ARAHAN PENATAAN FASILITAS JALUR PEJALAN

ARAHAN PENATAAN FASILITAS JALUR PEJALAN KAKI DI JALAN PANTAI SENGGIGI DAN
JALAN RAYA SENGGIGI
Nabila Alyanur, Dian Kusuma Wardhani, Surjono
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
Email: nalyanur@gmail.com

ABSTRAK
Kawasan Pantai Senggigi berada di Kabupaten Lombok Barat yang merupakan kawasan pariwisata dengan guna
lahan yang cukup beragam, namun minat wisatawan untuk berjalan kaki rendah. Penelitian ini bertujuan untuk
menata fasilitas jalur pejalan kaki di Jalan Pantai Senggigi dan Jalan Raya Senggigi sehingga jalur pejalan kaki
menjadi nyaman dan menimbulkan minat wisatawan untuk berjalan kaki. Metode analisis dalam penelitian ini
menggunakan: Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki
di Kawasan Perkotaan Tahun 2014 untuk mengidentifkasi kinerja fasilitas jalur pejalan kaki dan tingkat pelayanan
jalur pejalan kaki; Clean Initiative Air Asia untuk mengukur indeks walkability; Importance Perfomance Analysis
(IPA) untuk menganalisis tingkat kepentingan dan kepuasan wisatawan; dan analisis overlay untuk mengetahui
arahan penataan fasilitas jalur pejalan kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai indeks walkability
berkisar antara 42,2 – 46,1 yang berarti sangat walkable dan surga pejalan kaki, namun beberapa variabel pada
segmen yang diteliti masih dinilai tidak puas oleh wisatawan. Analisis tingkat kepentingan dan kepuasan
wisatawan menetapkan atribut yang diarahkan, termasuk didalamnya jalur pejalan kaki dan penambahan
fasilitas pelengkap.

Kata Kunci: Fasilitas-Jalur-Pejalan-Kaki, Walkability, Kawasan-Pariwisata, Pantai-Senggigi.
ABSTRACT
Senggigi Beach is a tourist destination located in West Lombok Regency which has diverse land uses, however
tourist’s i terest to walk is low. This study aimed to improve pedestrian facilities on Pantai Senggigi street and
Raya Senggigi street to become more enjoyable, and to i rease tourist’s i terest to alk. The a alyti al ethods
used in this study are: Guideline, Provision, and Utilization of Pedestrian Network Facilities, 2014 by Public Works
Ministry, to identify the perfor a e of the pedestria
ay’s fa ilities a d its le el of ser i e; a framework
promoted by Clean Initiative Air Asia to measure the walkability index; Importance Performance Analysis to
analyse the level of importance and satisfaction of tourists; and overlay analysis to propose recommendations to
improve pedestrian facilities. The results showed that the average score of walkability index ranged from 42.2 to
46.1 hi h ea s ery alka le a d alker’s paradise, yet tourist’s per eptio for so e aria les o the
observed segments are not satisfied. And the results of the level of importance and performance analysis of
pedestrian facilities provided attributes that recommended to improve pedestrian way and its facilities.
Keywords: Pedestrian-Facilities, Walkability, Tourism-Places, Senggigi-Beach

PENDAHULUAN
Untuk
aktivitas
sehari-hari,

unsur
lingkungan perkotaan terpenting yaitu jalan.
Jalan adalah ruang publik yang paling banyak
digunakan dan paling mudah diakses oleh publik.
Selain fungsinya sebagai infrastruktur untuk
memindahkan orang dan kendaraan, jalan juga
bekerja sebagai ruang sosial (Ernawati et al,
2016). Begitu juga dengan jalur pejalan kaki,
menurut Penyediaan dan pemanfaatan prasarana
dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan
umum, kegiatan sektor informal, dan ruang

evakuasi
bencana,
dibutuhkan
untuk
menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat
pelayanan
sosial
ekonomi

dan
pusat
pertumbuhan wilayah (Undang-undang No.26
Tahun 2007). Jalan adalah ruang publik yang
paling banyak digunakan dan paling dapat diakses
oleh publik. Selain fungsinya sebagai infrastruktur
untuk memindahkan orang dan kendaraan, jalan
juga berfungsi sebagai ruang sosial. Dalam
konteks ini, walkability menjadi konsep penting
dalam desain perkotaan. Perencanaan jalur
pejalan kaki dapat mendukung terciptanya ruang
sosial sehingga pejalan kaki dapat beraktifitas

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

1

ARAHAN PENATAAN FASILITAS JALUR PEJALAN KAKI DI JALAN PANTAI SENGGIGI DAN JALAN RAYA SENGGIGI

secara aman di ruang publik, serta mewujudkan

keterpaduan sistem, baik dari aspek penataan
lingkungan atau dengan sistem transportasi atau
aksesbilitas antar kawasan (Permen PU No. 3
Tahun 2014).
Pejalan kaki adalah setiap orang yang
berjalan di ruang lintas jalan. Kegiatan berjalan
kaki merupakan suatu kegiatan yang dapat
membantu mewujudkan sustainable city.
Seorang pejalan kaki memiliki tujuan berjalan
yang berbeda, adapun yang memiliki tujuan
bekerja, bersekolah, maupun tujuan wisata.
Wisata menurut Undang-undang RI Nomor 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok dengan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi
atau mempelajari daya tarik wisata yanng
dikunjinya dalam jangka waktu sementara.
Sedangkan wisatawan adalah orang melakukan
kegiatan wisata.

Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi
dengan potensi pariwisata yang besar. Pada
tahun 2014 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Nusa Tenggara Barat menyebutkan
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lombok
dan Sumbawa mencapai 1.629.122 orang per
tahun (kompas.com, 2015). Kabupaten Lombok
Barat salah satu kabupaten yang memiliki potensi
wisata pantai. Menurut RTRW Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2011-2031, kawasan
Senggigi-Tiga Gili (Air, Meno, Trawangan) dan
sekitarnya adalah kawasan strategis provinsi
dengan sektor unggulan pariwisata, industri dan
perikanan.
Kawasan Pantai Senggigi terpilih sebagai
lokasi studi dengan pertimbangan Jalan Pantai
Senggigi dan Jalan Raya Senggigi dilengkapi
dengan beragam aktivitas guna lahan penunjang
aktivitas utama. Adapun prasarana yang dapat
menghubungkan tiap aktivitas guna lahan adalah

jalur pejalan kaki. Seperti dijelaskan pada
peraturan zonasi dalam RTRW Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2011-2031 kawasan
pariwisata diarahkan untuk dilengkapi dengan
prasarana dan sarana umum pendukung seperti
sarana pejalan kaki yang menerus dan memiliki
aksesibilitas bagi penyandang cacat.
Agar pejalan kaki merasa nyaman saat
menuju tempat yang akan dituju dibutuhkan jalur
pejalan kaki yang walkable dan enjoyable. Dalam
konteks ini, walkability menjadi konsep penting
dalam desain perkotaan. Walkability adalah
indikator seberapa ramah suatu daerah untuk
2

fasilitas berjalan (Huang, 2011) dan ukuran dari
seberapa memuaskan sistem transportasi
memenuhi kebutuhan berjalan kaki bagi
masyarakat.
Walkability berbeda dengan

berjalan kaki, berjalan kaki atau walking yaitu
suatu kegiatan sedangkan walkability yaitu
ukuran. (Zakariaa; et al, 2013).
METODE PENELITIAN
Lokasi Studi
Lokasi penelitian terdiri dari dua jalan, jalan
yang pertama yaitu Jalan Pantai Senggigi dengan
panjang 444,86 m yang merupakan jalan lokal
menghubungkan antara Jalan Raya Pantai
Senggigi menuju ke tempat wisata Pantai
Senggigi. Jalan yang kedua yaitu Jalan Raya Pantai
Senggigi yang merupakan jalan kolektor primer
dengan panjang 860,76 m, titik batas utara yaitu
Hotel Sheraton dan titik batas selatan yaitu
persimpangan. Dari kedua jalan tersebut dibagi
menjadi
lima
segmen.
Batas
segmen

menggunakan persimpangan, tikungan dan
kemiringan. Setiap segmen dibedakan menjadi
ruas A dan ruas B untuk jalur pejalan kaki sebelah
barat dan timur maupun utara dan selatan.

Gambar 1. Lokasi Studi
Sampel Penelitian
Dalam
penentuan
jumlah
sampel
menggunakan rumus Bernouli (Yuliver, 2009), hal

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

Nabila Alyanur, Dian Kusuma Wardhani, Surjono

ini dikarenakan jumlah wisatawan yang berjalan
kaki tidak tetap tiap harinya.
� −�


�=



(1)

Keterangan:
n = banyaknya sampel yang terpilih
Z = nilai yang diperoleh dari tabel normal

standar dengan peluang
p = probabilitas populasi yang tidak diambil
sebagai sampel
q = probabilitas populasi yang diambil sebagai
sampel (1-p)
a = tingkat ketelitian
d = tingkat kesalahan
Derajat kepercayaan yang digunakan yaitu
� = , atau −�/ = ,9 . Nilai = , dan

= − = , . Dan limit dari eror yaitu � =
, , berikut perhitungan sampel.

�=

�=

,

,

× , × ,

,
× , × ,
,

� = 9 orang
Jumlah responden yang didapatkan yaitu
96 orang. Pembagian jumlah responden untuk

setiap segmennya didasarkan oleh jumlah pejalan
kaki yang melewati tiap segmen.
Alur Penelitian
Penelitian arahan penataan fasilitas jalur
pejalan kaki pada kawasan pariwisata Jalan Raya
Senggigi dan Jalan Pantai Senggigi diawali dengan
indentifikasi
karakteristik
pejalan
kaki
berdasarkan usia, jenis kelamin, asal daerah
wisatawan, tujuan pergerakan dan perilaku
pejalan kaki. Selanjutnya, dilakukan analisis
fasilitas jalur pejalan kaki yang terdiri dari analisis
fasilitas jalur pejalan kaki, analisis tingkat
pelayanan jalur pejalan kaki dan analisis indeks
walkability, analisis tingkat kepuasan dan
kepentingan berdasarkan wisatawan dan analisis
overlay (Gambar 2).
Analisis Fasilitas Jalur Pejalan Kaki
Analisis fasilitas jalur pejalan kaki
bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik
fasilitas. Fasilitas dibagi menjadi dua yaitu fasilitas
pelengkap dan fasilitas difable.
Hasil kondisi eksisting akan dibandingkan
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perencanaan,
Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Jaringan Jalan di Perkotaan.

Gambar 2. Kerangka Alur Pemikiran
Analisis Kinerja Jalur Pejalan Kaki
Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki
mengukur efisiensi dari arus pejalan kaki. Tingkat
pelayanan jalur pejalan kaki dapat mengukur cara
langsung dan tidak langsung dari interaksi
diantara pejalan kaki dan interaksi antara pejalan
kaki dengan lingkungan.
1. Arus pejalan kaki
Arus pejalan kaki adalah jumlah pejalan kaki
yang melintasi suatu titik pada segmen jalur
pejalan kaki dan diukur dalam satuan perjalan
kaki per meter per menit.
N
�= t
(2)
Keterangan:
Q = Arus pejalan kaki (org/m/menit)
N = Jumlah pejalan kaki (org/m)
t = Waktu Pengamatan (menit)
2. Kecepatan
Kecepatan pejalan kaki adalah kecepatan ratarata dalam berjalan dari pejalan kaki
(meter/menit). Kecepatan pejalan kaki dapat
diperoleh dengan rumus:
�=t
(3)
Keterangan:
V = Kecepatan pejalan kaki (meter/menit)
L = Panjang segmen pengamatan (meter)
t = Waktu tempuh pejalan kaki pada segmen
pengamatan (menit)

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

3

ARAHAN PENATAAN FASILITAS JALUR PEJALAN KAKI DI JALAN PANTAI SENGGIGI DAN JALAN RAYA SENGGIGI

3. Kepadatan pejalan kaki
Kepadatan pejalan kaki adalah jumlah ratarata pejalan kaki per satuan meter (org/m).
Kepadatan dapat diperoleh dengan rumus:

(4)
�=�
Keterangan:
D = Kepadatan (org/m2)
Q = Arus (org/m/menit)
V = Kecepatan rata-rata (m/menit)
4. Ruang pejalan kaki
Ruang pejalan kaki adalah luas area rata-rata
yang tersedia untuk masing-masing pejalan
kaki pada suatu jalur pejalan kaki yang
dirumuskan dalam satuan m2/org.

�=�=
(5)
Keterangan:
D = Kepadatan (org/m2)
Q = Arus (org/m/mnt)
V = Kecepatan rata-rata (m/mnt)
5. Rasio V/C
Rasio V/C adalah rasio antara arus dengan
kapasitas pejalan kaki.

(6)
Keterangan:
V
=
Arus
pejalan
kaki
(pejalan
kaki/menit/meter)
C = Kapasitas pejalan kaki
Analisis Indeks Walkability
Analisis indeks walkability bertujuan untuk
mengukur seberapa memuaskan jalur pejalan
kaki pada lokasi studi memenuhi kebutuhan
berjalan kaki bagi masyrakat dan wisatawan.
Perhitungan nilai indeks walkability
didapatkan dari hasil kuisioner yang disebarkan
kepada responden. Kuisioner memiliki skala
penilaian 1 – 5, hasil pemberian skala dikalikan
dengan bobot yang sudah disediakan oleh Clean
Initiative Air Asia pada masing masing atribut.
Tabel 1. Atribut Indeks Walkability
Variabel
Keselamatan
Keamanan

dan

Kenyamanan
Daya Tarik

dan

Sumber: CAI, 2010

4

Atribut
Konflik jalur pejalan kaki dengan
moda transportasi lain
Keamanan dari kejahatan
Perilaku pengendara motor
Keamanan penyeberangan
Ketersediaan penyeberangan
Amenities (fasilitas pendukung)
Infrastruktur
penunjang
kelompok difable
Pemeliharaan dan kebersihan
Hal-hal yang menghalang

Bobot
15
25
10
10
5
5
10
10
10

Dapat dilihat ukuran tingkat walkability
dengan menggunakan ukuran yang dikeluarkan
oleh situs properti yang telah dimodifikasi.
Tabel 2. Modifikasi Standar Ukuran Tingkat
Walkability
Skor Walkability

Keterangan
Dominan pejalan kaki
Kegiatan harian di Jalan Pantai Senggigi
45 – 55,6
dan Jalan Raya Senggigi dengan berjalan
kaki
Sangat walkable
Kebanyakan kegiatan di Jalan Pantai
34 – 44
Senggigi dan Jalan Raya Senggigi dengan
berjalan kaki
Sedikit walkable
Beberapa kegiatan di Jalan Pantai Senggigi
23 – 33
dan Jalan Raya Senggigi menggunakan
kendaraan
Dominan kendaraan
Kebanyakan kegiatan di Jalan Pantai
12 – 22
Senggigi dan Jalan Raya Senggigi
menggunakan kendaraan
Dominan kendaraan
Hampir semua kegiatan di Jalan Pantai
0 – 11
Senggigi dan Jalan Raya Senggigi
menggunakan kendaraan
Sumber: Hasil Modifikasi dari redfin.com, 2017

Importance Perfomance Analysis
Metode Importance Performance Analysis
(IPA) digunakan untuk mengetahui persepsi
wisatawan terhadap tingkat kepentingan dan
kepuasan jalur pejalan kaki di Jalan Raya Senggi
dan Jalan Pantai Senggigi setiap variabel dengan
rumus:
=

∑ �
n
∑ �
n

(7)

=
(8)
Keterangan:
X = Skor tingkat kepuasan pengguna
Y = Skor tingkat kepentingan pengguna
n = jumlah responden
Menghitung rata-rata tingkat kepentingan
dan tingkat kepuasan untuk keseluruhan atribut
dengan rumus:
=

∑�
�=

∑�
�=





(9)

(10)
=
Keterangan:
X = Skor tingkat kepuasan pengguna
Y = Skor tingkat kepentingan pengguna
K = Banyaknya Atribut
Setelah mendapat nilai rata-rata tingkat
kepuasan dan tingkat kepentingan, langkah
selanjutnya yaitu membuat diagram kartesius
yang terdiri dari empat kuadran, sebagai berikut
1. Kuadra Perta a, Prioritas Uta a dianggap
sebagai faktor yang sangat penting oleh
wisatawan namun kondisi pada saat ini belum

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

Nabila Alyanur, Dian Kusuma Wardhani, Surjono

memuaskan. Atribut yang terletak pada
kuadran ini merupakan prioritas untuk
ditingkatkan
2. Kuadran Kedua, Pertaha ka
Prestasi
dianggap sebagai faktor penunjang bagi
kepuasan wisatawan dan dapat terus
mempertahankan kinerjanya.
3. Kuadra
Ketiga,
Prioritas
Re dah
mempunyai tingkat kepuasan yang rendah
dan sekaligus dianggap tidak terlalu penting
bagi wisatawan, tidak perlu memprioritaskan
pada faktor –faktor tersebut.
4. Kuadra Kee pat, Berlebiha
dia ggap
tidak terlalu penting sehingga lebih
mementingkan atribut-atribut lain yang
mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi
yang masih membutuhkan peningkatan.

Sumber: Supranto (2001)

Gambar 3. Kuadran Importance Perfomance
Analysis
Analisis Overlay
Overlay merupakan analisis yang dilakukan
minimal dengan 2 jenis peta yang berbeda, secara
teknis dikatakan harus ada polygon yang
terbentuk dari 2 jenis peta yang dioverlaykan. Jika
dilihat dari data atributnya, maka akan terdiri dari
informasi peta pembentuknya (Prahasta, 2006).
Dapat juga dikatakan, overlay menampilkan
suatu peta digital pada peta digital yang lain
beserta atribut-atributnya dan menghasilkan
peta gabungan keduanya yang memiliki informasi
atribut dari kedua peta tersebut.
Pada analisis overlay akan menggabungkan
peta analisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki,
peta analisis indeks walkability dan peta analisis
IPA (tingkat kepuasan). Dari hasil overlay peta
ketiga analisis tersebut didapatkan peta dasaran
pembagian tindakan penataan fasilitas jalur
pejalan kaki koridor Jalan Pantai Senggigi dan
Jalan Raya Senggigi. Arahan tiap segmen dengan
mempertimbangkan ketiga analisis, pedoman
dan keadaan eksisting.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pejalan Kaki
Identifikasi karakteristik pejalan kaki
menurut usia dibagi menjadi 5 kelompok usia.
Dari hasil observasi diketahui pejalan kaki
tertinggi yaitu usia 19-40 tahun, dimana pada usia
tersebut wisatawan memiliki waktu atau
kesempatan berlibur lebih besar.
Persentase jenis kelamin pejalan kaki lakilaki 57% dan perempuan 43% tidak memiliki
perbedaan yang jauh. Dapat diartikan bahwa jalur
pejalan kaki pada koriodor Jalan Raya Senggigi
dan Jalan Pantai Senggigi dapat diakses oleh siapa
saja.
Adapun wisatawan menurut asal dibagi
menjadi dua yaitu wisatawan dalam negeri dan
wisatawan luar negeri. Dimana wisatawan luar
negeri memiliki persentase sebesar 73% lebih
besar dibandingkan dengan wisatawan dalam
negeri yaitu 27%.
Dari hasil observasi di lapangan didapatkan
yang menjadi titik tarikan terbesar yaitu
bangunan dengan fungsi perdagangan dan jasa
seperti restoran, pasar seni dan hotel. Tujuan
pada siang hari pukul 13.00-15.00 WITA tujuan
orang bergerak yaitu menuju ke pantai, menuju
ke tempat wisata lain, menuju ke hotel dan
menuju ke pasar seni. Pada sore hari pukul 16.0018.00 WITA tujuan orang berjalan yaitu menuju
ke pantai, menuju ke restauran, menuju ke hotel
dan menuju ke pasar seni. Pada malam hari pukul
18.00-20.00 WITA tujuan orang berjalan yaitu
menuju ke hotel, menuju ke restauran, menuju ke
pasar seni dan menuju ke tempat hiburan.
Terdapat perbedaan perilaku pejalan kaki
pada kawasan bukan pariwisata dengan kawasan
pariwisata khususnya pada kawasan Pantai
Senggigi. Adapun perbedaannya yaitu.
1. Waktu
Pejalan kaki pada kawasan Pantai Senggigi
dapat ditemui dari pagi hingga tengah malam.
Karena dipengaruhi oleh fungsi bangunan
pada kawasan, seperti cafe dan club malam.
2. Kecepatan berjalan
Pejalan kaki melaju dengan kecepatan sedang
hingga rendah. Pejalan kaki tidak merasa
tergesa-gesa untuk menuju tempat tujuan.
Biasanya pejalan kaki berjalan sambil
berbincang.
3. Kapasitas ruang
Pejalan kaki pada kawasan pariwisata
membutuhkan kapasitas ruang yang besar.

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

5

ARAHAN PENATAAN FASILITAS JALUR PEJALAN KAKI DI JALAN PANTAI SENGGIGI DAN JALAN RAYA SENGGIGI

Dari hasil observasi, wisatawan berjalan
berkelompok dan membawa banyak barang.

Pada segmen 1 (a) diketahui tidak terdapat
jalur pejalan kaki, pejalan kaki menggunakan
bahu jalan selebar 0,5 m. Sedangkan pada
segmen 2 hingga segmen 5 jalur pejalan kaki
terdapat pada dua sisi. Segmen 2 (b) lebar jalur
pejalan kaki untuk ruas A 2,30 m dan ruas b 2,15
dengan tinggi 0,26 m. Pada segmen 2 ruas B
ditemukan hambatan berupa PKL yang
menggunakan jalur pejalan kaki untuk berjualan.
Segmen 3 (c) ruas B jalur pejalan kaki terputus
setengah dari panjang segmen. Segmen 4 (d)
lebar pejalan kaki untuk ruas A 2,05 m dan ruas B
2,03 m, masih ditemukan hambatan yang
mengurangi lebar efektif berupa penanda dan
PKL. Segmen 5 (e) dengan lebar 2,05 m untuk ruas
A dan 2,03 m untuk ruas B. Pada segmen 5 ruas A
jalur pejalan kaki tidak memiliki perbedaan
ketinggian dengan jalan.

Karakteristik Jalur Pejalan Kaki
Jalur pejalan kaki dibagi menjadi 5 segmen,
tiap segmen dibagi menjadi 2 ruas.
Tabel 3. Karakteristik Jalur Pejalan Kaki
Seg
men

Ru
as

1

A
B

Panjang
(m)
444,9
444,9

A

124,6

B

118,3

A

213,8

2

3

4

5

B

84,

A

134,8

B

167,5

A

111,1

B

176,2

Karakteristik Jalur Pejalan Kaki
Lebar Tinggi
Hambatan
Perkerasan
(m)
(m)
Samping
Penanda
2,30
0,26
Beton
Pot bunga
Penanda
2,15
0,26
Beton
PKL
Tanaman
Penanda
2,50
0,26
Beton
PKL
2,08
0,26
Beton
Penanda
Penanda
2,05
0,24
Beton
PKL
2,03
0,24
Beton
PKL
Penanda
2,05
0,24
Beton
Parkir
PKL
2,03
0,24
Beton
-

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan
(a) Segmen 1
(b) Segmen 2
(c) Segmen 3
(d) Segmen 4
(e) Segmen 5

(e)

Gambar 4. Penampang Eksisting
6

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

Nabila Alyanur, Dian Kusuma Wardhani, Surjono

jalur pejalan kaki di lokasi studi memiliki tingkat
pelayanan A (Tabel 5.). Hasil perhitungan
menunjukan bahwa semua ruas per segmen
kecuali segmen 1 memiliki tingkat pelayanan A
yang berarti pejalan kaki bebas mengatur
kecepatan berjalan. Hal tersebut dikarenakan
oleh jumlah pejalan kaki yang sedikit sehingga
ruang pejalan kaki yang ada masih dapat
menampung pejalan kaki dan pejalan kaki merasa
bebas untuk berjalan tanpa mendapat gangguan
antar sesama pejalan kaki.
Berdasarkan pedoman standar tingkat
pelayanan jalur pejalan kaki di perkotaan yakni
minimal C. Tingkat pelayanan A pada lokasi studi
tidak ideal. Nilai tersebut mengartikan bahwa
jalur pejalan kaki belum digunakan secara
maksimal.

Fasilitas Jalur Pejalan Kaki
Fasilitas jalur pejalan kaki pada penelitian
dibagi mejadi dua yaitu failitas pelengkap dan
fasiliatas difable. Pada fasilitas pelengkap variabel
akan ditinjau yaitu lampu penerangan, tempat
duduk, tempat sampah, penanda atau rambu dan
peneduh. Sedangkan pada fasilitas difable yaitu
tersedia atau tidaknya fasilitas untuk pejalan kaki
berkebutuhan khusus. Fasilitas jalur pejalan kaki
pada Jalan Raya Senggigi dan Jalan Pantai
Senggigi belum tersedia dengan lengkap. Adapun
fasilitas yang telah disediakan namun hanya ada
dibeberapa titik dan kondisi buruk (Tabel 4.).
Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki
Berdasarkan
hasil
analisis
tingkat
pelayanan diketahui pada weekday dan weekend
Tabel 4. Fasilitas Jalur Pejalan Kaki
Seg 1

Fasilitas Jalur Pejalan
Kaki

A

Seg2

Seg 3

-

-

Ada

Ada

Ada

Ada
-

Ada
-

Ada
-

Ada
-

Ada
-

-

-

-

-

-

-

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada
2 buah
Kondisi
buruk
Ada

Halte atau shelter

-

-

-

-

-

-

-

Fasilitas pengguna difable

-

-

-

-

-

-

-

Tanaman peneduh
Lampu penerangan
Tempat duduk
Tempat sampah
Penanda atau rambu

A

B

A

Seg 4

B
Ada
Terputus
Ada
-

Jalur pejalan kaki

B

Seg 5

A

B

Ada

Ada
Ada
-

A
Ada
Terputus
Ada
-

B

-

-

Ada
Ada
Kondisi
buruk
-

Ada

Ada
1 buah
Kondisi
buruk
Ada

-

-

-

-

Weekend
0,0079
0,0182
0,0149
0,0070
0,0092
0,0148
0,0084
0,0209
0,0192
0,0005
0,0009
0,0009
0,0091
0,0147
0,0105
0,0019
0,0005
0,0004

Weekday
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A

Ada

Tabel 5. Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki
Segmen

Ruas
A

1

B

A
2

3

B

A

B

4

A

B

Waktu Pengamatan
Siang 13.00 - 15.00
Sore 16.00 - 18.00
Malam 18.00 - 20.00
Siang 13.00 - 15.00
Sore 16.00 - 18.00
Malam 18.00 - 20.00
Siang 13.00 - 15.00
Sore 16.00 - 18.00
Malam 18.00 - 20.00
Siang 13.00 - 15.00
Sore 16.00 - 18.00
Malam 18.00 - 20.00
Siang 13.00 - 15.00
Sore 16.00 - 18.00
Malam 18.00 - 20.00
Siang 13.00 - 15.00
Sore 16.00 - 18.00
Malam 18.00 - 20.00
Siang 13.00 - 15.00
Sore 16.00 - 18.00
Malam 18.00 - 20.00
Siang 13.00 - 15.00
Sore 16.00 - 18.00
Malam 18.00 - 20.00

Arus Pejalan Kaki
(org/m/menit)
Weekday
Weekend
0,49
0,62
0,52
0,93
0,51
0,81
0,56
0,61
0,64
0,67
0,72
0,82
0,63
0,66
0,55
1,00
0,62
0,91
0,16
0,17
0,22
0,21
0,18
0,22
0,53
0,68
0,61
0,84
0,62
0,78
0,24
0,31
0,13
0,16
0,12
0,14

V/C
Weekday
0,0051
0,0056
0,0059
0,0059
0,0086
0,0114
0,0077
0,0064
0,0090
0,0004
0,0008
0,0005
0,0055
0,0078
0,0067
0,0011
0,0003
0,0003

LOS

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

Weekend
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A

7

ARAHAN PENATAAN FASILITAS JALUR PEJALAN KAKI DI JALAN PANTAI SENGGIGI DAN JALAN RAYA SENGGIGI

Segmen
5

Ruas

Waktu Pengamatan

A

Siang 13.00 - 15.00
Sore 16.00 - 18.00
Malam 18.00 - 20.00
Siang 13.00 - 15.00
Sore 16.00 - 18.00
Malam 18.00 - 20.00

B

Arus Pejalan Kaki
(org/m/menit)
Weekday
Weekend
0,56
0,76
0,58
0,80
0,63
0,72
0,11
0,12
0,12
0,15
0,10
0,11

V/C
Weekday
0,0063
0,0071
0,0094
0,0002
0,0003
0,0002

LOS
Weekend
0,0116
0,0133
0,0123
0,0003
0,0005
0,0002

Weekday
A
A
A
A
A
A

Weekend
A
A
A
A
A
A

Tabel 6. Indeks Walkability
Skor
Variabel

Bobot

Seg 1

Konflik jalur pejalan kaki dengan moda transportasi lain
Keamanan dari kejahatan

15

AB
50

A
69

B
70,7

A
67,5

B
73,3

A
72

B
71,7

A
57

B
70,5

25

125

115

123,2

115

119,4

110

111,1

115

115

Perilaku pengendara motor

10

50

44

42,1

40

44,4

42

43,3

42

45

Keamanan penyeberangan

10

46,7

40

42,1

41

46,7

41

46,7

42

43

Ketersediaan penyeberangan

5

25

17,3

17,9

19,5

18,9

18

17,8

17,5

18,5

Amenities (fasilitas pendukung)

5

6,1

5,5

5,5

5

6,5

5,5

6,5

7

7

Infrastruktur penunjang kelompok difable

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

Pemeliharaan dan kebersihan

10

44

49

49

49

49

45

47

47

47

Hal-hal yang menghalang

10

42

44

44

44

47

42

467

44

44

44,4

43,7

44,9

43,4

46,1

42,8

44,5

42,4

44,4

Skor Walkability

Indeks Walkability
Berdasarkan
nilai
yang
diberikan
responden diketahui terdapat beberapa atribut
yang memiliki skor sangat rendah. Atribut yang
memiliki skor rendah yaitu fasilitas pendukung
dan infrastruktur penunjang kelompok difable,
dikarenakan oleh kondisi eksisting kedua variabel
tersebut belum lengkap disediakan pada jalur
pejalan kaki.
Didapatkan dari hasil perhitungan skor
walkability tiap ruas per segmen berkisar antara
42,4 – 46,1 yang berarti sangat walkable dan
surga pejalan kaki, namun kondisi yang walkable
tidak menjamin pengguna merasa puas akan jalur
pejalan kaki.
Importance Perfomance Analysis
Analisis tingkat kepentingan dan kepuasan
menurut
persepsi
wisatawan
dianalisis
berdasarkan lima variabel walkability untuk
kawasan
pariwisata
yakni
konektivitas,
kenyamanan, keamanan, daya tarik dan perasaan
saat berjalan.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui
bahwa rata-rata tingkat kepuasan wisatawan
adalah 2,00-2,63 yang berarti tidak puas dan ratarata tingkat kepentingan wisatawan adalah 4,054,46. Jalan Raya Senggigi dan Jalan Pantai

8

Seg 2

Seg 3

Seg 4

Seg 5

Senggigi dirasa belum optimal oleh wisatawan.
Perbaikan dan penyediaan fasilitas jalur pejalan
kaki dapat dilakukan berdasarkan hasil analisis
IPA yang membagi variabel walkability untuk
kawasan pariwisata dalam 4 kuadran dengan
arahan yang berbeda untuk masing-masing
kuadran.
Variabel pada kuadran I merupakan
variabel yang menjadi prioritas utama dalam
arahan peningkatan kinerja jalur pejalan kaki.
Fokus utama dalam penanganan kuadran I adalah
penyediaan dan perbaikan sehingga dapat
memberikan kepuasan yang maksimal untuk
wisatawan.
Terdapat 26 atribut yang dinilai, adapun
sebagai berikut
1 = Jalur pejalan kaki tidak terputus
2 = Tersedia penyeberangan
3 = Tersedia peneduh
4 = Tersedia tempat duduk
5 = Tersedia tempat sampah
6 = Tersedia penanda atau rambu
7 = Tersedia halte atau shelter
8 = Tersedia ramp
9 = Tersedia sinyal suara untuk difable
10 = Tersedia pesan verbal untuk difable
11 = Tersedia informasi lewat getaran untuk
difable
12 = Tekstur ubin yang berbeda untuk difable

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

Nabila Alyanur, Dian Kusuma Wardhani, Surjono

13 = Tersedia tempat beristirahat untuk
wisatawan
14 = Tersedia papan informasi wisata
15 = Tidak ada yang menghalang
16 = Permukaan jalur pejalan kaki tidak licin
17 = Permukaan jalur pejalan kaki rata
18 = Tersedia lampu penerangan
19 = Aman dari kejahatan
20 = Perilaku pengendara bermotor tidak
membahayakan

21 = Perbedaan tinggi jalur pejalan kaki dengan
jalan
22 = Bersih dari sampah
23 = Desain atau estetika jalur pejalan kaki
24 = Estetika elemen fasilitas jalur pejalan kaki
25 = Tidak ada ganguan saat berjalan
26 = Pemandangan sekitar

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

9

ARAHAN PENATAAN FASILITAS JALUR PEJALAN KAKI DI JALAN PANTAI SENGGIGI DAN JALAN RAYA SENGGIGI

(g)

(h)

(i)
Gambar 5. Kuadran IPA.

Keterangan
(a) Segmen 1 ruas AB
(b) Segmen 2 ruas A
(c) Segmen 2 ruas B
(d) Segmen 3 ruas A
(e) Segmen 3 ruas B

(f) Segmen 4 ruas A
(g) Segmen 4 ruas B
(h) Segmen 5 ruas A
(i) Segmen 5 ruas B

Analisis Overlay
Perbandingan hasil analisis tingkat
pelayanan, indeks walkability dan tingkat
kepuasan berdasarkan persepsi wisatawan
diketahui tingkat pelayanan jalur pejalan kaki
diseluruh segmen kecuali segmen 1 yaitu A, nilai
indeks walkability berkisar antara 42,2 – 46,1
yang berarti sangat walkable dan surga pejalan
kaki namun tingkat kepuasan jalur pejalan kaki
menurut persepsi wisatawan berkisar antara 2,00
– 2,53 yang berarti tidak puas. Peta dari ketiga
analisis tersebut dioverlay dan mendapatkan
tindakan untuk masing-masing segmen.
Ditemukan fenomena dimana menurut
hasil analisis tingkat pelayanan dan indeks

10

walkability jalur pejalan kaki sudah dianggap
walkable namun menurut persepsi wisatawan
jalur pejalan kaki tidak memuaskan. Hal tersebut
mengartikan bahwa jalur pejalan kaki pada
kawasan pariwisata tidak harus memiliki jalur
yang lebar agar tingkat pelayanannya tinggi
ataupun walkable namun jalur pejalan kaki pada
kawasan pariwisata dimana penggunanya
didominasi oleh wisatawan menginginkan jalur
pejalan kaki yang nyaman dan menarik. Dimana
pejalan kaki merasa tertarik oleh fasilitas maupun
pemandangan sekitar. Sehingga arahan penataan
fasilitas jalur pejalan kaki tidak hanya walkable
tapi juga dapat memuaskan pejalan kaki baik
masyarakat sekitar maupun wisatawan.
Perbandingan hasil analisis antara tingkat
pelayanan jalur pejalan kaki, indeks walkability
dan tingkat kepuasan berdasarkan persepsi
wisatawan akan menjadi dasar arahan penataan
fasilitas jalur pejalan kaki pada Jalan Pantai
Senggigi dan Jalan Raya Senggigi.

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

Nabila Alyanur, Dian Kusuma Wardhani, Surjono

Gambar 6. Hasil Overlay
Arahan Penataan Fasilitas Jalur Pejalan Kaki
Arahan penataan jalur pejalan kaki dibagi
menjadi tiga yaitu penyediaan, perbaikan dan
perawatan. Arahan yang disediakan mengikuti
Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan
Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan Tahun 2014
dan kondisi eksisting lokasi studi. Dari hasil
perbandingan Adapun arahan pada tiap segmen
yaitu
1. Segmen 1 diarahkan penyediaan jalur pejalan
kaki pada ruas B dengan lebar 1,7 m tinggi 0,25
m. Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan
fasilitas lampu penerangan, tempat sampah,
papan informasi wisata dan ramp pada tiap
perpotangan.
2. Segmen 2 diarahakan penambahan tanaman
peneduh dan jalur hijau yang ditanami
tanaman hias, penyediaan fasilitas lampu
penerangan, tempat duduk, tempat sampah
dan papan informasi wisata. Permukaan jalur
pejalan kaki diubah menjadi ubin dilengkapi
dengan jalur difable dan ramp ditiap
perpotangan. Untuk perbaikan akan dilakukan
penertiban penanda pribadi milik bangunan,
penataan peletakan penanda publik atau
rambu dan penertiban PKL.
3. Segmen 3 diarahakan pembuatan jalur pejalan
kaki untuk jalur yang terputus dengan lebar

minimal 2 m tinggi 0,25. Disediakan fasilitas
berupa lampu penerangan, tempat duduk,
tempat sampah, papan informasi, penyediaan
tanaman hias sepanjang jalur pejalan kaki dan
penambahan tanaman peneduh. Permukaan
jalur pejalan kaki diubah menjadi ubin
dilengkapi dengan jalur difable dan ramp
ditiap perpotangan. Perbaikan yang dilakukan
yaitu penertiban penanda pribadi milik
bangunan dan penataan peletakan penanda
publik atau rambu.
4. Segmen 4 diarahkan penyedian fasilitas
berupa lampu penerangan, tempat duduk,
tempat sampah, papan informasi wisata, jalur
hijau yang ditanami tanaman hias dan
penambahan tanaman peneduh. Permukaan
jalur pejalan kaki diubah menjadi ubin
dilengkapi dengan jalur difable dan ramp
ditiap perpotangan. Perbaikan halte dan
pembuatan tempat wisatawan beristirahat
dengan fasilitas yang lengkap. Serta dilakukan
penertiban yang mengurangi lebar efektif jalur
pejalan kaki seperti penanda pribadi maupun
publik dan PKL.
5. Segmen 5 diarahkan pembuatan yang jalur
pejalan kaki untuk jalur yang terputus dan
pemberian penghalang atau pembatas agar
tidak menimbulkan konflik. Penyedian fasilitas
berupa lampu penerangan, tempat duduk,
tempat sampah, papan informasi wisata, jalur
hijau yang ditanami tanaman hias dan
penambahan tanaman peneduh. Permukaan
jalur pejalan kaki diubah menjadi ubin
dilengkapi dengan jalur difable dan ramp
ditiap
perpotangan.
Serta
dilakukan
penertiban yang mengurangi lebar efektif jalur
pejalan kaki seperti penanda pribadi maupun
publik, PKL dan kendaraan yang parkir di jalur
pejalan kaki.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
arahan penataan fasilitas jalur pejalan kaki pada
kawasan pariwisata dapat diambil kesimpulan:
1. Fasilitas pelengkap dan difable pada jalur
pejalan kaki di Jalan Raya Senggigi dan Jalan
Pantai Senggigi tidak lengkap. Tingkat
pelayanan jalur pejalan kaki diseluruh segmen
kecuali segmen 1 adalah A yang pejalan kaki
dapat mengatur kecepatan berjalan dengan
bebas. Dan indeks walkability pada seluruh
segmen berkisar antara 42,2 – 46,1 yang

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

11

ARAHAN PENATAAN FASILITAS JALUR PEJALAN KAKI DI JALAN PANTAI SENGGIGI DAN JALAN RAYA SENGGIGI

berarti sangat walkbale dan surga pejalan
kaki.
2. Persepsi wisatawan terhadap pelayanan jalur
pejalan
kaki
dianalisis
menggunakan
Importance Perfomance Analysis (IPA) dengan
5 variabel yakni konektivitas, kenyamanan,
keselamatan, daya tarik dan perasaan saat
berjalan. Dari masing-masing variabel
didapatkan 26 atribut yang dinilai kepuasan
dan kepentingannya. Hasil tingkat kepuasan
jalur pejalan kaki menurut persepsi wisatawan
berkisar antara 2,00 – 2,53 yang berarti tidak
puas. Hal tersebut mengartikan bahwa jalur
pejalan kaki pada kawasan pariwisata tidak
harus memiliki jalur yang lebar agar tingkat
pelayanannya tinggi ataupun walkable namun
jalur pejalan kaki pada kawasan pariwisata
dimana penggunanya didominasi oleh
wisatawan menginginkan jalur pejalan kaki
yang nyaman dan menarik.
3. Arahan penataan jalur pejalan kaki di Jalan
Raya Senggigi dan Jalan Pantai Senggigi
berdasarkan perbandingan analisis tingkat
pelayanan jalur pejalan kaki, indeks
walkability dan tingkat kepuasan berdasarkan
persepsi wisatawan.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, J., Adhitama M.S., Surjono, Sudarmo
B.S. 2016. Urban Design Qualities Related
Walkability in a Commercial Neighbourhood.
7thAsia-Pacific International Conference on
Environment-Behaviour Studies, St Leonard
Hall, Edinburgh University. United Kingdom
Huang, K.K. 2011. The Effect of Walkability on Air
Pollution and Public Health. Degree of

12

Master of Public Health. University of Hong
Kong.
Kementrian PU. 2014. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan
dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan.
Jakarta: Kementrian PU.
Prahasta, Eddy. 2006. Sistem Geografis
(Membangun Web Based GIS dengan
Mapserver). Bandung: CV. Informatika.
RTRW Kabupaten Lombok Barat Tahun 20112031
Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan
Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar.
Jakarta: Rieneka Cipta.
Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang
Yuliver, 2009. Strategi Peningkatan Penggunaan
Terminal Bingkuang di Kota Padang Dengan
Menggunakan Analisis Kesenjangan. Tesis
tidak dipublikasikan. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh November
Zakariaa, R., Farzaneh, M., Yeoh, B., Mushairry,
M., Othman, C., Irina, S.Z. & Mustafa, M.A.
2013. Conseptualising The Indicators of
Walkability for Sustainable Transportation.
Jurnal Teknologi (Sciences & Engineering)
Vol 65:3 Hal 85 – 90
http://travel.kompas.com/read/2015/01/11/091
200227/Kunjungan.Wisatawan.ke.NT
B.Mencapai.1.6.Juta.Orang Diakses: 6
April 2015
https://www.redfin.com/how-walk-score-works
Diakses: 12 November 2016

Planning for Urban Region and Environment Volume 7, Nomor 1, Januari 2018

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENGANGGURAN, KEMISKINAN DAN FASILITAS KESEHATAN TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2004-2013

0 35 85

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI GUNA MEMINIMUMKAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA CRAFT (Study Kasus Pada PT. Oval Indah Furniture Karanglo Malang)

2 67 1

PENATAAN PARKIR DI KAWASAN PEMANDIAN AIR HANGAT PRATAAN KABUPATEN TUBAN

6 113 2

GAMBARAN FASILITAS PENUNJANG CUCI TANGAN SERTA PENGETAHUAN SISWA TENTANG METODE CUCI TANGAN 6 LANGKAH di MTs “x” Kota Malang

3 51 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS YURIDIS PERANAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DALAM PENATAAN REKLAME BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

2 64 102

JENIS-JENIS TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) BERPOTENSI OBAT DI SEPANJANG JALUR PENDAKIAN KAWASAN HUTAN LUMUT SUAKA MARGASATWA “DATARAN TINGGI YANG”, PEGUNUNGAN ARGOPURO

2 40 31

HUBUNGAN KEPUASAN KERJA, PENGEMBANGAN KARIR, KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KINERJA PEGAWAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG MELALUI PENDEKATAN ANALISIS JALUR

0 20 17

PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN FASILITAS KREDIT USAHA MIKRO PADA BANK MANDIRI MIKRO BUSSINES UNIT CABANG CUT MEUTIA DI BANDAR LAMPUNG

0 6 51

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 13 72