Peran Guru Agama Islam di Sekolah Umum

Peran Guru Agama Islam di Sekolah Umum
Ironis sekali jika guru agama Islam mendapat kesempatan mengajar hanya
seminggu sekali di sekolah, padaha sekolah adalah Institusi transfer ilmu
pengetahuan dan mendidik akhlak dan cara bergaul siswa. Dampaknya pesan Islam
yang disampaikan tidak dapat dipahami secara menyeluruh. Adapun demikian
penulis akan meninjau secara teoritik peran Guru Agama Islam di sekolah Umum.
Sehingga hal ini bisa diketahui secara lebih luas baik pembaca maupun guru agama
Islam.
Guru secara etimologi yaitu someone whose is to teach in a school or college.1
Melalui pengertian tersebut bahwa seorang guru harus memiliki kapasitas dan
kualitas keilmuan untuk mentransfer ilmu kepada anak didiknya baik di sekolah
maupun di tempat kursus.
Adapun guru menurut Ali Mudlofir, guru merupakan pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. 2
Pada pengertian guru di atas maka guru berperan secara keseluruhan di
dalam kegiatan proses belajar hingga memberikan nilai secara objektif melalui
output ujian akhir. Hal ini menggambarkan bahwa guru mempunyai pandangan
secara utuh dan berhak memberikan keputusan secara objektif tentang siswa dan
siswi yang diajarkannya.
Sebagai Perbandingan atas “cakupan” sebutan guru ini, di Filipina, seperti

tertuang dalam Republic Act 7784, kata guru (teachers) dalam makna luas adalah
semua tenaga kependidikan yang menyelenggarakan tugas pembelajaran di kelas
untuk beberapa mata pelajaran, termasuk praktik atau seni vokasional pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah (elementary and secondary level). 3
Adapun pendidik dalam Islam menurut Ahmad Tafsir adalah siapa saja yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam orang
bertanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung
jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal pertama karena kodrat,
yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu ia
ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anaknya, kedua karena kepentingan
kedua orang tua, yaitu orang tua yang berkepentingan terhadap kemajuan
perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga. 4

1 Collin McIntosh et. al., Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, (New York: Cambridge University
Press: 2013), P. 1611
2 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 2012), hlm. 120
3 Op.Cit, 121
4 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 119-120

Melihat perspektif definisi guru agama Islam di atas bahwa ada guru agama

Islam secara Internal dan Eksternal. Adapun guru Agama Islam secara Internal yaitu
orang tua kandung yang mengajarkan moral dan akhlak kepada anaknya mulai dari
kecil hingga baligh sehingga terpatri sifat-sifat Islami berupa akhlak mahmudah
(akhlak terpuji). Sedangkan guru agama secara eksternal yaitu seseorang yang
dianggap orang tua umumnya di sekolah yang memberi pemahaman secara teoritik
dan praktik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ajaran agama Islam.
Secara singkatnya Guru Agama Islam yaitu seseorang yang mendidik,
mengajarkan, dan membimbing siswa dan siswinya dalam pembelajaran pendidikan
Agama Islam. Namun, di dalam pendidikan agama Islam tersebut harus memenuhi
standard baku dari penanaman nilai-nilai Islami dari aqidah, syariat, dan akhlak.
Karena ketiga aspek tersebut siswa-siswi dapat mengetahui Islam secara kaffah
(menyeluruh).
Ahmad Tasir, di dalam bukunya “Ilmu pendidikan Islami” mengutip
pernyataan Soejono tentang syarat guru dalam pendidikan agama Islam, sebagai
berikut:5
1. Tentang Umur, harus sudah dewasa
Tugas mendidik adalah tugas yang penting karena menyangkut perkembangan
seseorang, jadi menyangkut nasib seseorang. Oleh karena itu, tugas itu harus
dilakukan secara bertanggung jawab. Itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang
telah dewasa; anak-anak tidak dapat dimintai pertanggungjawaban.

Di Indonesia, seseorang dianggap dewasa sejak ia berumur 18 tahun atau
sudah nikah. Menurut ilmu pendidikan adalah 21 tahun bagi lelaki dan 18 tahun
bagi perrempuan.
2. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan ruhani
Jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksana pendidikan, bahkan dapat
membahakan anak didik bila mempunyai penyakit menular. Dari segi ruhani, orang
gila berbahaya juga bila ia mendidik.
3. Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli
Ini penting sekali bagi pendidik, termasuk guru (orang tua di rumah) sebenarnya
perlu sekali mempelajari teori-teori ilmu pendidikan. Dengan pengetahuannya itu
diharapkan ia akan berkemampuan menyelenggarankan pendidikan dengan baik
dan menghasilkan anak didik yang berkarakter.
4. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi

5 Ibid, hlm. 127-128

Syarat ini sangat penting dimiliki untuk melaksanakan tugas-tugas mendidik selain
mengajar. Bagaimana guru akan memberikan contoh-contoh kebaikan bila ia sendiri
tidak baik perangainya? Dedikasi tinggi tidak hanya diperlukan dalam mendidik
selain mengajar; dedikasi tinggi diperlukan juga dalam meningkatkan mutu

mengajar.
Munir Mursi tatkala membicarakan syarat guru kuttab (semacam sekolah
dasar di Indonesia), menyatakan syarat terpenting bagi guru agama Islam adalah
syarat keagamaan. Dengan demikian Syarat Guru dalam Islam adalah sebagai
berikut:
1. Umur, harus sudah dewasa
2. Kesehatan, harus sehat jasmani dan ruhani
3. Keahlian, harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu
mendidik (termasuk ilmu mengajar)
4. Harus berkepribadian muslim
Untuk itu, guru Agama Islam harus menguasai Ilmu Pendidikan Islam. Pendidikan
Islam yang dimaksud yaitu yang berhubungan dengan al-Qur’an dan Hadits. Selain
itu Pendidikan Islam berkaitan dengan hukum Islam secara menyeluruh untuk
kehidupan manusia dan berhubungan antara dirinya dengan pencipta, alam
semesta, dan kehidupan.6
Sedangkan menurut Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani,
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain seringkali
beliau mengatakan kepribadian utama dengan istilah kepribadian muslim, yaitu
kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam. 7

Melalui dua pengertian diatas mengenai pendidikan Islam, maka penulis
mengambil perspektif maka pendidikan Islam yaitu pendidikan yang berdasarkan
tuntunan Rasulullah, sebagaimana Rasulullah adalah penyempurna akhlak. Untuk
itu untuk menyempurnakan akhlak diperlukan pembelajaran tentang akidah dan
syariat Islam yang tidak menyimpang dari apa yang dilakukan Rasululah. Maka
diperlukan kurikulum dengan proyek jangka pendek dan panjang. Proyek jangka
pendek dengan mencatat ceramah-ceramah di acara-acara tabligh akbar.
Sedangkan proyek jangka panjang dengan membuat kegiatan kelompok yang
berkaitan dengan humanisme, yaitu bakti sosial, mengajar al-Quran ataupun bidang
umum yang siswa-siswi mampu ke anak-anak yang mempunyai ekonomi menengah
ke bawah. Hal ini diperlukan karena mata pelajaran agama Islam hanya didapat
seminggu sekali di Sekolah Menengah Atas Negeri.
6 Abdul Qadir, At-Tarbiyah al-Islamiyah wa Fun At-Tadris, (Cairo, Dar Al-Salami, 2008), hlm. 13
7 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia: 1998), hlm. 5

Selain itu metode pengajaran agama perlu diperhatikan oleh guru-guru
agama Islam di sekolah tempat mereka mengajar. Al-Nahlawi memberikan metode
pengajaran agama Islam yang efektif dan efisien sebagai berikut: 8
-


Metode hiwar Qurani dan Nabawi ialah percakapan silih berganti antara dua
pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan sengaja diarahkan kepada satu
tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini oleh guru). Dalam percakapan itu
bahan pembicaraan tidak dibatasi; dapat digunakan berbagai konsep sains,
filsafat, seni, wahyu, dan lain-lain. Kadang-kadang pembicaraan itu sampai
pada satu kesimpulan, kadang-kadang tidak ada kesimpulan karena satu
pihak tidak puas terhadap pihak lain.

-

Metode kisah Qurani dan Nabawi adalah metode yang dapat menyentuh hati
manusia karena kisah tersebut menampilkan tokoh dalam konteksnya
menyeluruh. Karena tokoh cerita ditampilkan dalam konteks yang
menyeluruh, pembaca atau pendengar dapat dapat ikut menghayati atau
merasakan isi kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.

-

Metode Amtsal adalah metode perumpamaan yang digunakan guru sebagai
penyadaran sebagai siswa-siswi yang diajarnya. Metode ini tentu saja sama

dengan metode kisah yaitu dengan berceramah atau membaca teks. Sebagai
contoh guru menjelaskan kepada anak didiknya tentang surat Al-Ankabut
ayat 41, Allah mengumpamakan sesembahan atau Tuhan orang kafir dengan
sarang laba-laba:

“Perumpamaan orang-orang yang berlindung kepada selain Allah seperti laba-laba
yang membuat rumah; padahal rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba”
-

Metode peneladanan yaitu seorang guru harus memperlihatkan teladan bagi
murid-muridnya. Karena murid-murid cenderung meneladani pendidiknya; ini
diakui oleh semua ahli pendidikan, baik dari barat maupun dari timur. Pada
dasarnya adalah karena secara psikologis anak memang senang meniru;
tidak saja yang baik, yang jelek pun ditirunya.

-

Metode pembiasaan adalah pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas
mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha membiasakan
Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan

agar bila masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam, ini juga satu cara
membiasakan.

-

Metode ibrah dan I’tibar adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan
manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan
menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya. Adapun metode
mau’izah adalah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara
menjelaskan pahala atau ancamannya.
8 Ibid, hal. 202-223

-

Metode targhib adalah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang
disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targhib
bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah. Tarhib demikian juga, akan
tetapi tekanannya adalah targhib agar melakukan kebaikan, sedangkan
tarhib agar menjauhi kejahatan,


-

Metode pepujian yaitu metode bagaimana seorang guru mengenalkan
kepada murid-murid tentang shalawat nabi Muhammad dan kalimat
thayyibah agar dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.

-

Metode wirid yaitu murid diajarkan pengucapan doa-doa, berulang-ulang.
Lafal doa itu bermacam-macam. Biasanya dibaca tatkala selesai salat. Ada
juga wirid berupa zikir, ada juga dibaca berulang-ulang dalam jumlah
tertentu.

Jika metode-metode tersebut dijalankan oleh guru Pendidikan Agama Islam maka
akan menghasilkan murid-murid yang Islami. Artinya murid-murid tersebut akan
membawa kesan bahwa dengan mempelajari agama Islam akan menambah
kebaikan dan kesadaran untuk menumbuhkan sifat kenabian. Sifat kenabian
tersebut mencakup shidiq, amanah, tabligh, dan fatonah.