PEMBELAJARAN VOKAL UNTUK SUARA CAMBIATA PADA SISWA LAKI-LAKI DI PURWACARAKA MUSIC STUDIO, BUNGUR, BANDUNG.

(1)

PEMBELAJARAN VOKAL UNTUK SUARA CAMBIATA

PADA SISWA LAKI-LAKI DI PURWACARAKA MUSIC STUDIO BUNGUR BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Musik

Oleh

R. Mayci Ayu Putri 0807494

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PEMBELAJARAN VOKAL

UNTUK SUARA

CAMBIATA

PADA SISWA LAKI-LAKI

DI PURWACARAKA

MUSIC STUDIO

BUNGUR BANDUNG

Oleh R. Mayci Ayu Putri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

©R. Mayci Ayu Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN VOKAL UNTUK SUARA CAMBIATA PADA SISWA LAKI-LAKI

DI PURWACARAKA MUSIC STUDIO BUNGUR BANDUNG

Oleh:

R. Mayci Ayu Putri

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Dr. Susi Gustina M. Si NIP. 196708221992022001

Pembimbing II

Dr. Rita Milyartini M. Si NIP. 196406231988032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Musik


(4)

ABSTRACK

This research is motivated by the difficulty teaching vocal for male students who are experiencing voice changes or cambiata and the lack of literature on cambiata in Indonesian. It is inversely proportional to the public interest in the reality of the matter. Through descriptive metode and qualitative approach the researcher made a research on "Vocal Learning to cambiata voice for Male students in Purwacaraka Music Studio Bungur Bandung" in order to answer the research questions regarding the materials, process, and learning outcomes. Results of vocal learning is to sound cambiata though some of the children speak cambiata feel less confident with his voice changes but through student learning vocal PCMS can sing pretty well according to the voice region.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan mengajar vokal bagi siswa laki-laki yang sedang mengalami perubahan suara atau cambiata dan kurangnya literatur mengenai cambiata dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut berbanding terbalik dengan animo di masyarakat pada kenyataannya. Melalui metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif peneliti membuat sebuah penelitian tentang “Pembelajaran Vokal untuk Suara Cambiata Pada Siswa Laki-Laki di Purwacaraka Music Studio, Bungur, Bandung dengan tujuan menjawab pertanyaan penelitian mengenai materi, proses, dan hasil pembelajaran. Hasil dari pembelajaran vokal untuk suara cambiata adalah walaupun tidak sedikit dari anak bersuara cambiata merasa kurang percaya diri dengan perubahan suaranya tetapi melalui pembelajaran vokal yang terarah siswa PCMS dapat menyanyi cukup baik sesuai dengan wilayah suaranya.


(5)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORETIS ... 11

A.Pembelajaran ... 11

B.Pembelajaran Vokal ... 20

C.Suara Cambiata ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33

B.Metode Penelitian ... 38

C.Definisi Operasional ... 39

D.Instrumen Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40


(6)

v

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 48

A. Pemilihan Materi ... 48

B. Tahap-Tahap Pembelajaran Vocal ... 55

H.Hasil Pembelajaran Vokal ... 73

BAB V KESIMPULAN ... 76

A. Kesimpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses dari individu untuk mendapatkan ilmu, tetapi dibutuhkan stimulus yang membantu dalam prosesnya. Seperti yang dikatakan Thorndike yang dikutip oleh Budhiningsih (2005:21) mengatakan bahwa belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Alat indra di dalam tubuh manusia meliputi indra penglihatan yaitu mata, indra peraba yaitu kulit, indra pendengar yaitu telinga, indra pencium yaitu hidung, dan indra perasa yaitu lidah. Semua alat indra yang dimiliki manusia dapat membantu dalam proses belajar. Contohnya saat belajar vokal atau menyanyi, mata digunakan untuk melihat partitur yang akan dinyanyikan. Telinga digunakan untuk mendengarkan iringan musik. Lidah membantu dalam pengucapan lirik lagu.

Budhidarma sebagaimana dikutip oleh Kurnia (2010:1), mengatakan bahwa vokal adalah alat musik paling tua sepanjang perkembangan kebudayaan umat manusia. Dengan memanfaatkan anugrah Tuhan YME yaitu vokal, manusia dapat menikmati keindahan yang luar biasa. Contohnya dengan mudah dapat kita lihat dari penyanyi-penyanyi Indonesia maupun luar negeri yang memiliki talenta yang luar biasa di bidang tarik suara. Pembelajaran vokal merupakan salah satu bagian dari pembelajaran musik. Mempelajari musik tidak cukup hanya dengan


(8)

mempelajari teori saja tetapi juga harus diikuti dengan prakteknya, sebab melalui prakteklah seseorang akan merasakan pengalaman musik secara langsung. Mempelajari musik tidak mungkin dilakukan hanya melalui ceramah atau penjelasan, tanpa bunyi atau musik itu sendiri. Maka dengan alasan inilah praktek dalam pembelajaran seni musik baiknya dilakukan dengan bernyanyi atau memainkan instrumen musik. Pengalaman musik melalui praktek vokal akan langsung dialami oleh penyanyi karena instrumen musiknya yaitu vokal melekat pada tubuh penyanyi.

Dalam belajar vokal tidak pernah ada batasan umur, baik anak-anak, remaja, dan juga dewasa. Seperti yang dikatakan oleh Purwacaraka bahwa pengalaman bermusik sebaiknya dikembangkan sejak usia dini, namun bukan berarti tidak ada kemampuan bagi yang telah dewasa untuk mengembangkan kemampuan bermusik.

Selain anak-anak yang dianjurkan mulai mengenal musik di antaranya dengan bernyanyi, orang dewasapun tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar musik. Mengenalkan musik pada anak mempunyai manfaat di antaranya dapat melatih kepercayaan diri dan juga belajar berekspresi. Sedangkan pada orang dewasa adalah untuk menambah ilmu, wawasan serta dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk menghibur diri sendiri juga orang lain.

Di antara anak-anak dan dewasa terdapat fase pertumbuhan yang disebut dengan remaja. Berbeda dengan dua fase pertumbuhan sebelumnya, pada fase ini terkadang ditemukan permasalahan-permasalahan kepercayaan diri dalam bermusik khususnya bernyanyi. Biasanya yang paling terlihat adalah pada


(9)

laki-laki. Sebagian dari mereka cenderung merasa sangat malu untuk bernyanyi di depan orang lain.

Hal tersebut dipengaruhi oleh pubertas yang sedang mereka alami. Di mana terjadinya perkembangan fisik dan psikis akibat pematangan fungsi seksual yang ditandai oleh tumbuhnya rambut pada daerah tertentu seperti kumis dan janggut. Selain itu, terjadi perubahan pada suara. Perubahan suara pada laki-laki disebut dengan suara cambiata, yaitu sebuah tahapan suara sebelum diklasifikasikan pada wilayah suara tenor, bariton, dan bass.

Pada masa perubahan suara atau cambiata, sebagian anak akan merasa kurang percaya diri dengan keadaannya, sehingga menjadi sangat takut bernyanyi. Tapi tidak semua anak laki-laki pada masa itu takut bernyanyi, ada juga meraka yang justru dengan percaya diri masuk ke sekolah-sekolah vokasional untuk mempelajari vokal.

Dewasa ini banyak sekali lembaga vokasional yang menawarkan pembelajaran musik khususnya vokal, di antaranya adalah Purwa Caraka Music Studio (PCMS). PCMS adalah sebuah lembaga yang berdedikasi dalam pendidikan musik. PCMS menawarkan kursus yang cocok untuk berbagai usia. Lembaga ini melibatkan tim guru yang terlatih dalam menjalankan sebuah kurikulum yang sudah tertulis dengan cermat dan teknik pengajaran yang inovatif. PCMS hampir 20 tahun berkiprah mewarnai dunia pendidikan music,dan kini memiliki 76 cabang di Indonesia. Mengenai staff pengajar yang ada di PCMS tidak sembarangan. Staff pengajar tersebut harus lulus dari uji kualifikasi, tahap audisi dan wawancara yang dilakukan langsung oleh Purwacaraka sebagai kepala


(10)

sekolah, atau oleh seorang kepala sekolah di setiap cabangnya. Kemudian staff pengajar akan mendapat seminar dan tutorial yang berlangsung secara berkala untuk menetapkan standar pengajaran dan pengetahuan yang tepat dalam melaksanakan kurikulum dari PCMS.

Mengenai pengajaran, Staff PCMS mengajarkan aliran music Pop. Sesuai dengan kurikulum di PCMS. Akan tetapi guru-guru tersebut tidak mematok materi hanya pada kurikulum saja. Pengajar bisa mengembangkan potensi siswa dengan mengajarkan teknik vokal untuk aliran musik lain yang disesuaikan dengan karakter dan warna suara siswa. Mereka bisa belajar teknik bernyanyi aliran musik klasik, jazz, juga dangdut. Tetapi hal tersebut disesuaikan juga dengan kemampuan guru pengajar itu sendiri.

Selain pengajaran vokal yang bervariasi PCMS menerima murid dari berbagai umur, dari mulai anak-anak sampai dewasa,dan bahkan anak remaja laki-laki belasan tahun yang bersuara cambiata. Beberapa sekolah musik di Jerman justru menganjurkan kepada remaja laki-laki bersuara cambiata untuk mengistirahatkan suaranya sebelum pembentukan suara yang diklasifikasikan ke dalam wilayah suara tenor, bariton ataupun bass. Namun bukan berarti kegiatan praktek musik tidak dapat dilaksanakan sama sekali dengan adanya anjuran tersebut, masih ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mensiasatinya. PCMS merupakan salah satu lembaga pendidikan vokasional yang mempunyai sebuah pembelajaran untuk menangani suara cambiata, dan peneliti merasa tertarik untuk meneliti pembelajaran tersebut.


(11)

Kurangnya literatur mengenai cambiata dalam bahasa Indonesia menambah kuat alasan peneliti untuk menambah sedikitnya melalui penelitian ini. Setelah melakukan peninjauan terlebih dahulu terkait dengan pembahasan tentang pembelajaran vokal untuk suara cambiata. Peneliti mengambil tema pembelajaran vokal dan merumuskan judul PEMBELAJARAN VOKAL UNTUK SUARA

CAMBIATA PADA SISWA LAKI-LAKI DI PURWACARAKA MUSIC STUDIO BUNGUR BANDUNG.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pembelajaran vokal untuk suara

cambiata pada siswa laki-laki di PCMS Bungur, Bandung?”. Agar penelitian ini

tepat sasaran, maka permasalahan permasalahan ini dapat diidentifikasikan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemilihan materi untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di PCMS, Bungur, Bandung?

2. Bagaimanakah tahap-tahap pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di PCMS, Bungur, Bandung?

3. Bagaimana hasil pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di PCMS, Bungur, Bandung?


(12)

C. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan utama penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di PCMS Bungur, Bandung. Untuk mencapai tujuan utama tersebut dirumuskan tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemilihan materi pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di PCMS Bungur, Bandung.

2. Untuk mengetahui tahap-tahap dari pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di PCMS Bungur, Bandung.

3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di PCMS Bungur, Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dalam proses penelitian ini banyak pihak yang mendapatkan manfaat yang berguna khususnya mengenai pembelajaran vokal untuk anak laki-laki yang sedang mengalami cambiata. Pihak-pihak tersebut di antaranya:

1. Universitas Pendidikan Indonesia

Memperkaya repetoir khasanah mengenai pendidikan seni musik, khususnya vokal.

2. Peneliti

Penelitian ini menambah wawasan bagi penulis mengenai pembelajaran vokal, khususnya untuk suara cambiata.


(13)

3. Mahasiswa

Memberi bahan untuk referensi mengenai pembelajaran vokal untuk suara cambiata.

4. Pengajar musik

Sebagai masukan dalam mengajar vokal dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

5. Purwa Caraka Music Studio

Dapat dijadikan tolak ukur untuk pembelajaran vokal pada anak bersuara cambiata.

6. Masyarakat

Dapat meningkatkan pemahaman mengenai pembelajaran vokal untuk cambiata.

E. Sistematika Penulisan

JUDUL: PEMBELAJARAN VOKAL UNTUK SUARA CAMBIATA PADA SISWA LAKI-LAKI DI PURWA CARAKA MUSIK STUDIO, BUNGUR, BANDUNG.

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada Bab ini di dalamnya terdiri dari beberapa sub bab di antaranya adalah latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Isi dari sub bab latar belakang adalah membahas mengenai alasan dasar penelitian atau suatu hal yang melatar belakangi mengapa penelitian ini diteliti. Perumusan masalah berisi rumusan dan analisis masalah yang dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya. Pada bagian selanjutnya yaitu tujuan penelitian. Pada bagian ini menyajikan suatu hasil yang ingin dicapai setelah penelitian dilakukan. Kemudian manfaat yang di dalamnya terdapat beberapa harapan untuk dapat memberi pencerahan dengan memberikan gambaran setelah melakukan penelitian ini. Struktur Organisasi berisi tentang sistematika penulisan penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORETIS

Berisi tentang konsep, teori, dalil, kerangka pemikiran dan hipotesis mengenai hal yang diteliti dengan urutan pengertian pembelajaran, komponen pembelajaran, pembelajaran vokal, dan suara cambiata. Pada subbab pengertian pembelajaran peneliti mengumpulkan beberapa teori yang berhubungan dari beberapa sumber baik dari buku dengan studi literatur dan juga dari internet. Hal tersebut berfungsi untuk memperkuat teori yang diangkat pada penelitian. Pada subbab komponen pembelajaran memaparkan beberapa komponen penting agar dapat terbentuk proses pembelajaran dan juga komponen yang mendukung pembelajaran.


(15)

Selanjutnya pada bagian pembelajaran vokal membahas mengenai teknik-teknik dasar untuk belajar vokal. Kemudian terakhir adalah mengenai suara cambiata. BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjabarkan metode yang digunakan untuk “mengupas” masalah yang diteliti. Di dalamnya juga terdapat beberapa komponen lain yaitu tentang lokasi penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan penelitian, pada bab ini peneliti membahas dan memaparkan data mengenai hasil dari penelitian. Karena peneliti melakukan penelitian di Purwa Caraka Music Studio (PCMS), maka pada bab ini peneliti membahas sekilas mengenai PCMS. Baik itu pendiri, pengajar, materi pembelajaran dan beberapa komponen lain yang mendukung penelitian ini. Setelah merumuskan masalah yang berupa pertanyaan penelitian, akhirnya bab ini bisa menjawabnya dihasil penelitian juga pembahasan hasil penelitian.

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Setelah melakukan pengumpulan, pengolahan, menganalisis dan membahas penelitian, pada bab inilah kesimpulan dibuat. Dengan cara penulisan berupa uraian padat. Setelah itu dibuat sebuah saran dan rekomendasi untuk subjek yang diteliti.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi tentang sumber tertulis seperti buku, jurnal, dokumen resmi, dan suber lain dari Internet yang dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi ini.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang diambil dan digunakan dalam penelitian.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Lokasi penelitian ini yaitu di Jalan Bungur No. 25 Sukajadi, Bandung, berdekatan dengan tempat rekreasi Karang Setra.

Gambar 3.1

Lokasi Purwa Caraka Music Studio (Dok. Putri, April 2012)

Alasan lokasi ini dipilih karena terdapat subjek yang sesuai dengan penelitian yaitu anak laki-laki yang sedang mengalami perubahan suara akibat dari pubertas atau disebut dengan suara cambiata. Kemudian peneliti tertarik pada seorang guru di PCMS yang belajar musik dengan cara otodidak, tapi dia menetap


(18)

di lingkungan gereja yang terbiasa dengan bernyanyi dan belajar vokal. Alasan lainnya adalah pendidikan vokasional (sekolah kejuruan dibidang musik) PCMS cukup dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat, baik orang tua, muda, dan anak-anak. Hal itu tak lepas pengaruhnya dari pendiri PCMS yang cukup lama terlihat eksistensinya dalam bermusik di televisi dan banyak event musik besar di Indonesia. Di samping itu biaya yang terjangkau membuat pendidikan vokasional ini menjadi semakin disukai oleh masyarakat. Berbeda dengan biaya sekolah musik lain yang bisa mencapai Rp 750.000/bulan. Pendidikan vokasional PCMS ini menawarkan harga yang terjangkau. Hanya dengan biaya kurang dari Rp 250.000/bulan, seseorang bisa mendapat ilmu yang bermanfaat juga pengalaman musik yang menyenangkan sehingga banyak sekali orang tua mempercayakan PCMS menjadi sekolah musik nonformal bagi anak mereka.

PCMS adalah lembaga pendidikan musik vokasional yang didirikan oleh Purwa Tjaraka. Seorang musisi yang lahir di Beograd, Yugoslavia pada tanggal 31 Maret1960. Ia memilliki kepedulian tinggi terhadap musik Indonesia. Kemudian mendirikan sekolah musik yang saat ini sudah berumur hampir 20 tahun dan memiliki 76 cabang yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Untuk cabang di Kota Bandung di antaranya berada di jalan Bungur, jalan Mangga, jalan Karawitan, jalan Sriwijaya, dan jalan Sukup Baru. Lembaga musik ini menawarkan beberapa kursus musik untuk berbagai usia dengan harga yang cukup terjangkau.

Staf Pengajar PCMS tidak diambil sembarangan, tetapi harus lulus dalam uji kualifikasi, wawancara, dan audisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dari


(19)

setiap cabangnya. Setelah menjadi pengajarpun akan terus diberi bimbingan berupa tutorial dan juga seminar yang dilaksanakan secara berkala untuk menetapkan standar pengajaran yang tepat sesuai dengan kurikulum PCMS. Kriteria lainnya adalah pengajar PCMS harus bisa berkomunikasi yang baik dengan siswa dan juga orang tua siswa.

Kurikulum PCMS dirancang dengan sistem pengajaran yang inovatif.Menurut Ihsan yang dikutip oleh Warsita (2008:295) mengatakan bahwa Inovasi berasal dari bahasa latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Inovasi adalah perubahan baru menuju ke arah perbaikan atau berbeda dari yang sebelumnya, dilakukan secara sengaja dan berencana. Jadi kurikulum yang diterapkan di PCMS dapat berubah mengikuti perkembangan zaman. Dengan berbagai referensi selama hampir 20 tahun didirikan. Terdapat beberapa macam kursus yang di tawarkan PCMS di antaranya vokal, biola, keyboard, piano Pop, piano klasik, drum, bass, gitar elektrik, dan gitar klasik.

Kelas untuk pembelajaran berupa studio yang dilengkapi dengan instrumen dan peralatan musik. Peralatan tambahan akan disediakan sesuai dengan kebutuhan kelas dan juga kurikulum. Kemudian terdapat pemeriksaan akustik dan pencahayaan guna menciptakan kenyamanan bagi siswa dan guru dalam proses pembelajaran.


(20)

Gambar 3.2 Ruangan Kelas vokal (Dok. Putri, Agustus 2012)

Guna meningkatkan kreatifitas dan antusiasme siswa dalam bermusik, PCMS rutin mengadakan konser dan resital untuk menampilkan siswa-siswi yang sudah memiliki kemampuan bermusik yang cukup baik. Konser tersebut dilakukan oleh setiap cabangnya atau in-house. Kemudian ada juga pertunjukan utama dan pertunjukan tahunan yang menggabungkan beberapa cabang.


(21)

Gambar 3.3 Tempat Konser in-house (Dok. Peneliti, Agustus 2012)

PCMS mempunyai banyak prestasi baik dalam negeri dan luar negeri di antaranya, Choir pada tanggal 15 hingga 18 Juli 2012 lalu, kembali mendapatkan prestasi internasional. Kali ini, PCMS Choir berhasil mendapatkan dua Gold Diploma Awards pada ajang festival paduan suara internasional "2012 Asia Cantate" yang dilaksanakan di Phuket, Thailand dan masih banyak lagi.

Subjek penelitian ini adalah seorang pengajar vokal PCMS bernama Lely Magdalena yang telah mengajar vokal selama 8tahun sejak tahun 2004. Ia adalah seorang guru vokal yang belajar musik dengan cara otodidak, tetapi banyak mendapat ilmu tentang musik di gereja. Lely Magdalena sangat menyukai musik


(22)

country dan banyak mendapat penghargaan dari perlombaan bernyanyi dengan genre musik country.

Selain guru di PCMS subjek dari penelitian ini adalah siswa laki-laki berusia 13tahun yang bernama Sulaiman Thariq. Ia belajar vokal di PCMS sejak 7bulan yang lalu. Siswa PCMS ini sedang mengalami perubahan suara akibat dari pubertas. Walaupun Iman adalah seorang anak yang pemalu, ia sangat tertarik untuk belajar vokal dan piano. Ia memutuskan untuk mengikuti kursus vokal dan piano di pendidikan vokasional. Ia mengaku merasa kurang percaya diri dengan badannya yang lebih besar dibandingkan dengan teman seusianya tetapi ia tetap terlihat ceria selama kursus. Walaupun sudah berusia 13tahun Iman masih merasa kesulitan dalam mengucapkan huruf R, atau dalam Bahasa Sunda disebut dengan

cadel. Sehingga tidak sedikit teman-temannya yang suka mengolok-olok. Ia juga

mengidap ASMA sehingga menjadi kekhawatiran tersendiri pada orang tuanya. Setelah beberapa kali pindah sekolah akhirnya mereka memutuskan agar Iman mengikuti pendidikan home schooling di Rumah Belajar Semi Palar.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2009:1) mengatakan

“bahwa penelitian kualitatif sering disebut juga sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural

setting)”. Oleh karena itu tujuan dari metode ini adalah mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi selama penelitian


(23)

berlangsung. Dituangkan secara apa adanya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Pengumpulan data yang dibutuhkan tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan.

Dalam metode penelitian ini peneliti berfungsi sebagai human instrument artinya peneliti mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara secara langsung kepada informan yaitu guru dan siswa. Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dikemukakan di Bab I.

C. Definisi Operasional

Guna menghindari adanya kesalahpahaman dalam penafsiran istilah pada judul penelitian, penulis member batasan sebagai berikut:

1. Pembelajaran :

a. Menurut Bambang Warsita(2008:265),

Mengatakan pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang dalam bahasaYunani disebut instructus atau instruere yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. pengertian ini mengarah pada guru sebagai pelaku perubahan.

b. Gagne dan Briggs dalam Bambang Warsita (2008:266)

Mengatakan Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikina rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan segala upaya untuk menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah.

2. Vokal : Vokal diartikan sebagai suara manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara lingustik vokal diartikan sebagai bunyi bahasa yang dihasilkan oleh arus udara dari paru-paru melalui pita


(24)

suara dan penyempitan suara pada saluran suara di atas glotis (larinks, pangkal tenggorokan pada lekukan pita suara).

3. Suara Cambiata : Suara cambiata mengacu pada kondisi perubahan suara yang dialami oleh umumnya remaja laki-laki berusia 12-15 tahun.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian akan lebih lengkap dan sistematis bila komponen yang lainnya juga dapat mendukung dalam proses penelitian, yaitu instrumen penelitian. Dalam penelitian kualitatif terdapat hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen dan kualitas pengumpulan data. Dengan kualitas instrumen dan kualitas pengumpulan data yang baik maka akan didapat data yang baik. Data dikumpulkan dalam bentuk catatan lapangan dan dokumentasi audio dan visual.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data di sini adalah cara yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian agarmemperoleh data yang diinginkan. Pengumpulan data itu sendiri adalah suatu proses untuk menghimpun data yang relevan serta gambaran dari aspek yang diteliti. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian karena tujuan utama dalam penelitian ini adalah mendapatkan data. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam proses penelitian, di antaranya adalah:


(25)

1. Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi atau bisa disebut dengan pengamatan, yang berfungsi untuk mengamati proses pembelajaran dan perilaku responden secara langsung. Pengamatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan. Yang berarti dalam proses pengumpulan data ini, peneliti hanya berfungsi sebagai pengamat dan tidak memiliki keterlibatan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran vokal tersebut.

Dengan teknik observasi, data yang didapatkan akan lebih lengkap dan dapat dipahami lebih dalam tentang apa yang sedang terjadi di lapangan. Peneliti di sini bermaksud untuk mengamati proses pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di PCMS Bungur, Bandung yang memiliki tujuan untuk mengetahui kejadian dan peristiwa yang berlangsung selama proses pembelajaran tersebut.

Observasi ini tidak dilakukan terhadap guru yang mengajar siswa dengan suara cambiata di PCMS yang dilakukan 1x dalam seminggu, yaitu pada hari selasa pukul 16.30 WIB. Jadwal pernah mengalami perubahan menjadi hari jumat pukul 13.15 WIB pada bulan september. Dalam observasi ini, peneliti mengamati proses pembelajaran yang diberikan oleh pengajar dengan menggunakan beberapa teknik dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan murid. Data-data tersebut didapat dengan pendokumentasian dan pencatatan kejadian-kejadian yang terjadi di PCMS.


(26)

2. Wawancara

Dalam KBBI wawancara merupakan tanya jawab dengan seseorang untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai sesuatu hal. Dengan demikian wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah pengumpulan data denganmelakukan tanya jawab pada sumber data.

wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawacara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah teknik wawancara yang dilakukan dengan cara menyusun beberapa pertanyaan yang akan diajukan yang dirumuskan dalam pedoman wawancara. Tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menambahkan pertanyaan yang dikembangkan dari pertanyaan yang telah diajukan.

Wawancara dilakukan di PCMS sebelum atau setelah pembelajaran, sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. Wawancara pertama adalah dengan pengajar vokal yaitu Lely Magdalena. Dengan mengguanakan pedoman wawancara yang dibuat terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Peneliti menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan pembelajaran dan menanyakan data-data yang mendukung untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah. Peneliti juga mewawancarai Iman tapi karena waktu terbatas untuk mewawancarai, peneliti melanjutkan wawancara via sms.

3. Studi dokumentasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dokumentasi merupakan pengumpulan, pemilihan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan.


(27)

Dokumentasi dijadikan sebagai sumber pelengkap dalam proses pengumpulan data dari hasil observasi dan wawancara. Peneliti mengumpulkan data dengan cara mendokmentasikan segala hal yang berhubungan dengan penelitian. Media yang digunakan dalam pendokumentasian adalah Camera digital yang gunakan untuk mengambil beberapa foto yang dibutuhkan, seperti foto kegiatan pembelajaran, dan foto tempat penelitian. Dokumentasi lainnya yaitu hasil rekaman wawancara dan proses pembelajaran.

Kegunaan dari hasil studi dokemntasi bagi peneliti adalah untuk membandingkan hasil wawancara yang dilakukan baik pada guru ataupun siswa dengan kenyataan yang terjadi langsung dilapangan. Sehingga peneliti dapat menilai sesuai atau tidaknya lewat bukti hasil dokumentasi.

F. ANALISIS DATA

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti sebuah konsep Miles and Huberman. Miles and huberman dalam Sugiyono (2009:207) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisi data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan verification.

Dari pengertian tersebut peneliti menguraikan sebagai berikut: 1. Data reduction (reduksi data)

Kegiatan mereduksi data adalah kegiatan yang awal dilakukan pada penelitian. Semua data yang telah diperoleh selama pengumpulan data


(28)

dikumpulkan kemudian dirangkum untuk diproses agar lebih mudah dalam mencerna data. Aspek-aspek permasalahan yang direduksi adalah mengenai pembelajaran vokal untuk suara cambiata.

2. Data display (penyajian data)

Setelah kegiatan reduksi dilakukan kemudian melangkah ke tahap selanjutnya yaitu penyajian data yang mengacu pada permasalahan mengenai pembelajaran vokal untuk suara cambiatan pada siswa laki-laki di Purwa Caraka Music Studio Bungur, Bandung.

3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi data

Kegiatan menganalisis data untuk selanjutnya disimpulkan kemudian di verifikasi yang merupakan kegiatan inti dalam proses penelitian ini. Setelah proses pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara, kemudian seluruh data yang didapat direduksi, dan akhirnya disajikan. Kegiatan selanjutnya adalah menyimpulkan hasil dari data-data tersebut, yaitu mengenai pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa Purwa Caraka Music Studio Bungur Bandung.

G. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan tahap-tahap yang berguna untuk mempermudah penelitian agar lebih sistematis. Tahap-tahap yang dimaksud peneliti di antaranya:


(29)

1. Persiapan penelitian

Tahap persiapan penelitian ini direncanakan dengan baik. Hal tersebut bermaksud agar berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun tahap-tahap persiapan penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Studi pendahuluan; tahap ini dilakukan yaitu dengan melakukan pengamatan pertama mengenai proses pembelajaran vokal di PCMS Bungur Bandung. b. Merumuskan masalah; peneliti membuat beberapa pertanyaan mengenai

permasalahan yang akan diteliti. Hal ini berguna untuk mempermudah penelitian.

c. Merumuskan asumsi; setelah peneliti menemukan masalah pada subjek yang akan diteliti. Kemudian peneliti membuat anggapan dasar sementara atau asumsi pada permasalahan tersebut yang nantinya akan disesuaikan dengan hasil penelitian itu sendiri.

d. Memilih paradigma penelitian; kualitatif digunakan peneliti dalam penelitian karena dengan menggunakan paradigma ini peneliti bisa mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai pembelajaran vocal untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di Purwa Caraka Music Studio Bungur, Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan observasi dalam proses yang dilakukan di tempat penelitian secara langsung untuk mendapatkan data yang berkualitas. Observasi tersebut ditambah dengan wawancara yang merujuk pada pedoman wawancara agar lebih terstruktur dan pertanyaan bisa fokus pada masalah penelitian.


(30)

Kemudian dari data-data yang terkumpul terumuskan suatu kesimpulan data yang yang diperoleh di antaranya:

a. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Purwa Caraka Music Studio Bungur yang beralamat di Jl. Bungur No. 25 Sukajadi Bandung.

b. Waktu

Penelitian ini dilakukan dari bulan mei 2012 sampai dengan bulan September 2012. Durasi penelitian dari pukul 13.00-14.00 WIB dan 16.00-17.30 WIB.

Jadwal penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hari : Selasa

Tanggal : Mei 2012 Waktu : 16.00-17.30 2. Hari : Selasa

Tanggal : Juli 2012 Waktu : 16.00-17.00 3. Hari : Selasa

Tanggal : Agustus 2012 Waktu : 16.00-17.00 4. Hari : Jumat

Tanggal : September 2012 Waktu : 13.15-14.30


(31)

3. Pembuatan Laporan Penelitian

Dalam laporan ini peneliti mengungkapkan seluruh hasil penelitian yang diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara, dan dilengkapi oleh dokumentasi selama proses penelitian. Kemudian seluruh data mengalami pengolahan sehingga tertuanglah gambaran yang jelas dan sesuai dengan keadaan yang terjadi dilapangan selama penelitian berlangsung.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab 4, hasil temuan dalam penelitian adalah:

Materi pembelajaran untuk anak bersuara cambiata terdiri dari latihan pernafasan, vokalisi, dan materi lagu. Latihan pernapasan dilakukan secara rutin sebelum vokalisi dan bernyanyi dengan cara menarik nafas, menahan napas, dan mengeluarkan napas atau menghembuskan napas. Latihan vokalisi untuk anak bersuara cambiata yaitu pola sederhana dengan solmisasi yang terdiri dari 1-2-3-4-5-6-7-1 dalam rangkaian nada naik dan turun diulang di tonalitas yang semakin tinggi secara bertahap. Mulai dari nada “g” sampai “G1” menggunakan bantuan keyboard. Materi lagu yang diberikan disesuaikan dengan usia, jangkauan wilayah suara, dan tingkat kesulitannya. Lagu yang diberikan adalah Lagu Cinta untuk Mama.

Tahap-tahap pembelajaran vokal untuk siswa bersuara cambiata di PCMS terdiri dari kegiatan awal yaitu percakapan ringan untuk membuka pembelajaran. Kegiatan inti yaitu pemberian materi pembelajaran seperti pada poin 1. Kemudian kegiatan akhir yaitu guru mmberikan tugas dan juga mengoreksi hasil pembelajaran siswa.


(33)

Hasil pembelajaran vokal untuk anak bersuara cambiata terlihat dari beberapa aspek yaitu latihan pernafasan, latihan vokalisi dan materi lagu. Siswa dapat menggunakan dan menerapkan pernafasan diafragma dengan baik pada vokalisi dan materi lagu. Siswa tidak lagi kesulitan seperti kehabisan napas pada saat menyanyikan bagian lagu dengan frase yang panjang. Dari vokalisi yang dilakukan secara rutin setiap pertemuan menghasilkan beberapa kemajuan pada intonasi, artikulasi, juga penerapan tenik pernafasan yang baik. Selain itu materi lagu yang siswa pelajaripun semakin baik intonasinya, artikulasi semakin jelas, kontrol napas cukup baik, dan juga ekspresinya siswa yang lebih percaya diri dalam membawakan materi lagu.

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa anak bersuara cambiata dapat berlatih vokal dengan baik akan tetapi diperlukan materi khusus yang agak berbeda dengan pembelajaran vokal ada umumnya. Selain wilayah suara unik yang membedakannya dengan wilayah suara pada umumnya. Suara cambiata juga berpengaruh terhadap faktor psikologi siswa. Terbukti dari siswa yang terlihat malu tidak nyaman ketika bernyanyi.

B. Rekomendasi

Pada setiap pembelajaran tentunya tidak ada yang sempurna, terdapat kekurangan dan kelebihan pada aspek-aspek tertentu. Jika terdapat kelebihan baiknya dapat dipertahankan bahkan juga terus dikembangkan. Apabila terdapat kekurangan seharusnya ada perbaikan agar menuju ke arah yang lebih baik. Maka dari itu peneliti


(34)

memberi rekomendasi yaitu ada baiknya guru menambah materi lagu untuk siswa. Walaupun siswa cambiata butuh waktu yang lebih lama untuk menguasai lagu, tetapi ada baiknya dalam pergantian materi lagu tidak terlalu lama agar tidak terjadi kejenuhan yang mungkin saja dialami oleh siswa. Selanjutnya yaitu menambah variasi dalam vokalisi. Karena siswa cambiata membutuhkan pelajaran intonasi yang lebih untuk melatih ketepatan suara, maka ada baiknya ditambah variasi atau ragam vokalisi agar siswa lebih bersemangat.


(35)

Daftar Pustaka

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas UPI. (2011). Pedoman Akademik. Bandung: UPI

Chaedar Alwasilah. 2002. Pokoknya kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran; Jakarta. Bumi Aksara

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Papalia. Diane E. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Philliph, K.H. 1996. Teaching Kids to Sing. Singapore: Thomson Schirmer.

Purnomo, Wahyu. 2010. Terampil Bermusik. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif; Bandung. Alfabeta.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Yusuf. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(36)

Collins, Don L. (2003). Conceptual Cambiata. On line: tersedia

http://www.cambiatapress.com/CVMIA/TheCambiataConcept2.html. (20 April 2012)

Mason, Paul. (2004). Voice Training for Singer. On Line: tersedia

http://www.paulmason.com/VocalTechnique.html. (5 Agustus 2012)

Azziz, Indra. (2009). Teknik Vokal Yang Baik dan Benar. On Line: tersedia http://indraaziz.net/2009/10/teknik-vokal-yang-baik-dan-benar (1 oktober 2012)


(1)

47

Rd. Mayci Ayu Putri,2013

3. Pembuatan Laporan Penelitian

Dalam laporan ini peneliti mengungkapkan seluruh hasil penelitian yang diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara, dan dilengkapi oleh dokumentasi selama proses penelitian. Kemudian seluruh data mengalami pengolahan sehingga tertuanglah gambaran yang jelas dan sesuai dengan keadaan yang terjadi dilapangan selama penelitian berlangsung.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab 4, hasil temuan dalam penelitian adalah:

Materi pembelajaran untuk anak bersuara cambiata terdiri dari latihan pernafasan, vokalisi, dan materi lagu. Latihan pernapasan dilakukan secara rutin sebelum vokalisi dan bernyanyi dengan cara menarik nafas, menahan napas, dan mengeluarkan napas atau menghembuskan napas. Latihan vokalisi untuk anak bersuara cambiata yaitu pola sederhana dengan solmisasi yang terdiri dari 1-2-3-4-5-6-7-1 dalam rangkaian nada naik dan turun diulang di tonalitas yang semakin tinggi secara bertahap. Mulai dari nada “g” sampai “G1” menggunakan bantuan keyboard. Materi lagu yang diberikan disesuaikan dengan usia, jangkauan wilayah suara, dan tingkat kesulitannya. Lagu yang diberikan adalah Lagu Cinta untuk Mama.

Tahap-tahap pembelajaran vokal untuk siswa bersuara cambiata di PCMS terdiri dari kegiatan awal yaitu percakapan ringan untuk membuka pembelajaran. Kegiatan inti yaitu pemberian materi pembelajaran seperti pada poin 1. Kemudian kegiatan akhir yaitu guru mmberikan tugas dan juga mengoreksi hasil pembelajaran siswa.


(3)

77

Rd. Mayci Ayu Putri,2013

Hasil pembelajaran vokal untuk anak bersuara cambiata terlihat dari beberapa aspek yaitu latihan pernafasan, latihan vokalisi dan materi lagu. Siswa dapat menggunakan dan menerapkan pernafasan diafragma dengan baik pada vokalisi dan materi lagu. Siswa tidak lagi kesulitan seperti kehabisan napas pada saat menyanyikan bagian lagu dengan frase yang panjang. Dari vokalisi yang dilakukan secara rutin setiap pertemuan menghasilkan beberapa kemajuan pada intonasi, artikulasi, juga penerapan tenik pernafasan yang baik. Selain itu materi lagu yang siswa pelajaripun semakin baik intonasinya, artikulasi semakin jelas, kontrol napas cukup baik, dan juga ekspresinya siswa yang lebih percaya diri dalam membawakan materi lagu.

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa anak bersuara cambiata dapat berlatih vokal dengan baik akan tetapi diperlukan materi khusus yang agak berbeda dengan pembelajaran vokal ada umumnya. Selain wilayah suara unik yang membedakannya dengan wilayah suara pada umumnya. Suara cambiata juga berpengaruh terhadap faktor psikologi siswa. Terbukti dari siswa yang terlihat malu tidak nyaman ketika bernyanyi.

B. Rekomendasi

Pada setiap pembelajaran tentunya tidak ada yang sempurna, terdapat kekurangan dan kelebihan pada aspek-aspek tertentu. Jika terdapat kelebihan baiknya dapat dipertahankan bahkan juga terus dikembangkan. Apabila terdapat kekurangan seharusnya ada perbaikan agar menuju ke arah yang lebih baik. Maka dari itu peneliti


(4)

78

memberi rekomendasi yaitu ada baiknya guru menambah materi lagu untuk siswa. Walaupun siswa cambiata butuh waktu yang lebih lama untuk menguasai lagu, tetapi ada baiknya dalam pergantian materi lagu tidak terlalu lama agar tidak terjadi kejenuhan yang mungkin saja dialami oleh siswa. Selanjutnya yaitu menambah variasi dalam vokalisi. Karena siswa cambiata membutuhkan pelajaran intonasi yang lebih untuk melatih ketepatan suara, maka ada baiknya ditambah variasi atau ragam vokalisi agar siswa lebih bersemangat.


(5)

Rd. Mayci Ayu Putri,2013

Daftar Pustaka

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas UPI. (2011). Pedoman Akademik. Bandung: UPI

Chaedar Alwasilah. 2002. Pokoknya kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran; Jakarta. Bumi Aksara

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Papalia. Diane E. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Philliph, K.H. 1996. Teaching Kids to Sing. Singapore: Thomson Schirmer.

Purnomo, Wahyu. 2010. Terampil Bermusik. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif; Bandung. Alfabeta.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Yusuf. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Collins, Don L. (2003). Conceptual Cambiata. On line: tersedia

http://www.cambiatapress.com/CVMIA/TheCambiataConcept2.html. (20 April 2012)

Mason, Paul. (2004). Voice Training for Singer. On Line: tersedia

http://www.paulmason.com/VocalTechnique.html. (5 Agustus 2012)

Azziz, Indra. (2009). Teknik Vokal Yang Baik dan Benar. On Line: tersedia http://indraaziz.net/2009/10/teknik-vokal-yang-baik-dan-benar (1 oktober 2012)