1. Salib adalah Jalan Menuju Keselamatan - Makna Kebangkitan Yesus

MAKNA KEBANGKITAN YESUS

  

Oleh: Penyuluh Agama Katolik

Oliva Ulfrida Graice Runtu, SS

Pendahuluan

  Umat kristiani sedunia pada setiap tahunnya merayakan Paskah. Di pelbagai tempat di khusunya di Sulawesi Utara, di kota dan desa, orang menghias jalan dengan lilin-lilin bernyala yang menerangi kegelapan. Di bukit-bukit berdirilah salib Yesus yang menunjuk pada Yesus yang tersalib. Bagi umat katolik, peristiwa lilin bernyala, besar dan kecil, dinyatakan dalam perayaan resmi liturgi pada Hari Sabtu malam menjelang minggu paskah (Vigili Paskah). Semua ini mau mengatakan bahwa Yesus kini bangkit dan tetap menjadi terang bagi umat manusia, sebab Dia datang sebagai utusan Allah Bapa untuk menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. Perayaan ini adalah peristiwa iman yang menyentuh seluruh aspek hidup manusia bahkan eksistensi manusia itu sendiri sebab menyangkut keselamatan di akhirat. Layaklah seluruh umat manusia bersyukur atas peristiwa iman ini karena keselamatan terjadi untuk semua orang. Lebih khusus umat kristiani mensyukurinya sebab lebih memahami dan menghayati makna kebangkitan Yesus.

1. Salib adalah Jalan Menuju Keselamatan

  Yesus datang ke dunia untuk memberi kehidupan bagi manusia. Manusia hilang harapan karena ulah manusia sendiri. Banyak orang menghancurkan nasib dan masa depan sesamanya karena kesombongan dan egoisme. Tak mengherankan ada begitu banyak orang yang luka batin, frutrasi dan mati karena perbuatan sesamanya. Yesus datang untuk memberi kembali pengharapan, kekuatan dan kehidupan. Orang sakit disembuhkan, orang lumpuh berjalan lagi, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan. Kata-kata-Nya memberi kedamaian. Konsekuensi cara hidup ini ialah Yesus dibenci orang teristimewa orang- orang farisi dan ahli-ahli taurat. Mereka mencari jalan untuk membunuh Yesus. Nampak sekali kejahatan manusia. Mereka menciptakan tuduhan yang tidak benar sesuai kenyataan untuk menghancurkan hidup Yesus. Yesus tahu semua rencana buruk itu. Yesus bisa saja membatalkan setiap rencana jahat ini. Akan tetapi itu tidak diperbuat sebab Ia mau konsekuen dengan perutusan-Nya yaitu datang untuk menyelamatkan dan memberi kehidupan bagi setiap orang. Ia tak bersalah apapun sesuai kesaksian Pilatus, tapi rela memanggul salib agar dosa umat manusia dipulihkan. Manusia berdosa yang sebetulnya dihukum oleh Tuhan, kini mendapat pengampunan karena kerelaan Yesus untuk disalibkan dan dibunuh. Dengan begitu, bagi manusia salib adalah satu kebodohan tetapi bagi Allah, salib adalah jalan yang menghantar manusia menuju keselamatan. Yesus rela melakukan semua itu karena cinta-Nya bagi manusia. Bagi orang katolik, kematian Yesus dikenang dalam suatu perayaan liturgi pada hari Jumat sebelum minggu paskah. Hari jumat disebut juga “Jumat Agung”.

2. Kebangkitan Yesus

  Rasul Paulus mengatakan kalau Yesus tidak bangkit, maka sia-sialah iman kristiani (I Kor 15:14). Memang oleh kebangkitan Yesus, manusia beriman kristiani dapat mengerti kehadiran, pengajaran dan maksud terdalam dari karya-karya yang Yesus kerjakan bagi manusia. Tanpa kebangkitan, kehadiran Yesus bahkan seluruh karyaNya hilang makna religius. Yesus sendiri dalam pengajaranNya mengatakan bahwa Ia akan mati tetapi 3 hari kemudian Ia akan bangkit kembali (Luk 18:33). Kata- kata ini bukan isapan jempol belaka. Yesus sungguh bangkit seperti diceritakan oleh Maria Magdalena dan kesaksian para rasul (bdk.Yoh 20:1-9). Kebangkitan Yesus menunjukkan dua hal penting, yaitu: (a) Yesus berkuasa atas maut.

  Maut tidak menguasai Yesus. Ia bukan mati untuk selama-lamanya dan ini menunjukkan bahwa kuasa Allah Bapa ada dalam diri-Nya karena itu maut tak mampu menguasaiNya. Sewaktu Yesus masih aktif dalam sejarah dunia, Ia telah membuktikan bahwa kuasa Allah itu ada dalam diriNya. Ia bisa menyembuhkan orang, bahkan membangkitkan orang mati. Di depan orang Farisi, Yesus pernah menyembuhkan orang tetapi terlebih dahulu penyembuhan rohani. “Pulanglah sebab dosa-dosamu sudah diampuni” (Luk 5:20). Hal ini menimbulkan reaksi negatif dari kaum Farisi sebab bagi mereka hanyalah Allah yang berkuasa memberi pengampunan itu. Wajar saja reaksi itu. Tetapi hal ini desebabkan karena mereka tak mampu melihat hal sebenarnya yang hidup dalam diri Yesus. Mengapa? karena mereka lebih diliputi oleh kecemburuan. Orang yang hidup semata dengan perasaan tanpa disertai pertimbangan akal yang sehat, akan jatuh pada kecemburuan dan akhirnya terbawa emosi untuk lebih bersikap negatif. Kematian yang dialami Yesus dipikirkan oleh lawan-lawannya sebagai satu pemusnaan karya. Mereka menduga bahwa kematian Yesus merupakan suatu kesempatan bagi mereka untuk bertindak bebas karena kehadiran Yesus dilihat sebagai satu saingan. Mereka tidak melihat bahwa hidup-Nya dibawa lindungan Tuhan. Yesus sungguh berkenan di hati Allah Bapa sebab Ia selalu bertindak menurut kehendak Allah. Setiap perbuatan baik dilakukan Yesus bukan untuk mencari popularitas diri melainkan karena demikianlah kehendak Allah bagi-Nya. Itulah sebabnya Yesus berkenan di hati Allah. Sebagai bukti cinta Allah, Allah membangkitkan-Nya dari antara orang mati. Tindakan kebangkitan juga menunjukkan bahwa maut pun ada dibawa kuasa-Nya.

  (b) Yesus adalah Allah yang hidup Kebangkitan Yesus menunjukkan pula bahwa Yesus adalah Allah yang hidup. Kehidupan itu sudah diungkapkan Yesus sepanjang hidupnya dalam sejarah manusia, khususnya dalam setiap perjumpaan dengan mereka yang susah, miskin, sakit dan sebagainya. Dalam pengajaran- Nya, Ia berkata:”Akulah roti yang hidup. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya” (Yoh 6:51). Memang Yesus datang ke dunia ini untuk memberi kehidupan bagi manusia. Tanda- tanda kehidupan adalah: damai, cinta, sukacita dan lain-lain. Orang merasa bahagia karena ada damai dan sukacita di hati. Secara jasmani kita tidak bisa melihat, meraba dan memegang tubuh- Nya. Tetapi dengan mata iman kita percaya bahwa Ia hadir bersama kita bahkan melayani permohonan kita saat kita memohon bantuannya. Berapa banyak orang telah disembuhkan karena doa-doa kepada Yesus? Yesus dahulu dan sekarang adalah sama, yaitu Dia yang senantiasa melaksanakan apa yang dibutuhkan oleh manusia. Ia sudah mengatakan :”…dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka.” (Mat 18:20). Kehadiran-Nya selalu menghadirkan keselamatan.

3. Makna kebangkitan bagi manusia (a) Derita adalah salib bagi manusia.

  Kebangkitan Yesus menjelaskan makna suatu salib. Nah, hidup manusia tak akan pernah terlepas dari derita yang mengancam kehidupan. Derita itu disebabkan oleh ulah manusia. Setiap orang berkewajiban untuk menghilangkan derita itu dari kehidupan. Bahkan setiap orang berkewajiban untuk membantu sesamanya agar tidak tenggelam dalam penderitaan. Meskipun demikian, satu hal berada dalam penderitaan kiranya menyadari bahwa derita itu telah mengantar yang bersangkutan ambil bagian dalam salib Tuhan. Itu berarti dengan salib yang dipikul, kita sedang berjalan dalam tuntunan Tuhan untuk memperoleh keselamatan. Salib bukanlah suatu kebodohan melainkan jalan menuju keselamatan. Ini penting dihayati agar manusia yang menderita jangan pernah melihat derita sebagai sesuatu yang ada tanpa makna. Derita bukan semata-mata hukuman dari Allah.

  (b) Percaya akan kebangkitan Dengan kebangkitan Yesus, semestinya kita percaya bahwa kelak kita juga bangkit seperti Yesus (Yoh 6:44). Kematian adalah jalan menuju hidup yang kekal. Kebangkitan Yesus mau mengatakan kepada kita sekalian bahwa ada hidup kekal sesudah kematian. Di sana ada suatu dunia baru yang disiapkan Tuhan bagi setiap orang yang percaya dan berkenan padaNya. Yesus tetap hidup karena itu kita percaya bahwa kita juga akan bangkit dan hidup dalam dunia baru itu. Dunia itu tak sama dengan dunia sekarang yang penuh derita. (c) Hidup secara baru

  Yesus telah rela sengsara, wafat dan bangkit sebagai pemenang atas maut untuk menebus dosa manusia dan dengan demikian memperoleh kehidupan yang kekal. Namun kita harus memahami pula bahwa keselamatan itu tidak secara otomatis diberikan Allah bagi setiap orang. Keselamatan itu hanya diberikan Allah bagi mereka yang berkenan kepadanya. Yaitu mereka yang dalam hidupnya setia kepada Tuhan dan setia pula melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki. Paulus mengatakan :”buanglah ragi lama supaya kamu menjadi adonan yang baru” (I Kor 5:7) Setiap orang diminta untuk meninggalkan cara hidupnya yang lama dan mau mengenakan cara hidup yang baru seperti yang dipraktekkan oleh Yesus. Rahmat Tuhan, khususnya rahmat kebangkitan, tak akan berkarya dalam diri manusia, bila ia tetap mempertahankan manusia lamanya. Cara hidup baru yang dimaksudkan ialah hidup dalam kasih. Yesus rela menderita dan wafat di kayu salib karena ia mencintai manusia. Sesaat sebelum menderita, Ia juga mencuci kaki para rasul sebagai penegasan kembali atas seluruh ajarannya, yaitu saling melayani dalam semangat kasih. Kasih adalah dasar yang mengikat hidup manusia dengan Tuhan dan sesama. Tanpa kasih, kebangkitan yang dirayakan tak berarti apa-apa.

  Penutup Orang-orang Kristen sedunia bergembira saat merayakan Paskah.

  Mengapa? karena Yesus sungguh bangkit. Tetapi apakah perayaan paskah bermakna sejauh mengenangkan peristiwa kebangkitan Yesus?

  Kebangkitan bukan semata suatu kenangan tetapi kita menghayati, bahwa dengan kebangkitan Yesus, salib yang kita pikul dalam hidup bermakna positif untuk hidup kekal. Juga sebagai tanda bahwa Yesus tetap hidup dan menjadi sumber kehidupan kita. Justru karena Dia hidup, layak kita bersandar pada-Nya dalam suka maupun duka. Kebangkitan menunjukan pula bahwa hidup ini tidak sia-sia. Sesudah kematian, kita akan masuk dalam dunia baru yang Tuhan siapkan bagi orang yang berkenan pada-Nya, yaitu mereka yang dalam hidup senantiasa setia pada Allah. Dalam arti itu, agar kita bersatu dengan Tuhan juga dalam kebangkitan, kita harus bersikap sama seperti Kristus, yaitu hidup secara baru, hidup dalam kasih dan pelayanan.