Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Purbalingga Tahun 2012

BAB SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN

  5 5.1. PETUNJUK UMUM Safeguard dan lingkungan bersifat umum dan fleksibel atau dapat disesuaikan dengan

kondisi riel yang dihadapi. Materi yang diuraikan dapat menjelaskan kondisi saat ini dan

permasalahannya serta rencana pencapaian yang akan dilaksanakan, termasuk berbagai program

dan kebutuhan investasi dalam memenuhi tujuan pembangunan Kabupaten Purbalingga dalam

jangka menengah.

  Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan

kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam

lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah

air limbah permukiman (municipal waste water) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah

tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman

serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).

Air limbah permukiman perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak, seperti: mencemari air

permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit, antara lain: diare,

thypus, kolera dan lain-lain.

5.1.1 Prinsip Dasar Safeguard

  Prinsip dasar Safeguard Sosial dan Lingkungan dalam penyusunan RPIJM Kabupaten Purbalingga meliputi: a. Semua pihak terkait di Kabupaten Purbalingga wajib memahami, menyepakati, dan melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial. Bupati

  Purbalingga secara formal perlu menyepakati isi kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial yang disusun. Kerangka safeguard perlu disepakati dan dilaksanakan bersama oleh stakeholder Kabupaten Purbalingga yang bersangkutan, tidak hanya dari pemerintah daerah, namun dari DPRD, LSM, perguruan tinggi dan masyarakat.

  

b. Pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif, diperlukan penguatan

kapasitas lembaga pelaksana. Fokus penguatan kapasitas mencakup kemampuan fasilitasi, penciptaan wadah multi stakeholder dan pengetahuan teknis dari pihak-pihak terkait.

  

c. Rancangan kerangka safeguard disusun secara sederhana agar mudah dimengerti dan jelas

kaitannya dengan tahap-tahap investasi dan dapat dilaksanakan sesuai prinsip dalam kerangka pekerjaan.

  

d. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi infrastruktur

tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Apabila terjadi dampak negatif maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif, baik pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaannya.

  

e. RPIJM diharapkan tidak membiayai kegiatan investasi karena kondisi lokal tertentu yang

tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan masyarakat yang potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau warga terasing dan rentan atau warga yang terkena dampak pemindahan secara memadai.

Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan

f. tahap-tahap sebagai berikut: Identifikasi, penyaringan dan pengelompokan (kategorisasi) dampak. -

  Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan. Pada saat yang - sama, juga perlu didiseminasikan dan didiskusikan dampak dan alternatif rencana tindak penanganannya.

  • Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak
  • Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proses safeguard Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints) yang cepat - dan efektif.

  

g. Setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang berkaitan dengan kerangka

safeguard harus clikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas, terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak. Sasaran yang perlu diprioritaskan adalah warga yang terkena dampak, harus mendapatkan kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif atau tidak diinginkan oleh masyarakat.

5.1.2 Kerangka Safeguard

  Karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur, kerangka safeguard RPIJM Infrastruktur Bidang PU/ Cipta Karya terdiri dari : a. Safeguard Lingkungan Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu Kabupaten Purbalingga untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau PAP; b. Safeguard Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali.

  Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu Kabupaten Purbalingga untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam pananganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak pemindahan atau DP;

5.2. SAFEGUARD LINGKUNGAN 5.2.1. Prinsip Dasar

  Seluruh program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip berikut:

  

1. Penilaian lingkungan (environtment assessment) dan rencana mitigasi dampak sub proyek,

dirumuskan dalam bentuk :

 Analisis Mengenai Dampak lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak Lingkungan

– ANDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan-RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan-RPL);  Upaya pengelolaan lingkungan

  • –UKL dan upaya pemantauan lingkungan-UPL; atau

   Standar Operasi Baku-SOP  Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

  

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan Format AMDAL atau UKL/UPL

merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub proyek;

  

3. Sejauh mungkin, sub proyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negative terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negative yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus dilengkapi dengan AMDAL;

  

4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta karya tidak dapat dipergunakan

mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negative terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Di samping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau pengunaan:  Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau;  Asbes. Bahan-bahan yang mengandung unsure asbes;  Bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun dan berbahaya). Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang termasuk dalam kategori b3 menurut hokum yang berlaku di Indonesia;  Pestisida, herbisida dan insektisida. RPIJM tidak diperuntukan mambiayai kegiatan yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida dan insektisida.  Pembangunan bendungan. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun.

   Kekayaan budaya RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sacral atau memiliki nilai spiritual, dan  Penebangan kayu. RPIJM bidang infrastruktur Pu/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang

terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.

5.2.2. Landasan Hukum

  Panduan kerangka safeguard lingkungan dan sosial dalam USDRP dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku antara lain:

  

1. Undang-undang (UU) No. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan, pasal 5 (1) mengenai

rencana kegiatan atau pekerjaan yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak lingkungan besar dan signifikan harus dilengkapi dengan AMDAL.

2. Peraturan Pemerintah (PP) No.27/1997 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

  pasal 5 (1), AMDAL diperlukan jika proyek tersebut : (i) mempengaruhi sejumlah besar orang, wilayah dan komponen lingkungan; (ii) menimbulkan dampak yang berlangsung kuat, lama, komulatif dan tidak dapat dipulihkan kembali (irreversible);

  

3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1999 Pasal 5 (1) kriteria mengenai dampak besar dan penting

suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain jumlah manusia yang terkena dampak, luas wilayah persebaran dampak, intensitas dan lamanya dampak berlangsung, banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, dan berbalik (revesible) atau tidak berbaliknya dampak. Pasal 11 (1) tentang AMDAL menyatakan bahwa Komisi AMDAL Pusat berwenang menilai hasil AMDAL bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi unsure-unsur strategis nasional dan/atau berkaitan dengan ketahanan nasional dengan dampak mencakup lebih dari propinsi, terletak di wilayah konflik dengan negara lain, terletak di perairan laut, dan/atau lokasinya mencakup wilayah hokum Negara lain. Pasal 11 (2) menyatakan Komisi AMDAL daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) berwenang menilai AMDAL bagi jenis-jenis usaha dan/atau kegiatan yang berada di luar criteria di atas;

  

4. Sesuai PP 27/1999 tentang AMDAL pasal 33 (3), dalam waktu 30 hari setelah pengumuman

proyek, pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk warga yang terkena dampak, LSM setempat, dan pihak lainnya, dapat menyampaikan tanggapan, saran dan keluhan kepada Pemrakarsa kegiatan;

  

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17/2001, tanggal 22 Mei 2001 tentang Jenis

5.

  Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

  

6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 tahun 2000 tentang

pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);

  

7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.17/KPTS/2003, tanggal 3 Februari

2003, tentang penetapan jenis Usaha dan/atau kegiatan bidang permukiman dan Prasarana Wilayah yang wajib dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); dan

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.86/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan UKL/UPL.

5.2.3. Prosedur Safeguard Lingkungan

  Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari beberapa kegiatan utama, yakni: pentapisan awal

sub proyek sesuai dengan kriteria sesuai dengan persyaratan safeguard, evaluasi dampak

lingkungan; pengklasifikasian /kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang diusulkan

perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan

pemantauan pelaksanaan.

Tabel 5.1 Kategori Sub proyek menurut Dampak Lingkungan

  Kategori Dampak Persyaratan pemerintah

  A Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan ANDAL dan RKL/RPL yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

  B Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, UKL/UPL mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan

  C Sub proyek yang tidak memilii komponen konstruksi Tidak diperlukan ANDAL dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan atau UKL/UPL air. Catatan: ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan RPL : Recana Pemantauan Lingkungan UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan 5.2.4.

   Kerangka Kelembagaan Safeguard Lingkungan Pemrakarsa kegiatan Pemrakarsa kegiatan adalah perumus dan pelaksana RPIJM di Kabupaten Purbalingga. Pemrakarsa kegiatan bertanggung jawab untuk melaksanakan:

  1. Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL, melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya. Bila diperlukan Bappeda dapat membantu pemrakarsa kegiatan dalam melaksanakan pemantauan;

2. Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau PAP dalam forum stakeholder, baik pada saat perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL.

  Sebelum kegiatan konsultasi dilakukan, pemrakarsa kegiatan perlu menyediakan semua bahan yang relevan sekurang-kurangnya 3(tiga) hari sebelum kegiatan dilakukan yang setidaknya mencakup ringkasan tujuan kegiatan, rincian kegiatan, dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Hasil konsultasi dalam forum stakeholder tersebut harus dicatat sebagai bagian dari laporan ANDAL. Di samping itu, kegiatan konsultasi dengan PAP bila perlu juga dilakukan selama pelaksanaan sub proyek;

  

3. Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya Bappedalda, Bupati/Walikota;

Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada publikdalam

  4. waktu yang tidak terbatas; dan

  5. Penanganan keluhan publik secara transparan. Perlu dikembangkan prosedur penyampaian keluhan publik yang trasparan. Keluhan harus dijawab sebelum tahap pelelangan kegiatan dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstruksi, selama konstruksi dan/atau operasi kegiatan perlu diselesaikan secara musyawarah antara pemrakarsa kegiatan dengan pihak- pihak yang mengajukan keluhan.  Badan Lingkungan Hidup

  1. Menurut SK Menteri Negara Lingkungan hidup no. 86/2009, BLH atau Dinas/Instansi yang berkecimpung dalam masalah lingkungan hidup, bertanggung jawab untuk mnegkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan;

  2. Dalam pelaksanaan RPIJM, BLH juga bertanggung jawab untuk melakukan supervise

pelaksanaan RKL/RPL serta melakukan pemantauan terhadap lingkungan secara umum

BLH juga merupakan anggota tetap Komisi AMDAL.

  3.  Komisi AMDAL Komisi AMDAL adalah badan yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan;

  1. Kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan;

  2. Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Walikota yang bersangkutan (sesuai dengan PP No. 27/1999 mengenai AMDAL, pasal 8, dalam RPIJM yang dimaksudkan sebagai Komisi AMDAL adalah Komisi AMDAL tingkat Kota) 5.3.

   SAFEGUARD PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI 5.3.1. Prinsip Dasar Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali Pengadaan tanah dan pemukiman kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di

atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/ masyarakat selama lebih

dari satu tahun.

  Prinsip utama dalam pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus

dilakukan untuk meningkatkan atau sedikitnya memperbaiki pendapatan dan standar kehidupan

masyarakat yang terkena dampak akibat pengadaan tanah.

  Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land acquaisition and resettlement (LARAP)

untuk kegiatan RPIJM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Purbalingga mengacu pada prinsip-prinsip

sebagai berikut: Transparan,

1. Kegiatan investasi di bidang keciptakaryaan diinformasikan secara transparan kepada semua pihak yang terkena dampak.

  2. Partisipatif, Warga yang berpotensi terkena dampak (WTD) harus terlibat dalam seluruh tahapan perencanaan kegiatan.

  3. Adil, Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan WTD dan masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai sesuai kesepakatan. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan atau jika memungkinkan secara sukarela menghibahkan sebagian tanahnya untuk kegiatan.

Gambar 5.1 Mekanisme Pelaksanaan Proses Keterlibatan Masyarakat dalam AMDAL

  Keterlibatan Masyarakat

  Proses AMDAL

  MULAI PENGUMUMAN PENAPISAN KONSULTASI PELINGKUPAN MASYARAKAT

  Kesepakatan

  KA-ANDAL

  Penyusunan ANDAL, RKL &

  PARTISIPASI

  RPL

  MASYARAKAT (melalui Wakil-nya)

  Keputusan Kelayakan Atas ANDAL, RKL &

  RPL SELESAI

  Di Kabupaten Purbalingga pengadaan tanah untuk pemukiman kembali masyarakat pernah

dilakukan, untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan WTD telah dilakukan studi LARAP,

sehingga masyarakat yang terkena dampak tersebut dapat diketahui partipasinya untuk dilakukan

relokasi pada lokasi yang lebih baik dan aman. Pengadaan tanah untuk kasus ini dilakukan segera

dan cepat karena warga/masyarakat harus segera dimukimkan kembali. Untuk mempercepat

relokasi yang menjadi pertimbagan adalah relokasi di tanah milik Pemkot yang merupakan aset

kota/pemerintah kota sehingga proses relokasi dapat lebih cepat dengan mempertimbangkan

  

aksesibilitas mendekati sama dengan keadaan sebelumnya, dengan harapan WTD tidak mengalami

kerugian fisik maupun non fisik yang berkepanjangan.

  Kompensasi atas tanah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam merelokasi

masyarakat yang terkena dampak proses kompensasi tanah dilakukan seiring dalam pelaksanaan

relokasi warga setelah ada kesepakatan awal. Proses pengadaan tanah ini dilakukan sesuai prosedur

administrasi pertanahan serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi rencana

proyek dengan memperhatikan aspirasi yang disampaikan baik melalui kuesioner maupun

pertemuan-pertemuan dengan warga dengan didamping kelurahan setempat.

  Selain dilakukan kompensasi dalam pengadaan tanah, tidak menutup kemungkinan

masyarakat juga ikut berperan dalam pengadaan tanah berupa hibah atau mengizinkan lokasi

tanahnya dilewati sarana dan prasarana investasi bidang keciptakaryaan, seperti: rela tanahnya

dilewati jaringan perpipaan, saluran dan lain-lain. Tetapi pada prinsipnya tidak saling merugikan

bahkan saling menguntungkan, seperti: ada peningkatan nilai jual obyek pajak (NJOP) pada lokasi

yang sebelumnya tidak dilewati akses jalan, kawasan tergenang/ banjir menjadi berkurang luas

areanya.

5.3.2. Prosedur Safeguard Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

  Panduan kerangka safeguard pembebasan tanah dan permukiman kembali dirumuskan

berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku, antara lin sesuai dengan Keputusan Presiden

No.55/1993 tentang pembebasan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan permukiman kembali terdiri dari

beberapa kegiatan utama yang meliputi : pentapisan awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah

kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan permukiman kembali

atau tidak; pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan permukiman kembali dari

sub proyek yang diusulkan sesuai tabel; perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan

hibah sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan

Permukiman Kembali atau (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK

Gubernur/Bupati.

  Pembebasan tanah (dan permukiman kembali) yang telah selesai dilaksanakan sebelum

usulan sub proyek disampaikan, harus diperiksa kembali (recheck) dengan tracer study. Tracer study

ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar

yang berlaku, tidak mengakibatkan kondisi kehidupan DP mejadi lebih buruk, dan mekanisme

penanganan keluhan dilaksanakan dengan baik.

  

Tabel 5.2.

Kategori Sub proyek Menurut Dampak kegiatan Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

  Kategori Dampak Persyaratan

  A Sub proyek tidak melibatkan kegiatan pembebasan tanah

  1 Sub proyek seluruhnya menempati tanah Surat pernyataan dari pemrakarsa negara kegiatan

  2 Sub proyek seluruhnya atau sebagian Laporan yang disusun oleh pemrakarsa meempati tanah yang telah dihibahkan kegiatan secara sukarela

  B Pembebasan tanah secara sukarela: Surat Persetujuan yang disepakati dan Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif ditandatangai bersama antara yang dihi pemrakarsa kegiatna dan warga yang bahkan ≤ 10% dan memotong < bidang lahn sejarak 1,5 m dari batas kavling menghibahkan tanahnya dengan atau < garis sepadan bangunan, dan sukarela bangunan atau sset tidak bergetak lainnya yang dihibahkan senilai ≤ Rp. 1 Juta.

  C Pembebasan tanah berdampak pada < 200 RTPTPK sederhana orang atau 40 KK atau ≤ 10% dari sset produktif atau melibatkan pemindahan warga sementara selama masa konstruksi

  D Pembeba RTPTPK menyeluruh san tanah berdampak pada ≥ 200 orang atau memindahkan warga > 100 orang

   Sumber : Dinas PU/Cipta Karya, 2007 5.4.

   JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI DENGAN AMDAL 1. Bidang Pertahanan dan Keamanan

Tabel 5.3 Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Pertahanan dan Keamanan

  No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus

  1 Pembangunan Semua Besaran  Beresiko terjadinya ledakan saat perjalanan Gudang Munisi Pusat dan saat penyimpanan yang membahayakan dan Daerah penduduk walaupun sudah memiliki standar operating procedur (SOP) penanganan bahan peledak

  2 Pembangunan Kelas A dan B  Kegiatan pengerukan dan reklamasi Pangkalan TNI AL berpotensi mengubah ekosistem laut dan pantai

   Kegiatan pangkalan berpotensi menyebabkan dampak akibat limbah cair, dan sampah padat,

  3 Pembangunan Kelas A dan B  Kegiatan pangkalan berpotensi menyebabkan Pangkalan TNI AU dampak akibat limbah cair, sampah padat, dan kebisingan pesawat.

  4 Pembanguanan Luas >= 10.000  Bangunan pangkalan dan fasilitas pendukung, Pusat Latihan ha termasuk daerah penyangga, tertutup bagi Tempur masyarakat.

   Kegiatan latihan tempur berpotensi menyebabkan dampak akibat limbah cair, sampah padat, dan kebisingan akibat ledakan.

  5 Pembangunan Luas >= 10.000  Bangunan pangkalan dan fasilitas pendukung, Lapangan Tembak ha termasuk daerah penyangga, tertutup bagi

  TNI AD, TNI AL, TNI masyarakat. AU, dan Polri

   Kegiatan penyiapan lahan (land clearing) di area yang cukup luas untuk pangkalan, landasan pacuan, dn bangunan penyangga menyebabkan perubahan ekosistem  Kegiatan latian berpotensi menyebabkan kebisingan 2.

   Bidang Pertanian Tabel 5.4 Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Pertanian No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus

  1 Budidaya tanaman pangan dan Luas >=2.000 ha Lihat penjelasan diatas hortikultura semusim dengan atau danpa unit pengolahannya

  2 Budidaya tanaman pangan dan Luas >=5.000 ha Lihat penjelasan diatas holtikultura tahunan dengan atau tanpa unit pengelolaannya

  3 Budidaya tanaman perkebunan Luas >=3.000 ha Lihat penjelasan diatas semusim dengan atau tanpa semua besaran unit pengolahannya :

  Dalam kawasan budidaya - non kehutanan Dalam kawasan budidaya - kehutanan

  4 Budidaya tanaman perkebunan Luas >= 3.000 ha Lihat penjelasan diatas tahunan dengan atau tanpa semua besaran unit pengolahannya:

  Dalam kawasan budidaya - non kehutanan Dalam kawasan budidaya - kehutanan

  3. Bidang Perikanan Tabel 5.5 Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Perikanan No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus

  1 Budaya tambak udang / ikan Luas >=50 ha  Rusaknyaekosistem mangrove yang dengan atau tanpa unit menjadi tempat pemijahan dan pengolahannya pertumbuhan ikan (nursery areas) akan mempengaruhi tingkat produktifitas daerah setempat.

   Beberapa komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah: kandungan bahan organik, perubahan BOD, COD, DO, kecerahan air, jumlah phytoptankton maupun penigkatan virus dan bakteri.

  No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus

   Berpotensi menimbulkan konflik sosial.

  2 Usaha budidaya perikanan  Perudahan kualitas perairan terapung (jarring apung dan  Pengaruh perubahan arus dan system): penggunaan ruang perairan.

  Di air tawar (danau)

  a. >=2,5 ha  Pengaruh terhadap estetika perairan Luas atau jumlah >=500 unit -

  b. Di air laut >=2,5 ha Luas atau jumlah >=1000 unit -

  3 Rencana pembangunan  Berpotensi menimbulkan dampak prasarana perikanan yang berupa: berbentuk pelabuhan

  Penurunan kualitas air, penurunan perikanan yang berbentuk stabilitas garis pantai, potensi konflik pelabuhan perikanan yang sosial, pergeseran pola penyakit, dan terletak di luar daerah dampak potensi limbah cair dan lingkungan kerja pelabuhan padat yang dihasilkan. umum dan memenuhi criteria sebagai berikut:

  • Panjang dermaga >=300 m

  Atau mempunyai >=10 ha - kaawasan industri perikanan dengan luas Kedalaman - >= -4 m LWS perairan di dermaga 4.

   Bidang Kesehatan Tabel 5.6 Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Kesehatan No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus

  1 Pembangunan Rumah Sakit Kelas A dan B Berpotensi menimbulkan dampak atau yang setara penting dalam bentuk limbah B3/ radioaktif dan potensi penularan penyakit

  5. Bidang Perhubungan Tabel 5.7 Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Perhubungan No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus

  1 Pembangunan jaringan jalan >=25 km  Berpotensi menimbulkan dampak kereta api berupa emisi, gangguan lalu lintas,

  • Panjang kebisingan, getaran, gangguan pandangan, ekologi dan dampak sosial.

  2 Pembangunan Stasiun Kereta Stasiun kelas  Berpotensi menimbulkan dampak Api besar dan / atau berupa emisi, gangguan lalu lintas, kelas 1 aksesbilitas transportasi, kebisingan,

  No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus

  getaran, gangguan pandangan, ekologi, dampak sosial dan keamanan disekitar kegiatan serta area yang sangat luas.

  3 Kontruksi bangunan jalan rel di Semua besaran  Berpotensi menimbulkan dampak bawah permukaan tanah berupa perubahan kestabilan lahan (land subsidence), air tanah serta gangguan berupa dampak terhadap emisi, lalu lintas, kebisingan, getaran, gangguan pandangan, gangguan jaringan prasarana sosial (gas, listrik, air minum, telekomunikasi) dan dampak sosial di sekitar kegiatan tersebut.

  4 Pembangunan Bandar udara Semua bessaran  Termasuk kegiatan yang berteknologi baru beserta fasilitasnya ( kelas I s.d V) tinggi, harus memperhatikan beserta hasil ketentuan-keselamatan penerbangan studi rencana dan terikat dengan konvensi induk yang telah internasional. disetujui.

   Berpotensi menimbulkan dampak berupa kebisingan , getaran, dampak sosial, keamanan Negara, emisi dan kemungkinan bangkitan transportasi baik dara dan udara.

  5 Pengembangan Bandar udara Klas I,

  II,

  III  Termasuk kegiatan teknologi tinggi, beserta fasilitasnya berdasarkan harus memenuhi aturan keselamatan rencana penerbangan dan terikat dengan pengembangan konvensi internasional. (rencana induk,

   Brpotensi menimbulkan dampak rencana tata kebisingan, getaran , dampak sosial, letak, dll) keamnan Negara emisi dan kemungkinan bangkitan transpirtasi baik darat dan udara.

  6 Perluasan Bandar udara  Termasuk kegiatan yang berteknologi beserta / atau fasilitasnya: tinggi, hingga harus mematuhi

  Pemindahan - aturan keselamat penerbangan dan penduduk >= 200 KK terikat dengan konvensi

  • Atau pembebasan >=100 ha internasional.

  lahan  Berpotensi menimbulkan dampak Reklamasi pantai: kebisingan, getaran dampak sosial,

  • Luas >= 25 ha kemanan Negara, emisi dan

  Atau volume urugan >=100.000 m³ - kemungkinan bangkitan transportasi

  Pemotongan bukit dan >= 500.000 m³ baik darat dan udara. pengurugan lahan volume

  6. Bidang perindustrian Tabel 5.8 Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Perindustrian No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus

  1 Industri semen (yang dibuat Semua besaran Industri semen dengan proses kliner melalui produksi klinker) adalah industri semen yang kegiatannnya bersatu dengan kegiatan pembangan, dimana terdapat proses penyiapan bahan baku, penggilingan bahan baku (raw mill process), penggilingan batubara(coal mill) serta proses pembakaran dan pendinginan kliner (Rotary Kiln and Clinker Coller). Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh:  Penggunaan lahan yang luas  Kebutuhan air cukup besar (3,5 ton semen membutuhkan 1 ton air).  Kebutuhan energy yang cukup besar baik tenaga listrik (110

  • – 140
  • – Kwh/ton) dan tenaga panas (800 900 Kcal/ton).

   Tenaga kerja besar (± 1 -2 TK/3000 ton produk).  Potensi berbagai jenis limbah: padat

  (tailing), debu (CaO, Sio2, Al2O3, FeO2) dengan radius 2-3 km, limbah cair (sisa cooling mengandung minyak lubrikasi/lumas), limbah gas (CO2, Sox, NOx) dari pembakaran energy batubara, minyak, dan gas.

  2 Industri pulp atau industri Semua besaran Proses pembuatan pulp meliputi kertas yang terintegrasi kegiatan penyiapan bahan baku, dengan industri pulp (tidak pemasakan serpihan kayu, pencucian termasuk pulp dari kertas pulp, pemutihan pulp (bleacing) dan bekas dan pulp dari industri pembentukan lembaran pulp yang kertas budaya). dalam prosesnya banyak menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga berpotensi menghasilkan limbah cair (BOD, COD, TSS), limbah gas (H2S, SO2, NOx, Cl2) dan limbah padat (ampas kayu, serat pulp, lumpur kering). Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :  Penggunaan lahan yang luas (0,2 ha/ 1000 ton produk).  Tenaga kerja besar.  Kebutuhan energy besar (0,2 Mw/1000 ton produk).  Tenaga kerja besar.  Kebutuhan energy besar (0,2 Mw/1000 ton produk).

  3 Industri petrokimia hulu Semua nesaran Indsutri petrokimia hulu adalah industri yang mengolah hasil tambang mineral

  No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus

  (kondesat) terdiri dari pusat Olefin yang menghasilkan benzene, tolulena, Xylena, dan Etil Benzena. Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :  Kebutuhan lahan yang luas.  Kebutuhan air cukup besar (untuk pendingin 1 liter /detik/1000 ton produks).

   Tenaga kerja besar.  Kebutuhan energy relative besara (6

  • – 7 Kw/ton produk) disamping bersumber dari listrik juga energy gas.

   Potensi berbagai limbah : gas (SO2 dan NO2 dan NOx) debu (SiO2), limbah cair (TSS, BOD, COD, NH4Cl) dan limbah sisa katalis bekas yang bersifat B3

  4 Industri pembuatan besi dasar Semua besaran Industri pembuatan besi dasar baja dan atau baja dasar (iron and steel baja dasar adalah merupakan industri making) meliputi usaha yang mengolah besi bekas (steel scrap) pembuatan besi dan baja atau konsentrat biji besi yang dalambentuk dasar seperti menggunakan tungku-tungku pellet bijih besi, besi spons, pembakaran baik menggunakan energy besi kasar/pigiron, paduan listri, batubara ataupun bahan bakar besi/alloy, ingot baja, pellet dengan proses pembakaran baik baja, baja bloom dan baja menggunakan energy listrik, batubara slab) ataupun bahan bakar dengan proses pembakaran sampai dengan temperature 1600 derajat celcius.

  Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :  Kebutuhan lahan yang cukup luas.  Kebutuhan energy relative besar (1

  Kwh/0,5 ton produk)  Tenaga kerja cukup besar (1000 ton produk/TK).

   Kebutuhan air untuk pendingin relative besar (> 1000 m³/hari).  Potensi berbagai limbah (termasuk

  B3); limbah padat (basic slag), limbah cair( minyak dan scale), gas ( NOx, H2S, SO2) debu berupa scale (2 -3 % dari total produk per hari).

  5 Industri pembuatan timah Semua besaran Timah hitam (Pb) merupakan logam hitam (Pb) dasar (termasuk berat yang termasuk bahan berbahaya industri daur ulang) dan beracun (B3) yang mudah terurai.

  Proses pembuatannya melalui proses peleburan yang menghasilkan limbah gas beracun dan debu (partikulat) dan proses peredaman yang menghasilkan limbah cair dengan kadar asam yang tinggi.

  No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus

  6 Industri pembuatan tembaga Semua besaran Industri pembuatan tembaga (Cu) dasar (Cu) dasar/katoda tembaga adalah industri yang mengolah (bahan baku dari Cu konsentrat bahan tambang, proses konsentrat) pembutannya melalui pemisahan konsentrat, peleburan dengan tungku- tungku bertemparatur tinggi dan elektrolisa.

  Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :  Pengguanaan lahan yang cukup luas.  Kebutuhan energy relative besar (264 ribu Mwh/tahun).

   Tenaga kerja cukup besar.  Kebutuhan air untuk proses pendinginan dan elektronika relative besar (air bersih 5000 m³/hari dan air laut 3,3 juta, m³/hari).

   Potensi berbagai limbah; gas (SO2, Sox, N2, O2 dan tail gas dengan parameter Zn, Pb, Sn, As, Ni, Se, F, Cd, Cr, TDS & TSS), limbah padat gypsum dan slag (Fe, Cu, Zn, Ni, Pb, As, Hg, Se, Cd).

  7 Industri pembuatan Semua besaran Industri pembuatan aluminium dasar aluminium dasar ( bahan baku merukana industri pembuatan batangan dari aluminium) altuminium yang menggunakan bahan baku biji aluminia yang dilakukan melalui proses peleburan, elektroltisa dan pencetakan.

  Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :  Pengguna lahan yang luas untuk bangunan pabrik dan fasilitas penunjang.

   Kebutuhan energy relative besar (± 295 ribu Mwh/hari).  Tenaga kerja sangat besar.  Kebutuhan air yang sagat besar unuk proses pendinginan (± 17.000 m³/hari).

   Potensi limbah yang dihasilkan (termasuk B3):

  Padat (dross, pelapis bekas), cair (air spray dengan kadar flour tinggi dan air pendingin mengandung minyak), gas (H2S, NH3, NO2, SO2 & HF) dan debu.

  8 Semua besaran Kawasan industri (industri estate) merupakan lokasi yang dipersiapkan untuk berbagai jenis industri manufaktur yang masih prediktif, sehingga dalam pengembangannya diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak penting antara lain disebabkan :

  No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus

   Kegiatan grading (pembentukan muka tanah) dan runoff (air larian).  Pengadaan dan pengoperasian alat- alat berat.  Mobilisasi tenaga kerja (90-110 TK/ha).  Kebutuhan energy listrik cukup besar baik dalam kaitan dengan jenis pembangkit ataupun trace jaringan (0,1 Mw/Ha).

   Potrnsi berbagai jenis limbah dan cemaran yang masih prediktif terutama dalam hal cara pengelolaannya.

   Bangkitan lalulintas.

  9 Industri galangan kapal dengan system graving dock >=4000 DWT System graving dock adalah galangan kapal yang dilengkapi dengan kolam perbaikan dengan ukuran panjang 100 m, lebar 40 m, dan kedalaman 15 m dengan system sirkulasi.

  Pembuatan kolam graving ini dilakukan dengan mengeruk laut yang dikhawatirkan akan menyebabkan longsoran ataupun abrasi pantai perbaikan kapal berpotensi menghasilkan limbah cair (air ballast, pengecatan lambung kapal dan bahan kimia B3) maupun limbah gas dan debu dari sand blasting dan pengecatan.

  10 Industri pesawat terbang Semua besaran Industri pesawat terbang merupakan industri strategis berteknologi tinggi yang membutuhkan tingkat pengamanan (security) yang tinggi.

  Dampak penting yang ditimbulkan berasal dari :  Pengadaan lahan untuk bangunan pabrik dan landasan pacu.

   Gangguan kebisingan dan getaran.

  11 Industri senjata, munisi dan bahan peledak Semua besaran

   Industri senjata, munisi dan bahan peledak merupakan industri yang dalam proses produksinya menggunakan bahan baku yang bersifat B3 disamping kegiatannya membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi.

  12 Industri baterai kering (yang menggunakan bahan baku merkuri/Hg)

  Semua besaran  Industri baterai kering yang diperkirakan menimbulkan dampak penting adalah yang menggunakan bahan baku merkuri (Hg), mengingat merkuri ini bersifat B3 yang mempunyai efek mutagenic, tertogenik dan kesinogenik terhadap manusia.

   Umumnya dampak yang ditimbulkan

  No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus

  disebabkan oleh;  Kebutuhan tenaga kerja relative besar.  Kebutuhan air relative besar baik untuk proses (pembuatan pasta dan pemasakan baterai). Maupun domestic (170 m³/ hari).

   Potensi berbagai jenis limbah :padat sludge B3 bekas kemasan), limbah cair (Zn, Hg, Cr, COD, TSS, Mn dan NH3), limbah debu dan gas (H2S, SO, NH3, ZN, CO, NH3, Zn, Pb, dan Cd).

  13 Industri baterai basah (akumulator listri)

  Semua besaran Pada umumnya proses produksi lengkap dimulai dari grid casting (persiapan, pelebur an, dan pencetakan timah hitam sebagai bahan aktif sel), lead port (pencetakan bagian-bagian aki dari timah hitam), leadr (proses pembentukan bubuk Pb), pasting (pembuatan pasta dengan H2SO4 pekat), formation (merupakan proses elektrolisa )dan assembling. Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh ;  Umumnya tenaga kerja relative besar.  Kebutuhan air relative besar (± 270 m³/hari) baik untuk proses maupun domestik.

   Kebutuhan energy listrik cukup besar  Potensi limbah dari proses produksi seperti limbah cair (pH, TDS, sulfat, &Pb), has (proses finishing dengan parameter Pb dan dan formation parameter sulfat, sedangkan pembakaran Cox, NOx dan SO2), dan limbah padat (sludge dari IPA, dan bekas kemasan bahan penolong).

  14 Industri bahan kimia organik dan anorganik yang memproduksi

  Semua besaran  Kegiatan produksi, penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, perdagangan dan pembuangannya memerlukan persyaratan khusus.

   Berpotensi menimbulkan pencemaran udara, air dan tanah.

  15 Kegiatan industri yang tidak termasuk angka 1 s/d 14 penggunaan areal :

  a. Urban :

  • Metropolitan; luas
  • Kota besar; luas
  • Kota kecil;luas

  b. Rural/pedesaan ;luas >= 5 ha >= 10 ha >= 15 ha >= 20 ha >= 30 ha

  Besaran untuk masing-masing tipologi kota diperhitungkan berdasarkan :  Tingkat pembebasan lahan.  Daya dukung lahan; seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per hektar, dll Umumnya dampak yang ditimbulkan berupa :  Bangkitan lalulintas.  Konflik sosial.

  No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus  Penurunan kualitas lingkungan.

  7. Bidang Prasarana Wilayah Tabel 5.9 Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Prasarana Wilayah No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan ilmiah Khusus

  1 Pembangunan Bendungan /  Termsuk dalam kategori “large dam” Waduk atau jenis tampungan (bendungan besar). air lainnya

   Pada skala ini diperlukan Tinggi - >=15 m quarry/burrw area yang besar,

  • Atau luas genangan >= 200 ha sehingga berpotensi menimbulkan dampak.

   Dampak pada hidrologi.  Kegagalan bandungan pada luas genangan sebesar ini berpotensi mengakibatkan genangan yang cukup besar dibagian hilirnya.

   Akan mempengaruhi pola iklim mikro pada kawasan sekitarnya pola iklim mikro pada kawasan sekitarnya dan ekosistem daerah hulu dan hilir bendungan/waduk.

   Dampak pada hidrologi.

  2 Daerah irigrasi  Mengakibatkan perubahan pola iklim Pembangunan baru a. >=2.000 ha mikro dan ekosistem kawasan. dengan luas

   Selalu memerlukan bangunan utama (headworks) dan bangunan pelengkap (oppurttenants structures)yang besar dan sangat banyak sehingga berpotensi untuk mengubah ekosistem yang ada.

   Mengakibatkan mobilisasi tenaga kerja yang signifikan pada daerah sekitarnya , baik pada saat oelaksanaan maupun setelah pelaksanaan.

  b. Peningkatan dengan >=1.000 ha  Membutuhkan pembebasan lahan luas tambahan yang besar sehingga berpotensi menimbulkan dampak sosial.

   Berpotensi menimbulkan dampak negative akibat perubahan ekosistem pada kawasan tersebut.  Memerlukan bangunan tambahan yang berpotensi untuk mengubah ekosistem yang ada.

  c. Pencetakan sawah, >=500 ha  Mengakibatkan mobilitas manusia luas (perkelompok) yang dapat menimbulkan dampak sosial.

  • Jarak dihitung tegak lurus pantai
  • Panjang - Atau volume pengerukan b.

  • Panjang - Atau volume pengerukan
  • Panjang - Atau volume pengerukan

  >=5km >=5 ha

  a. Kota besar / metropolitan

  7 Pembangunan dan atau peningkatan jalan dengan pelebaran diluar daerah milik jalan.

  Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial.

  b. Pembangunan jalan laying dan Subway Semua besaran >=2km

  Pembangunan jalan tol

  6 a.

   Mobilitas alat besar dapat menimbulkan gangguan dan dampak.

   Terjadinya timbunan tanah galian di kanan kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan.  Mobilitas alat besar dapat menimbulkan gangguan dan dampak.  Terjadinya timbunan tanah galian di kanan kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan.  Mobilitas alat besar dapat menimbulkan gangguan dan dampak.  Terjadinya timbunan tanah galian di kanan kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan.

  >=5km >= 500.000 m³ >=5km >= 500.000 m³ >=5km >= 500.000 m³

  c. Pedesaan

  Kota sedang

  5 Nomalisasi sungai dan pembuatan Kanal banjir a. Kota besar/metropolitan