Human Governance dalam Pengelolaan Zakat (Membangun Model Pengelolaan Zakat Berbasis Human Governance untuk Mencapai Target MDGs di Kota Surakarta).

(B. Sosial)
Human Governance dalam Pengelolaan Zakat (Membangun Model Pengelolaan Zakat
Berbasis Human Governance untuk Mencapai Target MDGs di Kota Surakarta)
Ansoriyah, Faizatul; Kusumawati, Diah; Amal, Nora Nailul
Fakultas ISIP UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersaing, 2012
Zakat merupakan alat tradisional untuk mengentaskan kemiskinan. Potensi zakat di Indonesia saat ini
mencapai 217 T namun belum tergali secara maksimal. Hal ini diindikasikan karena masih rendahnya
tingkat kesadaran masyarakat untuk berzakat serta tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga
pengelola zakat yang juga masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti nyata tentang
sejauh mana kesadaran masyarakat dalam berzakat serta kepercayaan mereka terhadap lembaga zakat
yang ada di Surakarta. Untuk tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode ekploratif kualitatif
dengan focus group discussion dan indepth interview dalam pengumpulan datanya. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan mengambil muzakki dan pengelola lembaga zakat
sebagai kelompok populasinya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif
Miles & Huberman. Penelitian ini menemukan pertama bahwa kesadaran masyarakat masih tergolong
rendah disebabkan oleh beberapa hal yaituJumlah dari zakat mal yang biasanya banyak maka akan
memberatkan para masyarakat aghniya. Belum terinternalisasinya nilai-nilai keagamaan dalam diri para
aghniya, Tokoh agama yang dipercaya lebih sering mengedukasi masyarakat untuk ber-infaq shodaqoh
daripada zakat mal. LAZ / BAZ belum mengoptimalkan edukasi pada masyarakat melalui media massa
tentang pentingnya berzakat lewat lembagBelum ada contoh nyata pengelolaan zakat oleh lembaga yang
berhasil menyentuh hati muzakki karena kesuksesannya mengentaskan kemiskinan di daerah tertentu.

Kedua, penelitian ini menemukan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat juga masih
rendah. Hal ini disebabkan oleh Adanya persepsi negatif masyarakat terhadap lembaga zakat yang bisa
dipercaya dalam mengelola keuangan muzakki. Tidak adanya credible promotion & endorser. Kurangnya
edukasi dari BAZ dan LAZ pada masyarakat dalam hal menyampaikan manfaat menyalurkan zakat lewat
lembaga Kurangnya keterlibatan tokoh agama yang dipercaya oleh masyarakat untuk menyampaikan
manfaat berzakat lewat lembaga . Tidak adanya kesesuaian target mustahik antara muzakki dan lembaga.
Kurangnya konsistensi komunikasi dalam hal pelaporan dan kurangnya pelibatan muzakki dalam
penyaluran . Ketiga terkait dengan pengelolaan zakat maka ditemukan bahwa tidak adanya koordinasi
antara LAZ dan BAZ hal ini dibuktikan dengan Masing-masing LAZ maupun BAZ memiliki mapping wilayah
target khalayak sendiri yang berakibat kurang optimalnya program-program yang dijalankan serta
Program-program yang dijalankan LAZ di wilayah Solo terkesan tumpang tindih yang berpotensi
menyebabkan kurang optimalnya manfaat yang diterima mustahik. Keempat adalah temuan yang
menarik terkait aspek yang mempengaruhi muzakki untuk menyalurkan zakatnya secara langsung.
Temuan menarik tersebut adalah bahwa muzakki yang menyalurkan zakatnya secara langsung
disebabkan karena perasaan puas yang didapatkan saat menentukan, menyalurkan, dan menyaksikan
sendiri pendistribusian zakatnya. Implikasi dari temuan penelitian ini adalah pertama, bahwa model
pengelolaan zakat perlu diawali, atau paling tidak dibarengi dengan model edukasi dan penyadaran
masyarakat akan arti pentingnya berzakat melalui lembaga. Model edukasi dan penyadaran masyarakat
tersebut perlu disesuaikan dengan aspek aspek yang mempengaruhi para muzakki dalam memutuskan
penyaluran zakatnya. Salah satu faktornya adalah penggunaan tokoh yang dipercaya masyarakat untuk

menyampaikan pesan di media massa tentang pentingnya berzakat melalui lembaga. Kedua, model
pengelolaan zakat berbasis human governance untuk mengentaskan kemiskinan haruslah menekankan
fungsi koordinasi antar lembaga zakat. Fungsi koordinasi menjadi sangat penting dalam hal

pengembangan data base terkait peta target khalayak dan peta kebutuhan masyarakat miskin di seluruh
daerah di Surakarta.