Kesadaran Penggunaan Metode Penganggaran Modal dalam Mengambil Keputusan Kelayakan Bisnis Makanan.
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
KESADARAN PENGGUNAAN METODE PENGANGGARAN MODAL DALAM
MENGAMBIL KEPUTUSAN KELAYAKAN BISNIS MAKANAN
Surya Setyawan1)
1)
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha
email: suryasetyawan@yahoo.com
Abstract
It is common for business students in understanding what is capital budgeting; include the usage, methods, and
business implications. However, are business practices apply capital budgeting for their business feasibility
decision? This study is not analyzing feasibility of one’s business; on t he other hand, describes whether business
players use capital budgeting for their feasibility decision or maybe just run their business without comprehends
their business feasibility. I conduct a survey by interviewing 30 practices who run small food business. Sadly,
most of them do not recognize capital budgeting theory for their background are not graduated from business
school. Nevertheless, they do not realize if they apply capital budgeting and other financial theories in simple
technique.
Keywords: Capital budgeting, feasibility decision, small business, food business.
I. PENDAHULUAN
program studi bisnis. Begitu
Studi mengenai peranan penganggaran modal
tentu seorang lulusan dari program studi
(capital
manajemen
budgeting)
dalam
menentukan
dan
bisnis
pula
belum
mempraktikkan
kelayakan investasi sudah marak di kalangan
penganggaran modal dalam merencanakan
penelitian keuangan dan kewirausahaan.
bisnisnya. Misalnya survei yang dilakukan
Metode penganggaran modal yang terdiri
Graham dan Harvey (2001) dan Ryan dan
dari payback period, net present value,
Ryan (2002) menunjukkan bahwa para
internal rate of return dan profitability index
pelaku bisnis dan akademisi tidak selalu
sudah banyak menyimpulkan apakan suatu
menggunakan metode bedasarkan teori bisnis
investasi layak dijalankan atau tidak. Tidak
dan manajemen dalam merencanakan dan
dapat dipungkiri bahwa berbagai metode
menjalankan bisnis mereka.
Penelitian
penganggaran modal tersebut sudah menjadi
mengenai
penggunaan
dasar pengambilan keputusan bagi para
penganggaran modal bagi para pelaku bisnis
pelaku bisnis, terutama bagi yang sempat
pernah dilakukan oleh Shinoda (2010). Ia
menikmati pendidikan manajemen dan bisnis
meneliti apakah para manajer bisnis di
di lingkungan perguruan tinggi.
Jepang menggunakan praktik manajemen
Namun metode penganggaran modal
penganggaran modal.
ini belum tentu dipraktikkan sepenuhnya oleh
Dari penelitian Shinoda (2012) ini
para pelaku bisnis. Tidak semua pelaku
peneliti ingin membuktikan apakah para
bisnis berasal dari lulusan perguruan tinggi,
pelaku
terutama program studi manajemen atau
perencanaan
bisnis
di
bisnis
Bandung
mereka
melakukan
dengan
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
menggunakan penganggaran modal sebagai
apakah responden mengetahui hal tersebut
dasar
atau malah melewatkan data ini.
memutuskan
kelayakan
investasi.
Untuk mempertajam hasil penelitian, peneliti
Setelah mengetahui jenis arus kas,
melakukan survei pada usaha kecil menengah
peneliti
dalam
bagaimana
industri
tertentu,
yaitu
industri
menggali
cara
informasi
pelaku
mengenai
bisnis
dalam
makanan yang ada di daerah Cibogo,
menentukan kelayakan investasi. Gitman dan
Bandung. Fokus pada usaha kecil menengah
Zutter (2012) memaparkan bahwa terdapat
dalam industri tertentu disarankan oleh
empat metode penganggaran modal dalam
Black, Fitzpatrick, Guttmann dan Nicholls
menentukan
(2012).
payback period (PP), net present value
kelayakan
investasi,
yaitu
(NPV), internal rate of return (IRR) dan
profitability index (PI).
II. KAJIAN PUSTAKA
Payback
Penganggaran
modal
merupakan
proses
mengevaluasi dan memilih investasi jangka
panjang
yang
sejalan
dengan
tujuan
perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan
pemilik perusahaan (Gitman dan Zutter,
2012). Dalam hal ini, penganggaran modal
seharusnya dijadikan dasar bagi pelaku bisnis
dalam menentukan apakah investasi atau
bisnis yang akan dijalankan tersebut layak
atau tidak untuk dilaksanakan.
Sebelum
melakukan
Zutter (2012) mensyaratkan agar pelaku
bisnis dapat menentukan terlebih dahulu
jumlah investasi awal (initial investment),
selisih antara arus kas masuk dan keluar atau
disebut dengan arus kas bersih (operating
cash flow), dan terminal cash flow. Pada
ini,
data
untuk
(PP)
merupakan
metode yang paling sederhana diantara
semua metode penganggaran modal yang
ada. Metode ini menghitung seberapa lama
investasi yang ditanam akan tertutup oleh
arus kas bersih. Gitman dan Zutter (2012)
mencatat bahwa kelemahan metode ini
adalah tidak memperhitungkan nilai waktu
dari uang (time value of money) yang dapat
menyebabkan investor
salah mengambil
keputusan.
perhitungan
kelayakan investasi atau bisnis, Gitman dan
penelitian
period
membentuk
perhitungan kelayakan investasi atau bisnis
ini merupakan hal yang perlu diidentifikasi,
Net present value (NPV) merupakan
metode yang dianggap lebih baik daripada
metode payback period. Metode ini mencari
selisih antara jumlah arus kas bersih yang
akan diterima di masa yang akan datang
dengan investasi awal. Karena arus kas
bersih nilai uangnya tidak sama dengan
investasi awal, maka arus kas bersih tersebut
harus sudah dihitung nilai waktu dari
uangnya dengan cara mendiskontokan nilai
arus kas bersih tersebut. Suatu investasi
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
dinyatakan layak bila NPV lebih besar
Tabel 1
Metode Penganggaran Modal
daripada nol.
Internal
rate
of
return
(IRR)
Metode
Rumus
Kondisi
Layak
PP >
Harapan
pengembalian
modal
merupakan kondisi tingkat bunga dimana
NPV suatu investasi sama dengan nol, atau
Payback
Period
Tidak ada
dengan kata lain, kondisi tingkat bunga
dimana investasi awal sudah dapat ditutup
Net Present
Value
dengan total arus kas bersih beberapa periode
Internal
Rate of
Return
yang sudah didiskontokan ke nilai sekarang.
Suatu investasi dikatakan layak bila IRR
lebih besar daripada cost of capital (COC)
atau opportunity cost (OC). COC merupakan
tingkat bunga yang berlaku bila pelaku bisnis
melakukan
peminjaman
menjalankan
bisnisnya.
uang
OC
untuk
merupakan
∑
∑
Profitability
Index
NPV > 0
IRR >
COC
atau OC
∑
PI > 1
Sumber: Diolah dari Gitman dan Zutter
(2012).
III. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
bersifat
deskriptif,
yaitu
peluang yang seharusnya didapatkan pelaku
menggambarkan kondisi yang ada pada saat
bisnis, namun harus ditinggalkan demi
penelitian dilakukan. Peneliti melakukan
menjalankan bisnis yang akan dijalankannya.
wawancara
Profitability index (PI) merupakan
rasio atau perbandingan antara antara jumlah
terhadap
30
pelaku
bisnis
makanan yang ada di daerah Cibogo,
Bandung.
arus kas bersih yang akan diterima di masa
Peneliti lebih memfokuskan pada
yang akan datang yang sudah didiskontokan
para pelaku bisnis makanan dengan ukuran
dengan investasi awal. Metode ini serupa
perusahaan usaha kecil dan menengah.
dengan
selisih,
Sebagian besar dari mereka adalah pelaku
sedangkan PI melakukan pembagian. Suatu
bisnis yang membuka usahan makanan di
investasi dikatakan layak bila PI lebih besar
kantin kampus, kantin dekat kampus, dan
daripada satu.
kakilima sekitar kampus.
NPV
Keempat
yang
metode
mencari
tersebut
dirangkum dalam Tabel 1 berikut.
dapat
Pengumpulan
data
yang
menghabiskan waktu dua minggu ini ternyata
tidak sepenuhnya memperoleh 30 sampel
penelitian.
Rincian
keberhasilan
pengumpulan data dari responden terpapar
pada Tabel 2 di bawah ini.
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
Tabel 2
Rangkuman Pengumpulan Data dari
Responden
Status
Jumlah Persen
Tidak lengkap
5
17%
Tidak ada kabar
2
7%
Keberatan menjawab
4
13%
Lengkap
19
63%
30
100%
Jumlah
Sumber: diolah dari
data primer.
Peneliti
berhasil
melakukan
wawancara pada 19 pelaku bisnis (63 persen)
dan mereka dapat menceritakan proses
bisnisnya dengan baik. Terdapat 17 persen
responden tidak menjawab pertanyaan atau
menjawab namun tidak sesuai pertanyaan.
Terdapat 7 persen responden yang pada
awalnya bersedia diwawancara namun tidak
ada respon, dan terdapat 13 persen responden
secara terbuka menolak untuk diwawancara.
Rintangan
paling
besar
dalam
pengumpulan data ini adalah banyaknya
pelaku bisnis yang tidak ada di tempat
selama kurun waktu pengumpulan data.
Berdasarkan
hasil
wawancara
informal
dengan karyawan, para pelaku bisnis tersebut
ternyata memiliki unit bisnis lainnya yang
dinilai perlu lebih banyak diawasi atau
dikelola langsung oleh pemiliknya.
IV. PEMBAHASAN
Pada bagian ini peneliti hendak memaparkan
hasil penelitian dengan menggambarkan
berdasarkan
jenis
kelamin,
usia,
latar
belakang pendidikan.
Tabel 3
Karakteristik Responden
Panel A: Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah Persen
Pria
10
53%
Wanita
9
47%
Panel B: Usia Pelaku Usaha
Usia
Jumlah Persen
21-25 tahun
2
11%
26-30 tahun
2
11%
30-35 tahun
1
5%
36-40 tahun
3
16%
41-45 tahun
4
21%
Di atas 46 tahun
7
37%
Panel C: Usia Bisnis
Lama Buka Usaha
Jumlah Persen
Kurang dari 2 tahun
3
16%
3-4 tahun
7
37%
4-5 tahun
2
11%
6-7 tahun
1
5%
8-9 tahun
2
11%
Lebih dari 10 tahun
4
21%
Panel D: Pendidikan Terakhir
Pelaku Usaha
Pendidikan Terakhir Jumlah Persen
SD
1
5%
SMP
2
11%
SMA
7
37%
Diploma
5
26%
Sarjana
4
21%
Pascasarjana
0
0%
Panel E: Latar Belakang Pendidikan
Pelaku Usaha
Latar Belakan
Pendidikan
Jumlah Persen
Umum
9
47%
Bisnis
6
32%
Non-bisnis
4
21%
Sumber: diolah dari data primer.
Berdasarkan
jenis
kelamin,
kondisi di lapangan. Peneliti akan membahas
karakteristik responden cukup terdistribusi
mengenai karakteristik responden, gambaran
dengan baik, yaitu 53 persen pria dan 47
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
persen wanita. Para pelaku usaha dengan
Sebagian besar responden melakukan
umur yang lebih dari 35 tahun sudah
pencatatan keuangan yang sederhana. Cukup
menjalankan bisnisnya selama lebih dari 6
mencatat
tahun. Namun hampir seluruh responden di
walaupun tidak rinci dan belum tentu
atas 35 tahun memiliki latar belakang
mengikuti kaidah akuntansi yang benar. Hal
pendidikan diploma atau lebih rendah; dan
ini terbukti dengan sedikitnya responden
hampir semua responden tersebut bukan
yang mencatat penyusutan dan menghitung
berasal dari latar belakang pendidikan bisnis.
nilai waktu dari uang (time value of money).
penerimaan
dan
pengeluaran,
Jumlah responden dengan usia di atas 35
Metode penganggaran modal ternyata
tahun ini ternyata sangat mendominasi
belum banyak diketahui oleh para pelaku
penelitian ini, yaitu 74 persen.
bisnis. Sayangnya ada beberapa pelaku bisnis
Responden dengan usia di bawah 35
berlatar
belakang
pendidikan
bisnis
tahun hanya berjumlah 26 persen. Sebagian
(termasuk manajemen dan akuntansi) yang
besar dari mereka merupakan lulusan sarjana.
tidak mempraktikkan ilmu penganggaran
Namun hanya tiga responden saja yang
modal
berlatar belakang pendidikan bisnis.
investasinya.
[Tabel 4]
dalam
menentukan
kelayakan
Tabel 5 dan 6 menunjukkan karakter
tentang
pelaku usaha berdasarkan jenis kelamin.
gambaran karakteristik pelaku bisnis secara
Kumalaningrum dan Kusumawati (2013)
umum. Mereka pada umumnya menyukai
menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan
bisnis yang mereka jalankan pada saat ini,
orientasi bisnis usaha mikro antara pria dan
terutama para pelaku bisnis muda di bawah
wanita. Temuan mereka ini juga ternyata
usia 35 tahun. Hampir semua responden
terbukti dan selaras pada penelitian ini.
Tabel
4
menjelaskan
ternyata memulai bisnisnya dari nol. Pelaku
[Tabel 5]
bisnis muda juga masih semangat untuk
[Tabel 6]
mengembangkan bisnisnya menjadi lebih
Kedua tabel di atas menunjukkan
besar. Namu para pelaku bisnis yang berusia
bahwa baik pria dan wanita memiliki
di
karakteristik
yang
hampir
mengembangkan bisnisnya. Bagi mereka,
Perbedaannya
terletak
pada
bisnis yang dijalankan hanya untuk mengisi
pembelian dan penjualan yang terjadi pada
waktu
bisnis mereka; ternyata pria lebih banyak
atas
tersebut
65
sudah
hidup
tidak
tidak
mereka,
berkeinginan
walaupun
menghasilkan
bisnis
banyak
keuntungan, bahkan ada sedikit yang merugi.
melakukan pencatatan tersebut
serupa.
pencatatan
daripada
wanita. Hal ini terjadi karena sebagian besar
pelaku bisnis pria ternyata menjalankan
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
bisnisnya
bersama
istrinya.
Sedangkan
wawancara – beberapa diantara mereka ada
banyak
yang memiliki beberapa unit bisnis lainnya di
menjalankan bisnisnya sendiri. Ternyata
luar bisnis makanan, sehingga banyak yang
sebagian besar suami dari pelaku bisnis
kurang fokus. Kelompok ini didominasi oleh
wanita memiliki bisnis utamanya, sehingga
pelaku bisnis dengan usia 21 sampai dengan
pelaku bisnis wanita kebanyakan mengisi
35 tahun. Dari hasil wawancara, mereka
waktu mereka dengan hal positif dengan
cenderung sedang mencari pola bisnis yang
berbisnis, bahkan beberapa diantara mereka
mereka sukai bahkan paling mereka sukai.
mengajak
Dapat
pelaku
bisnis
wanita
lebih
anak-anaknya
untuk
disimpulkan
bila
mereka
sudah
memiliki jenis bisnis yang mereka sukai,
memperkenalkan bisnis kecil mereka.
mereka dapat meninggalkan bisnis lainnya
[Tabel 7]
Karakteristik pelaku usaha dengan latar
dengan cara dijual.
belakang pendidikan dasar (SD, SMP dan
[Tabel 9]
Pelaku usaha dengan latar belakang
SMA) lebih cenderung menjalankan bisnis
kurang
pendidikan bisnis merupakan kelompok yang
dan
dapat dikatakan lebih terorganisir dengan
pengendalian keuangan bisnis mereka. Tidak
baik. Namun sayangnya mereka kurang
satupun dari mereka yang mengenal metode
banyak
penganggaran modal. Mereka benar-benar
mereka, seperti perhitungan penyusutan,
menjalankan
tingkat bunga dan nilai waktu dari uang (time
mereka
apa
menjalankan
adanya.
fungsi
Mereka
perencanaan
bisnis
mereka
berdasarkan
nalar. Namun bisnis mereka ternyata cukup
berumur panjang, yaitu di atas tujuh tahun.
Pelaku usaha dengan latar belakang
diploma
dan
ilmu
keuangan
value of money).
Tidak
semua
pelaku
bisnis
ini
mempraktikkan semua metode penganggaran
[Tabel 8]
pendidikan
mempraktikan
sarjana
lebih
modal untuk menentukan kelayakan investasi
mereka.
Mereka
cenderung
hanya
memiliki pola perencanaan dan pengendalian
menghitung payback period dan net present
bisnis
latar
value untuk menghitung kelayakan bisnis
Beberapa
mereka. Metode internal rate of return tidak
diantara mereka ada yang belajar sendiri
banyak digunakan mengingat hanya beberapa
mengenai bisnis dan metode penganggaran
diantara
modal. Beberapa diantara mereka juga ada
perhitungan
yang belajar melalui pelatihan kewirausahaan
profitability index juga jarang digunakan
singkat dan meneruskan dengan belajar
karena hasilnya akan sama dengan metode
sendiri. Sayangnya – berdasarkan hasil
net present value.
yang
belakang
lebih
baik
pendidikan
daripada
dasar.
mereka
yang
tingkat
memperhatikan
bunga.
Metode
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
V. SIMPULAN DAN SARAN
metode yang paling populer digunakan oleh
Penelitian ini hendak mencari gambaran
pelaku bisnis.
Namun
mengenai penggunaan metode penganggaran
modal
dalam
investasi.
menentukan
Hasil
hasil
penelitian
Shinoda
kelayakan
(2010) di Jepang dan Ryan dan Ryan (2002)
memang
di Amerika Serikat ternyata selaras dengan
penelitian
yang
hasil penelitian ini. Payback period ternyata
menggunakan metode penganggaran modal
masih menjadi tolak ukur terbanyak untuk
dalam
menunjukkan
hanya
26
persen
kelayakan
investasi
menentukan kelayakan investasi. Begitu pula
bertolak
belakang
dengan penelitian Ryan dan Ryan (2002)
dengan kondisi di Amerika Serikat yang
yang selaras dengan hasil penelitian ini.
disurvei oleh Apap dan Masson (2004).
Mereka melakukan penelitian di Amerika
Mereka menemukan bahwa 27,3 persen
Serikat dan menemukan bahwa metode net
responden
present value yang paling banyak digunakan
menentukan
mereka.
Kondisi
metode
ini
mereka
tidak
penganggaran
menggunakan
modal
dalam
oleh pelaku bisnis di sana.
Dari hasil gambaran kondisi di
menentukan kelayakan investasi.
Namun
dari
hasil
wawancara,
lapangan,
peneliti
menyarankan
bahwa
sebagian besar pelaku bisnis melakukan
perguruan tinggi perlu berpartisipasi dalam
pencatatan
menyosialisasikan
pemasukan
dan
pengeluaran
metode
penganggaran
dengan baik. Mereka ternyata secara tidak
modal kepada pelaku bisnis, terutama usaha
sadar melakukan fungsi perencanaan bisnis
kecil menengah dalam bentuk pengabdian
yang baik, walaupun mereka tidak menyadari
masyarakat. Untuk penelitian selanjutnya,
bahwa mereka sedang menggunakan metode
peneliti menyarankan untuk mengembangkan
payback period.
penelitian ke arah penyebab kegagalan dalam
Hasil penelitian juga menunjukkan
menjalankan usaha kecil dan menengah. Hal
bahwa banyak pelaku bisnis yang lebih
ini didasarkan pada hasil penelitian yang
banyak
payback
menggambarkan kondisi pelaku usaha yang
period dan net present value. Hasil ini tidak
pasrah dengan kondisi yang ada. Mereka
sejalan dengan penelitian Graham dan
(terutama yang berusia lebih dari 46 tahun)
Harvey (2001) yang meneliti keadaan di
menyatakan bahwa mereka hanya mengisi
Amerika Serikat. Graham dan Harvey (2001)
waktu
yang melakukan penelitian di Amerika
makanan,
Serikat dan Hall (2000) yang melakukan
sebenarnya merugi dan tidak layak untuk
penelitian di Afrika Selatan. Mereka semua
dilanjutkan secara teori.
menggunakan
metode
senja
mereka
walaupun
dengan
menjual
usaha
mereka
menemukan bahwa metode IRR merupakan
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
keberhasilan inovasi: peran orientasi
REFERENSI
Apap, A. & Masson, D.J. 2004. A survey of
pasar dan gender sebagai variable
capital budgeting in publicly traded
pemoderasi.
utility companies. Southwest Business
and Economics Journal. October: 1-8.
S.
2012.
The
budgeting practices of the Fortune
1000: how have things changed?
characteristics of small businesses.
Journal of Business and Management.
Small Business Finance Roundtable.
8(4): 355-364.
Shinoda,
Gitman, L.J. & Zutter, C.J. 2012. Principles
of
Managerial
13th
Finance.
of
2010.
Capital
budgeting
on the use of capital budgeting
methods.
Graham, J.R. & Harvey C.R. 2001. The
practice
T.
management process in Japan: a focus
ed.
Boston: Pearson Education Inc.
theory and
dan
Ryan P.A. & Ryan G.P. 2002. Capital
financial
May: 25-32.
Akuntansi
Manajemen. 24(3): 155-166.
Black, S.; Fitzpatrick, A.; Guttmann, R. &
Nicholls,
Jurnal
Economics
Journal
of
Hokkaido University. 39: 39-50.
corporate
finance: evidence from the field.
Biodata Penulis
Journal of Financial Economics. 60(1-
20): 187-243.
Hall, J.H. 2000. Investigating aspect of the
capital budgeting process used in the
evaluation
of
investment
projects.
South African Journal of Economic and
Management Science. 3: 353-368.
Kumalaningrum, M.P. & Kusumawati, H.
2013. Orientasi kewirausahaan dan
Surya Setyawan , memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (S.E.), Jurusan Manajemen
Universitas Kristen Maranatha, lulus tahun
1999. Memperoleh gelar Magister Sains
(M.Si.) Program Pasca Sarjana Magister Ilmu
Manajemen Universitas Gadjah Mada, lulus
tahun 2005. Saat ini menjadi dosen tetap di
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Maranatha sejak tahun 2000. Saat ini juga
ditugaskan menjadi Pembantu Dekan di
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Maranatha periode 2012-2016.
Tabel 4
Hasil Penelitian Secara Umum
Pertanyaan
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
Bisnis dimulai dari nol
Keinginan mengembangkan bisnis
Catatan pembelian rinci
Catatan penjualan rinci
Perencanaan pembelian peralatan
Tidak
Pernah
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
11%
5%
16%
0%
0%
0%
0%
0%
5%
0%
0%
0%
0%
5%
5%
5%
0%
26%
11%
11%
0%
47%
5%
32%
26%
21%
26%
47%
95%
42%
53%
58%
47%
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
Perencanaan pembelian bahan baku
Perencanaan pendapatan
Praktik time value of money
Perencanaan kelayakan
Melakukan aplikasi PP
Melakukan aplikasi NPV
Melakukan aplikasi IRR
Melakukan aplikasi PI
Melakukan aplikasi penganggaran modal
Sumber: diolah dari data primer.
11%
16%
53%
32%
47%
47%
53%
53%
47%
0%
11%
5%
11%
11%
11%
11%
26%
11%
16%
11%
5%
5%
0%
0%
5%
5%
0%
16%
11%
16%
11%
5%
5%
16%
11%
16%
11%
11%
21%
16%
11%
11%
11%
5%
0%
47%
42%
0%
26%
26%
26%
5%
0%
26%
Tabel 5
Karakteristik Pelaku Usaha Berdasarkan Jenis Kelamin: Pria
Pertanyaan
Tidak
Pernah
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
0%
Bisnis dimulai dari nol
0%
Keinginan mengembangkan bisnis
0%
Catatan pembelian rinci
20%
Catatan penjualan rinci
10%
Perencanaan pembelian peralatan
20%
Perencanaan pembelian bahan baku
10%
Perencanaan pendapatan
20%
Praktik time value of money
40%
Perencanaan kelayakan
30%
Melakukan aplikasi PP
40%
Melakukan aplikasi NPV
40%
Melakukan aplikasi IRR
50%
Melakukan aplikasi PI
50%
Melakukan aplikasi penganggaran modal
40%
Sumber: diolah dari data primer.
Keterangan: Jumlah responden: 10 orang (53%).
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
20%
0%
0%
0%
0%
0%
10%
10%
20%
10%
10%
0%
0%
0%
10%
10%
0%
0%
0%
20%
0%
0%
0%
0%
0%
10%
10%
0%
0%
20%
10%
10%
40%
0%
40%
20%
10%
10%
10%
10%
40%
20%
10%
10%
10%
10%
0%
60%
100%
40%
60%
70%
60%
60%
60%
0%
40%
50%
50%
10%
0%
50%
Tabel 6
Karakteristik Pelaku Usaha Berdasarkan Jenis Kelamin: Wanita
Pertanyaan
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
Bisnis dimulai dari nol
Keinginan mengembangkan bisnis
Catatan pembelian rinci
Catatan penjualan rinci
Perencanaan pembelian peralatan
Tidak
Pernah
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
0%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
11%
0%
33%
22%
22%
0%
56%
11%
22%
33%
33%
44%
33%
89%
44%
44%
44%
33%
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
Perencanaan pembelian bahan baku
11%
Perencanaan pendapatan
11%
Praktik time value of money
67%
Perencanaan kelayakan
33%
Melakukan aplikasi PP
56%
Melakukan aplikasi NPV
56%
Melakukan aplikasi IRR
56%
Melakukan aplikasi PI
56%
Melakukan aplikasi penganggaran modal
56%
Sumber: diolah dari data primer.
Keterangan: Jumlah responden: 9 orang (47%).
0%
22%
11%
22%
22%
22%
22%
33%
22%
11%
11%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
33%
22%
22%
11%
11%
11%
11%
11%
22%
11%
11%
0%
11%
11%
11%
11%
0%
0%
33%
22%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
Tabel 7
Karakteristik Pelaku Usaha dengan Latar Belakang Pendidikan Umum (SD-SMA)
Pertanyaan
Tidak
Pernah
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
0%
Bisnis dimulai dari nol
0%
Keinginan mengembangkan bisnis
0%
Catatan pembelian rinci
22%
Catatan penjualan rinci
11%
Perencanaan pembelian peralatan
33%
Perencanaan pembelian bahan baku
22%
Perencanaan pendapatan
33%
Praktik time value of money
89%
Perencanaan kelayakan
56%
Melakukan aplikasi PP
100%
Melakukan aplikasi NPV
100%
Melakukan aplikasi IRR
100%
Melakukan aplikasi PI
100%
Melakukan aplikasi penganggaran modal
100%
Sumber: diolah dari data primer.
Keterangan: Jumlah responden: 10 orang (53%).
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
0%
0%
11%
0%
11%
11%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
11%
11%
33%
22%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
56%
11%
11%
0%
0%
0%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
67%
0%
22%
22%
22%
22%
11%
11%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
33%
100%
22%
44%
44%
22%
33%
22%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Tabel 8
Karakteristik Pelaku Usaha dengan Latar Belakang Pendidikan Non-Bisnis
(D3 dan S1)
Pertanyaan
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
Bisnis dimulai dari nol
Keinginan mengembangkan bisnis
Catatan pembelian rinci
Tidak
Pernah
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
25%
75%
100%
75%
75%
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
Catatan penjualan rinci
0%
Perencanaan pembelian peralatan
0%
Perencanaan pembelian bahan baku
0%
Perencanaan pendapatan
0%
Praktik time value of money
50%
Perencanaan kelayakan
25%
Melakukan aplikasi PP
0%
Melakukan aplikasi NPV
0%
Melakukan aplikasi IRR
25%
Melakukan aplikasi PI
25%
Melakukan aplikasi penganggaran modal
0%
Sumber: diolah dari data primer.
Keterangan: Jumlah responden: 4 orang (21%).
0%
0%
0%
25%
0%
0%
25%
25%
25%
50%
25%
0%
0%
0%
0%
25%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
50%
25%
25%
0%
0%
0%
25%
25%
25%
25%
50%
25%
25%
0%
0%
50%
50%
25%
0%
0%
75%
50%
25%
25%
0%
75%
25%
25%
0%
0%
50%
Tabel 9
Karakteristik Pelaku Usaha dengan Latar Belakang Pendidikan Bisnis (D3 dan S1)
Pertanyaan
Tidak
Pernah
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
Bisnis dimulai dari nol
Keinginan mengembangkan bisnis
Catatan pembelian rinci
Catatan penjualan rinci
Perencanaan pembelian peralatan
Perencanaan pembelian bahan baku
Perencanaan pendapatan
Praktik time value of money
Perencanaan kelayakan
Melakukan aplikasi PP
Melakukan aplikasi NPV
Melakukan aplikasi IRR
Melakukan aplikasi PI
Melakukan aplikasi penganggaran modal
Sumber: diolah dari data primer.
Keterangan: Jumlah responden: 6 orang (32%).
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
17%
17%
17%
17%
50%
17%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
17%
17%
0%
0%
0%
0%
17%
17%
0%
17%
17%
33%
17%
17%
17%
33%
17%
33%
50%
17%
50%
33%
17%
17%
0%
0%
67%
33%
0%
0%
17%
17%
0%
50%
83%
50%
50%
67%
83%
83%
83%
0%
33%
67%
67%
17%
0%
50%
Proceeding FMI 6 Medan
KESADARAN PENGGUNAAN METODE PENGANGGARAN MODAL DALAM
MENGAMBIL KEPUTUSAN KELAYAKAN BISNIS MAKANAN
Surya Setyawan1)
1)
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha
email: suryasetyawan@yahoo.com
Abstract
It is common for business students in understanding what is capital budgeting; include the usage, methods, and
business implications. However, are business practices apply capital budgeting for their business feasibility
decision? This study is not analyzing feasibility of one’s business; on t he other hand, describes whether business
players use capital budgeting for their feasibility decision or maybe just run their business without comprehends
their business feasibility. I conduct a survey by interviewing 30 practices who run small food business. Sadly,
most of them do not recognize capital budgeting theory for their background are not graduated from business
school. Nevertheless, they do not realize if they apply capital budgeting and other financial theories in simple
technique.
Keywords: Capital budgeting, feasibility decision, small business, food business.
I. PENDAHULUAN
program studi bisnis. Begitu
Studi mengenai peranan penganggaran modal
tentu seorang lulusan dari program studi
(capital
manajemen
budgeting)
dalam
menentukan
dan
bisnis
pula
belum
mempraktikkan
kelayakan investasi sudah marak di kalangan
penganggaran modal dalam merencanakan
penelitian keuangan dan kewirausahaan.
bisnisnya. Misalnya survei yang dilakukan
Metode penganggaran modal yang terdiri
Graham dan Harvey (2001) dan Ryan dan
dari payback period, net present value,
Ryan (2002) menunjukkan bahwa para
internal rate of return dan profitability index
pelaku bisnis dan akademisi tidak selalu
sudah banyak menyimpulkan apakan suatu
menggunakan metode bedasarkan teori bisnis
investasi layak dijalankan atau tidak. Tidak
dan manajemen dalam merencanakan dan
dapat dipungkiri bahwa berbagai metode
menjalankan bisnis mereka.
Penelitian
penganggaran modal tersebut sudah menjadi
mengenai
penggunaan
dasar pengambilan keputusan bagi para
penganggaran modal bagi para pelaku bisnis
pelaku bisnis, terutama bagi yang sempat
pernah dilakukan oleh Shinoda (2010). Ia
menikmati pendidikan manajemen dan bisnis
meneliti apakah para manajer bisnis di
di lingkungan perguruan tinggi.
Jepang menggunakan praktik manajemen
Namun metode penganggaran modal
penganggaran modal.
ini belum tentu dipraktikkan sepenuhnya oleh
Dari penelitian Shinoda (2012) ini
para pelaku bisnis. Tidak semua pelaku
peneliti ingin membuktikan apakah para
bisnis berasal dari lulusan perguruan tinggi,
pelaku
terutama program studi manajemen atau
perencanaan
bisnis
di
bisnis
Bandung
mereka
melakukan
dengan
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
menggunakan penganggaran modal sebagai
apakah responden mengetahui hal tersebut
dasar
atau malah melewatkan data ini.
memutuskan
kelayakan
investasi.
Untuk mempertajam hasil penelitian, peneliti
Setelah mengetahui jenis arus kas,
melakukan survei pada usaha kecil menengah
peneliti
dalam
bagaimana
industri
tertentu,
yaitu
industri
menggali
cara
informasi
pelaku
mengenai
bisnis
dalam
makanan yang ada di daerah Cibogo,
menentukan kelayakan investasi. Gitman dan
Bandung. Fokus pada usaha kecil menengah
Zutter (2012) memaparkan bahwa terdapat
dalam industri tertentu disarankan oleh
empat metode penganggaran modal dalam
Black, Fitzpatrick, Guttmann dan Nicholls
menentukan
(2012).
payback period (PP), net present value
kelayakan
investasi,
yaitu
(NPV), internal rate of return (IRR) dan
profitability index (PI).
II. KAJIAN PUSTAKA
Payback
Penganggaran
modal
merupakan
proses
mengevaluasi dan memilih investasi jangka
panjang
yang
sejalan
dengan
tujuan
perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan
pemilik perusahaan (Gitman dan Zutter,
2012). Dalam hal ini, penganggaran modal
seharusnya dijadikan dasar bagi pelaku bisnis
dalam menentukan apakah investasi atau
bisnis yang akan dijalankan tersebut layak
atau tidak untuk dilaksanakan.
Sebelum
melakukan
Zutter (2012) mensyaratkan agar pelaku
bisnis dapat menentukan terlebih dahulu
jumlah investasi awal (initial investment),
selisih antara arus kas masuk dan keluar atau
disebut dengan arus kas bersih (operating
cash flow), dan terminal cash flow. Pada
ini,
data
untuk
(PP)
merupakan
metode yang paling sederhana diantara
semua metode penganggaran modal yang
ada. Metode ini menghitung seberapa lama
investasi yang ditanam akan tertutup oleh
arus kas bersih. Gitman dan Zutter (2012)
mencatat bahwa kelemahan metode ini
adalah tidak memperhitungkan nilai waktu
dari uang (time value of money) yang dapat
menyebabkan investor
salah mengambil
keputusan.
perhitungan
kelayakan investasi atau bisnis, Gitman dan
penelitian
period
membentuk
perhitungan kelayakan investasi atau bisnis
ini merupakan hal yang perlu diidentifikasi,
Net present value (NPV) merupakan
metode yang dianggap lebih baik daripada
metode payback period. Metode ini mencari
selisih antara jumlah arus kas bersih yang
akan diterima di masa yang akan datang
dengan investasi awal. Karena arus kas
bersih nilai uangnya tidak sama dengan
investasi awal, maka arus kas bersih tersebut
harus sudah dihitung nilai waktu dari
uangnya dengan cara mendiskontokan nilai
arus kas bersih tersebut. Suatu investasi
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
dinyatakan layak bila NPV lebih besar
Tabel 1
Metode Penganggaran Modal
daripada nol.
Internal
rate
of
return
(IRR)
Metode
Rumus
Kondisi
Layak
PP >
Harapan
pengembalian
modal
merupakan kondisi tingkat bunga dimana
NPV suatu investasi sama dengan nol, atau
Payback
Period
Tidak ada
dengan kata lain, kondisi tingkat bunga
dimana investasi awal sudah dapat ditutup
Net Present
Value
dengan total arus kas bersih beberapa periode
Internal
Rate of
Return
yang sudah didiskontokan ke nilai sekarang.
Suatu investasi dikatakan layak bila IRR
lebih besar daripada cost of capital (COC)
atau opportunity cost (OC). COC merupakan
tingkat bunga yang berlaku bila pelaku bisnis
melakukan
peminjaman
menjalankan
bisnisnya.
uang
OC
untuk
merupakan
∑
∑
Profitability
Index
NPV > 0
IRR >
COC
atau OC
∑
PI > 1
Sumber: Diolah dari Gitman dan Zutter
(2012).
III. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
bersifat
deskriptif,
yaitu
peluang yang seharusnya didapatkan pelaku
menggambarkan kondisi yang ada pada saat
bisnis, namun harus ditinggalkan demi
penelitian dilakukan. Peneliti melakukan
menjalankan bisnis yang akan dijalankannya.
wawancara
Profitability index (PI) merupakan
rasio atau perbandingan antara antara jumlah
terhadap
30
pelaku
bisnis
makanan yang ada di daerah Cibogo,
Bandung.
arus kas bersih yang akan diterima di masa
Peneliti lebih memfokuskan pada
yang akan datang yang sudah didiskontokan
para pelaku bisnis makanan dengan ukuran
dengan investasi awal. Metode ini serupa
perusahaan usaha kecil dan menengah.
dengan
selisih,
Sebagian besar dari mereka adalah pelaku
sedangkan PI melakukan pembagian. Suatu
bisnis yang membuka usahan makanan di
investasi dikatakan layak bila PI lebih besar
kantin kampus, kantin dekat kampus, dan
daripada satu.
kakilima sekitar kampus.
NPV
Keempat
yang
metode
mencari
tersebut
dirangkum dalam Tabel 1 berikut.
dapat
Pengumpulan
data
yang
menghabiskan waktu dua minggu ini ternyata
tidak sepenuhnya memperoleh 30 sampel
penelitian.
Rincian
keberhasilan
pengumpulan data dari responden terpapar
pada Tabel 2 di bawah ini.
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
Tabel 2
Rangkuman Pengumpulan Data dari
Responden
Status
Jumlah Persen
Tidak lengkap
5
17%
Tidak ada kabar
2
7%
Keberatan menjawab
4
13%
Lengkap
19
63%
30
100%
Jumlah
Sumber: diolah dari
data primer.
Peneliti
berhasil
melakukan
wawancara pada 19 pelaku bisnis (63 persen)
dan mereka dapat menceritakan proses
bisnisnya dengan baik. Terdapat 17 persen
responden tidak menjawab pertanyaan atau
menjawab namun tidak sesuai pertanyaan.
Terdapat 7 persen responden yang pada
awalnya bersedia diwawancara namun tidak
ada respon, dan terdapat 13 persen responden
secara terbuka menolak untuk diwawancara.
Rintangan
paling
besar
dalam
pengumpulan data ini adalah banyaknya
pelaku bisnis yang tidak ada di tempat
selama kurun waktu pengumpulan data.
Berdasarkan
hasil
wawancara
informal
dengan karyawan, para pelaku bisnis tersebut
ternyata memiliki unit bisnis lainnya yang
dinilai perlu lebih banyak diawasi atau
dikelola langsung oleh pemiliknya.
IV. PEMBAHASAN
Pada bagian ini peneliti hendak memaparkan
hasil penelitian dengan menggambarkan
berdasarkan
jenis
kelamin,
usia,
latar
belakang pendidikan.
Tabel 3
Karakteristik Responden
Panel A: Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah Persen
Pria
10
53%
Wanita
9
47%
Panel B: Usia Pelaku Usaha
Usia
Jumlah Persen
21-25 tahun
2
11%
26-30 tahun
2
11%
30-35 tahun
1
5%
36-40 tahun
3
16%
41-45 tahun
4
21%
Di atas 46 tahun
7
37%
Panel C: Usia Bisnis
Lama Buka Usaha
Jumlah Persen
Kurang dari 2 tahun
3
16%
3-4 tahun
7
37%
4-5 tahun
2
11%
6-7 tahun
1
5%
8-9 tahun
2
11%
Lebih dari 10 tahun
4
21%
Panel D: Pendidikan Terakhir
Pelaku Usaha
Pendidikan Terakhir Jumlah Persen
SD
1
5%
SMP
2
11%
SMA
7
37%
Diploma
5
26%
Sarjana
4
21%
Pascasarjana
0
0%
Panel E: Latar Belakang Pendidikan
Pelaku Usaha
Latar Belakan
Pendidikan
Jumlah Persen
Umum
9
47%
Bisnis
6
32%
Non-bisnis
4
21%
Sumber: diolah dari data primer.
Berdasarkan
jenis
kelamin,
kondisi di lapangan. Peneliti akan membahas
karakteristik responden cukup terdistribusi
mengenai karakteristik responden, gambaran
dengan baik, yaitu 53 persen pria dan 47
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
persen wanita. Para pelaku usaha dengan
Sebagian besar responden melakukan
umur yang lebih dari 35 tahun sudah
pencatatan keuangan yang sederhana. Cukup
menjalankan bisnisnya selama lebih dari 6
mencatat
tahun. Namun hampir seluruh responden di
walaupun tidak rinci dan belum tentu
atas 35 tahun memiliki latar belakang
mengikuti kaidah akuntansi yang benar. Hal
pendidikan diploma atau lebih rendah; dan
ini terbukti dengan sedikitnya responden
hampir semua responden tersebut bukan
yang mencatat penyusutan dan menghitung
berasal dari latar belakang pendidikan bisnis.
nilai waktu dari uang (time value of money).
penerimaan
dan
pengeluaran,
Jumlah responden dengan usia di atas 35
Metode penganggaran modal ternyata
tahun ini ternyata sangat mendominasi
belum banyak diketahui oleh para pelaku
penelitian ini, yaitu 74 persen.
bisnis. Sayangnya ada beberapa pelaku bisnis
Responden dengan usia di bawah 35
berlatar
belakang
pendidikan
bisnis
tahun hanya berjumlah 26 persen. Sebagian
(termasuk manajemen dan akuntansi) yang
besar dari mereka merupakan lulusan sarjana.
tidak mempraktikkan ilmu penganggaran
Namun hanya tiga responden saja yang
modal
berlatar belakang pendidikan bisnis.
investasinya.
[Tabel 4]
dalam
menentukan
kelayakan
Tabel 5 dan 6 menunjukkan karakter
tentang
pelaku usaha berdasarkan jenis kelamin.
gambaran karakteristik pelaku bisnis secara
Kumalaningrum dan Kusumawati (2013)
umum. Mereka pada umumnya menyukai
menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan
bisnis yang mereka jalankan pada saat ini,
orientasi bisnis usaha mikro antara pria dan
terutama para pelaku bisnis muda di bawah
wanita. Temuan mereka ini juga ternyata
usia 35 tahun. Hampir semua responden
terbukti dan selaras pada penelitian ini.
Tabel
4
menjelaskan
ternyata memulai bisnisnya dari nol. Pelaku
[Tabel 5]
bisnis muda juga masih semangat untuk
[Tabel 6]
mengembangkan bisnisnya menjadi lebih
Kedua tabel di atas menunjukkan
besar. Namu para pelaku bisnis yang berusia
bahwa baik pria dan wanita memiliki
di
karakteristik
yang
hampir
mengembangkan bisnisnya. Bagi mereka,
Perbedaannya
terletak
pada
bisnis yang dijalankan hanya untuk mengisi
pembelian dan penjualan yang terjadi pada
waktu
bisnis mereka; ternyata pria lebih banyak
atas
tersebut
65
sudah
hidup
tidak
tidak
mereka,
berkeinginan
walaupun
menghasilkan
bisnis
banyak
keuntungan, bahkan ada sedikit yang merugi.
melakukan pencatatan tersebut
serupa.
pencatatan
daripada
wanita. Hal ini terjadi karena sebagian besar
pelaku bisnis pria ternyata menjalankan
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
bisnisnya
bersama
istrinya.
Sedangkan
wawancara – beberapa diantara mereka ada
banyak
yang memiliki beberapa unit bisnis lainnya di
menjalankan bisnisnya sendiri. Ternyata
luar bisnis makanan, sehingga banyak yang
sebagian besar suami dari pelaku bisnis
kurang fokus. Kelompok ini didominasi oleh
wanita memiliki bisnis utamanya, sehingga
pelaku bisnis dengan usia 21 sampai dengan
pelaku bisnis wanita kebanyakan mengisi
35 tahun. Dari hasil wawancara, mereka
waktu mereka dengan hal positif dengan
cenderung sedang mencari pola bisnis yang
berbisnis, bahkan beberapa diantara mereka
mereka sukai bahkan paling mereka sukai.
mengajak
Dapat
pelaku
bisnis
wanita
lebih
anak-anaknya
untuk
disimpulkan
bila
mereka
sudah
memiliki jenis bisnis yang mereka sukai,
memperkenalkan bisnis kecil mereka.
mereka dapat meninggalkan bisnis lainnya
[Tabel 7]
Karakteristik pelaku usaha dengan latar
dengan cara dijual.
belakang pendidikan dasar (SD, SMP dan
[Tabel 9]
Pelaku usaha dengan latar belakang
SMA) lebih cenderung menjalankan bisnis
kurang
pendidikan bisnis merupakan kelompok yang
dan
dapat dikatakan lebih terorganisir dengan
pengendalian keuangan bisnis mereka. Tidak
baik. Namun sayangnya mereka kurang
satupun dari mereka yang mengenal metode
banyak
penganggaran modal. Mereka benar-benar
mereka, seperti perhitungan penyusutan,
menjalankan
tingkat bunga dan nilai waktu dari uang (time
mereka
apa
menjalankan
adanya.
fungsi
Mereka
perencanaan
bisnis
mereka
berdasarkan
nalar. Namun bisnis mereka ternyata cukup
berumur panjang, yaitu di atas tujuh tahun.
Pelaku usaha dengan latar belakang
diploma
dan
ilmu
keuangan
value of money).
Tidak
semua
pelaku
bisnis
ini
mempraktikkan semua metode penganggaran
[Tabel 8]
pendidikan
mempraktikan
sarjana
lebih
modal untuk menentukan kelayakan investasi
mereka.
Mereka
cenderung
hanya
memiliki pola perencanaan dan pengendalian
menghitung payback period dan net present
bisnis
latar
value untuk menghitung kelayakan bisnis
Beberapa
mereka. Metode internal rate of return tidak
diantara mereka ada yang belajar sendiri
banyak digunakan mengingat hanya beberapa
mengenai bisnis dan metode penganggaran
diantara
modal. Beberapa diantara mereka juga ada
perhitungan
yang belajar melalui pelatihan kewirausahaan
profitability index juga jarang digunakan
singkat dan meneruskan dengan belajar
karena hasilnya akan sama dengan metode
sendiri. Sayangnya – berdasarkan hasil
net present value.
yang
belakang
lebih
baik
pendidikan
daripada
dasar.
mereka
yang
tingkat
memperhatikan
bunga.
Metode
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
V. SIMPULAN DAN SARAN
metode yang paling populer digunakan oleh
Penelitian ini hendak mencari gambaran
pelaku bisnis.
Namun
mengenai penggunaan metode penganggaran
modal
dalam
investasi.
menentukan
Hasil
hasil
penelitian
Shinoda
kelayakan
(2010) di Jepang dan Ryan dan Ryan (2002)
memang
di Amerika Serikat ternyata selaras dengan
penelitian
yang
hasil penelitian ini. Payback period ternyata
menggunakan metode penganggaran modal
masih menjadi tolak ukur terbanyak untuk
dalam
menunjukkan
hanya
26
persen
kelayakan
investasi
menentukan kelayakan investasi. Begitu pula
bertolak
belakang
dengan penelitian Ryan dan Ryan (2002)
dengan kondisi di Amerika Serikat yang
yang selaras dengan hasil penelitian ini.
disurvei oleh Apap dan Masson (2004).
Mereka melakukan penelitian di Amerika
Mereka menemukan bahwa 27,3 persen
Serikat dan menemukan bahwa metode net
responden
present value yang paling banyak digunakan
menentukan
mereka.
Kondisi
metode
ini
mereka
tidak
penganggaran
menggunakan
modal
dalam
oleh pelaku bisnis di sana.
Dari hasil gambaran kondisi di
menentukan kelayakan investasi.
Namun
dari
hasil
wawancara,
lapangan,
peneliti
menyarankan
bahwa
sebagian besar pelaku bisnis melakukan
perguruan tinggi perlu berpartisipasi dalam
pencatatan
menyosialisasikan
pemasukan
dan
pengeluaran
metode
penganggaran
dengan baik. Mereka ternyata secara tidak
modal kepada pelaku bisnis, terutama usaha
sadar melakukan fungsi perencanaan bisnis
kecil menengah dalam bentuk pengabdian
yang baik, walaupun mereka tidak menyadari
masyarakat. Untuk penelitian selanjutnya,
bahwa mereka sedang menggunakan metode
peneliti menyarankan untuk mengembangkan
payback period.
penelitian ke arah penyebab kegagalan dalam
Hasil penelitian juga menunjukkan
menjalankan usaha kecil dan menengah. Hal
bahwa banyak pelaku bisnis yang lebih
ini didasarkan pada hasil penelitian yang
banyak
payback
menggambarkan kondisi pelaku usaha yang
period dan net present value. Hasil ini tidak
pasrah dengan kondisi yang ada. Mereka
sejalan dengan penelitian Graham dan
(terutama yang berusia lebih dari 46 tahun)
Harvey (2001) yang meneliti keadaan di
menyatakan bahwa mereka hanya mengisi
Amerika Serikat. Graham dan Harvey (2001)
waktu
yang melakukan penelitian di Amerika
makanan,
Serikat dan Hall (2000) yang melakukan
sebenarnya merugi dan tidak layak untuk
penelitian di Afrika Selatan. Mereka semua
dilanjutkan secara teori.
menggunakan
metode
senja
mereka
walaupun
dengan
menjual
usaha
mereka
menemukan bahwa metode IRR merupakan
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
keberhasilan inovasi: peran orientasi
REFERENSI
Apap, A. & Masson, D.J. 2004. A survey of
pasar dan gender sebagai variable
capital budgeting in publicly traded
pemoderasi.
utility companies. Southwest Business
and Economics Journal. October: 1-8.
S.
2012.
The
budgeting practices of the Fortune
1000: how have things changed?
characteristics of small businesses.
Journal of Business and Management.
Small Business Finance Roundtable.
8(4): 355-364.
Shinoda,
Gitman, L.J. & Zutter, C.J. 2012. Principles
of
Managerial
13th
Finance.
of
2010.
Capital
budgeting
on the use of capital budgeting
methods.
Graham, J.R. & Harvey C.R. 2001. The
practice
T.
management process in Japan: a focus
ed.
Boston: Pearson Education Inc.
theory and
dan
Ryan P.A. & Ryan G.P. 2002. Capital
financial
May: 25-32.
Akuntansi
Manajemen. 24(3): 155-166.
Black, S.; Fitzpatrick, A.; Guttmann, R. &
Nicholls,
Jurnal
Economics
Journal
of
Hokkaido University. 39: 39-50.
corporate
finance: evidence from the field.
Biodata Penulis
Journal of Financial Economics. 60(1-
20): 187-243.
Hall, J.H. 2000. Investigating aspect of the
capital budgeting process used in the
evaluation
of
investment
projects.
South African Journal of Economic and
Management Science. 3: 353-368.
Kumalaningrum, M.P. & Kusumawati, H.
2013. Orientasi kewirausahaan dan
Surya Setyawan , memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (S.E.), Jurusan Manajemen
Universitas Kristen Maranatha, lulus tahun
1999. Memperoleh gelar Magister Sains
(M.Si.) Program Pasca Sarjana Magister Ilmu
Manajemen Universitas Gadjah Mada, lulus
tahun 2005. Saat ini menjadi dosen tetap di
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Maranatha sejak tahun 2000. Saat ini juga
ditugaskan menjadi Pembantu Dekan di
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Maranatha periode 2012-2016.
Tabel 4
Hasil Penelitian Secara Umum
Pertanyaan
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
Bisnis dimulai dari nol
Keinginan mengembangkan bisnis
Catatan pembelian rinci
Catatan penjualan rinci
Perencanaan pembelian peralatan
Tidak
Pernah
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
11%
5%
16%
0%
0%
0%
0%
0%
5%
0%
0%
0%
0%
5%
5%
5%
0%
26%
11%
11%
0%
47%
5%
32%
26%
21%
26%
47%
95%
42%
53%
58%
47%
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
Perencanaan pembelian bahan baku
Perencanaan pendapatan
Praktik time value of money
Perencanaan kelayakan
Melakukan aplikasi PP
Melakukan aplikasi NPV
Melakukan aplikasi IRR
Melakukan aplikasi PI
Melakukan aplikasi penganggaran modal
Sumber: diolah dari data primer.
11%
16%
53%
32%
47%
47%
53%
53%
47%
0%
11%
5%
11%
11%
11%
11%
26%
11%
16%
11%
5%
5%
0%
0%
5%
5%
0%
16%
11%
16%
11%
5%
5%
16%
11%
16%
11%
11%
21%
16%
11%
11%
11%
5%
0%
47%
42%
0%
26%
26%
26%
5%
0%
26%
Tabel 5
Karakteristik Pelaku Usaha Berdasarkan Jenis Kelamin: Pria
Pertanyaan
Tidak
Pernah
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
0%
Bisnis dimulai dari nol
0%
Keinginan mengembangkan bisnis
0%
Catatan pembelian rinci
20%
Catatan penjualan rinci
10%
Perencanaan pembelian peralatan
20%
Perencanaan pembelian bahan baku
10%
Perencanaan pendapatan
20%
Praktik time value of money
40%
Perencanaan kelayakan
30%
Melakukan aplikasi PP
40%
Melakukan aplikasi NPV
40%
Melakukan aplikasi IRR
50%
Melakukan aplikasi PI
50%
Melakukan aplikasi penganggaran modal
40%
Sumber: diolah dari data primer.
Keterangan: Jumlah responden: 10 orang (53%).
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
20%
0%
0%
0%
0%
0%
10%
10%
20%
10%
10%
0%
0%
0%
10%
10%
0%
0%
0%
20%
0%
0%
0%
0%
0%
10%
10%
0%
0%
20%
10%
10%
40%
0%
40%
20%
10%
10%
10%
10%
40%
20%
10%
10%
10%
10%
0%
60%
100%
40%
60%
70%
60%
60%
60%
0%
40%
50%
50%
10%
0%
50%
Tabel 6
Karakteristik Pelaku Usaha Berdasarkan Jenis Kelamin: Wanita
Pertanyaan
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
Bisnis dimulai dari nol
Keinginan mengembangkan bisnis
Catatan pembelian rinci
Catatan penjualan rinci
Perencanaan pembelian peralatan
Tidak
Pernah
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
0%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
11%
0%
33%
22%
22%
0%
56%
11%
22%
33%
33%
44%
33%
89%
44%
44%
44%
33%
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
Perencanaan pembelian bahan baku
11%
Perencanaan pendapatan
11%
Praktik time value of money
67%
Perencanaan kelayakan
33%
Melakukan aplikasi PP
56%
Melakukan aplikasi NPV
56%
Melakukan aplikasi IRR
56%
Melakukan aplikasi PI
56%
Melakukan aplikasi penganggaran modal
56%
Sumber: diolah dari data primer.
Keterangan: Jumlah responden: 9 orang (47%).
0%
22%
11%
22%
22%
22%
22%
33%
22%
11%
11%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
33%
22%
22%
11%
11%
11%
11%
11%
22%
11%
11%
0%
11%
11%
11%
11%
0%
0%
33%
22%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
Tabel 7
Karakteristik Pelaku Usaha dengan Latar Belakang Pendidikan Umum (SD-SMA)
Pertanyaan
Tidak
Pernah
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
0%
Bisnis dimulai dari nol
0%
Keinginan mengembangkan bisnis
0%
Catatan pembelian rinci
22%
Catatan penjualan rinci
11%
Perencanaan pembelian peralatan
33%
Perencanaan pembelian bahan baku
22%
Perencanaan pendapatan
33%
Praktik time value of money
89%
Perencanaan kelayakan
56%
Melakukan aplikasi PP
100%
Melakukan aplikasi NPV
100%
Melakukan aplikasi IRR
100%
Melakukan aplikasi PI
100%
Melakukan aplikasi penganggaran modal
100%
Sumber: diolah dari data primer.
Keterangan: Jumlah responden: 10 orang (53%).
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
0%
0%
11%
0%
11%
11%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
11%
11%
33%
22%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
56%
11%
11%
0%
0%
0%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
67%
0%
22%
22%
22%
22%
11%
11%
0%
11%
0%
0%
0%
0%
0%
33%
100%
22%
44%
44%
22%
33%
22%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Tabel 8
Karakteristik Pelaku Usaha dengan Latar Belakang Pendidikan Non-Bisnis
(D3 dan S1)
Pertanyaan
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
Bisnis dimulai dari nol
Keinginan mengembangkan bisnis
Catatan pembelian rinci
Tidak
Pernah
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
25%
75%
100%
75%
75%
Proceeding FMI 6 Medan
Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
Catatan penjualan rinci
0%
Perencanaan pembelian peralatan
0%
Perencanaan pembelian bahan baku
0%
Perencanaan pendapatan
0%
Praktik time value of money
50%
Perencanaan kelayakan
25%
Melakukan aplikasi PP
0%
Melakukan aplikasi NPV
0%
Melakukan aplikasi IRR
25%
Melakukan aplikasi PI
25%
Melakukan aplikasi penganggaran modal
0%
Sumber: diolah dari data primer.
Keterangan: Jumlah responden: 4 orang (21%).
0%
0%
0%
25%
0%
0%
25%
25%
25%
50%
25%
0%
0%
0%
0%
25%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
50%
25%
25%
0%
0%
0%
25%
25%
25%
25%
50%
25%
25%
0%
0%
50%
50%
25%
0%
0%
75%
50%
25%
25%
0%
75%
25%
25%
0%
0%
50%
Tabel 9
Karakteristik Pelaku Usaha dengan Latar Belakang Pendidikan Bisnis (D3 dan S1)
Pertanyaan
Tidak
Pernah
Pelaku bisnis menyukai bisnisnya
Bisnis dimulai dari nol
Keinginan mengembangkan bisnis
Catatan pembelian rinci
Catatan penjualan rinci
Perencanaan pembelian peralatan
Perencanaan pembelian bahan baku
Perencanaan pendapatan
Praktik time value of money
Perencanaan kelayakan
Melakukan aplikasi PP
Melakukan aplikasi NPV
Melakukan aplikasi IRR
Melakukan aplikasi PI
Melakukan aplikasi penganggaran modal
Sumber: diolah dari data primer.
Keterangan: Jumlah responden: 6 orang (32%).
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Jarang
Kadangkadang
Sering
Hampir
Selalu
Selalu
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
17%
17%
17%
17%
50%
17%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
17%
17%
0%
0%
0%
0%
17%
17%
0%
17%
17%
33%
17%
17%
17%
33%
17%
33%
50%
17%
50%
33%
17%
17%
0%
0%
67%
33%
0%
0%
17%
17%
0%
50%
83%
50%
50%
67%
83%
83%
83%
0%
33%
67%
67%
17%
0%
50%
Proceeding FMI 6 Medan