LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAMPEMBELAJARAN BKPBI UNTUK MENGOPTIMALKAN FUNGSI PENDENGARAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI B GARUT.

(1)

LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAMPEMBELAJARAN BKPBI UNTUK MENGOPTIMALKAN FUNGSI PENDENGARAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI B GARUT

SKRIPSI

Diajukan untuk salah satusyarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: Erda Purnawati Atmaja

NIM 1004939

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

ErdaPurnawatiAtmaja, 2014

LatihanKesadaranBunyiDalamPembelajaran BKPBI

UntukMengoptimalkanFungsiPendengaranBagiSiswaTunarungu IV SDLB Di SLB Negeri B Garut UniversitasPendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN BKPBI UNTUK MENGOPTIMALKAN FUNGSI PENDENGARAN BAGI SISWA

TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI B GARUT

Oleh

Erda Purnawati Atmaja 1004939

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Dr. Permanarian Somad, M.Pd. NIP :195404081981032001

Pembimbing II

Drs.H. M. Umar Djani Martasuta,M.Pd. NIP : 195202151983011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus


(3)

ErdaPurnawatiAtmaja, 2014

LatihanKesadaranBunyiDalamPembelajaran BKPBI

UntukMengoptimalkanFungsiPendengaranBagiSiswaTunarungu IV SDLB Di SLB Negeri B Garut UniversitasPendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(4)

Erda Purnawati Atmaja, 2014

Latihan KesadaranBunyiDalamPembelajaran BKPBI

UntukMengoptimalkanFungsiPendengaranBagiSiswaTunarungu IV SDLB Di SLB NegeriB Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAMPEMBELAJARAN BKPBI UNTUK MENGOPTIMALKAN FUNGSI PENDENGARAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI B GARUT

Oleh:

ERDA PURNAWATI ATMAJA

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Erda Purnawati Atmaja 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, dicopy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(5)

Erda Purnawati Atmaja, 2014

Latihan KesadaranBunyiDalamPembelajaran BKPBI

UntukMengoptimalkanFungsiPendengaranBagiSiswaTunarungu IV SDLB Di SLB NegeriB Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Masalah... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 5

BAB II LANDASAN TEORI... 7

A. Deskripsi Teori... 7

1. Konsep Dasar Tunarungu... 7

a. Pengertian Anak Tunarungu... 7

b. Klasifikasi Anak Tunarungu... 7

c. Karakteristik Anak Tunarungu... 10

d. Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu... 10

2. Kesadaran bunyi... 12

3. Pembelajaran BKPBI... 15

a. Pengertian BKPBI... 15

b. Tujuan BKPBI... 17

c. Metode dan Pendekatan... 17

BAB III METODE PENELITIAN... 20

A. Tempat Penelitian... 20

B. Metode Penelitian... 20

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data... 21

D. Pengujian Keabsahan Data... 39


(6)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN... 42

A. Hasil Penelitian... 43

1. Deskripsi Data... 43

a. Hasil Wawancara... 43

b. Hasil Observasi... 52

c. Hasil Studi Dokumentasi... 54

2. Analisis Data... 50

a. Program atau Perencanaan... 50

b. Pelaksanaan Pembelajaran BKPBI... 51

c. Materi... 62

d. Evaluasi... ... 62

e. Alat... 63

f. Masalah yang Dihadapi... 63

g. Solusi... ... 63

B. Pembahasan... ... 64

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI... 66

A. Simpulan... ... 66

B. Implikasi... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(7)

Erda Purnawati Atmaja, 2014

Latihan KesadaranBunyiDalamPembelajaran BKPBI

UntukMengoptimalkanFungsiPendengaranBagiSiswaTunarungu IV SDLB Di SLB NegeriB Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut pendapat Sardjono yang dikutif oleh Munandar dan kawan-kawan (2009, hlm. 2) bahwa manusia memiliki berbagai media dalam melakukan komunikasi baik itu secara verbal maupun non verbal seperti menggunakan simbol-simbol, isyarat, gerak tubuh, bunyi-bunyian. Dengan komunikasi verbal manusia akan dengan mudah dan sesegera mungkin memenuhi keinginan atau kebutuhannya.

Sejak kecil bagi anak yang mendengar, ia mampu belajar bahasa atau bicara dengan cara meniru kata-kata sebagai hasil dari kemampuan mendengar dari lingkungannya. Anak mampu menangkap dan meniru sederetan bunyi yang berarti (bermakna) yaitu berupa kata-kata, kalimat, bentuk kata, gagasan ataupun iramanya dan ia berupaya untuk memperbaiki ucapannya sampai ucapan kata-katanya sama benar dengan kata-kata yang didengarnya, dan ia mencoba mengucapkan kembali ucapannya.

Lain halnya dengan anak tunarungu, ia tidak mampu mendengar atau menangkap kata-kata atau pembicaraan orang lain melalui pendengarannya, ia hanya mampu melihat atau menangkap pembicaraan orang lain atau lawan bicaranya melalui gerak bibir dengan kemampuan daya lihat (mata), matalah yang mengalih fungsi atau menutupi hal-hal yang kurang yang tidak didapat dari pendengarannya.

Pemerolehan dan perkembangan bahasa berkaitan erat dengan kemampuan pendengaran seseorang, karena pemerolehan dan perkembangan bahasa dalam prosesnya banyak dipengaruhi oleh sedikit banyaknya akses bunyi-bunyi dari lingkungan, khususnya akses bunyi bahasa yang tumbuh dan berkembang di


(8)

2

lingkungannya, walaupun sebenarnya akses pendengaran bukan satu-satunya penentu pemerolehan dan perkembangan bahasa seseorang.

Berbahasa bagi manusia memegang peranan penting dalam menempuh kehidupannya antara lain usaha mengembangkan diri, menyesuaikan diri, peranan hidup di masyarakat, kontrak sosial dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan, serta pembentukan proses belajarnya. Dengan kata lain berbahasa memegang peranan penting dalam hidup dan kehidupan manusia yang berada di dalam lingkungannya (masyarakat bahasa).

Menurut Munandar dan kawan-kawan (2009, hlm. 4) bahwa perkembangan bahasa anak tunarungu terhenti sampai pada fase meraban karena adanya hambatan pendengaran yang dimilikinya, anak tunarungu tidak memperoleh umpan balik (feedback) dari bunyi raban yang dikeluarkannya dan tidak dapat menangkap berbagai informasi bunyi dan bahasa dari lingkungannya. Akhirnya bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi terhenti, misalnya dengan isyarat saja.

Anak tunarungu mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa atau bicaranya sebagai akibat kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, baik terjadi sejak kecil atau setelah dilahirkan, sehingga menyebabkan kekurangan atau kehilangan dalam kemampuan mendengar. Keterbatasan kemampuan mendengar inilah yang menjadi hambatan dalam perkembangan bahasa atau bicaranya, dan dampak inipun membawa dampak-dampak lainnya yang meminta perhatian, pelayanan, pengertian dan kesempatan sebaik-baiknya yang diberikan kepada anak tunarungu.

Adapun dampak dari ketunarunguannya yaitu miskin dalam kosa kata, sulit memahami kata-kata abstrak, sulit mengartikan kata-kata yang mengandung kiasan, adanya gangguan bicara, maka hal-hal itu merupakan sumber masalah pokok bagi anak tunarungu.

Menurut Munandar dan kawan-kawan (2009, hlm. 5) bahwa kesadaran bunyi merupakan kemampuan dasar untuk anak tunarungu memiliki kemampuan berbahasa dan berbicara yang merupakan komponen komunikasi.


(9)

Upaya ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan fungsi pendengaran yang masih dimilikinya dan memanfaatkan kemampuan dalam merasakan getaran. Ini dapat dilakukan karena pada umumnya organ bicara anak tunarungu tidak mngalami gangguan akan tetapi kaku karena terhenti karena fase meraban. Artinya organ bicaranya masih dapat dilatih untuk digunakan berbicara dan itu merupakan potensi yang dapat dikembangkan.

Menurut Munandar dan kawan-kawan (2009, hlm. 5) Pengembangan potensi yang mendasar adalah dengan terus menstimuli fungsi pendengaran dalam kesadaran bunyi dan kemampuan merasakan getaran disertai pengembangan kemampuan bicaranya dalam kesadaran linguistik. Fungsi pendengaran dan kemampuan merasakan getaran dapat dilatih dengan latihan mendengarkan dan merasakan berbagai bunyi, membedakan bunyi, menunjuk sumber bunyi, bergerak ke arah sumber bunyi, dan lain-lain.

Di dunia ini penuh dengan bunyi baik itu bunyi yang berasal dari alam, manusia, hewan, kendaraan dan masih banyak lagi macamnya. Setiap orang pada umumnya bisa mendengarkan bunyi itu, karena adanya bunyi dunia jadi lebih hidup dan berwarna. Namun semua itu tidak berlaku pada seseorang yang mengalami ketunarunguan. Dunia anak tunarungu itu sunyi mereka tidak sadar bahwa dunia itu penuh dengan bunyi. Semua itu terjadi karena ketunarunguan yang mereka alami. Untuk itu anak tunarungu perlu disadarkan akan adanya bunyi melalui latihan kesadaran bunyi. Latihan kesadaran bunyi dalam kurikulum sekolah untuk penyandang tunarungu dikenal dengan bina komunikasi persepsi bunyi dan irama yang disingkat dengan BKPBI.

Pembelajaran BKPBI termasuk program wajib yang harus diberikan dan dikembangkan di sekolah untuk anak tunarungu. Program BKPBI diberikan kepada siswa tunarungu tanpa membedakan awal masuknya ke sekolah, baik yang masuk di usia dini maupun yang sudah terlambat masuknya. Untuk siswa tunarungu tanpa membedakan berat ringannya ketunarunguan yang di derita, baik siswa yang tergolong ringan, sedang, berat maupun tunarungu total, maupun kepada siswa baik yang memakai alat bantu dengar atau tidak memakai alat bantu dengar. Semuanya harus memperoleh program khusus BKPBI dengan benar dan terprogram secara rutin. Hal ini tentu saja dengan yang digariskan dalam


(10)

4

kurikulum BKPBI Depdiknas 2007, bahwa sasaran dalam kurikulum BKPBI adalah untuk semua siswa tunarungu mulai dari TKLB, SDLB, sampai dengan SMPLB

Untuk itu, di Sekolah Luar Biasa perlunya ada program atau latihan-latihan untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran bagi siswa, yang mana mereka perlu diberikan pengalaman belajar dan latihan-latihan, sedangkan bagi mereka yang mengalami ketunarunguan sangat berat diberikan latihan-latihan pembinaan dan penghayatan terhadap semua bunyi-bunyi yang ada di sekelilingnya agar perasaan vibrasinya dapat dioptimalkan untuk kegiatan meningkatkan kemampuan berbahasanya.

Berangkat dari hal diatas peneliti melakukan penelitian, tepatnya di SLB Negeri B Garut. Peneliti memilih tempat itu untuk dijadikan tempat penelitian karena peneliti melihat sekolah ini sudah menerapkan pembelajaran BKPBI yang sangat baik untuk menunjang kemampuan siswa dalam meningkatkan kesadaran bunyi untuk meningkatkan fungsi pendengarannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pembina sekaligus guru di sekolah ini, ternyata memang ada pembelajaran tentang kesadaran bunyi dimana semua anggotanya adalah siswa-siswi dari SLB Negeri B Garut. Mata pelajaran ini yaitu melatih atau merangsang pendengaran mereka agar bisa merespon bunyi melalui pembelajaran BKPBI.

Berdasarkan pemikiran dan berbagai permasalahan yang dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN BKPBI UNTUK MENGOPTIMALKAN FUNGSI PENDENGARAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI B GARUT.


(11)

B. FokusMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian kualitatif ini adalah : bagaimanalatihan kesadaran bunyi melalui pembelajaran BKPBI dalam mengoptimalkan fungsi pendengaran bagi siswa tunarungu kelas IV SDLB di SLB Negeri B Garut?

Agar penelitian ini tepat pada sasaran, maka permasalahan ini dapat diidentifikasikan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakan program latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran bagi siswa tunarungu kelas IV di SLB Negeri B Garut?

2. Bagaimanakah pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran bagi siswa tunarungu kelas IV di SLB Negeri B Garut?

3. Bagaimanakah mengevaluasi latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran bagi siswa tunarungu kelas IV di SLB Negeri B Garut?

4. Permasalahan apa saja yang dihadapi dan upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran BKPBI untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran bagi siswa tunarungu kelas IV di SLB Negeri B Garut?

C. TujuandanKegunaanPenelitian 1. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini memiliki beberapa tujuan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang ada dalam penelitian, diantaranya untuk mengetahui :

a. Gambaran program latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran bagi siswa di SLB Negeri B Garut.

b. Gambaran pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran bagi siswa di SLB Negeri B Garut.


(12)

6

c. Gambaran evaluasi latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran bagi siswa di SLB Negeri B Garut.

d. Permasalahan yang dihadapi guru dan upaya untuk mengatasi permasalahan dalam mengoptimalkan fungsi pendengaran melalui pembelajaran BKPBI bagi siswa tunarungu di SLB Negeri B Garut. 2. Kegunaan Penelitian

Secara umum hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan baik bagi sekolah-sekolah atau para guru dalam meningkatkan kemampuan kesadaran bunyi melalui pembelajaran BKPBI untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran.

a. Bagi sekolah:

Bagi sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak tunarungu, khususnya dalam pembelajaran BKPBI dapat mengacu baik pada penyususnan program maupun pengadaan sarana maupun prasarana.

b. Bagi guru:

Para guru dapat mengikuti cara penyusunan program, menentukan materi, penggunaan media, penggunaan sarana dan prasarana, cara mengevaluasi dan mengantisipasi serta mengatasi permasalahan yang muncul dalak pembelajaran BKPBI.


(13)

(14)

Erda Purnawati Atmaja, 2014

Latihan KesadaranBunyiDalamPembelajaran BKPBI

UntukMengoptimalkanFungsiPendengaranBagiSiswaTunarungu IV SDLB Di SLB NegeriB Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Berdasarkan beberapa pertimbangan dan agar penelitian ini lebih refresentatif, maka penelitian ini dilakukan di SLB Negeri B Garut yang beralamat di Jalan Rumah Sakit Umum No. 62 Garut.

Penelitian dilakukan di kelas IV SDLB dengan jumlah siswa tiga orang, satu laki-laki dan dua perempuan dengan inisial nama D, R dan N. Adapun alasan pertama dilakukan penelitian ini adalah karena pada saat pertama kali mewawancarai guru kelas bahwa ada beberapa siswa yang masih memiliki sisa dari pendengaran siswa, itu semua terbukti pada saat ada suara-suara keras seperti suara pintu yang ditutup keras, suara orang yang berteriak dan suara petir siswa merasa kaget dan menepuk dada. Ini menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang mengoptimalkan fungsi pendengaran anak melalui latihan kesadaran bunyi di SLB Negeri B Garut.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bermaksud untuk memahami, mengungkapkan dan menjelaskan berbagai gambaran tentang fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, yang selanjutnya akan dirangkum menjadi sebuah kesimpulan yang berupa kesimpulan deskriptif berdasarkan data dari hasil penelitian yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.

Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini karena dianggap paling tepat atau sesuai untuk menggambarkan dan menjelaskan bagaimana upaya guru dalam mengembangkan kemampuan kesadaran bunyi pada anak tunarungu yang ada di sekolah khusus tunarungu.


(15)

Adapun prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berfikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis.

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang mana peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, dan pada akhirnya membuat kesimpulan atas temuannya.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen

Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data dalam penelitian. Pada penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitiannya adalah peneliti sendiri.

Sebagai instrumen penelitian, maka peneliti menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi yang sebelumnya di buat dulu dalam kisi-kisi alat pengumpul data. Adapun pedoman wawancara berisikan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Guru dan Kepala Sekolah yang disesuaikan dengan fokus penelitian. Sedangkan pedoman observasi berisikan tentang aspek-aspek yang akan diobservasi.

Pedoman wawancara dan pedoman observasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

KISI – KISI ALAT PENGUMPUL DATA

No Aspek yang diungkap Teknik

pengumpul data Narasumber 1. Program latihan kesadaran bunyi

dalam pembelajaran BKPBI.

Wawancara dan observasi

Guru dan kepala sekolah


(16)

22

2. Pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

Wawancara dan observasi

Guru dan murid

3. Evaluasi latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

Wawancara dan observasi

Guru

4. Masalah yang dialami dan cara mengatasi dalam latihan kesadaran bunyi pada pembelajaran BKPBI.

Wawancara dan observasi

Guru, kepala sekolah dan murid

Tabel 2.1

PEDOMAN WAWANCARA Aspek yang

diungkap Pertanyaan Narasumber Jawaban

Program latihan kemampuan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI

Program apa saja yang dibuat dalam latihan kemampuan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

Guru dan kepala

sekolah

Bagaimanakah cara merumuskan tujuan dalam latihan kesadaran bunyi terhadap anak?

Guru dan kepala

sekolah Materi apa saja yang

diberikan dalam latihan kesadaran bunyi?

Guru dan kepala

sekolah Bagaimana cara melakukan

asesmen dalam latihan


(17)

kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI? Metode dan pendekatan apa saja yang digunakan untuk latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

Guru

Sarana dan prasarana apa saja yang diperlukan untuk latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI? Guru Pelaksanaan latihan kemampuan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI

Persiapan apa saja yang dilakukan dalam latihan kesadaran bunyi?

Guru

Bagaimanakah cara pembuatan RPP dalam pembelajaran BKPBI?

Guru

Bagaimana kegiatan yang dilakukan dalam pada latihan kemampuan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

Guru

Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut?

Guru Kapan dan berapa lama

pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dilakukan?

Guru

Evaluasi latihan

Bagaimana evaluasi latihan kesadara bunyi dalam


(18)

24

kemampuan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI

pembelajaran BKPBI? Alat apa saja yang digunakan dalam evaluasi?

Guru

Kapan pelaksanaan evaluasi dilakukan?

Guru Masalah yang

dialami dan cara mengatasi dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI

Hambatan apa saja yang dialami dalam pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

Guru

Hambatan apa yang ditemui dalam penggunaan ABD?

Guru

Hambatan apa saja yang dialami dengan orang tua siswa?

Guru dan kepala

sekolah Bagaimana cara mengatasi

hambatan yang muncul dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

Guru dan kepala

sekolah

Bagaiman cara mengatasi hambatan yang berkaitan dengan penggunaan ABD dalam pembelaajaran BKPBI?

Guru dan kepala

sekolah

Bagaimana cara mengatasi hambatan yang berkaitan dengan kurangnya tenaga yang terampil dalam pembelajaran BKPBI?

Guru dan kepala


(19)

Bagaimana cara mengatasi hambatan yang berkaitan dengan sarana dan prasana?

Guru dan kepala

sekolah

Tabel 2.2

PEDOMAN WAWANCARA BAGI GURU

TENTANG PROGRAM LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN BKPBI

No Pertanyaan Jawaban

1. Program apa saja yang dibuat dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

2. Bagaimanakah cara Merumuskan tujuan dalam latihan kesadaran bunyi terhadap anak?

3. Materi apa saja yang diberikan dalam latihan kesadaran bunyi?

4. Bagaimana cara melakukan asesmen dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

5. Metode dan pendekatan apa saja yang digunakan untuk latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?


(20)

26

diperlukan untuk latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

Tabel 2.3

PEDOMAN WAWANCARA BAGI GURU TENTANG PELAKSANAAN

LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN BKPBI

No Pertanyaan Jawaban

1. Persiapan apa saja yang dilakukan dalam latihan kesadaran bunyi?

2. Bagaimanakah cara pembuatan RPP dalam pembelajaran BKPBI?

3. Bagaimana kegiatan yang dilakukan dalam pada latihan kemampuan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

4. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut?

5. Kapan dan berapa lama pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dilakukan?


(21)

Tabel 2.4

PEDOMAN WAWANCARA BAGI GURU TENTANG EVALUASI

LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN BKPBI

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimanakah evaluasi latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

2. Alat apa saja yang digunakan dalam evaluasi?

3. Kapan pelaksanaan evaluasi dilakukan?


(22)

28

Tabel 2.5

PEDOMAN WAWANCARA BAGI GURU

TENTANG MASALAH YANG DIALAMI DAN CARA MENGATASI DALAM LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN

BKPBI

No Pertanyaan Jawaban

1. Hambatan apa saja yang dialami dalam pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI? 2. Hambatan apa yang ditemui dalam

penggunaan ABD?

3. Hambatan apa saja yang dialami dengan orang tua siswa?

4. Bagaimanakah cara mengatasi hambatan yang muncul dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

5. Bagaimana cara mengatasi hambatan yang berkaitan dengan penggunaan ABD dalam pembelajaran BKPBI? 6. Bagaimana cara mengatasi hambatan

yang berkaitan dengan kurangnya tenaga yang terampil dalam pembelajaran BKPBI?

7. Bagaimana cara mengatasi hambatan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana?


(23)

Tabel 2.6

PEDOMAN WAWANCARA BAGI KEPALA SEKOLAH TENTANG PROGRAM LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM

PEMBELAJARAN BKPBI

No Pertanyaan Jawaban

1. Program apa saja yang dibuat dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI?

2. Bagaimanakah cara Merumuskan tujuan dalam latihan kesadaran bunyi terhadap anak?

3. Materi apa saja yang diberikan dalam latihan kesadaran bunyi?


(24)

30

Tabel 2.7

PEDOMAN WAWANCARA BAGI KEPALA SEKOLAH TENTANG MASALAH YANG DIALAMI DAN CARA MENGATASI DALAM LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN

BKPBI

No Pertanyaan Jawaban

1. Hambatan apa saja yang dialami dengan orang tua siswa?

2. Bagaimanakah cara mengatasi hambatan yang muncul dalam latihan kesadaran dalam pembelajaran BKPBI?

3. Bagaimana cara mengatasi hambatan yang berkaitan dengan penggunaan ABD dalam pembelajaran BKPBI?

4. Bagaimana cara mengatasi hambatan yang berkaitan dengan kurangnya tenaga yang terampil dalam pembelajaran BKPBI? 5. Bagaimana cara mengatasi

hambatan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana?


(25)

Tabel 3.1

PEDOMAN OBSERVASI

Aspek yang diungkap Aspek yang diobservasi Hasil observasi program latihan

kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

Program yang dibuat oleh guru pada latihan kesaaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI. Materi yang disusun oleh guru pada latihan kesaaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI. Perlengkapan/ fasilitas yang digunakan dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

Pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

Upaya atau kegiatan yang dilakukan dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI. Kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran BKPBI.

Proses pembelajaran BKPBI.

Waktu pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.


(26)

32

Motivasi anak dalam pembelajaran BKPBI. Peran serta kepala sekolah pada latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI. Evaluasi latihan

kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

Evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI. Masalah yang dialami

dan cara mengatasi dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

Hambatan-hambatan pada latihan kesadaran

bunyi dalam

pembelajaran BKPBI. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hambatan.


(27)

Tabel 3.2

PEDOMAN OBSERVASI BAGI GURU TENTANG PROGRAM LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN BKPBI

No. Aspek yang diobservasi Hasil observasi

1. Program yang dibuat oleh guru pada latihan kesaaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

2. Materi yang disusun oleh guru pada latihan kesaaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

3. Perlengkapan/ fasilitas yang digunakan dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.


(28)

34

Tabel 3.3

PEDOMAN OBSERVASI BAGI GURU TENTANG PELAKSANAAN LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN BKPBI

No. Aspek yang diobservasi Hasil observasi

1. Upaya atau kegiatan yang dilakukan dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

2. Kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran

BKPBI.

3. Proses pembelajaran BKPBI.

4. Waktu pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI. 5. Motivasi siswa dalam pelaksanaan

latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

6. Peran serta kepala sekolah pada latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.


(29)

Tabel 3.4

PEDOMAN OBSERVASI BAGI GURU TENTANG EVALUASI LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN BKPBI

No. Aspek yang diobservasi Hasil observasi 1. Evaluasi yang dilakukan oleh guru

dalam latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.


(30)

36

Tabel 3.5

PEDOMAN OBSERVASI BAGI GURU TENTANG MASALAH YANG DIALAMI DAN CARA MENGATASI LATIHAN KESADARAN BUNYI

DALAM PEMBELAJARAN BKPBI

No. Aspek yang diobservasi Hasil observasi

1. Hambatan-hambatan pada latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hambatan.


(31)

Tabel 3.6

PEDOMAN OBSERVASI BAGI SISWA TENTANG PELAKSANAAN LATIHAN KESADARAN BUNYI DALAM PEMBELAJARAN BKPBI

No. Aspek yang diobservasi Hasil observasi 1. Motivasi siswa dalam pelaksanaan

latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan sejumlah data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini, data yang dibutuhkan adalah semua faktor yang berhubungan dengan upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan kesadaran bunyi pada siswa tunarungu di SLB Negeri B Garut.

Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode wawancara. Sedangkan metode penunjang yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi.

a. Observasi

1) Pengertian Observasi

Observasi adalah teknik untuk mengenal secara langsung maupun tidak langsung kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti berperan serta secara lengkap. Peneliti ikut langsung dalam proses pembelajaran dan kegiatan lainnya selama penelitian berlangsung. Dengan demikian, peneliti lebih leluasa dalam mengumpulkan data sedalam-dalamnya.


(32)

38

Menurut Patton dalam Nasution (1988) yang dikutip oleh Sugiyono (2003, hlm. 228) dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:

a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik dan menyeluruh. b) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung,

sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan dan discovery.

c) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d) Dengan observasi, peneliti dapat menemkan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Maka dari semua itu dapat dikatakan bahwa melalui teknik observasi ini, diharapkan dapat memperoleh informasi tentang upaya guru dalam mengoptimalkan fungsi pendengaran melalui latihan kesadaran bunyi pada anak tunarungu di SLB Negeri B Garut.


(33)

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksi makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada guru pengajar dan kepala sekolah di SLB Negeri B Garut. Adapun jenis wawancara dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan menggunakan petunjuk wawancara. Dalam hal ini peneliti telah membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan dinyatakan dalam proses wawancara. Dengan metode wawancara ini, data dapat diperoleh secara langsung dari narasumber.

c. Studi Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis, diurau, dibandingkan, dan dipadukan membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.

D. Pengujian Keabsahan Data

Teknik pengujian keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan triangulasi, yang diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi metode atau cara pengumpulan data ganda yang antara lain dengan pengamatan, wawancara dan analisis dokumen. Data akurat diperoleh dengan cara waancara diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dicocokkan dengan informasi penelitian dan apabila dapat ditempuh, data tersebut dicocokkan dengan dokumen yang diperoleh.

Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang


(34)

40

yang tidak perlu, di organisasi dengan cara sedemikian rupa, kemudian dilakukan

crosscheck atau di sek silang diantara ketiga data tersebut. Setiap sumber data di

cek silang diantara ketiga data tersebut. Setiap sumber data di cek silang dengan dua sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan, karena data akhir yang didapat merupakan hasil perbandingan dari sumber data yang ada.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Pendapat Nasution yang dikutip oleh Sugiyono (2013, hlm. 245) yaitu “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Namun dalam penelitian kualitatif ini, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2013, hlm. 246) mengemukakan bahwa ada tiga langkah analisis data kualitatif, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat ditarik dan diverivikasi.

Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh dikelompokkan menjadi beberapa bagian antara lain:

a. Data-data tentang kondisi objektif latihan kesadaran bunyi anak tunarungu di SLB Negeri B Garut.


(35)

b. Data-data tentang upaya yang dilakukan guru dalam latihan kesadaran bunyi pada anak tunarungu di SLB Negeri B Garut.

c. Data-data tentang fasilitas yang menunjang dalam latihan kesadaran bunyi pada anak tunarungu di SLB Negeri B Garut.

d. Data-data tentang upaya yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam latihan kesadaran bunyi pada anak tunarungu di SLB Negeri B Garut. e. Data-data tentang hambatan yang dialami dan upaya yang dilakukan

untuk mengatasi hambatan dalam latihan kesadaran bunyi pada anak tunarungu di SLB Negeri B Garut.

2. Penyajian Data (data display)

Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tesusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lazim digunakan dalam langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Data yang diperoleh dari awal, dicari hubungan hal-hal yang sering timbul dan dicari tema kemudian ditarik kesimpulan sementara. Pada mulanya kesimpulan itu masih kabur dan belum jelas, akan tetapi dengan semakin bertambahnya data, maka kesimpilan itu akan lebih valid setelah seluruh proses analisis dilakukan sehingga kesimpulan akhirnya dapat diambil. Penarikan kesimpulan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga adanya tafsir dari pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu, kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menjaga kepercayaan penelitian.

Langkah terakhir dalam analisis data, peneliti melakukan penafsiran atau interpretasi terhadap data yang telah dideskripsikan dan membandingkannya dengan teori-teori yang relevan agar data-data tersebut memiliki warna.


(36)

Erda Purnawati Atmaja, 2014

Latihan KesadaranBunyiDalamPembelajaran BKPBI

UntukMengoptimalkanFungsiPendengaranBagiSiswaTunarungu IV SDLB Di SLB NegeriB Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

66 BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Simpulan

Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan kesadaran bunyi di dalam pembelajaran BKPBI dapat mengoptimalkan sisa dari pendengaran anak Tunarungu. Kesimpulan itu dapat diambil karena melalui proses latihan yang dilakukan oleh guru dapat terlihat perbandingannya sebelum dan sesudah dilakukan latihan ternyata kepekaan siswa terhadap bunyi lebih meningkat.

Pertanyaan pada fokus masalah yang terdapat di dalam bab I dan hasilnya dapat dijawab di dalam bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa latihan kesadaran bunyi dapat mengoptimalkan fungsi pendengaran pada anak tunarungu.

1. Program latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI di SLB Negeri B Garut ini, menurut guru BKPBI semuanya sudah baik yang mana didalam program itu guru BKPBI telah lebih dulu mengasesmen, merumuskan tujuan, menentukan metode, melakukan pendekatan serta menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran BKPBI agar berjalan dengan lancar.

2. Di dalam pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI ini secara umum sudah baik, semua itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh guru BKPBI itu sendiri bahwa sebelum latihan kesadaran bunyi itu dilaksanakan guru BKPBI telah lebih dulu menyiapkan siswa yang nantinya akan mengikuti kegiatan pembelajaran BKPBI, menyiapkan tempat atau ruangan khusus BKPBI, menyiapkan alat-alat untuk menunjang kegiatan pembelajaran BKPBI, serta hal-hal


(37)

lainnya yang akan menunjang didalam proses latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI ini.

3. Menurut guru BKPBI yang

telahdiwawancaraolehpenelitibahwacaramengevaluasi di

dalampembelajaran BKPBI

melaluilatihankesadaranbunyiinidenganmelakukanteskepadasiswadanpe ngamatanatauobservasidalamkegiatanpembelajaran BKPBI

berlangsungbaik, dan semua

itudilakukansecaraindividumaupunberkelompok.

4. Adapunpermasalahan yang

dihadapidalamlatihankesadaranbunyiinimenurut guru BKPBI yaitu dalam hal saranadanprasarana yang masihbelummemadaimulai dari ruangan yang belum maksimal, perlengkapan sistem, serta alat-alat penunjang lainnya, selain itu jugaadalahmasihkurangnyatenagapendidik

yang berkompotendalambidang BKPBI

sertabelumsemuaanakmemakaialat bantu dengar. Sedangkanupayauntukmengatasimasalah yang dihadapiitumenurut guru BKPBI adalahdengancaramengkomunikasikandenganpihak-pihak yang terkaitbaikitukepalasekolah, guru-guru, sertaorangtua, kemudianmenentukansolusinyasecarabersama-sama agar mendapatkanhasilyang sesuaidengan yang diharapkan, sedangkan dalam hal yang berkaitan dengan ABD maka guru BKPBI mengkomunikasikankepadaorangtuasiswatentangbagaimanapentingnyap

enggunaanalat bantu

dengardanbagaimanacarapemakaiansertacaraperawatannya yang baikdanbenar agar alat bantu dengaritudapatterjagadanterpelihara, sedangkan yang berkaitandengankurangnyatenaga yang

terampildalampembelajaran BKPBI

adalahdengancaramencarireverensiataubuku-bukusumber yang berkaitandengan BKPBI, dan mengikutipelatihan-pelatihanataupenataran yang berkaitandengan BKPBI,


(38)

68

Sedangkandidalamsaranadanprasaranamenurut guru BKPBI cara untuk mengatasinyaadalahdengancaramengkomunikasikasndengankepalasekol ahtentangfasilitas-fasilitasapasaja yang dibutuhkan di dalampembelajaran BKPBI.

B. Implikasi

Kesadaran bunyi merupakan kemampuan dasar untuk anak tunarungu memiliki kemampuan berbahasa dan berbicara yang merupakan komponen komunikasi. Sehingga jika latihan kesadaran bunyi ini dilakukan secara baik dan terus menerus, maka anak tunarungu akan sadar bahwa di sekitarnya itu terdapat berbagai macam bunyi termasuk juga bunyi bahasa.

Dengan Memanfaatkan fungsi pendengaran yang masih dimiliki dan kemampuan dalam merasakan getaran, akan menunjang terhadap kemampuan kesadaran bunyi dan kesadaran linguistik anak tunarungu, karena kesadaran bunyi dan kesadaran linguistik merupakan kemampuan dasar bagi anak tunarungu di dalam kemampuan berbahasa dan bicara yang menjadi komponen utama dalam komunikasi.

Jadi penting sekali bagi anak tunarungu untukmengoptimalkan fungsi dari sisa pendengarannya melalui latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.


(39)

Erda Purnawati Atmaja, 2014

Latihan KesadaranBunyiDalamPembelajaran BKPBI

UntukMengoptimalkanFungsiPendengaranBagiSiswaTunarungu IV SDLB Di SLB NegeriB Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Erda Purnawati Atmaja lahir di Garut pada tanggal 04 Oktober 1985. Anak kedua dari lima bersaudara, lahir dari pasangan bapak Samsa Atmaja dan ibu Siti Sofiah.

Penulis pertama kali mendapatkan pendidikan formal pada tahun 1992 di SDN Selaawi II (sekarang SDN Mekarsari I) dan selesai pada tahun 1998. Setelah itu dilanjutkan ke SMPN I Selaawi dan selesai pada tahun 2001. Tahun 2004 menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMUN I Limbangan Garut (sekarang SMAN 13 Garut), Tamat dari SMUN I Limbangan penulis melanjutkan pendidikan Diploma II PGSD/MI di Universitas Garut dan selesai pada tahun 2006. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi melalui program kerjasama di Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis kuliah di UPI dengan jurusan Pendidikan Khusus dengan mengambil spesialis Tunarungu (B) dimulai pada tahun 2010 sampai 2014.

Penulis pernah bekerja sebagai tenaga Guru honorer di SDN Mekarsari 1 dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, dan sekarang penulis bekerja sebagai tenaga Guru honorer di SLB B-C YGP BL. Limbangan.


(1)

yang tidak perlu, di organisasi dengan cara sedemikian rupa, kemudian dilakukan

crosscheck atau di sek silang diantara ketiga data tersebut. Setiap sumber data di cek silang diantara ketiga data tersebut. Setiap sumber data di cek silang dengan dua sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan, karena data akhir yang didapat merupakan hasil perbandingan dari sumber data yang ada.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Pendapat Nasution yang dikutip oleh Sugiyono (2013, hlm. 245) yaitu “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Namun dalam penelitian kualitatif ini, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2013, hlm. 246) mengemukakan bahwa ada tiga langkah analisis data kualitatif, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat ditarik dan diverivikasi.

Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh dikelompokkan menjadi beberapa bagian antara lain:

a. Data-data tentang kondisi objektif latihan kesadaran bunyi anak tunarungu di SLB Negeri B Garut.


(2)

b. Data-data tentang upaya yang dilakukan guru dalam latihan kesadaran bunyi pada anak tunarungu di SLB Negeri B Garut.

c. Data-data tentang fasilitas yang menunjang dalam latihan kesadaran bunyi pada anak tunarungu di SLB Negeri B Garut.

d. Data-data tentang upaya yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam latihan kesadaran bunyi pada anak tunarungu di SLB Negeri B Garut. e. Data-data tentang hambatan yang dialami dan upaya yang dilakukan

untuk mengatasi hambatan dalam latihan kesadaran bunyi pada anak tunarungu di SLB Negeri B Garut.

2. Penyajian Data (data display)

Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tesusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lazim digunakan dalam langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Data yang diperoleh dari awal, dicari hubungan hal-hal yang sering timbul dan dicari tema kemudian ditarik kesimpulan sementara. Pada mulanya kesimpulan itu masih kabur dan belum jelas, akan tetapi dengan semakin bertambahnya data, maka kesimpilan itu akan lebih valid setelah seluruh proses analisis dilakukan sehingga kesimpulan akhirnya dapat diambil. Penarikan kesimpulan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga adanya tafsir dari pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu, kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menjaga kepercayaan penelitian.

Langkah terakhir dalam analisis data, peneliti melakukan penafsiran atau interpretasi terhadap data yang telah dideskripsikan dan membandingkannya dengan teori-teori yang relevan agar data-data tersebut memiliki warna.


(3)

Erda Purnawati Atmaja, 2014

Latihan KesadaranBunyiDalamPembelajaran BKPBI

UntukMengoptimalkanFungsiPendengaranBagiSiswaTunarungu IV SDLB Di SLB NegeriB Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

66 BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Simpulan

Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan kesadaran bunyi di dalam pembelajaran BKPBI dapat mengoptimalkan sisa dari pendengaran anak Tunarungu. Kesimpulan itu dapat diambil karena melalui proses latihan yang dilakukan oleh guru dapat terlihat perbandingannya sebelum dan sesudah dilakukan latihan ternyata kepekaan siswa terhadap bunyi lebih meningkat.

Pertanyaan pada fokus masalah yang terdapat di dalam bab I dan hasilnya dapat dijawab di dalam bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa latihan kesadaran bunyi dapat mengoptimalkan fungsi pendengaran pada anak tunarungu.

1. Program latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI di SLB Negeri B Garut ini, menurut guru BKPBI semuanya sudah baik yang mana didalam program itu guru BKPBI telah lebih dulu mengasesmen, merumuskan tujuan, menentukan metode, melakukan pendekatan serta menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran BKPBI agar berjalan dengan lancar.

2. Di dalam pelaksanaan latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI ini secara umum sudah baik, semua itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh guru BKPBI itu sendiri bahwa sebelum latihan kesadaran bunyi itu dilaksanakan guru BKPBI telah lebih dulu menyiapkan siswa yang nantinya akan mengikuti kegiatan pembelajaran BKPBI, menyiapkan tempat atau ruangan khusus BKPBI, menyiapkan alat-alat untuk menunjang kegiatan pembelajaran BKPBI, serta hal-hal


(4)

lainnya yang akan menunjang didalam proses latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI ini.

3. Menurut guru BKPBI yang

telahdiwawancaraolehpenelitibahwacaramengevaluasi di

dalampembelajaran BKPBI

melaluilatihankesadaranbunyiinidenganmelakukanteskepadasiswadanpe ngamatanatauobservasidalamkegiatanpembelajaran BKPBI

berlangsungbaik, dan semua

itudilakukansecaraindividumaupunberkelompok.

4. Adapunpermasalahan yang

dihadapidalamlatihankesadaranbunyiinimenurut guru BKPBI yaitu dalam hal saranadanprasarana yang masihbelummemadaimulai dari ruangan yang belum maksimal, perlengkapan sistem, serta alat-alat penunjang lainnya, selain itu jugaadalahmasihkurangnyatenagapendidik

yang berkompotendalambidang BKPBI

sertabelumsemuaanakmemakaialat bantu dengar.

Sedangkanupayauntukmengatasimasalah yang dihadapiitumenurut guru BKPBI adalahdengancaramengkomunikasikandenganpihak-pihak yang terkaitbaikitukepalasekolah, guru-guru, sertaorangtua,

kemudianmenentukansolusinyasecarabersama-sama agar

mendapatkanhasilyang sesuaidengan yang diharapkan, sedangkan dalam hal yang berkaitan dengan ABD maka guru BKPBI mengkomunikasikankepadaorangtuasiswatentangbagaimanapentingnyap

enggunaanalat bantu

dengardanbagaimanacarapemakaiansertacaraperawatannya yang baikdanbenar agar alat bantu dengaritudapatterjagadanterpelihara, sedangkan yang berkaitandengankurangnyatenaga yang

terampildalampembelajaran BKPBI

adalahdengancaramencarireverensiataubuku-bukusumber yang

berkaitandengan BKPBI, dan


(5)

Sedangkandidalamsaranadanprasaranamenurut guru BKPBI cara untuk mengatasinyaadalahdengancaramengkomunikasikasndengankepalasekol ahtentangfasilitas-fasilitasapasaja yang dibutuhkan di dalampembelajaran BKPBI.

B. Implikasi

Kesadaran bunyi merupakan kemampuan dasar untuk anak tunarungu memiliki kemampuan berbahasa dan berbicara yang merupakan komponen komunikasi. Sehingga jika latihan kesadaran bunyi ini dilakukan secara baik dan terus menerus, maka anak tunarungu akan sadar bahwa di sekitarnya itu terdapat berbagai macam bunyi termasuk juga bunyi bahasa.

Dengan Memanfaatkan fungsi pendengaran yang masih dimiliki dan kemampuan dalam merasakan getaran, akan menunjang terhadap kemampuan kesadaran bunyi dan kesadaran linguistik anak tunarungu, karena kesadaran bunyi dan kesadaran linguistik merupakan kemampuan dasar bagi anak tunarungu di dalam kemampuan berbahasa dan bicara yang menjadi komponen utama dalam komunikasi.

Jadi penting sekali bagi anak tunarungu untukmengoptimalkan fungsi dari sisa pendengarannya melalui latihan kesadaran bunyi dalam pembelajaran BKPBI.


(6)

Erda Purnawati Atmaja, 2014

Latihan KesadaranBunyiDalamPembelajaran BKPBI

UntukMengoptimalkanFungsiPendengaranBagiSiswaTunarungu IV SDLB Di SLB NegeriB Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Erda Purnawati Atmaja lahir di Garut pada tanggal 04 Oktober 1985. Anak kedua dari lima bersaudara, lahir dari pasangan bapak Samsa Atmaja dan ibu Siti Sofiah.

Penulis pertama kali mendapatkan pendidikan formal pada tahun 1992 di SDN Selaawi II (sekarang SDN Mekarsari I) dan selesai pada tahun 1998. Setelah itu dilanjutkan ke SMPN I Selaawi dan selesai pada tahun 2001. Tahun 2004 menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMUN I Limbangan Garut (sekarang SMAN 13 Garut), Tamat dari SMUN I Limbangan penulis melanjutkan pendidikan Diploma II PGSD/MI di Universitas Garut dan selesai pada tahun 2006. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi melalui program kerjasama di Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis kuliah di UPI dengan jurusan Pendidikan Khusus dengan mengambil spesialis Tunarungu (B) dimulai pada tahun 2010 sampai 2014.

Penulis pernah bekerja sebagai tenaga Guru honorer di SDN Mekarsari 1 dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, dan sekarang penulis bekerja sebagai tenaga Guru honorer di SLB B-C YGP BL. Limbangan.


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN PAI DAN PROBLEMATIKANYA BAGI SISWA TUNARUNGU JENJANG SDLB KELAS III DI SLB NEGERI I GUNUNGKIDUL

0 3 103

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B DI SLBN – B GARUT.

4 40 47

PENGARUH MACROMEDIA FLASH TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS V DI SLB NEGERI B GARUT.

0 4 34

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU SLB-B NEGERI CICENDO : Studi Deskriptif Pada Siswa Tunarungu Kelas VII SMPLB di SLB-B Negeri Cicendo Kota Bandung.

0 1 18

PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG.

0 1 32

PENGEMBANGAN MEDIA CD INTERAKTIF PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI) BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS 1 SDLB-B DI SLB NEGERI METRO.

3 29 37

PROGRAM PEMBELAJARAN KOSA KATA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS II SDLB-B DI SLB NEGERI SUBANG.

0 0 46

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI) PADA KELAS TAMAN 1 DI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA.

0 6 110

KEMAMPUAN MENDISKRIMINASI BUNYI BAHASA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII DALAM PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI) DI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA.

4 51 155

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B DI SLBN – B GARUT - repository UPI S PLB 1106657 Title

0 1 4