BAB IV ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN HIDUP - DOCRPIJM 7b38b1323a BAB IV4. Bab IV Analisis Sosial dan Lingkungan

BAB IV ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN HIDUP

4.1 ASPEK LINGKUNGAN

  Kajian lingkungan diperlukan dalam pembangunan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup yang memiliki batas tertentu untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lain dengan tetap mempertahankan jumlah dan kualitas sumber dayanya di Kabupaten Kepahiang yaitu:

   Memperkirakan dampak dan resiko lingkungan hidup di Kabupaten Kepahiang  dengan mengetahui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Kabupaten Kepahiang saat ini, Memastikan bahwa aneka kebijakan dan rencana yang dikenakan pada Kabupaten

  Mengetahui kapasitas daya dukung dan daya tampung di Kabupaten Kepahiang,

   Kepahiang tidak menimbulkan resiko lingkungan, kondisi lingkungan tidak mengancam hasil pembangunan.

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

4.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel 4.1 Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya

  Penilaian No Kriteria Penapisan Kesimpulan (Signifikan/ Uraian Pertimbangan Tidak)

  1 Perubahan iklim Kurangnya pemahaman bahwa sumber daya alam merupakan Signifikan sumber daya yang tidak terbarukan dan kondisi lingkungan

  Laporan Akhir

  Penilaian No Kriteria Penapisan Kesimpulan (Signifikan/ Uraian Pertimbangan Tidak)

  hidup harus diperlakukan secara bijaksana terkait dengan perubahan iklim dan pemanasan global

  2 Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan

  Signifikan keanekaragaman hayati

  3 Peningkatan Wilayah Kabupaten Kepahiang intensitas dan terdiri dari pegunungan, perairan, cakupan wilayah dataran tinggi dan dataran rendah. bencana banjir, Letak Kabupaten Kepahiang yang longsor, kekeringan, di kelilingi oleh beberapa gunung Tidak dan/atau kebakaran menyebabkan rawan terjadinya hutan dan lahan bencana terutama didaerah kawasan rawan gerakan tanah dan banjir.

  4 Penurunan mutu Kebutuhan akan bahan dasar dan kelimpahan sandang dan pangan akan terus sumber daya alam meningkat, berbanding lurus dengan perkembangan jumlah penduduk. Ekploitasi sumberdaya alam akan terus menerus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang Signifikan semakin tinggi. Ekploitasi ini diantaranya meliputi bahan tambang, lahan produktif dan galian c. Hal ini tentu akan berdampak negative terhadap kelestarian alam jika tidak dikelola dengan baik.

  5 Peningkatan alih Pembangunan daerah fungsi kawasan memberikan dampak terhadap hutan dan/atau pertumbuhan ekonomi, dan tentu lahan saja menyebabkan pertumbuhan penduduk dan lahan permukiman cukup tinggi. Banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi permukiman dan Signifikan perindustrian menyebabkan hilangnya lahan produktif pangan dan kawasan resapan air. Hal ini tentu saja dapat mengganggu stabilitas daya dukung lingkungan terutama menyangkut resapan air dan pasokan pangan di masa yang

  Laporan Akhir

  Penilaian No Kriteria Penapisan Kesimpulan (Signifikan/ Uraian Pertimbangan Tidak)

  akan datang

  6 Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

  Tidak penghidupan sekelompok masyarakat

  7 Peningkatan risiko Penurunan kualitas air dan udara terhadap kesehatan disebabkan dampak dari dan keselamatan pembangunan di Kabupaten manusia Kepahiang, perubahan kualitas air disebabkan oleh kegiatan domestic dan non-domestik. Kegiatan domestic diantaranya dari aktivitas rumah tangga dan restoran sedangkan kegiatan non-

  Signifikan domestik akibat aktivitas kegiatan industi, pertokoan dan usaha. Sedangkan penurunan kualitas udara di Wilayah Kepahiang sebagian besar timbul akibat dari aktifitas pertambangan dan semakin meningkatnya populasi kendaraan di Kabupaten Kepahiang.

  didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang

  • *)

  ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup

Tabel 4.2 Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam

  

Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

Masyarakat dan Pemangku Instansi/Lembaga Kepentingan/Stakeholder a.

  Gubernur Provinsi Bengkulu Pembuat Keputusan b.

  Bupati Kabupaten Kepahiang a. Bappeda Provinsi Bengkulu

  Penyusun Kebijakan, Rencana b.

  Bappeda Kabupaten Kepahiang dan/atau Program c.

DPR/DPRD

  Dinas/Instansi

  Laporan Akhir

  Laporan Akhir Masyarakat dan Pemangku Kepentingan/Stakeholder Instansi/Lembaga

  1

  4 Pencemaran Air dan Udara 4,00

  4

  5 Keterbatasan ketersediaan air tanah 4,10

  5

  6 Keberadaan lahan non produktif 3,80

  8

  7 Alih fungsi lahan pertanian 4,78

  8 Kemacetan lalu lintas 4,50

  3 Jumlah penduduk miskin yang besar 3,37

  3

  9 Kerusakan lahan 4,15

  6

  10 Rawan Bencana 4,70

  2 Sumber : Hasil Analisis 2017

  Ket : Bobot Permasalahan LH 1= Sangat Rendah; 2=Rendah; 3=Tinggi; 4 = Sangat Tinggi

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL

  10

  9

  Pusat: a.

  Kabupaten Kepahiang e. Dinas Pertanian & Tanaman Pangan Kabupaten Kepahiang f. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Kepahiang

  Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, b.

  Kementerian Perhubungan, c. Kementerian Dalam Negeri, d.

  Kementerian Energi, Sumber Daya Mineral, e. Kementerian Pertanian, f. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

  Daerah: a.

  Dinas PU Kabupaten Kepahiang b.

  BLH Kabupaten Kepahiang c. Dinas Perhubungan Pariwisata, Komunikasi dan Informatika

  Kabupaten Kepahiang d. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan

  Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok) a.

  2 Distribusi penduduk tidak merata 3,63

  LSM Lingkungan Masyarakat yang terkena dampak

  Yang bergerak dalam usaha peternakan, jasa pariwisata, buruh industri, dll.

  Sumber: Dokumen KLHS RPJM Kabupaten Kepahiang 2016-

  2021

Tabel 4.3 Bobot dan Ranking Nilai Strategis Permasalahan Lingkungan Hidup

  

Menurut Para Pemangku Kepentingan

No Permasalahan Lingkungan Hidup Bobot Penilaian Stakeholders Ranking

  1 Pertumbuhan penduduk relatif tinggi 3,89

  7

4.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

  tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

  A. Sektor Pengembangan Permukiman

  Dalam membangun sistim permukiman, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Permukiman yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase. Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.

  B. Sektor Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL)

  Dalam membangun sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL), dampak- dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL) yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.

  Laporan Akhir

  Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap sektor PBL dan pemukiman.

Tabel 4.4 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor PBL dan Permukiman

  Komponen Yang Diperkirakan Sumber Besaran Jenis Dampak Keterangan Terkena Dampak Dampak Dampak

I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap komponen Fisik Kimia

  Debu Mobilisasi Penurunan Terbatas pada

  kendaraan, kualitas udara lokasi kegiatan pembuatan jalan terutama debu pembangunan masuk, pembuka saraana dan lahan, prasarana penggalian tanah permukiman. dan pembuatan jalan kerja.

  Air Sungai Kegiatan Penurunan Penurunan

  pembukaan kualitas air kualitas air sungai lahan, sungai terutama pembuatan jalan parameter zat masuk, pada terlarut. pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musi hujan.

  Kerusakan jalan Mobilisasi Terjadinya Kondisi jalan kebun atau kendaraan kerusakan jalan bergelombang persawahan pengangkut kebun atau dan berlubang

  peralatan berat persawahan dan material

  Laporan Akhir

II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap Komponen Fisik Kimia Kualitas Udara dan Debu

  Penurunan kualitas air sungai dan air tanah

  Dampak terhadap komponen

  Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA

  Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan

  Mobilisasi kendaraan pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA

  Kebisingan

  Munculnya air limbah akibat dari operasional sarana dan prasarana permukiman

  Laporan Akhir Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran

  Dampak Keterangan Dampak Terhadap Komponen Sosekbud Kesempatan kerja Kegiatan

  Kualitas air sungai dan air tanah

  Timbulnya penurunan kualitas udara terutama Nox, CO2, O3, NH3, H2S, Pb, Hc dan debu

  Penurunan kualitas udara dan debu

  Mobilisasi kendaraan untuk menunjang kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman

  Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap

  Terserapnya kesempatan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan pembanguinan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.

  konstruksi sarana dan prasarana permukiman

  Kegiatan dan operasional sarana dan prasarana permukiman

  Laporan Akhir Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran

  Penurunan estetika akibat kegiatan dan beroperasinya sarana dan prasarana permukiman

  Penurunan kesehatan masyarakat akibat operasional sarana dan prasarana permukiman

  Kegiatan Operasional sarana dan prasarana permukiman

  Kesehatan pekerja & masyarakat

  Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan

  Gangguan keamanan di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan sarana dan prasarana permukiman

  pengoperasian sarana dan prasarana permukiman

  Kamtibmas Kegiatan

  Proses operasional sarana dan prasarana permukiman

  Dampak Keterangan sesekbud Kesempatan Kerja Kegiatan

  sarana dan prasarana permukiman

  Estetika Pengoprasian

  Kesempatan berusaha Penduduk usia produktif yang tidak bekerja

  Kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman

  Kesempatan berusaha

  Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan

  Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi sarana dan prasarana permukiman sesuai kebutuhan dan keahlian

  operasional sarana dan prasarana permukiman

  Timbulnya penyakit berupa penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi pada usus

C. Sektor Air Limbah

  Dalam membangun sistim penyediaan Air Limbah, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Air Limbah yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Air Limbah. Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.

Tabel 4.5 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi pada Sektor Air Limbah

  Komponen Yang Sumber Besaran

Diperkirakan Jenis Dampak Keterangan

Dampak Dampak

  Terkena Dampak I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap komponen Fisik Kimia Debu Mobilisasi Penurunan Terbatas pada

  kendaraan, kualitas udara lokasi pembuatan terutama debu kegiatan jalan masuk, pembangunan pembuka lahan, sistim penggalian penyediaan tanah dan air limbah pembuatan

  Laporan Akhir

  Komponen Yang Sumber Besaran

Diperkirakan Jenis Dampak Keterangan

Dampak Dampak

  Terkena Dampak jalan kerja.

  Air Sungai Kegiatan Penurunan Penurunan

  pembukaan kualitas air kualitas air lahan, sungai sungai pembuatan terutama jalan masuk, parameter zat pembuatan pada terlarut jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musim hujan.

  Kerusakan Mobilisasi Terjadinya Kondisi jalan jalan kebun kendaraan kerusakan jalan bergelombang atau pengangkut kebun atau dan berlubang persawahan peralatan berat persawahan

  dan material

  Dampak Terhadap Komponen Sosekbud Kesempatan Kegiatan Terserapnya Tenaga kerja kerja konstruksi kesempatan tahap

  sistim kerja penduduk konstruksi penyediaan air yang berada yang dapat limbah disekitar lokasi diserap kegiatan sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif

  Laporan Akhir

II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap Komponen Fisik Kimia Kualitas Udara dan Debu

CO2, O3, NH3,

  Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA

  Penduduk usia produktif yang tidak bekerja

  IPAL Kesempatan berusaha antara lain sebagai tukang cuci kendaraan

  Kegiatan operasional

  Kesempatan berusaha

  Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan

  IPAL sesuai kebutuhan dan keahlian

  Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi

  Kegiatan operasional sistim pengolahan air limbah

  Dampak terhadap komponen sesekbud Kesempatan Kerja

  Laporan Akhir Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan

  yang menganggur.

  Mobilisasi kendaraan pengangkut tinja

  Kebisingan

  Tercemarnya air sungai dan air tanah

  Penurunan kualitas air sungai dan air tanah

  Kegiatan proses pembuangan air limbah hasil pengolahan

  Kualitas air sungai dan air tanah

  H2S, Pb, Hc dan debu

  Timbulnya penurunan kualitas udara terutama Nox,

  Penurunan kualitas udara dan debu

  Mobilisasi kendaraan dan operasional pompa air limbah

  Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan

  Laporan Akhir Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan

  pengangkut tinja

  Estetika Pengoprasian

  IPAL Proses pengolahan IPAL yang terlihat dari luar

  Penurunan estetika berupa ceceran lumpur tinja

  Kamtibmas Kegiatan

  pengoperasian

  IPAL Gangguan keamanan di lokasi

  Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan

  Kesehatan pekerja & masyarakat

  Kegiatan Operasional

  IPAL Penurunan kesehatan pekerja (masyarakat)

  Timbulnya bau

D. Sektor Persampahan

  Dalam membangun sistim Persampahan, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Persampahan yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Persampahan. Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.

Tabel 4.6 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Persampahan

  Komponen Yang Sumber

Diperkirakan Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan

Dampak

  Terkena Dampak I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap komponen Fisik Kimia Debu Mobilisasi Penurunan kualitas Terbatas pada

  kendaraan, udara terutama lokasi kegiatan pembuatan jalan debu TPA. masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.

  Air Sungai Kegiatan Penurunan kualitas Penurunan

  pembukaan air sungai kualitas air sungai lahan, terutama pembuatan jalan parameter zat masuk, pada terlarut, BOD pembuatan jalan dan COD kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musi hujan.

  Kerusakan Mobilisasi Terjadinya Kondisi jalan jalan kebun kendaraan kerusakan jalan bergelombang dan

  pengangkut kebun atau berlubang peralatan berat persawahan dan material

  Dampak Laporan Akhir

  Laporan Akhir Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan Terhadap Komponen Sosekbud Kesempatan kerja

  Kualitas air tanah

  Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan

  kendaraan pengangkut samoah dan

  Kebisingan Mobilisasi

  Munculnya air lindi (leachate) dengan volume tergantung proses permbusukan maupun air hujan yang meresap kedalam sampah

  Penurunan kualitas air tanah terutama air sumur penduduk

  Kegiatan proses pembusukan sampah terutema sampah organic dan unsur lain yang larut dalam air

  Penurunan kualitas air sungai Munculnya air lindi (leachate) dengan volume tergantung proses permbusukan maupun air hujan yang meresap kedalam sampah

  Kegiatan konstruksi TPA Terserapnya kesempatan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.

  Kegiatan proses pembusukan sampah organic unsur lain yang larut dalam sampah

  Kualitas air sungai

  Penurunan kualitas udara dan debu Timbulnya penurunan kualitas udara terutama Nox, CO2, O3, NH3, H2S, Pb, Hc dan debu

  Mobilisasi kendaraan dan proses penguraian material sampah

   TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap Komponen Fisik Kimia Kualitas Udara dan Debu

  Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap II.

  Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA

  Laporan Akhir Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan

  Penurunan estetika berupa (tumpukan) sampah di lokasi TPA yang terlihat dari luar

  Penurunan kesehatan pekerja &pemulung (masyarakat pangguna)

  Kegiatan Operasional TPA

  Kesehatan pekerja & masyarakat

  Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan

  Gangguan keamanan di lokasi dan sekitar lokasi

  Kegiatan pengoperasian TPA

  Kamtibmas

  penimbunan sampah di TPA Proses penimbuhan sampah yang terlihat dari luar

  kendaraan berat di lokasi TPA

  Estetika Pengoprasian

  Penduduk usia produktif yang tidak bekerja

  Kegiatan operasional TPA Kesempatan berusaha antara lain sebagai pemulung sampah yang masih bias dimanfaatkan/dijual

  Kesempatan berusaha

  Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan

  Keguatan operasional TPA Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi TPA sesuai kebutuhan dan keahlian

  Dampak terhadap komponen sesekbud Kesempatan Kerja

  Timbulnya penyakit berupa penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi pada usus

E. Sektor Drainase

  Dalam membangun sistem Drainase, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Drainase yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase. Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap sektor drainase ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini :

Tabel 4.7 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Drainase

  Komponen Yang Diperkirakan Sumber Besaran Jenis Dampak Keterangan Terkena Dampak Dampak Dampak I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap komponen Fisik Kimia Debu Mobilisasi Penurunan Terbatas pada

  kendaraan, kualitas udara lokasi pembuatan jalan terutama debu kegiatan. masuk, pembukaan lahan untuk kolam retensi, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.

  Laporan Akhir

  Komponen Yang Diperkirakan Sumber Besaran Jenis Dampak Keterangan Terkena Dampak Dampak Dampak Air Sungai Kegiatan Penurunan Penurunan

  pembukaan lahan kualitas air sungai kualitas air untuk kolam sungai. retensi, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musim hujan.

  Kerusakan jalan Mobilisasi Terjadinya Kondisi jalan kebun atau kendaraan kerusakan jalan bergelombang persawahan pengangkut kebun atau dan berlubang

  peralatan berat persawahan dan material

  Dampak Terhadap Komponen Sosekbud Kesempatan kerja Kegiatan Terserapnya Tenaga kerja

  konstruksi kesempatan kerja tahap drainase penduduk konstruksi disekitar lokasi yang dapat kegiatan sesuai diserap dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.

II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap Komponen Fisik Kimia Kualitas Udara dan Debu Laporan Akhir

  Laporan Akhir Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan Kualitas air sungai Kegiatan mandi

  cuci dan buang tinja Penurunan kualitas air sungai

  Munculnya air limbah domestic atau non domestic terhadap saluran drainase

  Kebisingan Dampak terhadap komponen sesekbud Kesempatan Kerja Kegiatan

  operasional drainase Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi sesuai kebutuhan dan keahlian

  Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan

  Kesempatan berusaha

  Kegiatan operasional drainase

  Kesempatan berusaha antara lain sebagai peternakan ikan

  Penduduk usia produktif yang tidak bekerja

F. Sektor Air Bersih

  Dalam membangun sistim penyediaan air minum, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan air minum yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan air minum.

  Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap system penyediaan air minum ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini :

Tabel 4.8 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Air Minum

  Komponen Yang Diperkirakan Sumber Besaran Jenis Dampak Keterangan Terkena Dampak Dampak Dampak I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap komponen Fisik Kimia Debu Mobilisasi Penurunan Terbatas pada

  kendaraan, kualitas udara lokasi kegiatan pembuatan terutama debu dapa lokasi jalan masuk, pekerjaan pembuka lahan, (pembangunan penggalian air baku, tanah dan bangunan pembuatan pengolahan, jalan kerja. pembangunan reservoir dan galian pipa).

  Air Sungai / Mata Kegiatan Penurunan Penurunan air pembukaan kualitas air kualitas air sungai

  lahan, sungai dan mata dan mata air pembuatan air terutama jalan masuk, parameter pembuatan kekeruhan/organi jalan kerja, c. penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai / disekitar lokasi

  Laporan Akhir

II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap Komponen Fisik Kimia Kualitas Udara dan Debu

  Penurunan kualitas udara dan debu

  Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA

  Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan

  kendaraan pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA

  Kebisingan Mobilisasi

  Penurunan kuantitas sumber air (air sungai/mata air dan air tanah)

  Penurunan kuantitas air sungai /mata air dan air tanah

  Kegiatan pengambilan air sungai/mata air dan air tanah

  Kuantitas air sungai/ mata air dan air tanah

  Timbulnya penurunan kualitas udara dan debu

  Laporan Akhir Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran

  Dampak Keterangan

  Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap

  Terserapnya kesempatan kerja penduduk desa sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.

  konstruksi Bangunan penangkap intake/bronkapt ering, bangunan produksi, bangunan reservoir dan galian pipa

  Dampak Terhadap Komponen Sosekbud Kesempatan kerja Kegiatan

  Kondisi jalan bergelombang dan berlubang

  Terjadinya kerusakan jalan kebun

  Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material

  Kerusakan jalan kebun

  mata air terutama musim hujan.

  Operasional pompa airbaku dan pompa distribusi

  Laporan Akhir Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak

Jenis Dampak

Besaran

  Kamtibmas Kegiatan

  Penurunan kualitas udara Timbulnya SO2, CO, NH3, H2s, Pb, Debu

  Kegiatan operasional pompa

  Timbulnya penyakit berupa infeksi saluran pernafasan

  Penurunan kesehatan pekerja terutama operator pompa.

  Kegiatan Operasional Sistim Penyediaan Air Minum

  Kesehatan pekerja & masyarakat

  Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan

  Gangguan keamanan di lokasi dan sekitar lokasi

  pengoperasian Sistim Penyediaan Air Minum

  Penurunan kualitas air akibat lumpur

  Dampak Keterangan Dampak terhadap komponen sesekbud Kesempatan Kerja Kegiatan

  Proses pembuangan lumpur hasil endapan dari proses pengolahan air minum dan pengurasan.

  Sistim Penyediaan Air Minum

  Estetika Pengoperasian

  Penduduk usia produktif yang tidak bekerja

  Kesempatan berusaha antara lain sebagai tenaga harian atau tenaga kontrak

  Kegiatan operasional Sistim Penyediaan Air Minum

  Kesempatan berusaha

  Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan

  Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk yang berada disekitar lokasi pekerjaan sesuai kebutuhan dan keahlian

  operasional Sistim Penyediaan Air Minum

III. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak terhadap komponen fisik kimia Kualitas udara dan debu

  Komponen Yang Diperkirakan Sumber Besaran Jenis Dampak Keterangan Terkena Dampak Dampak Dampak

  menimbulkan gas polutan terutama yang menggunakan BBM

  Kuantitas air Kegiatan Penurunan Berkurangnya sungai/mata air

  pengambilan air kuantitas air kuantitas air

  dan air tanah sungai/mata air sungai/mata air sungai/mata air

  dan air tanah dan air tanah dan air tanah

4.2 ASPEK SOSIAL

  Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

4.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak- lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

  Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur

  Laporan Akhir

  Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.

4.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

  1. Konsultasi masyarakat Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

  2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

  3. Permukiman kembali penduduk (resettlement) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.

  Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek.

  Laporan Akhir

  Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

4.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

  Laporan Akhir

  • Dinas Energi dan
  • Dinas PU Kabupaten Kepahiang -

  Laporan Akhir

  IV-25

Tabel 4.9 KRP dan Alternatif Rekomendasi KLHS Bidang Cipta Karya Tahun 2018-2022

  No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI

INSTANSI PELAKSANA

  1. Masterplan Kawasan Pertambangan

  Aktivitas pertambangan akan mengakibatkan perubahan fisik lingkungan. Berkembangnya tata guna lahan di sekitarnya. Rencana dan pelaksanaan desain dan rehabilitasi disesuaikan dengan proses penambangan yang berlangsung dgn memperhatikan keberlanjutan ekosistem sehingga akan dihasilkan rupabumi yang stabil dan aman. Desain dan Rehabilitasi tambang yang buruk akan mewariskan permasalahan kepada pemerintah, masyarakat dan industri, dan pada akhirnya akan menurunkan reputasi industri pertambangan pada tingkat nasional maupun internasional

  1. Penentuan lokasinya

   Kegiatan penambangan termasuk sarana dan prasarana tambang tidak boleh dekat atau minimal 100 m dari Sungai.

   Kegiatan pertambangan tidak boleh di kawasan lindung hutan kecuali untuk tambang bawah tanah

   Tidak tumpang tindih dengan kegiatan lain seperti perkebunan, hutan produksi dll.

   Melakukan pengawasan pencemaran di DAS Musi secara bersama antara Kab. Rejang Lebong, Kab. Bengkulu Tengah di Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan dan Pemerintah Pusat  Tingkat sedimentasi di DAS Musi tinggi akibat pengendapan sedimen yang belum diketahui sumber sedimennya untuk penanganan lebih lanjut maka diperlukan penelitian sumber-sumber atau jenis sedimen, sehingga dapat dibuat kebijakan yang tepat sasaran

  Sumber Daya Mineral

  Bappeda

  • Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral -

  mining practise mulai dari kegiatan

  Pengembangan kawasan pertambangan harus dilakukan dengan menjaga kualitas ling- kungan sehingga kemantapan sektor pertambangan yang a.

  3  Peningkatan produksi dengan tetap mempertahankan kelestarian

  Kehutanan dan Perkebunan

  Dinas Pertanian,

  Meningkatkan kemampuan pengawasan program dalam hal sumber daya manusia (pengetahuan dasar teknik tambang dan perundang-undangan), kemampuan keuangan dan kewenangannya.

  c.

  eksplorasi, perencanaan, operasi- produksi, revegetasi dan pasca tambang di kawasan pertambangan untuk mencegah terjadinya erosi dan longsor.

  Melakukan pengawasan pelaksanaan good

  Laporan Akhir

  b.

  Memberikan ijin hanya pada daerah yang sudah diperuntukan bagi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) sesuai Perda RTRW.

  Pengembangan kawasan pertambangan harus dilakukan dengan menjaga kualitas lingkungan sehingga kemantapan sektor pertambangan yang sudah tercapai di Kab. Kepahiang dapat terjaga terus a.

  2  Pemantauan dan pengendalian kawasan usaha pertambangan

   Peningkatan pengawasan pengelolaan sungai dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam hal pengelolaan sungai, kemampuan keuangan dan kewenangannya.

  INSTANSI PELAKSANA dalam pengelolaan DAS Musi.

  No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI

  IV-26

  Pengendalian tingkat produksi harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan energi/ bahan tambang nasional dan rencana penadapatan negara dari energi dan bahan tambang.

  No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI

  INSTANSI PELAKSANA lingkungan sudah tercapai di Kab.

  b.

  Rancangan tambang harus diikuti dengan Kepahiang dapat terjaga terus Studi AMDAL dan mendapatkan Ijin Lingkungan sebelum dilaksanakan.

  c.

  Pengawasan pelaksanaan RKL RPL AMDAL harus dilakukan sesuai rencana, jadwal dan peraturan perundangan undangan termasuk harus ada tindakan koreksi bila diperlukan.

  4 a.

   Reboisasi tanaman Reklamasi di lahan bekas tambang dilakukan sesuai dengan good mining practice dan studi AMDAL, RKL dan RPL .

  b.

  Reboisasi harus dilaksanakan seiring dengan kegiatan penambangan atau tidak dilakukan diakhir kegiatan tambang.

  c.

  Pengawasan pelaksanaan kegiatan reboisasi harus dilaksanakan sesuai rencana, jadwal dan peraturan perundangan undangan termasuk harus ada tindakan koreksi bila diperlukan.

  5 a. lokasi

   Reklamasi Rancangan tambang disesuaikan dengan habis ditam-bang rencana penggunaan lahan setelah pasca tambang. untuk digunakan b. komoditi lain

  Rancangan pasca tambang harus telah dibuat pada akhir tahap eksplorasi bersamaan dengan rancangan tambang dan harus merupakan prasyarat wajib untuk

  Laporan Akhir

  IV-27

  No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI

INSTANSI PELAKSANA

  mendapatkan Ijin Usaha Pertambangan Operasi-Produksi (IUP-OP).