Konsep Dasar program cobol (3)

A.

Konsep Dasar

1.

Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri,

tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur.
Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering
membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar
tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan,
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang
memadai, bagian dari tulang bisa mati.
Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses
(pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot.
Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau
kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik

Osteomeilitis dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam yakni:
a)

Osteomielitis Primer
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus

ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
b)

Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur

dan sebagainya.
2.

Etiologi
a) Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan
jarang oleh streptococcus hemolitikus.
b) Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
Organisme yang lain seperti: Bakteri colli, Salmonella thyposa dan

sebagainya.

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara:
a)

Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.

Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di
tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan
terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi
jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada
perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
b)

Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka,


selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa
menyebar ke tulang di dekatnya.
c)

Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah

beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di
kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis).
Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
3.

Patofisiologi
Staphylococcus merupakan penyebab 70 % sampai 80 % infeksi tulang.

Organisme patologik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobic. Awitan osteomielitis

setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam tiga bulan pertama dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan
lambat terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan

lama biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan.
Respon inisial terdapat infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medulari dan ke bawah perioteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan terjadi bentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk oleh daerah jaringa mati, namun seperti pada rongga
abses pada umumnya, jaringan tulang mati tidak mudah mencair dan mengalir keluar.
Rongga tidak dapat mengempis dan sembuh, seperti yang yang terjadi pada jaringan
lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, sequestrum infeksius kronis yang tetap ada,

tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien (osteomielitis
kronik).
4.

Manifestasi Klinis
Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari

penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat.
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan
demam dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang
terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan
pergerakan akan menimbulkan nyeri.
Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri
punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita
bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda
nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.

Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau
yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di
daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak

menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal.
Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya
memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis
menahun (osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama
bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa
tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak
diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul
dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus
permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.
5.

Pemeriksaan penunjang

a)

Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endapan darah.


b)

Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas.

c)

Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri Salmonella.

d)

Pemeriksaan Biopsi tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.

e)


Pemeriksaan ultra sound.
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

f)

Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus.

6.

Penatalaksanaan medis

a)

Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat


terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6
minggu terapi antibiotik yang tepat. Debridement tidak perlu dilakukan jika telah
cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang jarang memerlukan debridement.
Bagaimana jika terapi antibiotik gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu
dengan antibiotik parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme
dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain
[claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis organism
tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anakanak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan
antibiotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotik oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya
diobati dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak
dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien
mungkin

diobati

dengan

antibiotik


parenteral

selama

2-6

minggu.

Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak akan
merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi
dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena
yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan
menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit. Terapi secara oral menggunakan
antibiotik fluoroquinolone untuk organism gram negative sekarang ini digunakan
pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia
digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting

dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri
staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan
pengobatan.

Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan
dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20
menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur
darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan
memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu
patogen. Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika
intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap
penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi
sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis.
Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk
mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang
paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui
biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat
diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi
antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang
terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan
daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi
antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen
bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli
bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang
untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal
(saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya
dapat terjadi penyembuhan yang permanen.

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting
dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma
dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8
hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan
transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari
jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro
ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat
dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah
dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan
fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Pemberian antibiotik dapat dilakukan :
a)

Melalui oral (mulut)

b)

Melalui infus: jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu,
kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala
tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi
untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang
ada. Etelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase.
Teruskan pemberian antiniotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap darah
(LED) normal.

7.

Komplikasi
a.

Dini:

1)

Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi).

2)

Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang
yang mendasarinya sembuh.

3)
b.

Atritis septik.

Lanjut:
1)

Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan
penurunan fungsi tubuh yang terkena.

2)

Fraktur patologis.

3)

Kontraktur sendi.

4)

Gangguan pertumbuhan.

B.

Asuhan Keperawatan

1.

Pengkajian

a)

Riwayat keperawatan
Dalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan dengan
osteomielitis. Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka
terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi.Faktorfaktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.

b)

Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 38 O, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.

c)

Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga
perawat

perlu

mengkaji

perubahan-perubahan

kehidupan

khususnya

hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
d)

Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah
meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya
osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan
biopsi tulang atau MRI.

2.

Diagnosa Keperawatan
a)

Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

b)

Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.

c)

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

d)

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan pengobatan.

e)

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa
nyaman.

f)

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam
bergerak.

g)

Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang.

3.

Intervensi Keperawatan

a)

Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

Tujuan: Tidak terjadi nyeri atau nyeri hilang
Kriteria Evaluasi : Nafsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan suhu
tubuh normal 36-37oC
Intervensi dan Rasional:
No

Intervensi

Rasional

Mandiri :
1.

Kaji
durasi,

karakteristik
intensitas

nyeri:

lokasi, Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri

nyeri

dengan sehingga

meng- gunakan skala nyeri (0-10)
2.

Mempertahankan
(back slab).

dapat

menentukan

jenis

tindakannya.

immobilisasi Mencegah

pergeseran

tulang

dan

penekanan pada jaringan yang luka.

3.

4.

Berikan sokongan (support) pada Peningkatan vena return, menurunkan
ektremitas yang luka

edema, dan mengurangi nyeri.

Amati perubahan suhu setiap 4 jam

Untuk mengetahui penyimpanganpenyimpangan yang terjadi.

5.

Mengurangi

Kompres air hangat

rasa

nyeri

dan

memberikan rasa nyaman.
Kolaborasi :
6.

b)

Pemberian obat-obatan analgesik.

Mengurangi rasa nyeri.

Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
Tujuan: Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsional
Meningkatkan/fungsi yang sakit
Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasional:
No

Intervensi

Rasional

.
Mandiri :
1.

Pertahankan

tirah

baring

posisi yang diprogramkan.
2.

dalam Agar gangguan mobilitas fisik dapat
berkurang.

Tinggikan ekstremitas yang sakit, Dapat meringankan masalah gangguan

instruksikan
latihan

klien/bantu

rentang

dalam mobilitas fisik yang dialami klien.

gerak

pada

ekstremitas yang sakit dan tak sakit.
3.

Beri penyanggah pada ekstremitas Dapat meringankan masalah gangguan
yang sakit pada saat bergerak.

4.

Jelaskan
keterbatasan

pandangan
dalam

mobilitas yang dialami klien.
dan Agar klien tidak banyak melakukan

aktivitas. gerakan yang dapat membahayakan

Berikan dorongan pada klien untuk Mengurangi
melakukan AKS

terjadinya

dalam lingkup penyimpangan-penyimpangan

yang

keterbatasan dan beri bantuan sesuai dapat terjadi.
kebutuhan
5.

Ubah posisi secara periodik.

Mengurangi gangguan mobilitas fisik.

Kolaborasi:
6.

c)

Fisioterapi/aoakulasi terapi.

Mengurangi gangguan mobilitas fisik.

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan: Bebas dari hipertermia.
Kriteria Evaluasi :
Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu tubuh normal, tidak mual, suhu
tubuh normal

Intervensi dan Rasional:
No

Intervensi

Rasional

Mandiri:
1.

Pantau: suhu tubuh setiap 2 jam, Memberikan dasar untuk deteksi hati
warna

kulit,

TD,

nadi

dan

pernapasan. Hidrasi (turgor dan
kelembapan kulit
2.

Lepaskan pakaian yang berlebihan

Pakaian yang tidak berlebihan dapat
mengurahi peningkatan suhu tubuh
dan dapat memberikan rasa nyaman
pada pasien

3.

Lakukan
kantong

4.

kompres
es

untuk

dingin

atau Menurunkan panas melalui proses

menurunkan konduksi

serta

evaporasi,

dan

kenaikan suhu tubuh.

meningkatkan kenyaman pasien.

Motivasi asupan cairan

Memperbaiki kehilangan cairan akibat
perspirasi
meningkatkan
pasien.

serta
tingkat

febris

dan

kenyamanan

Kolaborasi:
5.

Berikan

obat

antipiretik

sesuai Antipiretik

dengan anjuran

d)

membantu

mengontrol

peningkatan suhu tubuh

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit
dan pengobatan.

Tujuan: Hilangnya ansietas.
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang
Intervensi dan Rasional:
N

Intervensi

Rasional

o
Mandiri:
1.

Jelaskan tujuan pengobatan pada Mengorientasi
pasien.

program

pengobatan.

Membantu menyadarkan klien untuk
memperoleh kontrol.

2.

Kaji patologi masalah individu.

Informasi menurunkan takut karena
ketidaktahuan. Memberika pengetahuan
dasar

untuk

pemahaman

kondisi

dinamik.
3.

Kaji

ulang

tanda/gejala

memerlukan

evaluasi

yang Berulangnya

pneumotorak/hemotorak

medik memerlukan intervensi medik untuk

cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, mencegah/menurunkan
dispnea, distres pernapasan lanjut.
4.

komplikasi.

Kaji ulang praktik kesehatan yang Mempertahanan
baik, istirahat.

potensial

kesehatan

umum

meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.rapeutik.

Kolaborasi :
5.

Gunakan

obat

sedatif

sesuai Banyak pasien yang membutuhkan obat

dengan anjuran

e)

penenang untuk mengontrol ansietasnya

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

Tujuan: Pola tidur kembali normal.
Kriteria Evaluasi:
Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien
menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
Intervensi dan Rasional:
No

Intervensi

Rasional

Mandiri:
1.

Tentukan

kebiasaan

tidur

yang Mengkaji

perlunya

dan

biasanya dan perubahan yang terjadi

mengidentifikasi

intervensi

yang

kenyamanan

tidur

tepat.
2.

Berikan tempat tidur yang nyaman dan Meningkatkan

beberapa milik pribadi, misalnya; serta dukungan fisiologis/ psikologis
bantal dan guling
3.

Buat

rutinitas

tidur

baru

yang Bila rutinitas baru mengandung

dimasukkan dalam pola lama dan aspek sebanyak kebiasaan lama,
lingkungan baru.
4.

stres dan ansietas dapat berkurang.

Cocokkan dengan teman sekamar Menurunkan kemungkinan bahwa
yang mempunyai pola tidur serupa dan teman sekamar yang “burung hantu”
kebutuhan malam hari.

dapat menunda pasien untuk terlelap
atau menyebabkan terbangun.

5.

Dorong beberapa aktifitas fisik pada Aktivitas siang hari dapat membantu
siang hari, jamin pasien berhenti pasien menggunakan energi dan siap
beraktifitas beberapa jam sebelum untuk tidur malam hari.
tidur.

6.

Instruksikan tindakan relaksasi.

Membantu menginduksi tidur.

7.

Kurangi kebisingan dan lampu.

Memberikan situasi kondusif untuk
tidur.

8.

Gunakan pagar tempat tidur sesuai Pagar tempat tidur memberikan
indikasi, rendhkan tempat tidur bila keamanan
mungkin.

dan dapat

digunakan

untuk membantu merubah posisi.

Kolaborasi :
9.

Berikan

sedatif,

hipnotik

indikasi.

sesuai Mungkin diberikan untuk membantu
pasien tidur atau istirahat selama
periode transisi dari rumah ke
lingkungan baru.

f)

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak

Tujuan: Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Kriteria Evaluasi:
Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam melakukan aktifitas,
berkurangnya nyeri.

Intervensi dan Rasional:
No

Intervensi

Rasional

Mandiri :
1.

Jelaskan aktivitas dan faktor yang Merokok, suhu ekstrim dan stre
dapat

meningkatkan

kebutuhan menyebabkan

oksigen.

vasokonstruksi

pembuluh garah dan peningkatan
beban jantung.

2.

Anjurkan program hemat energi.

Mencegah

penggunaan

energi

berlebihan.
3.

Buat

jadwal

aktifitas

harian, Mempertahankan pernapasan lambat

tingkatkan secara bertahap.

dengan

tetap

mempertahankan

latihan fiisk yang memungkinkan
peningkatan kemampuan otot bantu
pernapasan.
4.

Kaji

respon

abdomen

setelah Respon abdomen melipuit nadi,

beraktivitas.

tekanan darah, dan pernapasan yang
meningkat.

5.

Berikan kompres air hangat.

Kompres

air

hangat

dapat

mengurangi rasa nyeri.
6.

Beri waktu istirahat yang cukup.

Meningkatkan daya tahan pasien,
mencegah keletihan.

g)

Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses
tulang

Tujuan: Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami.
Kriteria Hasil: Mencapai waktu penyembuhan
Intervensi dan rasional:

No.

Intervensi

Rasional

Mandiri:
1.

Pertahankan
berikan

sistem

perawatan

kateter
kateter

steril; Mencegah pemasukan bakteri dari
regular infeksi/ sepsis lanjut.

dengan sabun dan air, berikan salep
antibiotik disekitar sisi kateter.
2.

Ambulasi dengan kantung drainase Menghindari refleks balik urine,
dependen.

yang dapat memasukkan bakteri
kedalam kandung kemih.

3

Awasi tanda vital, perhatikan demam Pasien yang mengalami sistoskopi/
ringan, menggigil, nadi dan pernapasan TUR prostate beresiko untuk syok
cepat, gelisah, peka, disorientasi.

bedah/septic sehubungan dengan
manipulasi/instrumentasi.

.
4.

Observasi drainase dari luka, sekitar Adanya drain, insisi suprapubik
kateter suprapubik.

meningkatkan resiko untuk infeksi,
yang diindikasikan dengan eritema,
drainase purulen.

5.

Ganti balutan dengan sering (insisi Balutan basah menyebabkan kulit
supra/

retropublik

dan

perineal), iritasi dan memberikan media untuk

pembersihan dan pengeringan kulit pertumbuhan bakteri, peningkatan

6.

sepanjang waktu.

resiko infeksi luka.

Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

Memberikan perlindungan untuk
kulit sekitar, mencegah ekskoriasi
dan menurunkan resiko infeksi.

Kolaborasi:
7.

Berikan antibiotik sesuai indikasi

Mungkin

diberikan

secara

profilaktik

sehubungan

dengan

peningkatan resiko infeksi pada
prostatektomi.

4.

Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat

pada klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. Kegiatan
implementasi harus memperhatikan jenis alat yang tersedia, kelengkapan alat,
langkah-langkah tindakan, prinsip tindakan keperawatan, efisiensi tindakan dan
efektifitas tindakan.
5.

Evaluasi
a.

Tidak terjadi nyeri atau nyeri hilang

b.

Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang.

c.

Bebas dari hipertermia.

d.

Hilangnya ansietas.

e.

Pola tidur kembali normal.

f.

Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

g.

Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami
Daftar Pustaka

Purnawan Junadi Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius,
FKUI 1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI
1990.
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Kalim, Handono, 1996. Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.