BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Pasar Modal - Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Pengertian Pasar Modal

  Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana.

  Sebagai akibatnya, peminjam dan pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan dibandingkan jika pasar modal tidak ada (Jogiyanto, 2003: 11-12).

  Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian yang lebih spesifik tentang Pasar Modal yaitu “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Pasar modal memiliki peran sentral bagi perekonomian, bahkan maju tidaknya pasar modal di negara tersebut. Pasar modal telah tumbuh menjadi leading indicator bagi ekonomi suatu negara (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 1-2).

  Pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan.

  Perusahaan-perusahaan ini merupakan salah satu agen produksi yang secara nasional akan membentuk Gross Domestic Product (GDP) (Lubis, 2008: 10).

  Perkembangan terakhir pasar modal memperlihatkan bahwa para pemodal itu kebanyakan terdiri dari pengelola dana (fund manager) dari dana pensiun, kepentingan mereka ikut campur tangan di dalam kepengurusan perusahaan yang sahamnya mereka beli melalui pasar modal menjadi semakin tidak berarti. Mereka justru mau membeli saham dari perusahaan-perusahaan itu karena mereka percaya kepada pemimpin yang mengelola perusahaan sekarang ini

2.1.2. Saham

  Saham biasa (common stock) merupakan salah satu jenis efek yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal. Bahkan saat ini dengan semakin banyaknya emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek, perdagangan saham semakin marak dan menarik para investor untuk terjun dalam jual beli saham.

  Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila seorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai

  Pada dasarnya, ada 2 (dua) keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 6-7), yaitu:

  1. Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.

2. Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

  Fakhruddin dan Hadianto (2001: 9-10) menyatakan, saham dikenal dengan karakteristik high risk high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun, pemodal mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya: 1.

  Tidak mendapat dividen. Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan dan mendapat persetujuan dari pemegang saham (dalam RUPS) untuk membagikan dividen. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

  2. Capital loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada

2.1.3. Tingkat Keuntungan Saham (Return)

  Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat

  berupa return realisasi, yang sudah terjadi atau return ekspektasi (expected

  

return ), yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa

  mendatang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.

  

Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan tingkat keuntungan yang

  diharapkan (expected return) dan risiko di masa datang. Tingkat keuntungan yang diharapakan adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return yang diharapkan sifatnya belum terjadi (Jogiyanto, 2003: 109). pembagian return saham (Ambarwati, 2009), yaitu: 1.

  Pola Intraday (Time of The Day). Pola ini mengacu pada perilaku return saham dari waktu ke waktu dalam satu hari (time of the day), yaitu return saham secara sistematis akan lebih tinggi atau lebih rendah pada waktu-waktu tertentu dalam satu hari perdagangan.

  2. Pola Harian (Day of the Week). Pola ini mengacu pada perilaku return saham dari hari ke hari dalam satu minggu, yaitu return saham secara sistematis akan lebih tinggi atau lebih rendah pada hari-hari tertentu dalam satu minggu.

3. Holiday effect. Pola ini Menunjukkan adanya peningkatan return saham pada

4. Turn of the Month. Pola ini menunjukkan adanya perbedaan (kenaikan) return saham pada hari-hari sebelum dan sesudah pergantian bulan.

  5. Pola Bulanan (Month of The Year). Pola ini mengacu pada perilaku return saham setiap bulannya pada satu tahun, yaitu return saham secara sistematis akan lebih tinggi atau lebih rendah pada bulan-bulan tertentu dalam satu tahun.

2.1.4. Definisi Pasar Efisien

  Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama (1970) (Gumanti dan Utami, 2002). Dalam konteks ini yang dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (capital market) dan pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau “stock prices reflect all available

  information ”.

  Pasar yang efisien adalah suatu pasar di mana nilai setiap waktu yang secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia, yang mengakibatkan harga pasar dan nilai intrinsik sama. Efisien tidaknya suatu pasar sangat tergantung pada seberapa cepat dampak suatu informasi yang dicerminkan dari harga surat-surat berharga. Segala informasi yang berkaitan dengan surat berharga diterima pasar secara random. Informasi akan dicerminkan dari surat- kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang besar (Keown et.al, 2008 : 17- 18).

  Anoraga dan Pakarti (2006: 84) menyatakan pasar modal yang efisien dapat ditarik asumsi sebagai berikut:

  1. Harga saham secara lengkap menggambarkan semua informasi yang tersedia.

  2. Investor akan menginterpretasikan dengan benar atas informasi yang tersedia.

  3. Pialang tidak dapat beroperasi pada skala yang cukup untuk mempengaruhi harga.

2.1.5. Bentuk Pasar Efisien

  Fama (1970) (dalam Jogiyanto, 2003: 370) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut ini: 1.

  Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form).

  Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi-strong form).

  Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly

  

available information ) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan

  keuangan perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa sebagai berikut ini: a.

  Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate event). Misalnya adalah pengumuman laba, dividen, produk baru, merger dan akuisisi, pergantian pemimpin dan lain sebagainya.

  b.

  Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut. Misalnya adalah regulasi untuk meningkatkan kebutuhan cadangan (reserved requirement) yang harus dipenuhi oleh semua bank-bank.

  c.

  Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten. Contoh dari regulasi ini adalah peraturan akuntansi untuk mencantumkan laporan arus kas yang harus dilakukan oleh

  Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama.

3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)

  Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.

   Anomali Pasar Anomali disini adalah salah satu bentuk dari fenomena yang ada di pasar.

  Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return. Dengan kata lain seorang investor dimungkinkan untuk memperoleh abnormal return dengan mengandalkan suatu peristiwa tertentu. Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada

  Dari berbagai penelitian yang dilakukan diidentifikasi adanya penyimpangan terhadap konsep pasar efisien yang sering disebut anomali pasar, karena faktor penyebabnya sulit dijelaskan dengan tepat. Anomali ini sering diartikan sebagai an exception to a rule or a model (Alteza, 2007).

  Levi (1996) (dalam Gumanti dan Utami, 2002) mengklasifikasikan anomali pasar tersebut menjadi empat yaitu, anomali perusahaan (firm anomaly), anomali musiman (seasonal anomaly), anomali peristiwa (event anomaly), anomali akuntansi (accounting anomaly).

2.1.6.1. Day of The Week Effect

  Iramani dan Mahdi (2006) menyatakan pengaruh hari perdagangan terhadap return saham merupakan fenomena yang menarik untuk diperhatikan. efisien menyatakan bahwa return saham tidak berbeda pada setiap hari perdagangan. Namun fenomena day of the week effect, menyatakan bahwa terdapat perbedaan return untuk masing-masing hari perdagangan dalam satu minggu. Dimana pada hari Senin cenderung menghasilkan return yang negatif.

  Lakonishok dan Maberly (1990) (dalam Supriyono dan Wibowo, 2008) menyatakan bahwa aktivitas perdagangan saham berubah dari hari ke hari.

  Perubahan ini disebabkan oleh perubahan perilaku investor dalam melakukan aktivitas perdagangan di bursa. Indikator-indokator aktivitas perdagangan di bursa misalnya banyaknya transaksi dan volume perdagangan berpengaruh secara

2.1.6.2. Week-four Effect

  Wang, et.al (1997) (dalam Rita, 2009) meneliti berbagai indeks return saham (NYSE-AMEX, S&P composite index, Nasdaq) dengan periode penelitian 1962-1993. Hasilnya bahwa Monday effect terjadi hanya pada Senin minggu keempat dan kelima, sedangkan return Senin pada minggu pertama sampai ketiga secara statistik tidak berbeda dengan nol.

  Sun dan Tong (2002) (dalam Alteza, 2007) menemukan apabila return Senin yang negatif secara aktual terkonsentrasi pada minggu keempat setiap bulan antara tanggal 18-26. Fenomena ini kemudian disebut dengan week-four effect.

  Hasil ini menurut mereka antara lain disebabkan keberadaan investor individual yang jumlahnya cukup banyak di pasar modal Amerika. Jenis investor ini umumnya akan meningkatkan aktivitas perdagangannya pada minggu keempat bulanan di akhir bulan. Oleh karena itu investor individu cenderung membeli saham pada pergantian bulan dan melikuidasinya mendekati akhir bulan. Alasan inilah yang menjelaskan return yang rendah pada periode minggu keempat dan kelima.

2.1.7. Indeks LQ-45

  Berdasarkan Indonesia Stock Exchange (2010) indeks LQ-45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas (liquid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten

  Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997, ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan pasar dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas. Sehingga kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ-45 adalah mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

  1. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia minimal 3 bulan.

  2. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi.

  3. Jumlah hari perdagangan di pasar reguler.

  4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.

  5. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di tersebut.

  Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja emiten-emiten yang masuk dalam perhitungan indeks LQ-45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.

2.2. Penelitian Terdahulu

  Beberapa penelitian tentang day of the week effect dan week-four effect

1. Iramani dan Mahdi (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Studi Tentang

  Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham pada BEJ”. Periode penelitian dilakukan pada Januari 2005 sampai Desember 2005 dengan jumlah sampel 38 saham yang masuk LQ-45 selama Januari 2005 - Desember 2005. Alat analisis yang digunakan meliputi ANOVA, Uji Satu Rata-rata dan Uji Dua Rata-rata Sampel Bebas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham harian pada Bursa Efek Jakarta tahun 2005. Hal ini membuktikan bahwa terjadi fenomena day of

  

the week effect di Bursa Efek Jakarta, dimana return terendah terjadi pada hari

  Senin dan return tertinggi terjadi pada hari Selasa. Hasil empiris ini juga memberikan bukti bahwa terjadi Monday effect pada Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005. Fenomena week-four effect dimana return negatif signifikan 2.

  Rita (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Pengujian Day of the Week Effect, Week-Four Effect dan Rogalski Effect di BEI”. Periode penelitian dilakukan pada Januari 2008 sampai Desember 2008. Jumlah sampel 56 saham yang termasuk kategori LQ- 45 selama tahun 2008. Alat analisis yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis, uji Spearman, dan Wilcoxon test. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hari perdagangan memiliki pengaruh terhadap return saham harian, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara rata-rata

  return selama 5 hari perdagangan di bursa sedangkan week-four effect tidak

  3. Ambarwati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengujian Week-four, Monday , Friday dan Earnings Management Effect Terhadap Return Saham”.

  Periode penelitian dilakukan pada Februari 2006 sampai Januari 2007. Jumlah sampel yang digunakan adalah 37 sampel dengan teknik purposive sampling.

  Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda tanpa

  intercept (multiple regression through origin) dan uji t. Hasil penelitian ini

  menunjukkan bahwa hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham harian di BEI pada perusahaan LQ-45 dan fenomena week-four effect tidak berhasil diidentifikasikan.

  4. Supriyono dan Wibowo (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Pengujian Week-Four Effect di Bursa Efek Jakarta”. Periode penelitian ini dilakukan pada Januari 2006 adalah uji F-test dan uji t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh hari perdagangan terhadap return harian di Bursa Efek Jakarta, tidak terjadi fenomena Monday effect yang disebabkan fenomena minggu keempat dan kelima.

  5. Aly, Median dan Perry (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “An Analysis of Day of the Week Effects in the Egyptian Stock Market”. Periode penelitian ini dilakukan pada 26 April 1998 sampai 6 Juni 2001. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chow dan uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan return hari

  

return minggu terakhir dalam 1 bulan lebih rendah dari minggu sebelumnya

tetapi tidak signifikan.

2.3. Kerangka Konseptual

  Iramani dan Mahdi (2006) menyatakan pada teori pasar efisien menyatakan bahwa return saham tidak berbeda pada setiap hari perdagangan.

  Namun fenomena day of the week effect, menyatakan bahwa terdapat perbedaan return untuk masing-masing hari perdagangan dalam satu minggu.

  Wang, et.al (1997) (dalam Rita, 2009) meneliti berbagai indeks return saham (NYSE-AMEX, S&P composite index, Nasdaq) dengan periode penelitian 1962-1993. Hasilnya bahwa Monday effect terjadi hanya pada Senin minggu keempat dan kelima, sedangkan return Senin pada minggu pertama sampai ketiga

  Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return realisasi

  (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis (Jogiyanto, 2003: 109).

  Berdasarkan uraian teoritis dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun kerangka konseptual yang menggambarkan pengaruh hari perdagangan terhadap

  return saham LQ-45 seperti pada Gambar 2.1

  Day of The Week Day of The Week Effect Effect Return Saham Week-four effect

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis

  Berdasarkan latar belakang, uraian teoritis dan penelitan terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

  1. Terdapat pengaruh hari perdagangan (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at) secara signifikan terhadap return saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

  2. Terdapat pengaruh hari Senin minggu keempat dan kelima terhadap return saham LQ-45 hari Senin yang terendah.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia

5 90 97

Analisis Anomali Pasar Hari Perdagangan Pada Return Saham Di Bursa Efek Indonesia

1 43 91

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pasar Modal - Pengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham - Pengaruh Right Issue Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan Return Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham 2.1.1.1 Pengertian Saham - Pengaruh Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2009-2013).

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.1.1. Pengertian Pasar Modal - Analisis Tingkat Pemahaman Mahasiswa Terhadap Pasar Modal di Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Perdagangan Internasional - Pengaruh MEA 2015 Terhadap Integrasi Ekonomi pada Sistem Perdagangan di Indonesia

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal - Analisis Monday Effect dan Rogalski Effect Terhadap Return Saham Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2013

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1Right Issue 2.1.1.1 Pengertian Right Issue - Pengaruh Right Issue Tehadap Return Saham dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10