BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hiburan Dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Binjai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang penduduknya sangat padat, dimana setiap

  warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung.apabila semua rakyat membayar pajak secara teratur tentu akan semakin besar pendapatan yang masuk dari sektor pajak. Karena sumber pendapatan terbesar negara kita ini brasal dari sektor pajak. Sedangkan pajak merupakan salah satu andalan pemerintah dalam mendukung pembangunan nasional di berbagai bidang. Tetapi pelaksanaan kewajiban perpajakan masih kurang berjalan dengan baik, karena kurangnya kesadaran masyarakat terutama wajib pajak untuk membayar pajaknya bukan sebagai beban atau paksaan, tetapi ikut berpartisipasi dalam mewujudkan pembangunan nasional. Banyak masyarakat yang secara ekonomi dapat dikatakan telah mampu membayar pajak, tetapi tidak mau mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak agar memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

  Selain itu wilayah indonesia ini sangat luas mengakibatkan pembagian dana kesetiap daerah diindonesia tidak merata,dengan itu kita seharusnya meningkatkan pembangunan di setiap daerah tersebut pemerintah memberikan kewenangan kepada setiap daerah mengelola dan mengurus daerahnya sendiri dengan undang-undang pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari Pajak Daerah, sehingga saat ini Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari sebelas jenis pajak, yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, dan Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

  Menurut peraturan daerah kota binjai nomor 6 tahun 2011 Pajak daerah yang diperoleh akan sangat membantu dalam menjalankan program-program yang telah direncanakan oleh pemerintah Daerah.jika kesadaran dari wajib pajak belum terpenuhi untuk membayar pajak akan sangat memungkinkan untuk menghambat jalannya roda perekonomian bagi daerah.

  Kota Binjai menjadikan Pajak Daerah sebagai salah satu dari sumber pendapatan daerah kota Binjai yang memungut pajak dari sektor hiburan dan penelitian ini ditekankan pada penghitungan pajak hiburan di kota binjai. Kota Binjai sebagai Kota jasa, Perindustrian, Perdagangan dan Pemukiman telah berupaya memacu laju pertumbuhan Pembangunan yang mendukung Pertumbuhan Pembangunan yang mendukung Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai.

  Sementara itu Pendapat Asli Daerah (PAD) Kota Binjai pada tahun 2014 adalah untuk anggaran 2014 sebesar 82.902.282.690,00 dan realisasinya 66.875.569.635,10 yang proposinya sebesar 80,67 %. Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Binjai Tahun 2014.

  Binjai tingkatkan pengawasan pajak hiburan yang meliputi, bioskop, karoke dan warnet yang termasuk salah satu memberikan kontribusinya. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat pengusaha warnet mengeluh dan tidak mengikuti aturan atau perda masih menemukan kendala dalam pencapaian target PAD sebesar Rp 2,7 milyar. Karena pengusaha warnet masih banyak yang tidak menuruti membayar pajak. Setelah adanya sosialisasi sudah mulai tumbuh kesadaran pengusaha warnet untuk membayar pajak. Untuk target pajak hiburan sebesar Rp 1 dan lainya. Untuk sementara pemasukan dari target yang dicapai sekitar 46% dari total Rp 2,7 miliyar maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian, dan penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai kebijakan yang berlaku oleh pemerintah daerah kota madya Binjai dan mengetahui tata cara pembayaran dan pemungutan pajak hiburan,oleh karena itu penulis mengadakan penelitian dengan judul “Tata Cara

  

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hiburan Dalam Rangka Meningkatkan

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Binjai

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan PKLM

  Langkah awal yang harus diterapkan dalam melakukan setiap kegiatan adalah dengan menentukan tujuan agar dapat terencana dan mengarah pada hasil yang diinginkan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKLM) ini adalah:

  1.1 Untuk mengetahui tata cara penghitungan pajak hiburan di daerah kota madya Binjai.

  1.2 Penentuan tarif pajak hiburan di kota madya Binjai.

  1.3 Untuk mengetahui hambatan – hambatan perhitungan pajak hiburan di kota madya Binjai.

  2.1 Bagi Mahasiswa a.

  Sebagai media untuk menambah wawasan dan menguji kemampuan mahasiswa dalam bidang perpajakan khususnya tentang Pajak Hiburan Guna menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja.

  b.

  Sebagai sarana informasi bagi pembaca dalam memudahkan masalah perpajakannya.Sebagai media guna mensosialisasikan betapa pentingnya pajak untuk kehidupan bernegara.

  2.2 Bagi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota a.

  Mempromosikan image yang baik tentang Kantor Dinas pendapatan daerah kepada masyarakat. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

  b.

  Membina hubungan baik dengan Universitas Sumatra Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

  2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan a.

  Meningkatkan hubungan kerjasama Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Binjai.

  Menciptakan mahasiswa yang berkualitas dan berintegritas dalam dunia pendidikan, pekerjaan, dan masyarakat.

  b.

  Meningkatkan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah di sampaikan selama c.

  Mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) program studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatra Utara.

C. Uraian Teoritis

3.1 Pengertian pendapatan Asli Daerah

  Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  Pemerintahan daerah yang berotonom diharapkan mampu mengatur dan mengurus sendiri urusan-urusan pemerintahan yang menjadi urusan pada setiap pemerintahan lokal (local government) yang menjalankannya. Setiap pemerintahan daerah yang berotonomi harus mampu menggali sumber keuangan daerahnya

  Di antara berbagai jenis penerimaan daerah yang menjadi sumber daya sepenuhnya dapat dikelola oleh daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka untuk itu upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah baik secara intensifikasi maupun secara ekstensifikasi dengan maksud agar daerah tidak terlalu mengandalkan atau mengantungkan harapan pada pemerintah tingkat pusat, tetapi harus mampu secara mendiri dalam menggali dan mencari sumber-sumber penerimaan daerah sesuai dengan cita-cita otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.

  Koswara (2000:50) menyatakan bahwa ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonomi mampu berotonom terletak pada kemampuan keuangan daerah.

  Maksudnya adalah daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk daerahnya. Ketergantungan kepada pemerintah pusat harus diusahakan seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung dengan kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan daerah.

  3.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

  (Ahmad Yani,2002:51) Pendapatan Asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

  Sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

  1. Pajak Daerah

  2. Retribusi Daerah

  3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

  3.3 Pengertian Pajak

  Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa imbalan (kontrafertasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2006:126) Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 pajak adalah:

  “Pajak adalah kontribusi wajib negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung atau digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.”

  Unsur-unsur yang ada dalam definisi pajak diantaranya adalah: 1. Iuran masarakat kepada negara dalam arti bahwa yang berhak memungut pajak hanyalah negara,

  2. Berdasarkan undang-undang atau dapat dipaksakan yang berarti bahwa walaupun negara mempunyai hak memungut pajak umum dalam pelaaksanaanya harus memperoeh persetujuan dari rakyat yaitu melalui undang-undang,

  3. Tidak adanya balas jasa atau manfaat dari negara secara langsung dengan pajaknya dan,

  4. Digunakan untuk menjalankan fungsi negara untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang bersifat umum berarti bahwa pengeluaran-pengeluaran

3.4 Pajak Daerah 1. Pengertian Pajak Daerah

  Pengertian pajak daerah berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

  Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (perda), yang wewenang pemungutanya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan didaerah.

  Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pengertian Pajak Daerah adalah sebagai berikut: “Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat 2.

   Jenis - Jenis Pajak Daerah

  jenis pajak daerah meliputi :

  a. Pajak Daerah Tingkat 1 (Provinsi)

  3. Pajak bahan bakar kenderaan bermotor

  4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

  b. Pajak Daerah tingkat II (Kabupaten)

  1. Pajak Hotel

  2. Pajak Restoran

  3. Pajak Hiburan

  4. Pajak Reklame

  5. Pajak Penerangan Jalan

  6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

  7. Pajak Parkir

3.5 Pengertian Pajak Hiburan

  Dalam Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 3 Tahun 2011 pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukkan, permainan dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

1 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak Hiburan

  Menurut Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 pasal 15 sampai dengan pasal 20 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak Hiburan adalah:

  Pasal 15 : Dengan nama Pajak Hiburan dipungut pajak atas setiap penyelenggaraan hiburan. Pasal 16 :

  (2) Hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. tontonan film; b. pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana; c. kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; d. pameran; e. diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya; f. sirkus, akrobat, dan sulap; g. permainan bilyar, golf, dan bowling; h. pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan; i. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan j. pertandingan olahraga.

  Pasal 17 : (1)

  Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati Hiburan.

  (2) Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.

  Pasal 18 : (1)

  Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan.

  (2) Jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Hiburan.

  Pasal 19 : (1)

  Tarif Pajak Hiburan ditetapkan sebagai berikut : a. tontonan film, akrobat, sulap, pertandingan olahraga sebesar 10 % (sepuluh persen); b. pagelaran kesenian, musik, tari, busana, kontes kecantikan, binaraga, pameran sebesar 20% (dua puluh persen); c. karaoke sebesar 30% (tiga puluh persen); d. diskotik, klab malam dan sejenisnya sebesar 75% (tujuh puluh lima persen); e. sirkus sebesar 10% (sepuluh persen); f. permainan bilyar, golf dan boling sebesar 20% (dua puluh persen); g. pacuan kuda, kendaraan bermotor, permainan ketangkasan sebesar 35% (tiga puluh lima persen); h. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa dan pusat kebugaran (fitness center) sebesar 50%(lima puluh persen).

  (2) Khusus hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan sebesar 10% (sepuluh persen).

  Pasal 20 : (1)

  Besaran pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18. (2)

  Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Hiburan diselenggarakan di Kota Binjai.

  a) Self Assessment System

  Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggungjawab kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Ciri-cirinya:

  • Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang reutang oleh wajib pajak ada pada fiskus;
  • Wajib pajak bersifat pasif karena bukan dirinya sendiri yang menentukan besarnya pajak terutang;
  • Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak (SKP) oleh fiskus.

  b) Official Assessment System

  Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada Pemerintah (fiskus) untukmenentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:

  • Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada wajib pajak itu sendiri;
  • Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaaporkan sendiri pajak terutangnya. Fiskus tidak ikut campur, hanya mengawasi saja.

  c) With Holding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

D. Ruang Lingkup PKLM

  Adapun yang menjadi ruang lingkup masalah yaitu melakukan pengumpulan data dan membahas permasalahan mengenai:

  3. ketentuan tarif pajak hiburan di kota binjai

E. Metode laporan

  Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam proposal ini,maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

  1. Tahap Persiapan

  Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang dimulai dari pengajuan judul, penentuan judul dan penentuan tempat ,mencari bahan untuk pembuatan proposal hingga pada tahap berkonsultasi dengan pihak dosen.

  2. Studi Literatur (Kepustakaan)

  Pada tahap ini penulis mencari berbagai sumber-sumber seperti buku - buku, majalah, Undang-Undang perpajakan,dan yang membahas mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak.

  3. Observasi Lapangan

  Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan / pengamatan secara langsung ketempat narasumber, mencari data-data dan informasi tentang Nomor Pokok Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

F. Metode Pengumpulan Data

  Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam laporan ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Wawancara (Interview)

  Yaitu kegiatan yang mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan yang berkaitan dengan kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi laporan penelitian.

  2. Metode Observasi (Pengamatan)

  Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data secara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi.

  3. Dokumentasi

  Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang diperoleh dari instansi.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Campuran Bahan Bakar Premium, Hidrogen, Dan Etanol 96% Terhadap Performansi Dan Emisi Gas Buang Esin Genset Otto

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri pangan - Identifikasi Zat Pemutih Klorin Pada Ikan Asin Yang Beredar Di Pasar Durian Medan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kloramfenikol - Penetapan Kadar Kloramfenikol Dalam Sediaan Kapsul Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

1 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Minyak Kayu Putih 2.1.1 Sistematika Tanaman - Penentuan Bobot Jenis Dan Indeks Bias Serta Kelarutan Dalam Etanol Dan Putaran Optik Minyak Kayu Putih (Melaleuca Leucadendron)

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Krim - Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat Dalam Sediaan Krim Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

0 0 16

PENETAPAN KADAR HIDROKORTISON ASETAT DALAM SEDIAAN KRIM SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) TUGAS AKHIR - Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat Dalam Sediaan Krim Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

0 0 13

BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Air - Perbandingan Efektifitas Pemakaian Koagulan PAC dan Tawas dalam Menurunkan Kekeruhan Air Baku (Sungai Belawan)

0 0 17

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMAKAIAN KOAGULAN PAC DAN TAWAS DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN AIR BAKU (SUNGAI BELAWAN) TUGAS AKHIR - Perbandingan Efektifitas Pemakaian Koagulan PAC dan Tawas dalam Menurunkan Kekeruhan Air Baku (Sungai Belawan)

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Analisis Cemaran NitratDan Nitrit Pada Air Sungai Deli Secara Spektrofotometri Visibel

0 0 18

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM - Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hiburan Dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Binjai

0 0 24