PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG.

(1)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF

DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR

KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG (Studi Deskriptif Mengenai Keterampilan Memelihara Diri)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Khusus

Oleh :

TITIS INGGRIANI 1002142

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

(3)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……….…….. i

ABSTRAK ………... ii

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI………...…... iv

DAFTAR TABEL………...……… v

DAFTAR GAMBAR……… vi

DAFTAR LAMPIRAN………...…... vii

BAB I PENDAHULUAN………..….… 1

A. Latar Belakang Penelitian………... 1

B. Fokus Masalah……….. 3

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian………...…... 4

BAB II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION………..………... 6

A. Kemandirian………...…. 6

B. Activity of Daily Living ………..………...…….... 10

C. Anak Low Vision………..…….. 19

BAB III METODE PENELITIAN………...……... 27

A. Lokasi dan Subjek Penelitian……….. 27

B. Metode Penelitian………..………...… 29


(4)

D. Teknik Pengumpulan Data………...………...….... 31

E. Penguji Keabsahan Data………...………... 34

F. Analisis Data………..………. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..…...…. 38

A. Deskripsi Hasil Wawancara………....… 38

B. Pembahasan Hasil Penelitian………..………..….. 84

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………... 94

A. Simpulan………... 94

B. Saran ………... 96

DAFTAR PUSTAKA………... 98


(5)

(6)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING SKILLS ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV

DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

Titis Inggriani (1002142)

Kemandirian Activity Dailiy of Living merupakan salah satu aspek kemandirian yang harus dikembangkan dengan baik pada anak berkebutuhan khusus terutama Low Vision di dalam kehidupan sehari-hari. Karena selama ini anggapan dari orang pada umumnya mengenai Low Vision adalah mereka orang mempunyai sisa penglihatan yang dianggap tidak berdaya, perlu dikasihani, bergantung pada orang lain atau secara tidak langsung dapat dikatakan tidak mempunyai kemandirian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kemandirian anak low vision dalam pelaksanaan pembelajaran kegiatan sehari-hari (activity of daily living) khususnya dalam keterampilan merawat diri (personal care skills). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang kemandirian activity daily of living anak low vision” ini adalah kualitatif yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan suatu perhitungan statistik. Digunakannya metode penelitian deskriptif, karena peneliti bermaksud untuk meneliti kemandirian activity of daily living dengan cara mendeskripsikannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri A Kota Bandung pada 2 orang anak low vision kelas IV. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemandirian activity of daily living skills kedua anak kelas IV tersebut sudah baik. Disarankan terhadap orangtua dan guru, adanya kerjasama antara kedua pihak tersebut merupakan salah satu aspek yang dapat menunjang berkembangnya kemandirian anak, juga kedisiplinan dalam melatih kegiatan sehari-hari sejak dini merupakan salah satu faktor anak mampu untuk mencapai kemandiriannya.


(7)

ABSTRACTEDLY

INDEPENDENCE LEARNING PERFORMING ACTIVITY OF DAILY LIVING SKILLS CHILD LOW VISION ELEMENTARY SCHOOL BRAZES IV.

AT SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

Titis Inggriani (1002142)

Independence Activity Dailiy of Living constitute one of independence aspect that shall be developed with every consideration on child gets special requirement especially Low Vision in day-to-day life . Since as it long assumption of person in a general way about Low Vision is their person have reputed sight rest over a barrel, need to be pitied, dependent on other people or indirectly get not been said has independence. To the effect this research to know child independence picture low vision in activity learning performing everyday( activity of daily living) notably deep skill nurses self (personal care skills). Approaching that is utilized in research about “ independence activity daily of living child low vision ” this is kualitatif which is an approaching that doesn't utilize a statistical count. It utilizes descriptive research method, since researcher intends to analyze independence activity of daily living by describes it. Data collecting tech that is utilized which is with interview, observation, and documentation. This research is done at SLB A's Country Bandung's City on 2 childs low vision class IV.. menunjukan's observational result that independence activity of daily living skills second child brazes IV. that was good. Suggested to parent and teacher, mark sense collaboration among party second that constitutes one of aspect which can prop its amends child independence, also discipline in coach knockabout activity early on constitutes one of child factor be able to reach its independence.


(8)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Setiap individu ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki alat indera yang lengkap, terutama mata. Mata adalah jendela dunia, melalui mata individu dapat mengenal dan mengetahui banyak hal. Mata juga membantu dalam beraktivitas dan mengembangkan kegiatan secara mandiri.

Menurut Mangunsong (1998, hlm.39) “ tidak berfungsinya mata secara optimal dapat mengahambat individu untuk melakukan aktivitasnya juga menghambat perkembangan kemandirian individu.”

Pada penelitan ini, peneliti berfokus pada anak berkebutuhan khusus dengan hambatan penglihatan kurang awas (low vision). Menurut Anggito Saputra dalam http://anggitosaputra.blogspot.com/2012/06/konsep-tunanetra 02.html murid tunanetra merupakan kelompok anak yang mengalami kelainan yang sedemikian rupa pada indera penglihatannya. Sebagai akibat ketunanetraannya, maka pemahaman terhadap dunia luar tidak diperoleh secara utuh, dengan demikian murid tunanetra mengalami hambatan dalam mengetahui lingkungan sekitar. Keterbatasan-keterbatasan murid tunanetra sebagai akibat langsung dari ketunaannya. Hilangnya fungsi indera penglihatan bukan berarti murid tunanetra tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, sebab masih ada indera-indera lainnya yang bisa di optimalkan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya. Menurut Suran dan Rizzo, 1979 (dikutip Mangunsong,

1998, hlm.42) mengemukakan bahwa “low vision merupakan salah satu bentuk gangguan penglihatan yang tidak dapat dibantu dengan menggunakan kacamata. Jarak pandang maksimal untuk penyandang low vision adalah 6 meter dengan luas pandangan maksimal 20 derajat. Penyandang low vision hanya kehilangan sebagian penglihatannya dan masih memiliki sisa penglihatan yang dapat digunakan untuk beraktivitas.” Sampai saat ini belum diketahui jumlah pasti penderita low vision, baik di dunia maupun di Indonesia (Kadahartono, 2005)


(9)

Dampak gangguan penglihatan pada aspek perkembangan tunanetra menurut Mangunsong (1998, hlm.46) antara lain perkembangan kognitif dan kemampuan konseptual, perkembangan motorik, dan perkembangan sosial. Pada aspek perkembangan sosial, kondisi low vision menimbulkan dampak yakni penyandang memiliki kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, merasa tidak berdaya dan cenderung bersikap tegantung dengan orang lain. Peran orang-orang berada disekitar individu diperlukan untuk memberikan dukungan dan dorongan agar penyandang low vision mampu berusaha sendiri dan memiliki kepercayaan diri untuk melakukan berbagai macam kegiatan sendiri, tanpa bantuan orang lain (Mangunsong, 1998, hlm. 49)

Seringkali penyandang low vision mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemandiriannya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terhadap anak tunanetra low vision di kelas IV SDLB SLBN-A Kota Bandung, masih banyak anak tunanetra low vision yang masih belum mampu hidup secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Masrun (1986, hlm.8) mengemukakan bahwa:

Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Namun dalam kenyataanya ketika anak low vision menjalani aktifitas keseharian, mereka masih banyak bergantung terhadap orang lain dan masih belum mampu mengekspresikan diri dengan lingkungannya. Contoh Kemandirian Keterampilan Activity of Daily Living untuk anak low vison dalam keterampilan merawat dan menolong diri sendiri, anak low vision dalam merawat diri yang seharusnya mereka mampu melakukannya sendiri justru mereka sering meminta bantuan dari orang lain. Ketika anak low vision melakukan mobilitas di dalam lingkungan sekolah mereka terkadang akan merasa malu dan minder juga banyak sekali ketakutan dalam pikiran mereka. Sehingga ada sebagian anak low vison yang lebih memilih untuk berdiam diri disuatu tempat tanpa melakukan apapun


(10)

sehingga kondisi ini dapat menghambat anak low vision untuk mengembangkan kemandiriannya.

Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Pelaksanaan Pembelajaran Kemandirian Activity of Daily Living Anak Low Vision Sekolah Dasar Kelas IV Di SLB Negeri A Kota Bandung”.

B.Fokus Masalah

Kemandirian berarti hal atau keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Lebih dari itu masih banyak arti luas mengenai kemandirian. Kemandirian merupakan suatu aspek yang dipandang sebagian orang adalah hak bagi mereka yang mempunyai keadaan yang sempurna tanpa kurang sesuatu apapun, namun bila kita melihat pada sisi anak berkebutuhan khusus mereka justru lebih membutuhkan pendidikan kemandirian yang baik sehingga mereka dapat menempatkan diri mereka pada masyarakat luas dengan baik dan tanpa diskriminasi. Pelaksanaan Pembelajaran Kemandirian Activity Dailiy of Living merupakan salah satu kemandirian yang harus dikembangkan dengan baik pada anak berkebutuhan khusus terutama low vision di dalam kehidupan sehari-hari. Karena selama ini anggapan dari orang pada umumnya mengenai low vision adalah mereka orang mempunyai sisa penglihatan yang dianggap tidak berdaya, perlu dikasihani, bergantung pada orang lain atau secara tidak langsung dapat dikatakan tidak mempunyai kemandirian. Anggapan-anggapan tersebut haruslah sirna karena bila low vision diberi pendidikan mengenai pelaksanaan pembelajaran kemandirian activity daily of living secara baik mereka akan berkembang secara baik pula dalam kehidupan sehari-hari, namun bila penerapan pendidikan mengenai kemandirian salah untuk di sampaikan maka akan terjadi kesenjangan antara kemandirian dan konsep yang diterima oleh anak Low Vision.

Ruang lingkup Activity of Daily Living sangat beragam dan salah satunya adalah Keterampilan Memelihara Diri (Personal Care Skills). Untuk itu peneliti memfokuskan penelitian ini terhadap Keterampilan Memelihara Diri (Personal


(11)

Berdasarkan penelitian ini, maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran memelihara diri (personal care skills) dalam activity of daily living anak low vision Sekolah Dasar kelas IV di SLB Negeri A Kota Bandung?

2. Bagaimanakah kesulitan pelaksanaan pembelajaran memelihara diri (personal care skills) dalam activity of daily living anak low vision Sekolah Dasar kelas IV Di SLB Negeri A Kota Bandung?

3. Bagaimanakah usaha-usaha penanganan kesulitan pelaksanaan pembelajaran memelihara diri (personal care skills) dalam activity of daily living anak low vision Tingkat Sekolah Dasar Kelas IV Di SLB Negeri A Kota Bandung?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dari uraian latar belakang dan fokus masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Penelitian

Melalui penelitian ini, terdapat tujuan sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran pelaksanaan pembelajaran kemandirian anak low vision dalam keterampilan activity of daily living khususnya dalam keterampilan merawat diri (personal care skills).

b. Kesulitan pelaksanaan pembelajaran merawat diri (personal care skills) dalam activity of daily living.

c. Usaha penanganan kesulitan pelaksanaan pembelajaran merawat diri (personal care skills)

2. Manfaat penelitian

Dari penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat, adapun manfaat tersebut diantaranya adalah:

a. Manfaat teoritis

1. Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan dan juga ilmu pada umumnya serta lembaga Pendidikan Khusus sendiri.


(12)

2. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut serta acuan dalam pelaksanaan kemandirian di masyarakat.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai cerminan untuk guru apakah sudah tepat menanamkan kemandirian kepada peserta didiknya.

4. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tolak ukur seberapa pentingnya kemandirian untuk anak tunanetra

b. Manfaat praktis

Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai kemandirian untuk anak tunanetra di sekolah.


(13)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan diajukan beberapa rekomendasi yang kiranya dapat bermanfaat. Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian telah mampu menjawab pertanyaan penelitian. Kesimpulan tersebut adalah:

Pelaksanaan keterampilan memelihara diri (personal care skills) dalam pembelajaran activity of daily living anak low vision Sekolah Dasar kelas IV di SLB Negeri A Kota Bandung

Pelaksanaan keterampilan dalam memelihara diri (personal care skills) ternyata mampu berkembang dengan baik dan dapat diaplikasikan secara mandiri oleh anak. Hanya saja butuh dukungan dari berbagai pihak agar keterampilan merwat diri (personal care skills) ini terwujud dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa keterampilan merawat diri (personal care skills) pada anak kelas IV di SLB Negeri A Kota Bandung sudah sangat baik, anak-anak sudah mampu merawat diri secara mandiri tanpa bantuan orang lain dalam hal bersolek (menyisir rambut, memakai minyak rambut, memakai hand body lotion, memakai parfum, menggunakan deodorant, mengunting kuku), dalam kebiasaan berpakaian (memelihara pakaian, menyimpan pakaian, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, melipat pakaian, memilih pakaian yang serasi, memilih bahan yang tepat, memilih model yang tepat, memilih warna yang tepat), dan dalam memelihara sepatu dan kaos kaki (membersihkan sepatu, menyemir sepatu, menyimpan sepatu, memakai kaos kaki,membersihkan kaos kaki).

Kesulitan pelaksanaan keterampilan memelihara diri (personal care skills) dalam Pembelajaran Activity of Daily Living Anak Low Vision Sekolah Dasar Kelas IV di SLB Negeri A Kota Bandung


(14)

Kesulitan yang dihadapi anak kelas IV di SLB Negeri A Kota Bandung dalam keterampilan memelihara diri adalah ketika mereka menemukan benda-benda.


(15)

95

yang berbahaya agar anak low vision dapat menggunakannya dengan aman dan nyaman harus di modifikasi juga disesuaikan dengan kebutuhan mereka untuk mencapai kemandirian. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi anak mempunyai kesulitan dalam bersolek (memotong kuku) juga dalam berpakaian (menyetrika), untuk itu diaharapkan ada modifikasi terhadapa dua benda gunting kuku, dan setrika agar kedua benda tersebut dapat digunakan secara aman dan nyaman oleh anak tunanetra umumnya khususnya anak low vision.

Usaha penanganan kesulitan keterampilan memelihara diri (personal care

skills) dalam Activty of Daily Living Anak Low Vision Sekolah Dasar Kelas

IV di SLB Negeri A Kota Bandung.

Usaha yang dilakukan oleh beberapa pihak di sekolah maupun di rumah dalam penangan kesulitan keterampilan memelihara diri (personal care skills) guna menunjang pencapaian kemandirian yang maksimal untuk anak sudah sangat baik, yakni dengan cara selalu memberikan latihan untuk anak yang dilakukan secara berulang-ulang, memberikan contoh kongkrit, memberikan modeling untuk anak, dan melakukan modifikasi terhadap benda-benda yang dapat menunjang kebutuhan anak dalam mencapai kemandirian, member latihan yang penuh dengan kesabaran, lemah lembut, dan jangan lupa selalu memberikan reward untuk anak agar selalu termotivasi untuk selalu meningkatkan kemandiriannya dalam activity of daily living umumnya dan khususnya dalam memelihara diri (personal care skills).


(16)

96

B.Saran

Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bagi pihak sekolah, orang tua, pembimbing asrama, dan bagi peneliti selanjutnya yaitu:

1. Saran bagi sekolah

Kemandirian merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dikembangkan, karena dengan kemandirian seseorang akan mampu percaya pada kemampuan diri sendiri dan tidak akan bergantung kepada orang lain. Untuk itu kepada pihak sekolah melatih kemandirian anak setiap waktu merupakan hal yang sangat baik karena selain anak akan terlatih disamping itu dalam pembelajaran apapun salah satunya kemandirian dari pihak pengajar khususnya dapat menyisipkan nilai-nilai moral yang mampu membangun kemndirian anak agar semakin baik. Juga sekolah merupakan salah satu lembaga formal yang dapat mengatur kehidupan pendidikan anak sehingga sekolah diharapkan dapat mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang unggul tidak hanya dalam aspek kogniti dan psikomotor namun juga dalam sosial dan afektif.

2. Saran bagi orang tua

Tanggung jawab untuk memberi pendidikan kemandirian terhadap anak tidak hanya pekerjaan guru di sekolah, namun juga merupakan pekerjaan orangtua di rumah . Orangtua merupakan orang yang pertaman yang dapat dijadikan model pembelajaran oleh anak, pembiasaan yang baik dari orangtua terhadap anak sejak usia dini pada kemandiriannya akan berakibat baik pula untuk kemandirian anak dimasa depan. Orangtua yang mempunyai aturan yang tegas namun sesuai porsinya akan membentuk karakteristik anak mampu mandiri dalam lingkungannya dan tidak akan bergantung terhadap orang lain. Orangtua mempunyai waktu yang sangat banyak bersama anak, untuk itu orangtua harus senantiasa membimbing dengan baik anak-anaknya dalam hal kemandirian sehari-hari agar mampu tercipta anak-anak yang mampu diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Motivasi dari orangtua juga sangat di


(17)

97

perlukan oleh anak agar anak senantiasa mencapai kemandiriannya dengan motivasi positif yang di berikan lingkungan terutama orangtua.

3. Saran bagi pembimbing asrama

Masih banyak pembimbing asrama yang kurang memperhatikan kemandirian anak dan berkesan melayani terhadap keinginan anak di asrama karena merasa mempunyai tanggung jawab, namun dengan membiarkan anak melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan dan membiarkan mereka untuk mampu mengerjakan pekerjaan secara mandiri dengan pendidikan sedini mungkin maka akan terwujud anak-anak yang mampu mandiri dalam aspek kehidupannya sehari-hari.

4. Saran bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak yang perlu dikembangkan dan digali berdasarkan kasus-kasus yang berhubungan dengan kemadirian activity daily of living skills di lapangan. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya yang juga tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kemadirian activity daily of living skills, sebaiknya yang menjadi subjek penelitian adalah subjek penelitian yang lain misal kepada tunanetra dewasa yang telah berkeluarga dan dapat diteliti mengenai kemandirian tunanetra dalam bidang rumah tangga.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Areev, A (2013). Kemandirian. [Online]. Tersedia di :

http://tugasavan.blogspot.com/2010/10/kemandirian.html. Diakses 7Juli 2014

Astati , (2003). Program Khusus Bina Diri. Malang : Depdikbud Aunurrahman, (2010). Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Rosdakarya Emzir.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif,

Jakarta : Raja Grafindo Persada

Manastas, L (2014). Strategi Mengajar Siswa Tunanetra. Yogyakarta : Imperium

Mangunsong, F .dkk.1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 Universitas Indonesia

Mangunsong, F (2009). Psikologi & Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Jilid 1). Muharani, Q. (2008). Kemandirian Pada Penyandang Low Vision. [Online]. Tersedia di :

http://eprints.undip.ac.id/11138/1/JURNAL PDF.pdf . Diakses 3 Juli 2014.

Nawawi, A (2010). Materi Latihan Keterampilan Kehidupan Sehari-hari Bagi Siswa Tunanetra Activity Of Daily Living Skills. [Online]. Tersedia di :

http://file.edu./Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194512071981121-AHMAD_NAWAWI/ADL_bagi_Tunanetra.pdf. Diakses 8 Juli 2014

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia (2013) Persatuan Tunanetra Indonesia, 2008. Pusat Layanan Low Vision.. [Online]. Tersedia di:

http//pertuni.idp-europe.org/index.php. Diakses 3 Juli 2014.

Purwaka, H (2005). Kemandirian Tunanetra. Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti

Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:Refika Aditama Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta


(19)

(1)

95 Titis Inggraeni, 2014

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesulitan yang dihadapi anak kelas IV di SLB Negeri A Kota Bandung dalam keterampilan memelihara diri adalah ketika mereka menemukan benda-benda.


(2)

95

yang berbahaya agar anak low vision dapat menggunakannya dengan aman dan nyaman harus di modifikasi juga disesuaikan dengan kebutuhan mereka untuk mencapai kemandirian. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi anak mempunyai kesulitan dalam bersolek (memotong kuku) juga dalam berpakaian (menyetrika), untuk itu diaharapkan ada modifikasi terhadapa dua benda gunting kuku, dan setrika agar kedua benda tersebut dapat digunakan secara aman dan nyaman oleh anak tunanetra umumnya khususnya anak low vision.

Usaha penanganan kesulitan keterampilan memelihara diri (personal care skills) dalam Activty of Daily Living Anak Low Vision Sekolah Dasar Kelas IV di SLB Negeri A Kota Bandung.

Usaha yang dilakukan oleh beberapa pihak di sekolah maupun di rumah dalam penangan kesulitan keterampilan memelihara diri (personal care skills) guna menunjang pencapaian kemandirian yang maksimal untuk anak sudah sangat baik, yakni dengan cara selalu memberikan latihan untuk anak yang dilakukan secara berulang-ulang, memberikan contoh kongkrit, memberikan modeling untuk anak, dan melakukan modifikasi terhadap benda-benda yang dapat menunjang kebutuhan anak dalam mencapai kemandirian, member latihan yang penuh dengan kesabaran, lemah lembut, dan jangan lupa selalu memberikan reward untuk anak agar selalu termotivasi untuk selalu meningkatkan kemandiriannya dalam activity of daily living umumnya dan khususnya dalam memelihara diri


(3)

Titis Inggraeni, 2014

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Saran

Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bagi pihak sekolah, orang tua, pembimbing asrama, dan bagi peneliti selanjutnya yaitu:

1. Saran bagi sekolah

Kemandirian merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dikembangkan, karena dengan kemandirian seseorang akan mampu percaya pada kemampuan diri sendiri dan tidak akan bergantung kepada orang lain. Untuk itu kepada pihak sekolah melatih kemandirian anak setiap waktu merupakan hal yang sangat baik karena selain anak akan terlatih disamping itu dalam pembelajaran apapun salah satunya kemandirian dari pihak pengajar khususnya dapat menyisipkan nilai-nilai moral yang mampu membangun kemndirian anak agar semakin baik. Juga sekolah merupakan salah satu lembaga formal yang dapat mengatur kehidupan pendidikan anak sehingga sekolah diharapkan dapat mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang unggul tidak hanya dalam aspek kogniti dan psikomotor namun juga dalam sosial dan afektif.

2. Saran bagi orang tua

Tanggung jawab untuk memberi pendidikan kemandirian terhadap anak tidak hanya pekerjaan guru di sekolah, namun juga merupakan pekerjaan orangtua di rumah . Orangtua merupakan orang yang pertaman yang dapat dijadikan model pembelajaran oleh anak, pembiasaan yang baik dari orangtua terhadap anak sejak usia dini pada kemandiriannya akan berakibat baik pula untuk kemandirian anak dimasa depan. Orangtua yang mempunyai aturan yang tegas namun sesuai porsinya akan membentuk karakteristik anak mampu mandiri dalam lingkungannya dan tidak akan bergantung terhadap orang lain. Orangtua mempunyai waktu yang sangat banyak bersama anak, untuk itu orangtua harus senantiasa membimbing dengan baik anak-anaknya dalam hal kemandirian sehari-hari agar mampu tercipta anak-anak yang mampu diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Motivasi dari orangtua juga sangat di


(4)

97

perlukan oleh anak agar anak senantiasa mencapai kemandiriannya dengan motivasi positif yang di berikan lingkungan terutama orangtua.

3. Saran bagi pembimbing asrama

Masih banyak pembimbing asrama yang kurang memperhatikan kemandirian anak dan berkesan melayani terhadap keinginan anak di asrama karena merasa mempunyai tanggung jawab, namun dengan membiarkan anak melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan dan membiarkan mereka untuk mampu mengerjakan pekerjaan secara mandiri dengan pendidikan sedini mungkin maka akan terwujud anak-anak yang mampu mandiri dalam aspek kehidupannya sehari-hari.

4. Saran bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak yang perlu dikembangkan dan digali berdasarkan kasus-kasus yang berhubungan dengan kemadirian activity daily of living skills di lapangan. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya yang juga tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kemadirian activity daily of living skills, sebaiknya yang menjadi subjek penelitian adalah subjek penelitian yang lain misal kepada tunanetra dewasa yang telah berkeluarga dan dapat diteliti mengenai kemandirian tunanetra dalam bidang rumah tangga.


(5)

98 Titis Inggraeni, 2014

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Areev, A (2013). Kemandirian. [Online]. Tersedia di :

http://tugasavan.blogspot.com/2010/10/kemandirian.html. Diakses 7Juli 2014

Astati , (2003). Program Khusus Bina Diri. Malang : Depdikbud Aunurrahman, (2010). Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Rosdakarya Emzir.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif,

Jakarta : Raja Grafindo Persada

Manastas, L (2014). Strategi Mengajar Siswa Tunanetra. Yogyakarta : Imperium

Mangunsong, F .dkk.1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 Universitas Indonesia

Mangunsong, F (2009). Psikologi & Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Jilid 1). Muharani, Q. (2008). Kemandirian Pada Penyandang Low Vision. [Online]. Tersedia di :

http://eprints.undip.ac.id/11138/1/JURNAL PDF.pdf . Diakses 3 Juli 2014.

Nawawi, A (2010). Materi Latihan Keterampilan Kehidupan Sehari-hari Bagi Siswa Tunanetra

Activity Of Daily Living Skills. [Online]. Tersedia di :

http://file.edu./Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194512071981121-AHMAD_NAWAWI/ADL_bagi_Tunanetra.pdf. Diakses 8 Juli 2014

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia (2013)

Persatuan Tunanetra Indonesia, 2008. Pusat Layanan Low Vision.. [Online]. Tersedia di: http//pertuni.idp-europe.org/index.php. Diakses 3 Juli 2014.

Purwaka, H (2005). Kemandirian Tunanetra. Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti

Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:Refika Aditama Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta


(6)