PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA OPERASI PERUSAHAAN DI SEKITAR IPO DI BURSA EFEK INDONESIA.
PENGARUH MANAJ EMEN LABA TERHADAP KINERJ A OPERASI
PERUSAHAAN DI SEKITAR IPO
(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Umum Perdana Pada
Tahun 2003-2008 di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Kepada Persyaratan
Dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
ERA WAHYU HANDAYANI
0613315037
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAW TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJ EMEN LABA TERHADAP KINERJ A OPERASI
PERUSAHAAN DI SEKITAR IPO
(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Umum Perdana Pada
Tahun 2003-2008 di Bursa Efek Indonesia)
Disusun Oleh :
ERA WAHYU HANDAYANI
0613315037/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal, 20 April 2012
Pembimbing Utama
Tim Penguji
Ketua
Dra.Ec.Siti Sundari, MSi
Dr s.Ec.Tamadoy Thamrin, MM
Sekretaris
Dra.Ec.Siti Sundari, MSi
Anggota
Dra.Er r y. Andhaniwati. M Aks, Ak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJ EMEN LABA TERHADAP KINERJ A OPERASI
PERUSAHAAN DI SEKITAR IPO
Yang diajukan :
ERA WAHYU HANDAYANI
0613315037/FE/EA
disetujui untuk lisan oleh :
Pembimbing Utama
Dra.Ec.Siti Sundar i,MSi
NIP.196308121990032001
Tanggal …………………
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veter an”
J awa Timur
Drs.Ec.H.RA.Suwaidi,MS
NIP.196003301986031003
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
USULAN PENELITIAN
PENGARUH MANAJ EMEN LABA TERHADAP KINERJ A OPERASI
PERUSAHAAN DI SEKITAR IPO
yang diajukan :
ERA WAHYU HANDAYANI
0613315037
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Uama
Dra.Ec.Siti Sundar i, Msi
NIP. 196308121990032001
Tanggal ……………
Mengetahui
Ketua Pr ogr am Studi Akuntansi
Dr.Sr i Tr isnaningsih,SE,Msi
NIP.1965092919922032001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
segala kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik sampai
tersusunnya laporan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Manejemen Laba terhadap Kinerja
Operasi Perusahaan di sekitar IPO di Bursa Efek Indonesia”
Penelitian skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa serta menunjang teori yang didapat selama masih kuliah dan juga sebagai bahan
referensi di perpustakaan UPN “Veteran” Jatim.
Semua ini tidak dapat terlaksana tanpa adanya bantuan dari semua pihak ataupun
instansi yang berhubungan dengan laporan ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaiakn ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Prof. Dr H. R. Teguh MP, Ir.Sutiyono, MT, selaku Rektor Universitas
Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembanguna Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Drs.Ec. H. RA. Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Ibu Dr. Sri Trisnaningsih SE, Msi selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5.
Ibu Dra. Ec.Siti Sundari SE,Msi selaku dosen pembimbing yang kesabaran, ketelatenan
dan kerelaan telah membimbing dan member petunjuk sampai terselesainya skripsi ini.
6.
Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff Fakultas Ekonomi Universita Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
khusunya program studi Akuntansi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama ini.
7.
Bapak (Alm) dan Ibuku yang tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh kasih
sayang serta selalu memberikan doa restunya bagi penulis.
8.
Kakak-kakakku terkkasih Emi, Seto, Iman dan Sigit dan adiku Niken yang selalu
memberikan dukungan baik secara moral maupun material.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9.
Suamiku tercinta Roger Stark dan kedua anakku Ronre dan Reinhard tersayang yang
selalu mengasihi, memberikan doa dan dukungan baik moral maupun material kepada
penulis.
10.
Semua teman-teman mahasiswa UPN satu pararel dan seluruh pihak atau pribadi yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga laporan Tugas Akhir ini berguna bagi semua. Amin.
Surabaya, April 2012
Penyusun
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGARUH MANAJ EMEN LABA TERHADAP KINERJ A OPERASI PERUSAHAAN
DI SEKITAR IPO DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
ERA WAHYU HANDAYANI
Abstr ak
Isu mengenai usaha manajer untuk melakukan manajemen laba sebenarnya bukan merupakan isu
baru di bidang akuntansi. Hal ini sudah ada sejak lama, dahulu dikenal sebagai income smoothing.
Manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam
struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai
prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan
angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. (Healy & Wahle; 1999)
Dalam penelitian ini sampel diambil dengan metode purposive sampling yang hasilnya diperoleh
25 perusahaan yang melakukan IPO tahun 2003-2008 dan periode pengamatan adalah dua tahun sebelum
IPO dan dua tahun setelah IPO. Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia
yang berada di Surabaya. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Sederhana
dengan alat bantu computer yang menggunakan program SPSS 17.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh
manajemen laba terhadap kinerja operasi di sekitar IPO tidak teruji kebenarannya serta hipotesis yang
menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja operasi sebelum dan setelah IPO juga tidak teruji
kebenarannya.
Keyword : Manajemen laba, Kinerja operasi, Initial Public Offering
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan
tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan
kreditur dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi
dana mereka. Dalam penyusunan laporan keuangan dasar akrual dipilih
karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan
perusahaan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar akrual dapat
memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode
akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja
dipilih oleh manajemen untuk tujuan tersebut dikenal dengan sebutan
Manajemen Laba/Earnings Management. (Julia Halim 2005).
Isu mengenai usaha manajer untuk melakukan manajemen laba
sebenarnya bukan merupakan isu baru di bidang akuntansi. Hal ini sudah
ada sejak lama, dahulu dikenal sebagai income smoothing. Manajemen
laba merupakan usaha pihak manajer yang disengaja untuk memanipulasi
laporan keuangan dalam batasan yang dibolehkan oleh prinsip-prinsip
akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan pihak manajer (Inten
Mutia, 2004). Meskipun secara prinsip praktek manajemen laba ini tidak
menyalahi prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum, namun adanya
prkatek ini dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap laporan
keuangan eksternal dan menghalangi kompentensi aliran modal di pasar
modal. (Scott et al. 2001). Praktek ini juga dapat menurunkan kualitas
laporan keuangan suatu perusahaan. Manajemen laba juga merupakan hal
yang merugikan investor karena mereka tidak akan mendapat informasi
yang benar mengenai posisi keuangan perusahaan.
Menurut Schipper (1989), manajemen laba adalah intervensi dalam
proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan pribadi. Healy & Wahlen (1999) dalam Inten
Mutia (2004) menyatakan juga bahwa manajemen laba terjadi apabila
manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam
struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan
pemegang
saham
mengenai
prestasi
ekonomi
perusahaan
atau
mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan
angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Tinggi rendahnya tingkat kepercayaan pada suatu perusahaan
tergantung pada kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan.
Informasi berkualitas yang dimaksud adalah informasi yang akurat
mengenai kinerja perusahaan yang biasanya tercermin dalam laporan
keuangan yang disusun secara periodic. Salah satu ukuran prestasi suatu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
perusahaan dalam laporan keuangan
informasi
earnings
merupakan
adalah earnings (laba), karena
perhatian
utama
untuk
menaksir
kinerja/pertanggungjawaban manajemen dan juga membantu
para
pemegang saham/pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di
masa yang akan datang (gumanti : 2000)
Adanya kecenderungan lebih memperhatikan earnings (laba)
disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur
berdasarkan informasi tersebut. Kinerja yang buruk dapat mendorong
pemegang saham melakukan penggantian manajer yang kemudian dapat
menurunkan nilai pasar manajer yang bersangkutan di pasar tenaga kerja.
Hal inilah
yang
dapat
mendorong manajer
melalukan perilaku
menyimpang (dysfunctional behavior) yang salah satu bentuknya earnings
management.
Salah satu syarat yang ditetapkan pengawas pasar modal untuk
perusahaan yang akan melakukan penawaran perdana saham di pasar
modal (initial public
oferring/IPO)
adalah dokumen prospektus.
Prospektus berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual (Hartono
2000:20). Prospektus tersebut disiapkan oleh perusahaan untuk keperluan
regristasi dan didistribusikan kepada public (Francis 1993:154) dan
didistribusikan untuk setiap investor (Jones 2000:75). Ketika prospectus
merupakan informasi satu-satunya informasi yang dapat digunakan oleh
investor dalam memutuskan investasi pada perusahaan yang sedang IPO,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
informasi asymmetry antara manajemen dengan pihak eksternal
perusahaan tinggi (Teoh et al 1998a). Informasi asymmetry yang tinggi
tersebut memberi peluang manajemen untuk melakukan manejemen laba
dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmurannya. Rao (1993)
menyatakan bahwa pada periode sebelum terjadinya IPO hampir tidak ada
pemberitaan apapun mengenai perusahaan yang bersangkutan baik di
media massa maupun media elektronik. Adanya keterbatasan informasi
yang dimiliki para investor mengharuskan mereka untuk mengandalkan
laporan keuangan yang ada untuk melakukan penilaian atas kinerja emiten
sebelum IPO dan juga menilai kemungkinan terjadinya manajemen laba.
Manajemen dapat menyusun laporan keuangan dengan memilih metode
akuntansi/akrual yang akan meningkatkan laba dan laba yang tinggi
diharapkan akan dihargai tinggi oleh investor berupa penawaran yang
tinggi pula (Assih et al,2005). Dalam asumsi demikian, diperkirakan
bahwa praktik manajemen laba pada saat IPO dimaksudkan untuk
mendongkrak harga saham perdana.
Kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif internal dapat diukur
dari rasio profitabilitas dan rasio pertumbuhan. Rasio profitabilitas
mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang
dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio pertumbuhan mengukur
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonomisnya
dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industry atau pasar produk
tempatnya beroperasi. Return on Assets (ROA) dan Return On Equity
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
(ROE) merupakan alat yang sering digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan organisasi (Weston dan Copeland, 1995:243).
Kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif eksternal adalah
kemampuan perusahaan untuk meningkatkan/mempertahankan pangsa
pasar (market share) dalam industry. Konsep ini mencerminkan ukuran
kefektifan perusahaan berbasis standar eksternal (Weston dan Copeland,
1995:245)
Mengingat tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan
dewasa
ini
maka
mempertahankan
go
public
kelangsungan
merupakan
aktivitas
jalan
terbaik
untuk
perusahaan/bahkan
meningkatkan skala kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menjadi obsesi
semua pengusaha untuk menjadikan perusahaannya bertahan selamanya,
bahkan menjadi besar namun untuk mencapainya tidaklah mudah, paling
tidak harus dipenuhi dua hal : (1) profesionalisme dalam pengelolaan
perusahaan dan (2) tambahan modal untuk melakukan peningkatan
kapasitas produksi (Martono, 2002)
Ada berbagai tolak ukur untuk pencapaian kinerja salah satunya
adalah sejalan dengan yang dikemukakan oleh Denison (2000) bahwa
suatu perusahaan dikatakan berkinerja baik dengan tolak ukur berpredikat
baik pada (1) keuntungan (2) kualitas (3) inovasi (4) pangsa pasar (5)
pertumbuhan penjualan dan (6) kepuasan para karyawannya ( suara
merdeka, 14 Maret 2005)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
Indikator daya tarik bisnis (business attractivess) dapat diukur dari
prfitabilitas industry (seperti ROA dan ROE industry). Semakin tinggi
rasio ini maka akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam industry
(Martono, 2002)
Beberapa
studi
menemukan
bahwa
perusahaan
melakukan
manajemen laba sebelum IPO. Friedlan (1994) menemukan bahwa
perusahaan-perusahaan di AS menaikan laba akuntansi perioda satu
tahuun sebelum IPO. Jain dan Kimi (1994) menyatakan bahwa terdapat
penurunan kinerja opersional setelah IPO. Penurunan tersebut menunjukan
indikasi telah terjadi manajemen laba menjelang IPO. Teoh et el (1998)
menemukan bahwa ada perusahaan yang berperilaku agresif (menaikan
laba) dan ada yang berperilaku konservatif ketika menyusun laporan
keuangan satu periode sebelum IPO.
Imam Sutanto (2000), Gumanti (2001), Saiful (2002) dan Raharjono
(2005) menemukan bahwa terjadi manajemen laba menjelang IPO di BEJ.
Gumanti (2001) dan Saiful (2002) menyimpulkan bahwa manajemen
melakukan manajemen laba periode dua tahun menjelang IPO dan tidak
terdapat indikasi manajemen laba periode satu tahun menjelang IPO.
Penelitian Halim dkk (2005) berjudul “Pengaruh Manajemen Laba
pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan
Manufaktur yang termasuk dalam indeks LQ45” dengan menggunakan
sampel 34 perusahaan dari 2001 sampai dengan 2002. Hasil penelitiannya
adalah bahwa perusahaan manufaktur yang termasuk LQ45 terlihat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
melakukan tindakan manajemen laba. Asimetri informasi, kinerja
perusahaan masa kini, masa depan, factor leverage, ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan pada manajemen laba.
Diskusi mengenai manajemen laba semakin meningkat terutama
berkaitan dengan penetapan Standar Akuntasi mengenai manajemen laba
tersebut. Menurut Munter (1999) dan Ketz (1999) manajemen laba harus
dicegah karena dapat menyesatkan keputusan investor. Sedangkan
Subramanyam (1996) menyatakan bahwa jika manajemen laba dilakukan
dengan
metode perataan laba (income smoothing) tidak perlu
dipersoalkan. Manajemen laba tidak perlu dicegah seandainya investor
mampu bereaksi dengan tepat.
Dengan melihat latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai manajemen laba dengan judul “Pengaruh
Manajemen Laba terhadap Kinerja Operasi Perusahaan disekitar IPO di
Bursa Efek Indonesia”
1.2
Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
(1) “Apakah
terdapat perbedaan kinerja operasi sebelum dengan sesudah IPO?” (2)
“Apakah terdapat pengaruh manajemen laba terhadap kinerja operasi
perusahaan?”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris bahwa
perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba di sekitar
IPO, untuk menguji secara empiris adanya perbedaan kinerja operasi
sebelum dan sesudah IPO, serta pengaruh manajemen laba terhadap
kinerja operasi perusahaan di sekitar IPO.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapakan dapat diperoleh dalam penelitian ini :
1. Bagi Manajemen Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan untuk
dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen dalam upaya
melakukan earnings management.
2. Bagi Penulis
Menambah wawasan, pengetahuan sekaligus memberi gambaran
secara realitas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan
dalam kaitannya dengan kinerja operasi perusahaan sebelum dan
sesudah IPO.
3. Bagi Investor
Dapat memberikan bahan informasi dan pertimbangan dalam
menanamkan modalnya pada perusahaan yang go publik di Indonesia.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
4. Bagi Universitas
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta sebagai
bahan referensi ilmiah bagi para peneliti berikutnya yang hendak
mengambil topik yang sama.
5. Bagi Pengguna Laporan Keuangan Lainnya
Dapat memberikan informasi tambahan yang memungkinkan
mereka
untuk
mengambil
tindakan
yang
perlu
pada
saat
menginterpretasikan data keuangan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1
Hasil Penelitian Ter dahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang
sedang dibahas dalam penelitian ini pernah dilakukan oleh :
1. Saiful (2004)
Judul :
“Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) dengan
Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO”
Rumusan Masalah
“Apakah perusahaan yang terdaftar di BEJ telah melakukan
manajemen laba di sekitar IPO?” dan “Apakah hubungan manajemen
laba di sekitar IPO dengan kinerja operasi dan return saham setelah
IPO?
Kesimpulan
Bahwa terjadi manajemen laba di sekitar IPO yaitu periode 2
tahun sebelum IPO ketika IPO dan 2 tahun setelah IPO. Kinerja
operasi setelah IPO rendah, rendahnya kinerja tersebut dipengaruhi
oleh manajemen laba. Dan return saham 1 tahun setelah IPO rendah,
namun peneliti tidak berhasil menemukan hubungan antara rendahnya
return saham setelah IPO dengan manajemen laba di sekitar IPO.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel terhadap 78
perusahaan yang IPO tahun 1994-1997.
Adapun perbedaan dan persamaan antara peneliti terdahulu
diatas dengan penelitian ini adalah :
Perbedaan :
-
Sampel dalam penelitian terdahulu diambil dari populasi perusahaan
yang terdaftar di BEJ yang melakukan IPO di tahun 1991-1994,
sedangkan penelitian ini dilakukan pada periode tahun 2003-2010.
-
Peneliti terdahulu mengambil sampel perusahaan yang memiliki
prospectus yang berisi laporan keuangan minimal tiga tahun
sebelum IPO, sementara dalam penelitian ini mengambil laporan
keuangan perusahaan minimal 2 tahun sebelum IPO.
-
Peneliti terdahulu selain meneliti kinerja perusahaan (ROA) juga
meneliti return saham di sekitar IPO, dalam penelitian ini hanya
meneliti kinerja perusahaan (ROA).
Persamaan
-
Peneliti terdahulu dan peneliti sekarang menggunakan sampel
perusahaan yang terdaftar di BEJ.
-
Peneliti terdahulu dan peneliti sekarang sama-sama menggunakan
proxy Discretionary Accrual (DA) untuk menghitung Earnings
Management.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
2. Irawan, Gumanti (2009)
Judul
“Indikasi Earnings Management pada Initial Public Offering”
Rumusan Masalah
Penelitian terhadap perusahaan yang Go Publik pada periode 2000
hingga 2005 sebanyak 97 perusahaan ini mempunyai rumusan masalah
yaitu “Apakah perusahaan yang melakukan IPO terindikasi melakukan
earnings management pada periode sebelum dan sesudah penawaran?”
Kesimpulan
Perubahan pada earnings dan cash flow from operation tidak
mengindikasikan earnings management/dengan kata lain perusahaan
tidak terindikasi melakukan earnings management
pada periode
sebelum go public dengan cara menaikan laba yang diikuti kenaikan
pada arus kas. Indikasi earnings management dengan cara menurunkan
laba yang diikuti oleh kenaikan aarus kas operasi tidak terbukti pada
periode setelah go public. Perusahaan tidak terindikasi menaikan laba
yang diikuti kenaikan pada arus kas operasi pada periode sebelum go
public. Perusahaan tidak terindikasi melakukan earnings management
dengan cara menurunkan laba yang diikuti oleh menurunnya arus kas
aktifitas operasi pada periode setelah go public. Dan indikasi earnings
management tidak terbukti dilakukan oleh manajemen pada periode
sebelum dan setelah go public.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
Perbedaan antara peneliti terdahulu dan peneliti sekarang :
-
Populasi peneliti terdahulu adalah perusahaan yang Go Publik
periode 2000-2005, peneliti sekarang periode 2003-2010.
-
Peneliti terdahulu menggunakan variabel Net Profit After Tax
(NPAT), Net Cash Flow from Operation (NCFO), dan Total Asset
(TA), sementara dalam penelitian ini tidak menyertakan variabel
Net Cash Flow from Operation (NCFO).
Persamaannya adalah :
-
Pengambilan sampel sama-sama menggunakan metode Purposive
Sampling dengan kriteria antara lain bahwa perusahaan yang
bergerak di sector perbankan dan industry jasa keuangan lainnya
tidak dimasukan.
3. Widyaningdyah (2001)
Judul
“Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Earnings
Mangement pada Perusahaan Go Public di Indonesia”
Rumusan Masalah
“Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara factor
reputasi auditor, jumlah dewan direksi, leverage dan presentase saham
yang ditawarkan kepada public saat IPO terhadap Earnings
Management?”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
Kesimpulan
Bahwa hanya leverage saja yang berpengaruh signifikan
terhadap earnings management. Perusahaan yang terancam default
(tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo) cenderung
melakukan earnings management dengan menaikan laba. Hal ini
dilakukan dalam rangka memperbaiki posisi bargainnya saat negosiasi
ulang/perusahaan melakukan go public untuk mendapatkan dana
segar karena kesulitan mencari dana pinjaman. Penelitian ini
dilakukan terhadap perusahaan yang tercatat di BEJ sejak tahun 1994
sampai dengan 1997 sebanyak 51 perusahaan.
Perbedaan dan persamaan peneliti terdahulu dengan peneliti yang
sekarang adalah sebagai berikut :
Perbedaan :
-
Populasi dalam peneliti terdahulu adalah perusahaan yang tercatat di
BEJ periode tahun 1994 sanpai dengan 1997, sementara peneliti
sekarang periode 2003-2010
Persamaan :
-
Sama-sama tidak memasukan perusahaan yang masuk dalam sector
perbankan dan jasa keuangan lainnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
4.
Ayu (2005)
Judul
“Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Operasi dan
Return Saham pada Perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering”
Rumusan Masalah
“Apakah manajemen laba berpengaruh positif terhadap kinerja
operasi pada perusahaan yang melakukan IPO?”, “Apakah
manajemen laba berpengaruh positif terhadap return saham pada
perusahaan yang melakukan IPO?” dan “Apakah ada perbedaan
kinerja operasi dan return saham pada perusahaan yang terdapat di
BEJ periode sebelum melakukan IPO dengan pada saat peristiwa
IPO dan sesudah melakukan IPO dengan pada saat peristiwa IPO?”
Kesimpulan
Variabel manajemen laba mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja operasi perusahaan. Variabel manajemen laba
mempunyai pengaruh terhadap return saham perusahaan dan
hubungannya negative. Ada perbedaan kinerja operasi (ROA) yang
secara statistic signifikan sebelum dan pada saat peristiwa dengan
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Sedangkan sesudah
peristiwa didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang secara statistic
tidak signifikan dengan tingkat signifikansi lebih besar 0,05. Dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
untuk return saham didapatkan hasil bahwa peristiwa IPO yang
tercermin dari return saham.
Perbedaan peneliti terdahulu dengan peneliti sekarang :
-
Peneliti terdahulu selain meneliti kinerja operasi juga meneliti
tentang return saham, sementara peneliti sekarang hanya kinerja
operasi saja.
-
Sampel pada peneliti terdahulu adalah perusahaan dengan laporan
keuangan 3 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah IPO, sementara
peneliti yang sekarang adalah 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah
IPO.
-
Pengukuran
Earnings
Management
(manajemen
Laba)
menggunakan Current Accrual untuk peneliti yang terdahulu,
sementara peneliti yang sekarang menggunakan Discretionary
Accrual.
Persamaannya :
-
Data laporan keuangan yang dijadikan sampel sama-sama diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia.
5. Utomo (2006)
Judul
“Earnings
Management
dalam
Penawaran
Saham
Perdana
Perusahaan Perbankan di BEJ”
Rumusan Masalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
“Apakah ada Earnings Management dalam penawaran saham
perdana pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ?”
Kesimpulan
Pihak manajemen perusahaan yang melakukan IPO terbuktii
melakukan tindakan earnings management, hal ini dikarenakan
perusahaan yang telah melakukan IPO akan cenderung melakukan
ekspansi pasar yang lebih besar karena memiliki peluang yang besar
dalam mendapatkan dana dari investor. Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara earnings management sebelum dan saat, atau saat
dengan sesudah IPO. Hal ini berarti bahwa IPO tidak terbukti menjadi
pendorong sikap manajemen untuk mengambil keuntungan bagi
dirinya sendiri dengan melakukan tindakan earnings management.
Perbedaan dan persamaan antara peneliti terdahulu degan peneliti yang
sekarang adalah :
Perbedaan :
-
Dalam peneliti terdahulu menggunakan perusahaan di sektor
perbankan dalam sampelnya, sementara peneliti sekarang justru
tidak memasukan perusahaan perbankan sebagai sampel.
6. Kusumawardhani, Siregar (2009)
Judul
“Fenomena Manajemen Laba menjelang IPO dan Kaitannya
dengan Nilai Perusahaan Perdana serta Kinerja Perusahaan pasca IPO:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
Studi Empiris pada Perusahaan yang IPO di Indonesia tahun 20002003”
Rumusan Masalah
“Apakah manajemen laba itu dilakukan sebagai sebuah tindakan
oportunistik untuk mendapatkan harga saham yang tinggi pada
penawaran perdana, atau justru sebagai sebuah sinyal informasi privat
yang dimiliki perusahaan terkait kinerja perusahaan di masa lalu dan
estimasi kinerja perusahaan di masa yang akan datang?
Kesimpulan
Bahwa rata-rata perusahaan melakukan manajemen laba yang
meningkatkan laba melalui komponen total akrual diskresioner pada
periode satu tahun menjelang IPO.
Bahwa tidak terbukti perusahaan melakukan manajemen laba
sebelum IPO melalui penggunaan komponen modal kerja akrual
diskresioner. Penggunaan komponen total akrual diskresioner lebih
dipilih manajemen karena lebih bersifat jangka panjang dibandingkan
komponen modal kerja akrual diskresioner.
Manajemen laba yang dilakukan adalah indikasi adanya
tindakan oprtunistik yang terlihat dari hubungan negative antara
manajemen laba yang dilakukan perusahaan selama 2 tahun sebelum
IPO dengan rata-rata pertumbuhan nilai EVA perusahaan pasca IPO
selama 3 tahun dimulai dari periode perusahaan melakukan IPO.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
7. Joni dan Jogiyanto (2008)
Judul
“ Hubungan Manajemen Laba sebelum IPO dan Return Saham
dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi”
Rumusan Masalah
“Apakah hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return
saham dengan kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi?” dan
“ Apakah perusahaan yang terdapat di BEJ melakukan manajemen
laba di sekitar IPO?”
Kesimpulan
Perusahaan
melakukan
manajemen
laba
dengan
mnenurunkan nilai laba periode t-2 (mean reversing), kemudian
manajemen laba dilakukan dengan menaikan laba pada peride t-1.
Perusahaan juga melakukan manajemen laba dengan menaikan laba
periode lima tahun setelah IPO.
Manajemen laba pada periode t-2 sebslum IPO berhubungan
dengan
return saham dengan menggunakan kecerdasan investor
sebagai
variabel
pemoderasi.
Manajemen
laba
yang
tinggi
menyebabkan nilai harga saham rendah ketika mempertimbangkan
factor kecerdasan investor. Sampel dalam penelitian ini adalah 75
perusahaan dengan kepemilikan institusi >40% dan 63 perusahaan
dengan kepemilikan institusi > 60% pada periode 1992 sampai dengan
2002.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
Perbedaan dan persamaan yang ada antara peneliti terdahulu
dengan peneliti yang sekarang adalah :
Perbedaan :
-
Peneliti teerdahulu menggunakan variabel pemoderasi berupa
kecerdasan investor, sementara dalam penelitian ini tidak ada
variabel pemoderasi.
-
Peneliti terdahulu melakukan penelitian pada perusahaan sebelum
IPO, sementara penelitian sekarang pada perusahaan sebelum dan
sesudah IPO.
Persamaan :
-
Pengukuran Manajemen Labanya menggunakan nilai akrual
diskresioner (DA)
2.2
Landasan Teor i
2.2.1
Laba (Earnings)
2.2.1.1 Penger tian Laba
Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi), istilah
income pada umumnya dimaknai sebagai jumlah laba bersih sehingga
istilah laba lebih menggambarkan apa yang dimaksud income dalam bukubuku tersebut. Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada
konsep yang oleh FASB disebut dengan laba komprehensif. Laba
komprehensif dimaknai sebagai kenaikan asset bersih selain yang dari
transaksi dengan pemilik. Karena akuntansi secara umum menganut kos
historis, kos akrual dan konsep penandingan, laba akuntansi yang sekarang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
dianut dimaknai sebagai selisih antara pendapatan dan biaya. Sementara
itu pendapatan dan biaya diukur dan diakui melalui prosedur tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU). Choriri
dan Ghozali (2001:301) menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat 3
konsep earnings yang umum dibicarakan dalam ekonomi yaitu:
1. Physic income, yang menunjukan komsumsi barang/jasa yang
dapat memenuhi kepuasan dan keinginan individu.
2. Real income, yang menunjukan kenaikan dalam kemakmuran
ekonomi yang ditunjukan oleh kenaikan cost of living.
3. Money income, yang menunjukan kenaikan nilai moneter sumbersumber ekonomi yang digunakan untuk komsumsi sesuai dengan
biaya hidup (cost of living).
2.2.1.2 Tujuan Pelaporan Laba
Adapun pengertian dan cara pengukurannya, laba akuntansi dengan
berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai
berikut:
•
Indikator efesiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan
yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of
return on invested capital).
•
Pengukur prestasi/kinerja badan usaha dan manajemen
•
Dasar penentuan besarnya pajak
•
Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu Negara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
•
Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan
publik
• Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrkak utang
• Dasar kompensasi dan pembagian bonus
• Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
• Dasar pembagian dividen (Suwardjono, 2005: 456-457)
Hendriksen dan Van Breda (1992) dalam buku Teori Akuntansi
Suwardjono mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang
berjalan (konvensional) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi
mempunyai beberapa kelamahan sebagai berikut (hal 456):
• Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga
laba tersebut secara intuitif dan ekonomik bermakna
• Penyajian dan pengukuran laba masih di fokuskan pada pemegang
saham biasa/residual
• Prinsip
akuntansi berterima umu (PABU) sebagai pedoman
pengukuran
laba
masih
memberi
peluang
untuk
terjadinya
ketaktaatasasan (inkosistensi) antar perusahaan
• Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara
umum belum memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan
harga.
• Dalam menilai kinerjaa perusahaan secara keseluruhan, investor dan
kreditor memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
atau bahkan lebih bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi
belum menjadi tuntutan yang mendasar.
2.2.1.3 Ciri-cir i Laba Akuntansi
Menurut Belkaoui (1987:233) dalam buku Teori Akuntansi Laba
akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara
pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut
dan biaya hostoris yang sepadan dengannya. Dengan definisi tersebut
maka menurutnya ada 5 ciri khas laba akuntansi :
•
Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan
•
Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan berhubungan
dengan prestasi keuangan perusahaan itu selama periode waktu
tertentu.
•
Laba
akuntansi
didasarkan
pada
prinsip
pendapatan
dan
membutuhkan definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan.
•
Laba akuntansi membutuhkan pengukuran biaya dalm bentuk biaya
historis bagi perusahaan yang melahirkan kepatuhan yang ketat pada
prinsip biaya
•
Laba akuntansi mensyaratkan agar pendapatan yang direalisasi dari
periode itu dikaitkan pada biaya relevan yang tepat/sepadan.
2.2.2
Manajemen Laba
2.2.2.1 Penger tian Manajemen Laba
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Ada beberapa definisi mengenai manajemen laba diantaranya yang
dikemukakan oleh Belkaoui, Ahmed (2007:201) yang mendefinisikan
manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Sementara
Inten Mutia
(2004:335)
mengemukakan bahwa
manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang disengaja
untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang dibolehkan
oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk memberikan
informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan bagi
keuntungan pihak manajer.
Menurut Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2007) membagi
definisi manajemen laba menjadi 2 yaitu:
a.
Definisi sempit
Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode akuntansi. Earnings management dalam artian
sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain”
dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan
besarnya earnings.
b.
Definisi luas
Earnings
management
merupakan
tindakan
manajer
untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu
unit dimana manajer bertanggung jawab tanpa mengakibatkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit
tersebut.
Menurut Schipper (1989) dalam Inten Mutia (2004) manajemen
laba adalah intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. Masih dalam
Inten Mutia (2004), Healy & Wanten (1999) menyatakan juga bahwa
manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dan
pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk merubah laporan
keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi
perusahaaan/mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai
kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
2.2.2.2 Faktor -faktor yang memotivasi ter jadinya Ear nings Management
Schipper (1989) dalam Sukartha Made (2007) berpendapat bahwa
ada beberapa faktor yang memotivasi manajer melakukan manajemen laba
adalah sebagai berikut:
1. Rencana bonus (Bonus Scheme)
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan
rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya
dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan
diterimanya (Healy 1985; Holthhausen dkk, 1995; Gaver & Austin,
1995)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
2. Kontrak utang jangka panjang (debt convenant)
Menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada
waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan
cenderung untuk memilih metode akutansi yang dapat memindahkan
laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat
mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami kontrak utang
(Deakin 1979; Dhalival, 1980; Bowen dkk 1981; Defond dan Jianba
luo, 1994).
3. Motivasi Politik (Political motivation)
Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar
dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba guna
mengurangi visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang
tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan
serta fasilitas dari pemerintah (Moses,1987; Naim dan Hartono 1996;
Putra 2000)
4. Motivasi perpajakan
Menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi
mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya
adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar (Boyton
dkk, 1992)
5.
Penggantian CEO (Chief Executive Officer)
Biasanya CEO yang akan pensiun/masa kontraknya menjelang
berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal
sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja buruk tujuannya
adalah untuk menghindarkan diri dari pemecatan.
6.
Penawaran Saham Perdana (IPO)
Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya
kepada publik informasi keuangan yang dipublikasikan dalam
prospektus merupakan informasi yang penting. Informasi tersebut
penting bagi para investor untuk mengambil keputusan menngenai
investasi mereka.
2.2.2.3 Teori-teori yang melandasi Earnings Management
2.2.2.3.1 Teor i Keagenan (Agency Theor y)
Menurut Lukas (2008:27) dalam bukunya Manajemen Keuangan
menyatakan bahwa paper mengenai penerapan teori keagenan pada
manajemen keuangan diajukan oleh Michael C.Jensen dan William H
Meckling. Hubungan keagenan/agency relationship muncul ketika satu
atau lebih individu (majikan) menggaji individu lain (agen/karyawan)
yang bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk
membuat keputusan kepada agen atau karyawannya.
Problem keagenan (agency problem) antara pemegang saham
(pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen
tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu
menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya manajer perusahaan bisa saja
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham,
tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka
sendiri. Terjadilah
conflict of interest. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguhsungguh untuk kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus
mengeluarkan biaya yang disebut agency cost all pengeluaran untuk
memonitor kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat struktur
organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang tidak
diingikan, serta opportunity cost yang timbul akibat kondisi dimana
manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa persetujuan
pemegang saham.
Agency problem juga muncul antara kreditor (pemberi hutang)
dengan pemegang saham (stockholders) yang diwakili oleh manajemen
perusahaan. Konflik muncul jika :
1. Manajer mengambil proyek-proyek yang resikonya lebih bersar
daripada yang diperkirakan oleh kreditor.
2. Perusahaan meningkatkan jumlah hutang hingga mencapai tingkatan
yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan oleh kreditor.
Sementara konsep Agency Theory menurut Anthony dan
Govindarajan (1995:569) seperti dikutip Widyaningdyah adalah
hubungan
atau
kontrak antara
principal dan
agent.
Principal
memperkerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan
principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari
principal ke agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive
Officer) sebagai agent mereka. Pemegang saham memperkerjakan CEO
untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal.
Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu
semata-mata termotivasi oleh kepentigan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak
principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan
dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi
untuk
memaksimalkan
pemenuhan
kebutuhan
ekonomi
dan
psikoligisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman,
maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat
terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas CEO seharihari untuk memastikan bahwa CEO bekerja sesuai dengan keinginan
pemegang saham.
Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja
agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas
diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah
yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki
oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang
disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individuindividu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri mengakibatkan
agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal
dan agent mendorong agent untuk menyajikan yang tidak sebenarnya
kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agent.
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Watts dan Zimmerman
1986) secara empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan agent
sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memacu agent untuk
memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan
sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu
bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai Earnings
Management.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa manajer
sebagai pelaksana oparasional perusahaan akan melakukan upaya-upaya
untuk dapat ‘mempercantik’ laporan keuangannya untuk kepentingan Go
Publik/IPO,
sementara
pihak
principal/pemegang
saham
akan
menyetujui apabila upaya yang dilakukan oleh pihak manajer dalam
penawaran perdana tersebut menguntungkan mereka begitu pula
sebaliknya.
2.2.2.3.2 Teori Akuntansi Positif ( Positif AccountingTheor y)
Dorongan terbesar bagi pendekatan positif dalam akuntansi
adalah untuk menjelaskan dan meramalkan pilihan standar manajemen
melalui analisis atas biaya dan manfaat dari pengungkapan keuangan
tertentu
dalam
hubungannya
dengan
berbagai
individu
dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
pengalokasian sumber daya ekonomi. Teori positif didasarkan pada
adanya
dalil
bahwa
manajer,
pemegang
saham,
dan
aparat
pengatur/politisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk
memaksimalkan kegunaan mereka yang secara langsung berhubungan
dengan kompensasi dan oleh karena itu kesejahteraan mereka juga.
Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi untuk beberapa kelompok tersebut
bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedurprosedur
akuntansi
alternatif
dengan
cara
demikian
untuk
memaksimalkan kegunaan mereka. Pilihan akuntansi tergantung pada
variabel-variabel yang mencerminkan insentif manajemen dalam
memilih metode akuntansi berdasarkan rencana bonus, kontrak utang,
dan proses politik.
2.2.2.4 Strategi Manajemen Laba
Terdapat 3 jenis strategi manajemen laba (Halsey, Subramanyam
Wild,2005 : 120) :
1. Meningkatkan laba periode kini (Increasing Income)
Strategi meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini
untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini juga
memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode.
2. Mandi besar (Big Bath)
Strategi big bath ini dilakukan melalui penghapusan sebanyak
mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode
dengan kinerja yang buruk/peristiwa saat terjadi satu kejadian yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau retstruktrisasi.
Strategi ini juga seringkali dilakukan setelah strategi peningkatan laba
pada periode sebelumnya. Karena sifat big bath yang tidak biasa dan
tidak berulang, pemakai cenderung tidak memperhatikan dampak
keuangannya. Hal ini memberikan kesempatan untuk menghapus dosa
masa lalu dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan laba di
masa depan.
3. Perataan Laba ( Income Smoothing)
Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada
strategi ini, manajer meningkatkan/menurunkan laba yang dilaporkan
untuk mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak
melaporkan bagian laba pada periode baik dengan melipatkan
cadangan/”bank” laba dan kemudian melaporkan laba ini saat periode
buruk.
2.2.2.5 Teknik Manajemen Laba
Area yang memberikan kesempatan optimal untuk manajemen
laba mencakup pengakuan pendapatan, penilaian persediaan, estimasi
cadangan seperti beban piutang tak tertagih dan pajak tangguhan serta
beban yang hanya terjadi satu kali seperti restrukturisasi dan penurunan
nilai aktiva. Dua metode utama dalam manajemen laba menurut (Halsey,
Subramanyam, Wild, 2005:123) adalah sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
1.
Pemindahan Laba
Pemindahan
laba
merupakan
manajemen
laba
dengan
memindahkan laba dari satu periode ke periode lainnya. Pemindahan
laba dapat dilakukan dengan mempercepat/menunda pengakuan
pendapatan/beban. Contoh pemindahan laba sebagai berikut :
•
Mempercepat pengakuan pendapatan dengan membujuk
distributor/pedagang untuk membeli kelebihan produksi pada
akhir tahun fiskal, praktek ini sering terjadi pada industri
manufaktur mobil dan rokok.
•
Menunda pengakuan beban dengan mengkapitalisasi beban dan
mengamortisasi sepanjang periode masa depan. Contohnya
mencakup
kapitalisasi
bunga
dan
kapitalisasi
biaya
pengembangan software.
•
Memindahkan beban pada periode berikut dengan mengadopsi
metode akuntansi tertentu. Misalnya memilih meetode FIFO
untuk menil
PERUSAHAAN DI SEKITAR IPO
(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Umum Perdana Pada
Tahun 2003-2008 di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Kepada Persyaratan
Dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
ERA WAHYU HANDAYANI
0613315037
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAW TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJ EMEN LABA TERHADAP KINERJ A OPERASI
PERUSAHAAN DI SEKITAR IPO
(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Umum Perdana Pada
Tahun 2003-2008 di Bursa Efek Indonesia)
Disusun Oleh :
ERA WAHYU HANDAYANI
0613315037/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal, 20 April 2012
Pembimbing Utama
Tim Penguji
Ketua
Dra.Ec.Siti Sundari, MSi
Dr s.Ec.Tamadoy Thamrin, MM
Sekretaris
Dra.Ec.Siti Sundari, MSi
Anggota
Dra.Er r y. Andhaniwati. M Aks, Ak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SKRIPSI
PENGARUH MANAJ EMEN LABA TERHADAP KINERJ A OPERASI
PERUSAHAAN DI SEKITAR IPO
Yang diajukan :
ERA WAHYU HANDAYANI
0613315037/FE/EA
disetujui untuk lisan oleh :
Pembimbing Utama
Dra.Ec.Siti Sundar i,MSi
NIP.196308121990032001
Tanggal …………………
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veter an”
J awa Timur
Drs.Ec.H.RA.Suwaidi,MS
NIP.196003301986031003
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
USULAN PENELITIAN
PENGARUH MANAJ EMEN LABA TERHADAP KINERJ A OPERASI
PERUSAHAAN DI SEKITAR IPO
yang diajukan :
ERA WAHYU HANDAYANI
0613315037
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Uama
Dra.Ec.Siti Sundar i, Msi
NIP. 196308121990032001
Tanggal ……………
Mengetahui
Ketua Pr ogr am Studi Akuntansi
Dr.Sr i Tr isnaningsih,SE,Msi
NIP.1965092919922032001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
segala kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik sampai
tersusunnya laporan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Manejemen Laba terhadap Kinerja
Operasi Perusahaan di sekitar IPO di Bursa Efek Indonesia”
Penelitian skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa serta menunjang teori yang didapat selama masih kuliah dan juga sebagai bahan
referensi di perpustakaan UPN “Veteran” Jatim.
Semua ini tidak dapat terlaksana tanpa adanya bantuan dari semua pihak ataupun
instansi yang berhubungan dengan laporan ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaiakn ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Prof. Dr H. R. Teguh MP, Ir.Sutiyono, MT, selaku Rektor Universitas
Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembanguna Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Drs.Ec. H. RA. Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Ibu Dr. Sri Trisnaningsih SE, Msi selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5.
Ibu Dra. Ec.Siti Sundari SE,Msi selaku dosen pembimbing yang kesabaran, ketelatenan
dan kerelaan telah membimbing dan member petunjuk sampai terselesainya skripsi ini.
6.
Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff Fakultas Ekonomi Universita Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
khusunya program studi Akuntansi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama ini.
7.
Bapak (Alm) dan Ibuku yang tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh kasih
sayang serta selalu memberikan doa restunya bagi penulis.
8.
Kakak-kakakku terkkasih Emi, Seto, Iman dan Sigit dan adiku Niken yang selalu
memberikan dukungan baik secara moral maupun material.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9.
Suamiku tercinta Roger Stark dan kedua anakku Ronre dan Reinhard tersayang yang
selalu mengasihi, memberikan doa dan dukungan baik moral maupun material kepada
penulis.
10.
Semua teman-teman mahasiswa UPN satu pararel dan seluruh pihak atau pribadi yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga laporan Tugas Akhir ini berguna bagi semua. Amin.
Surabaya, April 2012
Penyusun
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGARUH MANAJ EMEN LABA TERHADAP KINERJ A OPERASI PERUSAHAAN
DI SEKITAR IPO DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
ERA WAHYU HANDAYANI
Abstr ak
Isu mengenai usaha manajer untuk melakukan manajemen laba sebenarnya bukan merupakan isu
baru di bidang akuntansi. Hal ini sudah ada sejak lama, dahulu dikenal sebagai income smoothing.
Manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam
struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai
prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan
angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. (Healy & Wahle; 1999)
Dalam penelitian ini sampel diambil dengan metode purposive sampling yang hasilnya diperoleh
25 perusahaan yang melakukan IPO tahun 2003-2008 dan periode pengamatan adalah dua tahun sebelum
IPO dan dua tahun setelah IPO. Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia
yang berada di Surabaya. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Sederhana
dengan alat bantu computer yang menggunakan program SPSS 17.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh
manajemen laba terhadap kinerja operasi di sekitar IPO tidak teruji kebenarannya serta hipotesis yang
menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja operasi sebelum dan setelah IPO juga tidak teruji
kebenarannya.
Keyword : Manajemen laba, Kinerja operasi, Initial Public Offering
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan
tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan
kreditur dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi
dana mereka. Dalam penyusunan laporan keuangan dasar akrual dipilih
karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan
perusahaan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar akrual dapat
memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode
akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja
dipilih oleh manajemen untuk tujuan tersebut dikenal dengan sebutan
Manajemen Laba/Earnings Management. (Julia Halim 2005).
Isu mengenai usaha manajer untuk melakukan manajemen laba
sebenarnya bukan merupakan isu baru di bidang akuntansi. Hal ini sudah
ada sejak lama, dahulu dikenal sebagai income smoothing. Manajemen
laba merupakan usaha pihak manajer yang disengaja untuk memanipulasi
laporan keuangan dalam batasan yang dibolehkan oleh prinsip-prinsip
akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan pihak manajer (Inten
Mutia, 2004). Meskipun secara prinsip praktek manajemen laba ini tidak
menyalahi prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum, namun adanya
prkatek ini dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap laporan
keuangan eksternal dan menghalangi kompentensi aliran modal di pasar
modal. (Scott et al. 2001). Praktek ini juga dapat menurunkan kualitas
laporan keuangan suatu perusahaan. Manajemen laba juga merupakan hal
yang merugikan investor karena mereka tidak akan mendapat informasi
yang benar mengenai posisi keuangan perusahaan.
Menurut Schipper (1989), manajemen laba adalah intervensi dalam
proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan pribadi. Healy & Wahlen (1999) dalam Inten
Mutia (2004) menyatakan juga bahwa manajemen laba terjadi apabila
manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam
struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan
pemegang
saham
mengenai
prestasi
ekonomi
perusahaan
atau
mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan
angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Tinggi rendahnya tingkat kepercayaan pada suatu perusahaan
tergantung pada kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan.
Informasi berkualitas yang dimaksud adalah informasi yang akurat
mengenai kinerja perusahaan yang biasanya tercermin dalam laporan
keuangan yang disusun secara periodic. Salah satu ukuran prestasi suatu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
perusahaan dalam laporan keuangan
informasi
earnings
merupakan
adalah earnings (laba), karena
perhatian
utama
untuk
menaksir
kinerja/pertanggungjawaban manajemen dan juga membantu
para
pemegang saham/pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di
masa yang akan datang (gumanti : 2000)
Adanya kecenderungan lebih memperhatikan earnings (laba)
disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur
berdasarkan informasi tersebut. Kinerja yang buruk dapat mendorong
pemegang saham melakukan penggantian manajer yang kemudian dapat
menurunkan nilai pasar manajer yang bersangkutan di pasar tenaga kerja.
Hal inilah
yang
dapat
mendorong manajer
melalukan perilaku
menyimpang (dysfunctional behavior) yang salah satu bentuknya earnings
management.
Salah satu syarat yang ditetapkan pengawas pasar modal untuk
perusahaan yang akan melakukan penawaran perdana saham di pasar
modal (initial public
oferring/IPO)
adalah dokumen prospektus.
Prospektus berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual (Hartono
2000:20). Prospektus tersebut disiapkan oleh perusahaan untuk keperluan
regristasi dan didistribusikan kepada public (Francis 1993:154) dan
didistribusikan untuk setiap investor (Jones 2000:75). Ketika prospectus
merupakan informasi satu-satunya informasi yang dapat digunakan oleh
investor dalam memutuskan investasi pada perusahaan yang sedang IPO,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
informasi asymmetry antara manajemen dengan pihak eksternal
perusahaan tinggi (Teoh et al 1998a). Informasi asymmetry yang tinggi
tersebut memberi peluang manajemen untuk melakukan manejemen laba
dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmurannya. Rao (1993)
menyatakan bahwa pada periode sebelum terjadinya IPO hampir tidak ada
pemberitaan apapun mengenai perusahaan yang bersangkutan baik di
media massa maupun media elektronik. Adanya keterbatasan informasi
yang dimiliki para investor mengharuskan mereka untuk mengandalkan
laporan keuangan yang ada untuk melakukan penilaian atas kinerja emiten
sebelum IPO dan juga menilai kemungkinan terjadinya manajemen laba.
Manajemen dapat menyusun laporan keuangan dengan memilih metode
akuntansi/akrual yang akan meningkatkan laba dan laba yang tinggi
diharapkan akan dihargai tinggi oleh investor berupa penawaran yang
tinggi pula (Assih et al,2005). Dalam asumsi demikian, diperkirakan
bahwa praktik manajemen laba pada saat IPO dimaksudkan untuk
mendongkrak harga saham perdana.
Kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif internal dapat diukur
dari rasio profitabilitas dan rasio pertumbuhan. Rasio profitabilitas
mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang
dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio pertumbuhan mengukur
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonomisnya
dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industry atau pasar produk
tempatnya beroperasi. Return on Assets (ROA) dan Return On Equity
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
(ROE) merupakan alat yang sering digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan organisasi (Weston dan Copeland, 1995:243).
Kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif eksternal adalah
kemampuan perusahaan untuk meningkatkan/mempertahankan pangsa
pasar (market share) dalam industry. Konsep ini mencerminkan ukuran
kefektifan perusahaan berbasis standar eksternal (Weston dan Copeland,
1995:245)
Mengingat tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan
dewasa
ini
maka
mempertahankan
go
public
kelangsungan
merupakan
aktivitas
jalan
terbaik
untuk
perusahaan/bahkan
meningkatkan skala kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menjadi obsesi
semua pengusaha untuk menjadikan perusahaannya bertahan selamanya,
bahkan menjadi besar namun untuk mencapainya tidaklah mudah, paling
tidak harus dipenuhi dua hal : (1) profesionalisme dalam pengelolaan
perusahaan dan (2) tambahan modal untuk melakukan peningkatan
kapasitas produksi (Martono, 2002)
Ada berbagai tolak ukur untuk pencapaian kinerja salah satunya
adalah sejalan dengan yang dikemukakan oleh Denison (2000) bahwa
suatu perusahaan dikatakan berkinerja baik dengan tolak ukur berpredikat
baik pada (1) keuntungan (2) kualitas (3) inovasi (4) pangsa pasar (5)
pertumbuhan penjualan dan (6) kepuasan para karyawannya ( suara
merdeka, 14 Maret 2005)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
Indikator daya tarik bisnis (business attractivess) dapat diukur dari
prfitabilitas industry (seperti ROA dan ROE industry). Semakin tinggi
rasio ini maka akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam industry
(Martono, 2002)
Beberapa
studi
menemukan
bahwa
perusahaan
melakukan
manajemen laba sebelum IPO. Friedlan (1994) menemukan bahwa
perusahaan-perusahaan di AS menaikan laba akuntansi perioda satu
tahuun sebelum IPO. Jain dan Kimi (1994) menyatakan bahwa terdapat
penurunan kinerja opersional setelah IPO. Penurunan tersebut menunjukan
indikasi telah terjadi manajemen laba menjelang IPO. Teoh et el (1998)
menemukan bahwa ada perusahaan yang berperilaku agresif (menaikan
laba) dan ada yang berperilaku konservatif ketika menyusun laporan
keuangan satu periode sebelum IPO.
Imam Sutanto (2000), Gumanti (2001), Saiful (2002) dan Raharjono
(2005) menemukan bahwa terjadi manajemen laba menjelang IPO di BEJ.
Gumanti (2001) dan Saiful (2002) menyimpulkan bahwa manajemen
melakukan manajemen laba periode dua tahun menjelang IPO dan tidak
terdapat indikasi manajemen laba periode satu tahun menjelang IPO.
Penelitian Halim dkk (2005) berjudul “Pengaruh Manajemen Laba
pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan
Manufaktur yang termasuk dalam indeks LQ45” dengan menggunakan
sampel 34 perusahaan dari 2001 sampai dengan 2002. Hasil penelitiannya
adalah bahwa perusahaan manufaktur yang termasuk LQ45 terlihat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
melakukan tindakan manajemen laba. Asimetri informasi, kinerja
perusahaan masa kini, masa depan, factor leverage, ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan pada manajemen laba.
Diskusi mengenai manajemen laba semakin meningkat terutama
berkaitan dengan penetapan Standar Akuntasi mengenai manajemen laba
tersebut. Menurut Munter (1999) dan Ketz (1999) manajemen laba harus
dicegah karena dapat menyesatkan keputusan investor. Sedangkan
Subramanyam (1996) menyatakan bahwa jika manajemen laba dilakukan
dengan
metode perataan laba (income smoothing) tidak perlu
dipersoalkan. Manajemen laba tidak perlu dicegah seandainya investor
mampu bereaksi dengan tepat.
Dengan melihat latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai manajemen laba dengan judul “Pengaruh
Manajemen Laba terhadap Kinerja Operasi Perusahaan disekitar IPO di
Bursa Efek Indonesia”
1.2
Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
(1) “Apakah
terdapat perbedaan kinerja operasi sebelum dengan sesudah IPO?” (2)
“Apakah terdapat pengaruh manajemen laba terhadap kinerja operasi
perusahaan?”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris bahwa
perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba di sekitar
IPO, untuk menguji secara empiris adanya perbedaan kinerja operasi
sebelum dan sesudah IPO, serta pengaruh manajemen laba terhadap
kinerja operasi perusahaan di sekitar IPO.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapakan dapat diperoleh dalam penelitian ini :
1. Bagi Manajemen Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan untuk
dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen dalam upaya
melakukan earnings management.
2. Bagi Penulis
Menambah wawasan, pengetahuan sekaligus memberi gambaran
secara realitas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan
dalam kaitannya dengan kinerja operasi perusahaan sebelum dan
sesudah IPO.
3. Bagi Investor
Dapat memberikan bahan informasi dan pertimbangan dalam
menanamkan modalnya pada perusahaan yang go publik di Indonesia.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
4. Bagi Universitas
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta sebagai
bahan referensi ilmiah bagi para peneliti berikutnya yang hendak
mengambil topik yang sama.
5. Bagi Pengguna Laporan Keuangan Lainnya
Dapat memberikan informasi tambahan yang memungkinkan
mereka
untuk
mengambil
tindakan
yang
perlu
pada
saat
menginterpretasikan data keuangan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1
Hasil Penelitian Ter dahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang
sedang dibahas dalam penelitian ini pernah dilakukan oleh :
1. Saiful (2004)
Judul :
“Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) dengan
Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO”
Rumusan Masalah
“Apakah perusahaan yang terdaftar di BEJ telah melakukan
manajemen laba di sekitar IPO?” dan “Apakah hubungan manajemen
laba di sekitar IPO dengan kinerja operasi dan return saham setelah
IPO?
Kesimpulan
Bahwa terjadi manajemen laba di sekitar IPO yaitu periode 2
tahun sebelum IPO ketika IPO dan 2 tahun setelah IPO. Kinerja
operasi setelah IPO rendah, rendahnya kinerja tersebut dipengaruhi
oleh manajemen laba. Dan return saham 1 tahun setelah IPO rendah,
namun peneliti tidak berhasil menemukan hubungan antara rendahnya
return saham setelah IPO dengan manajemen laba di sekitar IPO.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel terhadap 78
perusahaan yang IPO tahun 1994-1997.
Adapun perbedaan dan persamaan antara peneliti terdahulu
diatas dengan penelitian ini adalah :
Perbedaan :
-
Sampel dalam penelitian terdahulu diambil dari populasi perusahaan
yang terdaftar di BEJ yang melakukan IPO di tahun 1991-1994,
sedangkan penelitian ini dilakukan pada periode tahun 2003-2010.
-
Peneliti terdahulu mengambil sampel perusahaan yang memiliki
prospectus yang berisi laporan keuangan minimal tiga tahun
sebelum IPO, sementara dalam penelitian ini mengambil laporan
keuangan perusahaan minimal 2 tahun sebelum IPO.
-
Peneliti terdahulu selain meneliti kinerja perusahaan (ROA) juga
meneliti return saham di sekitar IPO, dalam penelitian ini hanya
meneliti kinerja perusahaan (ROA).
Persamaan
-
Peneliti terdahulu dan peneliti sekarang menggunakan sampel
perusahaan yang terdaftar di BEJ.
-
Peneliti terdahulu dan peneliti sekarang sama-sama menggunakan
proxy Discretionary Accrual (DA) untuk menghitung Earnings
Management.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
2. Irawan, Gumanti (2009)
Judul
“Indikasi Earnings Management pada Initial Public Offering”
Rumusan Masalah
Penelitian terhadap perusahaan yang Go Publik pada periode 2000
hingga 2005 sebanyak 97 perusahaan ini mempunyai rumusan masalah
yaitu “Apakah perusahaan yang melakukan IPO terindikasi melakukan
earnings management pada periode sebelum dan sesudah penawaran?”
Kesimpulan
Perubahan pada earnings dan cash flow from operation tidak
mengindikasikan earnings management/dengan kata lain perusahaan
tidak terindikasi melakukan earnings management
pada periode
sebelum go public dengan cara menaikan laba yang diikuti kenaikan
pada arus kas. Indikasi earnings management dengan cara menurunkan
laba yang diikuti oleh kenaikan aarus kas operasi tidak terbukti pada
periode setelah go public. Perusahaan tidak terindikasi menaikan laba
yang diikuti kenaikan pada arus kas operasi pada periode sebelum go
public. Perusahaan tidak terindikasi melakukan earnings management
dengan cara menurunkan laba yang diikuti oleh menurunnya arus kas
aktifitas operasi pada periode setelah go public. Dan indikasi earnings
management tidak terbukti dilakukan oleh manajemen pada periode
sebelum dan setelah go public.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
Perbedaan antara peneliti terdahulu dan peneliti sekarang :
-
Populasi peneliti terdahulu adalah perusahaan yang Go Publik
periode 2000-2005, peneliti sekarang periode 2003-2010.
-
Peneliti terdahulu menggunakan variabel Net Profit After Tax
(NPAT), Net Cash Flow from Operation (NCFO), dan Total Asset
(TA), sementara dalam penelitian ini tidak menyertakan variabel
Net Cash Flow from Operation (NCFO).
Persamaannya adalah :
-
Pengambilan sampel sama-sama menggunakan metode Purposive
Sampling dengan kriteria antara lain bahwa perusahaan yang
bergerak di sector perbankan dan industry jasa keuangan lainnya
tidak dimasukan.
3. Widyaningdyah (2001)
Judul
“Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Earnings
Mangement pada Perusahaan Go Public di Indonesia”
Rumusan Masalah
“Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara factor
reputasi auditor, jumlah dewan direksi, leverage dan presentase saham
yang ditawarkan kepada public saat IPO terhadap Earnings
Management?”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
Kesimpulan
Bahwa hanya leverage saja yang berpengaruh signifikan
terhadap earnings management. Perusahaan yang terancam default
(tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo) cenderung
melakukan earnings management dengan menaikan laba. Hal ini
dilakukan dalam rangka memperbaiki posisi bargainnya saat negosiasi
ulang/perusahaan melakukan go public untuk mendapatkan dana
segar karena kesulitan mencari dana pinjaman. Penelitian ini
dilakukan terhadap perusahaan yang tercatat di BEJ sejak tahun 1994
sampai dengan 1997 sebanyak 51 perusahaan.
Perbedaan dan persamaan peneliti terdahulu dengan peneliti yang
sekarang adalah sebagai berikut :
Perbedaan :
-
Populasi dalam peneliti terdahulu adalah perusahaan yang tercatat di
BEJ periode tahun 1994 sanpai dengan 1997, sementara peneliti
sekarang periode 2003-2010
Persamaan :
-
Sama-sama tidak memasukan perusahaan yang masuk dalam sector
perbankan dan jasa keuangan lainnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
4.
Ayu (2005)
Judul
“Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Operasi dan
Return Saham pada Perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering”
Rumusan Masalah
“Apakah manajemen laba berpengaruh positif terhadap kinerja
operasi pada perusahaan yang melakukan IPO?”, “Apakah
manajemen laba berpengaruh positif terhadap return saham pada
perusahaan yang melakukan IPO?” dan “Apakah ada perbedaan
kinerja operasi dan return saham pada perusahaan yang terdapat di
BEJ periode sebelum melakukan IPO dengan pada saat peristiwa
IPO dan sesudah melakukan IPO dengan pada saat peristiwa IPO?”
Kesimpulan
Variabel manajemen laba mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja operasi perusahaan. Variabel manajemen laba
mempunyai pengaruh terhadap return saham perusahaan dan
hubungannya negative. Ada perbedaan kinerja operasi (ROA) yang
secara statistic signifikan sebelum dan pada saat peristiwa dengan
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Sedangkan sesudah
peristiwa didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang secara statistic
tidak signifikan dengan tingkat signifikansi lebih besar 0,05. Dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
untuk return saham didapatkan hasil bahwa peristiwa IPO yang
tercermin dari return saham.
Perbedaan peneliti terdahulu dengan peneliti sekarang :
-
Peneliti terdahulu selain meneliti kinerja operasi juga meneliti
tentang return saham, sementara peneliti sekarang hanya kinerja
operasi saja.
-
Sampel pada peneliti terdahulu adalah perusahaan dengan laporan
keuangan 3 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah IPO, sementara
peneliti yang sekarang adalah 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah
IPO.
-
Pengukuran
Earnings
Management
(manajemen
Laba)
menggunakan Current Accrual untuk peneliti yang terdahulu,
sementara peneliti yang sekarang menggunakan Discretionary
Accrual.
Persamaannya :
-
Data laporan keuangan yang dijadikan sampel sama-sama diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia.
5. Utomo (2006)
Judul
“Earnings
Management
dalam
Penawaran
Saham
Perdana
Perusahaan Perbankan di BEJ”
Rumusan Masalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
“Apakah ada Earnings Management dalam penawaran saham
perdana pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ?”
Kesimpulan
Pihak manajemen perusahaan yang melakukan IPO terbuktii
melakukan tindakan earnings management, hal ini dikarenakan
perusahaan yang telah melakukan IPO akan cenderung melakukan
ekspansi pasar yang lebih besar karena memiliki peluang yang besar
dalam mendapatkan dana dari investor. Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara earnings management sebelum dan saat, atau saat
dengan sesudah IPO. Hal ini berarti bahwa IPO tidak terbukti menjadi
pendorong sikap manajemen untuk mengambil keuntungan bagi
dirinya sendiri dengan melakukan tindakan earnings management.
Perbedaan dan persamaan antara peneliti terdahulu degan peneliti yang
sekarang adalah :
Perbedaan :
-
Dalam peneliti terdahulu menggunakan perusahaan di sektor
perbankan dalam sampelnya, sementara peneliti sekarang justru
tidak memasukan perusahaan perbankan sebagai sampel.
6. Kusumawardhani, Siregar (2009)
Judul
“Fenomena Manajemen Laba menjelang IPO dan Kaitannya
dengan Nilai Perusahaan Perdana serta Kinerja Perusahaan pasca IPO:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
Studi Empiris pada Perusahaan yang IPO di Indonesia tahun 20002003”
Rumusan Masalah
“Apakah manajemen laba itu dilakukan sebagai sebuah tindakan
oportunistik untuk mendapatkan harga saham yang tinggi pada
penawaran perdana, atau justru sebagai sebuah sinyal informasi privat
yang dimiliki perusahaan terkait kinerja perusahaan di masa lalu dan
estimasi kinerja perusahaan di masa yang akan datang?
Kesimpulan
Bahwa rata-rata perusahaan melakukan manajemen laba yang
meningkatkan laba melalui komponen total akrual diskresioner pada
periode satu tahun menjelang IPO.
Bahwa tidak terbukti perusahaan melakukan manajemen laba
sebelum IPO melalui penggunaan komponen modal kerja akrual
diskresioner. Penggunaan komponen total akrual diskresioner lebih
dipilih manajemen karena lebih bersifat jangka panjang dibandingkan
komponen modal kerja akrual diskresioner.
Manajemen laba yang dilakukan adalah indikasi adanya
tindakan oprtunistik yang terlihat dari hubungan negative antara
manajemen laba yang dilakukan perusahaan selama 2 tahun sebelum
IPO dengan rata-rata pertumbuhan nilai EVA perusahaan pasca IPO
selama 3 tahun dimulai dari periode perusahaan melakukan IPO.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
7. Joni dan Jogiyanto (2008)
Judul
“ Hubungan Manajemen Laba sebelum IPO dan Return Saham
dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi”
Rumusan Masalah
“Apakah hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return
saham dengan kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi?” dan
“ Apakah perusahaan yang terdapat di BEJ melakukan manajemen
laba di sekitar IPO?”
Kesimpulan
Perusahaan
melakukan
manajemen
laba
dengan
mnenurunkan nilai laba periode t-2 (mean reversing), kemudian
manajemen laba dilakukan dengan menaikan laba pada peride t-1.
Perusahaan juga melakukan manajemen laba dengan menaikan laba
periode lima tahun setelah IPO.
Manajemen laba pada periode t-2 sebslum IPO berhubungan
dengan
return saham dengan menggunakan kecerdasan investor
sebagai
variabel
pemoderasi.
Manajemen
laba
yang
tinggi
menyebabkan nilai harga saham rendah ketika mempertimbangkan
factor kecerdasan investor. Sampel dalam penelitian ini adalah 75
perusahaan dengan kepemilikan institusi >40% dan 63 perusahaan
dengan kepemilikan institusi > 60% pada periode 1992 sampai dengan
2002.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
Perbedaan dan persamaan yang ada antara peneliti terdahulu
dengan peneliti yang sekarang adalah :
Perbedaan :
-
Peneliti teerdahulu menggunakan variabel pemoderasi berupa
kecerdasan investor, sementara dalam penelitian ini tidak ada
variabel pemoderasi.
-
Peneliti terdahulu melakukan penelitian pada perusahaan sebelum
IPO, sementara penelitian sekarang pada perusahaan sebelum dan
sesudah IPO.
Persamaan :
-
Pengukuran Manajemen Labanya menggunakan nilai akrual
diskresioner (DA)
2.2
Landasan Teor i
2.2.1
Laba (Earnings)
2.2.1.1 Penger tian Laba
Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi), istilah
income pada umumnya dimaknai sebagai jumlah laba bersih sehingga
istilah laba lebih menggambarkan apa yang dimaksud income dalam bukubuku tersebut. Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada
konsep yang oleh FASB disebut dengan laba komprehensif. Laba
komprehensif dimaknai sebagai kenaikan asset bersih selain yang dari
transaksi dengan pemilik. Karena akuntansi secara umum menganut kos
historis, kos akrual dan konsep penandingan, laba akuntansi yang sekarang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
dianut dimaknai sebagai selisih antara pendapatan dan biaya. Sementara
itu pendapatan dan biaya diukur dan diakui melalui prosedur tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU). Choriri
dan Ghozali (2001:301) menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat 3
konsep earnings yang umum dibicarakan dalam ekonomi yaitu:
1. Physic income, yang menunjukan komsumsi barang/jasa yang
dapat memenuhi kepuasan dan keinginan individu.
2. Real income, yang menunjukan kenaikan dalam kemakmuran
ekonomi yang ditunjukan oleh kenaikan cost of living.
3. Money income, yang menunjukan kenaikan nilai moneter sumbersumber ekonomi yang digunakan untuk komsumsi sesuai dengan
biaya hidup (cost of living).
2.2.1.2 Tujuan Pelaporan Laba
Adapun pengertian dan cara pengukurannya, laba akuntansi dengan
berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai
berikut:
•
Indikator efesiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan
yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of
return on invested capital).
•
Pengukur prestasi/kinerja badan usaha dan manajemen
•
Dasar penentuan besarnya pajak
•
Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu Negara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
•
Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan
publik
• Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrkak utang
• Dasar kompensasi dan pembagian bonus
• Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
• Dasar pembagian dividen (Suwardjono, 2005: 456-457)
Hendriksen dan Van Breda (1992) dalam buku Teori Akuntansi
Suwardjono mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang
berjalan (konvensional) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi
mempunyai beberapa kelamahan sebagai berikut (hal 456):
• Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga
laba tersebut secara intuitif dan ekonomik bermakna
• Penyajian dan pengukuran laba masih di fokuskan pada pemegang
saham biasa/residual
• Prinsip
akuntansi berterima umu (PABU) sebagai pedoman
pengukuran
laba
masih
memberi
peluang
untuk
terjadinya
ketaktaatasasan (inkosistensi) antar perusahaan
• Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara
umum belum memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan
harga.
• Dalam menilai kinerjaa perusahaan secara keseluruhan, investor dan
kreditor memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
atau bahkan lebih bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi
belum menjadi tuntutan yang mendasar.
2.2.1.3 Ciri-cir i Laba Akuntansi
Menurut Belkaoui (1987:233) dalam buku Teori Akuntansi Laba
akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara
pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut
dan biaya hostoris yang sepadan dengannya. Dengan definisi tersebut
maka menurutnya ada 5 ciri khas laba akuntansi :
•
Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan
•
Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan berhubungan
dengan prestasi keuangan perusahaan itu selama periode waktu
tertentu.
•
Laba
akuntansi
didasarkan
pada
prinsip
pendapatan
dan
membutuhkan definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan.
•
Laba akuntansi membutuhkan pengukuran biaya dalm bentuk biaya
historis bagi perusahaan yang melahirkan kepatuhan yang ketat pada
prinsip biaya
•
Laba akuntansi mensyaratkan agar pendapatan yang direalisasi dari
periode itu dikaitkan pada biaya relevan yang tepat/sepadan.
2.2.2
Manajemen Laba
2.2.2.1 Penger tian Manajemen Laba
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Ada beberapa definisi mengenai manajemen laba diantaranya yang
dikemukakan oleh Belkaoui, Ahmed (2007:201) yang mendefinisikan
manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Sementara
Inten Mutia
(2004:335)
mengemukakan bahwa
manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang disengaja
untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang dibolehkan
oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk memberikan
informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan bagi
keuntungan pihak manajer.
Menurut Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2007) membagi
definisi manajemen laba menjadi 2 yaitu:
a.
Definisi sempit
Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode akuntansi. Earnings management dalam artian
sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain”
dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan
besarnya earnings.
b.
Definisi luas
Earnings
management
merupakan
tindakan
manajer
untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu
unit dimana manajer bertanggung jawab tanpa mengakibatkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit
tersebut.
Menurut Schipper (1989) dalam Inten Mutia (2004) manajemen
laba adalah intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. Masih dalam
Inten Mutia (2004), Healy & Wanten (1999) menyatakan juga bahwa
manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dan
pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk merubah laporan
keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi
perusahaaan/mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai
kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
2.2.2.2 Faktor -faktor yang memotivasi ter jadinya Ear nings Management
Schipper (1989) dalam Sukartha Made (2007) berpendapat bahwa
ada beberapa faktor yang memotivasi manajer melakukan manajemen laba
adalah sebagai berikut:
1. Rencana bonus (Bonus Scheme)
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan
rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya
dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan
diterimanya (Healy 1985; Holthhausen dkk, 1995; Gaver & Austin,
1995)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
2. Kontrak utang jangka panjang (debt convenant)
Menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada
waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan
cenderung untuk memilih metode akutansi yang dapat memindahkan
laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat
mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami kontrak utang
(Deakin 1979; Dhalival, 1980; Bowen dkk 1981; Defond dan Jianba
luo, 1994).
3. Motivasi Politik (Political motivation)
Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar
dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba guna
mengurangi visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang
tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan
serta fasilitas dari pemerintah (Moses,1987; Naim dan Hartono 1996;
Putra 2000)
4. Motivasi perpajakan
Menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi
mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya
adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar (Boyton
dkk, 1992)
5.
Penggantian CEO (Chief Executive Officer)
Biasanya CEO yang akan pensiun/masa kontraknya menjelang
berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal
sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja buruk tujuannya
adalah untuk menghindarkan diri dari pemecatan.
6.
Penawaran Saham Perdana (IPO)
Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya
kepada publik informasi keuangan yang dipublikasikan dalam
prospektus merupakan informasi yang penting. Informasi tersebut
penting bagi para investor untuk mengambil keputusan menngenai
investasi mereka.
2.2.2.3 Teori-teori yang melandasi Earnings Management
2.2.2.3.1 Teor i Keagenan (Agency Theor y)
Menurut Lukas (2008:27) dalam bukunya Manajemen Keuangan
menyatakan bahwa paper mengenai penerapan teori keagenan pada
manajemen keuangan diajukan oleh Michael C.Jensen dan William H
Meckling. Hubungan keagenan/agency relationship muncul ketika satu
atau lebih individu (majikan) menggaji individu lain (agen/karyawan)
yang bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk
membuat keputusan kepada agen atau karyawannya.
Problem keagenan (agency problem) antara pemegang saham
(pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen
tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu
menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya manajer perusahaan bisa saja
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham,
tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka
sendiri. Terjadilah
conflict of interest. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguhsungguh untuk kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus
mengeluarkan biaya yang disebut agency cost all pengeluaran untuk
memonitor kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat struktur
organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang tidak
diingikan, serta opportunity cost yang timbul akibat kondisi dimana
manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa persetujuan
pemegang saham.
Agency problem juga muncul antara kreditor (pemberi hutang)
dengan pemegang saham (stockholders) yang diwakili oleh manajemen
perusahaan. Konflik muncul jika :
1. Manajer mengambil proyek-proyek yang resikonya lebih bersar
daripada yang diperkirakan oleh kreditor.
2. Perusahaan meningkatkan jumlah hutang hingga mencapai tingkatan
yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan oleh kreditor.
Sementara konsep Agency Theory menurut Anthony dan
Govindarajan (1995:569) seperti dikutip Widyaningdyah adalah
hubungan
atau
kontrak antara
principal dan
agent.
Principal
memperkerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan
principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari
principal ke agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive
Officer) sebagai agent mereka. Pemegang saham memperkerjakan CEO
untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal.
Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu
semata-mata termotivasi oleh kepentigan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak
principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan
dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi
untuk
memaksimalkan
pemenuhan
kebutuhan
ekonomi
dan
psikoligisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman,
maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat
terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas CEO seharihari untuk memastikan bahwa CEO bekerja sesuai dengan keinginan
pemegang saham.
Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja
agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas
diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah
yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki
oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang
disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individuindividu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri mengakibatkan
agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal
dan agent mendorong agent untuk menyajikan yang tidak sebenarnya
kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agent.
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Watts dan Zimmerman
1986) secara empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan agent
sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memacu agent untuk
memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan
sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu
bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai Earnings
Management.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa manajer
sebagai pelaksana oparasional perusahaan akan melakukan upaya-upaya
untuk dapat ‘mempercantik’ laporan keuangannya untuk kepentingan Go
Publik/IPO,
sementara
pihak
principal/pemegang
saham
akan
menyetujui apabila upaya yang dilakukan oleh pihak manajer dalam
penawaran perdana tersebut menguntungkan mereka begitu pula
sebaliknya.
2.2.2.3.2 Teori Akuntansi Positif ( Positif AccountingTheor y)
Dorongan terbesar bagi pendekatan positif dalam akuntansi
adalah untuk menjelaskan dan meramalkan pilihan standar manajemen
melalui analisis atas biaya dan manfaat dari pengungkapan keuangan
tertentu
dalam
hubungannya
dengan
berbagai
individu
dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
pengalokasian sumber daya ekonomi. Teori positif didasarkan pada
adanya
dalil
bahwa
manajer,
pemegang
saham,
dan
aparat
pengatur/politisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk
memaksimalkan kegunaan mereka yang secara langsung berhubungan
dengan kompensasi dan oleh karena itu kesejahteraan mereka juga.
Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi untuk beberapa kelompok tersebut
bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedurprosedur
akuntansi
alternatif
dengan
cara
demikian
untuk
memaksimalkan kegunaan mereka. Pilihan akuntansi tergantung pada
variabel-variabel yang mencerminkan insentif manajemen dalam
memilih metode akuntansi berdasarkan rencana bonus, kontrak utang,
dan proses politik.
2.2.2.4 Strategi Manajemen Laba
Terdapat 3 jenis strategi manajemen laba (Halsey, Subramanyam
Wild,2005 : 120) :
1. Meningkatkan laba periode kini (Increasing Income)
Strategi meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini
untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini juga
memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode.
2. Mandi besar (Big Bath)
Strategi big bath ini dilakukan melalui penghapusan sebanyak
mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode
dengan kinerja yang buruk/peristiwa saat terjadi satu kejadian yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau retstruktrisasi.
Strategi ini juga seringkali dilakukan setelah strategi peningkatan laba
pada periode sebelumnya. Karena sifat big bath yang tidak biasa dan
tidak berulang, pemakai cenderung tidak memperhatikan dampak
keuangannya. Hal ini memberikan kesempatan untuk menghapus dosa
masa lalu dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan laba di
masa depan.
3. Perataan Laba ( Income Smoothing)
Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada
strategi ini, manajer meningkatkan/menurunkan laba yang dilaporkan
untuk mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak
melaporkan bagian laba pada periode baik dengan melipatkan
cadangan/”bank” laba dan kemudian melaporkan laba ini saat periode
buruk.
2.2.2.5 Teknik Manajemen Laba
Area yang memberikan kesempatan optimal untuk manajemen
laba mencakup pengakuan pendapatan, penilaian persediaan, estimasi
cadangan seperti beban piutang tak tertagih dan pajak tangguhan serta
beban yang hanya terjadi satu kali seperti restrukturisasi dan penurunan
nilai aktiva. Dua metode utama dalam manajemen laba menurut (Halsey,
Subramanyam, Wild, 2005:123) adalah sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
1.
Pemindahan Laba
Pemindahan
laba
merupakan
manajemen
laba
dengan
memindahkan laba dari satu periode ke periode lainnya. Pemindahan
laba dapat dilakukan dengan mempercepat/menunda pengakuan
pendapatan/beban. Contoh pemindahan laba sebagai berikut :
•
Mempercepat pengakuan pendapatan dengan membujuk
distributor/pedagang untuk membeli kelebihan produksi pada
akhir tahun fiskal, praktek ini sering terjadi pada industri
manufaktur mobil dan rokok.
•
Menunda pengakuan beban dengan mengkapitalisasi beban dan
mengamortisasi sepanjang periode masa depan. Contohnya
mencakup
kapitalisasi
bunga
dan
kapitalisasi
biaya
pengembangan software.
•
Memindahkan beban pada periode berikut dengan mengadopsi
metode akuntansi tertentu. Misalnya memilih meetode FIFO
untuk menil