PENDAHULUAN Pelaksanaan Adopsi Anak Melalui Pengadilan Agama (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Karanganyar).
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pernikahan adalah salah satu sunnatullah yang penting dalam kehidupan manusia dengan salah satu tujuan utamanya adalah untuk melahirkan keturunan yang sah, sekaligus melanjutkan regenerasi manusia. Perkawinan dimaksudkan pula untuk terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah wa rakhmah yang dilandasi rasa kasih sayang, cinta mencintai diantara suami istri. Anak dalam sebuah pernikahan merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan benda lainnya. Karenanya, anak senantiasa harus dijaga dan dilindungi, karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Dilihat dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah pewaris dan sekaligus potret masa depan bangsa di masa datang, generasi penerus cita-cita bangsa, sehinga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
Keinginan untuk mempunyai anak adalah naluri manusiawi dan bersifat alamiah. Akan tetapi kadang-kadang naluri tersebut terbentur pada takdir Ilahi, karena beberapa faktor kehendak mempunyai anak tidak terpenuhi. Berdasarkan hal tersebut ada beberapa keluarga tidak memiliki atau mempunyai anak. Untuk memenuhi keinginan mempunyai anak tersebut ada yang melakukannya dengan mengangkat anak atau adopsi.
(2)
Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 2007 mengatur tentang pelaksanaan pengangkatan anak bahwa“Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat” (pasal 1 ayat 2). Atau pengangkatan anak adalah suatu pebuatan hukum pengalihan seorang anak dari suatu lingkungan (semula) ke lingkungan keluarga orang tua angkatnya (Pandika, 2012:105). Tujuannya untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan anak,
Pengangkatan anak yang ada di Indonesia memang telah dimulai sejak lama. Masyarakat yang memiliki adat tertentu telah lama dijumpai praktek pengangkatan anak ini. Hanya saja cara pengangkatan anak antara masyarakat yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Pengangkatan anak dilakukan dengan cara:
1. Mengangkat anak bukan warga keluarga. Tindakan ini biasanya disertai dengan penyerahan barang magis atau sejumlah uang kepada keluarga anak semula.
2. Mengangkat anak dari kalangan keluarga. Anak lazimnya diambil dari salah satu clan yang ada hubungan tradisionalnya yang disebut ‘purusan’. 3. Mengangkat anak dari keponakan. Karena tidak mempunyai anak sendiri, sehingga memungut keponakan tersubut merupakan jalan untuk mendapat keturunan (Zaini, 2002:11-12).
Secara faktual diakui bahwa pengangkatan anak telah menjadi bagian dari adat kebiasaan masyarakat muslim di Indonesia dan telah merambah dalam praktik melalui Lembaga Pengadilan Agama. Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, mendefinisikan anak angkat sebagai “anak yang dalam hal
(3)
pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tuanya berdasarkan putusan pengadilan” (pasal 171 huruf h). Didefinisikan pula sebagai anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan (pasal 1 angka 9 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002).
Pengadilan agama adalah himpunan unit-unit kerja atau kantor pengadilan/mahkamah yang merupakan salah satu lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung sebagai wujud penerapan sistem peradilan syariah Islam di Indonesia (Arto, 2012:32). Pengadilan Agama terikat dengan suatu asas pokok kehakiman bahwa “Pengadilan tidak boleh menolak perkara yang diajukan kepadanya dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya” (pasal 16 ayat 1 Nomor 4 Tahun 2004), sehingga permohonan pengangkatan anak dapat dilakukan melalui Pengadilan Agama.
Tujuan atau motif dari pengangkatan anak untuk orang yang satu dengan orang yang lain berbeda-beda, ada keinginan mengangkat anak sebagai upaya mendapatkan keturunan, ada juga rasa belas kasihan pada anak angkat apabila terus hidup dengan orang tua kandungnya. Pengangkatan menurut hukum adat sering dikenal sebagai usaha mengambil anak bukan keturunan sendiri dengan maksud untuk dipelihara dan diperlakukan seperti anak kandung sendiri yang
(4)
membawa serta hak dan kewajiban anak angkat dalam kehidupan sehari-hari juga dalah hal pewarisan (Zaini, 2002:18).
Anak-anak adalah makhluk lemah yang memerlukan kasih sayang dan perhatian. Anak dalam rumah tangga atau keluarga dapat dilihat dari dua dimensi ilmiah, yaitu:
1. Anak sebagai buah alami (sunnatullah), hasil kekuatan rasa kasih sayang suami istri (mu’asyarah bil ma’ruf) sebagai mawadah wa rahmah Allah SWT untuk memperkuat bangunan hubungan rumah tangga yang rukun dan damai, bahagia dan sejahtera sesuai dengan nilai-nilai Islam.
2. Anak sebagai penerus generasi, pelindung orang tua diaat lemah dan pelajut dosa (ritual communication) disaat orang tuanya meninggal dunia, memenuhi panggilan sang Khaliq sebagai PenciptaNya (Sumiarni, 2000:7).
Tujuan terpenting dalam pengangkatan anak adalah untuk kebahagiaan anak, sehingga pedomannya adalah mencarikan orang tua bagi seorang anak. Kewenangan melakukan pengangkatan anak adalah salah satu jalan keluar dan alternatif untuk mendapatkan seorang anak dalam pelukan keluarga, setelah bertahun-tahun belum dikaruniai seorang anak (Zaini, 2002:8). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiana Dwi Wijayanti (2009) menyatakan bahwa pelaksanaan pengangkatan anak sangat berpengaruh bagi perlindungan anak untuk mendapatkan suatu keluarga atau orang tua angkat.
Fenomena hilang atau penculikan bayi dan anak seperti yang diberitakan media masa akhir-akhir ini sering terjadi, terutama di kota-kota besar. Tiba-tiba seorang bayi hilang dari kamar bayi di rumah sakit bersalin. Begitu pula mudah saja seorang anak kecil berpindah tangan dari orang tuanya di daerah miskin kepada seorang perantara dengan imbalan jasa yang tidak terlalu berarti, untuk selanjutnya di jual kepada yang menginginkan baik di dalam maupun di luar
(5)
negeri. Meskipun orang Indonesia sebenarnya mempunyai falsafah “makan tak makan asal kumpul” tetapi adakalanya pertimbangan itu masih kalah oleh sutu harapan agar anak hidup lebih layak dengan orang yang lebih berada.
Peristiwa seperti tersebut di atas memperlihatkan sisi negatif terkait dengan masalah masalah adopsi anak. Permasalahan adopsi berkembang menjadi “dagang anak”. Anak diperlakukan sebagai barang dagangan. Hal ini tidak selaras dengan esensi tujuan adopsi. Berdasarkan hal tersebut sekaligus melecehkan eksistensi lembaga adopsi yang merupakan lembaga perlindungan anak, lembaga ini akan menjamin terlindungnya kesejahteraan anak.
Pengangkatan anak harus dilakukan dengan proses hukum melalui penetapan pengadilan. Jika hukum berfungsi sebagai penjaga ketertiban dan sebagai rekayasa sosial, maka pengangkatan anak yang harus dilakukan melalui penetapan pengadilan tersebut merupakan kemajuan ke arah penertiban pratik hukum paengangkatan anak yang hidup di tengah-tengah masyarakat, agar peristiwa pengangkatan anak dikemudian hari memiliki kepastian hukum baik bagi anak angkat maupun orang tua angkat. Hal tersebut tercermin pada syarat-syarat pengangkatan anak melalui Pengadilan Agama sebagai berikut:
1. Sifat surat permohonan bersifat vuluntair.
2. Permohonan pengangkatan anak hanya dapat diterima apabila ternyata telah ada urgensi yang memadai, misalnya ada ketentuan undang-undangnya.
3. Permohonan pengangkatan anak dapat dilakukan secara lisan atau tertulis berdasarkan ketentuan hukum acara yang berlaku.
4. Surat permohonan pengangkatan anak dapat ditandatangani oleh pemohon sendiri, atau oleh kuasa hukum.
5. Surat permohonan pengangkatan anak ditujukan kepada Ketua Pengadilan Agama. Pemohon yang beragama Islam yang bermaksud mengajukan permohonan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam,
(6)
maka permohonannya diajukan kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal pemohon (Kamil, 2008:59).
Praktik pengangkatan anak yang dilakukan melalui pengadilan tersebut, telah berkembang baik di lingkungan Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam. Untuk itu penulis tertarik meneliti pelaksanaan adopsi di Pengadilan Agama, dengan mengambil kasus di Pengadilan Agama Kabupaten Karanganyar.
Penelitian mengenai pelaksanaan adopsi anak terkait dengan pemahaman dan pelaksanaan aturan hukum. Pemahaman dan ketaatan pada aturan hukum merupakan bagian penting dari visi, misi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Visinya adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara. Adapun misi PKn adalah membentuk warga Negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan UUD 1945.
Visi dan misi tersebut di atas selanjutnya dijabarkan dalam tujuan mata pelajaran PKn yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan tanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (BNSP, 2006:78).
(7)
Tujuan mata pelajaran PKn sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nasional No. 22 dan No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan adalah untuk menciptakan manusia yang mampu:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menggapai isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (BNSP, 2006:110).
PKn mempunyai peran penting dalam membentuk perilaku siswa agar selalu taat pada peraturan atau hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa PKn merupakan mata pelajaran wajib pada pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi (pasal 37 ayat 1-2).
Pelaksanaan Adopsi anak secara lebih khusus terkait dan relevan dengan Prodi PKn FKIP UMS, karena kajian mengenai adopsi anak merupakan bagian dari materi perkuliahan Hukum Adat, Hukum Islam dan Hukum Perdata yang harus ditempuh mahasiswa program studi ini. Penulis sebagai mahasiswa program studi ini menjadi relevan untuk mendalaminya dalam penelitian. Lebih dari itu pelaksanaan adopsi anak dalam hukum adat terdapat pada keanekaragaman antara satu dengan daerah lainnya sesuai dengan perbedaan lingkungan hukum adat setempat. Sedangkan Adopsi anak dalam hukum Islam bahwa pengangkatan
(8)
bertujuan dengan untuk kepentingan kesejahteraan anak. hal tersebut lebih memperkuat dorongan penulis untuk mengkajinya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirasa cukup penting untuk melakukan penelitian mengenai Pelaksanaan Adopsi Anak Melalui Pengadilan Agama Studi Kasus di Pengadilan Agama Karanganyar.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan perbuatan ini sebagai berikut:
1. Bagaimana persyaratan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar? 2. Bagaimana prosedur pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama
Karanganyar?
3. Bagaimana kendala pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas selanjutnya dirumuskan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan persyaratan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar.
(9)
2. Menggambarkan prosedur pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar.
3. Mendiskripsikan kendala pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar.
4. Mendiskripsikan solusi guna mengatasi kendala pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar.
D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis atau Kegunaan Penelitian
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan pengetahuan mengenai pelaksana adopsi anak berdasarkan perundangan yang berlaku.
b. Menambah informasi sebagai acuan guna pelaksanaan penelitian terkait berikutnya.
2. Manfaat atau keguanaan praktis
a. Bagi Pengadilan Agama sebagai masukan perbaikan dalam pelaksanaan proses pengadobsian secara baik dan benar menurut hukum yang berlaku. b. Bagi masyarakat agar lebih mengetahui tentang pelaksanaan adopsi anak
malui Pengadilan Agama.
c. Bagi calon orang tua agar lebih mengetahui prosedur adopsi anak melalui Pengadilan Agama.
(10)
d. Bagi peneliti selanjutnya sebagai gambaran awal pelaksanaan pengadopsian anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan dalam bidang penelitian.
E. Daftar Istilah
Tema penelitian pelaksanaan adopsi anak mealui Pengadilan Agama studi kasus di Pengadilan Agama Karanganyar terkait dengan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Adopsi berasal dari kata ‘adoptie’ bahasa Belanda, atau ‘adopt’(adoption)
bahasa Inggri, yang berarti pengangkatan anak, mengangkat anak.Adopsi, suatu cara untuk mengadakan hubungan antara orang tua dan anak yang diatur dalam pengaturan perundang-undangan. Biasanya adopsi dilaksanakan untuk mendapatkan pewaris atau untuk mendapatkan anak bagi orang tua yang tidak beranak. Akibat dari adopsi yang demikian itu ialah bahwa anak yang diadopsi kemudian memiliki status sebagai anak kandung yang sah dengan segala hak dan kewajiban. Sebelum melaksanakan adopsi itu calon orang tua harus memenuhi syarat-syarat untuk benar-benar dapat menjamin kesejahteraan anak (Zaini, 2002:5). Disebut pula sebagai suatu usaha yang mengadakan kondisi yang melindungi anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya (Soepomo, 1997:73).
2. Anak Angkat adalah “anak orang lain yang dianggap anak sendiri oleh orang tua angkat demi resmi menurut hukum adat setempat, dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan dan atau pemeliharaan atas harta kekayaan rumah
(11)
tangga” (Hadikusuma, 1997:91), atau anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut ke dalam orang tua lingkungan orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan keadilan (Kamil, 2008:55). 3. Pengadilan Agama adalah sebutan (titelatueur) resmi bagi salah satu di antara
empat lingkungan Peradilan Negara atau Kekuasaan Kehakiman yang sah di Indonesia (Rasyid, 2007:5), atau himpunan unit-unit kerja atau kantor pengadilan/mahkamah yang merupakan salah satu lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung sebagai wujud penerapan sistem peradilan syariah Islam di Indonesia (Arto, 2012:32).
(1)
maka permohonannya diajukan kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal pemohon (Kamil, 2008:59).
Praktik pengangkatan anak yang dilakukan melalui pengadilan tersebut, telah berkembang baik di lingkungan Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam. Untuk itu penulis tertarik meneliti pelaksanaan adopsi di Pengadilan Agama, dengan mengambil kasus di Pengadilan Agama Kabupaten Karanganyar.
Penelitian mengenai pelaksanaan adopsi anak terkait dengan pemahaman dan pelaksanaan aturan hukum. Pemahaman dan ketaatan pada aturan hukum merupakan bagian penting dari visi, misi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Visinya adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara. Adapun misi PKn adalah membentuk warga Negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan UUD 1945.
Visi dan misi tersebut di atas selanjutnya dijabarkan dalam tujuan mata pelajaran PKn yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan tanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (BNSP, 2006:78).
(2)
Tujuan mata pelajaran PKn sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nasional No. 22 dan No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan adalah untuk menciptakan manusia yang mampu:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menggapai isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (BNSP, 2006:110).
PKn mempunyai peran penting dalam membentuk perilaku siswa agar selalu taat pada peraturan atau hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa PKn merupakan mata pelajaran wajib pada pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi (pasal 37 ayat 1-2).
Pelaksanaan Adopsi anak secara lebih khusus terkait dan relevan dengan Prodi PKn FKIP UMS, karena kajian mengenai adopsi anak merupakan bagian dari materi perkuliahan Hukum Adat, Hukum Islam dan Hukum Perdata yang harus ditempuh mahasiswa program studi ini. Penulis sebagai mahasiswa program studi ini menjadi relevan untuk mendalaminya dalam penelitian. Lebih dari itu pelaksanaan adopsi anak dalam hukum adat terdapat pada keanekaragaman antara satu dengan daerah lainnya sesuai dengan perbedaan lingkungan hukum adat setempat. Sedangkan Adopsi anak dalam hukum Islam bahwa pengangkatan
(3)
bertujuan dengan untuk kepentingan kesejahteraan anak. hal tersebut lebih memperkuat dorongan penulis untuk mengkajinya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirasa cukup penting untuk melakukan penelitian mengenai Pelaksanaan Adopsi Anak Melalui Pengadilan Agama Studi Kasus di Pengadilan Agama Karanganyar.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan perbuatan ini sebagai berikut:
1. Bagaimana persyaratan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar? 2. Bagaimana prosedur pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama
Karanganyar?
3. Bagaimana kendala pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas selanjutnya dirumuskan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan persyaratan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar.
(4)
2. Menggambarkan prosedur pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar.
3. Mendiskripsikan kendala pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar.
4. Mendiskripsikan solusi guna mengatasi kendala pelaksanaan adopsi anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar.
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis atau Kegunaan Penelitian
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan pengetahuan mengenai pelaksana adopsi anak berdasarkan perundangan yang berlaku.
b. Menambah informasi sebagai acuan guna pelaksanaan penelitian terkait berikutnya.
2. Manfaat atau keguanaan praktis
a. Bagi Pengadilan Agama sebagai masukan perbaikan dalam pelaksanaan proses pengadobsian secara baik dan benar menurut hukum yang berlaku. b. Bagi masyarakat agar lebih mengetahui tentang pelaksanaan adopsi anak
malui Pengadilan Agama.
c. Bagi calon orang tua agar lebih mengetahui prosedur adopsi anak melalui Pengadilan Agama.
(5)
d. Bagi peneliti selanjutnya sebagai gambaran awal pelaksanaan pengadopsian anak melalui Pengadilan Agama Karanganyar sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan dalam bidang penelitian.
E. Daftar Istilah
Tema penelitian pelaksanaan adopsi anak mealui Pengadilan Agama studi kasus di Pengadilan Agama Karanganyar terkait dengan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Adopsi berasal dari kata ‘adoptie’ bahasa Belanda, atau ‘adopt’(adoption) bahasa Inggri, yang berarti pengangkatan anak, mengangkat anak.Adopsi, suatu cara untuk mengadakan hubungan antara orang tua dan anak yang diatur dalam pengaturan perundang-undangan. Biasanya adopsi dilaksanakan untuk mendapatkan pewaris atau untuk mendapatkan anak bagi orang tua yang tidak beranak. Akibat dari adopsi yang demikian itu ialah bahwa anak yang diadopsi kemudian memiliki status sebagai anak kandung yang sah dengan segala hak dan kewajiban. Sebelum melaksanakan adopsi itu calon orang tua harus memenuhi syarat-syarat untuk benar-benar dapat menjamin kesejahteraan anak (Zaini, 2002:5). Disebut pula sebagai suatu usaha yang mengadakan kondisi yang melindungi anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya (Soepomo, 1997:73).
2. Anak Angkat adalah “anak orang lain yang dianggap anak sendiri oleh orang tua angkat demi resmi menurut hukum adat setempat, dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan dan atau pemeliharaan atas harta kekayaan rumah
(6)
tangga” (Hadikusuma, 1997:91), atau anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut ke dalam orang tua lingkungan orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan keadilan (Kamil, 2008:55). 3. Pengadilan Agama adalah sebutan (titelatueur) resmi bagi salah satu di antara
empat lingkungan Peradilan Negara atau Kekuasaan Kehakiman yang sah di Indonesia (Rasyid, 2007:5), atau himpunan unit-unit kerja atau kantor pengadilan/mahkamah yang merupakan salah satu lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung sebagai wujud penerapan sistem peradilan syariah Islam di Indonesia (Arto, 2012:32).