BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kedaulatan Negara Penerima Modal Asing Dalam Pengaturan Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala kebijakan di bidang pembangunan yang terkait dengan penanaman

  modal harus ditujukan untuk mencapai sebesar-besarnya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sejalan dengan apa yang diamanahkan oleh Pasal

  33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Didalam Pasal 33 ayat (2) dirumuskan bahwa, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan secara terencana, cermat, terukur dan proporsional. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut, tidak dipungkiri membutuhkan modal yang tidak sedikit. Bila hanya mengandalkan modal dari sumber dana pemerintah, hampir dipastikan agak sulit untuk mencapai pembangunan yang dicita-citakan tersebut. Untuk itu perlu dicari

  26 sumber dana lain.

  Pembangunan itu tidak boleh menimbulkan keengganan apalagi menolak sama sekali untuk memanfaatkan potensi-potensi modal, teknologi, dan keahlian yang tersedia di luar negeri selama hal itu semua benar-benar diabdikan kepada kepentingan ekonomi rakyat tanpa mengakibatkan ketergantungan kepada luar negeri. Tegasnya harus dibuka pintu bagi Penanam Modal Asing (PMA) dengan

26 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi Pemabahasan Dilengkapi dengan Undang- undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Bandung : Nuansa Aulia, 2007), hlm.

  33. pranata hukum investasi, sehingga diharapkan ada payung hukum yang jelas bagi

  27 pelaksanaan kegiatan penanaman modal di Indonesia.

  Globalisasi ekonomi dewasa ini telah melahirkan berbagai kejadian baru dalam perkembangan ekonomi dunia, yaitu terjadinya era pasar bebas internasional, interdepedensi sistem yang baik dalam bidang politik maupun ekonomi, lahirnya berbagai lembaga ekonomi internasional, pengelompokan negara dalam kawasan ekonomi regional, maju pesatnya pelaku ekonomi

  

transnational corporation , dan lahirnya military industrial complex. Hal ini tidak

  dapat dilaksanakan dalam kevakuman hukum dan kaidah-kaidah hukum sangat diperlukan untuk mengatur mekanisme hubungan agar tidak menjadi konflik

  28 kepentingan dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa.

  Era globalisasi menjadikan batas non fisik antarnegara semakin sulit untuk dibedakan dan bahkan cenderung tanpa batas (borderless state). Dampak yang sangat terasa terjadinya globalisasi yakni arus informasi yang begitu cepat sampai di tangan masyarakat. Jadi tidaklah mengherankan, jika berbagai pihak khususnya kalangan pebisnis sangat memburu informasi, sebab siapa yang menguasai informasi dialah yang terdepan. Demikian juga halnya arus transportasi dari satu negara ke negara lain, begitu cepat dan mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini semua tentu berkat dukungan teknologi yang digunakan dan dikembangkan oleh ahlinya. Dengan semakin dekatnya batas satu negara dengan negara lain peluang untuk berinvestasi, terlebih lagi hampir semua negara dewasa ini sudah membuka

  29 diri bagi investor asing, sangat terbuka luas. 27 28 Ibid . hlm. 34.

  Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi (Jakarta : Kencana, 2014), hlm.3-4. 29 Sentosa Sembiring., Op. Cit., hlm 1-2. Penanaman modal merupakan sektor utama yang sangat diandalkan oleh Negara-negara di dunia untuk menggerakan roda perekonomian negara.

  Penanaman modal asing dapat berperan dalam pembangunan ekonomi, meningkatkan produksi, memberi perluasan kesempatan kerja, mengolah sumber- sumber potensi ekonomi dalam negeri. Penanaman modal asing diharapkan dapat pula ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup mayarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman modal asing juga dipandang sebagai bidang yang sangat menguntungkan bagi negara tuan rumah (host country), karena dengan adanya penanaman modal asing ini, negara penerima modal asing dapat menjamin dan mengalihkan modal dalam negeri yang tersedia untuk digunakan

  30 bagi kepentingan publik.

  Penanaman modal asing ke negara sedang berkembang pada prinsipnya bersangkutan dengan tiga hal pokok yaitu, ekonomi, politik dan hukum. Tiga faktor tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap masuknya modal asing ke suatu negara. Dalam praktik masuknya penanaman modal asing ke suatu negara dengan perhitungan ekonomis saja kadang dapat mudah dilakukan, tetapi aspek politik dan hukum sebenarnya yang memegang peranan penting dalam efektivitas operasi modal asing tersebut. Bagi negara sedang berkembang termasuk dalam

  31 bagian dari pada rencana pembangunan ekonomi negara tersebut.

  Penanaman modal asing telah berkembang pesat pada akhir abad ke-20 melebihi perkembangan perdagangan internasioanal dan mempunyai keterkaitan secara prinsip dengan ekonomi nasional. Penanaman modal asing sejak tahun 30 M. Sornarajah, The Internasional Law Foreign Investment, (dalam) An An

  Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal (Bandung : Alumni, 2011), hlm 1. 31 Ibid.

  1995 telah meningkat sebesar 40 %, mengalir dari negara maju ke negara

  32 berkembang.

  Bagi Indonesia sendiri penanaman modal asing di Indonesia menjadi sesuatu yang sifatnya tidak dapat dihindarkan (inevitable), bahkan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan pembangunan nasional Indonesia memerlukan pendanaan yang besar untuk dapat menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Kebutuhan pendanaan tersebut tidak hanya dapat diperoleh dari sumber-sumber pendanaan dalam negeri, tetapi juga dari luar

  33 negeri.

  Hal itu yang menyebabkan penanaman modal asing menjadi salah satu sumber pendanaan luar negeri yang strategis dalam menunjang pembangunan nasional, khususnya dalam pengembangan sektor riil yang pada gilirannya

  34 diharapkan akan berdampak pada pembukaan lapangan kerja secara luas.

  Seiring perkembangan waktu, negara-negara dewasa ini tengah menuju tahap integrasi ekonomi yang baru dengan kehadiran penanaman modal langsung ke

  35 bidang atau sektor yang semakin luas.

  Termasuk Indonesia sebagai negara dikawasan ASEAN, saat ini telah menyepakati integrasi pasar yaitu Asean Economic Community (AEC) 2015 bersama negara-negara anggota ASEAN lainnya, dimana dengan adanya AEC 2015 ini maka akan terjadi pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja 32 33 Ibid, hlm. 2.

  David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2013) , hlm. 2. 34 35 Ibid, hlm. 3.

  Julius Deanne, Global Companies and Public Policy : The Growing Chlmlenge of foreign direct Investment, council on Foreign Relations Press for the royal Institute of Internasional Affairs , (dalam) An An Chandrawulan., Op. Cit., hlm 203. terampil dan juga arus modal yang lebih bebas, hal ini tentu akan mendorong peningkatan jumlah investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia.

  Selain kesepakatan integrasi pasar negara-negara ASEAN yang tahun ini mulai berlangsung, sebelumnya juga telah menjadi pokok perhatian yaitu kesepakatan-kesepakatan atau perjanjian-perjanjian baik bilateral maupun multilateral terkait dengan masuknya arus modal terutama melalui investasi, seperti General Agreement On Tariff and Trade (GATT), Asean China Free trade

  

Area (ACFTA) dan kesepakatan-kesepakatan internasional lainnya dimana

  kesepakatan-kesepakatan internasional tersebut melahirkan suatu prinsip-prinsip yang kemudian harus dipedomani dan melekat kepada setiap negara-negara yag menyepakatinya, terutama dalam membuat suatu produk hukum nasional yang mengatur masalah-masalah yang menjadi objek dalam kesepakatan tersebut, yang dalam hal ini penanaman modal merupakan salah satunya. Prinsip-prinsip tersebut bertambah luas penerapannya sampai pada masalah-masalah yang terkait dengan

  36 pembangunan suatu negara melalui peraturan penanaman modal asing.

  Selain itu, terhadap negara-negara anggota World trade Organisation (WTO), yang telah meratifikasi kesepakatan perjanjian tentang pembentukan WTO yang mana merupakan produk hukum Putaran Uruguay terutama Indonesia, melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement

  

Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi

  Perdagangan Dunia), berakibat kepada terikatnya negara tidak saja pada Perjanjian Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia tetapi juga terikat kepada 36 Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional, dan Penanaman Modal : Studi Kesiapan

  Indonesia dalam Perjanjian Investasi Multilateral , (Medan : Universitas Sumatera Utara, Sekolah Pascasarjana, 2008), hlm. 70. seluruh kesepakatan yang dihasilkan selama Putaran Uruguay, termasuk

  37

  didalamnya Agreement on TRIM’s dan GATS.

  Penataan masalah-masalah investasi dalam kerangka WTO telah

  38

  mengarah pada pembentukan sebuah rezim investasi multilateral, konsekuensi dari hadirnya rezim investasi multilateral adalah semakin terdesaknya kedaulatan negara untuk mengatur sendiri investasi asing yang berada diwilayah hukum

  39 negara tersebut.

  Berdasarkan uraian diatas, menarik kemudian untuk mengkaji masalah kedaulatan negara penerima penerima modal asing dalam membuat suatu peraturan penanaman modal kedalam skripsi penulis.

B. Rumusan Masalah

  Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana hubungan kedaulatan negara dengan penanaman modal ? 2.

  Bagaimana pengaturan penanaman modal baik secara nasional maupun secara internasional?

  3. Bagaimana pengaruh suatu perjanjian internasional terhadap kedaulatan negara penerima modal asing dalam membuat suatu regulasi penanaman modal?

  37 38 Ibid, hlm. 13. 39 Ibid, hlm. 15.

  Ibid, hlm. 16.

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan 1.

  Tujuan penulisan Adapun tujuan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah : a.

  Untuk mengetahui hubungan antara kedaulatan negara dengan penanaman modal b.

  Untuk mengetahui pengaturan penanaman modal baik secara nasional maupun secara internasional c.

  Untuk mengetahui pengaruh suatu perjanjian internasional yang dibuat oleh negara penerima modal asing terhadap kedaulatan negaranya didalam membuat suatu regulasi penanaman modal 2. Manfaat penulisan

  Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah : a.

  Secara teoritis Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan ilmu hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum ekonomi.

  b.

  Secara praktis Dapat diajukan sebagai bahan pedoman dan rujukan bagi rekan-rekan mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum, dan pemerintah agar lebih mengetahui dan memahami tentang batasan

  • – batasan dalam membuat suatu regulasi dalam bidang penanaman modal, terutama penanaman modal asing dikaitkan dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan lainnya yang terkait baik dalam skala nasional maupun internasional. Suatu peraturan yang baik adalah peraturan yang tidak saja
memenuhi persyaratan-persyaratan formal sebagai suatu peraturan, tetapi menimbulkan rasa keadilan dan kepatutan yang dilaksanakan atau ditegakkan dalam kenyataannya.

D. Keaslian Penulisan

  Berdasarkan pemeriksaan dan hasil penelitian yang ada, skripsi ini berjudul “Kedaulatan Negara Penerima Modal Asing dalam Pengaturan

  Penanaman Modal belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di lingkungan

  Universitas Sumatera Utara. Beberapa skripsi yang sudah pernah ditulis terkait dengan penanaman modal antara lain, Beberapa Permasalahan Penanaman Modal Asing dalam Hubungannya dengan Hukum Ekonomi Internasional oleh Elvira Dewi Ginting, tahun 2003 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, kemudian Tinjauan Hukum Ekonomi Internasional Terhadap Penanaman Modal Asing dalam Upaya Restrukturasi Perekonomian Indonesia tahun 2000, juga mahasiswa Fakultas Hukum Sumatera Utara.

  Perbedaan antara tulisan ini dengan berbagai tulisan yang sudah ada diatas terletak pada materi pembahasan tentang penanaman modal asing yang dikaitkan dengan kedaulatan negara. Dengan demikian ciri khas tulisan ini adalah pembahasan mengenai kedaulatan negara penerima modal asing, bagaimana pengaruh faktor eksternal seperti perjanjian internasional terhadap kedaulatan negara penerima modal asing, terutama dalam hal pengaturan penanaman modalnya, yang belum pernah dijumpai di tulisan-tulisan sebelumnya yang membahas tentang penanaman modal asing.

  Penulisan skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari penelitian orang lain. Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penanaman modal dan kedaulatan negara serta Peraturan Pemerintah dan kesepakatan

  • – kesepakatan multilateral yang mengatur tentang penanaman modal, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik.

  Bila di kemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu dapat dimintakan pertanggungjawabannya.

E. Tinjauan Pustaka 1.

  Kedaulatan negara Kedaulatan negara diartikan sebagai suatu kekuasan tertinggi negara atas wilayahnya tanpa ada campur tangan dari pemerintah negara lain. Kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi suatu negara yang berlaku atas seluruh wilayah

  40

  dan segenap rakyat dalam negara itu. Kedaulatan ini mempunyai empat sifat yaitu asli, permanen, tidak terbagi-bagi dan tidak terbatas.

  Schwarzenberger, secara singkat menjelaskan bahwa kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi (omnipotence) yang hanya dimiliki oleh negara. Kemudian Louis Henkin berpendapat bahwa kedaulatan digunakan untuk menggambarkan otonomi dan kekuasaan negara untuk membuat aturan-aturan hukum (hukum nasional) yang berlaku di wilayahnya dan membuat lembaga-lembaga negara. Dalam kedaulatan juga terefleksikan kekuasaan negara untuk mengadakan hubungan internasional dan tindakan-tindakan lain sebagai perwujudan

40 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Ilmu Negara (Umum dan Indonesia) (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), hlm. 138.

  41

  kedaulatannya. Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja menyebutkan bahwa pengertian kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi yang mengandung dua pembatasan penting. Pertama, kekuasaan itu terbatas pada batas-batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu. Kedua, kekuasaan itu berakhir dimana

  42 kekuasaan suatu negara dimulai.

  Yang dianggap orang pertama yang membahas persoalan kedaulatan adalah Jean Bodin (1530-1595), dimana dimasukan kedaulatan itu kedalam , ajaran politik (bahasa Belanda : souvereiniteit; bahasa Inggris : souvereignity; bahasa Perancis : souverainite; bahasa Italia : sovranus; bahasa Latin : superanus, yang artinya supremasi = di atas dan menguasai segala-galanya). Sehingga kedaulatan dapat diartikan kekuasaan yang tertinggi yaitu kekuasaan yang tidak berasal dan tidak di bawah kekuasaan lain. Bodin juga menggunakan kata kedaulatan ini dalam hubungannya dengan negara, yakni sebagai ciri negara, sebagai atribut negara yang membedakan negara dari persekutuan-persekutuan

  43 lainnya.

  Definisi “kedaulatan” menurut Jean Bodin ini hanya meninjau souvereiniteit dalam hubungannya dengan masyarakat di dalam negeri itu saja.

  Jadi perumusannya bersifat intern, karena pada waktu itu hubungan antar negara belum intensif seperti sekarang ini. Tetapi keadaan sekarang , hubungan antara negara yang satu dengan yang lainnya sudah sedemikian luas, maka suatu negara

  44 pasti terkena pengaruh karena adanya hubungan antar negara tersebut. 41 Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional : Suatu Pengantar (Jakarta : Raja Grafindo, 2003), hlm. 225-226. 42 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional (Bandung : Alumni, 2003), hlm. 18. 43 44 Samidjo, Ilmu Negara (Bandung : Armico, 2002), hlm. 136.

  Ibid .

  2. Penanaman Modal

  45 Beberapa pengertian investasi yang dapat dikemukakan diantaranya : a.

  Kamus Istilah Keuangan dan investasi Digunakan istilah investment (investasi) yang mempunyai arti : “Penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke risiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat pula berarti menunjuk ke suatu investasi keuangan (dimana investor menempatkan uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi suatu usaha atau waktu seseorang yang ingin memetik keuntungan dari keberhasilan pekerjaannya.”

  b. Kamus Besar Bahasa Indonesia Disebutkan, investasi berarti pertama, penanaman modal atau uang dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan, dan kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam.

  c.

  Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM). Pasal 1 angka 1 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa : “Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara

  Republik Indonesia.” Yang dimaksud penanaman modal disini adalah penanaman modal yang dilakukan secara langsung oleh investor lokal (domestic investment), 45 Sentosa Sembiring., Op. Cit., hlm. 31. penanaman modal asing langsung (foreign direct invesment) dengan kehadiran penanam modal tersebut di wilayah Republik Indonesia dengan cara membentuk badan hukum.

2. Negara penerima modal asing

  Mengenai negara penerima modal asing, UUPM sendiri tidak memberikan pengertian mengenai negara penerima modal asing, pengertian negara penerima modal asing disebutkan didalam business dictionary yang menyebutkan bahwa negara penerima modal asing atau host country adalah :

  “Nation in which(suatu negara dimana seseorang atau badan hukum dari negara lain datang ke negara tersebut untuk melakukan

  46 suatu kegiatan penanaman modal).”

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dalam menyusun skripsi ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Nama lain dari

  Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum doktriner, juga disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian hukum doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan- peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Dikatakan sebagai penelitian perpustakaan ataupun studi dokumen, disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. 46

  akses pada tanggal 22 Maret 2015. Penelitian perpustakaan demikian dapat dikatakan pula sebagai lawan dari

  47 penelitian empiris (penelitian lapangan).

  Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subyektif (hak dan kewajiban). Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian normatif ini menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statuta approach) yaitu suatu metode penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Selain itu, dengan melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara

  48 hierarki.

2. Data penelitian

  Materi dalam skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah : a. Bahan hukum primer

  Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor

  25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade

  Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) 47 Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 51. 48 Zainuddin Ali, Metode Penenlitian Hukum (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm. 105. yang didalamnya mencakup kesepakatan-kesepakatan mengenai Trade

  Related Aspects of Investment Measures (TRIMs), dan the General Agreement on Trade in Services (GATS), Peraturan Pemerintah, Peraturan

  Kepala BKPM, dan Peraturan-Peraturan lainnya.

  b.

  Bahan hukum sekunder Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang pengaturan penanaman modal oleh negara penerima modal asing, seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan permasalahan diatas.

  c.

  Bahan hukum tersier Yaitu semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan keterangan- keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

  Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis terhadap bahan-bahan yang digunakan seperti buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

3. Analisis Data

  Berdasarkan sifat penelitian yang digunakan yaitu mengunakan metode penelitian bersifat deskriptis analitis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data sekunder, meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. Metode penarikan kesimpulan yang digunakan adalah metode deduktif yaitu cara berfikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum kepada sesuatu yang sifatnya khusus.

49 G. Sistematika Penulisan

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian judul, tinjauan pustaka, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

  BAB II KEDAULATAN NEGARA DAN PENANAMAN MODAL ASING Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan umum tentang kedaulatan negara dan penanaman modal asing, bentuk-bentuk dan teori-teori kedaulatan negara, dasar hukun dan bentuk-bentuk

49 Zainuddin Ali., Op. Cit., hlm. 107.

  penanaman modal asing, serta hubungan kedaulatan negara dan penanaman modal asing.

  BAB III PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA NASIONAL DAN INTERNASIONAL Bab ini akan membahas tentang pengaturan penanaman modal asing dalam kerangka peraturan nasional dan kesepakatan- kesepakatan multilateral terutama General Agreement on Trade and Services atau GATS dan Trade Related Investment Measures atau TRIM’s.

  BAB IV PENGARUH PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL Bab ini akan membahas tentang pengaturan penanaman modal sebagai bagian dari kedaulatan negara, prinsip-prinsip perdagangan bebas yang membatasi penanaman modal, serta pengaruh perjanjian internasional terhadap pengaturan penanaman modal negara penerima modal asing

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran, yaitu sebagai bab yang berisikan kesimpulan mengenai permasalahan yang dibahas dan saran terhadap pemasalahan tersebut.