, tidak dipersiapkan secara khusus untuk merespon permintaan peneliti. Dokumentasi yang tergolong sebagai sumber informasi dalam penelitian ini meliputi; visi, misi, tujuan pendidikan sekolah dan rencana kerja sekolah pada program kerja sekolah bidang kesiswaan.

Studi dokumentasi ini dituangkan dalam sebuah format berbentuk ringkasan secara tertulis. Struktur ringkasan terdiri atas; identitas, deskripsi dokumen, hubungan dokumen terhadap fokus kajian, rangkuman isi dokumen, unitisasi, dan pertanyaan-pertanyaan untuk penelusuran selanjutnya. Format studi dokumentasi ini juga dimaksudkan untuk memudahkan dalam proses analisis, penarikan dan pengujian kesimpulan, serta membangun keabsahan penelitian. 4. Angket (Kuesioner)

Lingkup penelitian ini terfokus pada implementasi program kerja sekolah bidang kesiswaan SMA Negeri 23 Bandung pada pengembangan pendidikan karakter. Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, dalam penelitian ini digunakan pula teknik pengumpul data berbentuk Angket, hal ini dilakukan bukan untuk mengganti metode penelitian kualitatif manjadi kuantitatif, namun untuk memberi kekuatan dan meminimalkan kelemahan pada data yang diperoleh. Pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan Johnson dan Onwuegbuzie pada artikel Mixed Methods Researchs: A Research Paradigm Whose Time Has


(31)

Come, bahwa tujuan dari mixed methods, yaitu metode yang menggunakan teknik pengumpul data kualitatif dan kuantitatif adalah “...is not to replace either of these approaches but rather to draw from the strengths and minimize the weaknesses of both in single research”. (bjohnson@usouthhal.edu)

Angket diberikan secara langsung atau angket langsung. Tipe pertanyaan pada angket menggunakan tipe tertutup yang memungkinkan responden menjawab dengan cepat, disamping itu, tipe pertanyaan angket tertutup dilakukan untuk memudahkan responden memilih jawaban yang merupakan pilihan-pilihan dari indikator delapan belas karakter yang dikembangkan oleh Puskur maupun Direktorat PSMA.

E. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis data yang dimaksud adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, angket dan studi dokumen sehingga bisa dipahami. Sugiono (2009; 244) menjelaskan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sistesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Data-data lapangan yang telah didapat, dikumpulkan, dianalisis dan dipahami. Setelah data dipahami kemudian temuan dari penelitian ini di informasikan dalam bentuk deskripsi. Aktivitas analisis data yang dilakukan


(32)

dalam penelitian ini mengunakan model Miles dan Huberman dengan tahapan analisis data sebagai berikut; 1) data reduction, 2) data display, dan 3) conclusion drawing/verification (Sugiono, 2009; 246). Tahapan analisis data yang dilakukan melalui tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data.

Sugiono (2009; 247) menjelaskan bahwa reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Pada penelitian ini data yang terkumpul dengan teknik pengumpulan data di atas diolah dan diorganisasikan menurut tema dan polanya. Setelah data-data tersebut terkumpul, kemudia data tersebut diolah sehingga memberikan suatu informasi yang berkenaan dengan fokus penelitian dan dapat mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan.

Pengolahan data tersebut dilakukan dengan tahapan sebagi berikut:

• Merangkum. Pada tahapan ini peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya tentang informasi yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang terkait dengan program kerja sekolah bidang kesiswaan.

• Memilih hal-hal yang pokok. Setelah data terangkum dengan baik, kemudian data tersebut dipilah-pilah menjadi data pokok dan data pendukung. Data yang merupakan hal-hal pokok dalam penelitian ini digunakan, sedangkan data yang tidak berkenaan dengan pokok penelitian tidak digunakan.


(33)

• Menfokuskan pada hal-hal yang penting. Pada tahapan ini peneliti mengupas dan menganalisis data tersebut sehingga pada akhirnya data yang penting dalam penelitian ini bisa terlihat dengan jelas.

2. Display Data (Penyajian Data)

Data yang diperoleh dan diolah melalui tahapan-tahapan sebelumnya, kemudian ditampilkan dalam berbagai bentuk, seperti dalam bentuk tabel, grafik, dan phie chard. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan yang mudah dipahami. Miles dan Huberman dalam Sugiono menjelaskan, “looking at displays help us to understand what is happening and to do something further analysis or caution on that understanding”.(2009; 341)

3. Pengambilan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian studi evaluasi merupakan temuan dan gambaran dari fokus penelitian yang terdapat di lapangan. Sugiono menjelaskan “Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori”. (2009; 345). Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari penelitian yang dilakukan. Pada tahapan ini peneliti memberikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan yang dibuat peneliti dalam penelitian ini bersumber dari data yang telah dianalisis dan diverifikasi secara mendalam dengan mengunakan berbagai teori. Kesimpulan yang diambil oleh peneliti pada tahapan ini bersifat sementara dan hanya berlaku pada situasi dan kondisi dimana penelitian dilakukan. Disamping itu, kesimpulan


(34)

yang diambil oleh peneliti merupakan gambaran awal yang dapat digunakan untuk pengembangan lebih lanjut dalam penelitian tentang pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, sehingga dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam pengelolaan kurikulum sehingga bisa diimplementasikan dengan baik dan berimbas pada peningkatan mutu yang dicita-citakan bersama.


(35)

174 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan beberapa poin penting di antaranya;

1. Visi, Misi, Tujuan Pendidikan SMA Negeri 23 Bandung secara implisisit telah memuat nilai-nilai karakter bangsa yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional. Demikian juga nilai-nilai karakter bangsa telah terintegrasi pada program-program sekolah bidang kesiswaan, Baik pada bidang kepemimpinan dan keorganisasian (OSIS), ekstrakurikuler maupun wawasan wiyatamandala. Hal ini dibuktikan melalui hasil kajian beberapa dokumen, yang kesemuaannya membuktikan bahwa nilai-nilai karakter sudah terintegrasi dengan kurikulum, mulai dari visi, misi, tujuan pendidikan sekolah sampai program-program kerja sekolah bidang kesiswaan.

2. Gambaran kondisi karakter peserta didik SMA Negeri 23 Bandung diinformasikan melalui berbagai cara diantaranya melalui hasil pengolahan angket yang diberikan pada sejumlah pendidik dan peserta didik, serta penilaiann yang didasarkan pada hasil wawancara pada beberapa guru BK, pembina dan atau pelatih ekstrakurikuler. Dari hasil ketiga instrumen ditemukan bahwa nilai karkter rasa ingin tahu dinilai ketiganya baik, sementara nilai karakter jujur dinilai sangat kurang. Adapun hasil pengolahan angket yang diberikan pada pendidik, didapatkan informasi


(36)

bahwa nilai karakter religius telah difasilitasi sekolah dengan sangat baik, Namun untuk pengembangan nilai karakter jujur dan gemar membaca, sekolah belum bisa menciptakan suasana yang optimal sehingga penilaiannya dipandang kurang. Namun pengakuan peserta didik itu sendiri mengiakui bahwa nilai karakter religius, mandiri, semangat kebangsaan dan peduli lingkungan adalah sangat baik, Sementara hasil wawancara pada beberapa pembina dan pelatih ekstrakurikuler, guru BK, dihasilkan bahwa nilai karakter bersahabat/komunikatif peserta didik, dipandang sangat baik, namun nilai karakter jujur, demokratif, semangat kebangsaan, cinta tanah air dan gemar membaca menurut hasil wawancara dinilai sangat kurang.

Penilaian hasil pengolahan data, yang dinyatakan secara kualitatif seperti; sangat baik, baik, cukup baik, cukup dan kurang merupakan hasil konversi dari jumlah indikator yang diperoleh. Semakin banyak indikator yang d p iperoleh, maka akan di kelompokan pada pencapaian angka 5, dengan kata lain sangat baik, bila nilai karakter perolehannya menunjuk pada angka 4, maka nilainya baik, angka 3 dipandang cukup baik, nilai 2 dipandang cukup dan apabila perolehannya menunjuk pada angka 1 maka nilainya adalah kurang.

3. Proses pengembangan perencanaan program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung dilaksanakan secara buttom up, baik bidang Kepemimpinan dan Keorganisasian, bidang Ekstrakurikuler, maupun bidang Wawasan Wiyatamandala. Sistem ini memungkinkan terciptanya lingkungan sekolah yang dibangun dengan aspirasi warganya sendiri,


(37)

sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki pada lembaga, khususnya pada program yang dikembangkan. Pelaksanaan dari program-program tersebut dilakukan secara terprogram berkelanjutan, berkembang secara aktif, menyenangkan, khususnya pada pelaksanaan berbagai jenis ekstrakurikuler, dan progam-program OSIS. Sementara untuk pengembangan nilai-nilai yang terkait dengan program wawasan wiyatamandala dilakukan dengan strategi pengkondisian, keteladanan dan bimbingan spontan. Adapun penilaian dari pendidikan karakter belum secara langsung tersurat pada laporan hasil belajar siswa.

4. Visi SMAN 23 Bandung yang ingin mewujudkan lulusannya unggul dalam logika, etika, estetika dan karya, yang berlandaskan agama, sebagian besar dari pernyataan visi tersebut sudah didukung oleh program kerja sekolah bidang kesiswaan, namun masih ada nilai- nilai yang belum direspon dalam bentuk program yang jelas dan mengarah pada pencapaian misi dan visi SMAN 23 Bandung yaitu nilai berlandaskan agama. Pernyataan visi SMAN 23 Bandung berlandaskan nilai-nilai agama hanya didukung oleh program wawasan wiyatamandala, sementara program OSIS dan ekstrakurikuler belum secara eksplisit menuangkannya dalam bentuk program yang jelas. 5. Fator-faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan program

kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung.berasal dari dalam atau faktor internal dan dari luar atau faktor eksternal. Faktor pendukung dari dalam (internal) berasal dari para pendidik (teman sejawat) dan kepala sekolah, sementara pendukung dari luar (eksternal) adalah organisasi lain


(38)

yang bekerja sama dengan kesiswaan dan orang tua siswa. Faktor yang menghambat program-program kesiswaan berasal dari dalam adalah masalah dana. Hampir semua bidang pembina kesiswaan mengeluhkan masalah dana yang belum bisa memenuhi kebutuhan program-program yang dikembangkan. Di samping itu, khusus pada bidang wawasan wiyatamandala, keberadaan sebagian besar pendidik SMAN 23 Bandung masih dirasakan sebagai kendala, karena program-program yang dikembangkannya belum mendapat dukungan sepenuhnya dari mereka, melalui keterlibatan dan kerja sama mereka pada bimbingan spontan. Faktor penghambat dari luar adalah kurangnya dukungan dari organisasi terkait, baik secara materi maupun non-materi pada program yang dikembangkan. Faktor pendukung pada pengembangan program kerja sekolah bidang kesiswaan diperoleh dari internal lembaga seperti dukungan secara moril dari kepala sekolah, para pendidik dan tenaga kependidikan, dan dukungan eksternal diperoleh dari pihak orang tua, sehingga program-program yang ada bisa berjalan tanpa hambatan.

B. Rekomendasi

Setelah peneliti menyelesaikan penelitiannya, maka peneliti merekomendasikan beberapa hal diantaranya:

1. Kepala sekolah khususnya wakil kepala sekolah bidang kesiswaan hendaknya melakukan review pada visi, misi, dan tujuan pendidikan sekolah, sehingga ketiga komponen pengembangan program sekolah tersebut bisa berfungsi dengan baik.


(39)

2. Nilai-nilai karakter yang diharapkan muncul pada peserta didik hendaknya selalu dikontrol melalui evaluasi program dan memunculkan penilaian karakter peserta didik pada buku laporan siswa.

3. Proses pengembangan program kerja yang dilakukan secara buttom up hendaknya diberi pedoman sebagai arahan pengembangan program kerja yang akan dikembangkan. Dengam demikian akan muncul program-program yang dikembangkan sesuai pedoman yang menyelaraskan program-programnya dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan sekolah, sehingga program tersebut mendukung pada ketercapaian tujuan sekolah, yang sekaligus juga ketercapaian pada misi dan visi sekolah.

4. Sekolah hendaknya lebih aktif dalam mengembangakan program kemitraan dengan lembaga-lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta, sehingga program-program kesiswaan mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat serta akses yang lebih luas pada masyarakat. Hal ini akan berdampak pada penguatan nilai karakter yang diharapkan muncul pada peserta didik.

5. Sekolah hendaknya membuat program Aksi Pendidikan Karakter pada bidang penampilan, pelayanan, dan prestasi (3P) sebagai wujud nyata dari pengembangan karakter yang akan dibangun.Program Aksi Pendidikan Karakter yang merujuk pada penampilan, pelayanan, dan prestasi bisa menguatkan nilai karakter peserta didik, dan meningkatkan nilai karakter sekolah yang dibangun oleh seluruh warga sekolah.


(40)

6. Untuk memperkuat dukungan internal pada pengembangan karakter peserta didik, sekolah perlu mengembangkan sistem yang memperkuat budaya sekolah yang didukung oleh seluruh warga sekolah.

7. Sekolah hendaknya merespon hasil dari pengolahan data yang nilai karakternya masih di level sangat kurang, seperi nilai jujur dan gemar membaca. Sekolah hendaknya membuat sistem atau pengkondisian yang bisa menanamkan nilai-nilai kejujuran dan gemar membaca pada peserta didik. Waka bidang kesiswaan harus mengembangkan program yang bisa melatih peserta didik untuk selalu jujur dan suka membaca.


(41)

180

DAFTAR PUSTAKA

Albertus, D.K. (2010), Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta, Garsindo.

Al-Gharuty, F,(2009), Studi Dokumen dalam Penelitian Qualitatif, [online] Tersedia: http://adzelgar.wordpress.com /2009/02/02/ (3 Mei 2011) Bani, (2010), Dasar Teori Pendidikan,[online],

Tersedia:http://blog.unsri.ac.id/bani/pengetahuan/dasar-teori pendidikan/mrldetail/ 14616 ( 15 Maret 2011)

Basri, Seta, (2009), Teori Budaya [online],

Tersedia: http://setiabasri01. blogspot.com. ( 15 Maret 2011)

BNSP. (2006) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah [online]

Tersedia: http://aanhendrayana.files.wordpress.com/2009/03/ktsp.pdf (2 Desember 2010)

Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Tradition. California: Sega Publication

Departemen pendidikan Nasional, (2010), Rencana Kerja Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Departemen pendidikan Nasional, (2007), Standar Pengelolaan, Peraturan

Menteri No. 10 Tahun 20007 , Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Ehrlich, R.L, dan Stelle, Jr,Michael, (2003), Promotion Respect:Peer Mediation,

[online] Tersedia: http://www.mdctrcharacter.org/Newsletter/Summer ( 2 April 2011)

Ehrlich, R.L, dan Stelle, Jr,Michael, (2003), MSDE and MCCE collaborate, [online] Tersedia: http://www.mdctrcharacter.org/Newsletter/Summer ( 2 April 2011)

Ehrlich, R.L, dan Stelle, Jr,Michael, (2003) , Pride Developed in Somerset county, [online] Tersedia: http://www.mdctrcharacter.org/Newsletter/Summer ( 2 April 2011)

Evers, Toni, (2010), Clarifiying Information for the definition of A School, Madison, Department of Public Instruction


(42)

181

Haq, Irvhan, Abdullah, (2010), Perkembangan Peserta Didik, [online] Tersedia:http://my.opers.com/fhanudha/blog ( 3 Maret 2011 )

Hasan,Said.Hamid, (2009), Evaluasi kurikulum, Bandung, Remaja Rosda karya. Husaini, Adian, (2010), Pendidikan Karakter: Penting tapi Tidak Cukup!, [online]

Tersedia:http:// www.insisnet.com (5 Maret 2011)

Hamalik, Oemar, (2008), Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung, Remaja Rosdakarya

Idi, A. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzzmadia

Jalal, Fasli, (2011, Maret), Tiga Strategi Merevitalisasi Gerakan Pendidikan Karakter, [online] Forum Tenaga Kependidikan, (Media Informasi dan Komunikasi Tenaga Kependidikan), Edisi 1, 62 hal,

Tersedia:e-mail:tendik@kemendiknas.go.id ( 10 Maret 2011)

Jalaludin, dan Idi, Abdullah, (2007), Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, Jogkjakarta, Ar Ruzz Media

Jauhari, Effendi, (2008), Pengertian Kebudayaan, [online]

Tersedia: http://jauharieffendi.multiply.com, ( 3 Maret 2011)

Kasan, T. (2009). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Studia Press.

Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum,( 2010), Pedoman sekolah, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta

Kementerian Pendidikan Nasional, (2010), Pendidikan Perspektif Media, Opini Pendidikan, Antologi Tajuk 2008-2009, edisi ketiga, Jakarta, Pusat Informasi dan Humas Kementerian Pendidikan Nasional

Koesoema, Doni,(2010), Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di zaman Global, Jakarta, Grasindo

Lexy, J.Moleong,(2006), Metode Penelitian Qualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya Offset.


(43)

182

Lichtman, Marilyn,(2010), Qualitative Research in Education A User’s Guide,United state of America, Sage Publications Asia-Pacific Pte Ltd Liyod, Courtnye, dan Berlin, Lisa, J, (2002), Research on Adolescent

Development, Competence, and Character, [online]

Tersedia: http://www.familyimpactseminars.org/03/02.pdf ( 1 April 2011) Manulang, maribot, (2010), Grand Desain pendidikan karakter, [online]

Tersedia: http://www.Keguruan.ac.id. ( 3 Maret 2011)

Megawati, Ratna, (2011, Maret), Pendidikan Holistik berbasis Karakter,[online] Forum Tenaga Kependidikan, (Media Informasi dan Komunikasi Tenaga Kependidikan), Edisi 1, 62 hal,

Tersedia: e-mail:tendik@kemendiknas.go.id ( 3 Maret 2011)

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Yang Disempurnakan, Pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Oliva, P, F. (1992). Developinh the Curriculum Third Edition. New York: Harper Collins Publishers

Print, M. (1993). Curriculum Development and Design second edition. Sydney: Allen & Unwin.

Narbuko,Cholid,Achmadi, Abu,(2009), Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara

McMillan, J. H & Sally Schumacher. (1997). Research in Education. New York Sanfransisco: Longman

Print, Murray, (1993), Curriculum Development and Design, Malaysia, SRM Produktion Services Sdn Bhd.

Rusman, (2009), Manajemen Kurikulum, Jakarta, Raja Grafindo Persada Sadulloh, Uyoh, (2007), Filsafat Pendidikan, Bandung, Cipta Utama.

Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana Sardiman. (2009). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali


(44)

183

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sekertaris Negara republik Indonesia, (2003), Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Jakarta, Sekretaris Negara republik Indonesia

Shea, Kathleen, (2003) Making The Case for Velues. Character Education: A Brief Review 0f The Literature, [online]

Tersedia: http://www.familyimpactseminars.org/03/02.pdf ( 15 Mei 2011) Sudrajat, Akhmad. (2009), Pendekatan-Pendekatan Dalam Teori Pendidikan,

[online] . Tersedia: http://www.psb-psma.org ( 10 Maret 2011)

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan R&D, [cetakan 7], Bandung, Alfabeta.

Sukmadinata,Nana Syaodih,(2009), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Supriatna, mamat, (2010), Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler,[online] Tersedia: http://www.Character.org ( 7 Maret 2011)

Sutawi, MP, (2010), Restorasi Keberadaan Bangsa Melalui Pendidikan Karakter, (Edisi 20), Malang, Malang Post.

Syaodih, N, Sukmadinata. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Taruna, Riyanto,M. (2009) Peran Guru dalam Proses Pendidikan, [online] Tersedia: http://blog.unila.ac.id/hairuddin ( 5 Maret 2011)

Tyler, R.W. (1949), Basic principles of Curriculum and Instruction, Chicago, The University of Chicago Press

Udin,( 2010), Grand Design Pendidikan Karakter, Jogja.

Zamroni, (2011), Dinamika Peningkatan Mutu, Yogyakarta, Cetakan Pertama, Gavin Kalam Utama.


(1)

178

2. Nilai-nilai karakter yang diharapkan muncul pada peserta didik hendaknya selalu dikontrol melalui evaluasi program dan memunculkan penilaian karakter peserta didik pada buku laporan siswa.

3. Proses pengembangan program kerja yang dilakukan secara buttom up hendaknya diberi pedoman sebagai arahan pengembangan program kerja yang akan dikembangkan. Dengam demikian akan muncul program-program yang dikembangkan sesuai pedoman yang menyelaraskan program-programnya dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan sekolah, sehingga program tersebut mendukung pada ketercapaian tujuan sekolah, yang sekaligus juga ketercapaian pada misi dan visi sekolah.

4. Sekolah hendaknya lebih aktif dalam mengembangakan program kemitraan dengan lembaga-lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta, sehingga program-program kesiswaan mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat serta akses yang lebih luas pada masyarakat. Hal ini akan berdampak pada penguatan nilai karakter yang diharapkan muncul pada peserta didik.

5. Sekolah hendaknya membuat program Aksi Pendidikan Karakter pada bidang penampilan, pelayanan, dan prestasi (3P) sebagai wujud nyata dari pengembangan karakter yang akan dibangun.Program Aksi Pendidikan Karakter yang merujuk pada penampilan, pelayanan, dan prestasi bisa menguatkan nilai karakter peserta didik, dan meningkatkan nilai karakter sekolah yang dibangun oleh seluruh warga sekolah.


(2)

179

6. Untuk memperkuat dukungan internal pada pengembangan karakter peserta didik, sekolah perlu mengembangkan sistem yang memperkuat budaya sekolah yang didukung oleh seluruh warga sekolah.

7. Sekolah hendaknya merespon hasil dari pengolahan data yang nilai karakternya masih di level sangat kurang, seperi nilai jujur dan gemar membaca. Sekolah hendaknya membuat sistem atau pengkondisian yang bisa menanamkan nilai-nilai kejujuran dan gemar membaca pada peserta didik. Waka bidang kesiswaan harus mengembangkan program yang bisa melatih peserta didik untuk selalu jujur dan suka membaca.


(3)

180

DAFTAR PUSTAKA

Albertus, D.K. (2010), Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta, Garsindo.

Al-Gharuty, F,(2009), Studi Dokumen dalam Penelitian Qualitatif, [online] Tersedia: http://adzelgar.wordpress.com /2009/02/02/ (3 Mei 2011) Bani, (2010), Dasar Teori Pendidikan,[online],

Tersedia:http://blog.unsri.ac.id/bani/pengetahuan/dasar-teori pendidikan/mrldetail/ 14616 ( 15 Maret 2011)

Basri, Seta, (2009), Teori Budaya [online],

Tersedia: http://setiabasri01. blogspot.com. ( 15 Maret 2011)

BNSP. (2006) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah [online]

Tersedia: http://aanhendrayana.files.wordpress.com/2009/03/ktsp.pdf (2 Desember 2010)

Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Tradition. California: Sega Publication

Departemen pendidikan Nasional, (2010), Rencana Kerja Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Departemen pendidikan Nasional, (2007), Standar Pengelolaan, Peraturan

Menteri No. 10 Tahun 20007 , Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Ehrlich, R.L, dan Stelle, Jr,Michael, (2003), Promotion Respect:Peer Mediation,

[online] Tersedia: http://www.mdctrcharacter.org/Newsletter/Summer ( 2 April 2011)

Ehrlich, R.L, dan Stelle, Jr,Michael, (2003), MSDE and MCCE collaborate, [online] Tersedia: http://www.mdctrcharacter.org/Newsletter/Summer ( 2 April 2011)

Ehrlich, R.L, dan Stelle, Jr,Michael, (2003) , Pride Developed in Somerset county, [online] Tersedia: http://www.mdctrcharacter.org/Newsletter/Summer ( 2 April 2011)

Evers, Toni, (2010), Clarifiying Information for the definition of A School, Madison, Department of Public Instruction


(4)

181

Haq, Irvhan, Abdullah, (2010), Perkembangan Peserta Didik, [online] Tersedia:http://my.opers.com/fhanudha/blog ( 3 Maret 2011 )

Hasan,Said.Hamid, (2009), Evaluasi kurikulum, Bandung, Remaja Rosda karya. Husaini, Adian, (2010), Pendidikan Karakter: Penting tapi Tidak Cukup!, [online]

Tersedia:http:// www.insisnet.com (5 Maret 2011)

Hamalik, Oemar, (2008), Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung, Remaja Rosdakarya

Idi, A. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzzmadia

Jalal, Fasli, (2011, Maret), Tiga Strategi Merevitalisasi Gerakan Pendidikan Karakter, [online] Forum Tenaga Kependidikan, (Media Informasi dan Komunikasi Tenaga Kependidikan), Edisi 1, 62 hal,

Tersedia:e-mail:tendik@kemendiknas.go.id ( 10 Maret 2011)

Jalaludin, dan Idi, Abdullah, (2007), Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, Jogkjakarta, Ar Ruzz Media

Jauhari, Effendi, (2008), Pengertian Kebudayaan, [online]

Tersedia: http://jauharieffendi.multiply.com, ( 3 Maret 2011)

Kasan, T. (2009). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Studia Press.

Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum,( 2010), Pedoman sekolah, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta

Kementerian Pendidikan Nasional, (2010), Pendidikan Perspektif Media, Opini Pendidikan, Antologi Tajuk 2008-2009, edisi ketiga, Jakarta, Pusat Informasi dan Humas Kementerian Pendidikan Nasional

Koesoema, Doni,(2010), Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di zaman Global, Jakarta, Grasindo

Lexy, J.Moleong,(2006), Metode Penelitian Qualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya Offset.


(5)

182

Lichtman, Marilyn,(2010), Qualitative Research in Education A User’s Guide,United state of America, Sage Publications Asia-Pacific Pte Ltd Liyod, Courtnye, dan Berlin, Lisa, J, (2002), Research on Adolescent

Development, Competence, and Character, [online]

Tersedia: http://www.familyimpactseminars.org/03/02.pdf ( 1 April 2011) Manulang, maribot, (2010), Grand Desain pendidikan karakter, [online]

Tersedia: http://www.Keguruan.ac.id. ( 3 Maret 2011)

Megawati, Ratna, (2011, Maret), Pendidikan Holistik berbasis Karakter,[online] Forum Tenaga Kependidikan, (Media Informasi dan Komunikasi Tenaga Kependidikan), Edisi 1, 62 hal,

Tersedia: e-mail:tendik@kemendiknas.go.id ( 3 Maret 2011)

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Yang Disempurnakan, Pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Oliva, P, F. (1992). Developinh the Curriculum Third Edition. New York: Harper Collins Publishers

Print, M. (1993). Curriculum Development and Design second edition. Sydney: Allen & Unwin.

Narbuko,Cholid,Achmadi, Abu,(2009), Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara

McMillan, J. H & Sally Schumacher. (1997). Research in Education. New York Sanfransisco: Longman

Print, Murray, (1993), Curriculum Development and Design, Malaysia, SRM Produktion Services Sdn Bhd.

Rusman, (2009), Manajemen Kurikulum, Jakarta, Raja Grafindo Persada Sadulloh, Uyoh, (2007), Filsafat Pendidikan, Bandung, Cipta Utama.

Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana Sardiman. (2009). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali


(6)

183

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sekertaris Negara republik Indonesia, (2003), Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Jakarta, Sekretaris Negara republik Indonesia

Shea, Kathleen, (2003) Making The Case for Velues. Character Education: A Brief Review 0f The Literature, [online]

Tersedia: http://www.familyimpactseminars.org/03/02.pdf ( 15 Mei 2011) Sudrajat, Akhmad. (2009), Pendekatan-Pendekatan Dalam Teori Pendidikan,

[online] . Tersedia: http://www.psb-psma.org ( 10 Maret 2011)

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan R&D, [cetakan 7], Bandung, Alfabeta.

Sukmadinata,Nana Syaodih,(2009), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Supriatna, mamat, (2010), Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler,[online] Tersedia: http://www.Character.org ( 7 Maret 2011)

Sutawi, MP, (2010), Restorasi Keberadaan Bangsa Melalui Pendidikan Karakter, (Edisi 20), Malang, Malang Post.

Syaodih, N, Sukmadinata. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Taruna, Riyanto,M. (2009) Peran Guru dalam Proses Pendidikan, [online] Tersedia: http://blog.unila.ac.id/hairuddin ( 5 Maret 2011)

Tyler, R.W. (1949), Basic principles of Curriculum and Instruction, Chicago, The University of Chicago Press

Udin,( 2010), Grand Design Pendidikan Karakter, Jogja.

Zamroni, (2011), Dinamika Peningkatan Mutu, Yogyakarta, Cetakan Pertama, Gavin Kalam Utama.