Pengaruh Pemberian Gambar pada Bacaan te

METODOLOGI PENELITIAN DAN STATISTIKA III

Pengaruh Pemberian Gambar pada
Bacaan terhadap Pemahaman
Membaca Siswa/i Kelas 5 Sekolah
Dasar
Oleh :
Ayu Rizky 1106081505
Fauziah Sandra 1106081316
Fira Rahmadina 1106057235
Meuthia Karina 1106017736

Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
Depok, Mei 2013

BAB I
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah membaca. Dewasa
ini, banyak sekali meteri yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan, seperti ujuan tertulis
di sekolah. Untuk itu, sangat diperlukan kemampuan membaca yang baik pada para siswa agar

mereka memhami materi-materi yang diberikan. Pemahaman membaca merupakan salah satu
komponen dari membaca dengan jelas dan juga digunakan pada proses belajar dan hasil siswa
secara keseluruhan (Pecjak, Podlesek, & Pirc, 2011). Hanya mengetahui kata-kata yang tertulis
saja tanpa memahami isi bacaan tersebut, pelajar akan mengalami kesulitan dalam penguasaan
materi pelajaran. Selain itu, Sofiyatun (2009) dalam Jalilehvand (2012) menyatakan, “The
success of learning any subject matter depends on the competence of reading comprehension”.
Pecjak, Podlesek, & Pirc (2011), menyatakan dua faktor utama yang mempengaruhi prestasi
seseorang dalam membaca serta terukur dari pemahaman bacaan, adalah karakteristik
lingkungan dan karakteristik psikologi pembaca. Karakteristik lingkungan terdiri dari lingkungan
sekolah (instruksi, guru, metode mengajaran) dan lingkungan rumah (buku yang ada di rumah,
frekuensi orang tua membacakan buku, kebiasaan membaca orang tua). Sedangkan karakteristik
psikologis terdiri dari kognitif, metakognitif, dan motivasional-emosional. Dalam hal ini
disebutkan bahwa orang tua memiliki andil besar dalam memberikan contoh untuk membangun
minat baca anak. Minat mereka dapat ditumbuhkan dengan memberikan buku-buku bacaan yang
disertai gambar-gambar dan warna-warna yang menarik, sesuai dengan minat dan usianya.
Berdasarkan Nicholas (2007) dalam penelitian Jalilehvand (2012) menyatakan “Children’s
picture books are not merely important because of the literary value they provide young readers,
but they are also an essential element in the developmental reading process.” Dengan demikian,
diperlukan adanya gambar untuk membangun minat baca anak sehingga anak dapat lebih
memahami isi bacaan tersebut.

Dilihat dari aspek kognitif, adanya gambar pada bacaan dapat memudahkan individu
untuk me-recall informasi. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa anak yang membaca
cerita dengan gambar, dapat memberikan performa terbaik saat me-recall informasi lebih detail

dan dapat disimpulkan bahwa gambar dapat meningkatkan pemahaman anak (Jalilehvand, 2012).
Selain itu, banyak peneliti yang mengungkapkan bahwa gambar lebih mudah di recall daripada
kata-kata. Dalam penelitian Chun & Plass (1996), ditegaskan bahwa prinsip pembelajaran yang
efektif adalah visual memory. Dan mereka percaya bahwa orang akan lebih mudah mengingat
kata-kata jika diikuti dengan pemberian gambar. Dalam Brookshire et al., (2002 dalam
Jalilehvand, 2012) mengukur pemahaman dengan memberikan pertanyaan kepada siswa
mengenai sebuah bacaan yang membutuhkan mereka untuk me-recall fakta-fakta tertentu
mengenai cerita pada bacaan tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang melihat bacaan
dengan gambar, menjawab pertanyaan dengan benar dan juga dapat disimpulkan bahwa ilustrasi
mempengaruhi pemahaman dalam membaca. Kemudian, hasil penelitian mengenai pengaruh
penggunaan gambar dan bacaan pada pemahaman membaca siswa yang dilakukan oleh Captu
(2009) mengindikasi bahwa metode pembelajaran Picture-to-Text dapat menjadi alat
pembelajaran yang efektif.
Berdasarkan pemaparan diatas, sudah terlihat jelas bahwa gambar memberikan pengaruh
terhadap pemahaman membaca seseorang. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat apakah
pemberian gambar pada bacaan berpengaruh terhadap pemahaman membaca pada siswa kelas 5

SD di salah satu sekolah dasar di Jakarta. Hal ini dikarenakan anak SD sedang berada pada usia
6-12 tahun dimana pada usia ini anak berada pada periode concrete operational menurut Piaget
(Papalia, 2012). Dalam hal ini anak dapat berpikir logis mengenai benda-benda konkret. Adapun,
dalam perkembangan bahasanya, anak berada pada fase semantik yaitu anak dapat membedakan
kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata. Selain itu, Bruner, seperti halnya
Piaget yakin bahwa anak-anak mengalami perkembangan kognitif menurut fase-fase tertentu.
Bruner mengidentifikasi tiga fase perkembangan. Yang pertama disebut periode enaktif, dari
lahir sampai umur satu tahun, yaitu perode melakukan tindakan dan pekerjaan. Fase yang kedua
adalah periode ekonik, saat berkembangnya khayalan, yang pada umumnya terjadi pada satu
sampai empat tahun. Yang terakhir, yaitu fase ketiga, disebut perode simbolik. Pada periode ini,
yang dimulai umur empat tahun dan berlangsung sepanjang kehidupan, anak belajar
menggunakan sistem simbol, khususnya bahasa. Disini anak memasuki usia sekolah, dan mereka
menjadi semakin baik dalam menemukan makna kata berdasarkan konbacaannya. Anak berumur
lima tahun mendefinisikan suatu kata secara sempit sedangkan anak berumur sebelas tahun
membentuk definisi dengan menggabungkan makna-makna yang telah diketahuinya. Oleh

karena itu, kami menetapkan usia 10 tahun (kelas 5 SD) sebagai partisipan sebab semakin tinggi
usia mereka, semakin tinggi pula pemahaman membaca mereka.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu:

“Apakah pemberian gambar pada bacaan mempengaruhi pemahaman membaca pada siswa kelas
5 SD?”
1.3. Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui dan membuktikan apakah terdapat pengaruh pemberian gambar pada
bacaan dengan pemahaman membaca siswa kelas 5 Sekolah Dasar



Untuk mengetahui bagaimana cara yang tepat dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Sekolah Dasar, hal ini dilihat dari penggunaan dan pengaruh pemberian gambar pada tes
yang diberikan kepada siswa kelas 5 Sekolah Dasar.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
Manfaat Teoritis
a.

Penelitian ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan di bidang psikologi yaitu mengenai


pengaruh pemberian gambar pada bacaan terhadap pemahaman membaca siswa kelas 5 sekolah
dasar
b.

Memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian gambar pada bacaan terhadap

pemahaman membaca siswa kelas 5 sekolah dasar sehingga dikemudian hari dapat
memunculkan penelitian-penelitian serupa serta mengembangkannya agar dapat melengkapi
penelitian ini.
c.

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menemukan cara yang tepat agar memiliki

pemahaman membaca yang baik pada siswa kelas 5 sekolah dasar

Manfaat Praktis
a.

Dapat digunakan sebagai rujukan dan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya

terkait dengan pengaruh gambar dengan pemahaman membaca

b.

Dapat dijadikan rujukan untuk membandingkan hasil penelitian pada konbacaan dan

subjek penelitian yang berbeda
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan proposal penelitian dengan judul pengaruh pemberian gambar pada bacaan
terhadap pemahaman membaca siswa kelas 5 SD ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang peneliti memilih tema dan topik penelitian,
permasalahan penelitian (urgensi, dukungan data, penelitian terdahulu, relevansi dengan
kelompok sasaran), serta tujuan dan manfaat diadakannya penelitian ini. Pendahuluan merupakan
bab yang menjadi landasan dan dasar penulisan proposal penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, peneliti membahas teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Teori-teori ini menuntun kami dalam melakukan penelitian sehingga kami dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas dan menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan kami jalankan secara
menyeluruh, yang terdiri dari hipotesis penelitian yang terdiri dari hipotesis null dan hipotesis
alternative, variabel penelitian, alat ukur yang dipilih, prosedur penelitian, populasi dan sample,
serta teknik sampling dan kontrol.
BAB IV HASIL
Bab ini berisi tentang gambaran partisipan yang kami teliti serta hasil perhitungan data
menggunakan SPSS. Bab ini merupakan penentu akan hasil keseluruhan data.
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini kami akan memberikan kesimpulan yang berkaitan dengan permasalahan dan
hipotesis, diskusi sebagai peninjau kembali dukungan teoretik dan hasil penelitian terdahulu

ditambah dengan saran yang ditujukan baik untuk penelitian selanjutnya maupun untuk pembuat
makalah ini sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi referensi teori dan materi yang kami sarikan ke dalam makalah penelitian ini
LAMPIRAN
Berisi lampiran contoh kusioner yang digunakan dalam penelitian dan output SPSS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Membaca
2.1.1. Definisi Pemahaman Membaca
Pemahaman membaca adalah proses memaknai ide-ide yang tertulis melalui interpretasi
yang bermakna dan interaksi dengan bahasa, seperti yang diutarakan oleh Heilman, Blair, dan
Rupley (1981) ;
“Reading comprehension is a process of making sense of written ideas through meaningful
interpretation and interaction with language” p. 242
Sementara Harris dan Sipay (dalam Utami, 1996) mendefinisikan pemahaman membaca sebagai;
“Reading comprehension is a result of the interaction between the perception of graphic,
symbols that represent language and the reader’s language skills, cognitive skills and knowledge
of the world. In this process the readers try to recreate the meanings intended by the writer” p.
11
Dari dua definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman membaca adalah
proses yang didalamnya terdapat informasi yang berada dalam bacaan dan proses memaknai
informasi tersebut. Makna baru diperoleh sebagai hasil interaksi antara simbol-simbol tulisan
dengan kemampuan bahasa, kemampuan kognitif, dan pengetahuan membaca.
2. 1. 2. Tingkatan Pemahaman Membaca
Memahami bacaan merupakan proses yang kompleks, interaksi dari banyak hal
(multifacet) karena melibatkan banyak faktor di dalam mendapatkan pemahaman secara
menyeluruh. Untuk memahami bacaan, seseorang harus mempunyai kemampuan tentang bahasa

yang digunakan mencakup vocabulary, kemampuan bahasa dalam mendengar dan berbicara
dimana hal tersebut juga dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya. Pemahaman membaca
diawali dengan mengidentifikasi kata-kata berupa simbol-simbol kemudian diberikan makna,
dengan cara mengasosiasikan simbol tersebut dengan pengalaman yang sudah ada. Hasil asosiasi
ini digunakan untuk memahami struktur kalimat dan paragraf dalam bacaan (Heilman, Blair, dan
Rupley, 1981).

Menurut Heilman, Blair, dan Rupley terdapat beberapa aspek dasar dalam membaca,
yaitu:
·

Membaca adalah interaksi dengan bahasa yang telah dikodekan dalam suatu cetakan tertulis

·

Hasil interaksi dengan bahasa tertulis harus dapat dipahami.

·

Membaca adalah suatu proses aktif dan berkelanjutan yang dipengaruhi secara langsung oleh


interaksi individu dengan lingkungannya.
Adapun dalam proses pemahaman membaca terdapat tiga tingkatan (Heilman, Blair, dan Rupley,
1981), yaitu :
1.

Pemahaman Literal.
Pemahaman literal adalah pemahaman mengenai ide-ide dan informasi yang eksplisit
dalam bacaan. Seseorang yang dikatakan memiliki kemampuan dalam pemahaman literal
dapat mengingat secara rinci pernyataan ataupun tulisan di dalam kata-kata sendiri, mengerti
struktur kalimat yang digunakan dalam bacaan, seperti subjek, predikat, dan objek, dan lainlain. Seseorang yang memiliki pemahaman literal juga mampu mengingat kembali ide utama
yang dinyatakan secara eksplisit dalam bacaan bacaan dan adanya pengetahuan mengenai
urutan informasi yang terdapat di dalam bacaan. Pembaca yang baik dapat mengetahui urutan
informasi atau kejadian yang terdapat dalam bacaan seperti, dari mana awal cerita bermula,
proses kejadiannya, dan bagaimana akhir ceritanya.
Proses yang terjadi dalam tahapan ini adalah seseorang mengetahui arti kata yang terlihat
di dalam bacaan, maka dia akan membayangkan dan mengasosiasikan kata-kata tersebut
sehingga mampu mengingat atau memahaminya. Dengan memahami kata yang ditampilkan,
maka dia pun akan mampu menyusun kalimat dengan struktur kalimat yang baik yaitu
berdasarkan S-P-O-K (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan). Dia juga mampu mengingat ideide yang disampaikan secara eksplisit dalam bacaan sehingga ia memahami urutan informasi

yang ada dalam bacaan dan mampu menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri.
intinya pada tahap ini adalah seseorang mampu menerima dan memahami informasi yang
disampaikan secara eksplisit dalam bacaan. Setelah seseorang melewati proses tersebut,
maka ia akan mampu memasuki tahap berikutnya yaitu pemahaman inferensial.

2.

Pemahaman Inferensial
Pemahaman mengenai ide-ide dan informasi yang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam
bacaan. Seseorang yang dikatakan memiliki pemahaman inferensial akan memahami

informasi yang disajikan, yaitu untuk dapat mengerti jalan pikiran dan tujuan penulis. Dia
juga akan mampu menyimpulkan informasi faktual, ide utama, perbandingan, hubungan
sebab-akibat yang tidak dinayatan secara eksplisit dalam bacaan. Di samping itu, dia juga
mampu merangkum isi bacaan atau membuat ringkasan dari isi bacaan secara keseluruhan.
Dalam tahapan inferensial, pemahaman membaca diperoleh dengan menggabungkan ide-ide
dan informasi eksplisit dalam bacaan dengan pengetahuan sebelumnya.
3.

Pemahaman Kritikal
Pemahaman kritikal adalah kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan bereaksi secara
personal terhadap informasi yang disajikan dalam bacaan. Dengan pemahaman ini,
seseorang akan mampu melakukan penilaian terhadap informasi yang dibaca berdasarkan
pengetahuan terdahulu. Seseorang yang memiliki pemahaman kritikal akan memiliki
kemampuan menganalisis dan mampu mengevaluasi keseluruhan dari bacaan bacaan yang
disajikan, sesuai dengan maksud si penulis.

2. 1. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Membaca
Dalam memahami bacaan, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang, faktor
tersebut berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
individu. Faktor-faktor tersebut juga berkaitan dengan proses kognitif seseorang. Berikut
penjabaran dari kedua faktor tersebut :
A. Faktor Internal
a. Keadaan emosi
Keadaan emosi adalah keadaan yang dirasakan seseorang, misalnya ketegangan,
kecemasan, burnout, dan mood. Keadaan emosi akan mempengaruhi performa kognitif.
Misalnya, burnout, kecemasan, dan depresi dapat mempengaruhi performa kognitif, yang
sekaligus seringkali merugikan terhadap performa seseorang karena hal ini menyebabkan
kekurangan atensi, yang pada akhirnya menjadi hambatan dalam pemrosesan informasi
(Wells & Matthews dalam Matthews, dkk., 2000). Demikian juga siswa yang merasa
dirinya tertekan, selalu dalam keaadaan takut akan kegagalan, dan mengalami tekanantekanan karena emosi yang kuat (stres), tidak dapat belajar termasuk membaca dengan
efektif (Slamento dalam Sentari, 2002; Matthew, dkk., 2000). Demikian juga mood

mempengaruhi, yaitu pada saat informasi disimpan maupun ketika informasi digunakan,
sehingga akan berpengaruh pada bagaimana performa pada akhirnya (Matthews dkk.,
2000; Goenther dalam Davies & Thomson, 1988).
b. Karakteristik individual
Karakteristik individual yang dimiliki oleh masing-masing individu, akan mempengaruhi
bagaimana performanya. Misalnya tipe kepribadian pada orang-orang yang neurotis, pada
kadar yang ekstrim akan membawa kepada performa yang buruk dalam pengerjaan tugas
yang melibatkan aktivitas kognitif (Matthews dkk., 2000).
c. Kemahiran dalam proses decoding
Dalam studi yang dilakukan Saarnio, dkk (dalam Gunarsa, 2004) dikategorikan sebagai
keterampilan kognitif dasar. Gersten, Fuchs, Williams, dan Baker (dalam Gunarsa, 2004)
mengatakan bahwa kelancaran membaca mempengaruhi pemahaman membaca karena
melibatkan kelancaran dalam dekoding (Triatri dalam Gunarsa, 2004).
d. Pengetahuan sebelumnya
Pengetahuan terdahulu adalah semua pengalaman dan pengetahuan yang sudah
terakumulasi, yang dapat mendukung tahap-tahap dalam membaca dan merupakan dasar
pengetahuan untuk jangka panjang (Harris & Sipay dalam Utami, 1996). Gersten dkk
(dalam Gunarsa, 2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang termasuk di dalamnya
adalah pengetahuan mengenai kosa kata (vocabulary knowledge), pengetahuan
sebelumnya yang mengetahui tentang materi bacaan (background knowledge), dan
pengetahuan mengenai struktur bacaan. Dengan demikian, seseorang akan lebih sulit
mempelajari pengetahuan baru yang belum pernah diketahui sebelumnya, daripada
mempelajari pengetahuan yang sudah pernah dipelajari sebelumnya (Triatri dalam
Gunarsa, 2004).
e. Motivasi
Motivasi berpengaruh terhadap besarnya usaha seseorang didalam menyelesaikan suatu
tugas kognitif ( Matthew dkk., 2009) dan dalam memahami bacaan (dalam Gunarsa,
2004). Kegiatan membaca yang terus menerus dilakukan merupakan latihan dan
pengalaman yang baik untuk memperoleh manfaat dari membaca. Murid yang sukses
dalam membaca, motivasinya meningkat untuk membaca bacaan yang lainnya,
sedangkan murid yang mengalami kesulitan tidak merasakan kenikmatan membaca

sehingga motivasinya untuk membacapun berkurang, Stanovich (dalam Gunarsa, 2004)
menemukan bahwa kemampuan memahami bacaan ini mengikuti hukum Matthew Effect
(“ yang sudah kaya bertambah kaya, yang miskin bertambah miskin”). Stanovich (dalam
Gunarsa,2004) menjelaskan bahwa karena pengetahuan kosakata secara mendasar dapat
meningkatkan pemahaman bacaan, dan membaca itu sendiri adalah mekanisme yang
mengarahkan ke pengembangan kosa kata, maka pengembangan keterampilan membaca
dipengaruhi oleh volume pengalaman membaca (Stanovich dalam Gunarsa, 2004).
Dengan demikian, motivasi sebagai keadaan dalam diri individu yang mengarahkan
tingkah lakunya menuju tujuan tertentu, akan turut mempengaruhi apakah individu
berhasil pencapai pemahaman materi atau tidak (Triatri, dalm Gunarsa, 2004).
f. Keterampilan kognitif tingkat tinggi
Keterampilan kognitif tingkat tinggi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
pemahaman bacaan (Sarnio dkk. Dalam Gunarsa, 2004), termasuk strategi-strategi yang
dilakukan selama proses membaca. Presley (dalam Gunarsa, 2004) mengatakan bahwa
pembaca yang baik akan aktif sejak pertama kali membaca dan pada akhirnya mampu
melaporkan kesimpulan mengenai kondisi karakter-karakter dalam bacaan atau situasi
yang tergambar dalam bacaan. Keaktifan membaca ini termasuk juga aktif menyeleksi
hal yang penting dan kurang penting. Selain itu juga, pembaca yang baik dapat dengan
mudah menentukan hal yang penting dan mengabaikan hal yang kurang penting. Dalam
konbacaan menghadapi kata-kata bermakna ganda, Presley (dalam Gunarsa, 2004)
mengevaluasi beberapa studi dan menemukan bahwa pembaca yang baik lebih efisien
dalam mengabaikan pengertian (makna) yang kurang relevan dengan materi yang dibaca.
Keterampilan kognitif tingkat tinggi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
pemahaman bacaan (Sarnio dkk. Dalam Gunarsa, 2004), termasuk strategi-strategi yang
dilakukan selama proses membaca. Presley (dalam Gunarsa, 2004) mengatakan bahwa
pembaca yang baik akan aktif sejak pertama kali membaca dan pada akhirnya mampu
melaporkan kesimpulan mengenai kondisi karakter-karakter dalam bacaan atau situasi
yang tergambar dalam bacaan. Keaktifan membaca ini termasuk juga aktif menyeleksi
hal yang penting dan kurang penting. Selain itu juga, pembaca yang baik dapat dengan
mudah menentukan hal yang penting dan mengabaikan hal yang kurang penting. Dalam
konbacaan menghadapi kata-kata bermakna ganda, Presley (dalam Gunarsa, 2004)

mengevaluasi beberapa studi dan menemukan bahwa pembaca yang baik lebih efisien
dalam mengabaikan pengertian (makna) yang kurang relevan dengan materi yang dibaca.
g. Pemantauan terhadap pemahaman
Pembaca yang baik melakukan pemantauan terhadap pemahamannya. Mereka
menggunakan strategi tertentu ketika membaca misalnya menyeleksi bacaan,
merangkum, dan mengulang informasi yang perlu diingat (Persley dalam Gunarsa, 2004).
Pembaca yang kurang baik kurang menggunakan strategi ini mungkin karena kurangnya
kesadaran dan pengertian atas variabel-variabel yang mempengaruhi kegiatan membaca
(Sarnio, dkk., dalam Gunarsa, 2004).
h. Intelegensi
Intelegensi merupakan kapasitas keseluruhan yang dimiliki individu untuk belajar dan
memecahkan masalah. Kapasitas mental yang dimiliki individu sangat menentukan
kecepatan melajar serta tingkat pemahaman yang dapat dicapai (Harris & Sipay dalam
Utami, 1996). Dengan demikian individu dengan intelegensi tinggi akan lebih mudah
menangkap isi bacaan bila dibandingkan dengan individu yang memiliki intelegensi
rendah.
i. Minat membaca
Minat seseorang terhadap kegiatan membaca adalah faktor penting yang menentukan
performa siswa dalam membaca. Minat diketahui memiliki hubungan yang signifikan
dengan pemahaman bacaan (Harris & Sipay dalam Utami, 1996). Seseorang yang
berminat terhadap suatu materi akan memberikan perhatian khusus pada materi tersebut,
oleh karena itu dapat mempengaruhi pemahaman materi (Gage dalam Sentari, 2000).
Golfield dan Snow (dalam Utami, 1996) mengemukakan bahwa sikap orang tua dan
anggota keluarga lain terhadap kegiatan membaca juga berperan terutama dalam
menumbuhkan minat membaca. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang senang membaca, memiliki cukup banyak buku-buku di rumah, senang berdiskusi
tentang

bacaan,

senang

mengunjungi

perpustakaan,

mengembangkan minat dan sikap positif terhadap membaca.

dan

sebagainya,

dapat

j. Tujuan membaca
Tujuan membaca sangat penting dalam mengarahkan pemahaman membaca. Tujuan
membaca yang berbeda akan menuntut tingkat pemahaman yang berbeda (Heilman, Blair,
dan Rupley, 1981).
k. Strategi membaca
Pemahaman terhadap suatu bacaan dipengaruhi oleh strategi membaca. Strategi membaca
ini berhubungan dengan sejumlah teknik atau proses yang dilakukan untuk memahami
atau mempertahankan informasi (Heilman, Blair, dan Rupley, 1981).
l. Usia
Usia mempengaruhi pemahaman membaca seseorang karena berhubungan dengan
perkembangan kognitif seseorang (Heilman, Blair, & Rupley, 1981; Earles dkk., 1997)
B. Faktor Eksternal
a. Keadaan lingkungan belajar
Setting lingkungan dapat mempengaruhi performa kognitif. Lingkungan ini meliputi
lingkungan fisik dan sosial (Sukadji, 1996). Lingkungan fisik yaitu keadaan pada saat
seseorang mempelajari materi, misalnya suhu, penerangan. Sedangkan lingkungan sosial
adalah orang yang di sekitar secara langsung atau tidak langsung berkaitan, misalnya
teman kelas, orang tua di rumah. Untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran, oleh
karena itu tempat belajar hendaknya tenang, tidak diganggu oleh perangsang-perangsang
di sekitarnya, seperti bunyi-bunyi gaduh ataupun bau-bauan yang mengganggu
konsentrasi pikiran. Selain itu, ventilasi dan penerangan yang cukup juga diperlukan
untuk dapat belajar dengan baik (Slamento dalam Sentari, 2002; Anastasi, 1989).
b. Materi bacaan
Faktor-faktor dalam materi atau bacaan dapat mempengaruhi pemahaman seseorang
(Harris dan Sipay dalam Utami, 1996). Faktor-faktor tersebut antara lain panjang
pendeknya bacaan, kepadatan informasi, derajat kompleksitas materi, familiaritas
kosakata, dan karakter fisik bacaan (dalam Sentari, 2002). Karakteristik fisik dari bacaan
menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan format atau bentuk bacaan, ukuran, dan
bentuk huruf, ukuran jarak dan spasi, lebar kolom, layout. Kesemua hal tersebut akan

mempengaruhi pemahaman terhadap materi yang dibaca, yang akan berpengaruh
terhadap penguasaan bacaan (dalam Sentari, 2000).
Kemenarikan materi bacaan mempengaruhi pemahaman membaca yaitu semakin menarik
isi suatu bacaan maka akan semakin mudah bacaan dikuasai. Pada sebuah penelitian
menunjukkan bahwa siswa cenderung untuk merecall informasi dari bacaan yang
menarik tetapi tidak penting, daripada merecall informasi yang tidak menarik tetapi
penting (Sadoski dkk., dalam Sentari, 2000).
Tampilan latar (background), jenis huruf, ukuran huruf, warna huruf merupakan bagian
dari material bacaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soetopo (2007) digunakan
teknik mendesain tampilan bacaan atau textual display technique yang dikembangkan
dari analisa berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam
mengolah informasi pada bacaan bacaan.
Desain yang menyangkut pembubuhan warna pada layout akan memberikan kesan
tampak menarik, tidak membosankan karena tampilan bacaan yang baik akan berdampak
positif bagi pembaca dan dapat menjadikan membaca sebagai kegiatan yang
menyenangkan serta tidak menimbulkan perasaan cemas atau ambigu (dalam Soetopo,
1997).
2.2 Gambar
2.2.1 Definisi Gambar
Menurut Sudjana (2007 dalam Aditya, 2012 ), pengertian media gambar adalah media
visual dalam bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan
fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan
gambar-gambar. Sedangkan Azhar Arsyad (1995 dalam Aditya, 2012), mengatakan bahwa
media gambar adalah berbagai peristiwa atau kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk
gambar-gambar, garis, katakata, simbol-simbol, maupun gambaran.
2.2.2 Fungsi Gambar
Azwar (1993 dalam Iriaji, 2006) menyebutkan bahwa gambar illustrasi dalam
keterkaitannya dengan buku bacaan memberikan petunjuk bahwa gambar dapat menyediakan
informasi verbal dan membuat informasi tersebut dapat diterima lebih konkrit, tentu bila

digunakan secara efektif. Bila gambar-gambar disisipkan dalam buku pelajaran, maka gambar
tersebut dapat membantu pembelajaran untuk mengorganisir informasi dan dapat memperjelas
konsep-konsep yang rumit. Selain itu, gambar dapat memberikan kemudahan dalam kemampuan
pemahaman, jika gambar diintegrasikan dengan kata-kata. Seperti yang dikemukakan oleh Helmi
Hasan, dkk (2003:41) bahwa media grafis memiliki fungsi khusus untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau
diabaikan bila tidak dibuat kedalam bentuk grafis. Alasannya adalah bahwa gambar membuat
kata-kata yang tertera di bacaan menjadi lebih bermakna bagi pembelajar. Demi semakin
mengefektifkan kualitas hasil si pembelajar pengggunaan gambar illustrasi dalam buku bacaan
sebaiknya mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya adalah tujuan pembelajaran dalam
tingkat kelas yang menggunakannya. Selain itu, penggunaan gambar dalam pengaitan dengan
materi pelajaran akan membuat materi tersebut lebih mudah dimengerti dan dapat mengandung
banyak arti atau makna.
2.2.3 Efek Psikologis Gambar
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997).
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan
bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.
Bentuk-bentuk stimulus yang bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan
atau interaksi manusia, gambar bergerak atau tidak, tulisan, dan suara yang direkam. Kelima
bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar mempelajari bahasa. Namun demikian tidaklah
mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau tempat.
Penggunaan media dapat memberikan efek psikologis terhadap anak sebagai pembelajar.
Salah satunya penggunaan media ini mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada
pembelajar. Seperti yang sudah dikemukakan pada bab sebelumnya, motivasi berpengaruh
terhadap besarnya usaha seseorang didalam menyelesaikan suatu tugas kognitif (Matthew dkk.,
2009) dan dalam memahami bacaan (dalam Gunarsa, 2004). Oleh karena itu efek psikologis
tersebut termasuk ke dalam efek yang positif terhadap pemahaman membaca anak. Selain itu
media juga harus merangsang pembelajar untuk mengingat apa yang sudah dipelajari selain

memberikan rangsangan belajar baru. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media juga dapat
memberikan efek psikologis terhadap anak.
2.3 Perkembangan Kognitif siswa kelas V Sekolah Dasar
Siswa kelas V SD berusia kisaran 10-11 tahun. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2009),
umur 7 hingga 11 tahun masuk ke dalam tahap concrete operational. Dalam tahap ini anak
mampu berpikir secara logis mengenai kejadian-kejadian konkret, memahami konsep
percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas (hierarki), dan menempatkan objekobjek dalam urutan yang teratur. Adapun beberapa karakteristik anak yang termasuk dalam tahap
operasional konkret. Karakteristik tersebut diantaranya adalah memiliki kemampuan spasial
(spatial thinking), pemahaman akan hubungan sebab akibat (cause and effect), kemampuan
untuk melakukan pengklasifikasian (categorization), memahami penyerasian dan transitivity
dengan baik (seriation and transitive inference), memiliki pemikiran secara induktif (inductive
reasoning), dapat melakukan konservasi (conservation), serta memiliki pemahaman akan
bilangan dengan baik (number and mathematics).
2.4 Dinamika Hubungan antara Gambar dan Pemahaman Bacaan
Dalam penelitian ini, peneliti memvariasikan variabel bebas menjadi dua, yaitu
pemberian gambar pada bacaan sebagai kelompok eksperimen dan pemberian bacaan pada
gambar sebagai kelompok kontrol. Peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara
pemberian gambar dengan beberapa faktor yang berperan dalam pemahaman membaca. Banyak
jenis media yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, seperti gambar, sketsa, chart, bagan,
tape recorder, dan proyektor (Hairudin dkk, 2007:8). Dalam Enoch (Hengky,2010;Hairudin, dkk,
2007) dikemukakan bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
rasa ingin tahu dan minat anak, membangkitkan motivasi, dan rangsangan dalam proses
pembelajaran serta dapat mempengaruhi psikologis siswa. Selain itu, dikatakan juga bahwa
media dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, membuat penyajian materi
menarik, memudahkan menafsirkan data, dan memadatkan informasi. Dengan demikian peneliti
menduga bahwa motivasi dan minat yang dimunculkan oleh adanya gambar pada bacaan
berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman membaca anak.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rumusan Masalah
3. 1. 1 Masalah Konseptual
Masalah konseptual dalam penelitian ini adalah apakah siswa-siswi yang diberi bacaan
dengan gambar memiliki pemahaman membaca yang lebih baik dibandingkan dengan
siswa-siswi yang hanya diberikan bacaan saja?
3.1.2. Masalah Operasional
Masalah operasional dalam penelitian ini adalah apakah kelompok siswa-siswi yang
diberi bacaan dengan gambar memiliki skor pemahaman membaca yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa-siswi yang hanya diberikan bacaan saja?

3.2 Hipotesis
3.2.1 Hipotesis Alternatif (Ha)
Skor pemahaman membaca pada siswa-siswi yang diberikan bacaan dengan
gambar secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan skor pemahaman membaca
pada siswa-siswi yang hanya diberikan bacaan.
3.2.2 Hipotesis Null (Ho)
Tidak terdapat perbedaan skor secara signifikan pada siswa-siswi yang diberikan
bacaan dengan gambar dan siswa-siswi yang hanya diberikan bacaan.

3.3 Variabel Penelitian
Variabel merupakan karakteristik atau kondisi yang berubah atau nilai yang berbeda untuk
individu yang berbeda (Gravetter dan Forzano, 2009). Terdapat 2 variabel yang kami teliti dalam
penelitian ini, yaitu pemberian gambar sebagai variable bebas dan pemahaman membaca sebagai
variable terikat. Dalam penelitian ini, terdapat 2 variasi pada variabel bebas, yaitu pemberian
gambar pada bacaan (presence text with picture) dan hanya bacaan (absence picture in text).
Pemberian gambar tersebut kemudian dikaitkan dengan pemahaman membaca yang merupakan

variable

terikat.

Kemudian,

variabel–variabel

sekunder

yang

mungkin

muncul

dan

mempengaruhi hubungan sebab-akibat IV dan DV (dalam Sinyaluri, 2009) pada penelitian ini
antara lain panjang dan jenis bacaan, IQ, usia, status sosial-ekonomi, dan suhu.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian kelompok kami merupakan siswa kelas 5 SD Muhammadiyah 24
Jakarta Timur yakni 120 siswa. Partisipan yang dipilih untuk penelitian ini adalah murid-murid
kelas 5 SD karena usia mereka rata-rata berkisar antara 10-11 tahun. Salah satu penelitian paling
ekstensif tentang pemahaman membaca dari umur 7-8 tahun sampai 10-11 kemampuan
pemahaman membaca memperlihatkan perkembangan yang paling cepat ketika kemampuan
dasar decoding dicapai (Oakhill et al,. 2003, dalam Barnes dan Desrochers, 2008)
Sampel yang diambil pada penelitian eksperimental peneliti adalah 70 siswa. Peneliti
membagi sampel menjadi 2 kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol yang masing-masing
terdiri dari 35 orang partisipan. Tipe samplingnya adalah non random sampling dengan teknik
kontrol randomisasi dan konstansi. Hal tersebut ingin diberikan pada anak tingkat pendidikan
sekolah dasar karena pemahaman bacaan dibentuk dari usia pada tingkat tersebut, sehingga
mungkin ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3.5 Tipe/Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen, sehingga jenis penelitian ini termasuk ke dalam between subject.
Penelitian eksperimental ini menggunakan desain Randomized One Way Anova Design karena
variasi IV yang digunakan dalam penelitian ini ada lebih dari atau sama dengan dua, dimana
kelompok kontrol hanya diberikan bacaan, dan kelompok eksperimen diberikan bacaan dengan
gambar. Selain itu, teknik kontrol yang digunakan untuk mengelompokan partisipan ke dalam
kelompok kontrol maupun eksperimen dilakukan dengan randomisasi.
Penelitian ini juga merupakan penelitian eksperimental dengan tipe korelasional dua
variabel, yaitu pemberian gambar dan performa kognitif dengan menggunakan desain
Randomized one way anova post-test only karena dilihat dari penggunaan randomisasi yang

digunakan sebagai salah satu teknik kontrol dan adanya 2 variasi IV, yaitu pemberian bacaan
dengan gambar dan hanya diberikan bacaan.

3.6 Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat ukur yang dikembangkan
dari soal-soal bahasa Indonesia yang peneliti dapat dari buku bank soal Bahasa Indonesia
terbitan Pustaka Edukasia, berisi 3 wacana beserta pertanyaan. Bentuk soal berupa pilihan ganda
sebanyak 15 soal, masing-masing soal mempunyai 4 pilihan jawaban. Dari soal-soal tersebut,
peneliti membagi variasinya dengan kelompok eksperimen mendapatkan kertas soal beserta
gambar, sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan kertas soal. Skor pemahaman bacaan
diukur dari jumlah banyaknya jawaban yang benar.

3.7 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah 24, Rawamangun, Jakarta Timur. Sampel
penelitian merupakan siswa kelas 5 SD di sekolah tersebut, dimana terdapat 2 kelas, yaitu 5A
dan 5B. kelas 5A memiliki jumlah siswa sebanyak 39 orang, dan kelas 5B memiliki jumlah siswa
sebanyak 36 orang. Penelitian eksperimental ini dilaksanakan pukul 07.00 pagi.
Penelitian pertama dilakukan di kelas 5A. Sebelum penelitian dimulai, semua partisipan
diberi informed consent bahwa mereka akan diminta untuk mengerjakan soal Bahasa Indonesia
sebanyak 15 soal, dimana soal tersebut terdiri dari 3 cerita pendek dan masing-masing cerita
terdiri dari 5 soal. Mereka diberi waktu maksimal 30 menit dan siswa yang sudah selesai
mengerjakan soal diminta untuk mengangkat tangan lalu kami mengambil soal dan jawaban yang
sudah dikerjakan oleh mereka. Setelah semua selesai mengerjakan, kami pun mengucapkan
terima kasih dan memberikan reward kepada mereka. Hal tersebut dilakukan kembali dengan
prosedur yang sama kepada kelas 5B.

3.8 Prosedur Eksperimen
Manipulasi yang dilakukan terdiri dari 2 jenis, yaitu soal bergambar dan soal tidak
bergambar. Seluruh siswa kelas 5A diberi soal bergambar, sedangkan seluruh siswa kelas 5B
diberi soal tidak bergambar. Pembagian tersebut dilakukan dengan randomisasi, dimana kami
mendistribusikan soal tersebut tanpa berdasarkan alasan apapun.
Sebelum soal dibagikan, kami memberikan instruksi bahwa soal tersebut adalah soal
Bahasa Indonesia yang terdiri dari 15 soal, dimana soal tersebut terdiri dari 3 cerita pendek dan
masing-masing cerita terdiri dari 5 soal. Waktu pengerjaan soal ini maksimal 30 menit, dan jika
ada yang sudah selesai mengerjakan sebelum batas waktunya habis, diminta untuk mengangkat
tangan di tempat dan kami yang akan mengambil soal beserta jawaban tersebut. Setelah itu
mereka diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada instruksi yang kurang jelas. Jika sudah
tidak ada pertanyaan, soal pun dibagikan kepada setiap anak. Setelah soal dibagikan, mereka
diminta untuk mengisi nama, kelas, usia, hari, dan tanggal terlebih dahulu, lalu mereka baru
diperbolehkan mengerjakan soal secara bersamaan setelah instruksi yang kami berikan
berikutnya. Setelah semua anak selesai mengerjakan dan semua soal telah dikumpulkan, kami
pun mengucapkan terima kasih dan memberikan reward kepada mereka.

3.9 Teknik Analisis
Untuk mengetahui pengaruh pemberian gambar pada bacaan terhadap pemahaman
membaca, peneliti menggunakan teknik analysis of variance (anova). Teknik analisis ini
digunakan karena dalam penelitian ini terdapat beberapa variasi—diberikan dan tidaknya gambar
—yang pengaruhnya terhadap pemahaman yang diukur dari jumlah banyaknya jawaban yang
benar

3.10 Teknik Kontrol
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa cara untuk mengontrol variabelvariabel sekunder, diantaranya :



Panjang dan jenis bacaan : konstansi, diberikan kepada kedua kelompok dengan soal
yang sama panjang, dan jenis bacaan yang sama pula.



IQ : kelompok kami tidak melakukan tes administrasi untuk melihat hasil IQ, dengan
demikian kami menggunakan teknik randomisasi.



Usia : Blocking, dimana kami membatasi hanya untuk 10-11 tahun.



Status sosial-ekonomi : Blocking, dimana kami memilih partisipan yang berasal dari
keluarga menengah ke atas.



Suhu : Konstansi, dimana di setiap kelas terdapat air conditioner yang bersuhu sama,
yakni 22 derajat celcius.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dipilih oleh penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 5 SD dari salah
satu sekolah dasar yang terletak di Jakarta Timur, yaitu SD Muhammadiyah 24 Rawamangun.
Dari sekolah tersebut, kami mengambil data dari dua kelas yang ada, yaitu kelas 5A dan 5B,
dimana dalam kelas 5A terdapat 35 siswa sedangkan di kelas 5B terdapat 35 siswa. Dengan
demikian, besar sampel dalam penelitian ini adalah 70. Kisaran usia siswa-siswi yang menjadi
subjek penelitian kami yaitu antara 10-11 tahun.
4.2 Hasil Penelitian
Dari hasil olah data menggunakan SPSS 13.0, hasil yang didapat terdiri dalam dua tabel
yang terdiri dari tabel 1 yaitu skor test deskriptif untuk mengetahui mean dan standart deviation
dari masing-masing kelompok dan tabel 2 yaitu skor test Anova. Notasi skor yang diperoleh
adalah F(1,68)=8.740,p

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5