GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH: Studi Kasus pada Mahasiswi di Perguruan Tinggi di Bandung.

(1)

Nomor: 527/Skripsi/PSI-FIP/UPI.06.2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

(Studi Kasus pada Mahasiswi di Perguruan Tinggi di Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Pada Departemen Psikologi

Disusun Oleh: Sartika Dewi Zakaria

0806960

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Sartika Dewi Zakaria, 2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG

MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

(STUDI KASUS PADA MAHASISWI DI PERGURUAN TINGGI DI BANDUNG)

Oleh:

Sartika Dewi Zakaria

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Sartika Dewi Zakaria 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Sartika Dewi Zakaria, 2015


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGUJI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN... i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… ii

ABSTRAK………. iii

ABSTRACK……….. iv

KATA PENGANTAR………... v

UCAPAN TERIMA KASIH……… vi

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN……….. A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah………. 5

C. Fokus Penelitian……… 6

D. Tujuan Penelitian………... 6

E. Kegunaan Penelitian……….. 7

F. Sistematika Penulisan……… 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri………... 9

2. Aspek-Aspek Kontrol Diri………... 10

3. Jenis-Jenis Kontrol Diri……… 11

4. Faktor-faktor Kontrol Diri………. 12

B. Mahasiswa………..… 12

C. Remaja 1. Pengertian Remaja……… 14


(6)

Sartika Dewi Zakaria, 2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

D. Perilaku Seksual

1. Pengertian Perilaku Seksual……….. 16

2. Tahapan Perilaku Seksual……….. 17

3. Perilaku Seksual Pranikah………..17

4. Faktor Terjadinya Perilaku Seksual Pranikah……… 19

5. Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah……….. 22

6. Dampak Terhadap Perilaku Seksual Pranikah……….. 24

7. Definisi dan Nilai Keperawanan………... 27

E. Teori Psikoanalisa Sigmund Freud………. 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian……… 30

B. Subjek dan Lokasi Penelitian………. 31

C. Teknik Pengumpulan Data……….. 31

D. Teknik Analisis Data………... 32

E. Rancangan Pengujian Keabsahan Data……….. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan Subjek A 1. Profil Subjek A………... 35

2. Pembahasan Hasil A……….. 43

B. Hasil dan Pembahasan Subjek B 1. Profil Subjek B………. 57

2. Pembahasan Hasil B……….. 65

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan……….. 78

B. Rekomendasi……… 79

DAFTAR PUSTAKA………. 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Bagan Dinamika Perilaku Seksual Subjek A……… 56 Gambar 4.2 Bagan Dinamika Perilaku Seksual Subjek B……… 77


(8)

Sartika Dewi Zakaria, 2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH ABSTRAK

Sartika Dewi Zakaria (0806960). Gambaran Kontrol Diri pada Mahasiswi yang Melakukan Perilaku Seksual Pranikah (Studi Kasus pada Mahasiwi di Perguruan Tinggi di Bandung). Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung (2015).

Penelitian ini memiliki latar belakang mengenai gambaran kontrol diri Mahasiswa yang melakukan perilaku seksual pranikah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh mahasiswi, bagaimana kontrol diri mahasiswi yang melakukan perilaku seksual pranikah, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kontrol diri mahasiswi yang melakukan perilaku seksual pranikah dengan menggunakan teori kontrol diri dari Averill (1973). Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah dua orang mahasiswi yang melakukan perilaku seksual pranikah dan sedang melakukan studi di perguruan tinggi di kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek memiliki kontrol diri yang rendah (under control) dimana mereka sama-sama memiliki kesulitan dalam memutuskan dan mengendalikan situasi yang berkaitan dengan perilaku seksual pranikah. Keduanya cenderung memenuhi permintaan pasangannya tanpa ada kemampuan untuk menolak walaupun hal tersebut tidak sejalan dengan keinginan mereka. Selain itu, dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa pola asuh dan sikap subjek terhadap perilaku seksual pranikah menentukan probabilitas subjek dalam melakukan perilaku seksual pranikah.


(9)

ABSTRACT

Sartika Dewi Zakaria (0806960). Description of student’s self-control who did premarital sexual behavior (A Case Study on Female Students University in Bandung). Department of

Psychologhy Indonesia University of Education. Bandung (2015).

The present study examines the description of student’s self-control who did premarital sexual behavior (A Case Study on Two Female Students University in Bandung). This study aims to discover the description of premarital sexual behavior which is conducted by the students especially the female student, to find out how female student’s self-control and to dismantle the factors that influence the female student’s self-control who did premarital sexual behavior. The theoretical framework used in this study is the theory of self-control by Averill (1973). Therefore, this study employs a case study with qualitative approach. Additionally, the subject of this study is two female students who are studying in a university in Bandung. The result of the study shows that both of the subjects have the low self-control (under-control) in which they have the difficulties in deciding and controlling the situation which is related with the premarital sexual behavior. Further, both of them tend to fulfill the desire of their sexual partners without any rejection. In other words, the desire of their sexual partners is contradicted with the subject’s willingness. Moreover, this study also finds that the parenting and attitude of the subjects towards premarital sexual behavior shapes the possibility of conducting premarital sexual behavior.


(10)

Sartika Dewi Zakaria, 2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah ini menjadi pemikiran serius bagi orangtua, masyarakat, pendidik, agamawan, bahkan remaja itu sendiri. Menurut koordinator MCR Guggi Aris Manggara, S.Psi (dalam Anwar, 2007) kasus remaja yang melakukan

hubungan seksual sebelum menikah sama seperti “fenomena puncak gunung es,

artinya hanya sedikit yang tampak, padahal dibawahnya begitu banyak kasus yang

tak terungkap”.

Fenomena mengenai perilaku seksual pranikah ini selalu menjadi bahan yang menarik untuk diperbincangkan. Berbagai penelitian telah dilakukan dan kebanyakan menunjukkan hasil yang mengejutkan. Misalnya saja berdasarkan data survei Perilaku Seksual 2011 yang dilakukan DKT Indonesia dan diterbitkan oleh harian Republika menunjukkan bahwa rata-rata remaja mulai berhubungan seksual pertama kalinya pada usia 19 tahun dengan mayoritas merupakan mahasiswa. Survei ini dilakukan DKT Indonesia di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali terhadap 663 responden pria dan wanita berusia 15-25 tahun. Sebanyak 69,6 persen remaja (462 orang) mengaku telah berhubungan seksual dan 31 persen, di antaranya, merupakan mahasiswa, kemudian 18 persen karyawan kantor dan kelompok pedagang, pengusaha, buruh serta yang cukup mengkhawatirkan adalah ada 6 persen mereka yang mengaku telah berhubungan seksual adalah mereka yang masih berada di bangku SMP dan SMA.

Selanjutnya penelitian yang lebih spesifik mengenai perilaku seksual mahasiswa juga pernah dilakukan di beberapa kota besar. Salah satunya di kota Bandung, penelitian yang dilakukan oleh Mutiara,dkk. (2008) di daerah kost di Jatinangor menunjukkan bahwa subyek penelitian melakukan hubungan seksual pertama kali pada rata-rata umur 19 tahun. Kebanyakan subyek penelitian mencoba tahap perilaku seksual mulai dari kissing, necking, hingga petting. Dari


(11)

2

data-data diatas kemudian dapat disimpulkan bahwa rentang usia dalam melakukan perilaku seksual pranikah ini semakin dini dan menyasar pada kalangan pelajar terutama mahasiswa.

Salah satu alasan maraknya perilaku seksual pranikah adalah adanya perubahan pandangan dan sikap terhadap perilaku seksual. Ini terlihat dari penelitian yang dilakukan di salah satu universitas di Semarang menunjukkan bahwa labelling tentang kissing dan petting masih dianggap sebagai perilaku yang wajar dilakukan di usianya. Seluruh subyek penelitian menganggap kedua perilaku tersebut tidak mempunyai risiko yang berakibat pada terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Padahal pada jaman dulu perilaku tersebut masih dianggap tabu untuk dilakukan individu yang masih belum terikat tali pernikahan. Sehingga dapat dilihat bahwa labelling ini secara tidak langung mempengaruhi dilakukannya perilaku seksual pranikah karena adanya aturan yang lebih permisif serta penilaian terhadap perilaku tersebut yang positif (Pawestri, 2012).

Mendukung hasil penelitian tersebut, sebuah survey mengenai kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (2009) yang diterbitkan oleh harian Kompas menyebutkan bahwa dari 10.833 remaja laki-laki yang disurvei, 72 persen diantaranya mengaku sudah berpacaran. Dan dari 72 persen itu diperoleh data 10,2 persen mengaku telah melakukan hubungan seksual. 62 persen mengaku telah melakukan petting. Sedang dari hasil survei terhadap 8.340 remaja putri diperoleh data 6,3 persen mengaku telah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya dan 63 persen mengaku telah melakukan

petting.

Data-data diatas menunjukkan bahwa persentase mahasiswa yang melakukan perilaku seksual ini cukup besar dan sekaligus menunjukkan bahwa nilai-nilai hidup para generasi muda di Indonesia sedang dalam proses perubahan. Jika didefinisikan, mahasiswa itu sendiri menurut Sarwono (1978) adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan rentang usia 18-24 tahun untuk jenjang S1, dimana usia tersebut menurut Steinberg (dalam Gunarsa, 2000) termasuk kedalam kategori remaja akhir dan merupakan tahapan peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa. Pada


(12)

3

Sartika Dewi Zakaria, 2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

tahapan ini Hurlock menuturkan bahwa remaja secara seksual sudah matang, laki-laki dan perempuan mulai mengembangkan sikap yang baru terhadap lawan jenisnya, dan selain mengembangkan minat terhadap lawan jenisnya juga mengembangkan minat pada berbagai kegiatan yang melibatkan laki-laki dan perempuan. Dorongan ini yang kemudian membuat remaja ingin selalu dekat dan mengadakan kontak fisik dengan pasangannya dan kedekatan fisik ini akhirnya akan mengarah menuju perilaku seksual dalam pacaran (Rahman dan Hirmaningsih, 1997).

Perilaku seksual menurut Sarwono (2010) adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Dimana Duvall & Miller (1985) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari bersentuhan, berciuman, petting dan berhubungan kelamin.

Mahasiswa di Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Suryoputro (2006) mengatakan bahwa para remaja sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma, nilai dan gaya hidup mereka terutama kebebasan berhubungan seksual pranikah. Ini termasuk mengkhawatirkan karena Indonesia termasuk ke dalam negara yang masih menjungjung tinggi nilai-nilai tradisional ketimuran yang santun dan beragama. Durand dan Barlow (2007) juga mengemukakan bahwa perilaku seksual pranikah tidak semuanya diterima atau bahkan didorong secara kultural. Kultur tertentu menolak dan menekan agar perilaku seksual pranikah tidak dilakukan. Jadi apa yang dianggap sebagai perilaku normal di sebuah budaya tidak selalu dianggap normal oleh budaya lainnya. Dalam hal ini, masyarakat Indonesia masih menjunjung tinggi nilai tradisional. Nilai tradisional dalam perilaku seksual yang paling utama adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah (Sarwono, 2004).

Sebenarnya hubungan seksual dengan lawan jenis adalah hal yang secara alamiah dapat dilakukan oleh mereka yang telah mencapai kematangan seksual. Oleh karena itu, bila hanya ditinjau dari segi fisik, mahasiswa bisa dikatakan sudah siap secara fisik untuk melakukan hubungan seksual. Meskipun demikian,


(13)

4

secara mental hal ini dianggap belum cukup. Inilah yang kemudian seringkali memunculkan konflik dan menjadi dilema bagi mahasiswa karena disatu sisi nilai tradisional melarang terjadinya hubungan seksual di luar nikah. Selain itu mahasiswa sebagai remaja juga memiliki tugas perkembangan untuk bisa bertanggung jawab sebagai warga negara, mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab sosial, serta berkembang dalam pemaknaan nilai-nilai yang ada di masyarakat (Havigurst dalam Monks, 1999). Kesuksesan dalam pemenuhan tugas-tugas ini akan menjadikan remaja mampu mengendalikan kebutuhan pemuasan dorongan-dorongan dalam dirinya agar tidak melanggar norma dan aturan.

Dorongan untuk melakukan perilaku seksual pranikah ini harus bisa di dorong dan dikendalikan, karena selain dianggap melanggar nilai-nilai tradisional di Indonesia, perilaku seksual pranikah ini juga dilarang oleh agama. Dalam agama Islam Allah SWT memerintahkan secara tegas kepada umatnya untuk mengendalikan nafsunya, seperti tercantum dalam AL-Quran surat An-Nur ayat 30-31 yang berbunyi: " Katakanlah kepada lelaki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan

pandangannya dan kemaluannya”. Mahasiswa yang senantiasa merasa takut akan kebesaran Allah akan dapat mengendalikan dirinya, sehingga dalam berperilaku akan ia akan mengontrol dorongan dalam dirinya berdasarkan batas-batas atau norma agama yang berlaku.

Selain itu, Conger (1991) menyebutkan bahwa perilaku seksual pranikah ini memiliki konsekuensi yang tidak kecil, terutama untuk pihak wanita. Perasaan - perasaan negatif seperti hilangnya keperawanan, rasa malu, rasa bersalah, rasa berdosa, kotor, takut, khawatir dan lainnya akan timbul setelah mereka melakukan hubungan seks pranikah. Senada dengan pernyataan tersebut, Sari (2010) melakukan studi kasus terhadap harga diri remaja wanita yang melakukan perilaku seksual pranikah, hasilnya didapatkan bahwa gambaran harga diri dari beberapa subjek tergolong rendah. Dari mulai perasaaan tidak berharga, perasaan tidak mampu, hingga perasaan tidak diterima. Perilaku seksual pranikah juga


(14)

5

Sartika Dewi Zakaria, 2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

menimbulkan suatu keterlibatan emosi dalam diri seorang pria dan wanita. Semakin sering hal itu dilakukan, semakin mendalam rasa ingin mengulangi sekalipun sebelumnya ada rasa sesal (Al-Mukaffi, 1997).

Dari penuturan diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak sekali dampak negatif dari perilaku seksual pranikah ini, terutama untuk pihak wanita. Wanitalah yang memiliki kemungkinan paling besar terkena dampak psikologis yang negatif dari perilaku seksual pranikah. Selain itu, Brizendine, (2010) kepekaan yang lebih terhadap konflik dibandingkan pria membuat para wanita memiliki kemungkinan lebih besar menderita depresi dan kecemasan. Dengan berbagai dampak dan permasalahan yang ditimbulkan akibat perilaku seksual pranikah ini membuat individu diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk lebih bisa mengontrol perilaku seksual pranikah ini.

Menurut Tangney (2004) kontrol diri merupakan suatu kemampuan indvidu dalam menentukan perilakunya sesuai dengan standar tertentu seperti moral, nilai, dan aturan di masyarakat. Sedangkan menurut Averill (1973) kontrol diri adalah kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, mengelola informasi dan kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini. Kontrol diri dapat membuat individu untuk lebih bertanggung jawab pada dirinya. Mahasiswa yang mampu mengontrol dirinya dengan baik maka kemungkinan untuk melakukan perilaku seksual pranikah akan sangat kecil .

Dengan pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, diharapkan dapat memasuki dunia konseptual subjek yang ditelitinya secara lebih mendalam sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana gambaran kontrol diri subyek yang melakukan perilaku seksual pranikah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, terdapat beberapa masalah penelitian yang akan dirumuskan, yaitu:

1. Bagaimana gambaran perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh mahasiswi?

2. Bagaimana kontrol diri mahasiswi yang melakukan perilaku seksual pranikah?


(15)

6

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kontrol diri mahasiswi yang melakukan perilaku seksual pranikah?

C. Fokus Penelitian

Perilaku seksual pranikah dapat menyebabkan berbagai dampak psikologis bagi para pelakunya, yang kemudian akan memunculkan ketidakseimbangan dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Maka dari itu, perilaku seksual pranikah diharapkan dapat lebih dikendalikan dan dikontrol. Kontrol diri ini merupakan salah satu pembetuk karakter yang dapat menyadarkan seseorang akan adanya konsekuensi atas tindakan yang hendak dilakukannya. Kontrol diri yang dimiliki oleh mahasiswa juga akan mempengaruhi bentuk dan arah perilaku seksualnya, karena kontrol diri dapat membantu individu untuk dapat menyesuaikan tingkah laku dengan apa yang diterima secara sosial oleh masyarakat. Dimana teori kontol diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kontrol diri dari Averill (1973), yang mengatakan bahwa kontrol diri adalah kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, mengelola informasi dan kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini. Fokus yang akan digali dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kontrol diri pada mahasiswa yang melakukan perilaku seksual pranikah di kota Bandung.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh mahasiswi, bagaimana kontrol diri mahasiswi yang melakukan perilaku seksual pranikah, dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi kontrol diri mahasiswi yang melakukan perilaku seksual pranikah.


(16)

7

Sartika Dewi Zakaria, 2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH E. Kegunaan Penelitian

Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki kegunaan/manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Kegunaan Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang gambaran kontrol diri pada mahasiswa yang melakukan perilaku seksual pranikah. Kegunaan lainnya, menjadi bahan masukan empiris dan untuk menambah khazanah keilmuan khususnya dalam kajian psikologi klinis. b. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pengetahuan dan

pemahaman mengenai gambaran kontrol diri pada mahasiswa yang melakukan perilaku seksual pranikah.

c. Bagi subjek, penelitian ini memberikan gambaran dan pemahaman mengenai kontrol diri terhadap perilaku seksual pranikah yang dilakukannya sehingga dapat membantu subjek untuk bisa lebih memahami pengalamannya.

d. Bagi mahasiswa maupun masyarakat, dapat menambah pengetahuan, baik yang mendalami ilmu psikologi maupun masyarakat awan. Sehinga mereka dapat mengetahui dan mendapatkan pemahaman tentang gambaran kontrol diri pada mahasiswa yang melakukan perilaku seksual pranikah.

e. Memberikan pengetahuan pada mahasiswa dan remaja lainnya agar bisa terhindar dari perilaku seksual pranikah.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini adalah untuk memberi informasi pada para mahasiswa, remaja, orang tua, guru-guru dan pihak lain yang berkaitan dengan dunia remaja dan kemahasiswaan agar dapat lebih memahami dunia mereka dan dapat mengantisipasi dampak-dampak negatif dari pergaulan bebas yang kemudian dapat bermanfaat khususnya pada keluarga agar mengetahui kontribusi pihak keluarga pada perilaku seksual mahasiwa.


(17)

8

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari:

Bab satu menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan

Bab dua menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan kontrol diri dan perilaku seksual.

Bab tiga berisi metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, yaitu metode studi kasus. Dalam bab ini juga dijelaskan semua prosedur dan tahapan penelitian dari awal hingga akhir penelitian.

Bab empat menjelaskan riwayat hidup subyek yang berpartisipasi dalam penelitian, hasil penelitian dan pembahasan temuan data. Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai kontrol diri serta temuan-temuan lainnya yang peneliti dapatkan pada saat penelitian dalam kaitannya dengan perilaku seksual yang dilakukan oleh subyek.

Bab lima berisi kesimpulan terhadap hasil penelitian secara keseluruhan dan saran.


(18)

Sartika Dewi Zakaria, 2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian kualitatif, Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007: 4), merupakan prosedur penelitian dimana hasil akhirnya adalah data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati dari subyek yang diteliti. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Menurut Sugiyono (2013), makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu, didalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Penelitian kualitatif dilakukan pada obyek yang alamiah, yaitu obyek tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Peneliti berperan sebagai instrumen atau human instrument, dimana ia harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna (Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dimana penelitian studi kasus menyangkut penelitian berdasarkan kasus yang terjadi dalam kehidupan nyata atau keadaan sekarang. (Ying dalam Creswell, 2013). Sehingga dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah sebuah pendekatan kualitatif dimana peneliti meneliti kehidupan nyata melalui pengumpulan data secara mendalam yang melibatkan beberapa sumber atau informasi (misalnya penelitian-penelitian, wawancara ataupun materi audiovisual) dan melakukan penjabaran kasus serta membuat tema. Jumlah analisis dalam studi kasus ini bisa terdiri dari beberapa kasus (sebuah penelitian multisite) ataupun hanya satu kasus.


(19)

31

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Peneliti harus dapat melindungi informasi subjek yang ditelitinya. The criteria

of the American Athropological Association (dalam Creswell, 2013) menyatakan

bahwa dengan menggunakan nama samaran atau inisial nama subjek diharapkan dapat melindungi informasi subjek penelitian. Penjelasan mengenai subjek akan dijabarkan sebagai berikut:

1. A, mahasiswi, berusia 24 tahun, pernah melakukan perilaku seksual dan keluarga bertempat tinggal di Bandung

2. B, mahasiswi, berusia 24 tahun, pernah melakukan perilaku seksual dan keluarga tidak tinggal di Bandung,

Moustakas (1994) mengemukakan bahwa beberapa kriteria utama yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian, yaitu (1) subjek penelitian telah mengalami fenomena yang menjadi fokus penelitian, (2) sangat tertarik untuk memahami latar belakang dan makna dari fenomena tersebut, (3) bersedia untuk berpartisipasi dalam proses wawancara, serta (4) memperbolehkan peneliti untuk merekam data dan mempresentasikan data yang diperoleh dalam laporan penelitian.

Peneliti tidak menetapkan lokasi penelitian secara pasti mengingat fokus studi kasus adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam kasus-kasus yang dialami oleh subjek sehingga lokasi penelitian tidak menjadi acuan utama dalam penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti meliputi wawancara dan juga materi audiovisual. Wawancara menurut Sugiyono (2013) adalah tanya jawab yang terjadi antara subyek penelitian dengan peneliti yang dilakukan untuk mendapatkan informasi atau keterangan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Pada penelitian ini metode wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara semi-terstuktur yang sifatnya lebih fleksibel dan tidak berpatok pada tatacara yang ada sehingga kerangka wawancara dapat dikembangkan sehingga memungkinkan pertanyaan-pertanyaan baru muncul.


(20)

32

Sartika Dewi Zakaria, 2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

Berikut adalah potongan hasil wawancara subjek:

“Apa ya? Ga tau ya.. kaya semacam.. pengen apa ya namanya.. hasrat untuk ingin melakukan.. karena saat itu kan kondisinya udah putus sama pasangan yang sebelumnya.. jadi istilahnya menyalurkan mungkin ya.. gitu..” (S1W1J49)

Potongan hasil wawancara diatas menunjukan bahwa peneliti menggunakan percakapan informal. Seperti yang dituturkan oleh Moleong (2007) dimana peneliti dan subyek penelitian masuk kedalam suatu percakapan yang informal dan berlangsung secara alamiah sehingga subyek penelitian, baik itu secara sadar ataupun tidak, dapat mengungkapkan informasi yang dapat membantu penelitian tanpa adanya paksaan.

Teknik pengumpulan data yang lain adalah materi audiovisual dimana peneliti mengumpulkan pesan-pesan yang ditulis oleh subjek di sosial media yaitu Facebook dan Twitter.


(21)

33

D. Teknik Analisis Data

Moleong (2007) mengatakan bahwa teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data ke dalam sebuah kode, dimana berbagai macam data baik berupa data hasil wawancara, observasi, dokumentasi, audiovisual material, report dan lain-lain diurutkan atau dikelompokkan ke dalam sebuah bentuk kode tertentu sehingga peneliti dapat menemukan sebuah tema dan hipotesis yang diangkat menjadi sebuah temuan yang baru

Tahapan- tahapan teknik analisis data yaitu (Moleong, 2007): 1. Reduksi Data

Reduksi data ini merupakan suatu tahapan merangkum, memilih hal-hal yang pokok. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Proses ini berlangsung secara terus menerus sejalan dengan pelaksanaan penelitian.

2. Penyajian Data

Tujuan dilakukannya penyajian data adalah untuk memudahkan memahami fenomena yang terjadi, merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Seperti halnya reduksi data tahapan ini akan terus berlangsung hingga semua hal yang harus diteliti telah dipaparkan dan disajikan.

3. Verifikasi Data/Kesimpulan

Tahap terakhir dalam proses analisis data adalah verifikasi data.kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dapat dijadikan sebagai pemicu untuk lebih memperdalam lagi proses pengambilan data berikutnya.


(22)

34

Sartika Dewi Zakaria, 2015

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH E. Rancangan Pengujian Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013) yaitu triangulasi waktu dan

member check.

1. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu. Dalam triangulasi waktu peneliti mempertanyakan kembali pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda yaitu pada wawancara berikutnya.

2. Member check dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member check ini dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai atau setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan.


(1)

8

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari:

Bab satu menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan

Bab dua menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan kontrol diri dan perilaku seksual.

Bab tiga berisi metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, yaitu metode studi kasus. Dalam bab ini juga dijelaskan semua prosedur dan tahapan penelitian dari awal hingga akhir penelitian.

Bab empat menjelaskan riwayat hidup subyek yang berpartisipasi dalam penelitian, hasil penelitian dan pembahasan temuan data. Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai kontrol diri serta temuan-temuan lainnya yang peneliti dapatkan pada saat penelitian dalam kaitannya dengan perilaku seksual yang dilakukan oleh subyek.

Bab lima berisi kesimpulan terhadap hasil penelitian secara keseluruhan dan saran.


(2)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian kualitatif, Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007: 4), merupakan prosedur penelitian dimana hasil akhirnya adalah data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati dari subyek yang diteliti. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Menurut Sugiyono (2013), makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu, didalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Penelitian kualitatif dilakukan pada obyek yang alamiah, yaitu obyek tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Peneliti berperan sebagai instrumen atau human instrument, dimana ia harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna (Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dimana penelitian studi kasus menyangkut penelitian berdasarkan kasus yang terjadi dalam kehidupan nyata atau keadaan sekarang. (Ying dalam Creswell, 2013). Sehingga dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah sebuah pendekatan kualitatif dimana peneliti meneliti kehidupan nyata melalui pengumpulan data secara mendalam yang melibatkan beberapa sumber atau informasi (misalnya penelitian-penelitian, wawancara ataupun materi audiovisual) dan melakukan penjabaran kasus serta membuat tema. Jumlah analisis dalam studi kasus ini bisa terdiri dari beberapa kasus (sebuah penelitian multisite) ataupun hanya satu kasus.


(3)

31

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Peneliti harus dapat melindungi informasi subjek yang ditelitinya. The criteria

of the American Athropological Association (dalam Creswell, 2013) menyatakan

bahwa dengan menggunakan nama samaran atau inisial nama subjek diharapkan dapat melindungi informasi subjek penelitian. Penjelasan mengenai subjek akan dijabarkan sebagai berikut:

1. A, mahasiswi, berusia 24 tahun, pernah melakukan perilaku seksual dan keluarga bertempat tinggal di Bandung

2. B, mahasiswi, berusia 24 tahun, pernah melakukan perilaku seksual dan keluarga tidak tinggal di Bandung,

Moustakas (1994) mengemukakan bahwa beberapa kriteria utama yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian, yaitu (1) subjek penelitian telah mengalami fenomena yang menjadi fokus penelitian, (2) sangat tertarik untuk memahami latar belakang dan makna dari fenomena tersebut, (3) bersedia untuk berpartisipasi dalam proses wawancara, serta (4) memperbolehkan peneliti untuk merekam data dan mempresentasikan data yang diperoleh dalam laporan penelitian.

Peneliti tidak menetapkan lokasi penelitian secara pasti mengingat fokus studi kasus adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam kasus-kasus yang dialami oleh subjek sehingga lokasi penelitian tidak menjadi acuan utama dalam penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti meliputi wawancara dan juga materi audiovisual. Wawancara menurut Sugiyono (2013) adalah tanya jawab yang terjadi antara subyek penelitian dengan peneliti yang dilakukan untuk mendapatkan informasi atau keterangan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Pada penelitian ini metode wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara semi-terstuktur yang sifatnya lebih fleksibel dan tidak berpatok pada tatacara yang ada sehingga kerangka wawancara dapat dikembangkan sehingga memungkinkan pertanyaan-pertanyaan baru muncul.


(4)

Berikut adalah potongan hasil wawancara subjek:

“Apa ya? Ga tau ya.. kaya semacam.. pengen apa ya namanya.. hasrat untuk ingin melakukan.. karena saat itu kan kondisinya udah putus sama pasangan yang sebelumnya.. jadi istilahnya menyalurkan mungkin ya.. gitu..” (S1W1J49)

Potongan hasil wawancara diatas menunjukan bahwa peneliti menggunakan percakapan informal. Seperti yang dituturkan oleh Moleong (2007) dimana peneliti dan subyek penelitian masuk kedalam suatu percakapan yang informal dan berlangsung secara alamiah sehingga subyek penelitian, baik itu secara sadar ataupun tidak, dapat mengungkapkan informasi yang dapat membantu penelitian tanpa adanya paksaan.

Teknik pengumpulan data yang lain adalah materi audiovisual dimana peneliti mengumpulkan pesan-pesan yang ditulis oleh subjek di sosial media yaitu Facebook dan Twitter.


(5)

33

D. Teknik Analisis Data

Moleong (2007) mengatakan bahwa teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data ke dalam sebuah kode, dimana berbagai macam data baik berupa data hasil wawancara, observasi, dokumentasi, audiovisual material, report dan lain-lain diurutkan atau dikelompokkan ke dalam sebuah bentuk kode tertentu sehingga peneliti dapat menemukan sebuah tema dan hipotesis yang diangkat menjadi sebuah temuan yang baru

Tahapan- tahapan teknik analisis data yaitu (Moleong, 2007): 1. Reduksi Data

Reduksi data ini merupakan suatu tahapan merangkum, memilih hal-hal yang pokok. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Proses ini berlangsung secara terus menerus sejalan dengan pelaksanaan penelitian.

2. Penyajian Data

Tujuan dilakukannya penyajian data adalah untuk memudahkan memahami fenomena yang terjadi, merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Seperti halnya reduksi data tahapan ini akan terus berlangsung hingga semua hal yang harus diteliti telah dipaparkan dan disajikan.

3. Verifikasi Data/Kesimpulan

Tahap terakhir dalam proses analisis data adalah verifikasi data.kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dapat dijadikan sebagai pemicu untuk lebih memperdalam lagi proses pengambilan data berikutnya.


(6)

E. Rancangan Pengujian Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013) yaitu triangulasi waktu dan

member check.

1. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu. Dalam triangulasi waktu peneliti mempertanyakan kembali pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda yaitu pada wawancara berikutnya.

2. Member check dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member check ini dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai atau setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI

0 3 2

GAMBARAN TRANS DISOSIATIF PADA MAHASISWI (Studi Kasus Mahasiswi yang Pernah Mengalami Kesurupan)

6 61 297

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi.

0 4 13

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF ONLINE SHOPPING PADA MAHASISWI FAKULTAS Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Konsumtif Online Shopping Pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 12 14

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PRODUK FASHION ONLINE SHOPPING PADA MAHASISWI Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Konsumtif Produk Fashion Online Shopping Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 2 10

KONSEP DIRI PADA MAHASISWI JILBOOBERS Konsep Diri Pada Mahasiswi Jilboobers.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

1 4 20

GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH: Studi Kasus pada Mahasiswi di Perguruan Tinggi di Bandung - repository UPI S PSI 0806960 Title

0 0 4

FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI DI PERGURUAN TINGGI SWASTA X YOGYAKARTA 2012 NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI DI PERGURUAN TINGGI SWASTA X YOGYAKARTA 2012 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 8