BIOTEKNOLOGI JERAMI PADI MELALUI FERMENT

Hasnudi, Yunilas, dan Freddy Marbun: Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan sebagai Pakan Tambahan…

Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan sebagai Pakan Tambahan
bagi Kambing Kacang terhadap Karkas serta Perbandingan Daging dan Tulang
Selama Penggemukan
( T he Usage of Plant at ion by Product t o Kacang Goat on Carcass and also Meat
and Bone Comparison for Fat t ening)

Hasnudi, Yunilas, dan Freddy Marbun

Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

Abst ract : The obj ect i ves of t hi s r esear ch was t o t est t he usage pl ant at i on by pr oduct on
concent r at e t o car cass wei ght , car cass per cent age, f at wei ght , and al so meat and bone compar i son
of kacang goat f or f at t eni ng. The exper iment was usi ng compl et el y r andomi zed desi gn (CRD) by
t hr ee t r eat ment s and si x r epl i cat i ons, wher e t he t r eat ment was K1 = concent r at e konvensi onal ;
K2 = concent r at e pal m oil by pr oduct , and K3 = Cacao by pr oduct , r espect i vel y. The exper iment
wer e obser ver car cass wei ght , car cass per cent age, f at wei ght , and al so meat and bone compar i son
of kacang goat f or f at t ening.
The st at ist i c anal ysi s of t he r esear ch showed t hat t he t est r esul t of var iat i on i ndi cat ed t hat usage
of concent r at e (oi l pal m by pr oduct and cacao by pr oduct ) at kacang goat not si gni f i canl y di f f er ent

(P>0, 05) t o t he car cass wei ght (6, 00; 6, 22 and 5, 28, r espect i vel y), car cass per cent age (47, 25; 46, 90
and 43, 20, r espect i vel y) subcut an f at wei ght (135, 45; 125, 40 and 125, 40, r espect i vel y),
i nt er muscul er f at wei ght (220, 5; 242, 8, and 208, 2, r espect i vel y), chanel +pel vi c f at wei ght
(105, 3; 120, 4 and 95, 6, r espect i vel y) and al so meat and bone compar ison of kacang goat f or f at
gr owt h.
Keywords: goat , concent r at e, car cass, f at and bone

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemanfaatan hasil sampingan perkebunan sebagai
pakan tambahan terhadap karkas serta perbandingan daging dan tulang kambing kacang selama
penggemukan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3
perlakuan dan 6 ulangan yaitu: K1 = konsentrat konvensional, K2 = pakan hasil perkebunan kelapa
sawit, K3 = pakan hasil perkebunan kakao. Parameter yang diamati adalah bobot karkas, persentase
karkas, bobot lemak, serta perbandingan daging dan tulang.
Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa pemberian pakan tambahan dari hasil sampingan
perkebunan (kelapa sawit dan kakao) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas
(6,00; 6,22 dan 5,28), persentase karkas (47,25; 46,90 dan 43,20) bobot lemak sub-kutan
(135,45;125,40 dan 125,40), bobot lemak intermuskuler (220,5;242,8, dan 208,2), bobot lemak
ginjal+pelvis (105,3;120,4 dan 95,6), serta perbandingan daging dan tulang kambing kacang selama
penggemukan.
Kata Kunci : kambing, konsentrat, karkas, lemak, tulang


Pendahuluan
Latar Belakang

Perkembangan usaha penggemukan
kambing potong di tanah air saat ini masih
dikelola dengan cara tradisional. Perternakan
kambing memiliki potensi yang besar seiring
dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan
protein hewani untuk peningkatan gizi. Daging
kambing merupakan salah satu daging yang

memiliki kandungan gizi yang tinggi dan rasa
yang enak. Oleh karena itu permintaan akan
daging ini semakin lama semakin meningkat
terutama pada hari-hari besar.
Dalam usaha peningkatan produksi
kambing, saat ini telah diupayakan dalam
manajemen pemeliharaan yang intensif. Di
antaranya adalah dengan penggunaan hijauan

yang berkualitas baik yang terdiri dari rumput
dan legium serta penggunaan pakan tambahan
(konsentrat) yang mempunyai nilai gizi yang

49

Jurnal Agribisnis Perternakan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2006

tinggi sehingga bisa mencukupi kebutuhan
ternak akan zat nutrisi. Saat ini, pakan
tambahan yang biasa dipakai peternak dirasa
cukup mahal. Sedangkan hijauan yang tersedia
saat ini hanya memiliki kandungan protein yang
rendah dan tingginya kadar serat kasar yang
merupakan masalah yang utama.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka
perlu dicari sumber pakan alternatif untuk
mengganti pakan utama sebagai pelengkap
tambahan yang mempunyai potensi baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Pakan alternatif

yang dimaksud adalah limbah perkebunan yang
terdiri dari bungkil inti sawit, lumpur sawit, daun
sawit, kulit coklat, biji coklat, dan molases.
Sumatera Utara sebagai salah satu
wilayah yang memiliki areal perkebunan yang
cukup luas merupakan daerah yang cocok untuk
pengembangan pemanfaatan limbah perkebunan
sebagai pakan tambahan untuk ternak.
Berdasarkan data Perkebunan Sumatera
Utara (1998), menyebutkan bahwa daerah yang
mempunyai perkebunan paling luas adalah
Kabupaten Deli Serdang yaitu seluas 61.550,43
ha untuk perkebunan sawit, 20.370,90 ha untuk
perkebunan coklat, dan 11.665,92 ha perkebunan
tebu. Kemudian diikuti daerah Langkat, Tapanuli
Selatan, Simalungun, dan Labuhan Batu.
Ketersediaan yang cukup sepanjang tahun
mempunyai nilai gizi cukup baik untuk ternak
ruminansia karena kemampuan ternak ruminansia
untuk mencerna serat kasar yang terkandung

dalam bahan limbah perkebunan cukup baik
tanpa pengolahan lebih lanjut. Daun sawit
memiliki kandungan serat kasar yang lebih tinggi
yaitu 32,55% diikuti lumpur sawit yaitu 16%.
Dan kandungan serat kasar terendah adalah
bungkil sawit yaitu 10,50%. Sementara untuk
kandungan protein, tertinggi adalah bungkil
sawit yaitu 15,40% sedangkan lumpur sawit dan
daun sawit sama yaitu 13%. Akan tetapi, kulit
coklat memiliki kandungan serat kasar yang
tinggi yaitu 33,10% sedangkan protein rendah yaitu
sekitar 5,16%. Kemampuan ternak ruminansia
untuk mencerna serat kasar membuat bahan ini
tidak perlu diolah lebih lanjut.
Berdasarkan pemikiran di atas penulis
merasa perlu untuk melakukan penelitian
seberapa besar pemanfaatan lumpur sawit,
bungkil inti sawit, daun sawit, pelepah sawit,
kulit buah kakao dan kulit biji kakao terhadap
bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak,

serta perbandingan daging dan tulang kambing
kacang selama penggemukan.

Bahan dan Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Biologi Ternak Departemen Perternakan Fakultas

50

Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian
ini berlangsung selama lebih kurang tiga bulan
mulai bulan Oktober 2005 sampai Januari 2006.
Bahan dan Alat Penelitian




















Bahan yang digunakan antara lain:
Kambing kacang jantan lepas sapih sejumlah
18 ekor dengan X = 12,4 dan sd = 1,22
Perbandingan rumput lapangan dengan
konsentrat adalah 75% : 25%
Konsentrat, terdiri dari:

- K1: pakan konvensional yang terdiri dari
dedak, bungkil kelapa, tepung jagung,
molases, ultra mineral, garam, dan urea.
- K2: pakan hasil sampingan perkebunan
sawit yang terdiri dari bungkil inti sawit,
lumpur sawit, daun dan pelepah sawit,
molases, ultra mineral, garam, dan urea.
- K3: pakan hasil sampingan perkebunan
kakao yang terdiri dari kulit buah kakao,
kulit biji kakao, tepung jagung, molases,
ultra mineral, garam, dan urea.
Obat-obatan seperti: obat cacing (Kalbazen),
anti-bloat untuk obat kembung, terramycin
(salep mata), dan vitamin.
Air minum
Alat yang digunakan antara lain:
Kandang 18 unit beserta perlengkapannya
Tempat pakan dan minum
Timbangan bobot hidup dan bobot karkas
berkapasitas 50 kg dengan kepekaan 50 g,

timbangan berkapasitas 2 kg dengan
kepekaan 10 g untuk menimbang pakan
Ember
Sapu
Goni plastik
Pisau
Alat tulis
Alat penerangan

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimen dengan rancangan acak
lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan
6 ulangan:
K1 = pakan konvensioanal
K2 = pakan hasil sampingan perkebunan sawit
K3 = pakan hasil sampingan perkebunan coklat
Menurut Hanafiah, (2000)
matematis yang digunakan adalah:

Yij = μ + τ + ε

model

Parameter Penelitian

a. Bobot karkas; yaitu bobot yang diperoleh
dari selisih bobot tubuh setelah dipuasakan (bobot potong) dengan bobot darah,
kepala, kaki, kulit, organ tubuh bagian

Hasnudi, Yunilas, dan Freddy Marbun: Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan sebagai Pakan Tambahan…

dalam (selain ginjal), alat reproduksi,
dan ekor.
b. Persentase karkas; yaitu bobot karkas
segar dibagi dengan bobot tubuh kosong
dikali seratus persen. Bobot tubuh
kosong adalah bobot potong dikurangi isi
saluran pencernaan.
c. Bobot lemak; yang diperoleh dari lemak

subkutan, lemak intermuskuler, serta
lemak ginjal dan pelvis.
d. Perbandingan antara daging dan tulang;
Perbandingan daging dan tulang didapat
dari karkas yang telah dibuang lemaknya
kemudian dibandingkan antara daging
dan tulangnya dalam persen.
Perbandingan daging =

bobot daging
x 100 %
bobot daging + bobot tulang
Perbandingan tulang =

bobot tulang
x 100 %
bobot daging + bobot tulang
• Persiapan kandang; kandang dan semua
peralatan yang digunakan seperti tempat
pakan dan minum dibersihkan.
• Pengacakan kambing; kambing yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak
18 ekor, penempatan kambing dengan
sistem pengacakan. Sebelumnya dilakukan
penimbangan bobot awal.
• Pemberian pakan dan air minum; pakan
yang diberikan atas hijauan berupa rumput
lapangan dan konsentrat. Hijauan yang
diberikan berupa rumput lapangan yang
telah dilayukan dan diberikan pada pagi
dan sore hari. Konsentrat diberikan pada
pagi hari pada jam 08.00 WIB dan sore
hari pada jam 16.00 WIB. Sebelum
dilaksanakan penelitian diberi waktu untuk
beradaptasi selama seminggu dengan
konsentrat percobaan sedikit demi sedikit.
• Pemberian air minum dilakukan secara
ad libitum; air diganti setiap hari dan
tempatnya dicuci dengan air bersih.
• Pemberian obat-obatan; pada awal ternak
kambing masuk kandang diberikan obat
cacing (masa adaptasi) dengan dosis 1

Pelaksanaan Penelitian

cc/5 kg bobot badan. Sedangkan obatobatan yang lain diberikan berdasar
kebutuhan bila ternak sakit.
Pemotongan Ternak Kambing

Untuk pengambilan data karkas, diambil
sampel dari masing-masing perlakuan yaitu:
K1 = 2 ekor yaitu K1R1 dan K1R4
K2 = 2 ekor yaitu K2R3 dan K2R5
K3 = 2 ekor yaitu K3R2 dan K2R6
Maka jumlah ternak kambing yang dipotong
sebanyak 6 ekor.
Pemotongan ternak kambing dilakukan
menurut syariat Islam setelah dipuasakan selama
24 jam. Pemotongan ternak dilakukan dengan
memotong vena j ugul ar is, oesophagus dan
t r achea (dekat tulang rahang bawah), agar
terjadi pengeluaran darah sempurna. Darah yang
keluar ditampung dan ditimbang (bobot darah).
Ujung oesophagus diikat agar isi rumen tidak
keluar, kepala dilepas kemudian ditimbang (bobot
kepala), kaki depan dan belakang dilepas dan
ditimbang (bobot kaki) setelah sebelumnya kulit
kaki diambil dan ditimbang, ekor dilepas dan
ditimbang (bobot ekor), kulit dilepas dan
ditimbang (bobot kulit).
Setelah organ tubuh bagian dalam
dikeluarkan seperti hati, limpa, jantung, paruparu, trakhea, alat pencernaan, empedu kecuali
ginjal, ditimbang (bobot organ tubuh bagian
dalam). Bobot karkas segar adalah bobot yang
diperoleh dari selisih bobot tubuh setelah
dipuasakan (bobot potong) dengan bobot darah,
kepala, kaki, kulit, organ tubuh bagian dalam
(selain ginjal), alat reproduksi, dan ekor
(Soeparno, 1998 ).
Setelah diperoleh bobot karkas, karkas
dimasukkan dalam alat pendingin pada suhu
20C selama 24 jam untuk diuraikan keesokan
harinya agar lemak mudah didapat.

Hasil dan Pembahasan
Pemanfaatan hasil sampingan perkebunan
sebagai pakan tambahan bagi kambing kacang
terhadap karkas serta perbandingan daging dan
tulang selama penggemukan dapat dilihat pada
Tabel 1.

51

Jurnal Agribisnis Perternakan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2006

Tabel 1. Pemanfaatan hasil sampingan perkebunan sebagai pakan tambahan bagi kambing kacang terhadap
karkas serta perbandingan daging dan tulang selama penggemukan
Perlakuan

Parameter

Bobot Karkas (kg/ekor)
Persentase karkas (%)
Bobot Lemak (g/ekor)
Bobot Lemak Subkutan
Bobot Lemak Intermuskuler
Bobot Lemak Ginjal + Pelvis

K1

K2

K3

6,00 tn
47,25 tn

6,22 tn
46,90 tn

5,28 tn
43,20 tn

135,45 tn
220,5 tn
105,3 tn

125,4 tn
242,8 tn
120,4 tn

125,4 tn
208,2 tn
95,6 tn

65,5
34,5

64,8
35,2

65,6
34,4

Perbandingan daging dan tulang (%)
Persentase daging
Persentase tulang
Keterangan: tn = tidak nyata

Tabel 2. Analisis keragaman bobot karkas kambing kacang selama penggemukan

SK

DB

Perlakuan
2
Galat
3
Total
5
KK = 6,86%
tn = tidak berbeda nyata

JK

KT

F hit

0,99
0,47
1,46

0,49
0,16

3,13tn

F Tabel
0. 05

0. 01

9,55

30,81

Tabel 3. Analisis keragaman persentase karkas kambing kacang selama penggemukan

SK

DB

Perlakuan
2
Galat
3
Total
5
KK = 6,63%
tn = tidak berbeda nyata

JK

KT

F hit

20,14
8,32
28,47

10,07
2,77

3,63tn

Bobot karkas

Bobot karkas adalah bobot yang diperoleh
dari pengurangan bobot tubuh setelah dipuasakan
(bobot potong) dengan bobot nonkarkas yaitu
bobot darah, kepala, kaki, kulit, organ tubuh
bagian dalam (selain ginjal), alat reproduksi,
dan ekor.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian
pakan konvensional, pakan hasil sampingan
perkebunan sawit dan pakan hasil sampingan
perkebunan kakao tersebut terhadap bobot
karkas, maka dilakukan analisis keragaman bobot
karkas seperti terlihat pada Tabel 2.
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa
dengan pemberian pakan konvensional, pakan
hasil sampingan perkebunan sawit dan pakan
hasil sampingan perkebunan kakao terhadap
kambing kacang jantan tidak berpengaruh
nyata (P > 0,05) terhadap bobot karkas. Ini
berarti bahwa dengan pemberian ketiga
konsentrat tersebut menghasilkan bobot karkas

52

F Tabel
0. 05

0. 01

9,55

30,81

yang sama, walaupun secara angka bobot
karkasnya berbeda antar-perlakuan. Hal ini
disebabkan oleh nilai nutrisi yang terkandung
dari masing-masing konsentrat tidak jauh
berbeda terutama pada kandungan protein.
Tidak berbedanya pengaruh dari ketiga
macam pakan tersebut, juga disebabkan karena
bobot potong yang tidak nyata. Hal ini
didukung oleh pendapat Herman (1993) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi bobot
potong yang diperoleh, maka semakin tinggi
pula bobot karkas, persentase karkas, dan bobot
lemak yang didapat.
Persentase Karkas

Persentase karkas diperoleh dari bobot
karkas dibagi bobot tubuh kosong dikali seratus
persen. Hasil penelitian persentase karkas yang
diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.
Untuk melihat bagaimana pengaruh
pemberian pakan konvensional, pakan hasil

Hasnudi, Yunilas, dan Freddy Marbun: Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan sebagai Pakan Tambahan…

sampingan perkebunan sawit, dan pakan hasil
sampingan perkebunan kakao tersebut terhadap
persentase karkas, maka dilakukan analisis
keragaman persentase karkas seperti terlihat
pada Tabel 3.
Dari hasil analisis ragam di atas, dapat
dilihat bahwa pemberian konsentrat konvesional,
pakan hasil sampingan perkebunan kelapa sawit,
dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao
tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
persentase karkas kambing kacang jantan.
Faktor yang menyebabkan tidak nyatanya
persentase karkas tersebut adalah adanya
hubungan antara pakan yang dikonsumsi
dengan persentase karkas yang diperoleh. Hal
ini sesuai dengan pendapat Devendra (1977)
yang menyatakan bahwa persentase karkas
yang diperolah dipengaruhi oleh pakan yang
dikonsumsi oleh ternak.
Selain
itu,
bobot
potong
juga
mempengaruhi persentase karkas di mana bobot
potong dalam penelitian ini tidak berbeda
nyata antar-perlakuan. Moran (1997) disitasi
Agus (1998) menyatakan persentase karkas
merupakan faktor yang penting untuk menilai
produksi ternak pedaging, karena sangat erat
hubungannya dengan bobot hidup di mana
semakin bertambah bobot hidupnya maka
produksi karkas meningkat.

Lemak

Bobot lemak diperoleh setelah pemisahan
daging dengan lemak setelah terlebih dahulu
didinginkan selama 24 jam. Lemak yang didapat
kemudian ditimbang.
Untuk melihat bagaimana pengaruh
pemberian pakan konvensional, pakan hasil
sampingan perkebunan sawit dan pakan hasil
sampingan perkebunan kakao tersebut terhadap
lemak, maka dilakukan analisis keragaman lemak
seperti terlihat pada Tabel 4, 5, dan 6.
Dari hasil analisis keragaman dapat dilihat
bahwa pemberian pakan konvensional, pakan
hasil sampingan perkebunan kelapa sawit, dan
pakan hasil sampingan perkebunan kakao tidak
berpengaruh nyata ( P>0,05 ) terhadap bobot
lemak subkutan, bobot lemak intermuskuler,
dan bobot lemak ginjal + pelvis. Hal ini
disebabkan oleh bobot tubuh masih sebanding
dengan lemak yang didapat. Dari hasil
penelitian mengenai pertambahan bobot badan
terhadap ketiga pakan ini didapat hasil yang
tidak nyata juga. Hal ini didukung oleh
pendapat Herman (1993) yang menyatakan
bahwa semakin tinggi bobot potong yang
diperoleh maka semakin tinggi pula bobot
karkas, persentase karkas, dan bobot lemak
yang didapat.

Tabel 4. Analisis keragaman bobot lemak subkutan kambing kacang selama penggemukan

SK

DB

Perlakuan
2
Galat
3
Total
5
KK = 18,79%
tn = tidak berbeda nyata

JK

KT

F hit

134,67
1755,11
1889,78

67,33
585,04

0,12tn

F Tabel
0. 05

0. 01

9,55

30,81

Tabel 5. Analisis keragaman bobot lemak intermuskuler kambing kacang selama penggemukan

SK

DB

Perlakuan
2
Galat
3
Total
5
KK = 12,90%
tn = tidak berbeda nyata

JK

KT

F hit

1234,29
2733,53
3967,82

617,14
911,81

0,68tn

F Tabel
0. 05

0. 01

9,55

30,81

Tabel 6. Analisis keragaman bobot lemak ginj al dan pelvis kambing kacang selama penggemukan

SK

DB

Perlakuan
2
Galat
3
Total
5
KK = 14,30%
tn = tidak berbeda nyata

JK

KT

F hit

624,76
704,06
1382,82

312,38
234,69

0,68tn

F Tabel
0. 05

0. 01

9,55

30,81

53

Jurnal Agribisnis Perternakan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2006

Perbandingan Daging dan Tulang

Perbandingan daging dan tulang didapat
setelah pemisahan daging dari tulang. Kemudian
dibandingkan antara daging dan tulangnya.
Dari Tabel 14 kita dapat melihat bahwa
perbandingan daging yang tinggi terdapat pada
K3 yaitu 65,6% dan yang terendah terdapat
pada K1 yaitu 64,8%. Berdasarkan pendapat
Herman (1984), persentase daging kambing kacang
adalah 60% sedangkan persentase tulangnya
adalah 30%. Menurut Wardojo (1993) bahwa
persentase daging dalam karkas sebesar 75%.
Jadi, hasil yang didapat dari penelitian ini tidak
jauh berbeda. Sementara itu, selain karena
pengaruh bobot potong dan pertambahan bobot
badan yang tidak nyata dalam penelitian ini,
perbedaan persentase daging dan tulang pada
masing-masing perlakuan disebabkan juga oleh
faktor genetis dan sifat-sifat fisiologis ternak
selama ternak hidup sehingga mempengaruhi
bobot daging dan tulangnya.

Kesimpulan
Kesimpulan

Pemberian pakan konvensional, pakan
hasil sampingan perkebunan kelapa sawit, dan
pakan hasil sampingan perkebunan kakao
memberikan hasil yang sama pada bobot
karkas, persentase karkas, bobot lemak, serta
perbandingan daging dan tulang kambing
kacang selama penggemukan.

Hanafiah, K.A. 2000. Rancangan Percobaan.
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya,
Palembang.
Herman, R. 1984. Produksi Daging dan Sifat Karkas
Kambing Kacang. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Ruminansia Kecil, Bogor 22-23
November 1983.
Herman, R. 1993. Perbandingan Pertumbuhan,
Komposisi Tubuh dan Karkas Antara
Domba Priangan dan Ekor Gemuk.
Disertasi. Program Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Hutagalung and Jalaludin. 1982. Feeds For Farm
Animal From The Oil Palm. Serdang,
Malaysia.
Kartadisastra. H.R. 1997. Penyediaan dan
Pegelolaan Pakan Ternak Ruminansia.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Lubis, B. 1987. Komposisi Inti dan Minyak Inti
dari Buah Kelapa Sawit. Buletin
Perkebunan. Volume 2. Hal. 11.
Murtidjo,B.A. 1993. Memelihara Kambing sebagai
Ternak Potong dan Perah. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Natasasmita. A. 1997. Pertumbuhan Komposisi
Tubuh Pada Ternak. Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Daftar Pustaka
Agus, H. 1998. Perbaikan Produksi dan Komposisi
Karkas Domba Lokal Jantan Dengan
Ransum Pellet dan Rumput Lapangan,
Fakultas Perternakan, IPB, Bogor.
Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum.
PT. Gramedia, Jakarta.
Dahan, M.M. 1991. Goat Carcas and Evaluation
of Meat Quality, Processing and
Preservation In Goat Husbandry and
Breeding In The Tropic. Eds. J.M.
Danandam, S.Sivaraj, T.K.Mukherje and
O.Horst. Germany Foundation for
International Development.
Devendra, C. 1977. Utilization of Feedingstuff
from Palm Oil. P.16. Malaysian
Agricultural Research and Development
Institute Serdang, Malaysia.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Gajah Mada University, Yogyakarta.

54

Parakkasi, A. 1995. Ilmu Makanan dan Ternak
Ruminan. UI Press, Jakarta.
Prayitno dan Darmoko. 1994. Prospek Industri
Bahan Baku Limbah Padat Kelapa Sawit
di Indonesia. Berita Pusat Penelitian
Kelapa Sawit Medan SUMUT.
Pulungan, H. 1989. Pertumbuhan Dan Perkembangan
Komponen Karkas Ditinjau Dari Bobot
Hidup Pada Domba Jantan Lokal. Balai
Penelitian Ternak, Bogor.
Pusat Pengembangan Investasi dan AMDAL,
1998. Kajian Pemanfaatan Komoditi
Limbah Kakao Untuk Pengembangan
Agroindustri Berwawasan Lingkungan.
Setiadi, B., I. Inounu. 1991. Beternak Kambing
Domba Sebagai Ternak Potong. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Bogor.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hasnudi, Yunilas, dan Freddy Marbun: Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan sebagai Pakan Tambahan…

Sosroamidjojo, S.M. dan Soeradji. 1978.
Perternakan Umum. Penerbit CV.
Yasaguna, Jakarta.

Venzinhet, A. and M. Frudhon. 1975. Evolution
of Various Adipose in Growing Rabbits
and Sheep. Anim. Prod.20: 363-370.

Statistik Perkebunan Indonesia, 1998. Luas
Areal dan Produksi Perkebunan di
Indonesia. Deptan Dirjenbun, Jakarta.

Wardojo. 1993. Agroindustri Sapi Potong. PT
Insanmitra Satya Mandiri, Jakarta.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi 1. Ilmu
Makanan Ternak. Fakultas Perternakan
IPB, Bogor.

Williamson, G. dan W.J.A Payne. 1993.
Pengantar Perternakan di Daerah
Tropis, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

55

Dokumen yang terkait

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

APLIKASI BIOTEKNOLOGI BAKTERI FOTOSINTETIK DALAM MENINGKATKAN MUTU GIZI BIJI KEDELAI

4 68 14

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember) An Evaluation on Management of Solid Waste, Based on the Results of SWOT analysis ( A Study on the Management of Solid Waste at Jember Regency)

4 28 1

PERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM MENGINFORMASIKAN TELKOMFLEXI MELALUI NEWSLETTER PADA KARYAWAN DI PT TELKOM Tbk DIVRE III BANDUNG

2 38 1

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP GAMBARAN DARAH PADA BROILER

12 105 39