PENGEMBANGAN KEGIATAN PRAKTIKUM BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS GARAM.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL…...…...……… i

LEMBAR PENGESAHAN………...………... ii

PERNYATAAN……….... iii

ABSTRAK………... iv

KATA PENGANTAR………... v

DAFTAR ISI………... viii

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR TABEL………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN………. xiv

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah……… 5

C. Pembatasan Masalah ……….. 6

D. Tujuan Penelitian………... 7

E. Manfaat Penelitian ……….… 8

F. Definisi Operasional ………. 9


(2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 11

A. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah ………... 11

B. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah ……….. 12

C. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ………... 14

D. Hakekat Pembelajaran Berbasis Masalah ……….. 17

E. Konsep Berpikir Kreatif ………. 18

F. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ………. 22

G. Pengembangan Kreativitas melalui Pembelajaran Berbasis Masalah ……… 25

H. Keterampilan Proses Sains ………. 27

I. Kegiatan Laboratorium ……….. 30

J. Materi Hidrolisis Garam ……… 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….….... 49

A. Metode dan Desain Penelitian ……….………. 49

B. Subjek Penelitian ……….………. 49

C. Instrumen Penelitian ……….… 50

D. Prosedur Penelitian ……….….. 51

E. Analisis dan Penyajian Data ……….… 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 60

A. Pengembangan Kegiatan Praktikum Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam ………... 61


(3)

B. Penguasaan Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa ……….. 78

C. Penguasaan Keterampilan Berpikir Kreatif (KBK) Siswa ………... 90

D. Penguasaan Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam ……… 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 113

A. Kesimpulan ………..………. 113

B. Saran ………. 114

DAFTAR PUSTAKA………. 116

LAMPIRAN ………... 120


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Alur Penelitian ………. .. 52

Gambar 4.1. Kegiatan Siswa Saat Membuat Beberapa Pertanyaan ………. 63

Gambar 4.2. Kegiatan Siswa Saat Menjawab Beberapa Pertanyaan Mengenai Garam ………. 65

Gambar 4.3. Kegiatan Siswa Saat Mengerjakan LKS I ……….. 67

Gambar 4.4. Kegiatan Siswa Saat Berdiskusi dalam Kelompok ……… 68

Gambar 4.5. Kegiatan Siswa pada Saat Tahap Ke-3 ………. 70

Gambar 4.6. Kegiatan Siswa Saat Mengidentifikasi Larutan Garam dengan Menggunakan Kertas Lakmus Merah dan Lakmus Biru ……….. 71

Gambar 4.7. Siswa Saat Dibimbing Oleh Guru ………. 72

Gambar 4.8. Aktivitas Siswa Saat Diskusi Kelas pada Tahap ke-4 ………….... 73

Gambar 4.9. Guru Menjelaskan Persamaan Reaksi Hidrolisis Garam ……….. 75

Gambar 4.10 Siswa Menuliskan Persamaan Reaksi Hidrolisis Garam ……….. 76

Gambar 4.11. Kegiatan Siswa pada Tahap ke-5 ……… 76

Gambar 4.12. Penguasaan KPS Siswa Pada Aspek Mengamati ……… 79

Gambar 4.13. Penguasaan KPS Siswa Pada Aspek Mengelompokkan……….. 80

Gambar 4.14. Penguasaan KPS Siswa Pada Aspek Menafsirkan ……….. 82

Gambar 4.15. Penguasaan KPS Siswa Pada Aspek Meramalkan ……….. 83

Gambar 4.16. Penguasaan KPS Siswa Pada Aspek Merencanakan Percobaan . 84 Gambar 4.17. Penguasaan KPS Siswa Pada Aspek Menggunakan Alat dan


(5)

Bahan ……… 85 Gambar 4.18. Penguasaan KPS Siswa Pada Aspek Menerapkan Konsep …….. 86 Gambar 4.19. Persentase KPS Siswa Secara Keseluruhan ………. 89 Gambar 4.20. Persentase KBK Siswa Pada Aspek Keterampilan Berpikir Luwes 91 Gambar 4.21. Persentase KBK Siswa Pada Aspek Memerinci ……… 93 Gambar 4.22. Persentase KBK Siswa Pada Aspek Menilai ………. 94 Gambar 4.23. Persentase KBK Siswa Secara Keseluruhan ……….. 96 Gambar 4.24. Penguasaan Konsep Siswa Pada Indikator Menjelaskan Sifat

Asam Basa Larutan Garam ……… 100 Gambar 4.25. Penguasaan Konsep Siswa Pada Indikator Menjelaskan Sifat

Anion dan Kation Larutan Garam ……….……… 101 Gambar 4.26. Penguasaan Konsep Siswa Pada Indikator Reaksi Hidrolisis

Garam ……… 103 Gambar 4.27. Penguasaan Konsep Siswa Pada Indikator Menuliskan Persamaan

Reaksi Hidrolisis Gara………..… 104 Gambar 4.28. Penguasaan Konsep Siswa Pada Indikator Menghitung pH Larutan

Garam ……….. 105 Gambar 4.29. Penguasaan Konsep Siswa Pada Indikator Merencanakan Percobaan

Hidrolisis Garam ……… 106 Gambar 4.30. Rata-Rata Skor Pada Penguasaan Konsep SIswa Secara

Keseluruhan ……… 109


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ……….. . 15 Tabel 2.2. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains ……… 29 Tabel 2.3. Sifat-sifat Garam dalam Pelarut Air ……… 34 Tabel 2.4. Perubahan Warna Kertas Lakmus Merah dan Biru Terhadap Larutan

Garam dalam Air ……… 36 Tabel 2.5. Hubungan Sifat Larutan Garam dengan Sifat Anion dan Kation

Pembentuk Garam ……….. 40 Tabel 3.1. Desain Penelitian ……… 49 Tabel 3.2. Instrumen yang Digunakan dalam Penelitian ………. 50 Tabel 4.1. Tahapan Kegiatan Praktikum Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan

Hidrolisis Garam ………. 61 Tabel 4.2. Pertanyaan Siswa Mengenai Garam ……… 64 Tabel 4.3. Penguasaan KPS Siswa Secara Keseluruhan ……….. 78 Tabel 4.4. Persentase Penguasaan KBK Siswa Secara Keseluruhan ………… .. 90 Tabel 4.5. Skor Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran …… 97 Tabel 4.6. Rata-rata Skor Pretest dan Posttest pada Konsep Hidrolisis Garam … 99


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. A. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran I..………. 124

Lampiran 1. B. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran II ………. 127

Lampiran 2. A. Lembar Kerja Siswa I ……….. 136

Lampiran 2. B. Lembar Kerja Siswa II ………. 140

Lampiran 2. C. Lembar Kerja Siswa III ……… 143

Lampiran 2. D. Lembar Kerja Siswa IV ……… 146

Lampiran 3. Instrumen Pretest dan Posttest ……….. 155

Lampiran 4. Angket dan Wawancara ……… 174

Lampiran 5. Reliabilitas, Daya Pembeda Soal, uji T ……… 181


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains serta menumbuhkan kreativitas siswa. Keterampilan proses sains sangat perlu dikembangkan pada siswa di tingkat sekolah menengah karena menekankan pada pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas (Depdiknas, 2006).

Kreativitas sangat perlu dikembangkan pula pada siswa sekolah tingkat menengah. Kreativitas siswa akan berkembang jika keterampilan berpikir kreatif siswa dikembangkan pula dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Keterampilan berpikir kreatif adalah suatu bentuk pemikiran terbuka yang menjajaki berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Munandar, 1999). Diharapkan dengan dikembangkannya kemampuan siswa dalam berpikir kreatif, maka siswa akan mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan berbagai alternatif pemecahan masalah. Sehingga siswa belajar untuk berpikir secara divergen bukan secara konvergen.

Namun dalam proses belajar mengajar, keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa kurang dapat berkembang dengan baik. Hal ini


(9)

disebabkan karena pada umumnya, pembelajaran di sekolah kurang mengarahkan siswa secara aktif dalam memperoleh pengetahuannya serta sekolah hanya terfokus pada tercapainya suatu jawaban yang paling tepat terhadap suatu masalah atau sekolah lebih mendorong cara berpikir konvergen daripada cara berpikir divergen yang potensial kreatif, sehingga kurangnya kondisi yang mendorong dan menunjang pemikiran kreatif.

Mata pelajaran kimi memiliki tujuan yang sangat penting dalam pengembangan keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kreatif. Tetapi mata pelajaran kimia di SMA masih dianggap sulit oleh siswa, karena mata pelajaran kimia mengandung konsep abstrak yang sulit dipahami oleh siswa, terutama yang berhubungan dengan mikroskopik kimia (Liliasari, 2009). Maka, guru kimia harus memikirkan dan membuat perencanaan pembelajaran secara seksama untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dan memperbaiki kualitas pembelajaran.

Memperhatikan hal tersebut, maka perlu dikembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat membantu siswa mencapai fungsi dan tujuan dari mata pelajaran kimia, yaitu untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan proses sains siswa. Salah satu caranya adalah dengan pelaksanaan kegiatan praktikum berbasis masalah.

Menurut Arends (Abbas, 2000), model pembelajaran berbasis masalah ini berangkat dari masalah autentik atau nyata, sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan


(10)

dirinya. Sanjaya (2006) berpendapat bahwa model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa dengan melibatkan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi. Maka dengan pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan muncul kemampuan berpikir kreatif pada siswa.

Salah satu usaha guru untuk menciptakan interaksi aktif antara siswa dengan lingkungan belajarnya sekaligus mengaktifkan kognitif, afektif dan psikomotor siswa tersebut dapat ditempuh melalui penggunaan strategi belajar dalam kegiatan laboratorium atau praktikum. Laboratorium adalah suatu tempat untuk melakukan eksperimen dan menguji kebenaran suatu teori maupun konsep. Dengan demikian, kegiatan laboratorium dapat memantapkan pemahaman subjek didik akan materi ajar yang telah diperolehnya dengan melakukan berbagai jenis percobaan atau praktikum (Arifin, 2003).

Kegiatan praktikum kimia di sekolah saat ini tergolong kegiatan laboratorium verifikasi tradisional yang cenderung mengarah pada aspek keterampilan dalam pengukuran dan memverifikasi besaran-besaran yang terukur. Selain itu perangkat kegiatan praktikum kurang dapat memfasilitasi pada pencapaian tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini. Petunjuk praktikum yang terlalu rinci mengakibatkan kurang mendorong siswa untuk berkreasi mengorganisir kemampuannya untuk merencanakan dan menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.


(11)

Pengembangan keterampilan proses sains dan kreativitas siswa dapat diterapkan salah satunya pada pokok bahasan hidrolisis garam. Pokok bahasan ini merupakan salah satu materi yang membutuhkan kegiatan praktikum untuk membantu siswa dalam pemahaman konsepnya. Karena, pokok bahasan hidrolisis garam bagi siswa SMA kelas XI merupakan salah satu materi yang mengandung konsep abstrak dan berhubungan dengan mikroskopik kimia. Walaupun sebenarnya, konsep ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa dengan melihat gejala-gejala dan fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar siswa.

Berdasarkan pengalaman guru, materi hidrolisis garam sulit dipahami oleh siswa dan sering terjadi miskonsepsi (Tonih, 2004). Sebagai contoh, dalam menentukan pH larutan garam banyak yang beranggapan bahwa sifat larutan garam adalah netral dan pH garam selalu 7 karena berasal dari hasil reaksi penetralan suatu asam dan suatu basa.

Kesulitan lain yang dihadapi siswa dalam materi hidrolisis menurut Pitasari (2002) adalah siswa kurang mengetahui aplikasi konsep hidrolisis dalam konteks nyata siswa atau kehidupan sehari-hari siswa, karena sedikitnya informasi yang siswa miliki melalui buku sumber acuan yang mereka miliki.

Hamdu (2007) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa dalam kegiatan praktikum hidrolisis hasil kerja ilmiah siswa pada penerapan konsep hidrolisis masih cukup rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa, penerapan konsep hidrolisis dan keterampilan proses siswa dalam laboratorium masih rendah. Untuk itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk


(12)

mengembangkan keterampilan proses sains siswa yang disertai dengan pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep hidrolisis garam melalui kegiatan praktikum berbasis masalah.

Pelaksanaan praktikum hidrolisis garam melalui pembelajaran berbasis masalah mengenai sifat dan pH suatu larutan garam, untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan keterampilan berpikir kreatif siswa sangat perlu untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini diteliti agar mengetahui tahapan kegiatan siswa dalam menemukan jawaban dan alasan terhadap masalah hidrolisis garam secara utuh dan nyata, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan dan menguasai konsep yang esensial dari materi hidrolisis tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: “Bagaimanakah kegiatan praktikum berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pokok bahasan hidrolisis garam?”

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka ada lima pertanyaan yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah pengembangan program kegiatan praktikum berbasis masalah yang diterapkan pada pokok bahasan hidrolisis garam?

2. Bagaimanakah pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah terhadap keterampilan proses sains dalam aspek mengamati, menafsirkan, mengklasifikasikan, meramalkan, merencanakan percobaan, menggunakan


(13)

alat dan bahan serta penerapan konsep siswa kelas XI pada materi hidrolisis garam?

3. Bagaimanakah pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa kelas XI pada materi hidrolisis garam? 4. Bagaimanakah pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah terhadap

penguasaan konsep siswa pada materi hidrolisis garam?

5. Bagaimanakah pandangan siswa dan guru terhadap kegiatan praktikum berbasis masalah yang dikembangkan pada materi hidrolisis garam?

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian lebih terarah, maka masalah dibatasi sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran ini menggunakan masalah-masalah nyata dalam kehidupan keseharian sebagai konteks siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah.

2. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan keterampilan proses sains dan pendekatan keterampilan berpikir kreatif.

3. Dalam penelitian ini, keterampilan proses sains yang diukur adalah aspek mengobservasi, menafsirkan, mengklasifikasikan, meramalkan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan serta penerapan konsep siswa kelas XI pada materi hidrolisis garam.

4. Kemampuan berpikir kreatif yang diukur mencakup tiga komponen yaitu, pertama, kemampuan berpikir luwes (flexibility) dengan indikator


(14)

memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. Kedua, keterampilan merinci (elaboration) dengan indikator mencari pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci. Ketiga, keterampilan menilai (evaluation).

5. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode praktikum.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran praktikum berbasis masalah dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep hidrolisis garam.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengembangkan program kegiatan praktikum hidrolisis garam berbasis masalah yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah pada materi hidrolisis garam dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

3. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah pada materi hidrolisis garam dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

4. Mengetahui pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah pada penguasaan konsep siswa pada materi hidrolisis garam.


(15)

5. Mengidentifikasi pendapat siswa dan guru tentang proses kegiatan praktikum hidrolisis garam berbasis masalah.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya, Manfaat bagi guru adalah :

1. Menghasilkan kegiatan praktikum berbasis masalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Memberikan wawasan baru, tentang pelaksanaan praktikum yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

3. Memberikan masukan dan informasi dalam memperbaiki proses pembelajaran kimia khususnya pada kegiatan praktikum sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa.

Sedangkan manfaat yang diperoleh siswa adalah:

1. Pengalaman belajar yang baru dalam kegiatan praktikum berbasis masalah dalam pokok bahasan hidrolisis garam.

2. Mengembangkan keterampilan proses sains siswa melalui kegiatan praktikum berbasis masalah dalam pokok bahasan hidrolisis garam.

3. Mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui kegiatan praktikum berbasis masalah dalam pokok bahasan hidrolisis garam.

4. Membantu siswa dalam memahami konsep hidrolisis garam melalui kegiatan praktikum berbasis masalah.


(16)

F. Definisi Operasional

1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. Pembelajaran ini terdiri dari lima tahapan, yaitu:

a. Orientasi siswa kepada masalah. b. Siswa diorganisasi untuk belajar.

c. Bimbingan penyelidikan individual maupun kelompok. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Keseluruhan tahap utama ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada di dalam konsep hidrolisis garam.

2. Pembelajaran berbasis masalah berangkat dari masalah nyata (autentik) yang diberikan guru kepada siswa. Pada model ini, peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memberikan fasilitas penelitian dan melakukan penelitian. Aspek yang diteliti dalam pembelajaran berbasis masalah ini adalah respon siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

3. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir menyebar (divergen) yang berusaha melihat berbagai dimensi yang beragam atau bahkan bertentangan menjadi suatu pemikiran baru (Roternberg dalam Supriadi, 1998). Dalam penelitian ini kemampuan berpikir kreatif yang


(17)

diukur mencakup tiga komponen yaitu: Kemampuan berpikir luwes (Flexibility), Kemampuan merinci (Elaboration) dan kemampuan menilai (evaluation). Masing-masing diukur kemunculannya melalui indikator yang termasuk komponen berpikir kreatif.

4. Pendekatan keterampilan proses sains merupakan suatu pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain One Group Pretest-Posttest Design (Nazir, 2003) untuk mengetahui adanya peningkatan keterampilan sains dan kemampuan berpikir siswa.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

T1 X T1’

Keterangan : T1 = Pretest

X = Pelaksanaan kegiatan praktikum hidrolisis garam berbasis pemecahan masalah

T1’= Posttest

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI pada salah satu SMA di kota Bandung sebanyak satu kelas di semester genap tahun ajaran 2009/2010.


(19)

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen yang dirancang untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan datanya diuraikan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2 Instrumen yang digunakan dalam penelitian

No. Sumber

data Jenis data

Teknik pengumpulan

data

Instrumen

1 Siswa Kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan setelah praktikum hidrolisis berbasis masalah

• Tes awal dan tes akhir • LKS Butir soal pilihan ganda dan essay bermuatan kemampuan berpikir kreatif 2 Siswa Kemampuan

keterampilan proses sains siswa sebelum dan setelah

praktikum hidrolisis berbasis masalah

• Tes awal dan tes akhir • LKS Butir soal pilihan ganda dan essay bermuatan kemampuan keterampilan proses sains 4 Siswa Tanggapan terhadap

praktikum dengan praktikum hidrolisis berbasis masalah Jawaban terbuka siswa Angket

5 Guru Respon terhadap praktikum hidrolisis berbasis masalah

Wawancara Pedoman wawancara Lembar observasi


(20)

D. Prosedur Penelitian

Berdasarkan desain penelitian maka dilakukan langkah-langkah kegiatan penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Studi Pendahuluan

b. Mencari dan menggunakan berbagai sumber di lapangan untuk mengidentifikasi masalah.

c. Kajian pustaka meliputi penelaahan konsep-konsep pada materi hidrolisis, keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

d. Menyusun proposal penelitian. e. Seminar Proposal penelitian. f. Revisi proposal penelitian.

2. Tahap Penyusunan Instrumen Penelitian

a. Menetapkan tujuan hasil penelitian. b. Penyusunan instrumen pembelajaran. c. Judgmen dan uji coba instrumen. d. Revisi Instrumen.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Tes awal.

b. Pembelajaran individual dengan model pembelajaran yang dikembangkan. c. Tes akhir.

4. Tahap Analisis Data


(21)

Pretest

Implementasi Kegiatan Pembelajaran

Posttest

Wawancara Guru Angket Siswa Perumusan Masalah

Analisis Data

Kesimpulan b.Analisis data kualitatif.

Prosedur penelitian tergambar dalam Gambar 3.1.

Penentuan Tujuan

Analisis Indikator Materi Analisis Indikator KBK dan KPS

Pengembangan Kegiatan Program Pembelajaran

Penyusunan dan Validasi Instrumen


(22)

Berdasarkan alur penelitian yang digambarkan, langkah-langkah yang sudah dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Perumusan masalah, mempelajari masalah dalam pengembangan keterampilan berpikir kreatif dalam pendidikan kimia di lapangan kemudian merumuskan masalah.

b. Penentuan tujuan, menentukan tujuan dari penelitian yang dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.

c. Menganalisis Silabus kimia SMA kurikulum KTSP dan Menganalisis materi kimia SMA kelas XI tentang hidrolisis garam. Pada tahap ini ditentukan pula indikator-indikator keterampilan berpikir kreatif dan indikator keterampilan proses sains yang akan dikembangkan dan diteliti.

d. Pengembangan kegiatan praktikum, menggunakan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa, mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa dan penguasaan konsep siswa, berdasarkan konsep-konsep dan indikator-indikator yang telah ditentukan pada langkah sebelumnya.

e. Penyusunan dan validasi instrumen. Instrumen disusun sebagai alat untuk mengukur keterampilan proses sains siswa, mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa dan penguasaan konsep siswa. Validasi instrumen dilakukan oleh dosen pembimbing, dan guru-guru kimia di SMA tempat penelitian dilakukan.


(23)

f. Pretest diberikan kepada siswa sebagai alat untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam hal penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatifnya.

g. Implementasi pembelajaran, dilakukan dengan melaksanakan kegiatan praktikum pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan, dan menggunakan LKS yang telah disiapkan.

h. Posttest diberikan kepada siswa untuk mengetahui pengusaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah mengikuti pembelajaran.

i. Angket diberikan kepada siswa setelah post test.

j. Wawancara dilakukan kepada guru bersangkutan yang melaksanakan implementasi kegiatan program pembelajaran.

k. Analisis data dilakukan sebagai tindak lanjut terhadap serangkaian pengumpulan data yang telah dilakukan sehingga diperoleh temuan yang diharapkan dapat menjawab masalah dan tujaun penelitian yang telah dirumuskan.

l. Penarikan kesimpulan berdasarkan data yang didapat dari penelitian.

E. Analisis dan Penyajian Data

Analisis data akan dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui instrumen yang telah disiapkan.

1. Analisis Instrumen a. Validitas Butir Soal

Validitas menunjukkan sejauh mana alat itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut. Dengan kata lain, validitas


(24)

menunjukkan sejauh mana alat ukur memenuhi fungsinya (Harry Firman, 1991). Validasi tes pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengkonsultasikan ketepatan butir tes dengan indikator yang diukur dengan beberapa dosen diantaranya dosen pembimbing dan guru mata pelajaran kimia di sekolah tempat penelitian berlangsung sampai dinyatakan valid.

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product momen yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2006). Validitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi product momen dengan simpangan, yang menggunakan rumus :

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi variable X dan variable Y, dua variable yang dikorelasikan (x = X-X dan y = Y – Y)

Σxy = jumlah perkalian x dan y

x2 = kuadrat dari x y2 = kuadrat dari y

Dengan kriteria harga koefisien korelasi sebagai berikut:

rxy ≤ 0,20 : Validitas sangat rendah

0,20 ≤ rxy ≤ 0,40 : Validitas rendah

0,40 ≤ rxy ≤ 0,60 : Validitas sedang/cukup 0,60 ≤ rxy ≤ 0,80 : Validitas inggi


(25)

Validitas yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,73 dengan validitas tinggi.

b. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran tes pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

TK = tingkat kesukaran

SA = jumlah skor kelompok atas SB = jumlah skor kelompok bawah T = jumlah siswa

Smak = skor maksimal dari soal tersebut Smin = Skor minimal dari soal tersebut

Untuk mengklasifikasikan mudah, sedang, atau sukarnya suatu soal digunakan pedoman berikut:

0,00 – 0,29 : Sukar 0,30 – 0,69 : Sedang 0,70 – 1,00 : mudah

(Arikunto, 2006)

c. Daya Pembeda

Daya pembeda setiap soal ditentukan dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan :

DP = daya pembeda

SA = jumlah skor kelompok atas SB = jumlah skor kelompok bawah T = jumlah siswa


(26)

Smak = skor maksimal dari soal tersebut Smin = skor minimal dari soal tersebut Kriteria daya pembeda :

DP : 0,00 – 0,20 : jelek DP : 0,21 – 0,40 : cukup DP : 0,41 – 07,00 : baik DP : 0,71 – 1,00 : baik sekali

(Arikunto, 2006) Rata-rata daya pembeda soal secara keseluruhan adalah cukup hanya ada beberapa soal yang ternyata memiliki daya pembeda yang jelek. Soal yang jelek tersebut diperbaiki dengan bimbingan guru pengajar kimia dan digunakan kembali saat siswa melakukan post-test.

2. Reliabilitas Tes

Reabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang (Harry Firman, 1991). Untuk menguji reabilitas tes pada penelitian ini digunakan rumus Alpha sebagai berikut:

Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

∑ σi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σi2 = variansi total


(27)

Selanjutnya hasil perhitungan reliabilitas tersebut diinterpretasikan sebagai berikut:

r11 ≤ 0,20 : Reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ r11 ≤ 0,40 : Reliabilitas rendah 0,40 ≤ r11 ≤ 0,60 : Reliabilitas sedang/cukup 0,60 ≤ r11 ≤ 0,80 : Reliabilitas tinggi

0,80 ≤ r11 ≤ 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi.

(Arikunto, 2006) Dalam penelitian ini didapatkan bahwa realibilitas soal-soal yang diberikan adalah sebesar 0,50 yang berarti reliabilitas cukup.

3. Teknik Analisis Data

a. Analisis Data Kemampuan Proses Sains, Keterampilan Berpikir Kreatif

dan Penguasaan Konsep Siswa.

Gain ternormasilasi (n gain) diperoleh dengan cara menghitung selisih antara skor tes akhir dengan skor tes awal yang dibagi selisih antara skor maskimal dengan skor tes awal.

Tingkat perolehan gain ternormalisasi dikategorikan sebagai berikut: n gain > 0,70 : tinggi

0,3 < n gain < 0,70 : sedang


(28)

2. Analisis Data Tanggapan Siswa

Data kuantitatif pada tahap validasi berupa angket tentang tanggapan siswa terhadap praktikum berbasis masalah pada pokok bahasan hidrolisis, nilai keterampilan proses sains, dan nilai kemampuan berpikir kreatif. Data-data dari angket dikategorikan, dipersentasekan dan diinterpretasikan.

Angket tanggapan siswa dipersentasekan dengan menggunakan rumus:

Persentase = 10000

) (

) (

x N siswa jumlah

f jawaban frekuensi

persentase yang diperoleh kemudian ditafsirkan dalam bentuk kalimat seperti diuraikan oleh Arikunto (2008).

Tingkat perolehan tanggapan siswa dikategorikan sebagai berikut: 0% = tidak ada

1 – 2% = sebagian kecil 26 – 49% = hampir setengahnya 50% = setengahnya

51 – 75% = sebagian besar 76 – 99% = pada umumnya 100% = seluruhnya


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang dihasilkan pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pengembangan program kegiatan praktikum berbasis masalah ini dilaksanakan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dengan 7 indikator KPS yaitu pada aspek mengobservasi, menafsirkan, mengklasifikasikan, meramalkan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan serta penerapan konsep. Pendekatan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan 3 indikator KBK yaitu pada aspek berpikir luwes, keterampilan memerinci dan keterampilan menilai yang diterapkan pada praktikum identifikasi sifat larutan garam.

2. Kegiatan pembelajaran praktikum berbasis masalah pada pokok bahasan hidrolisis garam dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa khususnya pada aspek “merencanakan percobaan” yang mengalami peningkatan paling tinggi dengan skor 62,07%.

3. Kegiatan pembelajaran praktikum berbasis masalah pada pokok bahasan hidrolisis garam dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa terutama pada indikator “keterampilan menilai (evaluation)” dengan skor 59,27%.


(30)

4. Kegiatan pembelajaran praktikum berbasis masalah dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan hidrolisis garam khususnya pada konsep persamaan reaksi hidrolisis garam dengan skor 71,32%.

5. Secara umum sebagian besar siswa bersikap positif terhadap kegiatan pembelajaran ini. Ini terlihat dari siswa yang menunjukkan rasa senang, antusias dan bersemangat pada waktu proses pembelajaran berlangsung, serta tidak takut mengeluarkan pendapatnya. Menurut guru, dengan menggunakan kegiatan praktikum berbasis masalah, kegiatan pembelajaran di kelas tidak akan monoton dikarenakan siswa yang dituntut untuk aktif berperan mencari konsep-konsep pelajaran kimia yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara mandiri.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa hal yang perlu disarankan diantaranya adalah:

1. Diadakannya penelitian lebih lanjut yang membahas mengenai indikator keterampilan proses sains dalam aspek meramalkan serta dari indikator berpikir kreatif dalam kemampuan memerinci (elaboration). Agar dapat lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam penerapan dalam konsep-konsep kimia, khususnya dalam perhitungan secara matematis.

2. Memfasilitasi siswa dengan baik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis masalah agar semua siswa dalam kelompoknya mau bekerja sama. 3. Sebaiknya dalam mengimplementasikan kegiatan praktikum berbasis masalah


(31)

laporan tertulis dan memamerkannya sehingga siswa dapat lebih menggali keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatifnya.

4. Dikarenakan pada kegiatan pembelajaran berbasis masalah siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya lewat aktivifas belajar melalui bahan ajar dan LKS, guru hendaknya mempersiapkan atau merancang tugas, aktivitas siswa yang merujuk pada kegiatan penemuan, bahan ajar dan LKS dibuat seoptimal mungkin. Selain itu perintah dalam LKS atau soal-soal harus dibuat sejelas mungkin.

5. Sehubungan dengan implementasi pembelajaran berbasis masalah memakan waktu yang relatif lama, siswa harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan cara diberikan tugas mempelajari situas yang ada kaitannya dengan materi yang akan disampaikan pada pembelajaran berikutnya. Sehingga waktu yang telah ditetapkan atau disediakan dapat digunakan seefisien mungkin.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Nurhayati. (2000). Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Dalam Pembelajaran Matematika DI SMU. [On line] tersedia : http://www.depdiknas.go.id/jurnal/51/040429%20-ed-20%nurhayati-penerapan%20%model%20pembelajaran.pdf”.[08-07-2005] Amien, M. (1987 ). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discoveri” dan “Inquiri”. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Arifin,M. (1995). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press

Arifin,M. dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan Kimia FPMIPA UPI

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Barrows, H. S., Tamblyn, R.M. (1980) Problem-Based Learning: An Approach to

Medical Education. New York: Springer Publishing Company.

Brady, J.E. (1990). General Chemistry : Principle and Structure, Fifth edition. New York: John Willey and Son.

Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Dit. Oleh Suminar Setiadi Achmadi. (Jakarta: Erlangga).

Costa, A.L. (2001). Developing Minds, A Resource Book for Teaching Thinking 3rd Edition. Virginia: ASCD

Delisle, Robert. (1997). How to use Problem Based Learning in The Classroom. Virginia : ASCD

Depdiknas. (2006). Kurikulum KTSP. Jakarta.

Dickson, T.R. (1983). Introduction to Chemistry Fourth Edition. Canada: Hohn Wiley & Sons.

Firman, H. (1991). Penilaian Hasil belajar Dalam Pengajaran Kimia. Bandung : FPMIPA IKIP Bandung

Goldberg, David. (2001). E. Fundamentals of Chemistry (Paperback) Fifth Edition.New York : McGraw-Hill Higher Education


(33)

Guilford, J.P. (1960). Intellegence Creativity and Learning. Belingham: Western Washington College.

Hamdu, G. (2007). Pembelajaran Hidrolisis Garam dengan Model Inkuiri untuk Mengembangkan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah. PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hawadi, R.A. (2001). Kreativitas. Jakarta: Grasindo

Hake, R.R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High School, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Tersedia: http://www. arxiv.org atau http://www.physics. indana.edu/~hake

Ibrahim, Muslim. (2003). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta : Dirjen Depdiknas.

Ismail, (2003). Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Intruction): Apa, Bagaimana dan Contoh Pada Sub Pokok Bahasan Statistika. FPMIPA UNESA-Surabaya.

Keenan, et.al. (1983). Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Laidler, Keith. J. (1966). Principles of Chemistry. New York : Harcourt, Brace & World, Inc.

Lawson, A.E. (1979). A Theory of Teaching for Conceptual Understanding, Rational Taught and Creativity. Ohio : Clearinghouse.

Liliasari. (2009). Handout mata kuliah Pengajaran Kimia SL. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills).

Marzano, Robert J. (1988). Dimensions of thinking: a framesork for curriculum and instruction. New York : ASCD

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics : A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal Physics. 70, (12), 1259-1286.

Moedjiono dan Dimyati, Moh. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Moore, J. W. Dan Davies, W.G. (1978). Chemistry International Student Edition. Tokyo : Mc.Graw – Hill Kogakusha, LTD.


(34)

Munandar, S.C.U., (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Nazir, M. 2003, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nursari, E. (2004). Efektivitas Strateg Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Dalam Pembelajaran Sub Konsep Pemencaran Tumbuhan Pada Siswa SMU Negeri 22 Bandung. PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

O’Connor, Raymond F. (1974). Chemical Principles and Their Biological Implication. California : Hamilton Publishing Company.

Perros. (1967). Chemistry. New York : American Book Company.

Pitasari, Ratih. (2002). Model Pembelajaran Hidrolisis Garam untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMU. PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Poedjiadi. A. (1999) . Pengantar Filsafat Ilmu Bagi Pendidik. Bandung: Yayasan Cendrawasih

Ratnaningsih, N. (2003). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa Sekolah Menengah Umum Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rosenberg, Jerome I. (1983). Theory and Problesm of College Chemistry Sixt Edition. Singapura: Mc.Graw – Hill International Book Company.

Rustaman, et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press. Rhode, M., (1961). An Analysis of Creativity. Phi. Delta Kappan.

Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Sanjaya, M. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana P.M. Group

Sastrohamidjojo, Hardjono. (2001). Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Schubert, Leo dan Veguilla, Luis A. (1972). Chemistry and Society. Boston: Allyn and Bacon Inc.


(35)

Semiawan, C. et al. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta:Gramedia. Sorum, C.H. (1964). General Chemistry Second Edition. London : Prentice-Hall

International.

Stone, R.H dan Tripp, D. W. H. (1971). Secondary Science Series Chemistry. London: Routledge & Kegan Paul.

Sudibyo, E. (2002). Beberapa Model Pengajaran dan Strategi Belajar dalam Pembelajaran IPA-FISIKA. Jakarta : Depdiknas.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sunarya, Y. (2003). Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-prinsip kimia modern. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Supriadi, D. (1998). Kreativitas dalam Perkembangan Kebudayaan dan IPTEK. Jakarta : Gramedia.

Tapilouw, S. Fransiska. (1997). Kreativitas Berpikir Anak Usia Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah-Masalah IPA, Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Tonih, Feronika. (2004). Efektivitas Strategi Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Uagliano, James V. (1979). Answer to Problems for Chemistry. New York : Prenctice – Hall Inc.


(1)

4. Kegiatan pembelajaran praktikum berbasis masalah dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan hidrolisis garam khususnya pada konsep persamaan reaksi hidrolisis garam dengan skor 71,32%.

5. Secara umum sebagian besar siswa bersikap positif terhadap kegiatan pembelajaran ini. Ini terlihat dari siswa yang menunjukkan rasa senang, antusias dan bersemangat pada waktu proses pembelajaran berlangsung, serta tidak takut mengeluarkan pendapatnya. Menurut guru, dengan menggunakan kegiatan praktikum berbasis masalah, kegiatan pembelajaran di kelas tidak akan monoton dikarenakan siswa yang dituntut untuk aktif berperan mencari konsep-konsep pelajaran kimia yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara mandiri.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa hal yang perlu disarankan diantaranya adalah:

1. Diadakannya penelitian lebih lanjut yang membahas mengenai indikator keterampilan proses sains dalam aspek meramalkan serta dari indikator berpikir kreatif dalam kemampuan memerinci (elaboration). Agar dapat lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam penerapan dalam konsep-konsep kimia, khususnya dalam perhitungan secara matematis.

2. Memfasilitasi siswa dengan baik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis masalah agar semua siswa dalam kelompoknya mau bekerja sama. 3. Sebaiknya dalam mengimplementasikan kegiatan praktikum berbasis masalah


(2)

laporan tertulis dan memamerkannya sehingga siswa dapat lebih menggali keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatifnya.

4. Dikarenakan pada kegiatan pembelajaran berbasis masalah siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya lewat aktivifas belajar melalui bahan ajar dan LKS, guru hendaknya mempersiapkan atau merancang tugas, aktivitas siswa yang merujuk pada kegiatan penemuan, bahan ajar dan LKS dibuat seoptimal mungkin. Selain itu perintah dalam LKS atau soal-soal harus dibuat sejelas mungkin.

5. Sehubungan dengan implementasi pembelajaran berbasis masalah memakan waktu yang relatif lama, siswa harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan cara diberikan tugas mempelajari situas yang ada kaitannya dengan materi yang akan disampaikan pada pembelajaran berikutnya. Sehingga waktu yang telah ditetapkan atau disediakan dapat digunakan seefisien mungkin.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Nurhayati. (2000). Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Dalam Pembelajaran Matematika DI SMU. [On line] tersedia : http://www.depdiknas.go.id/jurnal/51/040429%20-ed-20%nurhayati-penerapan%20%model%20pembelajaran.pdf”.[08-07-2005] Amien, M. (1987 ). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discoveri” dan “Inquiri”. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Arifin,M. (1995). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press

Arifin,M. dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan Kimia FPMIPA UPI

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Barrows, H. S., Tamblyn, R.M. (1980) Problem-Based Learning: An Approach to

Medical Education. New York: Springer Publishing Company.

Brady, J.E. (1990). General Chemistry : Principle and Structure, Fifth edition. New York: John Willey and Son.

Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Dit. Oleh Suminar Setiadi Achmadi. (Jakarta: Erlangga).

Costa, A.L. (2001). Developing Minds, A Resource Book for Teaching Thinking 3rd Edition. Virginia: ASCD

Delisle, Robert. (1997). How to use Problem Based Learning in The Classroom. Virginia : ASCD

Depdiknas. (2006). Kurikulum KTSP. Jakarta.

Dickson, T.R. (1983). Introduction to Chemistry Fourth Edition. Canada: Hohn Wiley & Sons.

Firman, H. (1991). Penilaian Hasil belajar Dalam Pengajaran Kimia. Bandung : FPMIPA IKIP Bandung

Goldberg, David. (2001). E. Fundamentals of Chemistry (Paperback) Fifth Edition.New York : McGraw-Hill Higher Education


(4)

Guilford, J.P. (1960). Intellegence Creativity and Learning. Belingham: Western Washington College.

Hamdu, G. (2007). Pembelajaran Hidrolisis Garam dengan Model Inkuiri untuk Mengembangkan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah. PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hawadi, R.A. (2001). Kreativitas. Jakarta: Grasindo

Hake, R.R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High School, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Tersedia: http://www. arxiv.org atau http://www.physics. indana.edu/~hake

Ibrahim, Muslim. (2003). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta : Dirjen Depdiknas.

Ismail, (2003). Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Intruction): Apa, Bagaimana dan Contoh Pada Sub Pokok Bahasan Statistika. FPMIPA UNESA-Surabaya.

Keenan, et.al. (1983). Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Laidler, Keith. J. (1966). Principles of Chemistry. New York : Harcourt, Brace & World, Inc.

Lawson, A.E. (1979). A Theory of Teaching for Conceptual Understanding, Rational Taught and Creativity. Ohio : Clearinghouse.

Liliasari. (2009). Handout mata kuliah Pengajaran Kimia SL. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills).

Marzano, Robert J. (1988). Dimensions of thinking: a framesork for

curriculum and instruction. New York : ASCD

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics : A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal Physics. 70, (12), 1259-1286.

Moedjiono dan Dimyati, Moh. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Moore, J. W. Dan Davies, W.G. (1978). Chemistry International Student Edition. Tokyo : Mc.Graw – Hill Kogakusha, LTD.


(5)

Munandar, S.C.U., (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Nazir, M. 2003, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nursari, E. (2004). Efektivitas Strateg Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Dalam Pembelajaran Sub Konsep Pemencaran Tumbuhan Pada Siswa SMU Negeri 22 Bandung. PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

O’Connor, Raymond F. (1974). Chemical Principles and Their Biological Implication. California : Hamilton Publishing Company.

Perros. (1967). Chemistry. New York : American Book Company.

Pitasari, Ratih. (2002). Model Pembelajaran Hidrolisis Garam untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMU. PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Poedjiadi. A. (1999) . Pengantar Filsafat Ilmu Bagi Pendidik. Bandung: Yayasan Cendrawasih

Ratnaningsih, N. (2003). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa Sekolah Menengah Umum Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rosenberg, Jerome I. (1983). Theory and Problesm of College Chemistry Sixt Edition. Singapura: Mc.Graw – Hill International Book Company.

Rustaman, et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press. Rhode, M., (1961). An Analysis of Creativity. Phi. Delta Kappan.

Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Sanjaya, M. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana P.M. Group

Sastrohamidjojo, Hardjono. (2001). Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Schubert, Leo dan Veguilla, Luis A. (1972). Chemistry and Society. Boston: Allyn and Bacon Inc.


(6)

Semiawan, C. et al. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta:Gramedia. Sorum, C.H. (1964). General Chemistry Second Edition. London : Prentice-Hall

International.

Stone, R.H dan Tripp, D. W. H. (1971). Secondary Science Series Chemistry. London: Routledge & Kegan Paul.

Sudibyo, E. (2002). Beberapa Model Pengajaran dan Strategi Belajar dalam Pembelajaran IPA-FISIKA. Jakarta : Depdiknas.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sunarya, Y. (2003). Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-prinsip kimia modern. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Supriadi, D. (1998). Kreativitas dalam Perkembangan Kebudayaan dan IPTEK. Jakarta : Gramedia.

Tapilouw, S. Fransiska. (1997). Kreativitas Berpikir Anak Usia Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah-Masalah IPA, Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Tonih, Feronika. (2004). Efektivitas Strategi Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Uagliano, James V. (1979). Answer to Problems for Chemistry. New York : Prenctice – Hall Inc.