Penerapan Preservasi Pengetahuan pada In
Penerapan Preservasi Pengetahuan pada
International Children Digital Library (ICDL)*
Muhammad Rosyihan Hendrawan *
[email protected]
Abstrak
Upaya preservasi pengetahuan telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam
kehidupan masyarakat, hal tersebut dilakukan sebagai langkah antisipatif dengan
mengimplementasikan terjaganya makna serta kekayaan khasanah yang terkandung
dalam pengetahuan itu sendiri seperti contoh yaitu melalui dongeng. Upaya preservasi
pengetahuan yang berbentuk dongeng ini telah dilakukan oleh International Children
Digital Library Foundation (ICDL) dalam bentuk kerjasama yang melibatkan lebih dari
40 negara, dan hasilnya adalah sebuah repositori dongeng digital. ICDL memberikan
akses bagi seluruh anak-anak di seluruh dunia, repositori dongeng tersebut tersedia
dalam 11 bahasa dengan perangkat lunak inovatif dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, minat, serta kapasitas pengetahuan anak-anak. Hal positif yang bisa
ditekankan di dalamnya yaitu bahwasanya proyek tersebut bukan milik individu atau
kelompok tertentu, namun milik semua orang yang memiliki kepentingan dalam
membantu menyebarluaskan informasi dan mendukung preservasi pengetahan serta
kepemilikan bagi anak-anak di seluruh pelosok dunia.
Kata kunci : preservasi pengetahuan, dongeng, ICDL, digital library.
Pendahuluan
Setiap hari media berita, laporan yang bersifat intoleransi dan agresi bisa langsung
dicerna oleh semua individu dari budaya yang berbeda sehingga menjadi pengetahuan
tersendiri. Tidak terkecuali anak-anak yang notabenenya merupakan generasi penerus di
seluruh belahan dunia mampu menyerap hal tersebut. Akibatnya, pengetahuan negatif
mengancam dari generasi ke generasi. Harapan untuk sebuah perubahan postif
dilakukanlah usaha yang mampu menunjukkan berbagai pengalaman baik pribadi
maupun kelompok yang bisa mengubah sikap positif melalui bacaan anak terutama
dongeng.
Perubahan tersebut bisa terjadi ketika anak-anak di suatu negara membaca buku
anak-anak dari budaya lain di belahan dunia lainnya. Tak bisa dimungkiri bahwa
dongeng memang memiliki daya tarik tersendiri. Di sebagian sisi, terjadi suatu
fenomena klise, bahwa anak-anak sebelum tidur kerap minta mendengar dongeng yang
dikisahkan oleh ibu, nenek, atau orang dewasa yang berusaha menidurkannya.
*Naskah untuk Jurnal LIBRARIA edisi tahun 2013
*Peneliti independen bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Meski bisa saja ditafsirkan bahwa dongeng tak selamanya menyenangkan, namun
kenyataannya memang dongeng mudah membuat anak tertidur, disamping dongeng
disetujui sebagai aktifitas santai memang memiliki potensi konstruktif untuk
mendukung pertumbuhkembangan mental anak.
Hal ini yang berusaha dilakukan oleh International Children Digital Library
Foundation (ICDL Foundation) yaitu untuk melakukan preservasi pengetahuan dengan
memberikan akses bagi seluruh anak-anak di seluruh dunia dari beragam etnis dan
budaya dengan membangun repositori terbesar multikultural di dunia online khusus
untuk bacaan anak-anak yang berupa dongeng atau cerita anak. ICDL melalui
programnya menawarkan akses gratis akan karya-karya tersebut dengan bergabungya
lebih dari 42 negara dalam mendukung program tersebut.
Repositori penegetahun tersebut dapat diakses secara gratis dan tersedia dalam 11
bahasa dengan perangkat lunak inovatif yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
minat, serta kapasitas pengetahuan anak-anak. Tujuan besarnya yaitu untuk memastikan
bahwa anak-anak terutama di daerah pedesaan terpencil dunia sekalipun dapat
menikmati koleksi dongeng dari budaya mereka sendiri serta dari seluruh dunia yang
akan membentuk pengetahuan positif (ICDL, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang diangkat disini yaitu, (1)
apa yang dimaksud dengan dongeng dan preservasi ilmu pengetahuan? (2) apa itu ICDL
dan seperti apa tugas yang diemban? (3) Bagaimana lingkup dan kebijakan
pengembangan koleksi serta kriteria seleksi koleksi? (4) Seperti apa strategi preservasi
pengetahuan yang diterapkan?
Dongeng
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyampaikan pesan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pesan disampaikan secara langsung melalui percakapan antara
penyampai pesan dengan pihak yang menjadi sasaran pesan tersebut. Pesan dapat juga
disampaikan secara tidak langsung melalui metode khusus, seperti lagu, komik maupun
dongeng. Poerwadarminto (1985: 357) mendefinisikan dongeng sebagai cerita terutama
tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh atau cerita yang tak terjadi, sedangkan
menurut sarikata Bahasa Indonesia (1998: 155) dongeng adalah cerita yang tidak benarbenar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh). Jadi dongeng
2
merupakan cerita yang dibuat tentang hal-hal aneh yang merupakan kejadian yang tidak
sesunggguhnya terjadi. Dongeng termasuk bentuk prosa lama.
Dongeng merupakan salah satu tradisi yang sampai sekarang masih banyak
dijumpai dalam masyarakat dunia. Cerita prosa rakyat penyebaran dan pewarisnya
biasanya dilakukan secara lisan. Menurut Wiliam R. Bascom dalam Danandjaja (1986:
85) bahwa cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu (1) mite (myth),
(2) legenda (legend), dan (3) dongeng (folktale). Dongeng sendiri merupakan cerita
prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan
dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Danandjaja (1986: 86) berpendapat
bahwa kata dongeng menurut pengertian yang sempit adalah cerita pendek kolektif
kesusastraan lisan, sedangkan pengertian dongeng dalam arti luas adalah cerita prosa
rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga melukiskan
kebenaran, berisikan pelajaran (moral) bahkan sindiran. Jadi, dongeng adalah cerita
prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu maupun
tempat, yang mempunyai keguanaan sebagai penegetahuan akan budaya, alat hiburan
atau pelipur lara serta sebagai alat pendidik (pelajaran moral). Pengisahan dongeng
mengandung suatu harapan-harapan, keinginan dan nasihat yang tersirat maupun yang
tersurat. Ketika seorang ibu bercerita kepada anak-anaknya kadang-kadang ajarannya
diungkapkan secara nyata dalam akhir cerita tetapi tidak jarang diungkapkan secara
tersirat. Dalam hal ini sang anak diharapkan mampu merenungkan, mencerna dan
menterjemahkan sendiri amanat yang tersirat didalam cerita.
Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang
tak kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi
dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng pula penegtahuan dan jelajah cakrawala
pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa
memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan
membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar disamping
memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain.
Sebaliknya, anak yang kurang imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang,
sulit bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
3
Preservasi Pengetahuan
Preservasi pengetahuan (knowledge preservation) merupakan proses dimana
retensi selektif akan informasi, dokumen dan pengalaman yang diperlukan oleh sebuah
manajemen sedang berlangsung (Probst et al, 1999). Adapun menurut IAEA
(International Atomic Energy Agency) (2010) preservasi pengetahuan adalah proses
memelihara sebuah sistem organisasi pengetahuan dan kapabilitas yang melindungi dan
menyimpan persepsi, tindakan dan pengalaman dari waktu ke waktu serta menjamin
kemungkinan ingatan untuk masa yang akan datang. Dalam hal preservasi pengetahuan
juga diakui bahwa aset yang paling penting dari setiap lembaga atau pihak yang
mengadakannya adalah jumlah pengetahuan kolektif serta kekayaan intelektual
(Davenport dan Prusak, 1998; Nonaka dan Takeuchi, 1995). Preservasi pengetahuan
dan pertumbuhan aset membutuhkan pengetahuan manajemen yang efektif di setiap
lembaga, sehingga hal ini memang ditujukan untuk memastikan bahwa informasi yang
tepat akan tersedia bagi orang yang tepat ketika mereka membutuhkannya (LeonardBarton, 1995).
Pada dasarnya, preservasi pengetahuan adalah upaya agar pengetahuan yang telah
terakumulasi tetap berada di dalam organisasi, tidak hilang karena anggota organisasi
meninggalkan organisasi. Melalui preservasi diharapkan tidak terjadi organizational
memory loss, sehingga paling tidak organisasi mampu mempertahankan kapasitasnya
untuk melakukan tindakan efektif. Pada dasarnya, preservasi pengetahuan mencakup
dua kegiatan utama, yakni menangkap (capture) pengetahuan dan menyimpan
pengetahuan ke tandon pengetahuan (knowledge repository) sehingga tetap merupakan
bagian dari memori organisasi.
Profil dan Tugas ICDL
The International Children's Digital Library Foundation (ICDL Foundation) atau
lebih dikenal dengan ICDL pada awalnya dibentuk oleh tim peneliti interdisipliner di
University of Maryland bekerjasama dengan Internet Archive, didanai terutama oleh
National Science Foundation (NSF) dan Institute of Museum and Library Services
(IMLS) untuk menciptakan perpustakaan digital khusus untuk literatur anak-anak
berskala internasional. Anggota tim tersebut termasuk ilmuwan komputer, pustakawan,
ahli teknologi pendidikan, guru kelas, desainer grafis, dan mahasiswa pascasarjana studi
4
informasi dan Human Computer Interaction Lab (HCIL) University of Maryland
(ICDL, 2011).
Kontributor penting lainnya untuk proyek penelitian ini adalah anggota dari
College Park Kidsteam, yang merupakan sekelompok enam anak berusia 7-11 tahun,
yang bekerja secara periodik dengan tim ICDL Foundation. Kemitraan (partnership)
yang unik tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi
teknologi antarmuka komputer yang mendukung pencarian, browsing, membaca, dan
berbagi buku dalam bentuk elektronik yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak.
Gambar 1. Logo ICDL
Sumber: http://en.childrenslibrary.org
ICDL memiliki visi yaitu membangun sebuah perpustakaan digital atau repositori
pengetahuan khusus dongeng anak-anak dari seluruh dunia untuk mendukung
komunitas anak-anak dan dewasa dalam mengeksplorasi serta menggunakan repositori
tersebut melalui bantuan desain teknologi yang inovatif dan atraktif. Sedangkan Misi
ICDL adalah untuk mendukung anak-anak dunia menjadi anggota efektif dari
komunitas global, yang akan mampu menunjukkan toleransi dan penghormatan
terhadap beragam budaya, bahasa dan ide melalui pengetahuan terbaik untuk literatur
anak pada repositori yang tersedia secara gratis.
5
Gambar 2. Halaman utama situs ICDL
Sumber: http://en.childrenslibrary.org
Dalam hal pelaksanaan visi dan misi, ICDL memiliki tujuan (goal) utama seperti :
a) Memungkinkan komunitas anak-anak di dalam mengembangkan seluruh koleksi
buku.
b) Membangun alat yang memungkinkan komunikasi antarbudaya antara anakanak tanpa adanya perbedaaan atau jurang pemisah.
c) Mempromosikan pemahaman lintas-budaya.
ICDL menyediakan lingkungan yang kondusif dalam mendukung anak-anak
walaupun memiliki bahasa pengantar dan berasal dari budaya yang berbeda untuk
bersama-sama memanfaatkan penegetahuan melalui koleksi di ICDL. Adapun lima
tugas utama yang diusung oleh ICDL diantaranya :
a) Menciptakan koleksi lebih dari 10.000 literatur dongeng, sedikitnya dengan 100
bahasa yang tersedia secara bebas (gratis) bagi anak-anak, guru, pustakawan,
orang tua, dan akademisi di seluruh dunia melalui Internet.
b) Berkolaborasi dengan anak-anak sebagai mitra untuk mendesain dan
mengembangkan
teknologi
antarmuka
komputer
(computer
interface
technology) yang mendukung anak-anak dalam mencari, membaca, dan berbagi
buku dalam bentuk digital.
c) Memahami konsep manajemen hak cipta di era digital.
6
d) Mengevaluasi dampak akses materi digital untuk pengembangan koleksi dan
praktik pembelajaran di sekolah serta perpustakaan pada umumnya.
e) Mengembangkan pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara akses
oleh anak untuk koleksi digital yang bersifat multikultural dengan sikap anakanak terhadap buku, perpustakaan, membaca, teknologi, negara-negara dan
budaya lain.
Koleksi-koleksi yang dipreservasi mencerminkan persamaan dan perbedaan
budaya, masyarakat, minat, serta gaya hidup masyarakat di seluruh dunia. Fokusnya
adalah pada identifikasi koleksi yang membantu anak-anak untuk memahami dunia di
sekitar mereka dan masyarakat global di mana mereka tinggal. Koleksi ICPL memiliki
dua audience, yaitu untuk audience pertama terdiri dari anak-anak usia 3-13 tahun, serta
pustakawan, guru, orangtua, dan pengasuh yang bekerja dengan anak-anak usia tersebut.
Audience kedua adalah para ahli dan peneliti internasional di bidang literatur anak-anak.
Lingkup dan Kebijakan Pengembangan Koleksi
Pada penelitian awal yang dilakukan oleh Tim ICDL, dilakukannya antisipasi
jumlah koleksi ICDL akan terdiri dari sekitar 10.000 karya dan setidaknya mencakup
100 bahasa pengantar. Semua karya akan disajikan secara keseluruhan (full-text) seperti
bentuk aslinya maupun adaptasi yang telah diterbitkan, yang termasuk kriteria bahan
koleksi yaitu :
a) Tersedia dalam bentuk cetak dan memiliki hak cipta dari negara di mana koleksi
tersebut diterbitkan, atau
b) Tersedia secara bebas dalam domain publik.
Perlu diketahui perpustakaan digital ini tidak mendukung fasilitas free download
(unduh bebas), menyalin atau mencetak materi apapun dan dengan bentuk apapun.
Karena untuk mengantisipasi keautentikan, bahwasanya sekitar empat puluh persen dari
koleksi yang dikumpulkan termasuk bahan sejarah yang akan dan telah berada pada
domain publik serta sekitar enam puluh persen dari koleksi merupakan bahan
kontemporer yang memiliki hak cipta. Selama proses pengembangan koleksi, rasio
antara buku sejarah dan kontemporer akan bervariasi, tergantung pada ketersediaan
bahan.
7
Gambar 3. Contoh halaman pencarian koleksi ICDL
Sumber: http://en.childrenslibrary.org
Gambar 4. Contoh halaman full-text koleksi ICDL
Sumber: http://en.childrenslibrary.org
Literatur sejarah dan kontemporer yang pernah memenangkan atau memiliki gelar
penghargaan akan lebih diutamakan. Selain bahan koleksi yang diterbitkan, ICDL juga
mencakup informasi yang memperluas pemahaman tentang koleksi seperti biografi
penulis atau ilustrator; ulasan atau penjelasan karya oleh pengguna ICDL sendiri.
8
Kriteria Seleksi Koleksi
Koleksi diseleksi untuk dimasukkan dalam database ICDL yang disesuaikan
dengan audience. Kelompok kerja sebagai mitra dalam proses desain, termasuk anakanak, pustakawan, guru, orang tua, teknologi, akademisi, dan peneliti, telah
mengembangkan kriteria seleksi. Sebuah komite penasihat pustakawan dan pendidik
internasional juga mengawasi proses seleksi ini. Pada kebanyakan kasus, individu dari
negara atau budaya yang menjadi anggota maupun relawan (volunteer) diberikan
tanggung jawab untuk mengidentifikasi bahan yang akan dimasukkan ke dalam koleksi.
Bahan-bahan di ICDL yang dimaksudkan harus :
a) Mendukung pemahaman persamaan dan perbedaan antar negara, masyarakat,
dan budaya.
b) Mempromosikan toleransi dan penerimaan budaya satu dengan yang lainnya.
c) Memiliki kontribusi untuk pemahaman anak terhadap keragaman masyarakat
global.
d) Memiliki daya tarik tingkat tinggi bagi anak-anak usia antara 3 dan 13.
e) Memenuhi standar kualitas profesional yang dapat diterima dari segi isi, bentuk,
dan penyajian.
f) Masih dianggap relevan untuk anak-anak dunia saat ini.
g) Memiliki kesesuaian untuk tingkat usia audience dan disajikan secara efektif
dalam format digital.
h) Disajikan secara keseluruhan bukan ringkasan dari bentuk asli yang diterbitkan.
i) Memiliki cakupan dan ragam budaya serta signifikansi historis yang terwakili
dalam koleksi.
j) Mewakili kualitas artistik, sejarah, dan sastra, seperti pemenang penghargaan,
atau berkontribusi untuk penelitian.
Semua bahan koleksi yang sekiranya memiliki kontribusi akan dievaluasi
menggunakan berbagai kriteria di atas. Sementara semua bahan yang dimasukkan ke
dalam koleksi harus memenuhi banyak kriteria yang tercantum di atas. Antisipasi
dilakukan bahwa tidak setiap item dalam koleksi akan memenuhi semua kriteria, karena
ICDL merupakan sebuah sarana preservasi pengetahuan koleksinya tetap mencerminkan
beragam budaya, perspektif, dan periode sejarah.
9
Strategi Preservasi Pengetahuan
Pustakawan, guru, penulis, ilustrator, penerbit, dan anak-anak dari seluruh dunia
sebagai pihak-pihak yang diharapkan terlibat dapat menyarankan koleksi-koleksi yang
dianggap sesuai dan dipertimbangkan untuk dipreservasi oleh ICDL. Setiap koleksi
harus dievaluasi sebelum ditambahkan tentunya. Beberapa koleksi yang notabenenya
adalah koleksi langka dan memiliki nilai historis sangat memungkinkan diterima dan di
temukan disini. Untuk beberapa koleksi yang termasuk kontemporer, pihak ICDL harus
mendapatkan izin dari pihak baik orang maupun lembaga yang memegang hak cipta.
Koleksi harus dipindai (scan) dan disimpan ke dalam database ICDL untuk
mendapatkan halaman-halaman buku yang bisa diakses dengan berbagai gadget
komputer. Alat pemindai (scanner) adalah mesin yang digunakan dalam mengambil
gambar/halaman koleksi yang begitu rinci dan secara berurutan, begitupun dalam
menyimpan gambar yang dikenal begitu rapi. Seluruh koleksi dipindai per halaman
secara berurutan dengan menjaga kerapian dan tanpa merusak koleksi asli. Beberapa
koleksi yang berusia tua pun harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum dipindai untuk
menghindari kerusakan.
Untuk yang mendigitalkan koleksi-koleksi bisa termasuk pihak-pihak atau
lembaga yang mau berkontribusi dalam menyumbangkan koleksi yang mereka anggap
layak dipreservasi, selain tim di ICDL sendiri. Selain itu tim ICDL akan siap membayar
atau mengganti biaya teknis yang dikeluarkan oleh pihak donatur bila diperlukan
demikian. Ada kesamaan mendasar bagaimana objek digital yang sering diakses pada
saat ini, namun permasalahan yang muncul adalah bagaimana objek tersebut akan
diakses oleh penggunaan di masa depan. Kasus ini bisa dilihat sebagai sebuah kinerja
preservasi yang akan dilakukan.
Objek litertur digital yang akan dibuat hendaknya dapat diakses dengan
menerapkan perangkat lunak dan perangkat keras dalam rangka membuat sebuah
penyajian atau kinerja yang selalu memiliki arti penting bagi pengguna. Preservasi
literatur digital harus dikerjakan dengan cara seksama, bagaimana menyajikan kembali
apa yang dinilai menjadi elemen penting dari kinerja asli ketika dibutuhkan pada
beberapa waktu kemudian. Upaya pereservasi pengetahuan ini melibatkan usaha
memilih dan menerapkan berbagai strategi yang akan berkembang dalam mencapai
10
aksesibilitas, strategi ini akan menangani kebutuhan berbagai lapisan objek literatur
digital.
Strategi dari proyek ini menjadi kesempatan belajar yang sangat berharga bagi
seluruh anggota dan pengguna yang terlibat di dalamnya, dikarenakan dianggap telah
mampu merangsang perluasan hasil diskusi, kesadaran, dan tindakan. Berbagai upaya
kooperatif telah dilakukan. Mereka yang telah terlibat dalam proyek ini telah belajar
banyak dan mendapatkan berbagai macam pengalaman berharga yang dapat berguna di
negara-negara lain, di mana negara-negara tersebut dimaksudkan supaya berpikir untuk
melakukan upaya-upaya berikut :
a) Konsep awal proyek ini, yaitu untuk menggabungkan dan saling memperkuat
dokumentasi literatur anak khusunya dongeng hasil dari preservasi pengetahuan
melalui database web yang dapat diakses oleh seluruh lembaga maupun
individu, dan telah terbukti sangat praktis dan efektif.
b) Konsep yang semakin memudahkanan distribusi informasi, baik melalui lokal
maupun internasional, dan telah terbukti sukses dari yang pernah dibayangkan.
c) Penggunaan kuesioner sebagai alat bantu untuk melibatkan berbagai lembaga
dan perorangan sebagai media dialog untuk mendapatkan umpan balik dan
tanggapan lebih rinci tentang prioritas preservasi yang dilakukan.
d) Penggunaan database sebagai alat serbaguna untuk analisis dan kegiatan praktis,
seperti menampilkan hasil preservasi dan publikasi. Para anggota tim di
dalamnya berharap bahwa pilihan menggunakan situs web dan ketersediaan
database hasil preservasi penegetahuan tersebut akan memacu pertumbuhan
cakupan database hingga beberapa tahun ke depan.
e) Memperluas akses ke world wide web (www) adalah dasar utama untuk
melanjutkan penyebaran hasil preservasi pengetahuan secara berkesinambungan,
dimana jarak tidak lagi sebagai jarak dalam menghubungkan semua lembaga dan
pihak yang terkait.
f) Menyebarluaskan ide-ide baru tentang preservasi penegtahuan walaupun tidak
berakar sama dengan baik di semua wilayah dan negara. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan satu lingkungan kerja yang kooperatif antar lembaga maupun
individu.
11
g) Bekerjasama dengan lembaga maupun perorangan untuk menerapkan standar
yang akan digunakan dalam meningkatkan sarana akses yang efektif sehingga
tersedia dan mampu mengurangi kisaran masalah yang ada
h) Menanamkan kesadaran bahwa upaya preservasi yang terapkan dilakukan
dengan langkah selektif dengan memberikan jaminan perlindungan baik secara
fisik maupun intelektual pada literatur yang dipreservasi untuk jangka panjang
i) Mengontrol materi atau obyek literatur dengan menggunakan metadata
terstruktur dan dokumentasi lainnya untuk memfasilitasi akses serta untuk
mendukung semua proses preservasi dam melindungi integritas dan identitas
data serta informasi tentang literatur
j) Mempersiapkan dan memilih teknologi tepat guna dalam memberikan akses dan
untuk menghadapi ancaman perubahan teknologi di dalam mengelola program
preservasi untuk mencapai tujuan dengan biaya yang efektif, tepat waktu,
holistik, cara-cara proaktif dan akuntabel.
Penutup
Dongeng tak akan pernah hilang hingga kapan pun karena ia adalah warisan yang
berupa pengetahuan. Di dalam dongeng terkandung tauladan yang dapat dijadikan
panutan serta pengetahuan positif seperti nilai-nilai luhur berupa pendidikan akhlak dan
budi pekerti. Dongeng juga merupakan sarana untuk memudahkan berkomunikasi serta
menyampaikan gagasan atau buah pikiran juga dapat menambah wawasan akan
kekayaan budaya bangsa bagi kita semua, khususnya bagi anak-anak. Proyek preservasi
pengetahuan yang diusung proyek ICDL ini telah banyak memberikan.
Kontribusi dan kesempatan luas bagi lembaga dan pihak-pihak lain, Pertama, itu
adalah luas inklusif dan sukses dalam membangkitan rasa peduli akan preservasi dan
akses pengetahuan yang diakumulasi dalam tim ini. Kedua, melalui kerja sama dan
kemitraan, proyek ini telah melibatkan meningkatnya jumlah kontributsi individu dan
lembaga, sehingga pelebaran lingkaran diskusi, kesadaran, dan tindakan telah
diterapkan dengan baik.
Dengan cara tersebut berdampak pada kesadaran preservasi penegetahuan
dengan keterlibatan institusional yang luas. Kelompok kerja di dalamnya terus
berkembang dan memiliki arti positif bahwa proyek tersebut bukan milik individu atau
12
kelompok tertentu, namun milik semua orang yang memiliki kepentingan dalam
membantu menyebarluaskan informasi dan mendukung preservasi pengetahan serta
kepemilikan bagi anak-anak di seluruh pelosok dunia. Tingkat profesionalitas didukung
oleh berbagai macam latar belakang, yang notabenenya telah menjadi daya tarik dan
solusi masalah preservasi pengetahuan.
13
Daftar Pustaka
Danandjaja, James. 1986. Dongeng. Bandung: Aksara.
Danandjaja. 1986. Cerita Rakyat. Yogyakarta: IKIP.
Davenport, T. dan Prusak, L. 1998. Working Knowledge. Boston: Harvard Business
School Press.
Http://en.childrenslibrary.org
Kosilov, Andrey. 2010. “Methods and Tools for Knowledge Preservation. 23-27 August
2010
Trieste,
Italy,”
Diturunkan
dari
http://www.iaea.org/inisnkm/nkm/documents/trieste2010/08_MethodsTools
K_preservation_Trieste2010%28Kosilov%29.pdf, Tanggal akses 10 Januari
2012.
Nonaka, I. dan Takeuchi, H. 1995. The Knowledge Creating Company. How Japanese
Companies Create the Dynamics of Innovation. Oxford: Oxford University
Press.
Poerwadarminto. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai bahasa.
Probst, G. et al. 1999. Managing Knowledge: Building Blocks for Success. New Jersey:
John Wiley & Sons.
Leonard-Barton, D. 1995. Wellsprings of Knowledge. Boston: Harvard Business School
Press.
14
International Children Digital Library (ICDL)*
Muhammad Rosyihan Hendrawan *
[email protected]
Abstrak
Upaya preservasi pengetahuan telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam
kehidupan masyarakat, hal tersebut dilakukan sebagai langkah antisipatif dengan
mengimplementasikan terjaganya makna serta kekayaan khasanah yang terkandung
dalam pengetahuan itu sendiri seperti contoh yaitu melalui dongeng. Upaya preservasi
pengetahuan yang berbentuk dongeng ini telah dilakukan oleh International Children
Digital Library Foundation (ICDL) dalam bentuk kerjasama yang melibatkan lebih dari
40 negara, dan hasilnya adalah sebuah repositori dongeng digital. ICDL memberikan
akses bagi seluruh anak-anak di seluruh dunia, repositori dongeng tersebut tersedia
dalam 11 bahasa dengan perangkat lunak inovatif dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, minat, serta kapasitas pengetahuan anak-anak. Hal positif yang bisa
ditekankan di dalamnya yaitu bahwasanya proyek tersebut bukan milik individu atau
kelompok tertentu, namun milik semua orang yang memiliki kepentingan dalam
membantu menyebarluaskan informasi dan mendukung preservasi pengetahan serta
kepemilikan bagi anak-anak di seluruh pelosok dunia.
Kata kunci : preservasi pengetahuan, dongeng, ICDL, digital library.
Pendahuluan
Setiap hari media berita, laporan yang bersifat intoleransi dan agresi bisa langsung
dicerna oleh semua individu dari budaya yang berbeda sehingga menjadi pengetahuan
tersendiri. Tidak terkecuali anak-anak yang notabenenya merupakan generasi penerus di
seluruh belahan dunia mampu menyerap hal tersebut. Akibatnya, pengetahuan negatif
mengancam dari generasi ke generasi. Harapan untuk sebuah perubahan postif
dilakukanlah usaha yang mampu menunjukkan berbagai pengalaman baik pribadi
maupun kelompok yang bisa mengubah sikap positif melalui bacaan anak terutama
dongeng.
Perubahan tersebut bisa terjadi ketika anak-anak di suatu negara membaca buku
anak-anak dari budaya lain di belahan dunia lainnya. Tak bisa dimungkiri bahwa
dongeng memang memiliki daya tarik tersendiri. Di sebagian sisi, terjadi suatu
fenomena klise, bahwa anak-anak sebelum tidur kerap minta mendengar dongeng yang
dikisahkan oleh ibu, nenek, atau orang dewasa yang berusaha menidurkannya.
*Naskah untuk Jurnal LIBRARIA edisi tahun 2013
*Peneliti independen bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Meski bisa saja ditafsirkan bahwa dongeng tak selamanya menyenangkan, namun
kenyataannya memang dongeng mudah membuat anak tertidur, disamping dongeng
disetujui sebagai aktifitas santai memang memiliki potensi konstruktif untuk
mendukung pertumbuhkembangan mental anak.
Hal ini yang berusaha dilakukan oleh International Children Digital Library
Foundation (ICDL Foundation) yaitu untuk melakukan preservasi pengetahuan dengan
memberikan akses bagi seluruh anak-anak di seluruh dunia dari beragam etnis dan
budaya dengan membangun repositori terbesar multikultural di dunia online khusus
untuk bacaan anak-anak yang berupa dongeng atau cerita anak. ICDL melalui
programnya menawarkan akses gratis akan karya-karya tersebut dengan bergabungya
lebih dari 42 negara dalam mendukung program tersebut.
Repositori penegetahun tersebut dapat diakses secara gratis dan tersedia dalam 11
bahasa dengan perangkat lunak inovatif yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
minat, serta kapasitas pengetahuan anak-anak. Tujuan besarnya yaitu untuk memastikan
bahwa anak-anak terutama di daerah pedesaan terpencil dunia sekalipun dapat
menikmati koleksi dongeng dari budaya mereka sendiri serta dari seluruh dunia yang
akan membentuk pengetahuan positif (ICDL, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang diangkat disini yaitu, (1)
apa yang dimaksud dengan dongeng dan preservasi ilmu pengetahuan? (2) apa itu ICDL
dan seperti apa tugas yang diemban? (3) Bagaimana lingkup dan kebijakan
pengembangan koleksi serta kriteria seleksi koleksi? (4) Seperti apa strategi preservasi
pengetahuan yang diterapkan?
Dongeng
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyampaikan pesan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pesan disampaikan secara langsung melalui percakapan antara
penyampai pesan dengan pihak yang menjadi sasaran pesan tersebut. Pesan dapat juga
disampaikan secara tidak langsung melalui metode khusus, seperti lagu, komik maupun
dongeng. Poerwadarminto (1985: 357) mendefinisikan dongeng sebagai cerita terutama
tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh atau cerita yang tak terjadi, sedangkan
menurut sarikata Bahasa Indonesia (1998: 155) dongeng adalah cerita yang tidak benarbenar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh). Jadi dongeng
2
merupakan cerita yang dibuat tentang hal-hal aneh yang merupakan kejadian yang tidak
sesunggguhnya terjadi. Dongeng termasuk bentuk prosa lama.
Dongeng merupakan salah satu tradisi yang sampai sekarang masih banyak
dijumpai dalam masyarakat dunia. Cerita prosa rakyat penyebaran dan pewarisnya
biasanya dilakukan secara lisan. Menurut Wiliam R. Bascom dalam Danandjaja (1986:
85) bahwa cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu (1) mite (myth),
(2) legenda (legend), dan (3) dongeng (folktale). Dongeng sendiri merupakan cerita
prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan
dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Danandjaja (1986: 86) berpendapat
bahwa kata dongeng menurut pengertian yang sempit adalah cerita pendek kolektif
kesusastraan lisan, sedangkan pengertian dongeng dalam arti luas adalah cerita prosa
rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga melukiskan
kebenaran, berisikan pelajaran (moral) bahkan sindiran. Jadi, dongeng adalah cerita
prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu maupun
tempat, yang mempunyai keguanaan sebagai penegetahuan akan budaya, alat hiburan
atau pelipur lara serta sebagai alat pendidik (pelajaran moral). Pengisahan dongeng
mengandung suatu harapan-harapan, keinginan dan nasihat yang tersirat maupun yang
tersurat. Ketika seorang ibu bercerita kepada anak-anaknya kadang-kadang ajarannya
diungkapkan secara nyata dalam akhir cerita tetapi tidak jarang diungkapkan secara
tersirat. Dalam hal ini sang anak diharapkan mampu merenungkan, mencerna dan
menterjemahkan sendiri amanat yang tersirat didalam cerita.
Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang
tak kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi
dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng pula penegtahuan dan jelajah cakrawala
pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa
memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan
membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar disamping
memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain.
Sebaliknya, anak yang kurang imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang,
sulit bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
3
Preservasi Pengetahuan
Preservasi pengetahuan (knowledge preservation) merupakan proses dimana
retensi selektif akan informasi, dokumen dan pengalaman yang diperlukan oleh sebuah
manajemen sedang berlangsung (Probst et al, 1999). Adapun menurut IAEA
(International Atomic Energy Agency) (2010) preservasi pengetahuan adalah proses
memelihara sebuah sistem organisasi pengetahuan dan kapabilitas yang melindungi dan
menyimpan persepsi, tindakan dan pengalaman dari waktu ke waktu serta menjamin
kemungkinan ingatan untuk masa yang akan datang. Dalam hal preservasi pengetahuan
juga diakui bahwa aset yang paling penting dari setiap lembaga atau pihak yang
mengadakannya adalah jumlah pengetahuan kolektif serta kekayaan intelektual
(Davenport dan Prusak, 1998; Nonaka dan Takeuchi, 1995). Preservasi pengetahuan
dan pertumbuhan aset membutuhkan pengetahuan manajemen yang efektif di setiap
lembaga, sehingga hal ini memang ditujukan untuk memastikan bahwa informasi yang
tepat akan tersedia bagi orang yang tepat ketika mereka membutuhkannya (LeonardBarton, 1995).
Pada dasarnya, preservasi pengetahuan adalah upaya agar pengetahuan yang telah
terakumulasi tetap berada di dalam organisasi, tidak hilang karena anggota organisasi
meninggalkan organisasi. Melalui preservasi diharapkan tidak terjadi organizational
memory loss, sehingga paling tidak organisasi mampu mempertahankan kapasitasnya
untuk melakukan tindakan efektif. Pada dasarnya, preservasi pengetahuan mencakup
dua kegiatan utama, yakni menangkap (capture) pengetahuan dan menyimpan
pengetahuan ke tandon pengetahuan (knowledge repository) sehingga tetap merupakan
bagian dari memori organisasi.
Profil dan Tugas ICDL
The International Children's Digital Library Foundation (ICDL Foundation) atau
lebih dikenal dengan ICDL pada awalnya dibentuk oleh tim peneliti interdisipliner di
University of Maryland bekerjasama dengan Internet Archive, didanai terutama oleh
National Science Foundation (NSF) dan Institute of Museum and Library Services
(IMLS) untuk menciptakan perpustakaan digital khusus untuk literatur anak-anak
berskala internasional. Anggota tim tersebut termasuk ilmuwan komputer, pustakawan,
ahli teknologi pendidikan, guru kelas, desainer grafis, dan mahasiswa pascasarjana studi
4
informasi dan Human Computer Interaction Lab (HCIL) University of Maryland
(ICDL, 2011).
Kontributor penting lainnya untuk proyek penelitian ini adalah anggota dari
College Park Kidsteam, yang merupakan sekelompok enam anak berusia 7-11 tahun,
yang bekerja secara periodik dengan tim ICDL Foundation. Kemitraan (partnership)
yang unik tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi
teknologi antarmuka komputer yang mendukung pencarian, browsing, membaca, dan
berbagi buku dalam bentuk elektronik yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak.
Gambar 1. Logo ICDL
Sumber: http://en.childrenslibrary.org
ICDL memiliki visi yaitu membangun sebuah perpustakaan digital atau repositori
pengetahuan khusus dongeng anak-anak dari seluruh dunia untuk mendukung
komunitas anak-anak dan dewasa dalam mengeksplorasi serta menggunakan repositori
tersebut melalui bantuan desain teknologi yang inovatif dan atraktif. Sedangkan Misi
ICDL adalah untuk mendukung anak-anak dunia menjadi anggota efektif dari
komunitas global, yang akan mampu menunjukkan toleransi dan penghormatan
terhadap beragam budaya, bahasa dan ide melalui pengetahuan terbaik untuk literatur
anak pada repositori yang tersedia secara gratis.
5
Gambar 2. Halaman utama situs ICDL
Sumber: http://en.childrenslibrary.org
Dalam hal pelaksanaan visi dan misi, ICDL memiliki tujuan (goal) utama seperti :
a) Memungkinkan komunitas anak-anak di dalam mengembangkan seluruh koleksi
buku.
b) Membangun alat yang memungkinkan komunikasi antarbudaya antara anakanak tanpa adanya perbedaaan atau jurang pemisah.
c) Mempromosikan pemahaman lintas-budaya.
ICDL menyediakan lingkungan yang kondusif dalam mendukung anak-anak
walaupun memiliki bahasa pengantar dan berasal dari budaya yang berbeda untuk
bersama-sama memanfaatkan penegetahuan melalui koleksi di ICDL. Adapun lima
tugas utama yang diusung oleh ICDL diantaranya :
a) Menciptakan koleksi lebih dari 10.000 literatur dongeng, sedikitnya dengan 100
bahasa yang tersedia secara bebas (gratis) bagi anak-anak, guru, pustakawan,
orang tua, dan akademisi di seluruh dunia melalui Internet.
b) Berkolaborasi dengan anak-anak sebagai mitra untuk mendesain dan
mengembangkan
teknologi
antarmuka
komputer
(computer
interface
technology) yang mendukung anak-anak dalam mencari, membaca, dan berbagi
buku dalam bentuk digital.
c) Memahami konsep manajemen hak cipta di era digital.
6
d) Mengevaluasi dampak akses materi digital untuk pengembangan koleksi dan
praktik pembelajaran di sekolah serta perpustakaan pada umumnya.
e) Mengembangkan pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara akses
oleh anak untuk koleksi digital yang bersifat multikultural dengan sikap anakanak terhadap buku, perpustakaan, membaca, teknologi, negara-negara dan
budaya lain.
Koleksi-koleksi yang dipreservasi mencerminkan persamaan dan perbedaan
budaya, masyarakat, minat, serta gaya hidup masyarakat di seluruh dunia. Fokusnya
adalah pada identifikasi koleksi yang membantu anak-anak untuk memahami dunia di
sekitar mereka dan masyarakat global di mana mereka tinggal. Koleksi ICPL memiliki
dua audience, yaitu untuk audience pertama terdiri dari anak-anak usia 3-13 tahun, serta
pustakawan, guru, orangtua, dan pengasuh yang bekerja dengan anak-anak usia tersebut.
Audience kedua adalah para ahli dan peneliti internasional di bidang literatur anak-anak.
Lingkup dan Kebijakan Pengembangan Koleksi
Pada penelitian awal yang dilakukan oleh Tim ICDL, dilakukannya antisipasi
jumlah koleksi ICDL akan terdiri dari sekitar 10.000 karya dan setidaknya mencakup
100 bahasa pengantar. Semua karya akan disajikan secara keseluruhan (full-text) seperti
bentuk aslinya maupun adaptasi yang telah diterbitkan, yang termasuk kriteria bahan
koleksi yaitu :
a) Tersedia dalam bentuk cetak dan memiliki hak cipta dari negara di mana koleksi
tersebut diterbitkan, atau
b) Tersedia secara bebas dalam domain publik.
Perlu diketahui perpustakaan digital ini tidak mendukung fasilitas free download
(unduh bebas), menyalin atau mencetak materi apapun dan dengan bentuk apapun.
Karena untuk mengantisipasi keautentikan, bahwasanya sekitar empat puluh persen dari
koleksi yang dikumpulkan termasuk bahan sejarah yang akan dan telah berada pada
domain publik serta sekitar enam puluh persen dari koleksi merupakan bahan
kontemporer yang memiliki hak cipta. Selama proses pengembangan koleksi, rasio
antara buku sejarah dan kontemporer akan bervariasi, tergantung pada ketersediaan
bahan.
7
Gambar 3. Contoh halaman pencarian koleksi ICDL
Sumber: http://en.childrenslibrary.org
Gambar 4. Contoh halaman full-text koleksi ICDL
Sumber: http://en.childrenslibrary.org
Literatur sejarah dan kontemporer yang pernah memenangkan atau memiliki gelar
penghargaan akan lebih diutamakan. Selain bahan koleksi yang diterbitkan, ICDL juga
mencakup informasi yang memperluas pemahaman tentang koleksi seperti biografi
penulis atau ilustrator; ulasan atau penjelasan karya oleh pengguna ICDL sendiri.
8
Kriteria Seleksi Koleksi
Koleksi diseleksi untuk dimasukkan dalam database ICDL yang disesuaikan
dengan audience. Kelompok kerja sebagai mitra dalam proses desain, termasuk anakanak, pustakawan, guru, orang tua, teknologi, akademisi, dan peneliti, telah
mengembangkan kriteria seleksi. Sebuah komite penasihat pustakawan dan pendidik
internasional juga mengawasi proses seleksi ini. Pada kebanyakan kasus, individu dari
negara atau budaya yang menjadi anggota maupun relawan (volunteer) diberikan
tanggung jawab untuk mengidentifikasi bahan yang akan dimasukkan ke dalam koleksi.
Bahan-bahan di ICDL yang dimaksudkan harus :
a) Mendukung pemahaman persamaan dan perbedaan antar negara, masyarakat,
dan budaya.
b) Mempromosikan toleransi dan penerimaan budaya satu dengan yang lainnya.
c) Memiliki kontribusi untuk pemahaman anak terhadap keragaman masyarakat
global.
d) Memiliki daya tarik tingkat tinggi bagi anak-anak usia antara 3 dan 13.
e) Memenuhi standar kualitas profesional yang dapat diterima dari segi isi, bentuk,
dan penyajian.
f) Masih dianggap relevan untuk anak-anak dunia saat ini.
g) Memiliki kesesuaian untuk tingkat usia audience dan disajikan secara efektif
dalam format digital.
h) Disajikan secara keseluruhan bukan ringkasan dari bentuk asli yang diterbitkan.
i) Memiliki cakupan dan ragam budaya serta signifikansi historis yang terwakili
dalam koleksi.
j) Mewakili kualitas artistik, sejarah, dan sastra, seperti pemenang penghargaan,
atau berkontribusi untuk penelitian.
Semua bahan koleksi yang sekiranya memiliki kontribusi akan dievaluasi
menggunakan berbagai kriteria di atas. Sementara semua bahan yang dimasukkan ke
dalam koleksi harus memenuhi banyak kriteria yang tercantum di atas. Antisipasi
dilakukan bahwa tidak setiap item dalam koleksi akan memenuhi semua kriteria, karena
ICDL merupakan sebuah sarana preservasi pengetahuan koleksinya tetap mencerminkan
beragam budaya, perspektif, dan periode sejarah.
9
Strategi Preservasi Pengetahuan
Pustakawan, guru, penulis, ilustrator, penerbit, dan anak-anak dari seluruh dunia
sebagai pihak-pihak yang diharapkan terlibat dapat menyarankan koleksi-koleksi yang
dianggap sesuai dan dipertimbangkan untuk dipreservasi oleh ICDL. Setiap koleksi
harus dievaluasi sebelum ditambahkan tentunya. Beberapa koleksi yang notabenenya
adalah koleksi langka dan memiliki nilai historis sangat memungkinkan diterima dan di
temukan disini. Untuk beberapa koleksi yang termasuk kontemporer, pihak ICDL harus
mendapatkan izin dari pihak baik orang maupun lembaga yang memegang hak cipta.
Koleksi harus dipindai (scan) dan disimpan ke dalam database ICDL untuk
mendapatkan halaman-halaman buku yang bisa diakses dengan berbagai gadget
komputer. Alat pemindai (scanner) adalah mesin yang digunakan dalam mengambil
gambar/halaman koleksi yang begitu rinci dan secara berurutan, begitupun dalam
menyimpan gambar yang dikenal begitu rapi. Seluruh koleksi dipindai per halaman
secara berurutan dengan menjaga kerapian dan tanpa merusak koleksi asli. Beberapa
koleksi yang berusia tua pun harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum dipindai untuk
menghindari kerusakan.
Untuk yang mendigitalkan koleksi-koleksi bisa termasuk pihak-pihak atau
lembaga yang mau berkontribusi dalam menyumbangkan koleksi yang mereka anggap
layak dipreservasi, selain tim di ICDL sendiri. Selain itu tim ICDL akan siap membayar
atau mengganti biaya teknis yang dikeluarkan oleh pihak donatur bila diperlukan
demikian. Ada kesamaan mendasar bagaimana objek digital yang sering diakses pada
saat ini, namun permasalahan yang muncul adalah bagaimana objek tersebut akan
diakses oleh penggunaan di masa depan. Kasus ini bisa dilihat sebagai sebuah kinerja
preservasi yang akan dilakukan.
Objek litertur digital yang akan dibuat hendaknya dapat diakses dengan
menerapkan perangkat lunak dan perangkat keras dalam rangka membuat sebuah
penyajian atau kinerja yang selalu memiliki arti penting bagi pengguna. Preservasi
literatur digital harus dikerjakan dengan cara seksama, bagaimana menyajikan kembali
apa yang dinilai menjadi elemen penting dari kinerja asli ketika dibutuhkan pada
beberapa waktu kemudian. Upaya pereservasi pengetahuan ini melibatkan usaha
memilih dan menerapkan berbagai strategi yang akan berkembang dalam mencapai
10
aksesibilitas, strategi ini akan menangani kebutuhan berbagai lapisan objek literatur
digital.
Strategi dari proyek ini menjadi kesempatan belajar yang sangat berharga bagi
seluruh anggota dan pengguna yang terlibat di dalamnya, dikarenakan dianggap telah
mampu merangsang perluasan hasil diskusi, kesadaran, dan tindakan. Berbagai upaya
kooperatif telah dilakukan. Mereka yang telah terlibat dalam proyek ini telah belajar
banyak dan mendapatkan berbagai macam pengalaman berharga yang dapat berguna di
negara-negara lain, di mana negara-negara tersebut dimaksudkan supaya berpikir untuk
melakukan upaya-upaya berikut :
a) Konsep awal proyek ini, yaitu untuk menggabungkan dan saling memperkuat
dokumentasi literatur anak khusunya dongeng hasil dari preservasi pengetahuan
melalui database web yang dapat diakses oleh seluruh lembaga maupun
individu, dan telah terbukti sangat praktis dan efektif.
b) Konsep yang semakin memudahkanan distribusi informasi, baik melalui lokal
maupun internasional, dan telah terbukti sukses dari yang pernah dibayangkan.
c) Penggunaan kuesioner sebagai alat bantu untuk melibatkan berbagai lembaga
dan perorangan sebagai media dialog untuk mendapatkan umpan balik dan
tanggapan lebih rinci tentang prioritas preservasi yang dilakukan.
d) Penggunaan database sebagai alat serbaguna untuk analisis dan kegiatan praktis,
seperti menampilkan hasil preservasi dan publikasi. Para anggota tim di
dalamnya berharap bahwa pilihan menggunakan situs web dan ketersediaan
database hasil preservasi penegetahuan tersebut akan memacu pertumbuhan
cakupan database hingga beberapa tahun ke depan.
e) Memperluas akses ke world wide web (www) adalah dasar utama untuk
melanjutkan penyebaran hasil preservasi pengetahuan secara berkesinambungan,
dimana jarak tidak lagi sebagai jarak dalam menghubungkan semua lembaga dan
pihak yang terkait.
f) Menyebarluaskan ide-ide baru tentang preservasi penegtahuan walaupun tidak
berakar sama dengan baik di semua wilayah dan negara. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan satu lingkungan kerja yang kooperatif antar lembaga maupun
individu.
11
g) Bekerjasama dengan lembaga maupun perorangan untuk menerapkan standar
yang akan digunakan dalam meningkatkan sarana akses yang efektif sehingga
tersedia dan mampu mengurangi kisaran masalah yang ada
h) Menanamkan kesadaran bahwa upaya preservasi yang terapkan dilakukan
dengan langkah selektif dengan memberikan jaminan perlindungan baik secara
fisik maupun intelektual pada literatur yang dipreservasi untuk jangka panjang
i) Mengontrol materi atau obyek literatur dengan menggunakan metadata
terstruktur dan dokumentasi lainnya untuk memfasilitasi akses serta untuk
mendukung semua proses preservasi dam melindungi integritas dan identitas
data serta informasi tentang literatur
j) Mempersiapkan dan memilih teknologi tepat guna dalam memberikan akses dan
untuk menghadapi ancaman perubahan teknologi di dalam mengelola program
preservasi untuk mencapai tujuan dengan biaya yang efektif, tepat waktu,
holistik, cara-cara proaktif dan akuntabel.
Penutup
Dongeng tak akan pernah hilang hingga kapan pun karena ia adalah warisan yang
berupa pengetahuan. Di dalam dongeng terkandung tauladan yang dapat dijadikan
panutan serta pengetahuan positif seperti nilai-nilai luhur berupa pendidikan akhlak dan
budi pekerti. Dongeng juga merupakan sarana untuk memudahkan berkomunikasi serta
menyampaikan gagasan atau buah pikiran juga dapat menambah wawasan akan
kekayaan budaya bangsa bagi kita semua, khususnya bagi anak-anak. Proyek preservasi
pengetahuan yang diusung proyek ICDL ini telah banyak memberikan.
Kontribusi dan kesempatan luas bagi lembaga dan pihak-pihak lain, Pertama, itu
adalah luas inklusif dan sukses dalam membangkitan rasa peduli akan preservasi dan
akses pengetahuan yang diakumulasi dalam tim ini. Kedua, melalui kerja sama dan
kemitraan, proyek ini telah melibatkan meningkatnya jumlah kontributsi individu dan
lembaga, sehingga pelebaran lingkaran diskusi, kesadaran, dan tindakan telah
diterapkan dengan baik.
Dengan cara tersebut berdampak pada kesadaran preservasi penegetahuan
dengan keterlibatan institusional yang luas. Kelompok kerja di dalamnya terus
berkembang dan memiliki arti positif bahwa proyek tersebut bukan milik individu atau
12
kelompok tertentu, namun milik semua orang yang memiliki kepentingan dalam
membantu menyebarluaskan informasi dan mendukung preservasi pengetahan serta
kepemilikan bagi anak-anak di seluruh pelosok dunia. Tingkat profesionalitas didukung
oleh berbagai macam latar belakang, yang notabenenya telah menjadi daya tarik dan
solusi masalah preservasi pengetahuan.
13
Daftar Pustaka
Danandjaja, James. 1986. Dongeng. Bandung: Aksara.
Danandjaja. 1986. Cerita Rakyat. Yogyakarta: IKIP.
Davenport, T. dan Prusak, L. 1998. Working Knowledge. Boston: Harvard Business
School Press.
Http://en.childrenslibrary.org
Kosilov, Andrey. 2010. “Methods and Tools for Knowledge Preservation. 23-27 August
2010
Trieste,
Italy,”
Diturunkan
dari
http://www.iaea.org/inisnkm/nkm/documents/trieste2010/08_MethodsTools
K_preservation_Trieste2010%28Kosilov%29.pdf, Tanggal akses 10 Januari
2012.
Nonaka, I. dan Takeuchi, H. 1995. The Knowledge Creating Company. How Japanese
Companies Create the Dynamics of Innovation. Oxford: Oxford University
Press.
Poerwadarminto. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai bahasa.
Probst, G. et al. 1999. Managing Knowledge: Building Blocks for Success. New Jersey:
John Wiley & Sons.
Leonard-Barton, D. 1995. Wellsprings of Knowledge. Boston: Harvard Business School
Press.
14