PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B DI SLBN – B GARUT.

(1)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu PEMBELAJARAN

BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI )

BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B

DI SLBN – B GARUT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Departemen Pendidikan Khusus

Oleh

Veronika Siti Haryati 1106657

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


(2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

PEMBELAJARAN

BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI )

BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B

DI SLBN – B GARUT

Oleh

VERONIKA SITI HARYATI 1106657

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© VERONIKA SITI HARYATI 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

April


(3)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini tidak boleh di perbanyak seluruhnya atau sebagian Dengan di cetak ulang, di foto copy, atau cara lain tanpa ijin dari penulis

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN

BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI )

BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B

DI SLBN – B GARUT

Oleh :

VERONIKA SITI HARYATI 1106657

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd NIP. 19700417 1994022001

Pembimbing II

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 1985031001

Mengetahui


(4)

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 1985031001


(5)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK PEMBELAJARAN

BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B DI SLBN – B GARUT

VERONIKA SITI HARYATI 1106657

Kegiatan berbahasa baik lisan, tulisan maupun isyarat memegang peran penting dalam segala kegiatan pembelajaran, sementara pada anak tunarungu terganggunya ketajaman pendengaran sangat menghambat perkembangan bicara dan bahasa, karena pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah proses meraban sehingga BKPBI yang merupakan kegiatan untuk mengoftimalkan fungsi pendengaran bagi anak tunarungu, sangat penting dilaksanakan. Penelitian ini mengungkap bagaimana pelaksanaan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB di SLBN B Garut, menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap guru-1, guru-2 dan empat orang siswa. Pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum menyusun RPP kedua orang guru melaksanakan assesmen tetapi masih terbatas dalam lingkup listening skill. Komponen yang dituangkan dalam RPP sesuai dengan dengan standar proses, tahapan pelaksanaan pembelajaran baik kegiatan awal, inti dan akhir, sudah relevan dengan standar proses pembelajaran tetapi guru-1 terbatas hanya mengajarkan materi sampai pada taraf penghayatan bunyi latar belakang buatan manusia sementara penghayatan bunyi bahasa dikembangkan dalam pembelajaran artikulasi dan guru-2 disamping mengajarkan penghayatan bunyi latar belakang buatan manusia juga mengajarkan penghayatan bunyi bahasa dengan teknik berperdati . Evaluasi dilakukan dalam dua tahap yaitu evaluasi proses berupa pengamatan terhadap konsentrasi dan respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta evaluasi hasil belajar berupa penilaian kognitif, afektif dan psikomotor. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan berupa: rendahnya kompetensi guru dalam bidang asesmen, musik serta BKPBI juga terbatasnya alat dan sumber belajar serta kurangnya dukungan orang tua adalah mengajukan pelatihan, kelengkapan alat dan sumber serta study banding kepada pihak sekolah serta melakukan konseling tentang pentingnya BKPBI terhadap orang tua. Kata Kunci : Pembelajaran BKPBI, Anak Tunarungu, SLB


(6)

ABSTRACT

THE TEACHING AND LEARNING OF

COMMUNICATION DEVELOPMENT THROUGH SOUND AND RHYTHM PERCEPTION

FOR THE THIRD GRADE SDLB–B1 HEARING-IMPAIRED STUDENTS IN SLBN–B2 GARUT

VERONIKA SITI HARYATI 1106657

Linguistic activities, either spoken, written, or with sign, play a key role in the teaching and learning process. Meanwhile, hearing-impaired children are very limited in their speech and linguistic development because the children do not go through the sound imitation process after the stage of babbling; hence, communication development through sound and rhythm perception (henceforth, BKPBI), which is an activity of optimizing hearing-impaired children’s hearing, is very important. The research reveals how BKPBI for the third grade SDLB hearing-impaired students is implemented in SLBN B Garut, adopting descriptive-qualitative method. Data were collected with the techniques of observation, interview, and documentation of teacher-1, teacher-2, and four students. Data validity was tested with triangulation technique. Research results show that before making lesson plans, the two teachers under research conduct assessment, but still limited to listening skills. The components included in the lesson plans have been in accordance with the standard process; and the stages of implementation, starting from preliminary, main, and closing activities, have been relevant to the standard process as well. However, the first teacher only teaches up to the level of comprehending man-made background sounds, while linguistic sound comprehension is developed through the teaching and learning of articulation. Meanwhile, in addition to teaching man-made background sound comprehension, the second teacher also teaches linguistic sound comprehension with the so-called “berperdati” technique. Evaluation is conducted in two ways, namely through observation on students’ concentration and responses during the teaching and learning process, and the cognitive, affective, and psychomotor assessment on learning outcomes. Finally, the efforts made to solve difficulties, such as teachers’ low competence in assessment, limited availability of media and learning resources for music and BKPBI, and the lack of support from parents, consist of proposing training programs, provision of learning media and resources, as well as school benchmarking and counseling for parents on the importance of BKPBI.

Keywords: BKPBI Teaching and Learning, Hearing-Impaired Children, Special Needs School

1 Sekolah Dasar Luar Biasa, equivalent to Special Needs Primary School 2 Sekolah Luar Biasa Negeri, equivalent to Special Needs School


(7)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT


(8)

DAFTAR ISI

Hal PERNYATAAN...

ABSTRAK ……….... KATA PENGANTAR ………..

UCAPAN TERIMA KASIH ………...

DAFTAR ISI ………...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………

B. Fokus Penelitian... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Struktur Organisasi Skripsi...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KETUNARUNGUAN... 1. Pengertian Anak Tunarungu... 2. Klasifikasi Anak Tunarungu... 3. Dampak Ketunarunguan... 4. Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu... B. KONSEP DASAR BKPBI... 1. Pengertian BKPBI... 2. Perlunya Program BKPBI... 3. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus BKPBI... 4. Tujuan Setiap Tahapan... 5. Sarana BKPBI...

C. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BKPBI...

1. Kurikulum... 2. Pelaksanaan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI)... i ii iii iv vi 1 5 5 6 7 9 9 10 11 15 17 17 18 21 21 22 22 22 28


(9)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a. Pelaksanaan Bina Komunikasi... b. Pelaksanaan Bina Persepsi Bunyi dan Irama ... BAB III METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN ………..

B. TEMPAT DAN PARTISIPAN PENELITIAN …………...

1. Tempat Penelitian 2. Partisipan Penelitian

C. PENGUMPULAN DATA ...………...…

D. INSTRUMEN PENELITIAN... E. ANALISIS DATA ...……….…....

1. Pengujian Keabsahan Data... 2. Teknik Pencatatan Data... 3. Teknik Analisis Data...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Hasil Penelitian ……...……….……..……...

B. Pembahasan ………..……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………...………...

A. Kesimpulan...

B. Saran ………..…………...……….………....

DAFTAR PUSTAKA ………..

RIWAYAT HIDUP PENULIS DAFTAR LAMPIRAN 28 31 37 37 38 38 39 39 41 53 53 54 54 57 57 70 86 86 89 91


(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel. 2.1 Klasifikasi Anak Tunarungu 2. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen

3. Tabel. 3.2 Pedoman Wawancara

4. Tabel. 3.3 Pedoman Observasi Guru 5. Tabel 3.4 Pedoman Observasi Siswa


(11)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Tuhan menciptakan setiap anak dalam keadaan berbeda satu dengan lainnya. Mereka dilakhirkan dengan memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan baik fisik maupun psikisnya yang kebanyakan orang menyebutnya anak penyandang cacat.

Seiring dengan kemajuan jaman di mana orang mulai memahami keberadaan mereka sehingga sebutan itu sekarang lebih dikenal dengan Anak Berkebutuhan Khusus. Sebutan ini dirasa lebih manusiawi karena apapun keadaannya mereka tetap berhak untuk mendapatkan perlakuan yang sama salah satunya pelayanan di bidang pendidikan.

Anak Berkebutuhan Khusus memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan dan kebutuhannya masing-masing anak baik secara individu maupun secara klasikal.

Anak berkebutuhan khusus (Children With Special Education Needs) adalah ABK dengan gangguan pendengaran( tunarungu) baik yang dialami sebelum lakhir atapun sesudah lakhir dengan tingkat kehilangan kemampuan mendengar sebagaimana yang dikutif oleh Maria C Susila Yuwati dari A.

Boothroyd (2000; 8 ) yaitu: “sangat ringan (27 - 40 dB), ringan (41-55dB), sedang (56-70 dB), berat (71-90 dB), total (91 db ke atas)”

Pelayanan dapat diberikan secara optimal apalagi didukung dengan adanya kerjasama dari berbagai pihak seperti orang tua, guru/sekolah, dokter THT, psikolog, psikiater, masyarakat dan pemerintah sehingga anak tunarungu mampu mengembangkan kemampuannya pada berbagai aspek kehidupan salah satunya kemampuan untuk berkomunikasi dengan memanfaatkan sisa pendengaran pada anak sehingga dapat mendeteksi, mendiskriminasi, mengidentifikasi dari berbagai sumber bunyi dan memahami bunyi bahasa.


(13)

2

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dampak paling besar pada ketunarunguan adalah terjadinya kemiskinan bahasa (Uden, 1977 dan Meadow, 1980 dalam Bunawan dan Yuwati, 2000). Adalah suatu kenyataan bahwa kebanyakan orang beranggapan bahwa ketunarunguan hanya mengakibatkan tidak berkembangnya kemampuan berbicara. Padahal lebih dari itu, dampak ketunarunguan adalah kemiskinan dalam penguasaan bahasa secara keseluruhan (Leigh, 1994 dalam Nugroho, 2004). Artinya tanpa pendidikan khusus, mereka tidak akan mengenal lambang bahasa atau nama guna mewakili suatu benda, kegiatan, peristiwa, dan perasaan serta tidak akan memahami aturan/sistem bahasa yang berlaku dan digunakan dalam lingkungannya.

Selanjutnya T.Somantri (2007) memaparkan bahwa: penguasaan bahasa pada anak mendengar terjadi secara wajar, yakni di lingkungan keluarga selama usia balita. Pada usia empat tahun, mereka pada umumnya sudah memasuki tahap purna bahasa (postlingual) yaitu mengenal dan memahami lambang bahasa serta tanpa disadari sudah mampu menerapkan aturan bahasa yang digunakan di lingkungannya. Sedangkan bagi anak tunarungu, pada umumnya baru akan memasuki tahap purna bahasa pada usia 12 tahun. Itupun hanya akan terjadi bila anak dan orangtua mereka mengikuti program bimbingan dan intervensi dini (paling lambat sejak anak berusia 1,5 tahun, dengan intelegensi normal serta tidak mempunyai kecacatan lain) yang ditangani secara profesional oleh ahli yang bersangkutan.

Proses pendidikan di semua lembaga pendidikan, termasuk SLB-B, yaitu sekolah untuk kaum tunarungu bertopang pada kemampuan berbahasa anak didiknya. Dapat dikatakan bahwa dalam segala kegiatan pembelajaran, kegiatan berbahasa memegang peran baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun isyarat. Apabila anak mengerjakan tugas yang menuntut daya logika dan abstraksi yang lebih tinggi, maka diharapkan keterampilan berbahasa akan membawa anak didik belajar berfikir runtut dan logis. Keterlambatan dan kemiskinan perkembangan kemampuan berbahasa anak tunarungu sebagai akibat dari ketunaanya, seyogyanya menjadi acuan bagi para pendidik dan pengambil kebijakan, karena di situlah terletak kebutuhan pendidikan khusus


(14)

mereka. Dan selanjutnya, segala upaya pengembangan pendidikan anak tunarungu sejak usia dini, sudah sepatutnya dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan khusus tersebut.

Pembelajaran BKPBI untuk semua jenjang meliputi beberapa tahap, diantaranya tahap deteksi bunyi, diskriminasi bunyi, identifikasi bunyi, serta komprehensi yang merupakan tahapan paling tinggi dalam pembelajaran BKPBI.

Program Bina Komunikasi Persepsi Bunhyi dan Irama ada di dalam kukrikulum Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk anak tunarungu. Program ini merupakan program khusus untuk pembinaan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan secara sengaja maupun tidak, sehingga fungsi pendengaran , organ wicara, serta kemampuan merasakan vibrasi dapat dipergunakan seoftimal mungkin untuk dapat berinteraksi dengan dunia sekelilingnya yang penuh dengan bunyi.

Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama merupakan program khusus yang wajib diberikan kepada semua anak tunarungu mulai dari peserta didik tingkat latihan, persiapan, tingkat dasar, sampai tingkat menengah pertama di Sekolah Luar Biasa. Pada dasarnya program bina komunikasi persepsi bunyi dan irama dapat dan harus diberikan pada anak tunarungu sedini mungkin.

Bina komunikasi persepsi bunyi dan irama adalah serangkaian proses pembinaan yang dilakukan guru SLB yang berbentuk suatu kegiatan untuk mengoftimalkan fungsi pendengaran bagi siswa tunarungu, agar mampu menyadari adanya bunyi, mampu mengenali atau mendeteksi ada dan tidak adanya bunyi, membedakan bunyi, dan memaknai bunyi sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengikuti program khusus BKPBI secara intensif, terprogram dan berkesinambungan, serta didukung oleh tenaga pendidik yang profesional, juga sarana dan prasarana yang mendukung akan membantu siswa tunarungu untuk dapat

mengoftimalkan sisa pendengarannya, sehingga mereka mampu


(15)

4

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran BKPBI dengan intensitas latihan yang memadai, dapat memberi keleluasaan kepada guru dalam mengembangkan materi ajar, dimana penekanan latihan BKPBI tidak terfokus hanya di BKPBI bunyi dan irama tetapi sampai ke tahap latihan BKPBI bahasa yang akan meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dengan lingkungan normal. Kurangnya latihan khusus mendengar ( BKPBI ) merupakan salah satu faktor yang menjadi kelemahan, karena dengan demikian kepekaan dan pemanfaatan sisa pendengaran tidak terasah dengan maksimal. Penggunaan metode dalam pembelajaran yang kurang fariatif juga menjadi salah satu penyebab kurangnya perolehan bahasa anak.

Berdasarkan hasil observasi sementara di SLBN - B Garut, ditemukan fakta bahwa ruang khusus untuk pelaksanaan pembelajaran Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama sudah tersedia walaupun jauh dari kata ideal, tapi sudah layak untuk dipergunakan karena sudah dilengkapi pula dengan berbagi macam alat sebagai sumber bunyi.

Pembelajaran BKPBI di SLBN-B Garut dijadwalkan satu kali pertemuan perminggu, adapun tahapan pelaksanaannya disesuaikan dengan program pembelajaran yang direncanakan.

Secara umum siswa-siswi di SLBN – B Garut diperkirakan tergolong pada kelompok anak dengan gangguan pendengaran yang berat. Hampir semua anak tidak menggunakan alat bantu mendengar (ABM), tetapi di kelas III SDLB-B yang siswanya 4 orang ada yang menggunakan ABM meskipun tetap saja anak tersebut belum bisa menunjukan kemajuan yang berhubungan dengan kemampuan memanfaatkan sisa pendengarannya.

SDLB – B di SLB Negeri Garut sebagai Resource Centre, secara ideal merupakan satu percontohan bagi sekolah – sekolah lainnya di Kabupaten Garut. Kondisi siswa yang demikian memunculkan permasalahan bagaimana seharusnya pembelajaran itu dilakukan khususnya untuk pembelajaran BKPBI.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang pembelajaran BKPBI pada anak tunarungu kelas III SDLB-B di


(16)

SLBN-B Garut, sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil judul

Pembelajaran Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) Bagi Anak Tunarungu Kelas III SDLB – B Di SLBN –B Garut “.

B. FOKUS PENELITIAN

Penelitian yang ingin peneliti lakukan tertuju pada “ Pembelajaran BKPBI Bagi Anak Tunarungu Kelas III SDLB – B Di SLBN – B Garut, dimana berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, peneliti memfokuskan masalahnya menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran BKPBI anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut ?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran BKPBI anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut ?

4. Kesulitan apa yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut ?

5. Upaya apa yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Penelitian Secara Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang objektif mengenai pembelajaran BKPBI pada anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut.


(17)

6

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1) Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut.

2) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut.

3) Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut.

4) Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut.

5) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat atau Kegunaan hasil penelitian dapat diklasifikasikan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan obyek penelitian. Manfaat praktis adalah bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya untuk memperbaiki kinerja, terutama bagi sekolah, guru, dan siswa serta seseorang untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Hasil dari temuan yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat atau kegunaan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran BKPBI

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah


(18)

Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat. b. Bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk

menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan,

meningkatkan kemampuan komunikasi melalui pembelajaran BKPBI

c. Bagi Guru atau Calon Peneliti

Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Laporan hasil penelitian dalam skripsi ini menggunakan struktur penulisan skripsi sebagai berikut:

1) Bab I: Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian

C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian

E. Struktur Organisasi Skripsi 2) Bab II: Kajian Pustaka

A. Konsep Dasar Ketunarunguan B. Konsep Dasar BKPBI


(19)

8

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Pelaksanaan Pembelajaran BKPBI 3) Bab III: Metode Penelitian

A. Desain Penelitian

B. Tempat dan Partisipan Penelitian C. Pengumpulan Data

D. Instrumen Penelitian

4) Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

5) Bab V : Kesimpulan, dan Saran A. Kesimpulan


(20)

(21)

37

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Sugiyono berpendapat bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu(sugiyono, 2012 : 2). Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif, metode ini mengungkap peristiwa atau gambaran atas fenomena yang terjadi pada masa sekarang, dengan menggunakan klasifikasi untuk menata fenomena yang terjadi dalam suatu keseluruhan yang bermakna.

Berdasarkan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012 : 9), bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya dari eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna daripada

generalisasi.

Sedangkan Sukardi dalam Nasution (1996 : 157) berpendapat bahwa: Penelitian deskriftif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama,

yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian deskriftif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat sekarang terjadi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode deskriptif merupakan suatu metode yang dipusatkan pada masalah-masalah yang aktual, dengan mengumpulkan data atau informasi yang lengkap dan terperinci sehingga dapat diketahui pemecahannya.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif, menurut Lexy J. Moleong (2005 : 6) mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi


(22)

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Berdasarkan yang dikemukakan oleh Nasution (1996: 2), bahwa:

Penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik. Disebut juga kualitatif karena data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik, karena situasi lapangan penelitian yang bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya tanpa manipulasi diatur dengan eksperimen atau tes.

Penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data, sesuai dengan kebutuhan dan keterbatasan dalam penelitian, maka peneliti akan menemukan alat bantu yang diperlukan dalam penelitian ini berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara. Pedoman tersebut sebagai pegangan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Sehingga dalam metode yang diambil dapat disesuaikan dengan fokus penelitian yaitu kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran BKPBI, strategi pembelajaran BKPBI, dan sarana prasarana dalam pembelajaran artikulasi di kelas persiapan. Dalam metode ini mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat diselidiki dan pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

B. TEMPAT DAN PARTISIPAN PENELITIAN

1. Tempat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mengambil lokasi di SLB Negeri B Garut. Yang beralamat di Jalan Rumah Sakit Umum No.62 Garut, dan mengambil penelitian khusus untuk kelas III SDLB-B dengan alasan menurut kurikulum pendidikan luar biasa tahun 2013 bahwa : a. Kurikulum untuk anak tunarungu disusun secara berjenjang dan

berkesinambungan mulai dari tingkat satuan pendidikan Taman Kanak-kanak hingga tingkat satuan pendidikan menengah.

b. Adanya keseimbangan muatan pembelajaran untuk anak tunarungu diantara aspek akademik, keterampilan dan kompensatoris.


(23)

39

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c. Adanya kebebasan berekspresi dan berkreasi bagi peserta didik tunarungu dalam pembelajaran yang dikembangkan secara terorganisis untuk mencapai kompetensi inti

d. Program kompensatoris/kekhususan berupa Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) menjadi salah satu program yang wajib diberikan pada tingkat Sekolah Dasar, serta menjadi program fakultatif untuk tingkat SMP dan SMA

e. Struktur program BKPBI mencakup muatan pembelajaran

komunikasi dan kebahasaan (ekspresif dan resepsif) baik lisan, tulisan, maupun isyarat, dan disusun berdasarkan kesesuaian beban belajar tiap satuan pendidikan.

Sejalan dengan ketentuan kurikulum di atas, SLB Negeri B Garut memiliki siswa tunarungu dengan kelas yang berjenjang serta memiliki ruang khusus untuk pembelajaran BKPBI disamping guru kelas.

2. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas objek penelitian yaitu pembelajaran BKPBI pada anak tunarungu di kelas tiga dan subjek penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Guru BKPBI Lama

2. Guru BKPBI Baru

3. Siswa kelas 3 SDLB-B sebanyak 4 (empat) orang

C. PENGUMPULAN DATA

Sumber data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui sumber data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan.

Dalam penelitian kualitatif, sumber data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik

pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan


(24)

tentang pembelajaran BKPBI. Dengan demikian pada penelitian ini alat utama bagi pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2012: 231). Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara terhadap responden, yaitu guru kelas dasar atau sumber terkait yang berkenaan dengan permasalahan pemahaman guru dalam memahami kurikulum dalam pembelajaran BKPBI, strategi pembelajaran BKPBI, dan sara prasarana dalam pembelajaran BKPBI.

2. Observasi

Mengobservasi kegiatan belajar mengajar di kelas dasar dalam permasalahan pembelajaran BKPBI. Menurut Margono, S 1997; dalam (Zuriah, N 2006 : 173) mengemukakan bahwa:

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi dan berlangsungnya peristiwa.

Sedangkan observasi menurut Arikunto (1998 : 204) observasi atau disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indera. Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk melihat, mengamati dan mencatat data yang sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam kegiatan ini, peneliti bersifat non partisipan, artinya dalam penelitian ini, peneliti tidak turut secara aktif di dalam atau di luar setting proses pembelajaran. Tetapi hanya mengobservasi kegiatan belajar mengajar, khususnya di kelas dasar dalam permasalahan pembelajaran BKPBI. 3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui dokumen tertulis yang dikeluarkan oleh lembaga atau pihak sekolah. Selain itu,


(25)

41

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sebagai informasi atau sumber data yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk mendukung dan mempertegas data yang telah diperoleh melalui observasi dan wawancara, serta berupa foto pada saat kegiatan belajar mengajar sebagai pelengkap, terutama mengenai pembelajaran BKPBI.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian menurut Suharsimi adalah “...alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian, agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah”. (Suharsimi, A, 1998 : 151).

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama dalam penelitian ini adalah peniliti itu sendiri. Selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, mungkin akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang berpedoman pada pedoman observasi dan wawancara. Maka diharapkan dapat digunakan untuk menjaring data pada sumber data yang lebih luas, serta mempertajam dan melengkapi data hasil penamatan dan observasi.

Nasution 1988 (Sugiyono, 2012 : 223) menyatakan bahwa: dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahawa, segala sesuatunya belum menjadi suatu bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlju dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan belum pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi


(26)

setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kisi-kisi instrumen penelitian di bawah ini :


(27)

43

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen

No. Pertanyaan Penelitian Aspek Indikator Teknik Pengumpulan Data Responden

1. Bagaimana perencanaan

pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B ?

Perencanaan pembelajaran

BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

1.1Asessmen 1.2RPP

1.3Persiapan alat peraga

Wawancara

Observasi

Guru

2. Bagaimana pelaksanaan

pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B ?

Pelaksanaan pembelajaran

BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

2.1 Kegiatan awal 2.2 Kegiatan inti 2.3 Kegiatan akhir

Wawancara

Observasi

Guru

Siswa

3. Bagaimana evaluasi

pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B?

Evaluasi pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

3.1 Evaluasi Proses 3.2 Evaluasi hasil

Observasi

Wawancara

Siswa


(28)

4 Kesulitan apa yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLSDLB-BN-SDLB-B Garut ?

Kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

3.1 Ekternal

3.1.1 Perencanaan 3.1.2 Pelaksanaan 3.1.3 Evaluasi 3.2 Internal

3.2.1 Perencanaan 3.2.2 Pelaksanaan 3.2.3 Evaluasi

Wawancara

Observasi

Guru

Siswa

5 Upaya apa yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut ?

Upaya dalam mengatasi kesulitan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

5.1 Ekternal

5.1.1 Perencanaan 5.1.2 Pelaksanaan 5.1.3 Evaluasi 5.2 Internal

5.2.1 Perencanaan 5.2.2 Pelaksanaan 5.2.3 Evaluasi

Wawancara

Observasi


(29)

45

Tabel. 3.2

PEDOMAN WAWANCARA Aspek Yang

Diungkap

Pertanyaan Nara

Sumber

Jawaban Perencanaan

pembelajaran

BKPBI bagi

anak kelas III

SDLB-B di

SLBN-B Garut

1. Bagaimana program asessmen

pembelajaran BKPBI untuk anak tunarungu kelas 3 SDLB yang Bapak/Ibu Buat?

Guru 2. Bagaimana

pelaksanaan asessmen pembelajaran BKPBI untuk anak tunarungu kelas 3 SDLB yang Bapak/Ibu

laksanakan?

3. Persiapan apa yang Bapak /ibu lakukan dalam menyusun RPP

BKPBI bagi anak

tunarungu kelas 3 SDLB?

Guru 4. Komponen apa saja

yang bapak/ibu

cantumkan dalam

RPP BKPBI bagi

anak tunarungu kelas 3 SDLB?


(30)

5. Alat peraga apa saja

yang bapak/ibu

butuhkan dalam

pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas 3 SDLB?

Guru 6. Berapa banyak alat

peraga yang

bapak/ibu butuhkan untuk pembelajaran BKPBI tersedia di Sekolah? Siapa yang menyediakannya?

7. Bagaimana persiapan

bapak/ibu dalam

menyediakan alat

peraga yang

dibutuhkan dalam

pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas 3 SDLB?

8. Berapakali dalam satu

minggu pelajaran

BKPBI dijadwalkan?

Pelaksanaan pembelajaran

BKPBI bagi

anak kelas III

9. Bagaimana tahapan kegiatan awal yang bapak/ibu lakukan dalam pembelajaran


(31)

47

SDLB-B di

SLBN-B Garut

BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B?

10. Bagaimana tahapan kegiatan inti yang bapak/ibu lakukan dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B?

11. Bagaimana tahapan kegiatan akhir yang bapak/ibu lakukan dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B?

Evaluasi pembelajaran BKPBI anak kelas III SDLB-B

12. Bagaimana cara

bapak/ibu

melakukan evaluasi

pada saat

berlangsung proses pembelajaran

BKPBI bagi anak kelas III SDLB-B?

Guru

13. Bagaimana cara

bapak/ibu

melakukan evaluasi hasil pembelajaran


(32)

BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B?

Kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI anak kelas III SDLB-B

14. Kesulitan apa yang bapak/ibu hadapi dalam persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi

pembelajaran

BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B?

Guru

Upaya yang

dilakukan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI anak kelas III SDLB-B

15. Upaya apa yang

dilakukan untuk

mengatasi kesulitan dalam persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi

pembelajaran

BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B?

Guru

Tabel. 3.3

PEDOMAN OBSERVASI GURU Aspek Yang

Diungkap

Aspek yang Diobservasi Nara Sumber Hasil Observasi Perencanaan

pembelajaran

1. Program asessmen


(33)

49

BKPBI bagi

anak kelas III

SDLB-B di

SLBN-B Garut

untuk anak tunarungu kelas 3 SDLB.

2. Hasil asessmen

pembelajaran BKPBI untuk anak tunarungu kelas 3 SDLB .

3. Perlengkapan dalam

menyusun RPP

BKPBI bagi anak

tunarungu kelas 3 SDLB.

Guru

4. Dokumen RPP

BKPBI bagi anak

tunarungu kelas 3 SDLB.

5. Daftar seluruh alat

peraga yang

dibutuhkan dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas 3 SDLB.

Guru 6. Inventaris alat peraga

yang tersedia di

Sekolah untuk

pembelajaran BKPBI

7. Persiapan dalam


(34)

peraga yang

dibutuhkan dalam

pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas 3 SDLB

Pelaksanaan pembelajaran

BKPBI bagi

anak kelas III

SDLB-B di

SLB N-B Garut

8. Tahapan kegiatan

awal pembelajaran

BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B

Guru 9. Tahapan kegiatan inti

pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B 10. Tahapan kegiatan

akhir pembelajaran BKPBI bagi anak kelas III SDLB-B Evaluasi

pembelajaran BKPBI anak kelas III SDLB-B

11. Proses evaluasi pada saat berlangsung pembelajaran

BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

Guru

12. Proses evaluasi hasil pembelajaran

BKPBI bagi anak tunarungu kelas III


(35)

51

SDLB-B

Kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI anak kelas III SDLB-B

13. Kesulitan yang

dihadapi dalam

persiapan,

pelaksanaan maupun evaluasi

pembelajaran

BKPBI anak

tunarungu kelas III SDLB-B

Guru

Upaya yang

dilakukan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI anak kelas III SDLB-B

14. Upaya apa yang

dilakukan untuk

mengatasi kesulitan

secara dalam

persiapan,

pelaksanaan maupun evaluasi

pembelajaran

BKPBI anak

tunarungu kelas III SDLB-B

Guru

Tabel 3.4

PEDOMAN OBSERVASI SISWA Aspek Yang

Diungkap

Aspek yang Diobservasi Nara Sumber Hasil Observasi

Pelaksanaan pembelajaran BKPBI bagi

1. Intensitas siswa mengikuti


(36)

anak kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut

BKPBI per minggu

2. Motivasi dan respon

anak tunarungu

kelas III SDLB-B pada kegiatan awal pembelajaran

BKPBI

Siswa 3. Motivasi dan respon

anak tunarungu

kelas III SDLB-B pada kegiatan inti pembelajaran

BKPBI

4. Motivasi dan respon

anak tunarungu

kelas III SDLB-B pada kegiatan akhir pembelajaran

BKPBI Evaluasi

pembelajaran BKPBI anak

kelas III

SDLB-B

5. Hasil evaluasi pada saat berlangsung pembelajaran

BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

Siswa 6. Hasil evaluasi hasil


(37)

53

tunarungu kelas III SDLB-B

E. ANALISIS DATA

1. Pengujian Keabsahan Data

Untuk menilai apakah data yang diperoleh dari lapangan sahih atau valid, maka perlu dilakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti, baik dilihat dari substansinya, sumber data maupun pengambilan data.

Pengujian keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan penggunaan teknik triangulasi. Triangulasi yang dilakukan bermaksud untuk mengecek atau membandingkan data yang telah diperoleh melalui observasi pada latar penelitian. Untuk maksud tersebut peneliti mengadakan wawancara terbuka kepada guru kelas persiapan dan sumber yang terkait . serta studi dokumentasi terhadap berbagai dokumen yang berhubungan dengan data-data di dalam penelitian. Berkaitan dengan keabsahan data

Moleong (2005 : 178) menyatakan bahwa: “Teknik triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan data sebagai perbandingan terhadap

data itu”.

Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber, dengan membandingkan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda. Maka model triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, dan membandingkan data tersebut dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dengan demikian derajat kepercayaan informasi yang diperoleh dalam penelitian terjamin.

Secara teknik triangulasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut

Observasi (pengamatan)


(38)

2. Teknik Pencatatan Data a. Pencatatan Awal

Pencatatan awal dilakukan pada saat berlangsungnya pengumpulan data, dengan jalan melihat kata-kata kunci yang diamati oleh peneliti. Data yang diperoleh bersifat kasar dan mentah.

b. Pencatatan Formal

Pencatatan formal yang lengkap dan disempurnakan dengan penuturan catatan yang dibuat di lapangan. Catatan pada tahap ini lengkap dengan sistematis sesuai dengan fokus penelitian, data yang diperoleh dari hasil wawancara, diorganisasikan sesuai dengan fokus penelitian, data yang diperoleh dari hasil wawancara, diorganisasikan sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Berkaitan dengan analisis data, Moleong (2005 : 103) menyatakan

bahwa: “Analisis data dalam proses pengorganisasian dan mengurutkan

data ke dalam bentuk pola, kategori dan satuan uraian data sehingga dapat ditemukan suatu tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti

yang disarankan dalam data”.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analytical induction, artinya bahwa setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis langsung secara kritis kemudian ditafsirkan secara berhati-hati dan pada akhirnya ditarik kesimpulan secara bertahap sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sedangkan pekerjaan analisis data meliputi proses mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberi kode dan mengkategorikan. Pengorganisasian dan

pengelompokan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema yang akhirnya di padankan dengan teori yang sudah ada.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah data dari seluruh sumber. Adapun langkah yang dilakukan peneliti adalah:

a. Pemberian kode pada pencatatan lapangan untuk memudahkan peneliti melihat data yang sesuai dengan fokus penelitian. Dari


(39)

55

kode yang sudah ada dikelompokkan, baru ditemukan suatu tema untuk merangkum beberapa kode yang sudah ada.

b. Setelah pemberian tema selesai, untuk mempertajam hasil perolehan data selanjutnya dilakukan analisis data silang dengan membandingkan data yang satu dengan data yang lain. Untuk kemudian diambil sebagai data yang dianggap valid.

c. Menyusun data berdasarkan fokus penelitian yang sudah ditentukan, kemudian data yang sudah tersusun tersebut dibandingkan dengan teori yang sudah ada.

d. Melakukan membercheck, setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan.

e. Menyusun laporan hasil penelitian secara berurut dan terperinci. Sementara referensi lain mengenai prosedur teknik analisis data dikemukakan sebagai berikut:

1. Reduksi data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, menurut Sugiyono (2012: 247), mereduksi data berarti merangkum, memlilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam penelitian ini, peneliti memasuki setting sekolah sebagai tempat penelitian. Kemudian dalam mereduksi data, peneliti memfokuskan pada guru BKPBI dan siswa tunarungu kelas III SDLB-B, dengan mengategorikan pada aspek sumber informasi, jenis, dan karakteristik kebutuhan informasi.


(40)

Menurut Sugiyono (2012: 249), dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. Seperangkat reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, atau bentuk-bentuk lain yang diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan 3. Kesimpulan/ Verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification)

Menurut Nasution (1996: 334), pada tahap ini mulai dicari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Menurut Sugiyono (2012: 252), kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Hal ini karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.

Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek dalam bentuk hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori (Sugiyono, 2012: 253). Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi dengan menguji kebenaran, kekuatan, dan kecocokan makna-makna yang muncul dari data untuk menguji validitas makna-makna tersebut. Apabila data display yang telah dikemukakan sebelumnya telah didukung oleh data-data yang mantap, maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel.


(41)

86

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Bina komunikasi persepsi bunyi dan irama (BKPBI), sangat penting diajarkan kepada anak tunarungu yang masih memiliki sisa pendengaran maupun yang total mengingat anak tunarungu memiliki hambatan dalam pendengarannya sehingga kepekaan terhadap vibrasi/ getaran bunyi akan sangat membantu kelangsungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan normal.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan sebagai berikut: 1. Perencanaan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III

SDLB-B

Sebelum menyusun RPP kedua orang guru BKPBI di SLBN B Garut melaksanakan assesmen tetapi masih terbatas dalam lingkup listening skill yang meliputi: deteksi bunyi, lokalisasi bunyi serta sumber bunyi sedangkan audiogram yang merupakan hasil pemeriksaan dari dokter, serta ketentuan penggunaan ABM yang cocok tidak dimiliki. Selain hasil asesmen, kedua orang guru menyiapkan kurikulum, sumber belajar, alat dan media pembelajaran. Adapun komponen yang dituangkan dalam RPP adalah: SK, KD, tujuan, materi, metode, alokasi waktu, langkah pembelajaran, alat dan sumber serta evaluasi.

2. Pelaksanaan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

Pelaksanaan pembelajaran BKPBI sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan, bertempat di ruang khusus BKPBI meliputi:

a. Kegiatan awal, dilakukan oleh kedua orang guru sebagai berikut: bersama-sama mengucapkan salam, apersepsi, mempersiapkan alat peraga, memotivasi siswa dengan menyuruh siswa membunyikan sumber bunyi yang telah disiapkan sesuai materi yang akan disampaikan secara bergiliran.

b. Kegiatan inti dilakukan oleh kedua orang guru dengan sama-sama menyampaikan materi yang direncanakan, adapun guru-1 hanya


(42)

mengajarkan materi sampai pada taraf penghayatan bunyi latar belakang buatan manusia sementara penghayatan bunyi bahasa dikembangkan dalam pembelajaran artikulasi dan guru-2 disamping mengajarkan penghayatan bunyi latar belakang buatan manusia juga mengajarkan penghayatan bunyi bahasa dengan teknik berperdati, sedangkan penghayatan bunyi sebagai isyarat atau tanda tidak diajarkan oleh keduanya. Metode yang digunakan oleh kedua orang guru antara lain penugasan dan demonstrasi dimana siswa dibimbing untuk merespon dengan cara mengacungkan tangan ke arah bunyi atau melompat sejumlah bunyi yang diperdengarkan, Selanjutnya guru-2 membimbing mengkomunikasikan materi pembelajaran dengan menggunakan metode MMR. Guru melakukan pengamatan terhadap konsentrasi dan minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung. c. Kegiatan akhir, dilakukan oleh kedua orang guru dengan

melaksanakan evaluasi hasil belajar sesuai materi yang diajarkan, kemudian menyimpulkan materi pembelajaran dan menutup pelajaran.

Dengan penyajian pembelajaran seperti yang dilaksanakan oleh guru- 2, konsentrasi dan minat belajar siswa sangat baik meskipun kemampuan masing-masing siswa pada setiap kegiatan berbeda-beda tetapi masih dalam kondisi bisa mengikuti pembelajaran dengan serius. Dengan kata lain guru-2 melakukan proses pembelajaran lebih baik dari guru BKPBI sebelumnya yaitu guru-1.

3. Evaluasi pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB B

Kedua orang guru melakukan evaluasi dalam dua tahapan yaitu saat proses belajar berlangsung dan setelah pembelajaran dimana guru-1 hanya mengamati kecepatan dan ketepatan siswa dalam merespon bunyi, lalu mencatatnya pada akhir pembelajaran, sedangkan guru-2 melakukan evaluasi proses dengan mengamati konsentrasi dan minat belajar serta kemampuan merespon masing-masing siswa terhadap bunyi yang diperdengarkan sedangkan evaluasi hasil belajar dilakukan dengan cara


(43)

88

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tanpa bimbingan, siswa diberi nilai sesuai rentang penilaian berdasarkan ketepatan dan kecepatan dalam melakukan tugasnya. Adapun tugasnya sesuai dengan materi yang telah diajarkan.

4. Kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

Kesulitan yang dialami oleh guru baik secara internal maupun secara eksternal dari mulai persiapan sampai menutup pelajaran antara lain: a. Kurangnya tenaga guru profesional yang menguasai asesmen dan

BKPBI

b. Dampak ketunarunguan siswa

c. Kurang kesadaran menggunakan ABM dan atau kurang mampu menyediakan ABM

d. Lingkungan tidak kondusif

e. Kurangnya sarana dan prasarana serta sumber belajar f. Kurangnya dukungan orang tua

g. Kurangnya intensitas pembelajaran

5. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan secara internal dalam persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi adalah:

a. Menambah wawasan guru melalui KKG, mengundang ahli, dan mengajukan pelatihan assesmen dan BKPBI kepada pihak sekolah, serta melakukan study banding ke sekolah yang sudah melaksanakan program BKPBI lebih profesional.

b. Memotivasi siswa dan menyarankan siswa memakai ABM.

c. Mengkomunikasikan dengan kepala sekolah dan guru-guru untuk melengkapi buku sumber, media dan alat peraga serta melakukan konseling kepada orang tua tentang pentingnya BKPBI.

d. Bekerjasama dengan guru kelas untuk melaksanakan BKPBI dalam pembelajaran tematik.


(44)

B. SARAN

Keberhasilan pembelajaran BKPBI ditunjang oleh keprofesionalitasan seorang guru dalam mencapai tujuan pembelajaran BKPBI kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai serta intensitas latihan yang dilakukan oleh anak itu sendiri juga kerjasama berbagai pihak seperti: orang tua, dokter THT, psikolog serta masyarakat dan pemerintah.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menggaris bawahi kesulitan yang dialami dalam pembelajaran BKPBI sehingga peneliti memberikan saran kepada:

1. Pihak Sekolah

Sebagaimana telah dibahas dalam hasil penelitian, peneliti menemukan fakta bahwa di SLBN B Garut kekurangan tenaga guru profesional yang menguasai asesmen dan BKPBI serta kekurangan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang memadai, maka diharapkan pihak sekolah membuat dan melaksanakan program peningkatan mutu guru di bidang asesmen serta ilmu pengetahuan tentang musik dan BKPBI melalui kegiatan pelatihan guru maupun bintek maupun KKG. Disamping itu menetapkan kurikulum yang digunakan serta melengkapi sarana dan prasarana yang belum memadai serta menyediakan buku sumber dengan mengajukan kepada pemerintah atau menyisishkan dana BOS untuk belanja kelengkapan pembelajaran BKPBI.

2. Guru BKPBI

Keberhasilan pembelajaran selain ditentukan oleh keadaan siswa, guru pun memiliki pengaruh yang sangat besar sehingga diharapkan guru BKPBI menambah ilmu pengetahuan tentang asesmen dan komponen BKPBI itu sendiri, sehingga RPP yang merupakan skenario dari proses pembelajaran BKPBI kontennya didesain lebih kreatif dan inovatif sesuai dengan tujuan BKPBI itu sendiri serta guru BKPBI mampu mengimplementasikannya dengan sempurna.

3. Peneliti Selanjutnya


(45)

90

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

materi terutama BKPBI Bahasa, maka diharapkan peneliti selanjutnya fokus meneliti kemampuan guru BKPBI dalam meningkatkan kemampuan komunikasi verbal anak tunarungu.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Muljono, S. Sudjadi. ( 1994 ). Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Ahmadi, Abu. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi, (1998). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bunawan, L dan Susilo Yuwati, Cecillia. (1993). Laporan Hasil Penataran dan

Lokakarya Pengembangan Program Wicara dan Menyimak Bagi Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santirama.

Bunawan,L dan Yuwati,S.M. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dimyati dkk, (2002)Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya. Dinas Pendidikan Prov Jabar. (2009). Bahan Ajar Praktis Pelaksanaan Program

Khusus BKPBI. Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Elly Sri Melinda, (2008). Pelatihan Program Khusus BPBI, Ruang Lingkup

Materi Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Makalah pada Diklat

Pelatihan Guru BPBI BPG. Bandung.

Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar: Bandung: PT. Refika Aditama.

Kemendiknas. (2010). Program Khusus SLB Tunarungu, Bina Komunikasi

Persepsi Bunyi dan Irama. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Pusat Kurikulum.

Kemendiknas. (2014). Buku Pedoman Pengajaran BKPBI. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Roestiyah N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta


(47)

92

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: depdikbud, Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumadi. (1972). Pengertian Definisi Alat Peraga, [Online] Tersedia :http://www. pengertiandefinisi.com /2011/11/pengertian alat peraga.html [29 Maret 2013]

Sumadi Suryabrata. (1980). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : PT. Raja Grafido Persada.

Syaodih, N. (1997). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remadja Rosda Karya.

T.Somantri. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama

---. (1992), Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan. Jakarta: Depdikbud.

---. (2006), UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, UU no.14 Tentang Guru

dan Dosen, dilengkapi Permen No.19 Tahun 2005. Jakarta: Visi

Media.

---. (2007) Permendiknas no. 41 Tentang Standar Proses

---. (2013), kurikulum PKLK. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan : Teori-Aplikasi.


(1)

mengajarkan materi sampai pada taraf penghayatan bunyi latar belakang buatan manusia sementara penghayatan bunyi bahasa dikembangkan dalam pembelajaran artikulasi dan guru-2 disamping mengajarkan penghayatan bunyi latar belakang buatan manusia juga mengajarkan penghayatan bunyi bahasa dengan teknik berperdati, sedangkan penghayatan bunyi sebagai isyarat atau tanda tidak diajarkan oleh keduanya. Metode yang digunakan oleh kedua orang guru antara lain penugasan dan demonstrasi dimana siswa dibimbing untuk merespon dengan cara mengacungkan tangan ke arah bunyi atau melompat sejumlah bunyi yang diperdengarkan, Selanjutnya guru-2 membimbing mengkomunikasikan materi pembelajaran dengan menggunakan metode MMR. Guru melakukan pengamatan terhadap konsentrasi dan minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung. c. Kegiatan akhir, dilakukan oleh kedua orang guru dengan

melaksanakan evaluasi hasil belajar sesuai materi yang diajarkan, kemudian menyimpulkan materi pembelajaran dan menutup pelajaran.

Dengan penyajian pembelajaran seperti yang dilaksanakan oleh guru- 2, konsentrasi dan minat belajar siswa sangat baik meskipun kemampuan masing-masing siswa pada setiap kegiatan berbeda-beda tetapi masih dalam kondisi bisa mengikuti pembelajaran dengan serius. Dengan kata lain guru-2 melakukan proses pembelajaran lebih baik dari guru BKPBI sebelumnya yaitu guru-1.

3. Evaluasi pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB B

Kedua orang guru melakukan evaluasi dalam dua tahapan yaitu saat proses belajar berlangsung dan setelah pembelajaran dimana guru-1 hanya mengamati kecepatan dan ketepatan siswa dalam merespon bunyi, lalu mencatatnya pada akhir pembelajaran, sedangkan guru-2 melakukan evaluasi proses dengan mengamati konsentrasi dan minat belajar serta kemampuan merespon masing-masing siswa terhadap bunyi yang


(2)

Veronika Siti Haryati, 2014

tanpa bimbingan, siswa diberi nilai sesuai rentang penilaian berdasarkan ketepatan dan kecepatan dalam melakukan tugasnya. Adapun tugasnya sesuai dengan materi yang telah diajarkan.

4. Kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B

Kesulitan yang dialami oleh guru baik secara internal maupun secara eksternal dari mulai persiapan sampai menutup pelajaran antara lain: a. Kurangnya tenaga guru profesional yang menguasai asesmen dan

BKPBI

b. Dampak ketunarunguan siswa

c. Kurang kesadaran menggunakan ABM dan atau kurang mampu menyediakan ABM

d. Lingkungan tidak kondusif

e. Kurangnya sarana dan prasarana serta sumber belajar f. Kurangnya dukungan orang tua

g. Kurangnya intensitas pembelajaran

5. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi

dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan secara internal dalam persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi adalah:

a. Menambah wawasan guru melalui KKG, mengundang ahli, dan mengajukan pelatihan assesmen dan BKPBI kepada pihak sekolah, serta melakukan study banding ke sekolah yang sudah melaksanakan program BKPBI lebih profesional.

b. Memotivasi siswa dan menyarankan siswa memakai ABM.

c. Mengkomunikasikan dengan kepala sekolah dan guru-guru untuk melengkapi buku sumber, media dan alat peraga serta melakukan konseling kepada orang tua tentang pentingnya BKPBI.

d. Bekerjasama dengan guru kelas untuk melaksanakan BKPBI dalam pembelajaran tematik.


(3)

B. SARAN

Keberhasilan pembelajaran BKPBI ditunjang oleh keprofesionalitasan seorang guru dalam mencapai tujuan pembelajaran BKPBI kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai serta intensitas latihan yang dilakukan oleh anak itu sendiri juga kerjasama berbagai pihak seperti: orang tua, dokter THT, psikolog serta masyarakat dan pemerintah.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menggaris bawahi kesulitan yang dialami dalam pembelajaran BKPBI sehingga peneliti memberikan saran kepada:

1. Pihak Sekolah

Sebagaimana telah dibahas dalam hasil penelitian, peneliti menemukan fakta bahwa di SLBN B Garut kekurangan tenaga guru profesional yang menguasai asesmen dan BKPBI serta kekurangan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang memadai, maka diharapkan pihak sekolah membuat dan melaksanakan program peningkatan mutu guru di bidang asesmen serta ilmu pengetahuan tentang musik dan BKPBI melalui kegiatan pelatihan guru maupun bintek maupun KKG. Disamping itu menetapkan kurikulum yang digunakan serta melengkapi sarana dan prasarana yang belum memadai serta menyediakan buku sumber dengan mengajukan kepada pemerintah atau menyisishkan dana BOS untuk belanja kelengkapan pembelajaran BKPBI.

2. Guru BKPBI

Keberhasilan pembelajaran selain ditentukan oleh keadaan siswa, guru pun memiliki pengaruh yang sangat besar sehingga diharapkan guru BKPBI menambah ilmu pengetahuan tentang asesmen dan komponen BKPBI itu sendiri, sehingga RPP yang merupakan skenario dari proses pembelajaran BKPBI kontennya didesain lebih kreatif dan inovatif sesuai dengan tujuan BKPBI itu sendiri serta guru BKPBI mampu mengimplementasikannya dengan sempurna.


(4)

Veronika Siti Haryati, 2014

materi terutama BKPBI Bahasa, maka diharapkan peneliti selanjutnya fokus meneliti kemampuan guru BKPBI dalam meningkatkan kemampuan komunikasi verbal anak tunarungu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Muljono, S. Sudjadi. ( 1994 ). Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Ahmadi, Abu. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi, (1998). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bunawan, L dan Susilo Yuwati, Cecillia. (1993). Laporan Hasil Penataran dan

Lokakarya Pengembangan Program Wicara dan Menyimak Bagi Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santirama.

Bunawan,L dan Yuwati,S.M. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dimyati dkk, (2002)Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya. Dinas Pendidikan Prov Jabar. (2009). Bahan Ajar Praktis Pelaksanaan Program

Khusus BKPBI. Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Elly Sri Melinda, (2008). Pelatihan Program Khusus BPBI, Ruang Lingkup

Materi Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Makalah pada Diklat

Pelatihan Guru BPBI BPG. Bandung.

Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar: Bandung: PT. Refika Aditama.

Kemendiknas. (2010). Program Khusus SLB Tunarungu, Bina Komunikasi

Persepsi Bunyi dan Irama. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Pusat Kurikulum.

Kemendiknas. (2014). Buku Pedoman Pengajaran BKPBI. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset


(6)

Veronika Siti Haryati, 2014

Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: depdikbud, Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumadi. (1972). Pengertian Definisi Alat Peraga, [Online] Tersedia :http://www. pengertiandefinisi.com /2011/11/pengertian alat peraga.html [29 Maret 2013]

Sumadi Suryabrata. (1980). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : PT. Raja Grafido Persada.

Syaodih, N. (1997). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remadja Rosda Karya.

T.Somantri. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama

---. (1992), Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan. Jakarta: Depdikbud.

---. (2006), UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, UU no.14 Tentang Guru

dan Dosen, dilengkapi Permen No.19 Tahun 2005. Jakarta: Visi

Media.

---. (2007) Permendiknas no. 41 Tentang Standar Proses

---. (2013), kurikulum PKLK. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan : Teori-Aplikasi.


Dokumen yang terkait

Latihan bina persepsi bunyi dan irama meningkatkan kemampuan berbicara anak tuna rungu wicara kelas III SLB Negeri Sragen

0 3 59

PENGARUH PEMBELAJARAN BINA PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN KOMUNIKASI ANAK Pengaruh pembelajaran Bina Persepsi Bunyi dan Irama terhadap perkembangan kemandirian komunikasi anak tuna rungu di SDLB B YPPLB Ngawi.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh pembelajaran Bina Persepsi Bunyi dan Irama terhadap perkembangan kemandirian komunikasi anak tuna rungu di SDLB B YPPLB Ngawi.

0 1 4

PENGARUH PEMBELAJARAN BINA PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN KOMUNIKASI ANAK Pengaruh pembelajaran Bina Persepsi Bunyi dan Irama terhadap perkembangan kemandirian komunikasi anak tuna rungu di SDLB B YPPLB Ngawi.

0 1 18

LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAMPEMBELAJARAN BKPBI UNTUK MENGOPTIMALKAN FUNGSI PENDENGARAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI B GARUT.

0 7 39

PENGEMBANGAN MEDIA CD INTERAKTIF PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI) BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS 1 SDLB-B DI SLB NEGERI METRO.

3 29 37

PROSES PEMBELAJARAN TARI KREASI BAGI SISWA SLBN B TUNARUNGU CICENDO KOTA BANDUNG.

0 0 31

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI) PADA KELAS TAMAN 1 DI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA.

0 6 110

KEMAMPUAN MENDISKRIMINASI BUNYI BAHASA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII DALAM PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI) DI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA.

4 51 155

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B DI SLBN – B GARUT - repository UPI S PLB 1106657 Title

0 1 4