PROSES PEMBELAJARAN TARI KREASI BAGI SISWA SLBN B TUNARUNGU CICENDO KOTA BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... ABSTRAK………...

DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL……….. DAFTAR GAMBAR………. DAFTAR LAMPIRAN……….

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Metode Penelitian... E. Teknik Pengumpulan Data ...

F. Manfaat Penelitian ... G. Lokasi dan Subyek Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A. Penelitian Terdahulu ... B. Pembelajaran Tari Kreasi ... Halaman i ii iv v viii ix x 1 1 5 6 6 7 10 10 11 11 11


(2)

1. Pengertian Pembelajaran Tari ... 2. Pengertian Tari Kreasi... 3. Pengertian Kreativitas ... C. Siswa Tunarungu ... 1. Pengertian Tunarungu ... 2. Klasifikasi Anak Dengan Hendaya Pendengaran ... 3. Pengelompokkan Klasifikasi Anak Tunarungu ... 4. Karakteristik Anak Tunarungu ... BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Metode Penelitian... B. Teknik Pengumpulan Data ...

C. Desain Penelitian ... D. Definisi Operasional... E. Instrumen Penelitian... F. Langkah-langkah Penelitian ...

G. Lokasi dan Subyek Penelitian ... H. Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Profil Sekolah ... B. Deskripsi Hasil Penelitian ... C. Hasil Pembelajaran Tari Kreasi Bagi Siswa SLB N B

11 13 14 18 18 21 23 26 28 28 30 32 33 35 36 37 38 41 41 46


(3)

Tunarungu Cicendo Kota Bandung ... D. Pembahasan Hasil Penelitian ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP

69 82 85 85 86 88 90


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kreativitas sangat penting dikembangkan bagi peserta didik. Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan itu tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya, kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas terletak pada kemampuan untuk melihat asosiasi antara hal-hal atau objek-objek yang sebelumnya tidak ada atau tidak tampak hubungannya.

Kondisi pembelajaran tari secara umum di sekolah luar biasa lainnya pada umumnya kurang bisa menggali kreativitas pada diri siswa masing-masing, bahkan terdapat sekolah yang tidak ada pembelajaran seni tari karena tidak adanya pendidik yang dapat mengajar di sekolah tersebut. Di SLBN B Cicendo Kota Bandung sebelum menggunakan proses pembelajaran tari kreasi, siswa hanya mengikuti pembelajaran tari secara peniruan saja seperti yang diberikan oleh guru tersebut tanpa mampu menggali kreativitas yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Pembelajaran tari kreasi ini dapat dirangsang melalui media gambar yang diberikan oleh guru, sehingga imajinasi masing-masing siswa dapat berbeda-beda setelah mereka melihat media gambar yang telah ditunjukan.


(5)

Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran menurut E. Mulyana (2005 : 163) terdapat empat prinsip tentang kreativitas. Pertama, kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Hampir semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, yang dikembangkan melalui seni atau penemuan-penemuan baru. Lebih jauh Gordon menekankan bahwa” kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan berlangsung sepanjang hayat”. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal tersebut dapat diekspresikan dan mungkin membantu orang secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Secara tradisional, kreativitas didorong oleh kesadaran yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa. Selain itu, penemuan kreatif ditandai oleh beberapa proses intelektual. Keempat, berpikir kreatif baik secara individu maupun kelompok adalah sama. Individu dan kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal.

Di dalam suatu pendidikan, tentu ada suatu pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan peserta didik, dimana proses pembelajaran tersebut bisa memunculkan sebuah kreativitas. Seperti yang diungkapkan oleh Ted Pollek (2002:4), “seseorang bisa menciptakan ide-ide yang baik, bagaimana mengatasi persoalan, atau mempunyai kegiatan tips, trik, dan macam-macam teknik lainnya”.

Kreativitas dapat muncul dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja juga termasuk pada siswa tunarungu, karena kreativitas itu sangat diperlukan oleh siswa


(6)

tunarungu. Dengan menggali kreativitas yang mereka miliki akan membawa dampak yang positif bagi siswa tunarungu itu sendiri, sehingga kreativitas ini diperlukan dalam pembelajaran yang bermuatan pola gerak karena tujuan akhir dari suatu program pembelajaran adalah perkembangan kemampuan kognitif dan kemampuan sosial melalui kegiatan individu maupun dalam kegiatan bersosialisasi. Perkembangan kognitif dan sosial melalui kreativitas gerak diharapkan dapat menimbulkan harga diri (self esteem) pada diri setiap ABK yang kelak sangat berguna saat mengarungi jangka kehidupan diri mereka masing-masing. Perkembangan gerak melalui program kreativitas dalam pemahaman siswa terhadap pengetahuan perkembangan gerak secara kognitif, sosial, afektif, dan perilaku yang bersifat fisik. Dengan demikian, perkembangan gerak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mampu mengembangkan keterampilan yang dimilikinya (Payne dan Isaac, 2005 : 4).

Kreativitas pada siswa di SLBN B Cicendo kurang berkembang dengan baik karena pada proses pembelajaran sebelumnya siswa hanya mengikuti pembelajaran tari bentuk yaitu berupa tari merak yang diberikan secara metode peniruan oleh guru tanpa siswa bisa mengembangkan kreativitas yang dimiliki oleh masing-masing siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kreativitas sangat penting diterapkan pada pelajaran seni tari, khususnya dalam pembelajaran seni tari untuk anak berkebutuhan khusus (ABK), khususnya siswa tunarungu.

Di negara-negara maju telah terjadi perubahan yang sangat mencolok dalam pendidikan untuk anak-anak dengan hendaya mendengar. Layanan pendidikan


(7)

mereka lebih di pengaruhi oleh hasil-hasil penelitian dari para ahli berkaitan dengan pemberian layanan khusus, perkembangan teknologi, dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang sangat menentukan peranan penting dalam pencapaian suatu pola layanan pendidikan (Watson, L. dalam Gregory, et. al., 1999: 1 dan 9)

Hendaya mendengar merupakan hambatan yang dianggap cukup besar bagi perkembangan berbahasa seseorang secara normal sehingga akan berpengaruh pula terhadap perkembangan sosial dan intelektual seseorang (Hallahan dan Kauffman, 1991:264). Berdasarkan pandangan fisiologikal dan edukasional terhadap hendaya mendengar, anak dengan hendaya mendengar dapat dikategorikan sebagai deaf dan

hearing impairment. Jadi, anak yang tidak mampu mendengar suara keras pada

tingkat di atas intensitas disebut sebagai deaf children, sedangkan mereka yang hanya mengalami kesulitan mendengar pada tingkat intensitas tertentu disebut sebagai hard

of hearing.

Penerapan pembelajaran seni tari pada siswa tunarungu di SLBN B Cicendo Kota Bandung, pendidik kurang mampu menggali kreativitas siswa karena siswa diajarkan tari bentuk yang setiap pembelajarannya harus diikuti terus menerus atau secara peniruan tanpa bisa menggali kreativitas yang dimiliki oleh setiap siswa, sehingga perkembangan siswa kurang maksimal untuk pembelajaran seni tari karena siswa hanya mengikuti apa yang disampaikan oleh pendidik tanpa mereka dapat mengerti secara langsung apa yang disampaikan oleh pendidik terutama mereka diposisikan sebagai anak berkebutuhan khusus.


(8)

Berdsarkan pada latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “ Proses Pembelajaran Tari Kreasi Bagi Siswa SLBN B Tunarungu Cicendo Kota Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Kemampuan guru dalam menggali bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan, minat serta perhatian anak merupakan salah satu syarat keberhasilan pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus (tunarungu). Demikian juga kemampuan guru dalam menguasai metode pendekatan serta strategi belajar mengajar yang cocok dengan materi yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus (tunarungu) diharapkan dapat meningkatkan kreativitas pada pembelajaran tari dan keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B Cicendo Kota Bandung?

2. Bagaimana hasil pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B Cicendo Kota Bandung setelah mengikuti proses pembelajaran tari kreasi?


(9)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu memberikan kesempatan pada siswa tunarungu untuk mengembangkan kreativitas secara optimal, sehingga siswa tunarungu dapat sejajar dengan anak normal lainnya.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B Cicendo Kota Bandung.

b. Mendeskripsikan hasil pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B Cicendo Kota Bandung.

D. Metode Penelitian

Metode yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, karena hanya berupaya menjabarkan suatu bentuk dan proses kegiatan penelitian, serta untuk menjabarkan hasil yang telah dilakukan dalam penelitian. Fokus kegiatan dalam penelitian ini yaitu proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu.

Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan untuk memperoleh data yang akan dipakai untuk melakukan penyelesaian suatu masalah dalam penelitian. Seperti yang di ungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2006 : 149)


(10)

“Menentukan cara bagaimana dapat diperoleh data mengenai variabel-variabel dalam penelitian, untuk menjawab rumusan masalah”.

Metode deskriptif analisis menurut ungkapan Sumadi Suryabrata (2003 : 75) “ Digunakan untuk membuat pencadaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”. Metode deskriptif analisis yang dimaksud di atas adalah pemaparan tentang penelitian yang telah dilakukan, dilihat dari proses penelitian, dan dari hasil penelitian yang diungkap melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara mengamati proses terjadinya suatu kegiatan. Observasi juga dapat dikatakan sebagai usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur. Observasi banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu dalam situasi sebenarnya ataupun dalam situasi buatan. Observasi ini dilakukan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan hasil penelitan untuk mengumpulkan data-data yang bersifat keperilakuan di kelas dan di sekolah pada saat melakukan proses pembelajaran.

Langkah awal dalam teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi. Kegiatan observasi ini dilakukan juga sebelum pelaksanaan penelitan


(11)

berlangsung, untuk mengetahui berbagai hal berkenaan dengan situasi dan kebutuhan di lapangan, agar proses penelitian berjalan dengan lancar. Observasi yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu selama proses pembelajaran berlangsung sampai dengan mencapai hasil yang diinginkan melalui pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan proses pembelajaran tari pada siswa kelas V SLBN B Cicendo Kota Bandung.

2. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi. Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui komunikasi secara lisan (tanya jawab) terhadap narasumber.

Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru seni budaya tentang pembelajaran seni tari mengenai kreativitas yang dimiliki oleh masing-masing siswa, serta kepada orang tua siswa untuk mengetahui kegiatan siswa pada saat dirumah. Teknik wawancara digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti. Adapun tujuan pelaksanaan wawancara terhadap guru seni budaya dan orang tua adalah untuk mendapatkan informasi yang benar-benar akurat, berhubung mereka merupakan subjek dan objek utama penelitian yang melaksanakan proses belajar mengajar langsung di lapangan.


(12)

3. Studi Dokumentasi

Dalam langkah teknik pengumpulan data, studi dokumentasi berperan cukup penting dalam penelitian, karena sebuah data tertulis yang sudah ada tidak akan lengkap dengan adanya data gambar saja. Studi dokumentasi juga bermanfaat untuk peneliti dimana peneliti bisa mempelajari ulang dari hasil yang telah direkam, melalui kamera foto atau dengan audio visual. Peneliti mengamati langsung, bagaimana proses kegiatan pembelajaran tari yang dilakukan oleh siswa SLBN B tunarungu.

4. Studi Literatur

Studi literatur yaitu pengumpulan data-data melalui buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian untuk dijadikan sumber dan landasan dalam memecahkan masalah yang diajukan.

Studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai sumber yang relevan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun sumber yang mendukung dalam penelitian ini yaitu, Bandi Delphie 2009 “Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus”, Utami Munandar S.C.U 1999 “ Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah”, Ted Pollek 2002 “Membentuk Pribadi Secara Kreatif”, serta sumber-sumber yang mendukung lainnya.


(13)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber masukan yang bermanfaat bagi berbagai pihak, manfaat yang didapat dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Guru Seni Tari SLBN B Cicendo

Dapat menerapkan model pembelajaran yang sekarang sedang diterapkan serta dapat menerapkan model-model pembelajaran yang lain pada masa yang akan datang.

2. Siswa SLBN B Cicendo

Untuk menggali motivasi siswa, sehingga dari rasa motivasi yang dimiliki oleh siswa dapat menggali kreativitas pada diri siswa itu sendiri.

3. Lembaga Sekolah SLBN B Cicendo

Mempunyai keperdulian terhadap siswa tunarungu agar pembelajaran seni tari dapat sejajar dengan siswa normal lainnya.

G.Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah di SLBN B tunarungu Cicendo yang beralamat di Jalan Cicendo no.2 Kota Bandung. 2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan yaitu siswa kelas V yang berjumlah 10 orang, diantaranya 4 orang siswa perempuan dan 6 orang siswa laki-laki.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis atau descriptive research. Melalui metode deskriptif analisis peneliti berusaha memaparkan secara jelas berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan. Menurut pernyataan Nana Sudjana dan Ibrahim (2001:64) “Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang telah terjadi pada saat sekarang (pada saat penelitian dilaksanakan)”. Dengan metode deskriptif analisis, peneliti berusaha merekam seluruh gejala atau peristiwa yang terjadi pada saat pelaksanaan metode kreatif di lapangan untuk kemudian dipaparkan sebagaimana adanya untuk menjawab semua pertanyaan. Berkaitan dengan metode deskriptif analisis Winarno Surakhmad (1989:39) menjelaskan sebagai berikut:

Data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Hakekat pemaparan adalah seperti orang merajut, setiap bagian ditelaah satu demi satu, dengan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena itu terjadi dalam konteks lingkungannya. Objektivitas pemaparan harus dijaga sedemikian rupa agar subjek peneliti dalam membuat interpretasi dapat dihindari.


(15)

Seperti yang diungkapkan oleh Sumadi Suryabata (2003 : 75), metode

penelitian ini bertujuan “ untuk membuat pencadaran secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”.

Metode deskriptif analisis merupakan metode yang bermaksud untuk membuat pencadaran (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Penelitian deskriptif dengan menggunakan data akumulasi dasar dalam cara deskriptif, semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.

Metode penelitian deskriptif analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupaya menjabarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol. Metode ini dapat di deskripsikan yang dituangkan melalui kata-kata yang dapat memperjelas serta menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada saat dilapangan atau pada saat penelitian. Analisis yang dugunakan pada metode ini yaitu dengan menggunakan wawancara, observasi, serta tes perbuatan. Hal ini dilakukan dikarenakan sebagai penunjang untuk mempermudah pada saat penelitian.


(16)

B. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara mengamati proses terjadinya suatu kegiatan. Observasi juga dapat dikatakan sebagai usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur. Observasi banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu dalam situasi sebenarnya ataupun dalam situasi buatan. Observasi ini dilakukan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan hasil penelitan untuk mengumpulkan data-data yang bersifat keperilakuan di kelas dan di sekolah pada saat melakukan proses pembelajaran.

Langkah awal dalam teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi. Kegiatan observasi ini dilakukan juga sebelum pelaksanaan penelitan berlangsung, untuk mengetahui berbagai hal berkenaan dengan situasi dan kebutuhan di lapangan, agar proses penelitian berjalan dengan lancar. Observasi yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu selama proses pembelajaran berlangsung sampai dengan mencapai hasil yang diinginkan melalui pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan proses pembelajaran seni tari pada siswa kelas V SLBN B Cicendo Kota Bandung.


(17)

2. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi. Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui komunikasi secara lisan (tanya jawab) terhadap narasumber.

Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada siswa, guru, tentang pembelajaran seni tari mengenai kreativitas yang dimiliki oleh masing-masing siwa, serta kepada orang tua siswa untuk mengetahui kegiatan siswa. Teknik wawancara digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti. Adapun tujuan pelaksanaan wawancara terhadap guru, kepala sekolah dan siswa tersebut adalah untuk mendapatkan informasi yang benar-benar akurat, berhubung mereka merupakan subjek dan objek utama penelitian yang melaksanakan proses belajar mengajar langsung di lapangan.

3. Studi Dokumentasi

Dalam langkah teknik pengumpulan data, studi dokumentasi berperan cukup penting dalam penelitian, karena sebuah data tertulis yang berupa data siswa yang sudah ada tidak akan lengkap dengan adanya data gambar saja. Studi dokumentasi juga bermanfaat untuk peneliti dimana peneliti bisa mempelajari ulang dari hasil yang telah di rekam, melalui kamera foto atau dengan audio visual. Peneliti mengamati langsung, bagaimana proses kegiatan pembelajaran seni tari yang dilakukan oleh siswa SLBN B tunarungu sebanyak 10 orang.


(18)

4. Studi Literatur

Studi literatur yaitu pengumpulan data-data melalui buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian untuk dijadikan sumber dan landasan dalam memecahkan masalah yang diajukan.

Studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai sumber yang relevan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun sumber yang mendukung dalam penelitian ini yaitu, Bandi Delphie 2009

“Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus”, Utami Munandar S.C.U 1999 “

Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah”, Ted Pollek 2002

“Membentuk Pribadi Secara Kreatif”, serta sumber-sumber yang mendukung lainnya.

C. Desain Penelitian 1. Rencana penelitian

Pada tahap perencanaan penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu dengan menghimpun informasi-informasi dari berbagai subjek melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur yang ada dilakukan selama tiga bulan lebih yang merupakan proses awal sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.

2. Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SD SLBN B Tunarungu Cicendo Kota Bandung di Jalan Cicendo No. 2 Kota Bandung. Penulisan laporan


(19)

Tahapan akhir penelitian ini adalah penulis laporan, kegiatan penyusunan laporan tetap dibawah bimbingan dosen pembimbing untuk menilai, mengkoreksi dan memberikan saran untuk kelayakan penelitian ini. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Penulis laporan itu terdiri dari pendahuluan, kajian teoritis, metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan dan saran.

3. Penyusunan Hasil Penelitian

Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini meliputi beberapa proses kegiatan, diantaranya penyusunan data, pengetikan, pengganaan data. a. Penyusunan data

Penyusunan data dilakukan melalui beberapa tahap pengolahan data yang di hasilkan dalam penelitian di lapangan. Hal ini dilakukan agar penulisan laporan penelitian menjadi sistematis.

b. Pengetikan Data

Pengetikan dilakukan setelah semua data yang diperoleh tersusun secara sistematis melalui beberapa proses bimbingan.

D. Definisi Operasional

Pembelajaran Seni Tari merupakan proses kegiatan belajar dan mengajar melalui proses pembelajaran tari yang berbasis kreativitas yang bisa menggali potensi peserta didik yang mampu menciptakan kreatifitas yang diharapkan oleh pendidik, yang berpengaruh terhadap psikomotorik peserta didik.


(20)

Tari kreasi adalah sebuah tarian yang dihasilkan dari hasil kreativitas seseorang yang dimana kreativitas itu muncul akibat dari hasil imajinasi atau daya khayal sehingga siswa dapat menemukan ide-ide baru dalam sebuah gerak tari yang selalu tidak berpijak pada aturan tradisi.

Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubahan di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan seni tari.

Dalam penelitian ini, kata tari kreasi dimaksudkan bahwa pembelajaran yang dilandasi berdasarkan kreativitas, sehingga dengan pembelajaran tari kreasi ini siswa dapat menemukan ide-ide baru dalam sebuah gerak tari.

Pengertian tunarungu atau dengan kata lain yaitu hendaya pendengaran adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indra pendengaran.

Berdasarkan pemaparan diatas adalah sebuah proses kegiatan belajar yang mampu menciptakan sebuah kreatifitas hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya yang bisa membantu anak tunarungu untuk lebih bisa meningkatkan kreativitasnya.


(21)

E.Instrumen Penelitian

Instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (manusia sebagai instrumen). Lincoln dan Guba (1985: 199) secara tegas mengemukakan bahwa

“apabila metode penelitian telah jelas kualitatif maka instrumen yang digunakan adalah manusia”. Peneliti sebagai instrumen melakukan:

a. Pedoman Observasi, disusun untuk mengetahui data-data apa yang akan dicari dan diteliti. Dalam hal ini pedoman yang dicari berupa data-data sekolah mengenai keadaan sekolah, keadaan proses belajar mengajar seni tari di kelas V dan keadaan siswa kelas V.

b. Pedoman wawancara, disusun untuk mengetahui keadaan sekolah, baik keadaan pada saat proses belajar mengajar pada kelas V dan keadaan psikolog siswa.

c. Pedoman Studi Dokumentasi, disusun untuk mengamati tentang pendokumentasian ketika guru sedang melakukan proses pembelajaran dan hasil pembelajaran.

Peneliti datang ke situs berpegang kepada fokus, kerangka konseptual, sampel

dan beberapa pertanyaan awal. Huberman dan Miles (1984: 42) menjelaskan bahwa “

seorang peneliti kualitatif melakukan penelitian berpegang pada fokus dan pembatasan studi melalui kerangka kerja konseptual, pertanyaan-pertanyaan


(22)

F. Langkah-langkah Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membagi beberapa tahapan dalam langkah-langkah penelitian, yaitu:

1. Pra pelaksanaan penelitian a. Survei

Langkah pertama yang dilakukan adalah survei tempat yang dijadikan objek penelitian yaitu ke SLBN B Tunarungu Cicendo Bandung yang beralamat di Jalan Cicendo no.2 Kota Bandung

b. Menentukan Judul dan Topik Penelitian

Setelah survei tempat penelitian, selanjutnya peneliti menentukan judul penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang akan diangkat.

c. Penyusunan Proposal Penelitian

Penyusunan proposal tentang Proses Pembelajaran Tari Kreasi Bagi Siswa SLBN B Tunarungu Cicendo Kota Bandung, disusun setelah menentukan tema masalah penelitian yang menjadi landasan dasar proses penyusunan penelitian. Hal ini tidak terlepas dari peran serta pembimbing dan persetujuan Dewan Skripsi Jurusan.

d. Penyelesaian Administrasi Penelitian

Penyelesaian administrasi penelitian dilakukan sebagai langkah selanjutnya terjun ke lapangan. Administrasi penelitian berhubungan erat dengan masalah perizinan berupa SK pengangkatan pembimbing I dan II serta surat permohonan izin penelitiandi lapangan dari rektor UPI.


(23)

e. Penyusunan Pedoman Wawancara

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan melalui melalui, wawancara pedoman wawancara difokuskan pada permasalahan pokok tentang penerapan tari kreasi dan hasilnya terhadap perkembangan kreativitas siswa tunarungu, serta beberapa hal yang mendukung pada proses penelitian. Hal tersebut tidak terlepas dari bimbingan dosen pembimbing.

f. Observasi

Ketika peneliti melihat siswa, maka peneliti sendiri memiliki ketertarikan untuk mempelajari bahasa isyarat, dengan tujuan agar mempermudah dalam melakukan komunikasi baik ketika dalam pengajaran atau diluar pembelajaran. Mengobservasi dan mengamati deskripsi tingkat perubahan yang dilampaui para siswa dari pembelajaran guru yang aktif menjadi siswa yang aktif.

G. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah di SLBN B tunarungu Cicendo yang beralamat di Jalan Cicendo no.2 Kota Bandung dengan alasan bahwa sekolah tunarungu jarang ditemui, selain itu adapun pemilihan sekolah dilakukan secara sengaja, karena dengan pertimbangan bahwa pembelajaran seni tari di SD SLBN B Cicendo hanya mengutamakan keterampilan menari secara metode piniruan saja tanpa memperhatikan proses


(24)

kreativitas siswa. SLBN B Cicendo merupakan sekolah untuk anak tuli dan bisu di Bandung yang pertama di Indonesia.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan yaitu siswa kelas V yang berjumlah 10 orang diantaranya 4 orang siswa perempuan dan 6 orang siswa laki-laki.

H. Analisis Data

Data dianalisis secara kualitatif yang dinyatakan dengan kata-kata atau simbol, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus-menerus sampai data terpenuhi dengan pengamatan yang terus-menerus.

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analasis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Tekhnik analisis data yang peneliti gunakan bersifat triangulasi, yaitu tekhnik pemeriksaan dengan cara menggabungkan data-data yang terkumpul dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi sebagai studi pembanding atau data itu. Peneliti melakukan triangulasi dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Pada metode triangulasi dapat diperoleh dengan berbagai cara :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.


(25)

3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Teknik analisis data akan menempuh tahap pelaksanaan sebagai berikut :

a. Semua data yang sudah terkumpul akan diolah dan diteliti dengan mengemukakan hal-hal pokok tentang proses pembelajaran seni tari berbasis kreativitas pada siswa tunarungu di SLBN B Cicendo.

b. Membuat rangkuman temuan-temuan penelitian dalam suasana yang sistematis, sehingga gaya belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran seni tari dapat tergambar.

c. Mendeskripsikan hasil penelitian yang sudah menjalani proses pengolahan dan sudah dapat ditarik kesimpulan dituangkan dalam bentuk tulisan berupa deskripsi dan kata-kata.

Triangulasi

Observasi

Wawancara

Studi Dokumentasi


(26)

d. Masalah fokus penelitian, prosedur penelitian, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan dengan pasti dan belum jelas sebelumnya, sehingga segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapai segala sesuatunya.

Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap penelitian sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti. Kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun secara logistiknya. Walaupun manusia bersifat subjektif, namun manusia sebagai instrument dapat menghasilkan data yang realibilitasnya hampir sama dengan data yang dihasilkan oleh instrumen yang dibuat secara obyektif, karena manusia sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif ialah manusia dapat merasa dan merespon, manusia mempunyai karakter yang fleksibel sehingga dapat berfungsi multi purpose (mempunyai tujuan yang banyak dan bervariatif) dengan mengumpulkan informasi secara serempak.


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah ditemukan peneliti dari hasil lapangan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B Cicendo Kota Bandung, mendeskripsikan hasil pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B Cicendo Kota Bandung peneliti menyimpulkan bahwa proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa SLBN B Tunarungu Cicendo Kota Bandung dapat menggali kreativitas yang dimiliki oleh siswa tunarungu, karena dengan hal ini siswa mampu menemukan gerak tarian kuda hasil kreativitas serta hasil imajinasi yang mereka miliki.

Pada proses pembelajaran tari berbasis kreativitas yaitu dengan menggali imajinasi siswa sehingga siswa dapat menemukan gerak tari, membuat gerak, dan menyusun gerak. Sehingga, pada proses pembelajaran tari berbasis kreativitas, ternyata memberikan pengaruh pada anak tunarungu untuk menumbuhkan, memupuk, dan meningkatkan daya imajinasi untuk lebih kreatif. Sebelum pelaksanaan pembelajaran tari berbasis kreativitas , kemampuan anak dalam menciptakan sebuah tarian belum tergali dengan baik. Kemampuan gerak mereka masih terbatas, mereka hanya bisa mengikuti gerakan yang diberikan atau bisa dikatakan dengan peniruan serta belum ada keberanian dalam mengungkapkan gerak tari. Setelah pembelajaran tari berbasis kreativitas yang dibantu dengan media


(28)

gambar binatang kuda, anak tunarungu mengalami perkembangan yang cukup luar biasa. Mereka bisa belajar dengan sangat menyenangkan karena mereka mampu menuangkan ide kreatifnya ke dalam bentuk gerak tari.

Hal ini dapat dilihat dari antusias siswa yang dimulai melalui proses pencarian gerak, membuat gerak, meyusunan gerak melalui media gambar binatang kuda sampai dengan menggunakan berbagai arah yang mereka temukan terdiri dari arah samping kanan, samping kiri, arah maju dan arah mundur, sehingga dengan proses pembelajaran tari berbasis kreativitas dapat menciptakan sebuah tarian kuda sebagai hasil kreativitas yang dimilliki oleh siswa, sehingga mereka mampu menampilkan dari hasil kreasinya yang mereka ciptakan.

B. Saran

Hasil penelitian yang telah ditemukan di lapangan, peneliti melihat ada beberapa kesenjangan penting yang ditujukan kepada berbagai pihak yang diantaranya:

1. Lembaga

Dapat menyesuaikan materi yang akan diberikan kepada guru yang selanjutnya oleh guru akan diberikan kepada siswa.

2. Guru Seni Tari SLBN B Cicendo

Diharapkannya guru yang bersangkutan mampu menguasai materi dan menetapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan fisik dan mental siswa. Pembelajaran tari kreativitas sangat diperlukan untuk siswa


(29)

tunarungu, karena dengan hal ini dapat menggali kreativitas yang dimiliki oleh siswa tunarungu dengan pemilihan metode pembelajaran kreativitas. Sehubungan dengan hal ini, maka guru dapat menjadikan proses pembelajaran berbasis kreativitas sebagai bahan pengajaran dalam pembelajaran seni tari. Dalam pemberian materi tari, sebaiknya guru memberikan metode yang bervariasi dan sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak tunarungu agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

3. Siswa

Pada proses pembelajaran tari siswa harus lebih aktif dalam menggali imajinasi yang mereka miliki sehingga lebih banyak menemukan ragam gerak.

4. Peneliti

Dengan proses pembelajaran tari berbasis kreativitas untuk siswa, peneliti dapat mengetahui sejauh mana kreativitas anak tunarungu dalam menciptakan gerak-gerak tari, serta memahami karakteristik anak tunarungu.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Caturwati, E. (1995). Ragam Cipta Mengenal Seni Pertunjukan daerah Jawa

Barat. Bandung: CV Baringin Sakti.

Delphie, Bandi. (2009). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Klaten: PT Intan Sejati.

Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Munandar, Utami. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta: Gramedia Widiasrana Indonesia.

Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan

Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Munandar, Utami. (2009) . Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pollek, Ted. (2002) . Membentuk Pribadi Secara Kreatif. Bandung : Pionir Jaya. Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sumaryono, dan Suanda Endo. (2006). Tari Tontonan. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara

Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: ALFABETA

Wiranataputra, Udin. S. Et al. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: penerbit Universitas Terbuka.


(31)

Wulaningsih, Eka. (2008). Kreativitas Anak Tunurungu Melalui Gerak Tari

Dalam Memanfaatkan Alam Sekitar PAda Program BPBI Kelas 1 SMP SLB/B1-YP3 ATR Bandung. Bandung. Skripsi S1 Prodi Tari Jurusan Sendratasik: Upi Bandung. Tidak diterbitkan


(1)

d. Masalah fokus penelitian, prosedur penelitian, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan dengan pasti dan belum jelas sebelumnya, sehingga segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapai segala sesuatunya.

Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap penelitian sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti. Kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun secara logistiknya. Walaupun manusia bersifat subjektif, namun manusia sebagai instrument dapat menghasilkan data yang realibilitasnya hampir sama dengan data yang dihasilkan oleh instrumen yang dibuat secara obyektif, karena manusia sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif ialah manusia dapat merasa dan merespon, manusia mempunyai karakter yang fleksibel sehingga dapat berfungsi multi purpose (mempunyai tujuan yang banyak dan bervariatif) dengan mengumpulkan informasi secara serempak.


(2)

Riza Dewi Zulhijah, 2012

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah ditemukan peneliti dari hasil lapangan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B Cicendo Kota Bandung, mendeskripsikan hasil pembelajaran tari kreasi bagi siswa tunarungu SLBN B Cicendo Kota Bandung peneliti menyimpulkan bahwa proses pembelajaran tari kreasi bagi siswa SLBN B Tunarungu Cicendo Kota Bandung dapat menggali kreativitas yang dimiliki oleh siswa tunarungu, karena dengan hal ini siswa mampu menemukan gerak tarian kuda hasil kreativitas serta hasil imajinasi yang mereka miliki.

Pada proses pembelajaran tari berbasis kreativitas yaitu dengan menggali imajinasi siswa sehingga siswa dapat menemukan gerak tari, membuat gerak, dan menyusun gerak. Sehingga, pada proses pembelajaran tari berbasis kreativitas, ternyata memberikan pengaruh pada anak tunarungu untuk menumbuhkan, memupuk, dan meningkatkan daya imajinasi untuk lebih kreatif. Sebelum pelaksanaan pembelajaran tari berbasis kreativitas , kemampuan anak dalam menciptakan sebuah tarian belum tergali dengan baik. Kemampuan gerak mereka masih terbatas, mereka hanya bisa mengikuti gerakan yang diberikan atau bisa dikatakan dengan peniruan serta belum ada keberanian dalam mengungkapkan gerak tari. Setelah pembelajaran tari berbasis kreativitas yang dibantu dengan media


(3)

gambar binatang kuda, anak tunarungu mengalami perkembangan yang cukup luar biasa. Mereka bisa belajar dengan sangat menyenangkan karena mereka mampu menuangkan ide kreatifnya ke dalam bentuk gerak tari.

Hal ini dapat dilihat dari antusias siswa yang dimulai melalui proses pencarian gerak, membuat gerak, meyusunan gerak melalui media gambar binatang kuda sampai dengan menggunakan berbagai arah yang mereka temukan terdiri dari arah samping kanan, samping kiri, arah maju dan arah mundur, sehingga dengan proses pembelajaran tari berbasis kreativitas dapat menciptakan sebuah tarian kuda sebagai hasil kreativitas yang dimilliki oleh siswa, sehingga mereka mampu menampilkan dari hasil kreasinya yang mereka ciptakan.

B. Saran

Hasil penelitian yang telah ditemukan di lapangan, peneliti melihat ada beberapa kesenjangan penting yang ditujukan kepada berbagai pihak yang diantaranya:

1. Lembaga

Dapat menyesuaikan materi yang akan diberikan kepada guru yang selanjutnya oleh guru akan diberikan kepada siswa.

2. Guru Seni Tari SLBN B Cicendo

Diharapkannya guru yang bersangkutan mampu menguasai materi dan menetapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan fisik dan mental siswa. Pembelajaran tari kreativitas sangat diperlukan untuk siswa


(4)

Riza Dewi Zulhijah, 2012

tunarungu, karena dengan hal ini dapat menggali kreativitas yang dimiliki oleh siswa tunarungu dengan pemilihan metode pembelajaran kreativitas. Sehubungan dengan hal ini, maka guru dapat menjadikan proses pembelajaran berbasis kreativitas sebagai bahan pengajaran dalam pembelajaran seni tari. Dalam pemberian materi tari, sebaiknya guru memberikan metode yang bervariasi dan sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak tunarungu agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

3. Siswa

Pada proses pembelajaran tari siswa harus lebih aktif dalam menggali imajinasi yang mereka miliki sehingga lebih banyak menemukan ragam gerak.

4. Peneliti

Dengan proses pembelajaran tari berbasis kreativitas untuk siswa, peneliti dapat mengetahui sejauh mana kreativitas anak tunarungu dalam menciptakan gerak-gerak tari, serta memahami karakteristik anak tunarungu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Caturwati, E. (1995). Ragam Cipta Mengenal Seni Pertunjukan daerah Jawa Barat. Bandung: CV Baringin Sakti.

Delphie, Bandi. (2009). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Klaten: PT Intan Sejati.

Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Munandar, Utami. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta: Gramedia Widiasrana Indonesia.

Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Munandar, Utami. (2009) . Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pollek, Ted. (2002) . Membentuk Pribadi Secara Kreatif. Bandung : Pionir Jaya. Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sumaryono, dan Suanda Endo. (2006). Tari Tontonan. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara

Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: ALFABETA

Wiranataputra, Udin. S. Et al. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: penerbit Universitas Terbuka.


(6)

Riza Dewi Zulhijah, 2012

Wulaningsih, Eka. (2008). Kreativitas Anak Tunurungu Melalui Gerak Tari Dalam Memanfaatkan Alam Sekitar PAda Program BPBI Kelas 1 SMP

SLB/B1-YP3 ATR Bandung. Bandung. Skripsi S1 Prodi Tari Jurusan