BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TimelinessPelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Laporan Keuangan

  Perusahaan-perusahaan go public yang berkembang di Indonesia dituntut untuk menyajikan laporan keuangan yang transparansi dan akuntabilitas, agar para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui kondisi keuangan dan kinerja perusahaan selama periode tertentu dalam proses pengambilan keputusan. Sebelum membahas secara mendalam mengenai bagaimana menganalisis dan menafsirkan kondisi keuangan suatu perusahaan melalui laporan keuangannya, maka berikut ini akan diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertian laporan keuangan. Berikut ini merupakan definisi laporan keuangan menurut beberapa ahli, antara lain:

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (SAK paragraf 07, 2007: 1): “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.

  Di pihak lain, pengertian laporan keuangan menurut Harahap (2011: 105), adalah “laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.

  Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas atau laporan arus dana, dan catatan atas laporan keuangan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan digunakan sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, untuk memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan dan berguna dalam pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan pada suatu periode tertentu.

  Tujuan laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 5 (IAI, 2007: 1.2) adalah ”memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: (1) aset; (2) kewajiban; (3) ekuitas; (4) pendapatan dan kerugian; dan (5) arus kas.

  Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan menjadi berguna bagi pengguna laporan keuangan.

  Terdapat empat karakteristik pokok laporan keuangan yaitu (IAI, 2007: 5): a.

   Dapat dipahami

  Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

  b. Relevan

  Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.

  c. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).

  Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful

  representation ) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

  d. Dapat dibandingkan

  Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

  Adapun menurut PSAK No. 1 paragraf 9 (IAI, 2007: 2) pemakai laporan keuangan memerlukan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yaitu:

  1. Investor. Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.

  2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.

  3. Pemberi Pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memunginkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman dan bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

  4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

  5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, ataubergantung pada perusahaan.

  6. Pemerintah. Mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

  7. Masyarakat. Perusahaan memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terlahir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.1.2 Pelaporan Keuangan

  Pelaporan keuangan adalah laporan keuangan ditambah denganinformasi lain yang berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi, seperti informasi tentang sumber daya perusahaan, earning, current cost, informasi tentang prospek perusahaan yang merupakan bagian integral dengan tujuan untuk memenuhi tingkat pengungkapan yang cukup (Yadiati, 2010: 52).

  Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No.1 (dalam Prahesty, 2011) pelaporan keuangan terdiri atas:

  1. Laporan keuangan dasar (Basic Financial Statements) yang terdiri dari laporan keuangan (Financial Statement) dan catatan atas laporan keuangan (Notes of Financial Statements).

  2. Informasi-informasi tambahan (Supplementary Informations).

  3. Laporan-laporan lain selain Laporan keuangan (Other means of Financial Reporting ).

  Adapun tujuan pelaporan keuangan dalam SFAC Nomor 1 tentang

  Objective of Financial Reporting by Business Enterprises (dalam Yadiati,

  2010: 53)adalah:

  1. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis.

  2. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan.

  3. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya tersebut dan perubahannya.

2.1.3 Teori Kepatuhan

  Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan go public di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modaltentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Regulasi tersebut sesuai dengan teorikepatuhan menurut Kelman (dalam Ardani, 2010: 50) dinyatakan bahwa:

  "Compliance diartikan sebagai suatu kepatuhan yang di dasarkan

  pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman yang mungkin dijatuhkan. Kepatuhan ini sama sekali tidak didasarkan pada suatu keyakinan pada tujuan kaedah hukum yang bersangkutan, dan lebih di dasarkan pada pengendalian dari pemegang kekuasaan. Sebagai akibatnya maka kepatuhan akan ada, apabila ada pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan kaedah-kaedah hukum tersebut”.

  Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 paragraf 38, suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 (empat) bulan setelah tanggal neraca (IAI, 2007: 1.7), akan tetapi bagi perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dituntut untuk mematuhi peraturan yang diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, yaitu:

  “Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang pada pokoknya adalah Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal yang ditetapkan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)”.

  Peraturan-peraturan tersebut sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-346/BL/2011 yang telah diperbaharui oleh Bapepam pada tahun 2011,mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap perilaku individu maupun organisasi (emiten atau perusahaan publik) yang efeknya tercatat di bursa efek di Indonesia dan bursa efek di Negara Lain wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan keuangan tersebut kepada masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory).

  Berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep- 307/BEJ/07-2004, tentang Peraturan Nomor I-H mengenai sanksi: Khusus bagi Perusahaan Tercatat yang terlambat menyampaikan Laporan Keuangan, Peraturan Nomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Laporan dikenakan sanksi mulai dari Peringatan I sampai dengan Peringatan III disertai denda sebesar Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 150.000.000, bahkan akan dikenakan sanksi suspensi. Pengenaan sanksi tersebut dilakukan dengan proses-proses tertentu sesuai dengna aturan. Selain itu, perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan juga sanksi administratif yang diatur oleh Pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Pasar Modal yang menyatakan bahwa “emiten yang penyataan telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)”. Sebagai kesimpulan, teori kepatuhan dapat mendorong perusahaan untuk mematuhi hukum-hukum yang berlaku termasuk dalam melaksanakan kewajiban mereka untuk mempublikasi laporan keuangan secara tepat waktu.

2.1.4 Ketepatan Waktu (Timeliness) Pelaporan Keuangan.

  Menurut McGee (2007) (dalam Sulistyo, 2010) ketepatan waktu (timeliness) adalah suatu cara untuk mendukung relevansi suatu informasi, agar disajikan secara transparansi dan berkualitas suatu laporan keuangan.Rentang waktu antara tanggal laporankeuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan kepublik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan. Tambahan pula, Gregory dan Van Horn (1963) berpendapat dalam Owusu-Ansah (2000), secara konseptual yang dimaksud dengan tepat waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat yang diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu.Jadi,ketepatan waktu dapat diartikan sebagai suatu batasan penting pada publikasi laporan keuangan yang disajikan dalam kurun waktu yang teratur, dan memiliki suatu manfaat yang akan mempengaruhi prediksi dan keputusan pengguna laporan keuangan.

  Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan paragraf 24 (IAI, 2007:5), laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para penggunanya. Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan.Dalam paragraf 43 (IAI, 2007:8) menyatakan bahwa tepat waktu merupakan salah satu kendala informasi yang relevan dan andal:

  “Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan”.

  Menurut Belkaoui (2006) (dalam Situmorang, 2010) menjelaskan bahwa relevan dan andal merupakan dua kualitas utama, agar relevan informasi harus memiliki nilai prediktif dan nilai umpan balik dan sekaligus pada saat yang sama harus disampaikan pada waktu yang tepat.Salah satu tujuan kualitatif dari akuntansi keuangan adalah ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya kelambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi.Keterlambatan terjadi jika perusahaan melaporkan informasi laporan keuangannya setelah tanggal yang ditentukan. Dengan demikian, berdasarkan Lampiran SuratKeputusan Ketua BAPEPAM Nomor KEP- 36/PM/2003, penyampaian laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen dikatakan tepat waktu apabila diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir bulan ketiga(90 hari) setelah tanggallaporan keuangan tahunanperusahaan publik tersebut.

  Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) (dalam Prahesty, 2011), menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya: (1) preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa; (2) auditor’s report lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani; (3) total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.

  Ketepatan waktu diukur dengan menggunakan variabel dummy, di mana kategori 0 untuk perusahaan yang tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk perusahaan yang tepat waktu.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu (Timeliness) Pelaporan Keuangan

  Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, antara lain:

2.1.5.1 Profitabilitas

  Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan untuk menghasilkan laba dalam satu periode tertentu.

  Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap,2011:304). Profitabilitas suatu perusahaan dapat dianggap sebagai salah satu indikasi yang mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan.

  Menurut Dyer dan Hugh(1975) (dalam Kadir, 2011) bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan perusahaan tersebut cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu. Jadi, bisa dikatakan bahwa profit (laba) itu adalah berita baik (good news), karena profitabilitas akan mengurangi ketidakpastian bagi para pengguna. Isi dari laporan keuangan akan sangat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik (good news), maka pihak manajemen cenderung menyampaikan laporan keuangan perusahaannya dengan tepat waktu, dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian, pihak manajemen umumnya menunda penyampaian laporan keuangan perusahaannya.

  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio profitabilitas yaitu Return On Asset (ROA). ROA adalah rasio yang menunjukkan berapa laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva (Harahap,2011: 305). Rasio ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:

  Laba setelah Pajak ROA = x 100%

  Total Aset

2.1.5.2 Ukuran Perusahaan

  Salah satu atribut yang dapat dihubungkan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah ukuran perusahaan.

  Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan, kapitalisasipasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya (Soetedjo, 2006: 79)(dalam Situmorang, 2010).Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu.

  Ukuran perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar.

  Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, ukuran perusahaan dikelompokkan atas:

  1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Untuk kriteria usaha mikro asset yang harus dimiliki maksimal Rp. 50.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

  2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Untuk kriteria usaha kecil aset yang harus dimiliki Rp. 50.000.000,- sampai Rp. 500.000.000,-tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

  3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Untuk kriteria usaha menengah aset yang harus dimiliki Rp. 500.000.000,- sampai Rp. 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

  4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah. Untuk kriteria usaha besar asset yang harus dimiliki lebih dari Rp.10.000.000.000,- .

  Owusu-Ansah (2000) dan Sulistyo (2010) menemukan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Ukuran (proksi) yang mereka gunakan untuk variabel ukuran perusahaan ini adalah dengan total aset. Bukti empiris ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil. Mereka berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik.

  Dalam penelitian ini menggunakan total nilai aset untuk mengukur ukuran perusahaan, karena berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Prasetyantoko (2008: 257)adalah:“Aset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya perusahaan tersebut makin besar”. Penggunaan logaritma natural untuk mengukur total aset karena data yang tersedia pada laporan keuangan perusahaan gopublic terlalu besar angkanya (dalam miliaran). Oleh karena itu, untuk hasil yang lebih akurat dan mempermudah peneliti dalam proses pengolahan data maka digunakan logaritma natural untuk mengukur total aset.

  Ukuran perusahaan = Ln (Total Aset)

2.1.5.3 Tingkat Leverage

  Harahap (2011: 306) mengemukakan bahwa leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau kreditur dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang, meskipun pendanaan perusahaan yang diperoleh sebagian besar melalui hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena perputaran uang perusahaanlebih cepat.

  Untuk mengukur tingkat leverage keuangan suatu perusahaan, dapat digunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai alat ukur perbandingan antara tingkat hutang dengantingkatmodalyang dimiliki perusahaan. Peneliti menggunakan rasio DER sebagai proyeksi dari tingkat leverage karena DER lebih memberikan informasi yang pasti bagi para investor. Semakin tinggiDER mencerminkan semakin tinggi risiko perusahaan tidak dapat melunasi seluruh kewajiban baik berupa pokok ataupun bunganya, maka semakin tidak baik kondisi perusahaan tersebut. Sebaliknya, semakin rendah DERperusahaan maka semakin baik kondisi perusahaan tersebut.

  Berikut ini adalah rumus rasio Debt to Equity Ratio(DER) (Harahap 2011: 303) :

  Total Kewajiban DER = x 100%

  Total Ekuitas

2.1.5.4 Kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP)

  Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam hal pemberian jasa profesional untuk membantu perusahaan dalam penyampaian laporan keuangannya kepada publik dengan informasi yang akurat dan terpercaya. Oleh karena itu, perusahaan perlu menggunakan jasa KAP yang memiliki reputasi atau kualitas nama KAP yang baik untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan. KAP yang memiliki reputasi atau kualitas nama baik biasanya adalah kantor akuntan publik nasional yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku secara universal yang dikenal denganBig Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Kategori KAP

  the big four di Indonesia (Tuanakotta, 2007:354-356):

  1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan KAPHaryantoSahari dan rekan. 2) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), berafiliasi dengan KAP Sidharta, Sidharta& Widjaja. 3) KAP Ernest & Young (E&Y), yang berafiliasi dengan KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja. 4) KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio &Eny.

  Pemilihan KAP yang besar dan kompeten dengan kualitas yang baik akan dinilai lebih efisien dalam melakukan proses audit dan akan menghasilkan informasi yang sesuai dengan kewajaran dari laporan keuangan perusahaan.Selain itu, Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar pastinya memiliki auditor-auditor yang handal dan keterampilan yang lebih dibandingkan dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang kecil sehingga dapat bekerja lebih cepat dan tepat waktu. Dalam penelitian ini,kualitas KAP akan diukur dengan menggunakan variabel dummy, KAP yang termasuk dalam kategori berafiliasi dengan Big Four diberi kode 1 dan KAP yang tidak termasuk kategori Big Four diberi kode 0.

2.1.5.5 Kompleksitas Operasi Perusahaan

  Kompleksitas operasi perusahaan merupakanakibat dari pembentukan departemen dan pembagian pekerjaan yang memiliki ruang lingkup dengan jumlah unit yang berbeda. Ketergantungan yang semakin kompleks terjadi apabila organisasi dengan berbagai jenis atau jumlah pekerjaan dan unit menimbulkan masalah manajerial dan organisasi yang lebih rumit (Martius, 2012: 12).

  Menurut Che-Ahmad (2008) tingkat kompleksitas operasi perusahaan bergantung pada jumlah anak perusahaan yang dimiliki perusahaan mencerminkan bahwa perusahaan memiliki unit operasi yang lebih banyak yangharus diperiksa dalam setiap transaksi dan catatan yang menyertainya. Tingkat ini lebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya sehingga hal tersebut juga mempengaruhi waktu dimana perusahaan pada akhirnya mengeluarkan laporan keuangannya kepada publik. Apabila perusahaan memiliki anak perusahaan, maka perusahaan akan mengkonsolidasikan laporan keuangannya. Selanjutnya, auditor akan mengaudit laporankonsolidasi perusahaan tersebut. Hal ini akan membuat ruang lingkup audit semakin luas dan berdampak pada waktu yang dibutuhkan oleh auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya.

  Dalam penelitian ini, untuk mengukur kompleksitas operasi perusahaandengan menggunakan variabel dummy, dimana kategori 1 untuk perusahaan yang memiliki anak perusahaan dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan.

2.1.5.6 Likuiditas

  Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Pengertian lain likuiditas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya (id.wikipedia.org).

  Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh Rasio Lancar (Current Ratio) yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

  Berikut ini adalah rumus rasio lancar (Current Ratio) Harahap (2011: 301):

  Aktiva Lancar CR = x 100%

  Hutang Lancar

2.1.5.7 Umur Perusahaan

  Penelitian Owusu dan Ansah (2000) dalam konteks penelitiannya menyatakan bahwa ketepatan pelaporan keuangan oleh sebuah perusahaan dipengaruhi oleh umur perusahaan (perkembangan dan pertumbuhannya). Hipotesis ini didasarkan pada teori kurva pembelajaran (learning curve theory). Teori tersebut menyatakan bahwa pengurangan dalam waktu pelaporan akan terjadi ketika jumlah laporan tahunan yang yang dihasilkan mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah laporan tahunan dapat terjadi karena perusahaan yang lebih mapan dalam operasionalnya. Usia perusahaan yang lebih tua serta yang sudah mapan akan lebih terampil dalam mengumpulkan, memproses, dan memberikan informasi saat dibutuhkan karena sudah berpengalaman. Sebaliknya, perusahaan yang baru berdiri, diperkirakan pengalaman kerjanya masih kurang sehingga lebih lama dan kurang terampil dalam penyampaian laporan keuangan secara akurat pada masyarakat (Owusu dan Ansah, 2000).

  Ukuran umur perusahaan pada penelitian ini menggunakan jumlah tahun sejak melakukan listing di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu usia perusahaan juga akan menjadi indikator jangka waktu terhadap penyelesaian laporan keuangan.

2.1.5.8 AuditorSwitching

  Perusahaan yang telah go public pada umumnya memerlukan jasa auditor untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan. Namun, jasa auditor yang dibutuhkan terkadang perlu digantikan oleh perusahaan tersebut disebabkan karena telah berakhirnya kontrak yang telah disepakati antara kantor akuntan publik dan perusahaan dan telah memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja tersebut untuk penugasan baru. Menurut Boynton dkk (2002: 271), terdapat beberapa alasan pergantian auditor dalam penugasan baru, yaitu:

  1) Perusahaan klien merupakan merger antara beberapa perusahaan yang semula memiliki auditor masing-masing yang berbeda. 2) Kebutuhan akan adanya jasa profesional yang lebih luas. 3) Ketidakpuasan dengan kantor akuntan tertentu.

  4) Keinginan untuk mengurangi biaya audit. 5) Merger antara kantor CPA.

  Alasan lain yang juga mendorong adanya pergantian auditor(auditor switching) adalah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tanggal 5 Februari 2008, Bab II Bagian Kedua tentang Pembatasan Masa Pemberian Jasa Pasal 3 yang isinya antara lain:

  1) Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. 2) Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut. 3) Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah (satu) tahun buku tidak diberikan melalui KAP tersebut.

  SA seksi 315 (2001: 315.1) menjelaskan bahwa komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti memberikan panduan bagi auditor tentang prosedur komunikasi antara auditor pengganti dengan auditor pendahulu. Auditor pendahulu adalah auditor yang telah mengundurkan diri atau diberitahu oleh klien bahwa tugasnya telah berakhir dan tidak diperpanjang dengan perikatan baru. Auditor pengganti adalah auditor yang telah menerima suatu perikatan atau auditor yang diundang untuk mengajukan proposal audit.

  Menurut Febrianto (2009) mengemukakan bahwa pergantian auditor yang dilakukan dengan secara sukarela dapat dibedakan atas pihak mana yang menjadi fokus perhatian dalam bisa dilakukan oleh pihak pemberi tugas (perusahaan) atau dapat juga dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mundur dalam penugasan. Dalam auditor switching ini tentunya akan berakibat dalam hal ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Dengan berbagai prosedur yang akan ditempuh oleh auditor pengganti, maka akan memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian tugas auditnya, dikarenakan auditor pengganti harus berkomunikasi mengenai kondisi perusahaan dengan auditor pendahulu. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya ketidaktepatan waktu laporan keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Dalam penelitian ini pergantian auditor merupakan variabel dummy, dimana apabila perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor termasuk kategori1, sedangkan apabila perusahaan melakukan pergantian auditor maka termasuk kategori 0.

2.2 Penelitian Terdahulu

  Penelitian mengenai ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti terdahulu yang menghasilkan temuan yang bermacam-macam dengan berbagai variabel. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1:

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Analisis Hasil Penelitian

  1 Stephen Owusu dan Ansah (2000)

  Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence From The Zimbabwe Stock Exchange

  Variabel Dependen : Ketepatan Waktu (Timeliness) Variabel Independen : Ukuran Perusahaan,

  Profitability , Gearing ,

  item luar biasa, bulan dari akhir tahun keuangan, kompleksitas operasi perusahaan, dan umur perusahaan

  Two StageLeast Squares Regression

  (2SLS)

  Hanya ukuran perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu dimana perusahaan mengeluarkan laporan akhir tahunan yang audit.

  2 Wahyu Adhy Noor Sulisty o (2010)

  Analisis Faktor- Faktor yang Mempengar uhi Ketepatan Waktu Penyampaia n Laporan Keuangan pada Perusahaan Publik di Indonesia yang

  Variabel Dependen : Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Variabel Independen : Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,

  Kompleksita s Operasi

  RegresiLog istik Profitabilitas, ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, kepemilikan publik, dan reputasi kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2008.

  Perusahaan

  , Kepemilikan Publik, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik, Likuiditas,

  Leverage ,

  dan Opini auditor laporan keuangan.

  Sedangkan, likuiditas,

  leverage

  keuangan, dan opini auditor tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

  3 Gratia Situmor ang (2010)

  Faktor- Faktor Mempengar uhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambang an Go Publik di BEI

  Variabel Dependen : Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Variabel Independen : Laba (Rugi) Bersih, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi KAP, dan

  Audit Report lag

  Regresi Logistik

  Laba (rugi), likuiditas, dan umur perusahaanberpe ngaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ketepatan waktu, akan tetapi, ukuran perusahaan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap ketepatan waktu.Sedangkan ,Reputasi KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu dan audit report

  lag berpengaruh

  negatif dan signifikan terhadap ketepatan waktu.

  4 Siska Analisis Variabel Regresi Profitabilitas

  Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai masalah Prahest y (2011)

  Ketepatwak tuan Penyampaia n Pelaporan Keuangan dan Faktor- faktor yang Mempengar uhi pada Perusahaan Perbankan

  Hasil pengujiannya menunjukan bahwa tidak ada satupun yang berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan penyampaian pelaporan keuangan.

  Regresi Logistik

  item-item luar biasa dan/atau kontijensi, serta umur perusahaan

  leverage ,

  Variable Independen : ukuran perusahaan, profitabilitas, rasio

  Variabel Dependen : Ketepatwaktu an penyampaian pelaporan keuangan.

  5 I Gusti Ayu Mahara ni (2013)

  Faktor- Faktor yang Mempengar uhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan

  berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan.

  ownership ) tidak

  Logistik (ROA) dan umur perusahaan secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan, sedangkan variabel struktur kepemilikan (outsider

  Dependen : Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Variabel Independen : Profitabilitas, Umur Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan

  di BEI Periode 2004-2009)

  Food and Beverages

2.3 Kerangka Konseptual

  penting. Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, kerangka konseptual dalam penelitian tercantum dalam gambar 2.1

  H1 Profitabilitas

  (X1) H2

  Ukuran Perusahaan

  (X2) H3

  Tingkat Leverage (X3)

  H4 Kualitas KAP

  (X4) Kompleksitas H9

  KETEPATAN H5 Operasi

  WAKTU Perusahaan

  (TIMELINESS) (X5)

  PELAPORAN KEUANGAN (Y)

  H6 Likuiditas

  (X6) H7

  Umur Perusahaan (X7)

  AuditorSwitching H8

  (X8)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Informasi pada laporan keuangan harus tersedia untuk para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan sebelum informasitersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. Oleh karena itu, ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan auditan ke Bapepam merupakan salah satu karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi, agar laporan keuangan yang disajikan relevan untuk pembuatan keputusan. Melalui kerangka konseptual diatas ingin dilihat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah Ketepatan Waktu (timeliness) PelaporanKeuangan, sedangkan yang menjadi variabel independen adalahProfitabilitas, Ukuran Perusahaan, Tingkat leverage, Kualitas KAP, Kompleksitas Operasi Perusahaan, Likuiditas, Umur Perusahaan, danAuditorSwitching.

2.4 Hipotesis Penelitian

  Menurut Nasution (2000) (dalam Rochaety dkk, 2007: 31), bahwa hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus diuji, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Perumusan hipotesis dapat dikembangkan berdasarkan hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu (timeliness) PelaporanKeuangan adalah Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Tingkat leverage, Kualitas KAP, Kompleksitas Operasi Perusahaan, Likuiditas, Umur Perusahaan, dan AuditorSwitching.

1. Hubungan Profitabilitas dengan Ketepatan Waktu (Timeliness) Pelaporan Keuangan

  Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Dengan semakin besar rasio profitabilitas (ROA), makasemakin baik pula kinerja perusahaan sehingga perusahaan akan cenderung untuk memberikan informasi tersebut pada pihak lain yang berkepentingan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi maka laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik, dan perusahaan yang mengalami berita baik cenderung menyerahkan laporan keuangannya secara tepat waktu. Hal ini juga berlaku pada profitabilitas perusahaan yang rendah dimana hal ini mengandung berita buruk, sehingga perusahaan tidak tepat waktu menyerahkan laporan keuangannya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sulistyo (2010)dan Prahesty (2011) bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Berbeda dengan hasil Owusu dan Ansah (2000), dan Maharani (2013) profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan

  Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1:Profitabilitas berpengaruhterhadap ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan.

2. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Ketepatan Waktu (Timeliness) Pelaporan Keuangan

  Ukuran perusahaan pada penelitian ini diukur dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Total aset yang semakin besar berarti ukuran perusahaan juga semakin besar. Perusahaan-perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar biasanya mendapat pengawasan yang besar juga dari para investor, kreditor, pemasok, pelanggan, pengawas permodalan pemerintah, dan sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka ketepatan waktu pelaporan keuangan akan semakin tinggi, karena pihak manajemen menghadapi tekanan eksternal yang lebih besar untuk segera menyampaikan laporan keuangannya yang telah diaudit. Sebaliknya, semakin kecil ukuran perusahaan maka ketepatan waktu pelaporan keuangan juga akan semakin rendah. Hal ini didukung oleh Owusu dan Ansah (2000) dan Sulistyo (2010) mengemukakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu. Berbeda dengan hasil Situmorang (2010)dan Maharani (2013) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H2:Ukuran Perusahaan berpengaruhterhadap ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan.

  3. Hubungan Tingkat Leveragedengan Ketepatan Waktu (Timeliness) Pelaporan Keuangan

  Tingkat leverage pada penelitian ini menggunakan rasio debt to equity

  

ratio (DER). Semakin tinggi debt to equity ratio (DER)mencerminkan

  tingginya risiko keuangan atau resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman, dan sebaliknya apabila debt to equity ratio rendah maka risiko keuangan atau risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin rendah. Suatu perusahaan apabila memiliki risiko perusahaan yang tinggi,mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan akibat hutang yang tinggi, sehingga menimbulkan berita buruk (bad news) di mata publik. Pihak manajemen perusahaan cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk karena waktu yang ada akan digunakan untuk menekan

  

debt to equity ratio serendah-rendahnya.Berdasarkan alur pemikirantersebut,

  maka hipotesis dapat dirumuskansebagai berikut: H3: Tingkat leverageberpengaruhterhadap ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan.

  4. Hubungan Kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan Ketepatan Waktu (Timeliness) Pelaporan Keuangan

  Kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP) menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang melakukan audit atas laporan keuangan perusahaan publik.

  Kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP) ditandai dengan apakah KAP tersebut berafiliasi atau tidak dengan KAP yang bertaraf internasional atau disebut The

  

Big Four . Perusahaan yang menggunakan jasa dari KAP yang berafiliasi

  dengan KAP The Big Four membutuhkan lebih sedikit waktu untuk melakukan audit atas laporan keuangan karena jumlah orang yang melakukan audit lebih banyak, sehingga pekerjaan audit bisa dilakukan dengan cepat dan perusahaan akan menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu dan sebaliknya. Hal ini didukung oleh Sulistyo (2010), dan Situmorang (2010) menemukan ketepatan waktu (timeliness)pada KAP Big Four akan lebih pendek dibandingkan dengan ketepatan waktu (timeliness) pada KAPkecil.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H4:Kualitas KAP (Kantor Akuntan Publik) berpengaruhterhadap ketepatan waktu(timeliness)pelaporan keuangan.

5. Hubungan Kompleksitas Operasi Perusahaan dengan Ketepatan Waktu (Timeliness) Pelaporan Keuangan

  Kompleksitas operasi perusahaan merupakan salah satu tantangan bagi auditor untuk memeriksa apakah perusahaan memiliki anak perusahaan atau tidak. Tingkat kompleksitas operasi perusahaan yang bergantung padajumlah anak perusahaan yang dimiliki perusahaan mencerminkan bahwa perusahaan memiliki unit operasi yang lebih banyak yangharus diperiksa dalam setiap transaksi dan catatan yang menyertainya, sehingga mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya. Hubungan tersebut juga didukung oleh penelitian Ashton et.al (1987) (dalam Owusu- Ansah, 2000) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif antarakompleksitas operasi perusahaan dengan audit delay. Hal ini juga didukung oleh Sulistyo (2010), mengemukakan bukti empiris bahwa kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H5:Kompleksitas Operasi Perusahaan berpengaruhterhadapketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan.

6. Hubungan Likuiditas dengan Ketepatan Waktu (Timeliness)Pelaporan Keuangan

  Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sesuai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Semakin tinggi tingkat likuiditas pada suatu perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan dapat segera mencairkan aktiva yang tersedia untuk melunasi hutang ketika jatuh tempo. Hal ini merupakan berita baik (good news) bagi pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan, sehingga perusahaan akan lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Sebaliknya, perusahaan yangmempunyai tingkat likuiditas rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebutmempunyai kemampuan yang rendah untuk memenuhi kewajiban jangkapendeknya dan ini merupakan berita buruk (bad news), maka perusahaan akan menundapenyampaian laporan keuangannya.Hubungan ini didukung oleh penelitian Hilmi dan Ali (2008)(dalam Prahesty, 2011) yang menemukan bahwa terdapat likuiditas berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Akan tetapi, Situmorang (2010)menemukan tidak adanya signifikan dari likuiditas terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

  Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H6:Likuiditas berpengaruhterhadap ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan.

7. Hubungan Umur Perusahaan dengan Ketepatan Waktu (Timeliness) Pelaporan Keuangan Umur Perusahaanmenjadi salah satu tolak ukur dalam perusahaan.

  Perusahaan yang lebih tua cenderung lebih terampil dan kompeten dalam proses pengumpulan sehingga dapat menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah mempunyai pengalaman yang cukup. Hal tersebut akan membuat perusahaan mampu menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu. Semakin besar umur perusahaan, maka semakin kecil pula keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian Owusu dan Ansah (2000) mengemukakan bahwa umur perusahaan mempengaruhikecepatan perusahaan dalam mengumumkan pendapatan awal tahun, dan Prahesty (2011), mengemukakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan pada akhir tahun yang telah diaudit. Namun, berbeda dengan

Dokumen yang terkait

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP IZIN PENGELOLAAN HUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2002 SKRIPSI

0 0 9

BAB II PENGATURAN MENGENAI BUKTI ELEKTRONIKSEBAGAI ALAT BUKTI YANG SAH DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA - Tinjauan Yuridis Mengenai Pembuktian Elektronik Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Kasus Tindak Pidana Pencucian Uang Dikaitkan Dengan UU No. 11 tahun 200

0 1 29

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Yuridis Mengenai Pembuktian Elektronik Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Kasus Tindak Pidana Pencucian Uang Dikaitkan Dengan UU No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 0 22

BAB II ASEAN DAN HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA ASEAN DALAM LINGKUP INTERNASIONAL TERHADAP KEJAHATAN LINTAS NEGARA - Kesepakatan Antara Indonesia Dengan Malaysia Sebagai Anggota Association Of South East Asian Nations (Asean) Dalam Memberantas Kejahatan Lintas Ne

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN - Kesepakatan Antara Indonesia Dengan Malaysia Sebagai Anggota Association Of South East Asian Nations (Asean) Dalam Memberantas Kejahatan Lintas Negara

0 1 12

PengaruhKompetensi, Independensi, Due Professional Care, Akuntabilitas, dan Fraud Risk Assessment Aparat Inspektorat terhadap Kualitas Audit dalam mewujudkan Good Governance di Kabupaten Karo

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori - PengaruhKompetensi, Independensi, Due Professional Care, Akuntabilitas, dan Fraud Risk Assessment Aparat Inspektorat terhadap Kualitas Audit dalam mewujudkan Good Governance di Kabupaten Karo

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - PengaruhKompetensi, Independensi, Due Professional Care, Akuntabilitas, dan Fraud Risk Assessment Aparat Inspektorat terhadap Kualitas Audit dalam mewujudkan Good Governance di Kabupaten Karo

0 0 8

PengaruhKompetensi, Independensi, Due Professional Care, Akuntabilitas, dan Fraud Risk Assessment Aparat Inspektorat terhadap Kualitas Audit dalam mewujudkan Good Governance di Kabupaten Karo

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TimelinessPelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 14