BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Kadar Particulate Matter 10 (pm10) dan Keluhan ISPA Pada Daerah Industri Galangan Kapal di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan penyakit pada manusia, salah satunya adalah terjadinya ketidakseimbangan antara hubungan tiga faktor yaitu pejamu (human host), lingkungan (environment), dan penyebab penyakit (agent). Ketidakseimbangan ketiga faktor tersebut menimbulkan

  stimulus yang menyebabkan seseorang menjadi sakit (Sarudji, 2010).

  Dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit menular, pada hakikatnya dapat diuraikan dalam empat simpul. Simpul 1 adalah sumber penyakit, dalam hal ini berupa virus, bakteri, parasit, atau yang lain; simpul 2, merupakan komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit tersebut, misalnya udara, air atau binatang pembawa bibit penyakit tersebut; simpul 3 adalah penduduk dengan berbagai variabel kependudukan, misalnya pendidikan, kepadatan, perilaku dan sebagainya serta simpul 4 adalah penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit, setelah mendapat paparan (exposure) dengan komponen lingkungan, dalam hal ini lingkungan biologis berupa virus atau bakteri (Anies, 2006).

  Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan, dan seluruh kebutuhan manusia harus diambil dari lingkungan hidupnya. Akan tetapi, dalam proses interaksi

  1 manusia dengan lingkungannya ini tidak selalu didapatkan keuntungan, kadang- kadang manusia bahkan mendapat kerugian. Hal ini merupakan akibat hubungan timbal balik antara aktivitas manusia dengan lingkungannya (Soemirat, 2009).

  Bilamana salah satu mata rantai siklus mengalami gangguan, maka komponen-komponen yang lainnya pun akan mengalami gangguan pula. Kondisi seperti terlampauinya kemampuan suatu komponen, adanya ketidakseimbangan di antara komponen, dan terganggunya fungsi komponen atau sama sekali tidak mampu berfungsi seperti biasa akan menimbulkan masalah lingkungan (Siahaan, 2004).

  Manusia memerlukan oksigen. Oksigen berada di udara, namun ketika manusia mengirup udara untuk menyerap oksigen, udara di sekeliling manusia berada sering kali tercemar atau tercampur bahan kimia, virus, bakteri, maupun parasit yang merupakan agen penyakit. Masalah pencemaran udara menjadi salah satu cabang bidang keilmuan yang banyak dibahas dan dibicarakan sejak manusia membangun kota-kota, terutama ketika manusia mencoba bermukim dan berkelompok di sebuah wilayah yang kita kenal sebagai kota. Zaman hipokrates yang hidup pada 400 tahun SM juga sudah menghubungkan antara gangguan kesehatan dengan kualitas udara.

  Berbagai kasus-kasus terkenal mulai muncul ketika revolusi industri pada abad XIII di Eropa berlangsung (Achmadi, 2012).

  Udara yang tidak sehat dengan partikel-partikel polusi sebesar 10 mikron bisa mengakibatkan berbagai infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) . Akan tetapi, partikel polusi yang lebih kecil (2,5 mikron), akan masuk ke paru-paru dan menjadi penyebab penyakit asma (Pangkalan Ide, 2010).

  Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu (WHO 2007).

  WHO pada tahun 2007 menyatakan ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat

  ISPA setiap tahun, 98 persennya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah. Begitu pula,

  ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak.

  Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk–pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Ruden et al Bulletin WHO 2008).

  Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada baduta (>35%). ISPA cenderung terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga yang rendah. Kementerian Kesehatan mencatat pada tahun 2007 kasus ISPA baru berjumlah 7,2 juta kasus, lalu meningkat sampai 18,7 juta atau sekitar (5-6%) dari total penduduk Indonesia di 2011. Jumlah ini belum termasuk pneumonia, yakni infeksi akut yang sudah sampai menyerang paru-paru yang diperkirakan angkanya mencapai 1,8 juta orang. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

  Berdasarkan profil Kota Batam pada tahun 2009, penyakit ISPA merupakan

  rating tertinggi pada 10 penyakit terbesar yang ditemukan pada pasien yang

  berkunjung ke puskesmas dalam wilayah kerja Kota Batam. Perubahan iklim, mobilitas daerah industri, debu lalu lintas, kebakaran hutan, serta perilaku hidup bersih sehat yang masih belum membudaya merupakan beberapa faktor pendukung penyebab tingginya kasus ISPA di Kota Batam.

  Menurut survei awal yang dilakukan oleh peneliti, salah satu kecamatan di kota Batam yang memiliki angka kejadian ISPA yang terbesar adalah Kecamatan Sagulung. Kecamatan Sagulung terbagi ke dalam 6 wilayah kelurahan yaitu, Kelurahan Tembesi, Kelurahan Sei Binti, Kelurahan Sei Lekop, Kelurahan Sagulung Kota, Kelurahan Sei Langkai dan Kelurahan Sei Pelunggut.

  Salah satu kawasan industri galangan kapal Kota Batam berlokasi di pesisir pantai Kecamatan Sagulung dan Tanjung Uncang. Wilayah kecamatan Sagulung yang digunakan sebagai wilayah kerja industri galangan kapal dipusatkan di kelurahan Sei Pelunggut (Dapur 12), kelurahan ini termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Sei Langkai. Puskesmas Sei Langkai mempunyai wilayah kerja di tiga kelurahan di kecamatan Sagulung, yaitu kelurahan Tembesi, kelurahan Sei Langkai dan kelurahan Sei Pelunggut.

  Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Sei Langkai tahun 2013 ISPA merupakan penyakit terbesar dengan 2.630 Kejadian dari 4.222 kasus. Menurut rekapitulasi laporan program Pelaporan dan pencatatan ISPA Puskesmas Sei Langkai, pada bulan Januari 2014 tercatat kelurahan ini memiliki 23.659 penduduk dengan penemuan kasus ISPA yaitu sebanyak 143 kasus, meningkat dari tahun sebelumnya yakni pada bulan Februari 2013 dengan 12.447 penduduk ditemukan 39 kasus.

  Keadaan di sekitar lokasi industri galangan kapal di Kelurahan Sei Pelunggut (Dapur 12) Kecamatan Sagulung tersebut berdebu terutama pada siang hari dengan di dominasi tekstur tanah yang kering dan apabila dilalui harus menggunakan masker, tidak terkecuali di jalur permukiman warga. Debu tersebut dihasilkan oleh beberapa hal yakni hasil dari aktivitas industri galangan kapal khususnya aktivitas sandblasting dan debu dari mobilitas industri galangan kapal serta mobilitas warga tersendiri.

  Keadaan Jalan dan jalur lalu lintas disekitar kawasan industri berdebu diakibatkan oleh jalur yang sebagian besar belum diaspal atau dengan kata lain masih jalur tanah. Keadaan ini ditambah dengan keringnya lokasi industri tanpa penghijauan dan mobilitas truk industri galangan kapal yang melewati permukiman penduduk.

  Industri galangan kapal yang berada di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam berada sekitar 500 meter dari permukiman penduduk Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut dengan jalur mobilitas kegiatan industri yang melewati sebagian permukiman penduduk.

  Menurut Haluan Kepri pada tanggal 18 Februari 2012, masyarakat yang tinggal di kawasan industri galangan kapal rentan terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Pencemaran udara dan debu dari hilir mudiknya kendaraan besar yang keluar masuk perusahaan galangan kapal, menjadi salah satu penyebabnya.

1.2. Perumusan Masalah

  Tingginya kasus ISPA di Kota Batam khususnya Kecamatan Sagulung sebagai kecamatan yang berpotensial terhadap kejadian penyakit ISPA bila dibandingkan dengan kecamatan lain karena kondisi fisik jalan yang berdebu dan didukung dengan mobilitas industri dan aktivitas sandblasting sebagai bagian dari kegiatan industri galangan kapal kawasan Kelurahan Sei Pelunggut kecamatan Sagulung dan didukung dengan lingkungan permukiman Kelurahan Sei Pelunggut, mendasari peneliti untuk melakukan penelitian di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau. Maka berdasarkan hal di atas, perumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah analisis kadar Particulate

  matter (PM 10 ) dan keluhan ISPA pada daerah industri galangan kapal di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

  Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis kadar Particulate

  matter (PM ) dan keluhan ISPA pada daerah industri galangan kapal di Kelurahan

10 Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

  Tujuan khusus penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui kadar debu particulate matter 10 (PM10) udara ambien di permukiman warga Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam dan kemudian membandingkannya dengan baku mutu particulate matter 10 (PM10) udara ambien.

  2. Untuk mengetahui gambaran keluhan ISPA di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam.

  3. Untuk Mengetahui karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan perilaku responden di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam.

  4. Untuk Mengetahui faktor lingkungan fisik rumah warga yang meliputi kebersihan rumah, ventilasi, dan kepadatan hunian rumah di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam serta hubungannya dengan kejadian ISPA.

1.4. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah :

  1. Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat di wilayah Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam mengenai gejala ISPA dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya Penyakit ISPA.

  2. Sebagai informasi tambahan bagi Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Kesehatan Kota Batam dan Puskesmas Sei Langkai dalam pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan Penyakit ISPA.

  3. Sebagai sarana belajar bagi penulis dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

  4. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

  5. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi perkembangan penelitian selanjutnya.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Kedelai di Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Bank - Analisis Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perbankan (2007-2012)

0 1 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perbankan (2007-2012)

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Kekuatan Balok Beton Tanpa Perkuatan dengan Balok Beton Menggunakan Pelat Baja yang Diangkur

1 12 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Auditor Switchng Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbisnisan pastilah memiliki data keuangan (transaksi) perusahaan kemudian - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Auditor Switchng Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Auditor Switchng Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 1 12

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Kekerabatan Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Batak Simalungun Kajian Leksikostatistik

0 2 16

Analisis Kadar Particulate Matter 10 (pm10) dan Keluhan ISPA Pada Daerah Industri Galangan Kapal di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam Tahun 2014

0 0 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara - Analisis Kadar Particulate Matter 10 (pm10) dan Keluhan ISPA Pada Daerah Industri Galangan Kapal di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam Tahun 2014

0 1 31