Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur kedah untu
TUGAS INDIVIDU
Kajian Studi Kasus :
Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur untuk
mendukung Pengembangan Wilayah Kabupaten
Bangkalan
MATA KULIAH :
Sistem Wilayah Lingkungan dan Hak Pertanahan
DOSEN :
Dr. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg
Oleh :
Nama
NRP
: ARWENDRA ANANTA PRAYA
: 03111750077017
PROGRAM PASCA SARJANA (S2)
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2018
i
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
i
PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Perumusan Masalah
3
PEMBAHASAN
4
2.1
Gambaran Umum Kabupaten Bangkalan
4
2.2
Tata Ruang Wilayah
13
2.3
Analisis Isu-Isu Startegis
16
PENUTUP
25
3.1
Kesimpulan
25
3.2
Saran
25
3.3
Ucapan Terima Kasih
25
DAFTAR PUSTAKA
27
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infrastruktur adalah katalisator pembangunan. Ketersediaan infrastruktur
yang memadai dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya,
sehingga dapat memacu produktifitas serta efisiensi, dan pada akhirnya mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Gerak laju pembangunan sebuah kawasan atau daerah tidak dapat
dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi,
sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini sangat penting dan
menjadi fondasi pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Lebih dari itu, pembangunan infrastruktur harus sejalan dengan kondisi dan
kebutuhan wilayah/daerah yang bersangkutan, serta memiliki keterkaitan antara
wilayah satu dan wilayah lainnya (konetivitas) dan antara sektor yang satu dan
sektor lainnya (terintergrasi).
Selama ini, praktik pembangunan setiap sektor lebih banyak berjalan
sendiri-sendiri, sehingga pertumbuhan kawasan di sekitar infrastruktur tidak
berjalan
secara
maksimal.
Itulah
makanya
pemerintah,
melalui
Badan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) berupaya meningkatkan keandalan
infrastruktur seperti di wilayah timur dan perbatasan Republik Indonesia serta
membangun pusat perekonomian dan permukiman baru.
Propinsi Jawa Timur adalah salah satu dari enam propinsi yang berada di
Pulau Jawa. Propinsi Jawa Timur merupakan pusat bisnis penting di Indonesia.
Ibukota propinsi Jawa Timur adalah Kota Surabaya. Pulau Madura merupakan
salah satu wilayah yang secara geografis terpisah dengan Kota Surabaya. Hal ini
menyebabkan Kabupaten Madura sering disebut Pulau Madura. Secara
administratif Pulau Madura tergabung dalam 33 pemerintahan propinsi Jawa
Timur. Oleh karenannya dibutuhkan infrastruktur yang mendukung kegiatan di
kedua wilayah tersebut.
Pembangunan Jembatan Suramadu memiliki peran yang sangat strategis
di pulau Madura, akan meningkatkan kegiatan ekonomi, distribusi barang dan jasa
serta kegiatan pariwisata. Pulau Madura yang menjadi bagian dari provinsi Jawa
Timur mengalami kondisi yang kurang menguntungkan. Laju pertumbuhan
1
ekonomi lambat dan income perkapita tertinggal. Pergerakan jalur transportasi
yang terhambat membuat pembangunan Jembatan Suramadu dinilai penting
sebagai pembuka awal. Dengan dibangunnya Jembatan Suramadu yang akan
menghubungkan Surabaya dengan pulau Madura melalui jalan darat diharapkan
ketimpangan sosial dan ekonomi dapat direduksi. Arus transportasi yang cepat
dan efektif akan membuat perkembangan pulau madura segera melejit bersaing
dengan daerah – daerah lain di provinsi Jawa Timur.
Beroperasinya jembatan Suramadu membawa dampak bagi struktur tata
ruang pembangunan Jawa Timur. Kini pulau Madura tidak lagi terpisah, namun
sudah menjadi bagian strategis pembangunan Kota Surabaya Metropolitan. Oleh
karena itu,
konsep pengembangan kota metropolitan Gerbangkertosusilo
(Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008) yang menempatkan Kabupaten
Bangkalan sebagai salah satu pusat kegiatannya. Semakin mudahnya akses dan
transportasi ke Pulau Madura akan meningkatkan investasi pengusaha besar dan
investor asing, karena investasi di Madura relatif sama bahkan lebih ekonomis bila
dibandingkan dengan kota Surabaya. Harga tanah di Madura masih relatif lebih
murah dibandingkan dengan di Surabaya. Pembangunan pabrik dan kantor akan
lebih murah di Bangkalan dibandingkan dengan Gresik, Lamongan, Sidoarjo,
maupun Mojokerto. Untuk itu dukungan kebutuhan infrastruktur yang sesuai untuk
pengembanganKabupaten Bangkalan ke depan.
Kabupaten Bangkalan merupakan pintu gerbang menuju Pulau Madura dan
Wilayah Indonesia Timur mempunyai potensi pengembangan wilayah yang cukup
prospektif dengan luas wilayah sebesar 1.260,14 km2 yang diperuntukkan untuk
kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian, kawasan militer, dan lain
- lain.
Penggunaan lahan di Kabupaten Bangkalan masih didominasi oleh
kegiatan pertanian berupa pertanian sawah irigasi, lahan kering, perkebunan,
maupun tegalan. Dalam perkembangannya, penggunaan lahan di Kabupaten
Bangkalan mengalami perubahan terkait dengan pemanfaatan lahan, baik untuk
permukiman,
fasilitas
umum
maupun
untuk
pengembangan
industri.
Pengembangan pemanfaatan lahan yang cukup terlihat adalah pengembangan
kawasan Suramadu. Setelah di bukanya jalur atau akses Suramadu maka
kawasan tersebut akan dikembangkan sebagai kawasan terpadu khususnya
disekitar kawasan kaki jembatan Suramadu.
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
Identifikasi kebutuhan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah di
Kabupaten Bangkalan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum Kabupaten Bangkalan
Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu kabupaten yang secara
geografis berada di Provinsi Jawa Timur bagian utara dan merupakan pintu
gerbang menuju Pulau Madura. Luas wilayah Kabupaten Bangkalan adalah
1.260,14 km², yang secara administratif Pemerintahan terbagi dalam : 18
(delapanbelas) Kecamatan, 8 (delapan) kelurahan, 273 (duaratus tujuhpuluh tiga)
desa dan 1 (satu) Pulau Karang Jamuang. Selain itu dapat dikemukakan pula
bahwa posisi Kabupaten Bangkalan ditinjau dari letak geografis, dimana secara
eksistensial, berada di kawasan Pulau Madura dengan titik koordinat berada pada
posisi 112°40’ 06” - 113° 08’ 04” FBujur Timur dan 6° 51’ 39” - 7° 11’ 39” Lintang
Selatan dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan : Laut Jawa;
Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Sampang;
Sebelah Barat berbatasan dengan : Selat Madura;
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Selat Madura
Secara lebih jelasnya, dapat diperhatikan pada peta 1 di bawah ini.
4
Peta 1: Peta Kabupaten Bangkalan
Sumber Data: Pemerintah Kabupaten Bangkalan
2.1.1.
Kondisi Fisik Alam
2.1.1.1. Topografi
A. Kemiringan Lahan
Kemampuan tanah di Kabupaten Bangkalan dilihat dari kemiringannya
sebagian besar memiliki kemiringan 2-15° yaitu sekitar 50,45% atau 63.002 Ha.
Dan kemiringan 0-2° sekitar 45,43% atau 56.738 Ha. Sedangkan tekstur tanah
sebagian besar bertekstur sedang yaitu seluas 116.267 Ha atau sekitar 93,10%
dan untuk kedalaman spektip tanah di Kabupaten Bangkalan memiliki kedalaman
>90 cm yaitu seluas 64.130/64.131 Ha atau 51,35%.
B. Ketinggian Lahan
Dilihat dari topografi, Kabupaten Bangkalan berada pada ketinggian 2-100
m di atas permukaan air laut. Wilayah yang terletak di pesisir pantai, seperti
Kecamatan Sepulu, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya,
Klampis, Tanjung Bumi, Labang dan Kecamatan Burneh mempunyai ketinggian
antara 2-10m di atas permukaan air laut. Sedangkan wilayah yang terletak pada
5
bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19-100m di atas permukaan air laut.
Lokasi tertinggi terletak di Kecamatan Geger dengan ketinggian 100m diatas
permukaan laut.
C. Geologi
Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bangkalan meliputi; Allufium
seluas 24.400Ha atau sekitar 19,54%; Elistosin, Fasies, Sedimen seluas
35.594Ha sekitar 28,50%; Fliose, Fasies Batu Gamping seluas 47.294Ha atau
sekitar 37,87%; dan Miosen, Fasies Sedimen seluas 17.600Ha atau 14,09%.
D. Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bangkalan meliputi Alufial
Hidromurf; Alufial Kelabu Kekuningan; Assosiasi Hidromurf; Litosal; Regusal
Coklat Kekuningan; Komplek Graund Gorset Kelabu dan Lits; Grumosal Kelabu;
Kpl. Grumosal Kelabu Litosal; Kpl. Mediteran Coklat dan Litosal; Kpl. Mediteran
Merah dan Litosal; Kpl. Mediteran, Grumosal, Regusal Litosal.
2.1.1.2 Hidrologi
Sebagai bagian dari siklus hidrologi, di Kabupaten Bangkalan terdapat
sejumlah mata air, waduk, dan sungai. Pola aliran permukaan dapat dilihat dari
pola aliran sungai yang ada di Kabupaten Bangkalan. Sungai-sungai utama dari
masing-masing kecamatan di Kabupaten Bangkalan bermuara di selat Madura
dan Laut Jawa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bangkalan. Selain
dipengaruhi oleh adanya sungai, kondisi hidrologi di Kabupaten Bangkalan juga
dipengaruhi oleh beberapa sumber air. Sumber-sumber air yang ada di Kabupaten
Bangkalan mempunyai kualitas air baku yang cukup baik untuk kebutuhan irigasi
maupun air bersih.
2.1.1.3 Klimatologi
Rata–rata curah hujan di Kabupaten Bangkalan Tahun 2011 sebesar
9,56mm, naik dari tahun lalu yang sebesar 5,94mm. Pada periode yang sama
rata-rata jumlah hari hujan per tahun mengalami kenaikan yakni dari 182 hari pada
Tahun 2010 menjadi 200 hari pada Tahun 2011. Dengan demikian meningkatnya
curah hujan tersebut diiringi peningkatan jumlah hari hujan.
6
2.1.2 Administratif
Luas wilayah Kabupaten Bangkalan adalah 1.260,14 km², yang secara
administratif pemerintahan terbagi dalam 18 kecamatan, 8 kelurahan dan 273
desa.
Tabel 1: Nama, Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan
Luas Wilayah
Jumlah
Kelurahan/
Desa
(Ha)
(%) thd
total
(Ha)
(%) thd
total
Kamal
10
4.140
3,285
2.484
3%
Labang
13
3.523
2,796
2.114
3%
Kwanyar
16
4.781
3,794
2.869
4%
Modung
17
7.879
6,252
4.727
6%
Blega
19
9.282
7,366
5.569
7%
Konang
13
8.109
6,435
4.865
6%
Galis
21
12.056
9,567
7.234
10%
Tanah Merah
23
6.856
5,441
4.114
5%
Tragah
18
3.958
3,141
2.375
3%
Socah
11
5.382
4,271
3.229
4%
Bangkalan
13
3.502
2,779
2.101
3%
Burneh
12
6.610
5,245
3.966
5%
Arosbaya
18
4.246
3,369
2.548
3%
Geger
13
12.331
9,785
7.399
10%
Kokop
13
12.575
9,979
7.545
10%
Tanjung Bumi
14
6.749
5.,356
4.049
5%
Sepulu
15
7.325
5,813
4.395
6%
Nama Kecamatan
Administrasi
Terbangun
7
Luas Wilayah
Jumlah
Kelurahan/
Desa
(Ha)
(%) thd
total
(Ha)
(%) thd
total
Klampis
22
6.710
5,325
4.026
5%
Jumlah
281
126.014
100
75.609
100
Nama Kecamatan
Administrasi
Terbangun
Sumber Data: Bangkalan Dalam Angka 2012
Secara lebih jelasnya, dapat diperhatikan pada peta di bawah ini:
8
Peta 2: Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bangkalan
Sumber Data: RTRW Kabupaten Bangkalan 2009 – 2029
9
2.1.3. Demografi
A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Bangkalan mengalami perubahan dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2011 jumlah penduduk di Kabupaten Bangkalan sebanyak
1.308.414 jiwa.
B. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas
wilayah. Kepadatan kotor adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas
keseluruhan. Jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 1.308.414 jiwa dengan luas
wilayah 1.260,14 Km2 sehingga pada tahun 2011 kepadatan kotor di wilayah
perencanaan sebesar 1.038,31 jiwa/Km2. Kepadatan tertinggi adalah di Kecamatan
Bangkalan sebesar 2.690,21 jiwa/Km2 dan terendah adalah di Kecamatan Kokop
sebesar634,74jiwa/Km2.
10
Tabel 2 : Jumlah Penduduk dan Kepadatannya 3 Tahun Terakhir
Tingkat
Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Kepadatan Penduduk
Pertumbuhan
Nama
Kecamatan
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
Kamal
45.942
56.743
64.422
12.401
16.167
19.144
0,184
0,184
0,184
1.110
1.371
1.623
Labang
33.322
46.908
18.087
7.503
11.951
8.805
-0,263
-0,263
-0,263
946
1.331
981
Kwanyar
41.751
62.512
43.208
9.977
15.334
15.599
0,017
0,017
0,017
873
1.308
1.330
Modung
43.928
64.816
63.805
10.748
15.641
18.850
0,205
0,205
0,205
558
823
991
Blega
52.058
78.545
34.867
11.661
18.163
14.864
-0,182
-0,182
-0,182
561
846
693
Konang
45.023
59.049
46.719
10.201
13.589
13.843
0,019
0,019
0,019
555
728
742
Galis
72.705
106.968
62.604
17.066
23.927
22.203
-0,072
-0,072
-0,072
603
887
823
Tanah
Merah
56.798
100.504
49.966
12.494
23.172
21.734
-0,062
-0,062
-0,062
828
1.466
1.375
Tragah
26.599
41.859
45.323
5.462
10.065
13.138
0,305
0,305
0,305
672
1.058
1.381
Socah
52.953
75.131
90.671
12.649
18.962
24.813
0,309
0,309
0,309
984
1.396
1.827
11
Tingkat
Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Kepadatan Penduduk
Pertumbuhan
Nama
Kecamatan
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
Bangkalan
76.499
94.211
42.300
17.737
25.851
19.223
-0,256
-0,256
-0,256
2.184
2.690
2.000
Burneh
55.840
81.865
50.759
12.596
19.573
18.661
-0,047
-0,047
-0,047
845
1.239
1.181
Arosbaya
40.203
59.296
20.880
9.207
15.525
11.189
-0,279
-0,279
-0,279
947
1.397
1.006
Geger
62.755
100.182
57.318
14.965
25.835
24.690
-0,044
-0,044
-0,044
509
812
776
Kokop
64.531
79.818
81.811
15.723
18.425
20.746
0,126
0,126
0,126
513
635
715
Tanjung
Bumi
48.668
66.320
31.829
12.153
19.480
15.754
-0,191
-0,191
-0,191
721
983
795
Sepulu
38.826
59.272
34.089
9.658
14.950
14.008
-0,063
-0,063
-0,063
530
809
758
Klampis
48.360
74.415
28.692
11.654
19.779
15.235
-0,230
-0,230
-0,230
721
1.109
854
Sumber Data: Bangkalan Dalam Angka 2012
12
2.1.4 Kondisi Perekonomian Kabupaten Bangkalan
Karakteristik perekonomian dapat dilihat dari tingkat perekonomian yang
ditunjukkan dengan besarnya PDRB Kabupaten bangkalan.
Tabel 3: Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Bangkalan Tahun 2009 – 2013
Tahun
No
Deskripsi
2009
2010
2011
2012
2013**
3.891.566,84
3.891.566,84
6,37
6,37
1
PDRB harga konstan
(struktur perekonomian)
(Rp)
3.269.709,72
3.447.581,93
3.663.027,12
2
Pendapatan Perkapita
Kabupaten
(Rp)
3.206.191,40
3.314.321,78
3.448.238,90
3
Pertumbuhan Ekonomi
(%)
5,44
6,25
Keterangan:
4,96
* = Angka Diperbaharui
** = Angka Sementara
*** = Angka Proyeksi
Sumber Data: BPS Kabupaten Bangkalan Tahun 2012
2.2. Tata Ruang Wilayah
2.2.1 Penataan Ruang
Pada tahun 2009 Kabupaten Bangkalan telah menetapkan Peraturan Daerah
Kabupaten Bangkalan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bangkalan Tahun 2009 – 2029. Untuk penataan ruang ditetapkan visi
“Terwujudnya Penataan Ruang Kabupaten Bangkalan Sebagai Pintu Gerbang
Madura Menuju Kota Industri, Pariwisata dan Jasa”.
Kabupaten Bangkalan dibagi menjadi beberapa tingkatan hirarki yang disebut
sebagai PKN atau Pusat Kegiatan Nasional. PKN tersebut dibentuk oleh
perkembangan dan pertumbuhan kota. Sehubungan dengan adanya penentuan
struktur kota-kota dalam Provinsi Jawa Timur yang menempatkan Kota Bangkalan
(Ibukota Kabupaten) sebagai Kawasan Perkotaan Metropolitan, berarti struktur kotakota di kabupaten Bangkalan akan mengikuti hirarki tersebut (PKN, PKL, PPK dan
PPL). Berdasar atas hasil analisa dengan variabel diatas dan keterkaitannya dengan
13
delineasi kawasan perkotaan serta hirarki wilayah skala regional maka dapat
diketahui bahwa wilayah desa/ kelurahan yang berada dalam hirarki Perkotaan PKL,
PPK dan PPL merupakan kawasan perkotaan (Urban Area) .
A. Pusat Kegiatan Nasional ( PKN )
Yaitu merupakan wilayah yang menjadi pusat regional skala kabupaten dan
menjadi kutub pertumbuhan utama pada seluruh wilayah Kabupaten Bangkalan.
Wilayah yang terkategori sebagai Kawasan Perkotaan Metropolitan Bangkalan ini
adalah : kawasan perkotaan Bangkalan sebagai ibukota Kabupaten Bangkalan, kota
ini berperan sebagai pusat regional, dengan wilayah pelayanan seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Bangkalan, Kawasan Perkotaan di Kaki Jembatan
Suramadu yang meliputi kawasan perkotaan di Kecamatan Labang. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh variabel kebijakan pembangunan yang menetapkan kawasan
perkotaan ini akan menjadi wilayah pusat kegiatan skala regional untuk kegiatan
industri dan perdagangan jasa skala regional.
B. Pusat Kegiatan Lokal ( PKL )
Selain itu termasuk juga Kawasan Perkotaan Kecamatan Klampis sebagai
kawasan yang akan berkembang menjadi pelabuhan peti kemas internasional.
Kawasan ini akan memiliki pusat kegiatan transportasi laut skala regional, selain itu
kawasan perkotaan yang terdapat pada wilayah Kecamatan Tanjung Bumi,
Kecamatan Blega dan Kecamatan Tanah merah, kawasan perkotaan ini memiliki
wilayah pelayanan lebih dari satu kecamatan dan berperan menjadi pusat kegiatan
dan pelayanan hingga di luar wilayah Kecamatan-nya sendiri. Kawasan perkotaan
ini direncanakan dapat berperan sebagai pusat-pusat pelayanan dengan skala
pelayanan lebih dari satu kecamatan, serta kawasan perkotaan Socah dan desa
Dakiring yang akan diperuntukan sebagai kawasan industri.
C. Pusat Pelayanan Kawasan ( PPK )
Kutub pertumbuhan desa/ kelurahan yang berada di PPK ini terletak pada
kawasan perkotaan pada masing-masing Kecamatan (diluar kawasan perkotaan
diatas) di Kabupaten Bangkalan yang
terletak di sepanjang jalan utama
(arteri/kolektor dan lokal primer), keberadaan guna lahan kawasan perdagangan dan
jasa serta fasilitas umum dengan skala pelayanan Kecamatan.
Dalam kaitannya dengan arah pembangunan jangka panjang Kabupaten
Bangkalan, kebijakan tata ruang merupakan bagian integrasi dari kebijaksanaan
14
umum
dan
sektoral
yang
telah
ditetapkan.
Dalam
kerangka
ini,
untuk
penyebarluasan kegiatan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Bangkalan,
maka ditetapkan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Sesuai dengan
konsep dan strategi penataan ruang, maka sistem perwilayahan di Kabupaten
Bangkalan dibagi menjadi 6 (enam) Sub Satuan Wilayah Pengembangan(SSWP).
Masing-masing pusat SSWP akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
SSWP I yang meliputi Kecamatan Bangkalan, Socah dan Burneh. Dengan Kota
Bangkalan sebagai pusatnya dengan fungsi Kegiatan :
Perdagangan skala regional dan lokal
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Industri dan pergudangan
Jasa transportasi angkutan darat
Jasa pemerintahan umum skala regional
SSWP II yang meliputi Kecamatan Kamal, Labang, Tragah dan Kwanyar.
Dengan IKK Labang ( Kawasan Kaki Jembatan Suramadu ) sebagai pusat
pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :
Industri dan pergudangan skala regional
Perdagangan skala regional dan lokal
Pertanian
Peternakan
Jasa transportasi darat
SSWP III yang meliputi Kecamatan Arosbaya, Geger, Klampis dan Sepulu.
Dengan IKK Klampis ( kawasan pelabuhan peti kemas ) sebagai pusat
pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :
Jasa Transportasi angkutan laut
Industri dan pergudangan skala regional
Pariwisata
Pertanian
Perikanan
SSWP IV yang meliputi Kecamatan Blega, Modung dan Konang. Dengan IKK
Blega sebagai pusat pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :
Pertanian
Peternakan
Perkebunan
Industri kecil
Perdagangan skala lokal
SSWP V yang meliputi Kecamatan Tanjung Bumi dan Kokop. Dengan IKK
Tanjungbumi sebagai pusat pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :
Pertanian
15
Perikanan
Peternakan
Angkutan laut
Industri kecil dan kerajinan rakyat
Pariwisata
SSWP VI yang meliputi Kecamatan Tanah Merah dan Galis. Dengan IKK
Tanah Merah sebagai pusat pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Transportasi darat
Peta 3: Rencana Pusat Layanan Kabupaten Bangkalan
Sumber Data: RTRW Kabupaten Bangkalan 2009 – 2029
2.3.
Analisis Isu-Isu Strategis
Pola penentuan isu-isu strategis sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dalam pasal 40 menyatakan bahwa
16
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
antara lain mencakup analisis isu-isu strategis. Dalam upaya menganalisa isu-isu
stategis tersebut maka digunakan metode SWOT. Isu-isu strategis Pemerintah
Kabupaten Bangkalan pada dasarnya adalah masalah/persoalan atau agenda yang
perlu/harus atau dapat dilakukan atau dikerjakan oleh pemerintah daerah selang
waktu 20 tahun. Strategis tidaknya suatu isu tertentu harus dinilai dari kerangka
urgensitas
dan
relevansi
penanganannya
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
kemampuan Kabupaten Bangkalan. Dengan demikian isu-isu strategis Kabupaten
Bangkalan sesuai dengan analisis tersebut adalah :
2.3.1 Industrialisasi Pasca Suramadu
Pasca dioperasionalisasikan Jembatan Suramadu, kabupaten Bangkalan
mengalami kemajuan perekonomian yang menggembirakan. Kontribusi terbesar
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten
Bangkalan
berasal
dari
sektor
tersier.
Perkembangan sektor industri, properti dan perdagangan juga berkembang karena
adanya proses urban sprawl yang terjadi meluas ke Bangkalan sebagai salah satu
daerah penyangga Surabaya. Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat akan
mengurangi jumlah pengangguran dan penduduk miskin, karena aktivitas ekonomi
memberikan multiplier effect bagi perluasan kesempatan kerja dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Demikian juga adanya peningkatan investasi dan
relokasi industri berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Selanjutnya, Kabupaten
Bangkalan memiliki banyak potensi pariwisata berupa pesona alam, adat istiadat,
seni dan budaya dapat dikembangkan sebagai modal dasar pembangunan
kepariwisataan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan nilai-nilai
setempat. Ekowisata dan desa wisata lebih ditekankan/menjadi prioritas sebagai
bentuk pembangunan pariwisata berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian pasca suramadu antara lain :
a. Kesiapan sumber daya manusia;
b. Daya saing produk lokal;
c. Lemahnya kelembagaan UMKM;
d. Pengaruh negatif budaya asing .
Berkaitan permasalahan tersebut diatas, diperlukan adanya langkah- langkah
untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, meningkatkan kualitas
produksi
melalui
pembinaan
ketrampilan
pada
pengrajin,
pemberdayaan
17
kelembagaan UMKM serta menciptakan rasa kecintaan pada produk unggulan (lokal
spesifik) dan meminimalisir pengaruh budaya asing. Disisi lain pengembangan
industri dan perdagangan di Kabupaten Bangkalan difokuskan kepada orientasi
yang mampumemberikan insentif bagi tumbuhnya simpul-simpul ekonomi berbasis
keunggulan lokal guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.3.2. Penyiapan Infrastruktur Pendukung
2.3.2.1. Transportasi
Dengan beroperasinya Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau
Madura dan Pulau Jawa telah membuka akses interkoneksi arus barang, jasa dan
manusia. Namun keberadaan jembatan tersebut kurang didukung infrastruktur
penunjang lainnya. Kondisi tersebut memunculkan kebutuhan infrastruktur baru
dalam kerangka pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan. Perencanaan
jaringan transportasi pada Kabupaten Bangkalan didominasi oleh transportasi darat
dengan peningkatan jaringan jalan yang terinterkoneksi dengan kawasan strategis
Kabupaten Bangkalan dengan rencana pembangunan pelabuhan peti kemas
Tanjung Bulupandan Kecamatan Klampis sebagai pelabuhan internasional dan
Pelabuhan di Kecamatan Socah yang terintergrasi dengan kawasan industri.
Rencana pengembangan jaringan jalan untuk pengembangan wilayah yaitu
pengembangan lintas utara, lintas tengah dan lintas selatan yang menghubungkan
Kabupaten
Bangkalan
dengan
Kabupaten
di
Madura,
disamping
juga
pengembangan jalan-jalan sirip disekitar akses Suramadu yang merupakan rencana
kawasan strategis nasional guna pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan.
Salah satu pengembangan prasarana wilayah yang terkait
dengan rencana pengembangan transportasi adalah sarana dan prasarana terminal
tipe A dengan fungsi sebagai terminal utama melayani trayek antar kota antar
provinsi yang direncanakan di Kawasan Suramadu.
2.3.2.2. Telekomunikasi
Memperhatikan perkembangan pembangunan Kabupaten Bangkalan ke
depan seiring dengan beroperasionalnya Jembatan Suramadu, kebutuhan teknologi
telekomunikasi akan sangat diperlukan bagi perkembangan wilayah. Kemajuan
teknologi yang disajikan dengan berbagai macam fasilitas telah menarik minat
masyarakat yang semakin hari semakin menginginkan kemudahan. Pengembangan
18
teknologi telekomunikasi dengan masih memanfaatkan teknologi kabel menjadi
kendala karena memerlukan investasi yang besar. Tetapi hal ini akan menjadi
tantangan bagi penyedia pelayanan jasa telekomunikasi baik perusahaan BUMN
maupun perusahaan swasta untuk meningkatkan dan mengembangkan teknologi
telekomunikasi. Penggunaan fasilitas telekomunikasi oleh masyarakat meliputi
prasarana telekomunikasi dan informatika. Selain mengoptimalkan jaringan telepon
kabel, prasarana telematika dalam pengembangannya juga perlu penyediaan tower
BTS (Base Transceiver Station). Hal ini sangat penting untuk menjangkau pelosok
pedesaan. Dengan perkembangan teknologi komunikasi untuk meningkatkan
kebutuhan dan pelayanan prasarana telematika, perlu dilakukan peningkatan jumlah
dan mutu telematika pada tiap wilayah, yaitu :
1) Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern;
2) Pembangunan teknologi telematika pada kawasan pusat pertumbuhan;
3) Mengarahkan dan memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk
provider seluler dengan pengelolaan dan pemanfaatan bersama.
2.3.2.3. Sumber Daya Air
Kabupaten Bangkalan memiliki 31 (tiga puluh satu) sungai yang mempunyai
potensi untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Disamping itu, data impiris
menunjukkan bahwa bulan hujan terjadi hampir setiap bulan kecuali bulan Juli dan
September dengan rata-rata curah hujan antara 50 - 483 mm. Selain itu juga
terdapat akuifer atau air bawah tanah yang sangat tergantung pada kondisi geologi
di wilayah setempat. Di Kabupaten Bangkalan terdapat formasi batuan gamping
dengan potensi akuifer yang sangat tinggi, namun hal tersebut masih dipengaruhi
oleh musim yang terjadi di kawasan tersebut. Pengadaan air baku di Kabupaten
Bangkalan sebagian besar berasal dari air permukaan dan pemanfaatan air tanah
untuk memenuhi kekurangan air permukaan. Ketersediaannya cenderung tetap
setiap tahunnya, sedangkan kebutuhan terus meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk dan memenuhi kebutuhan industri. Keterbatasan kualitas
dan kuantitas air bersih yang digunakan untuk perkembangan wilayah dan rencana
pengembangan
industri
di
Kabupaten
Bangkalan
mengharuskan
adanya
perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan sungai untuk menjaga
keberlangsungan kelestariannya. Untuk itu perlu ditetapkan fungsi tata air yang
berbasis konservasi air. Ketersediaan sumber daya air yang cukup besar dalam
19
kenyataannya saat ini belum dioptimalkan pemanfaatannya. Untuk mengantisipasi
kekekurangan air di Kabupaten Bangkalan diupayakan dengan pengembangan air
baku
dengan
rencana
pengembangan
sumber
daya
air
berupa
rencana
pembangunan waduk blega, pemanfaatan sumber air baku alternatif, pembangunan
dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pembangunan embung di masing-masing
wilayah yang mempunyai potensi pengembangannya.
2.3.2.4. Sumber Daya Energi
Sebagai daerah yang berkembang pesat, pertumbuhan industry dan
penduduk di Kabupaten Bangkalan yang cepat menuntut adanya ketersediaan
energi dalam jumlah yang cukup besar. Sementara itu energy minyak bumi dan gas
alam yang tersedia jumlahnya semakin terbatas dan jenis energi tersebut sifatnya
tidak dapat diperbaharui.
Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya energi perlu diupayakan pencarian energi
alternatif secara terus menerus terkait dengan energi yang ramah lingkungan,
seperti energi matahari, air, angin, dan biofuel serta biogas yang jumlahnya sangat
melimpah di Kabupaten Bangkalan. Selain dari pada itu dibutuhkan pasokan energi
yang cukup
besar melalui pembangunan pembangkit listrik baru. Untuk mengoptimalkan
pelayanan energi lisrik pada masa depan, diperlukan adanya peningkatan pelayanan
utamanya pada daerah daerah yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah dan
wilayah strategis Kabupaten Bangkalan dalam pengembangan wilayah dan
meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi pemerataan
pelayanan diseluruh Kabupaten Bangkalan, sehingga dapat diasumsikan bahwa
setiap Kepala Keluarga akan memperoleh layanan jaringan listrik sehingga tidak ada
masyarakat yang belum terlayani.
Kebijakan RTRW Kabupaten Bangkalan Dapat Dilihat Pada Tabel.
Tabel 4 Kebijakan Tata Ruang Kebupaten Bangkalan
No
1
Kebijakan
Sistem perkotaan
a. Orde perkotaan
Arah pengembangan
Kawasan perkotaan di kecamatan labang sebagai pusat
regional dan merupakan kawasan perkotaan metropolitan
Bangkalan.
Kecamatan Klampis, Kecamatan Tanjung Bumi, Kecmatan
Blega Dan Kecematan Tanah Merah Termasuk Dalam Ored K1.
20
b. Hirarkhi perkotaan
2
3
Transportasi
a. A. Transportasi darat
Jaringan jalan
Kutub pertumbuhan desa/kelurahan terdapat pada kawasan
perkotaan masing – masing kecamatan termasuk dalam orde
k2.
Area hinterland dari orde k1 dan k2 termasuk dalam orde k3.
Desa – desa berada di luar pengaruh secara langsung
perkembangan wilayah kota di ibukota kecamatan (ikk) di
kabupaten bangkalan dana memiliki akses berupa jalan lokal
sekunder atau jalan desa termasuk dalam orde k4.
Kecamatan Bangkalan dan Kecamatan Labang sebagai
kawasan perkotaan metropolitan bangkalan.
Kecamatan Klampis sebagai kawasan pengembangan
metropolitan Bangkalan.
Ibukota Kecamatan lain di Kabupaten Bangkalan sebagai
kawasan perkotaan kecil.
Pengembangan Tol Suramadu – Bangkalan Utara.
Pengembangan Jaringan Jalan Yang Menghubungkan
Surabaya – Bangkalan – Sampang.
Pengembangan Jaringan Jalan Interchange Burneh – Arosbaya
– Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Modung (Kecamatan
Klampis)
Terminal
Pengembangan terminal penumpang tipe A pada kawasan
interchange Burneh Dan Tragah.
Sistem kereta api
Revitalisasi jalur Kamal – Pamekasan – Sampang.
B. Transportasi laut
Arahan pengembangan Pelabuhan Petikemas Tanjung Modung
Bulupandan Di Kecamatan Klampis sebagai pelabuhan petikemas
internasional.Arahan pengembangan Pelabuhan Telaga Biru Di
Kecamatan Tanjung Bumi yang dikembangkan menjadi pelabuhan
regional. Arahan pengembangan pelabuhan.Pengembangan
pelabuhan sepulu sebagai pelabuhan lokal.
Infrastruktur – prasarana
a. A. Telekomunikasi
Pengembangan prasarana telekomunikasi dengan penyediaan tower
bts (base transceiver station) di pedesaan dan sisitem telekomunikasi
kabel pada semua kawasan di Kabupaten Bangkalan.
B. Sumber daya air
C. Kelistrikan
D.pengelolaan lingkungan
Pengembangan sarana air bersih untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah
Pengembangan hutan sebesar 30 % dari luas das blega untuk
perlindungan terhadap das blega.
Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik di kabupaten
bangkalan.
Pengembangan dan mengoptimlkan pelayanan listrik di
Kabupaten Bangkalan.
Pengembangan TPA skala regional di Kecamatan Tanah Merah.
Sumber Data: Rencana Pola Ruang Dan Jaringan Jalan Kabupaten Bangkalan
21
2.3.3. Kemiskinan, Kesenjangan, Pengangguran dan Kualitas Sumber Daya
Manusia
Di Kabupaten Bangkalan, tantangan di bidang sosial adalah adanya
kesenjangan sosial, dan kondisi sebagian masyarakat yang masih menghadapi
tekanan kemiskinan, kurangnya kesempatan kerja dan pengangguran, serta kualitas
SDM masyarakat yang belum siap bersaing di era global yang makin kompetitif.
Kesenjangan sosial, dalam banyak hal akan melahirkan proses eksploitasi dan
marginalisasi masyarakat miskin,
karena posisi mereka yang rentan dan tersubordinasi. Sedangkan kemiskinan, di sisi
yang lain akan menyebabkan terjadinya percepatan dan pendalaman kemiskinan,
yang ujung-ujungnya akan memperlebar jurang perbedaan antar kelas, antar
daerah, dan antar yang dikuasai dan yang menguasai, serta melahirkan efek domino
lain berupa peningkatan jumlah pengangguran, rendahnya pertumbuhan ekonomi di
sektor riil, terpuruknya kualitas sumber daya manusia yang ada, rendahnya akses
masyarakat ke berbagai layanan publik, dan bahkan hilangnya kesempatan si miskin
untuk
meningkatkan posisi tawar dan melakukan mobilitas vertikal untuk
memperbaiki taraf kehidupannya. Persoalan kemiskinan seringkali makin sulit
teratasi ketika kesenjangan sosial yang terjadi tak kunjung teratasi. Faktor penyebab
kemiskinan seolah tak kunjung tertangani bukan sekedar karena dan bersumber
pada kelemahan dari masyarakat miskin itu sendiri, tetapi lebih karena faktor-faktor
struktural di luar kemampuan masyarakat miskin yang cenderung makin komplek
dan tidak ramah kepada masyarakat miskin. Kondisi perekonomian yang belum
sepenuhnya pulih dari krisis, dan imbas terjadinya krisis global, bukan saja
menyebabkan terjadinya gelombang PHK, berkurangnya kesempatan kerja, dan
kolapsnya sejumlah usaha mandiri yang ditekuni masyarakat, tetapi juga
menyebabkan terjadinya proses perluasan dan pendalaman kemiskinan. Akibat
kualitas SDM masyarakat yang masih tertinggal, dengan rata-rata tingkat pendidikan
yang rendah dan belum ditunjang kecakapan, serta keahlian yang professional,
seringkali menyebabkan tenaga kerja yang ada tidak sesuai (mismatch) dengan
kebutuhan pasar kerja. Untuk menangani kemiskinan dan meningkatkan posisi tawar
(bargaining) masyarakat miskin terhadap semua bentuk eksploitasi dan sub ordinasi,
yang dibutuhkan adalah kemudahan ekonomi (economic facilities) yang benar-benar
nyata dan peluang-peluang sosial (social opportunities) yang memihak kepada
masyarakat miskin dan pengangguran. Dalam hal ini kemudahan ekonomi, adalah
22
kesempatan dan makin terbukanya akses masyarakat miskin terhadap berbagai
sumber permodalan dan peluang usaha tanpa dibebani dengan persyaratan yang
menyulitkan. Sedangkan peluang-peluang sosial adalah upaya untuk meningkatkan
kesempatan masyarakat miskin melakukan mobilitas sosial-ekonomi secara vertical
melalui pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan bahkan
kebutuhan untuk melakukan partisipasi politik secara aktif.
2.3.4. Penurunan Produktivitas Sektor Pertanian
Perkembangan industri yang terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Bangkalan
dan kebutuhan lahan untuk sarana dan prasarana kehidupan, menyebabkan lahan
pertanian yang produktif semakin berkurang. Disisi lain permasalahan yang harus
dihadapi petani adalah kenaikan biaya produksi dan perolehan margin keuntungan
yang makin tipis, sehingga nilai tukar petani menjadi rendah. Hal ini menyebabkan
gairah petani bercocok tanam mengalami kelesuhan dan pada akhirnya profesi
petani semakin tidak menarik. Secara garis besar beberapa kelemahan di sektor
pertanian antara lain terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industry,
permukiman dan pusat perkantoran, rendahnya nilai tukar produk pertanian,
lemahnya tata niaga pertanian dan panjangnya rantai distribusi produk pertanian,
mutu produk pertanian belum terstandarisasi dan kemasan produk yang tidak market
friendly, kualitas bibit, benih dan teknologi pertanian yang masih rendah serta
penerapan
teknologi
yang
masih
terbatas,
kurang
berkembangnya
aspek
kelembagaan yang mendukung pengembangan sektor pertanian, kurangnya sarana
prasarana wilayah pendukung, pengembangan sistem agrobisnis dan ketersediaan
pupuk organik dan kecenderungan pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan.
Dalam rangka menangani permasalahan di atas perlu diupayakan program yang
mengarah pada perbaikan struktur produksi pangan yang meliputi :
1) Penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang mencukupi dengan kualitas
baik;
2) Secara preventif dilakukan usaha untuk mewaspadai timbulnya kerawanan
pangan dan gizi serta merumuskan langkah-langkah antisipasinya;
3) Memberikan bimbingan dan motivasi terhadap petani.
23
2.3.5. Dampak Lingkungan Pembangunan Strategis.
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan adanya sinergisitas ekonomi,
sosial
dan
lingkungan
menjadi
isu
global
yang
patut
ditekankan
dalam
pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan. Salah satu butir dari millenium
development goals (MDGs) adalah kelestarian lingkungan hidup yang memadukan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional
serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. Pada masa mendatang,
industrialisasi tidak hanya membawa manfaat yang besar bagi pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Bangkalan, akan tetapi juga menimbulkan efek negatif berupa
pencemaran lingkungan dan alam sekitarnya, akibat limbah industri dan limbah
rumah tangga. Dalam rangka meminimalisir dampak negatif tersebut diperlukan
kebijakan
industrialisasi
yang
mengedepankan
pelestarian
lingkungan.
Pengembangan prasarana lingkungan seperti tempat pembuangan akhir harus terus
diperhatikan, karena semakin lama laju pertumbuhan penduduk semakin tinggi dan
tentunya
membutuhkan
prasarana lingkungan
prasarana
lingkungan
yang
memadai.
Penyediaan
harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, namun
kenyataannya justru permasalahan timbul karena kesadaran masyarakat yang
kurang, sehingga tempat pembuangan akhir kurang optimal kejadian ini seperti
masih dapat dilihat adanya sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Kabupaten
Bangkalan akan terus berkembang, hal ini harus mendapat tanggapan serius dalam
penyediaan
prasarana
lingkungan
seperti
tempat
pembuangan
akhir
dan
pengolahan limbah beracun B3. Lokasi prasarana lingkungan perlu memenuhi
persyaratan teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan dalam penempatan
lokasi.
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Beberapa pembangunan infrastruktur strategis yang perlu diperhatikan dalam
upaya pengembangan wilayah Kabupaten Bangkalan antara lain : 1) Peningkatan
jaringan jalan yang terinterkoneksi dengan kawasan strategis Kabupaten Bangkalan
dengan rencana pembangunan pelabuhan peti kemas Tanjung Bulupandan
Kecamatan Klampis sebagai pelabuhan internasional dan Pelabuhan di Kecamatan
Socah yang terintergrasi dengan kawasan industri; 2) pengembangan jaringan jalan
untuk pengembangan wilayah yaitu pengembangan lintas utara, lintas tengah dan
lintas selatan yang menghubungkan Kabupaten Bangkalan dengan Kabupaten di
Madura; 3) pengembangan jalan-jalan sirip disekitar akses Suramadu yang
merupakan rencana kawasan strategis nasional guna pengembangan wilayah di
Kabupaten Bangkalan; 4) pengembangan sarana dan prasarana terminal tipe A
dengan fungsi sebagai terminal utama melayani trayek antar kota antar provinsi
yang direncanakan di Kawasan Suramadu; 5) realisasi pembangunan pelabuhan
peti kemas; 6) revitalisasi jalur kereta api lintas Madura Kamal – Pamekasan –
Sampang; 7) pembangunan waduk blega; 8) pembangunan dan pemeliharaan
jaringan irigasi dan pembangunan embung di masing-masing wilayah yang
mempunyai potensi pengembangannya; 9) Pengembangan TPA skala regional di
Kecamatan Tanah Merah.
3.2 Saran
Kajian studi kasus ini tentu masih jauh dari sempurna dan dimungkinkan
masih dapat ditemukan hal-hal yang salah atau pun kurang tepat. Oleh karena itu,
sangat diharapkan adanya masukan dan saran dari para pembaca. Selain itu,
disarankan untuk melakukan pemeriksanan dan verifikasi apabila data/informasi
yang tercantum dalam kajian ini akan digunakan dalam kajian yang lebih lanjut.
3.3 Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada : Dr. Eko Budi Santoso,
Lic.Rer.Reg (selaku dosen yang memberikan materi dasar keilmuan), rekan-rekan
mahasiswa Manajemen Aset Infrastruktur 2017/2018, para informan dan pemberi
25
data/informasi, serta semua pihak yang literatur dan hasil kajiannya dirujuk dalam
kajian ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Effendi, R. Mulyo Hendarto. 2014.
Dampak Pembangunan
Jembatan Suramadu Terhadap Perekonomian Pulau Madura
(Studi Kasus
Kabupaten Bangkalan). Naskah Jurnal. Semarang : Universitas Diponegoro
Bappeda. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangkalan.2012.Badan
Perencanaan Pembangunan.Kabupaten Bangkalan
BPS Kabupaten Bangkalan, 2012. Kabupaten Bangkalan dalam Angka. BPS
dan BAPPEDA Kabupaten Bangkalan.
BPS Kabupaten bangkalan, 2012. PDRB harga konstan Kabupaten
Bangkalan tahun 2012. BPS Kabupaten Bangkalan.
Pemerintah Kabupaten bangkalan 2010. Dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah ( R P J P D ) Tahun 2005 – 2025. Pemerintah Kabupaten
Bangkalan
27
Kajian Studi Kasus :
Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur untuk
mendukung Pengembangan Wilayah Kabupaten
Bangkalan
MATA KULIAH :
Sistem Wilayah Lingkungan dan Hak Pertanahan
DOSEN :
Dr. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg
Oleh :
Nama
NRP
: ARWENDRA ANANTA PRAYA
: 03111750077017
PROGRAM PASCA SARJANA (S2)
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2018
i
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
i
PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Perumusan Masalah
3
PEMBAHASAN
4
2.1
Gambaran Umum Kabupaten Bangkalan
4
2.2
Tata Ruang Wilayah
13
2.3
Analisis Isu-Isu Startegis
16
PENUTUP
25
3.1
Kesimpulan
25
3.2
Saran
25
3.3
Ucapan Terima Kasih
25
DAFTAR PUSTAKA
27
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infrastruktur adalah katalisator pembangunan. Ketersediaan infrastruktur
yang memadai dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya,
sehingga dapat memacu produktifitas serta efisiensi, dan pada akhirnya mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Gerak laju pembangunan sebuah kawasan atau daerah tidak dapat
dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi,
sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini sangat penting dan
menjadi fondasi pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Lebih dari itu, pembangunan infrastruktur harus sejalan dengan kondisi dan
kebutuhan wilayah/daerah yang bersangkutan, serta memiliki keterkaitan antara
wilayah satu dan wilayah lainnya (konetivitas) dan antara sektor yang satu dan
sektor lainnya (terintergrasi).
Selama ini, praktik pembangunan setiap sektor lebih banyak berjalan
sendiri-sendiri, sehingga pertumbuhan kawasan di sekitar infrastruktur tidak
berjalan
secara
maksimal.
Itulah
makanya
pemerintah,
melalui
Badan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) berupaya meningkatkan keandalan
infrastruktur seperti di wilayah timur dan perbatasan Republik Indonesia serta
membangun pusat perekonomian dan permukiman baru.
Propinsi Jawa Timur adalah salah satu dari enam propinsi yang berada di
Pulau Jawa. Propinsi Jawa Timur merupakan pusat bisnis penting di Indonesia.
Ibukota propinsi Jawa Timur adalah Kota Surabaya. Pulau Madura merupakan
salah satu wilayah yang secara geografis terpisah dengan Kota Surabaya. Hal ini
menyebabkan Kabupaten Madura sering disebut Pulau Madura. Secara
administratif Pulau Madura tergabung dalam 33 pemerintahan propinsi Jawa
Timur. Oleh karenannya dibutuhkan infrastruktur yang mendukung kegiatan di
kedua wilayah tersebut.
Pembangunan Jembatan Suramadu memiliki peran yang sangat strategis
di pulau Madura, akan meningkatkan kegiatan ekonomi, distribusi barang dan jasa
serta kegiatan pariwisata. Pulau Madura yang menjadi bagian dari provinsi Jawa
Timur mengalami kondisi yang kurang menguntungkan. Laju pertumbuhan
1
ekonomi lambat dan income perkapita tertinggal. Pergerakan jalur transportasi
yang terhambat membuat pembangunan Jembatan Suramadu dinilai penting
sebagai pembuka awal. Dengan dibangunnya Jembatan Suramadu yang akan
menghubungkan Surabaya dengan pulau Madura melalui jalan darat diharapkan
ketimpangan sosial dan ekonomi dapat direduksi. Arus transportasi yang cepat
dan efektif akan membuat perkembangan pulau madura segera melejit bersaing
dengan daerah – daerah lain di provinsi Jawa Timur.
Beroperasinya jembatan Suramadu membawa dampak bagi struktur tata
ruang pembangunan Jawa Timur. Kini pulau Madura tidak lagi terpisah, namun
sudah menjadi bagian strategis pembangunan Kota Surabaya Metropolitan. Oleh
karena itu,
konsep pengembangan kota metropolitan Gerbangkertosusilo
(Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008) yang menempatkan Kabupaten
Bangkalan sebagai salah satu pusat kegiatannya. Semakin mudahnya akses dan
transportasi ke Pulau Madura akan meningkatkan investasi pengusaha besar dan
investor asing, karena investasi di Madura relatif sama bahkan lebih ekonomis bila
dibandingkan dengan kota Surabaya. Harga tanah di Madura masih relatif lebih
murah dibandingkan dengan di Surabaya. Pembangunan pabrik dan kantor akan
lebih murah di Bangkalan dibandingkan dengan Gresik, Lamongan, Sidoarjo,
maupun Mojokerto. Untuk itu dukungan kebutuhan infrastruktur yang sesuai untuk
pengembanganKabupaten Bangkalan ke depan.
Kabupaten Bangkalan merupakan pintu gerbang menuju Pulau Madura dan
Wilayah Indonesia Timur mempunyai potensi pengembangan wilayah yang cukup
prospektif dengan luas wilayah sebesar 1.260,14 km2 yang diperuntukkan untuk
kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian, kawasan militer, dan lain
- lain.
Penggunaan lahan di Kabupaten Bangkalan masih didominasi oleh
kegiatan pertanian berupa pertanian sawah irigasi, lahan kering, perkebunan,
maupun tegalan. Dalam perkembangannya, penggunaan lahan di Kabupaten
Bangkalan mengalami perubahan terkait dengan pemanfaatan lahan, baik untuk
permukiman,
fasilitas
umum
maupun
untuk
pengembangan
industri.
Pengembangan pemanfaatan lahan yang cukup terlihat adalah pengembangan
kawasan Suramadu. Setelah di bukanya jalur atau akses Suramadu maka
kawasan tersebut akan dikembangkan sebagai kawasan terpadu khususnya
disekitar kawasan kaki jembatan Suramadu.
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
Identifikasi kebutuhan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah di
Kabupaten Bangkalan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum Kabupaten Bangkalan
Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu kabupaten yang secara
geografis berada di Provinsi Jawa Timur bagian utara dan merupakan pintu
gerbang menuju Pulau Madura. Luas wilayah Kabupaten Bangkalan adalah
1.260,14 km², yang secara administratif Pemerintahan terbagi dalam : 18
(delapanbelas) Kecamatan, 8 (delapan) kelurahan, 273 (duaratus tujuhpuluh tiga)
desa dan 1 (satu) Pulau Karang Jamuang. Selain itu dapat dikemukakan pula
bahwa posisi Kabupaten Bangkalan ditinjau dari letak geografis, dimana secara
eksistensial, berada di kawasan Pulau Madura dengan titik koordinat berada pada
posisi 112°40’ 06” - 113° 08’ 04” FBujur Timur dan 6° 51’ 39” - 7° 11’ 39” Lintang
Selatan dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan : Laut Jawa;
Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Sampang;
Sebelah Barat berbatasan dengan : Selat Madura;
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Selat Madura
Secara lebih jelasnya, dapat diperhatikan pada peta 1 di bawah ini.
4
Peta 1: Peta Kabupaten Bangkalan
Sumber Data: Pemerintah Kabupaten Bangkalan
2.1.1.
Kondisi Fisik Alam
2.1.1.1. Topografi
A. Kemiringan Lahan
Kemampuan tanah di Kabupaten Bangkalan dilihat dari kemiringannya
sebagian besar memiliki kemiringan 2-15° yaitu sekitar 50,45% atau 63.002 Ha.
Dan kemiringan 0-2° sekitar 45,43% atau 56.738 Ha. Sedangkan tekstur tanah
sebagian besar bertekstur sedang yaitu seluas 116.267 Ha atau sekitar 93,10%
dan untuk kedalaman spektip tanah di Kabupaten Bangkalan memiliki kedalaman
>90 cm yaitu seluas 64.130/64.131 Ha atau 51,35%.
B. Ketinggian Lahan
Dilihat dari topografi, Kabupaten Bangkalan berada pada ketinggian 2-100
m di atas permukaan air laut. Wilayah yang terletak di pesisir pantai, seperti
Kecamatan Sepulu, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya,
Klampis, Tanjung Bumi, Labang dan Kecamatan Burneh mempunyai ketinggian
antara 2-10m di atas permukaan air laut. Sedangkan wilayah yang terletak pada
5
bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19-100m di atas permukaan air laut.
Lokasi tertinggi terletak di Kecamatan Geger dengan ketinggian 100m diatas
permukaan laut.
C. Geologi
Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bangkalan meliputi; Allufium
seluas 24.400Ha atau sekitar 19,54%; Elistosin, Fasies, Sedimen seluas
35.594Ha sekitar 28,50%; Fliose, Fasies Batu Gamping seluas 47.294Ha atau
sekitar 37,87%; dan Miosen, Fasies Sedimen seluas 17.600Ha atau 14,09%.
D. Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bangkalan meliputi Alufial
Hidromurf; Alufial Kelabu Kekuningan; Assosiasi Hidromurf; Litosal; Regusal
Coklat Kekuningan; Komplek Graund Gorset Kelabu dan Lits; Grumosal Kelabu;
Kpl. Grumosal Kelabu Litosal; Kpl. Mediteran Coklat dan Litosal; Kpl. Mediteran
Merah dan Litosal; Kpl. Mediteran, Grumosal, Regusal Litosal.
2.1.1.2 Hidrologi
Sebagai bagian dari siklus hidrologi, di Kabupaten Bangkalan terdapat
sejumlah mata air, waduk, dan sungai. Pola aliran permukaan dapat dilihat dari
pola aliran sungai yang ada di Kabupaten Bangkalan. Sungai-sungai utama dari
masing-masing kecamatan di Kabupaten Bangkalan bermuara di selat Madura
dan Laut Jawa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bangkalan. Selain
dipengaruhi oleh adanya sungai, kondisi hidrologi di Kabupaten Bangkalan juga
dipengaruhi oleh beberapa sumber air. Sumber-sumber air yang ada di Kabupaten
Bangkalan mempunyai kualitas air baku yang cukup baik untuk kebutuhan irigasi
maupun air bersih.
2.1.1.3 Klimatologi
Rata–rata curah hujan di Kabupaten Bangkalan Tahun 2011 sebesar
9,56mm, naik dari tahun lalu yang sebesar 5,94mm. Pada periode yang sama
rata-rata jumlah hari hujan per tahun mengalami kenaikan yakni dari 182 hari pada
Tahun 2010 menjadi 200 hari pada Tahun 2011. Dengan demikian meningkatnya
curah hujan tersebut diiringi peningkatan jumlah hari hujan.
6
2.1.2 Administratif
Luas wilayah Kabupaten Bangkalan adalah 1.260,14 km², yang secara
administratif pemerintahan terbagi dalam 18 kecamatan, 8 kelurahan dan 273
desa.
Tabel 1: Nama, Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan
Luas Wilayah
Jumlah
Kelurahan/
Desa
(Ha)
(%) thd
total
(Ha)
(%) thd
total
Kamal
10
4.140
3,285
2.484
3%
Labang
13
3.523
2,796
2.114
3%
Kwanyar
16
4.781
3,794
2.869
4%
Modung
17
7.879
6,252
4.727
6%
Blega
19
9.282
7,366
5.569
7%
Konang
13
8.109
6,435
4.865
6%
Galis
21
12.056
9,567
7.234
10%
Tanah Merah
23
6.856
5,441
4.114
5%
Tragah
18
3.958
3,141
2.375
3%
Socah
11
5.382
4,271
3.229
4%
Bangkalan
13
3.502
2,779
2.101
3%
Burneh
12
6.610
5,245
3.966
5%
Arosbaya
18
4.246
3,369
2.548
3%
Geger
13
12.331
9,785
7.399
10%
Kokop
13
12.575
9,979
7.545
10%
Tanjung Bumi
14
6.749
5.,356
4.049
5%
Sepulu
15
7.325
5,813
4.395
6%
Nama Kecamatan
Administrasi
Terbangun
7
Luas Wilayah
Jumlah
Kelurahan/
Desa
(Ha)
(%) thd
total
(Ha)
(%) thd
total
Klampis
22
6.710
5,325
4.026
5%
Jumlah
281
126.014
100
75.609
100
Nama Kecamatan
Administrasi
Terbangun
Sumber Data: Bangkalan Dalam Angka 2012
Secara lebih jelasnya, dapat diperhatikan pada peta di bawah ini:
8
Peta 2: Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bangkalan
Sumber Data: RTRW Kabupaten Bangkalan 2009 – 2029
9
2.1.3. Demografi
A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Bangkalan mengalami perubahan dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2011 jumlah penduduk di Kabupaten Bangkalan sebanyak
1.308.414 jiwa.
B. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas
wilayah. Kepadatan kotor adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas
keseluruhan. Jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 1.308.414 jiwa dengan luas
wilayah 1.260,14 Km2 sehingga pada tahun 2011 kepadatan kotor di wilayah
perencanaan sebesar 1.038,31 jiwa/Km2. Kepadatan tertinggi adalah di Kecamatan
Bangkalan sebesar 2.690,21 jiwa/Km2 dan terendah adalah di Kecamatan Kokop
sebesar634,74jiwa/Km2.
10
Tabel 2 : Jumlah Penduduk dan Kepadatannya 3 Tahun Terakhir
Tingkat
Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Kepadatan Penduduk
Pertumbuhan
Nama
Kecamatan
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
Kamal
45.942
56.743
64.422
12.401
16.167
19.144
0,184
0,184
0,184
1.110
1.371
1.623
Labang
33.322
46.908
18.087
7.503
11.951
8.805
-0,263
-0,263
-0,263
946
1.331
981
Kwanyar
41.751
62.512
43.208
9.977
15.334
15.599
0,017
0,017
0,017
873
1.308
1.330
Modung
43.928
64.816
63.805
10.748
15.641
18.850
0,205
0,205
0,205
558
823
991
Blega
52.058
78.545
34.867
11.661
18.163
14.864
-0,182
-0,182
-0,182
561
846
693
Konang
45.023
59.049
46.719
10.201
13.589
13.843
0,019
0,019
0,019
555
728
742
Galis
72.705
106.968
62.604
17.066
23.927
22.203
-0,072
-0,072
-0,072
603
887
823
Tanah
Merah
56.798
100.504
49.966
12.494
23.172
21.734
-0,062
-0,062
-0,062
828
1.466
1.375
Tragah
26.599
41.859
45.323
5.462
10.065
13.138
0,305
0,305
0,305
672
1.058
1.381
Socah
52.953
75.131
90.671
12.649
18.962
24.813
0,309
0,309
0,309
984
1.396
1.827
11
Tingkat
Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Kepadatan Penduduk
Pertumbuhan
Nama
Kecamatan
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
Bangkalan
76.499
94.211
42.300
17.737
25.851
19.223
-0,256
-0,256
-0,256
2.184
2.690
2.000
Burneh
55.840
81.865
50.759
12.596
19.573
18.661
-0,047
-0,047
-0,047
845
1.239
1.181
Arosbaya
40.203
59.296
20.880
9.207
15.525
11.189
-0,279
-0,279
-0,279
947
1.397
1.006
Geger
62.755
100.182
57.318
14.965
25.835
24.690
-0,044
-0,044
-0,044
509
812
776
Kokop
64.531
79.818
81.811
15.723
18.425
20.746
0,126
0,126
0,126
513
635
715
Tanjung
Bumi
48.668
66.320
31.829
12.153
19.480
15.754
-0,191
-0,191
-0,191
721
983
795
Sepulu
38.826
59.272
34.089
9.658
14.950
14.008
-0,063
-0,063
-0,063
530
809
758
Klampis
48.360
74.415
28.692
11.654
19.779
15.235
-0,230
-0,230
-0,230
721
1.109
854
Sumber Data: Bangkalan Dalam Angka 2012
12
2.1.4 Kondisi Perekonomian Kabupaten Bangkalan
Karakteristik perekonomian dapat dilihat dari tingkat perekonomian yang
ditunjukkan dengan besarnya PDRB Kabupaten bangkalan.
Tabel 3: Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Bangkalan Tahun 2009 – 2013
Tahun
No
Deskripsi
2009
2010
2011
2012
2013**
3.891.566,84
3.891.566,84
6,37
6,37
1
PDRB harga konstan
(struktur perekonomian)
(Rp)
3.269.709,72
3.447.581,93
3.663.027,12
2
Pendapatan Perkapita
Kabupaten
(Rp)
3.206.191,40
3.314.321,78
3.448.238,90
3
Pertumbuhan Ekonomi
(%)
5,44
6,25
Keterangan:
4,96
* = Angka Diperbaharui
** = Angka Sementara
*** = Angka Proyeksi
Sumber Data: BPS Kabupaten Bangkalan Tahun 2012
2.2. Tata Ruang Wilayah
2.2.1 Penataan Ruang
Pada tahun 2009 Kabupaten Bangkalan telah menetapkan Peraturan Daerah
Kabupaten Bangkalan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bangkalan Tahun 2009 – 2029. Untuk penataan ruang ditetapkan visi
“Terwujudnya Penataan Ruang Kabupaten Bangkalan Sebagai Pintu Gerbang
Madura Menuju Kota Industri, Pariwisata dan Jasa”.
Kabupaten Bangkalan dibagi menjadi beberapa tingkatan hirarki yang disebut
sebagai PKN atau Pusat Kegiatan Nasional. PKN tersebut dibentuk oleh
perkembangan dan pertumbuhan kota. Sehubungan dengan adanya penentuan
struktur kota-kota dalam Provinsi Jawa Timur yang menempatkan Kota Bangkalan
(Ibukota Kabupaten) sebagai Kawasan Perkotaan Metropolitan, berarti struktur kotakota di kabupaten Bangkalan akan mengikuti hirarki tersebut (PKN, PKL, PPK dan
PPL). Berdasar atas hasil analisa dengan variabel diatas dan keterkaitannya dengan
13
delineasi kawasan perkotaan serta hirarki wilayah skala regional maka dapat
diketahui bahwa wilayah desa/ kelurahan yang berada dalam hirarki Perkotaan PKL,
PPK dan PPL merupakan kawasan perkotaan (Urban Area) .
A. Pusat Kegiatan Nasional ( PKN )
Yaitu merupakan wilayah yang menjadi pusat regional skala kabupaten dan
menjadi kutub pertumbuhan utama pada seluruh wilayah Kabupaten Bangkalan.
Wilayah yang terkategori sebagai Kawasan Perkotaan Metropolitan Bangkalan ini
adalah : kawasan perkotaan Bangkalan sebagai ibukota Kabupaten Bangkalan, kota
ini berperan sebagai pusat regional, dengan wilayah pelayanan seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Bangkalan, Kawasan Perkotaan di Kaki Jembatan
Suramadu yang meliputi kawasan perkotaan di Kecamatan Labang. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh variabel kebijakan pembangunan yang menetapkan kawasan
perkotaan ini akan menjadi wilayah pusat kegiatan skala regional untuk kegiatan
industri dan perdagangan jasa skala regional.
B. Pusat Kegiatan Lokal ( PKL )
Selain itu termasuk juga Kawasan Perkotaan Kecamatan Klampis sebagai
kawasan yang akan berkembang menjadi pelabuhan peti kemas internasional.
Kawasan ini akan memiliki pusat kegiatan transportasi laut skala regional, selain itu
kawasan perkotaan yang terdapat pada wilayah Kecamatan Tanjung Bumi,
Kecamatan Blega dan Kecamatan Tanah merah, kawasan perkotaan ini memiliki
wilayah pelayanan lebih dari satu kecamatan dan berperan menjadi pusat kegiatan
dan pelayanan hingga di luar wilayah Kecamatan-nya sendiri. Kawasan perkotaan
ini direncanakan dapat berperan sebagai pusat-pusat pelayanan dengan skala
pelayanan lebih dari satu kecamatan, serta kawasan perkotaan Socah dan desa
Dakiring yang akan diperuntukan sebagai kawasan industri.
C. Pusat Pelayanan Kawasan ( PPK )
Kutub pertumbuhan desa/ kelurahan yang berada di PPK ini terletak pada
kawasan perkotaan pada masing-masing Kecamatan (diluar kawasan perkotaan
diatas) di Kabupaten Bangkalan yang
terletak di sepanjang jalan utama
(arteri/kolektor dan lokal primer), keberadaan guna lahan kawasan perdagangan dan
jasa serta fasilitas umum dengan skala pelayanan Kecamatan.
Dalam kaitannya dengan arah pembangunan jangka panjang Kabupaten
Bangkalan, kebijakan tata ruang merupakan bagian integrasi dari kebijaksanaan
14
umum
dan
sektoral
yang
telah
ditetapkan.
Dalam
kerangka
ini,
untuk
penyebarluasan kegiatan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Bangkalan,
maka ditetapkan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Sesuai dengan
konsep dan strategi penataan ruang, maka sistem perwilayahan di Kabupaten
Bangkalan dibagi menjadi 6 (enam) Sub Satuan Wilayah Pengembangan(SSWP).
Masing-masing pusat SSWP akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
SSWP I yang meliputi Kecamatan Bangkalan, Socah dan Burneh. Dengan Kota
Bangkalan sebagai pusatnya dengan fungsi Kegiatan :
Perdagangan skala regional dan lokal
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Industri dan pergudangan
Jasa transportasi angkutan darat
Jasa pemerintahan umum skala regional
SSWP II yang meliputi Kecamatan Kamal, Labang, Tragah dan Kwanyar.
Dengan IKK Labang ( Kawasan Kaki Jembatan Suramadu ) sebagai pusat
pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :
Industri dan pergudangan skala regional
Perdagangan skala regional dan lokal
Pertanian
Peternakan
Jasa transportasi darat
SSWP III yang meliputi Kecamatan Arosbaya, Geger, Klampis dan Sepulu.
Dengan IKK Klampis ( kawasan pelabuhan peti kemas ) sebagai pusat
pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :
Jasa Transportasi angkutan laut
Industri dan pergudangan skala regional
Pariwisata
Pertanian
Perikanan
SSWP IV yang meliputi Kecamatan Blega, Modung dan Konang. Dengan IKK
Blega sebagai pusat pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :
Pertanian
Peternakan
Perkebunan
Industri kecil
Perdagangan skala lokal
SSWP V yang meliputi Kecamatan Tanjung Bumi dan Kokop. Dengan IKK
Tanjungbumi sebagai pusat pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :
Pertanian
15
Perikanan
Peternakan
Angkutan laut
Industri kecil dan kerajinan rakyat
Pariwisata
SSWP VI yang meliputi Kecamatan Tanah Merah dan Galis. Dengan IKK
Tanah Merah sebagai pusat pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Transportasi darat
Peta 3: Rencana Pusat Layanan Kabupaten Bangkalan
Sumber Data: RTRW Kabupaten Bangkalan 2009 – 2029
2.3.
Analisis Isu-Isu Strategis
Pola penentuan isu-isu strategis sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dalam pasal 40 menyatakan bahwa
16
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
antara lain mencakup analisis isu-isu strategis. Dalam upaya menganalisa isu-isu
stategis tersebut maka digunakan metode SWOT. Isu-isu strategis Pemerintah
Kabupaten Bangkalan pada dasarnya adalah masalah/persoalan atau agenda yang
perlu/harus atau dapat dilakukan atau dikerjakan oleh pemerintah daerah selang
waktu 20 tahun. Strategis tidaknya suatu isu tertentu harus dinilai dari kerangka
urgensitas
dan
relevansi
penanganannya
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
kemampuan Kabupaten Bangkalan. Dengan demikian isu-isu strategis Kabupaten
Bangkalan sesuai dengan analisis tersebut adalah :
2.3.1 Industrialisasi Pasca Suramadu
Pasca dioperasionalisasikan Jembatan Suramadu, kabupaten Bangkalan
mengalami kemajuan perekonomian yang menggembirakan. Kontribusi terbesar
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten
Bangkalan
berasal
dari
sektor
tersier.
Perkembangan sektor industri, properti dan perdagangan juga berkembang karena
adanya proses urban sprawl yang terjadi meluas ke Bangkalan sebagai salah satu
daerah penyangga Surabaya. Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat akan
mengurangi jumlah pengangguran dan penduduk miskin, karena aktivitas ekonomi
memberikan multiplier effect bagi perluasan kesempatan kerja dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Demikian juga adanya peningkatan investasi dan
relokasi industri berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Selanjutnya, Kabupaten
Bangkalan memiliki banyak potensi pariwisata berupa pesona alam, adat istiadat,
seni dan budaya dapat dikembangkan sebagai modal dasar pembangunan
kepariwisataan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan nilai-nilai
setempat. Ekowisata dan desa wisata lebih ditekankan/menjadi prioritas sebagai
bentuk pembangunan pariwisata berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian pasca suramadu antara lain :
a. Kesiapan sumber daya manusia;
b. Daya saing produk lokal;
c. Lemahnya kelembagaan UMKM;
d. Pengaruh negatif budaya asing .
Berkaitan permasalahan tersebut diatas, diperlukan adanya langkah- langkah
untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, meningkatkan kualitas
produksi
melalui
pembinaan
ketrampilan
pada
pengrajin,
pemberdayaan
17
kelembagaan UMKM serta menciptakan rasa kecintaan pada produk unggulan (lokal
spesifik) dan meminimalisir pengaruh budaya asing. Disisi lain pengembangan
industri dan perdagangan di Kabupaten Bangkalan difokuskan kepada orientasi
yang mampumemberikan insentif bagi tumbuhnya simpul-simpul ekonomi berbasis
keunggulan lokal guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.3.2. Penyiapan Infrastruktur Pendukung
2.3.2.1. Transportasi
Dengan beroperasinya Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau
Madura dan Pulau Jawa telah membuka akses interkoneksi arus barang, jasa dan
manusia. Namun keberadaan jembatan tersebut kurang didukung infrastruktur
penunjang lainnya. Kondisi tersebut memunculkan kebutuhan infrastruktur baru
dalam kerangka pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan. Perencanaan
jaringan transportasi pada Kabupaten Bangkalan didominasi oleh transportasi darat
dengan peningkatan jaringan jalan yang terinterkoneksi dengan kawasan strategis
Kabupaten Bangkalan dengan rencana pembangunan pelabuhan peti kemas
Tanjung Bulupandan Kecamatan Klampis sebagai pelabuhan internasional dan
Pelabuhan di Kecamatan Socah yang terintergrasi dengan kawasan industri.
Rencana pengembangan jaringan jalan untuk pengembangan wilayah yaitu
pengembangan lintas utara, lintas tengah dan lintas selatan yang menghubungkan
Kabupaten
Bangkalan
dengan
Kabupaten
di
Madura,
disamping
juga
pengembangan jalan-jalan sirip disekitar akses Suramadu yang merupakan rencana
kawasan strategis nasional guna pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan.
Salah satu pengembangan prasarana wilayah yang terkait
dengan rencana pengembangan transportasi adalah sarana dan prasarana terminal
tipe A dengan fungsi sebagai terminal utama melayani trayek antar kota antar
provinsi yang direncanakan di Kawasan Suramadu.
2.3.2.2. Telekomunikasi
Memperhatikan perkembangan pembangunan Kabupaten Bangkalan ke
depan seiring dengan beroperasionalnya Jembatan Suramadu, kebutuhan teknologi
telekomunikasi akan sangat diperlukan bagi perkembangan wilayah. Kemajuan
teknologi yang disajikan dengan berbagai macam fasilitas telah menarik minat
masyarakat yang semakin hari semakin menginginkan kemudahan. Pengembangan
18
teknologi telekomunikasi dengan masih memanfaatkan teknologi kabel menjadi
kendala karena memerlukan investasi yang besar. Tetapi hal ini akan menjadi
tantangan bagi penyedia pelayanan jasa telekomunikasi baik perusahaan BUMN
maupun perusahaan swasta untuk meningkatkan dan mengembangkan teknologi
telekomunikasi. Penggunaan fasilitas telekomunikasi oleh masyarakat meliputi
prasarana telekomunikasi dan informatika. Selain mengoptimalkan jaringan telepon
kabel, prasarana telematika dalam pengembangannya juga perlu penyediaan tower
BTS (Base Transceiver Station). Hal ini sangat penting untuk menjangkau pelosok
pedesaan. Dengan perkembangan teknologi komunikasi untuk meningkatkan
kebutuhan dan pelayanan prasarana telematika, perlu dilakukan peningkatan jumlah
dan mutu telematika pada tiap wilayah, yaitu :
1) Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern;
2) Pembangunan teknologi telematika pada kawasan pusat pertumbuhan;
3) Mengarahkan dan memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk
provider seluler dengan pengelolaan dan pemanfaatan bersama.
2.3.2.3. Sumber Daya Air
Kabupaten Bangkalan memiliki 31 (tiga puluh satu) sungai yang mempunyai
potensi untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Disamping itu, data impiris
menunjukkan bahwa bulan hujan terjadi hampir setiap bulan kecuali bulan Juli dan
September dengan rata-rata curah hujan antara 50 - 483 mm. Selain itu juga
terdapat akuifer atau air bawah tanah yang sangat tergantung pada kondisi geologi
di wilayah setempat. Di Kabupaten Bangkalan terdapat formasi batuan gamping
dengan potensi akuifer yang sangat tinggi, namun hal tersebut masih dipengaruhi
oleh musim yang terjadi di kawasan tersebut. Pengadaan air baku di Kabupaten
Bangkalan sebagian besar berasal dari air permukaan dan pemanfaatan air tanah
untuk memenuhi kekurangan air permukaan. Ketersediaannya cenderung tetap
setiap tahunnya, sedangkan kebutuhan terus meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk dan memenuhi kebutuhan industri. Keterbatasan kualitas
dan kuantitas air bersih yang digunakan untuk perkembangan wilayah dan rencana
pengembangan
industri
di
Kabupaten
Bangkalan
mengharuskan
adanya
perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan sungai untuk menjaga
keberlangsungan kelestariannya. Untuk itu perlu ditetapkan fungsi tata air yang
berbasis konservasi air. Ketersediaan sumber daya air yang cukup besar dalam
19
kenyataannya saat ini belum dioptimalkan pemanfaatannya. Untuk mengantisipasi
kekekurangan air di Kabupaten Bangkalan diupayakan dengan pengembangan air
baku
dengan
rencana
pengembangan
sumber
daya
air
berupa
rencana
pembangunan waduk blega, pemanfaatan sumber air baku alternatif, pembangunan
dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pembangunan embung di masing-masing
wilayah yang mempunyai potensi pengembangannya.
2.3.2.4. Sumber Daya Energi
Sebagai daerah yang berkembang pesat, pertumbuhan industry dan
penduduk di Kabupaten Bangkalan yang cepat menuntut adanya ketersediaan
energi dalam jumlah yang cukup besar. Sementara itu energy minyak bumi dan gas
alam yang tersedia jumlahnya semakin terbatas dan jenis energi tersebut sifatnya
tidak dapat diperbaharui.
Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya energi perlu diupayakan pencarian energi
alternatif secara terus menerus terkait dengan energi yang ramah lingkungan,
seperti energi matahari, air, angin, dan biofuel serta biogas yang jumlahnya sangat
melimpah di Kabupaten Bangkalan. Selain dari pada itu dibutuhkan pasokan energi
yang cukup
besar melalui pembangunan pembangkit listrik baru. Untuk mengoptimalkan
pelayanan energi lisrik pada masa depan, diperlukan adanya peningkatan pelayanan
utamanya pada daerah daerah yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah dan
wilayah strategis Kabupaten Bangkalan dalam pengembangan wilayah dan
meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi pemerataan
pelayanan diseluruh Kabupaten Bangkalan, sehingga dapat diasumsikan bahwa
setiap Kepala Keluarga akan memperoleh layanan jaringan listrik sehingga tidak ada
masyarakat yang belum terlayani.
Kebijakan RTRW Kabupaten Bangkalan Dapat Dilihat Pada Tabel.
Tabel 4 Kebijakan Tata Ruang Kebupaten Bangkalan
No
1
Kebijakan
Sistem perkotaan
a. Orde perkotaan
Arah pengembangan
Kawasan perkotaan di kecamatan labang sebagai pusat
regional dan merupakan kawasan perkotaan metropolitan
Bangkalan.
Kecamatan Klampis, Kecamatan Tanjung Bumi, Kecmatan
Blega Dan Kecematan Tanah Merah Termasuk Dalam Ored K1.
20
b. Hirarkhi perkotaan
2
3
Transportasi
a. A. Transportasi darat
Jaringan jalan
Kutub pertumbuhan desa/kelurahan terdapat pada kawasan
perkotaan masing – masing kecamatan termasuk dalam orde
k2.
Area hinterland dari orde k1 dan k2 termasuk dalam orde k3.
Desa – desa berada di luar pengaruh secara langsung
perkembangan wilayah kota di ibukota kecamatan (ikk) di
kabupaten bangkalan dana memiliki akses berupa jalan lokal
sekunder atau jalan desa termasuk dalam orde k4.
Kecamatan Bangkalan dan Kecamatan Labang sebagai
kawasan perkotaan metropolitan bangkalan.
Kecamatan Klampis sebagai kawasan pengembangan
metropolitan Bangkalan.
Ibukota Kecamatan lain di Kabupaten Bangkalan sebagai
kawasan perkotaan kecil.
Pengembangan Tol Suramadu – Bangkalan Utara.
Pengembangan Jaringan Jalan Yang Menghubungkan
Surabaya – Bangkalan – Sampang.
Pengembangan Jaringan Jalan Interchange Burneh – Arosbaya
– Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Modung (Kecamatan
Klampis)
Terminal
Pengembangan terminal penumpang tipe A pada kawasan
interchange Burneh Dan Tragah.
Sistem kereta api
Revitalisasi jalur Kamal – Pamekasan – Sampang.
B. Transportasi laut
Arahan pengembangan Pelabuhan Petikemas Tanjung Modung
Bulupandan Di Kecamatan Klampis sebagai pelabuhan petikemas
internasional.Arahan pengembangan Pelabuhan Telaga Biru Di
Kecamatan Tanjung Bumi yang dikembangkan menjadi pelabuhan
regional. Arahan pengembangan pelabuhan.Pengembangan
pelabuhan sepulu sebagai pelabuhan lokal.
Infrastruktur – prasarana
a. A. Telekomunikasi
Pengembangan prasarana telekomunikasi dengan penyediaan tower
bts (base transceiver station) di pedesaan dan sisitem telekomunikasi
kabel pada semua kawasan di Kabupaten Bangkalan.
B. Sumber daya air
C. Kelistrikan
D.pengelolaan lingkungan
Pengembangan sarana air bersih untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah
Pengembangan hutan sebesar 30 % dari luas das blega untuk
perlindungan terhadap das blega.
Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik di kabupaten
bangkalan.
Pengembangan dan mengoptimlkan pelayanan listrik di
Kabupaten Bangkalan.
Pengembangan TPA skala regional di Kecamatan Tanah Merah.
Sumber Data: Rencana Pola Ruang Dan Jaringan Jalan Kabupaten Bangkalan
21
2.3.3. Kemiskinan, Kesenjangan, Pengangguran dan Kualitas Sumber Daya
Manusia
Di Kabupaten Bangkalan, tantangan di bidang sosial adalah adanya
kesenjangan sosial, dan kondisi sebagian masyarakat yang masih menghadapi
tekanan kemiskinan, kurangnya kesempatan kerja dan pengangguran, serta kualitas
SDM masyarakat yang belum siap bersaing di era global yang makin kompetitif.
Kesenjangan sosial, dalam banyak hal akan melahirkan proses eksploitasi dan
marginalisasi masyarakat miskin,
karena posisi mereka yang rentan dan tersubordinasi. Sedangkan kemiskinan, di sisi
yang lain akan menyebabkan terjadinya percepatan dan pendalaman kemiskinan,
yang ujung-ujungnya akan memperlebar jurang perbedaan antar kelas, antar
daerah, dan antar yang dikuasai dan yang menguasai, serta melahirkan efek domino
lain berupa peningkatan jumlah pengangguran, rendahnya pertumbuhan ekonomi di
sektor riil, terpuruknya kualitas sumber daya manusia yang ada, rendahnya akses
masyarakat ke berbagai layanan publik, dan bahkan hilangnya kesempatan si miskin
untuk
meningkatkan posisi tawar dan melakukan mobilitas vertikal untuk
memperbaiki taraf kehidupannya. Persoalan kemiskinan seringkali makin sulit
teratasi ketika kesenjangan sosial yang terjadi tak kunjung teratasi. Faktor penyebab
kemiskinan seolah tak kunjung tertangani bukan sekedar karena dan bersumber
pada kelemahan dari masyarakat miskin itu sendiri, tetapi lebih karena faktor-faktor
struktural di luar kemampuan masyarakat miskin yang cenderung makin komplek
dan tidak ramah kepada masyarakat miskin. Kondisi perekonomian yang belum
sepenuhnya pulih dari krisis, dan imbas terjadinya krisis global, bukan saja
menyebabkan terjadinya gelombang PHK, berkurangnya kesempatan kerja, dan
kolapsnya sejumlah usaha mandiri yang ditekuni masyarakat, tetapi juga
menyebabkan terjadinya proses perluasan dan pendalaman kemiskinan. Akibat
kualitas SDM masyarakat yang masih tertinggal, dengan rata-rata tingkat pendidikan
yang rendah dan belum ditunjang kecakapan, serta keahlian yang professional,
seringkali menyebabkan tenaga kerja yang ada tidak sesuai (mismatch) dengan
kebutuhan pasar kerja. Untuk menangani kemiskinan dan meningkatkan posisi tawar
(bargaining) masyarakat miskin terhadap semua bentuk eksploitasi dan sub ordinasi,
yang dibutuhkan adalah kemudahan ekonomi (economic facilities) yang benar-benar
nyata dan peluang-peluang sosial (social opportunities) yang memihak kepada
masyarakat miskin dan pengangguran. Dalam hal ini kemudahan ekonomi, adalah
22
kesempatan dan makin terbukanya akses masyarakat miskin terhadap berbagai
sumber permodalan dan peluang usaha tanpa dibebani dengan persyaratan yang
menyulitkan. Sedangkan peluang-peluang sosial adalah upaya untuk meningkatkan
kesempatan masyarakat miskin melakukan mobilitas sosial-ekonomi secara vertical
melalui pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan bahkan
kebutuhan untuk melakukan partisipasi politik secara aktif.
2.3.4. Penurunan Produktivitas Sektor Pertanian
Perkembangan industri yang terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Bangkalan
dan kebutuhan lahan untuk sarana dan prasarana kehidupan, menyebabkan lahan
pertanian yang produktif semakin berkurang. Disisi lain permasalahan yang harus
dihadapi petani adalah kenaikan biaya produksi dan perolehan margin keuntungan
yang makin tipis, sehingga nilai tukar petani menjadi rendah. Hal ini menyebabkan
gairah petani bercocok tanam mengalami kelesuhan dan pada akhirnya profesi
petani semakin tidak menarik. Secara garis besar beberapa kelemahan di sektor
pertanian antara lain terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industry,
permukiman dan pusat perkantoran, rendahnya nilai tukar produk pertanian,
lemahnya tata niaga pertanian dan panjangnya rantai distribusi produk pertanian,
mutu produk pertanian belum terstandarisasi dan kemasan produk yang tidak market
friendly, kualitas bibit, benih dan teknologi pertanian yang masih rendah serta
penerapan
teknologi
yang
masih
terbatas,
kurang
berkembangnya
aspek
kelembagaan yang mendukung pengembangan sektor pertanian, kurangnya sarana
prasarana wilayah pendukung, pengembangan sistem agrobisnis dan ketersediaan
pupuk organik dan kecenderungan pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan.
Dalam rangka menangani permasalahan di atas perlu diupayakan program yang
mengarah pada perbaikan struktur produksi pangan yang meliputi :
1) Penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang mencukupi dengan kualitas
baik;
2) Secara preventif dilakukan usaha untuk mewaspadai timbulnya kerawanan
pangan dan gizi serta merumuskan langkah-langkah antisipasinya;
3) Memberikan bimbingan dan motivasi terhadap petani.
23
2.3.5. Dampak Lingkungan Pembangunan Strategis.
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan adanya sinergisitas ekonomi,
sosial
dan
lingkungan
menjadi
isu
global
yang
patut
ditekankan
dalam
pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan. Salah satu butir dari millenium
development goals (MDGs) adalah kelestarian lingkungan hidup yang memadukan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional
serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. Pada masa mendatang,
industrialisasi tidak hanya membawa manfaat yang besar bagi pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Bangkalan, akan tetapi juga menimbulkan efek negatif berupa
pencemaran lingkungan dan alam sekitarnya, akibat limbah industri dan limbah
rumah tangga. Dalam rangka meminimalisir dampak negatif tersebut diperlukan
kebijakan
industrialisasi
yang
mengedepankan
pelestarian
lingkungan.
Pengembangan prasarana lingkungan seperti tempat pembuangan akhir harus terus
diperhatikan, karena semakin lama laju pertumbuhan penduduk semakin tinggi dan
tentunya
membutuhkan
prasarana lingkungan
prasarana
lingkungan
yang
memadai.
Penyediaan
harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, namun
kenyataannya justru permasalahan timbul karena kesadaran masyarakat yang
kurang, sehingga tempat pembuangan akhir kurang optimal kejadian ini seperti
masih dapat dilihat adanya sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Kabupaten
Bangkalan akan terus berkembang, hal ini harus mendapat tanggapan serius dalam
penyediaan
prasarana
lingkungan
seperti
tempat
pembuangan
akhir
dan
pengolahan limbah beracun B3. Lokasi prasarana lingkungan perlu memenuhi
persyaratan teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan dalam penempatan
lokasi.
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Beberapa pembangunan infrastruktur strategis yang perlu diperhatikan dalam
upaya pengembangan wilayah Kabupaten Bangkalan antara lain : 1) Peningkatan
jaringan jalan yang terinterkoneksi dengan kawasan strategis Kabupaten Bangkalan
dengan rencana pembangunan pelabuhan peti kemas Tanjung Bulupandan
Kecamatan Klampis sebagai pelabuhan internasional dan Pelabuhan di Kecamatan
Socah yang terintergrasi dengan kawasan industri; 2) pengembangan jaringan jalan
untuk pengembangan wilayah yaitu pengembangan lintas utara, lintas tengah dan
lintas selatan yang menghubungkan Kabupaten Bangkalan dengan Kabupaten di
Madura; 3) pengembangan jalan-jalan sirip disekitar akses Suramadu yang
merupakan rencana kawasan strategis nasional guna pengembangan wilayah di
Kabupaten Bangkalan; 4) pengembangan sarana dan prasarana terminal tipe A
dengan fungsi sebagai terminal utama melayani trayek antar kota antar provinsi
yang direncanakan di Kawasan Suramadu; 5) realisasi pembangunan pelabuhan
peti kemas; 6) revitalisasi jalur kereta api lintas Madura Kamal – Pamekasan –
Sampang; 7) pembangunan waduk blega; 8) pembangunan dan pemeliharaan
jaringan irigasi dan pembangunan embung di masing-masing wilayah yang
mempunyai potensi pengembangannya; 9) Pengembangan TPA skala regional di
Kecamatan Tanah Merah.
3.2 Saran
Kajian studi kasus ini tentu masih jauh dari sempurna dan dimungkinkan
masih dapat ditemukan hal-hal yang salah atau pun kurang tepat. Oleh karena itu,
sangat diharapkan adanya masukan dan saran dari para pembaca. Selain itu,
disarankan untuk melakukan pemeriksanan dan verifikasi apabila data/informasi
yang tercantum dalam kajian ini akan digunakan dalam kajian yang lebih lanjut.
3.3 Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada : Dr. Eko Budi Santoso,
Lic.Rer.Reg (selaku dosen yang memberikan materi dasar keilmuan), rekan-rekan
mahasiswa Manajemen Aset Infrastruktur 2017/2018, para informan dan pemberi
25
data/informasi, serta semua pihak yang literatur dan hasil kajiannya dirujuk dalam
kajian ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Effendi, R. Mulyo Hendarto. 2014.
Dampak Pembangunan
Jembatan Suramadu Terhadap Perekonomian Pulau Madura
(Studi Kasus
Kabupaten Bangkalan). Naskah Jurnal. Semarang : Universitas Diponegoro
Bappeda. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangkalan.2012.Badan
Perencanaan Pembangunan.Kabupaten Bangkalan
BPS Kabupaten Bangkalan, 2012. Kabupaten Bangkalan dalam Angka. BPS
dan BAPPEDA Kabupaten Bangkalan.
BPS Kabupaten bangkalan, 2012. PDRB harga konstan Kabupaten
Bangkalan tahun 2012. BPS Kabupaten Bangkalan.
Pemerintah Kabupaten bangkalan 2010. Dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah ( R P J P D ) Tahun 2005 – 2025. Pemerintah Kabupaten
Bangkalan
27