HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH DENGAN

HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2010/2011

Oleh

ERNA KUSMIYATI

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam belajar setelah siswa

mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan disekolah dan diwujudkan dalam bentuk nilai dari guru kepada muridnya pada jangka waktu tertentu.

Penilaian yang dilakukan oleh guru adalah sebagai dasar untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan selama siswa mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh anak didik dan bagaimana Orang tua memperhatikan anak dalam proses belajar. Orang tua yang memiliki status sosial ekonomi yang kuat mempunyai

kemungkinan dapat menyediakan fasilitas belajar untuk anak-anaknya. Faktor tersebut diduga dapat meningkatkan kualitas penampilan siswa dalam

meningkatkan prestasi belajarnya. Orang tua dengan status sosial ekonomi yang tinggi akan mengalokasikan lebih banyak sumber yang dimilikinya bagi


(2)

pendidikan sang anak. Dari sudut pandang ekonomi sumber daya yang dimaksud adalah penyediaan sarana pendidikan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan positif status sosial ekonomi orang tua siswa dan ketersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung tahun Pelajaran 2010/2011?”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif asosiatif dengan

pendekatan ex post facto dan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah 217 siswa dengan sampel sebanyak 140 siswa dengan rumus Cochran. Teknik pengambilan sampel dengan mengunakan simple random sampling Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Pengujian hipotesis dianalisis dengan

menggunakan rumus korelasi parsial, dan model korelasi ganda atau multiple. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis mengunakan taraf signifikansi 0,05, maka hasilnya sebagai berikut.

1. Terdapat hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011 secara signifikan dan positif apabila fasilitas belajar dikendalikan. Diperoleh koefisien thitung = 7,806 sedangkan harga koefisien ttabel = 1,977, ini berarti thitung > ttabel.


(3)

2. Terdapat hubungan ketersediaan fasilitas belajar dengan hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010-2011 secara signifikan dan positif apabila status sosial ekonomi orang tua dikendalikan. Diperoleh koefisien thitung = 6,610 sedangkan harga koefisien ttabel = 1,977 , ini berarti thitung > ttabel..

3. Terdapat hubungan status sosial ekonomi orang tua dan ketersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011. Yang ditunjukan oleh hasil uji korelasi ganda atau multiple bahwa F hitung = 42,787 sedangkan F tabel = 3,062 yang berarti Fhitung > Ftabel Ho ditolak dan H1 diterima.


(4)

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA SISWA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DI RUMAH DENGAN

HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2010/2011 Oleh

ERNA KUSMIYATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA SISWA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DI RUMAH DENGAN

HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2010/2011 (Skripsi)

Oleh

ERNA KUSMIYATI

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar Model Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1) dan Ketersediaaan Fasilitas Belajar di Rumah (X2)

dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII

Semester Ganjil (Y)...36

2. Kurva Normal Q-Q Plot Status Sosial Ekonomi Orang Tua...70

3. Kurva Normal Q-Q Plot ketersediaan fasilitas belajar...71


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar ... 13

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 18

3. Ketersediaan Fasilitas Belajar di Rumah ... 26

B. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Ketersediaan Fasilitas Belajar di Rumah dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011... 30

1. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Hasil Belajar... .... 30

2. Hubungan Ketersediaan Fasilitas Belajar di Rumah dengan Hasil Belajar ... ... 32


(8)

D. Kerangka Pikir ... 35

E. Hipotesis ... 36

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 37

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 39

3. Tehnik Sampling ... 40

C. Variabel Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional Variabel ... 41

E. Tehnik Pengumpulan Data 1. Observasi ... 44

2. Angket ... 44

3. Wawancara ... 44

4. Dokumentasi ... 45

F. Uji Persyaratan Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Angket ... 45

2. Uji Reabilitas Angket ... 47

G. Tehnik Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 50

2. Uji Homogenitas ... 51

3. Uji Linieritas... 51

H. Pengujian Hipotesis 1. Korelasi Parsial... 53

2. Korelasi Multipel... 54

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis SMP Negeri 18 Bandar Lampung ... 56

2. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 18 Bandar Lampung ... 56

3. Visi dan Misi, Strategi yang diterapkan, Indikator keberhasilan SMP Negeri 18 Bandar Lampung ... 57

4. Situasi dan Kondisi SMP Negeri 18 Bandar Lampung .... 58

5. Proses Belajar Mengajar SMP Negeri 18 Bandar Lampung... 59

6. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 18 Bandar Lampung ... 60

7. Kegiatan Ekstrakulikuler ... 61

8. Situasi Pengolahan Kelas ... 62

B. Deskripsi Data 1. Data Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1) ... 63

2. Data Ketersediaan Fasilitas Belajar di Rumah (X2) ... 65

3. Data Hasil Belajar (Y) ... 67

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 69

2. Uji Homogenitas ... 73

3. Uji Linieritas... 75 D. Pengujian Hipotesis


(9)

1. Korelasi Parsial ... 78 2. Korelasi Multipel ... 80 E. Pembahasan

1. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1)

dengan Hasil Belajar IPS Terpadu (Y) ... 83 2. Hubungan Ketersediaan Fasilitas Belajar di Rumah (X2)

Dengan Hasil Belajar IPS Terpadu (Y) ... 84 3. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1) dan

Ketersediaan Fasilitas Belajar (X2) dengan

Hasil Belajar (Y) ... 86

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 88 B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Hasil Belajar IPS Terpadu Semester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran2010/2011...5

2. Data Pendidikan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...5

3. Data Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...6

4. Data Pendapatan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...6

5. Jumlah Tanggungan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil Di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...7

6. Data Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...38

7. Alokasi Proporsional Sampling... ... ...40

8. Definisi Operasional Variabel...43

9. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X1...46

10. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X2...47

11. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X1...49

12. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X2...49

13. Analisis Varias (ANAVA) untuk Uji Kelinieran Regresi...52

14. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi...55

15. Keadaan Siswa SMP Negeri 18 Bandar Lampung...59

16. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 18 Bandar Lampung...60

17. Distribusi Frekuensi status sosial ekonomi orang tua (X1) Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...64

18. Kategori status sosial ekonomi orang tua (X1) Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...65

19. Distribusi Frekuensi Fasilitas Belajar Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...66

20. Kategori Fasilitas Belajar Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011...67 21. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu (Y)


(11)

Siswa Kelas VII Semester IPS SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2010/2011...68

22. Kategori Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 (Y)...69

23. Hasil Pengujian Normalitas Variabel X1 ...70

24. Hasil Pengujian Normalitas Variabel X2 ...71

25. Hasil Pengujian Normalitas Variabel Y...72

26. Hasil Pengujian Homogenitas...74

27. Hasil Uji Kelinieran X1 ... ...75

28. Hasil Uji Keberartian ... ...76

29. Hasil Uji Kelinieran X2...76

30. Hasil Uji Keberartian...77

31. Kesimpulan Hasil Uji Linieritas Garis Korelasi...77

32. Hasil Pengujian Korelasi Secara Parsial...79

33. Korelasi antara status sosial ekonmi orang tua (X1) dan ketersediaan fasilitas Belajar (X2) dengan Hasil Belajar IPS Terpadu (Y)...81


(12)

Motto

“Jadilah diri sendiri, meskipun terkadang orang lain terlihat lebih baik, tetapi percayalah bahwa kemampuan sendiri akan lebih membanggakan

dibandingkan hasil orang lain.” (Joe Erji)

“Dibalik setiap rasa sakit, Tuhan pasti telah mempersiapkan hadiah terindah. Untuk itu, perpikir positif atas apapun yang kamu alami.” “Kemarin adalah sejarah. Hari ini adalah anugerah. Lupakan hari kemarin,

jangan sia-siakan hari ini, untuk hari esok yg lebih baik.”

“Jangan pernah percaya jika seseorang mengatakan " gak usaha capek2 deh kamu gak mungkin bisa" karena sebenarnya dia sedang mencari sesorang

yang bisa menemaninya dalam setiap kegagalanya.” ( Gusbud ) “Hadapilah problem hidup diri kamu dan akuilah keberadaannya, tetapi jangan biarkan diri kamu di kuasainya. Biarkanlah diri kamu menyadari

adanya pendidikan situasi berupa kesabaran, kebahagiaan, dan pemahaman makna.” (Hellen Keller)

“Memecahkan masalah itu sulit. mengenal masalah lebih sulit. tetapi menemukan masalah jauh lebih sulit.” (Albert Einstein)


(13)

PERSEMBAHAN

Dengan Memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas izin dan ridha-Nya lah, kupersembahkan karya sederhana ini Untuk yang kucintai,

kuhormati, yang kusayangi, kukasihi, kubanggakan dan kuidolakan ; Kedua orang tuaku bapak Sudarman dan ibu sulistiowati yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu dan kasih sayangmu yang telah memberikan kekuatan dalam setiap langkahku dalam mencapai impian

dan harapanku.(I LOVE U)

Mas eno dan adik-adik ku Eko dan Dedy tercinta terima kasih atas doa nya supaya aku menjadi orang yang berguna.

Untuk sahabat ku SEUES terima kasih atas segala nya yang telah kalian berikan.semogah persahabatan kita tak lekang oleh waktu dan jarak. (I

LOVE U FOHEVER)

Untuk seseorang yang selalu memberiku semangat, dukungan, dan kasih sayang dengan sabar terima kasih (koko chanyen) Teman- teman seperjuangan ku yang telah menemaniku selama ini

Para pendidik yang kuhormati terima kasih atas ilmu yang telah diberikan


(14)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa dan Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Rumah dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

Nama Mahasiswa :

Erna Kusmiyati

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743031013

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Jurusan : Pendidikan IPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. R. Gunawan S, S.Pd, S.E, M.M. Drs. I Komang Winatha ,M.Si.

NIP 19600808 1986031003 NIP 19530730 1982031001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi

Drs. Iskandar Syah, M.H. Drs. Hi. Nurdin, M.Si.


(15)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Rumah Dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011.” sebagai salah satu syarat untuk menggelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Sholawat dan salam selalu tercurahkan pada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kami dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya., M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. Iskandar syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;


(16)

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung ; 7. Bapak Dr. Raden Gunawan Sudarmanto, S.Pd, S.E, M.M. Pembimbing 1 yang

telah banyak meluangkan waktu untuk seluruh urusan akademik serta kritik dan sarannya sampai penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. I Komang Winatha, M.Si., selaku pembimbing II dan Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta

memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., sebagai pembahas dan penguji yang banyak

memberi masukan saat-saat terakhir pengerjaan skripsi ini. Terima kasih atas semua bimbingannya hingga terselesaikannya skripsi ini;

10.Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi Pendidikan Ekonomi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya;

11.Ibu. Dra. Hj. Mulia Sari, M.M. selaku kepala sekolah,SMP Negeri 18 Bandar Lampung, yang telah banyak membantu dalam penelitian ini;

12.Seluruh Dewan Guru dan Staff SMP Negeri 18 Bandar Lampung yang telah bersedia memberikan waktu dan membantu penulis;

13.Ayahanda Sudarman dan Ibunda Sulistiowati tercinta, kakanda (Sutrisno) terkasih serta adik ku (Dedy, dan Eko) tersayang telah mendukungku.;

14.Untuk Juhari Saputra Lais terima kasih atas semangat, dukungan, dan telah membantuku selama menyusun skripsi ini;


(17)

15.Untuk sahabatku ”SEUES” SulisTriana, Ucha Nurhati Putri , Eva Rahmita Dewi dan Sri Astuti terimakasih atas motivasi dan dukungan kalian I love U. 16.Untuk teman-teman seperjuangan ku seluruh angkatan 2007 Ira, Arius, Desi,

Dwi, Else, Elya, Emi, Enti, Eva, Hanafi, Abang Hendri, Hendri, Joko, KD, Lely, Linda, Mevi, Muja, Mung, Alfat, Nur, Ayu, Doni, Alin, Piqoh, Mila, Septi, Mpi, Sri, Sulis, Suliyah, Ucha, Ari, Wahyu, dan Wuri maupun teman-teman reguler yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas do’a dan dukungannya selama ini;

17.Kakak-kakak tingkat serta adik-adik tingkat yang sudah berkarya maupun yang masih berusaha berkarya semoga sukses selalu;

18.Untuk teman PPL di SMA ARJUNA Bandar Lampung, Ria, Neli, Duwi, Ika, Fitri, Mbak Novi, Wulan, Selvi, Asep, Abang Togar, May, dan Rahmat Pengalaman kita selama PPL mengajarkan kita arti sebuah kesabaran dan kerja keras.

19.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan di atas kertas ini namun penulis berterimakasih atas semuanya;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka dan ucapan terimakasih. Namun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, Maret 2012 Penulis


(18)

I . PENDAHULUAN

Bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. Pembahasan secara rinci beberapa subbab tersebut dikemukakan sebagai berikut.

A . Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, karena itu pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya untuk membawa bangsa ini keluar dari krisis menuju kemajuan.

Pendidikan sebagai usaha membangun bangsa dan watak bangsa. Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang amat luas, yaitu pendidikan kemampuan mental, pikir (rasio, intelektual) dan kepribadian manusia seutuhnya. Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan bangsa, sehingga

menuntut orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerja sama dan

bertanggung jawab agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan. Dalam hal ini guru memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini


(19)

memang wajar sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar.

Tercantum dalam undang-undang sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi “ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.”

Idris (2005 : 78) menyebutkan berdasarkan hasil yang di dapat UNESCO tentang penyebaran pencapaian pendidikan menyatakan bahwa ada penemuan yang perlu diperhatikan : ada hubungan yang kuat antara kekayaan nasional dengan rata-rata pencapaian prestasi tingkat sekolah dalam suatu negara (r = 0,729) dengan demikian tidak mengherankan, masyarakat yang telah kaya dapat lebih banyak menyediakan pendidikan untuk warga negaranya. Jelas hal itu akan menimbulkan kesenjangan antara masyarakat yang kaya dengan masyarakat yang miskin. Akses pendidikan bagi masyarakat yanng kaya akan lebih mudah didapat sedangkan bagi masyarakat yang miskin akan mengalami kesulitan. Padahal dengan

pendidikanlah seseorang mampu meningkatkan dan mengembangkan potesialnya menuju kehidupan yang lebih baik lagi.

Ruang lingkup yang lebih sempit lagi, ada kaitannya antara pendidikan dengan status sosial ekonomi orang tua. Orang tua yang memiliki status sosial ekonomi


(20)

yang kuat mempunyai kemungkinan dapat menyediakan fasilitas belajar untuk anak-anaknya. Faktor tersebut diduga dapat meningkatkan kualitas penampilan siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Orang tua dengan status sosial ekonomi yang tinggi akan mengalokasikan lebih banyak sumber yang dimilikinya bagi pendidikan sang anak. Dari sudut pandang ekonomi sumber daya yang dimaksud adalah penyediaan sarana pendidikan. Orang tua dengan status sosial ekonomi yang tinggi akan dapat mendaftarkan anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar tambahan, menyediakan guru privat, kursus bahasa asing, bahkan dapat menyediakan layanan internet di rumah untuk menambah pengetahuan anak. Bagi anak adanya fasilitas belajar membuat anak untuk

berkonsentrasi belajar dan anak pun harus mempunyai ruang khusus untuk belajar sehingga tidak terganggu oleh orang lain.

Status sosial ekonomi orang tua yang rendah membuat sang anak membantu orang tua mereka bekerja dan anak pun kurang untuk belajar di rumah sehingga hasil belajar anak menjadi tidak memuaskan. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan dan dapat berprestasi. Fenomena yang sering terjadi dilapangan menujukkan, anak-anak yang lahir dalam keluarga yang kurang beruntung sulit mengenyam pendidikan dengan baik. Orang tua mereka akan menghabiskan banyak waktu untuk berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar lainnya sehingga kurang memperhatikan perkembangan kemampuan belajar anak-anaknya.Oleh karena proses belajar juga berlangsung di rumah, ketersediaan fasilitas belajar di rumah menjadi penting artinya bagi upaya peningkatan prestasi akademik siswa. Fasilitas belajar di rumah yang lengkap akan membantu siswa dalam kegiatan belajar di luar jam sekolah,


(21)

karena peran serta dari orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar amat penting dalam membantu keberhasilan siswa dalam belajar.

SMP Negeri 18 Bandar Lampung adalah salah satu sekolah menengah pertama negeri yang suda lama berdiri di Bandar Lampung. Jika dilihat dari letaknya sekolah ini sangat nyaman untuk proses pendidikan karena masih jauh dari keramaian kota. Tetapi di sekolah ini prestasi belajar siswanya kurang baik pada beberapa mata pelajaran karena sebagaian status sosial orang tua siswa menengah ke bawah atau orang tua siswa bekerja sebagai buruh atau sebagai wiraswasta. Keberhasilan sekolah dalam memberikan layanan pendidikan biasanya dilihat dari tingkat prestasi belajar siswanya atau output pendidikannya. Dengan prestasi belajar yang baik memungkinkan terciptanya kualitas manusia yang baik. Banyak hal yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar tersebut, ada yang berasal dari luar dirinya. Faktor yang berasal dari luar, salah satunya adalah status sosial ekonomi orang tua dan penyediaan fasilitas belajar di rumah.

Berdasarkan penelitian pendahuluan, di dapat data yang berkenaan dengan penelitian,antara lain

Data yang berkenaan dengan Hasil Belajar Siswa.

Berikut ini adalah data Hasil Belajar IPS Terpadu Semester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011.


(22)

Tabel 1: Hasil Belajar IPS Terpadu Semester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

Sumber : Guru wali kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Berdasarkan Tabel 1 di atas, hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII masih tergolong rendah yaitu 36,87% atau sebanyak 80 siswa belum mampu mencapai ketuntasan. Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah (2000: 18) apabila pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

Data tentang status sosial ekonomi orang tua siswa terdiri dari Berikut ini adalah data tentang tingkat pendidikan orang tua siswa

Tabel 2 : Pendidikan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

No Kategori Ayah Persentase % Ibu Persentase %

1 Tamat SD 43 19,81 50 23,04

2 Tamat SMP 39 17,97 42 19,35

3 Tamat SMA 91 41,94 98 45,16

4 Akademi / Diploma 19 8,75 15 6,91

5 Sarjana (SI) 20 9,22 10 4,61

6  SI 5 2,30 2 0,92

Jumlah 217 100 217 100

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa tingkat pendidikan orang tua baik ayah dan ibu sebagaian besar SMA. Ini terlihat dari dengan persentase yang diperoleh 41,94% atau sebanyak 91 orang untuk pendidikan ayah dan 45,16% atau sebanyak 98 orang untuk pendidikan ibu.

No Prestasi belajar (Nilai) Frekuensi (n) Persentase %

1 76 – 100 45 20,74

2 66 – 75 56 25,80

3 56 – 65 80 36,87

4 50 – 55 21 9,68

5 < 50 15 6,91


(23)

Berikut ini adalah data tentang pekerjaan orang tua siswa.

Tabel 3 : Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011.

No Jenis Pekerjaan Ayah Persentase % Ibu Persentase %

1 PegawaiNegeri Sipil 31 14,28 5 2,30

2 Pegawai Swasta 35 16,13 7 3,22

3 Wiraswasta 60 27,65 13 6,00

4 Buruh 80 36,87 19 8,75

5 Rumah Tangga - - 168 77.42

6 Lain – lain 11 5,07 5 2,30

Jumlah 217 100 217 100

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

Berdasarkan Tabel 3 di atas, terlihat bahwa pekerjaan orang tua untuk ayah sebagaian besar adalah buruh sebesar 36,87 % atau sebanyak 80 orang dan ibu sebagaian besar ibu rumah tangga sebesar 77,42% atau sebanyak 168 orang. Berikut ini adalah data tentang pendapatan orang tua.

Tabel 4 : Pendapatan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

No Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

1 < Rp.500.000 26 11,98

2 Rp.500.000 31 14,28

3 Rp.500.000 – Rp. 1.000.000 75 34,60

4 Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000 45 20,73

5 Rp.1.500.000 – Rp. 2.000.000 30 13,81

6 >Rp. 2.000.000 10 4,60

Jumlah 217 100

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

Berdasarkan Tabel 4 di atas, terlihat bahwa pendapatan orang tua siswa tergolong rendah ini terlihat dengan sebagaian besar pendapatan orang tua dibawah Rp.1.000.000 sebesar 34,60% atau sebanyak 75 orang.


(24)

Berikut ini adalah data tentang jumlah tanggungan orang tua.

Tabel 5 : Jumlah Tanggungan Orang Tua Siswa Kelas VII Semester Ganjil Di SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

No Kategori Frekuensi (n) Persentase %

1 1 – 3 49 22,58

2 3 – 6 121 55,76

3 >6 47 21,66

Jumlah 217 100

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Berdasarkan Tabel 5 di atas, terlihat bahwa jumlah tanggungan Orang Tua siswa sebagian besar memiliki anak 3 – 6 ini terlihat dengan persentase sebesar 55,76% atau sebanyak 121 orang.

Selain data di atas, peneliti melakukan wawancara langsung kepada 20 (dua puluh) orang siswa berkenaan dengan ketersediaan fasilitas belajar di rumah. Dari 20 (dua puluh) orang siswa yang diwawancarai tersebut hanya 5 (lima) orang yang memiliki fasilitas belajar dirumah yang baik, yaitu memiliki ruangan belajar sendiri, ketenangan, dan kenyamanan belajar yang baik (lingkungan belajar kondusif), kertersediaan alat penunjang belajar seperti komputer, kelengkapan buku referensi/literature penunjang, penerangan dalam ruang belajar kelengkapan alat tulis atau perlengkapan belajar, 6 (delapan) orang memiliki faasilitas belajar cukup baik, sisanya sebanyak 9 (sembilan) orang tidak memiliki fasilitas belajar di rumah yang baik.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti ini mengambil judul : ” Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan

Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Rumah Dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011 ”.


(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi permasalahan penelitian yaitu

1. Status sosial ekonomi orang tua siswa yang rendah menyebabkan siswa kurang fasilitas belajar seperti orang tua siswa tidak mampu membeli buku-buku pelajaran dan peralatan penunjang lainnya.

2. Status sosial ekonomi orang tua yang rendah menyebabkan siswa menjadi tidak memiliki waktu belajar yang cukup dikarenakan harus membantu orang tua bekerja.

3. Tingkat pendidikan formal orang tua siswa yang masih rendah menyebabkan

siswa kurang terbimbing di rumah dan sekolah.

4. Pendapatan orang tua yang masih rendah menyebabkan siswa tidak terpenuhi

kebutuhan belajarnya baik di sekolah maupun di rumah.

5. Ketidaknyamaan anak untuk belajar di rumah atau tidak ada ruang khusus untuk anak belajar di rumah menyebabkan anak tidak berkonsentrasi belajar. 6. Kurangnya atau tidak lengkapnya fasilitas belajar di rumah atau di sekolah

menyebabkan anak malas belajar di sekolah maupun di rumah.

7. Kurangnya fasilitas belajar di rumah menjadi anak tidak bersemangat mengerjakan tugas sekolah atau PR (pekerjaan rumah) karena tidak lengkapnya fasilitas belajar yang di berikan oleh orang tua siswa.

8. Rendahnya status sosial ekonomi orang tua dan tidak adanya fasilitas belajar yang memadai atau tidak lengkap menyebabkan menurunnya prestasi belajar anak


(26)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan Identifikasi masalah, maka penelitian ini hanya mengkaji tentang hubungan status sosial ekonomi orang tua dan ketersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar Lampung Pada Tahun Pelajaran 2010/2011. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah pada status sosial ekonomi orang tua (X1), ketersedian fasilitas belajar di rumah (X2),dan hasil

belajar IPS terpadu (Y). D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

1. Apakah ada hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011 ?

2. Apakah ada hubungan ketersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011 ?

3. Apakah ada hubungan status sosial ekonomi orang tua dan kertersediaan

fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011 ?


(27)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa

1. Untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi orang tua siswa dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011.

2. Untuk mengetahui hubungan kertersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011.

3. Untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi orang tua dan

kertersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini sangat bermanfaat dan berguna, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu

1. Kegunaan Teoritis

a. Mendukung atau menolak grand teory yang dikemukakan oleh para ahli dan memperkaya ilmu pendidikan bagi mahasiswa pendidikan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu

pendidikan yang menyangkut prestasi belajar.

c. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu pendidikan


(28)

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan bagi kepala SMP Negeri 18 Bandar Lampung untuk meningkatkan prestasi belajar siswa apabila kondisi ekonomi orang tua dan ketersediaan fasilitas belajar berprestasi siswa rendah. Dengan demikian kepala sekolah dapat merencanakan dan menentukan strategi apa yang akan digunakan.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian antara lain. 1. Objek Penelitian.

Objek penelitian ini adalah status sosial ekonomi orang tua, ketersediaan fasilitas belajar di rumah dan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semerter ganjil.

2. Subjek Penelitian.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII semester ganjil di SMP negeri 18 Bandar Lampung.

3. Tempat Penelitian.

Tempat penelitian ini adalah di SMP negeri 18 Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilakukan tahun 2010/2011. 5. Displin Ilmu.

Displin ilmu yang berhubungan dengan hal ini adalah ekonomi, pendidikan, sosiologi.


(29)

II . TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Bagian bab II terdiri atas tinjauan pustaka, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya penelitian dapat melakukan kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka pikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.

A. Tinjauan Pustaka

Bagian tinjauan pustaka akan membahas teori-teori yang mendasari tentang hasil belajar, status sosial ekonomi orang tua siswa dan ketersediaan fasilitas belajar di rumah. Dan juga menjelaskan teori-teori yang mempengaruhi antara status sosial ekonomi orang tua siswa dengan hasil belajar dan ketersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar.

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife menetap. Dalam


(30)

kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan

pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional. (Abdurrahman,2003: 37-38).

Belajar merupakan suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003: 3). Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan daya pikir. Belajar menjadi suatu kebutuhan setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan yang baik bagi dirinya maupun dalan kehidupan bermasyarakat.

Ada pendapat lain menurut Hamalik (2003:27-28) yang menyatakan tentang pengertian belajar yaitu

 Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman.

 Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

 Belajar adalah suatu proses yang mengubah tingkah lau melalui

pengalaman-pengalaman yang terjadi pada lingkungan sekitarnya sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelmnya.

Slameto (2003:5),mengatakan bahwa jenis-jenis belajar yaitu 1. Belajar bagian (part learning, franctioned learning )

Yaitu umumnya belajar dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat.


(31)

Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungan dengan penyelesaian suatu persoalan.

3. Belajar diskriminatif (discriminative leaning)

Diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi /

stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4. Belajar global / keseluruhan (global whole learning)

Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya lawan dari belajar bagian. Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt.

5. Belajar insidental (incidental learning)

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu

berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar.

6. Belajar instrumental (instrumental learning)

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang

diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.

7. Belajar intensional (intentional learning)

Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar incidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.

8. Belajar laten (latent learning)

Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten.

9. Belajar mental (mental learning)

Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari.

10.Belajar produktif (productive learning)

R. Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. 11. Belajar verbal (verbal learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan.

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Darsono, 2001: 4). Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku nilai guru dan wali kelas serta arsip yang ada di bagian administrasi kurikulum sekolah. Selain itu, hasil evaluasi juga


(32)

disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku yang disampaikan pada waktu pembagian rapor akhir semester, kenaikan, atau kelulusan. Jadi, prestasi belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, serta aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa.

Hasil belajar pada suatu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak

pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 4).

Hasil belajar pada suatu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono,2006: 4).

Hasil belajar atau yang disebut prestasi belajar dalam penelitian ini adalah berupa angka-angka tertentu yang tercantum dalam nilai raport. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan. Selanjutnya Winkel (2004: 162) mengatakan :

“Prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai. Belajar adalah suatu proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan/skill,


(33)

kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif.

Burton dalam Oemar(2001: 31), mengemukakan bahwa hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Sedangkan hasil belajar menurut Suharsimi Arikunto (2006: 63), menyatakan sebagai hasil belajar yang telah dicapai seseorang telah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.

Syaiful Sagala (2003: 38) mengatakan bahwa agar peserta didik dapat berhasil dalam belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti dikemukakan berikut ini

1. Kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scolastic Aptitude Test), 2. Menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest

Inventory),

3. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya (Differential Aptitude Test),

4. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (Achievement Test),dan sebagainya. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Pada dasarnya antara hasil belajar dan prestasi belajar mempunyai arti yang sama, karena hasil belajar merupakan bagian dari prestasi siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tu’u (2004: 76) yang menyatakan bahwa unsur yang ada dalam prestasi siswa adalah hasil belajar dan nilai siswa.


(34)

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut

a. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa.

b. Menambah keyakinan atau kemampuan dirinya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya. d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni

mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotoris, keterampilan atau perilaku.

e. Kemampuan siswa unutk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya (Sudjana, 1990: 56). Faktor- faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu

1. Faktor internal siswa meliputi

a. Aspek fisiologis siswa yaitu jasmani seperti mata dan telinga.

b. Aspek psikologis siswa yaitu intelegensi, sikap, minat, bakat, dan motivasi.

2. Faktor eksternal siswa, meliputi

a. Faktor lingkungan social yaitu keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman

b. Lingkungan non-sosial yaitu rumah, sekolah, peralatan, dan alam. 3. Faktor pendekatan siswa dalam belajar, meliputi

a. Pendekatan tinggi yaitu pendekatan speculative dan pendekatan

achieving.

b. Pendekatan sedang yaitu pendekatan analytical dan pendekatan

deep.

c. Pendekatan rendah yaitu pendekatan reproductive dan pendekatan

surface (Syah, 2003: 156).

2 . Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi


(35)

lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang di antaranya ialah adanya hubungan yang harmonis antara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai ; tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya (Hakim, 2005:17).

Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak, misalnya keluarga yang perekonomiannya cukup, menyebabkan lingkungan materil yang dihadapi oleh anak di dalam keluarganya akan lebih luas, sehingga ia dapat kesempatan yang lebih luas di dalam memperkenalkan

bermacam-macam kecakapan, yang mana kecakapan-kecakapan tersebut tidak mungkin dapat dikembangkan kalau tidak ada alat-alatnya. Misalnya : Seorang yang berbakat seni musik tidak dapat mengembangkan bakatnya kalau tidak ada alat-alat musiknya. Hubungan sosial antara anak-anak dan orang tuanya itu ternyata berlainan juga corak-coraknya; misalnya keluarga yang ekonominya cukup, hubungan antara antara orang tua dan anak akan lebih baik, sebab orang tua tidak ditekankan di dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, sehingga perhatian dapat dicurahkan kepada anak-anak mereka. Secara umum pendapat di atas itu adalah benar, tetapi perlu diingat, bahwa sebenarnya status sosial ekonomi keluarga bukanlah satu-satunya faktor yang mutlak menentukan perkembangan anak (Ahmadi,2007:91).

Keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar


(36)

seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang (Syah,2005:153).

Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, hal ini akan mengganggu belajar anak (Sumadi Suryabrata,2002:234).Bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah

sebagai pembantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang begitu juga akan menggangu belajar anak (Syah,2005:155). Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecendrungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak

(Slameto.2003:64). Status sosial biasanya didasarkan pada berbagai unsur kepentingan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu status pekerjaan, status dalam sistem kekerabatan, status jabatan, dan status agama yang dianut Status sosial dibedakan atas 2 (dua) macam menurut perkembangannya

1. Status yang diperoleh atas dasar keturunan (Ascribed status). Pada umunya status ini banyak dijumpai pada masyarakat yang menganut stratifikasi tertutup misalnya masyarakat feudal.

2. Status yang diperoleh atas dasar usaha yang dikerjakan (Achieved status) status ini lebih bersifat terbuka, yaitu atas dasar cita-cita yang direcanakan


(37)

akan diperhitungkan dengan matang. Individu dan segenap anggota masyarakat berhak dan bebas menentukan kehendaknya sendiri dalam memilih status tertentu sesuai dengan kemampuan sendiri. Setiap orang menjadi dokter, guru, hakim, dsb.(Abulsyani,2002:93).

Bahrein T.Sugihen (1997:139) menyebutkan jikalau berbicara tentang status cenderung merujuk pada kondisi sosial seseorang dalam kaitannya dengan jabatan (kekuasaan) dan peranan yang dimiliki orang bersangkutan di dalam masyarakat dimana ia menjadi anggota partisipan. Dengan demikian,pengertian status cenderung memperhatikan tingkat kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan status orang lain berdasarkan ukuran tertentu. Ukuran atau tolak ukur yang dipakai didasarkan pada salah satu kombinasi yang mencangkup tingkat

pendapatan, pendidikan, prestise / kekuasaan. Status seseorang atau sekelompok orang dapat diperoleh dari rata-rata skor, misalnya yang dicapai seseorang dalam masing-masing bidang, seperti pendidikan, pendapatan tahunan keluarga, dan pekerjaan kepala rumah tangga (bread winner). Prestise terpenting di dalam masyarakat sering didasarkan pada pekerjaan atau jabatan seseorang, tetapi disamping itu tingkat pendidikan seseorang sering menentukan pekerjaan atau kedudukannya.

Maria Ulfa (2001 : 11) menyebutkan tolak ukur keadaan sosial seseorang dalam masyarakat digolongkan ke dalam kelompok

1. Pengukuran yang bersifat objektif, dalam arti dapat dinyatakan dalam angka atau bersifat factual termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut : a. Pendidikan

b. Status jabatan atau pekerjaan yang dinyatakan dengan skor

2. Pengukuran yang bersifat subjektif berupa pernyataan atau pengukuran terhadap status orang lain atau sekelilingnya sebagai akibat dimilikinya kewenangan atau kekuasaan serta pengaruh.


(38)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ukuran terhadap status sosial ekonomi orang tua dalam penelitian ini mengacu pada tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, besar pendapatan orang tua, dan juga jumlah tanggungan keluarga.

1. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Atikah (2002:17) mengutip pendapat Yusuf yang mengatakan bahwa kemiskinan orang tua baik ilmu pengetahuan maupun kekayaan akan mempengaruhi pendidikan anaknya. Hal tersebut senada dengan pendapat Nasution dan Nurhalijah dalam Atikah (2002:17) yang mengatakan untuk membantu dalam proses pendidikan sebaiknya orang tua harus belajar dan mempertinggi pengetahuannya, sebab semakin banyak yang diketahui orang tua semakin banyak pula yang dapat diberikan kepada anak- anaknya.Sedangkan Dalyono (2005:130) berpendapat bahwa tingkat pendidikan orang tua besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya. Hal tersebut dimungkinkan karena semakin tinggi pendidikan orang tua maka semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki semakin luas. Dengan demikian, anak dari keluarga berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula (Dalyono:130)

2. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Kamus besar bahasa Indonesia jenis pekerjaan atau mata pencaharian diartikan sebagai suatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah.


(39)

Sedangkan menurut FEUI dalam Dalyono (2004:200) jenis atau jabatan pekerjaan adalah macam pekerjaan yang sedang atau pernah dilakukan oleh orang-orang yang mencari pekerjaan dan pernah bekerja.Jenis pekerjaan sangat penting artinya bagi orang tua, sebagai orang tua seseorang harus memenuhi kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya, termasuk pemenuhan kebutuhan pokok bagi anak-anaknya. Kemampuan orang tua untuk membiayai keluarganya sangat tergantung pada jumla pendapatan yang diterima, sedangkan yang mempengaruhi jumlah pendapatan yang diterima adalah jenis pekerjaan.

3. Tingkat Pendapatan Orang Tua

Winardi dalam Dwi Lestari (2005:18) mengatakan pendapatan adalah semua perolehan yang diterima oleh seseorang dalam satu bulan atau satu tahun yang dapat diukur dengan nilai ekonomis. Berdasarkan pengukuran ini, suatu karyawan dapat digolongkan berdasarkan pendapatan golongan tinggi, sedang, dan rendah.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan adalah gambaran yang jelas tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga yang menjadi tiga kelompok, yaitu : pendapatan tinggi, sedang, dan rendah.Sedangkan menurut Adi dalam Dwi Lestari (2005:8) pendapatan adalah jumlah keseluruhan penghasilan dari pekerjaan utama dan sampingan. Tingkat pendapatan rumah tangga dapat diketahui berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga. Menurut BPS dalam


(40)

Atikah (2002:17),”tingkat pengeluaran rumah tangga seimbang dengan tingkat pendapatan rumah tangga, semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran rumah tangga”. BPS tahun 2003 menggolongkan tingkat pendapatan menjadi tiga yaitu

1. Pendapatan rendah, apabila pengeluaran kurang dari Rp.400.000,- per bulan,

2. Pendapatan sedang, apabila pengeluaran antara Rp.400.000,- ssamapi dengan Rp.800.000,- per bulan,

3. Pendapatan tinggi, apabila pengeluaran lebih dari Rp.800.000,- per bulan (Noviyanti,2004:18).

Faktor ekonomi orang tua sangat mempengaruhi tingkat pendidikan yang dicapai anak-anaknya. Pidarta dalam Nurhayati (1997:243) menyatakan bahwa fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang proses pendidikan. Pidarta juga menjelaskan bahwa aspirasi orang tua yang sudah memadai acap kali terhambat dengan kemiskinan, sehingga mereka tidak dapat membiayai anak-anak untuk belajar (Nurhayati, 1997:50). Pendapat tersebut senada dengan Gerungan (2000:181-182), bahwa orang tua dapat mencurahkan perhatian yang mendalam kepada pendidikan anak-anaknya apabila Ia tidak disulitkan dengan perkara kebutuhan primer kehidupan manusia.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa untuk dapat memberikan pendidikan secara maksimal kepada anak-anaknya; orang tua harus memiliki pendapatan yang cukup. Karena selain biaya sekolah juga diperlukan sarana penunjang agar proses belajar dapat berjalan lancer dengan hasil yang baik


(41)

4. Jumlah Tanggungan keluarga

Faktor lain yang mempengaruhi status sosial ekonomi orang tua adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungannya.”Selain dipengaruhi oleh pendapatan, factor lain yang mempengaruhi keadaan ekonomi adalah konsumsi dan pengeluaran, yaitu besarnya pendapatan, komposisi rumah tangga dan tuntutan lingkungan” (Ritongga, dalam Dwi Lestari ;2005:23). Komposisi rumah tangga yang dimaksudkan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan seorang kepala keluarga.Suatu keluarga dinyatakan besar apabila mempunyai anak lebiah dari tiga orang dan dinyatakan kecil apabila mempunyai anak kurang dari tiga (Nurhayati,1997:12).Jumlah anggota keluarga yang besar menyebabkan pemenuhan kebutuhan keluarga semakin besar pula, termasuk pemenuhan pendidikan anaknya. Selain itu, waktu yang tersedia untuk memberikan perhatian kepada anak-anaknya, dengan semakin besarnya jumlah anggota keluarga akan semakin kurang perhatian yang diberikan.Kesempatan untuk memberikan pendidikan yang lebih semakin terbuka pada keluarga yang memiliki tanggungan yang lebih sedikit. Dengan demikian, orang tua dapat mencurahkan perhatian secara ekonomi maupun psikis dengan lebih baik. Faktor ekonomi orang tua sangat mempengaruhi tingkat pendidikan yang dicapai anak-anaknya. Keadaan ekonomi yang sulit akan mengganggu proses belajar anak. Seperti yang dijelaskan oleh Made Pidarta (1997:50) bahwa aspirasi orang tua yang sudah memadai acapkali terhambat dengan kemiskinan, sehingga mereka tidak dapat membiayai anak-anaknya untuk belajar. Hal ini dipertegas lagi oleh


(42)

penyataan Gerungan (2000:181) orang tua dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anak-anaknya apabila tidak disulitkan dengan perkara kebutuhan primer kehidupan manusia.

3. Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Rumah

Secara garis besar, persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai belajar ada dua yaitu : pertama persiapan diri dan yang kedua adalah persiapan sarana. Sarana atau fasilitas belajar merupakan salah satu faktor penentu prestasi belajar siswa. Karena dengan fasilitas belajar yang memadai atau lengkap akan menjadikan belajar menjadi lebih baik lagi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Slameto (2003:28) yang menyatakan bahwa satu syarat keberhasilan belajar adalah bahwa “ Belajar memerlukan sarana yang cukup”.

Fasilitas belajar adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan berupa ruang, buku pelajaran, perpustakaan. Daryanto (1998:51). Sudjana dan Rivai 1990 (dalam jamaluddin Idris 2005) menyebutkan pula bahwa fasilitas belajar siswa

merupakan komponen dari program kegiatan belajar mengajar. Fasilitas belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara sebagian maupun keseluruhan. Fasilitas belajar dapat berupa buku pelajaran atau sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan visual, audio atau perangkat lainnya yang dapat membantu kegiatan belajar mengajar.

Fasilitas belajar yang harus dipenuhi oleh siswa ada beberapa macam jenisnya, menurut Hasbullah dalam Supranoto (2008:18) sebagai berikut


(43)

Fasilitas atau sarana yang harus dipenuhi oleh siswa agar belajar menjadi lebih baik lagi adalah

1. Ruang belajar, persyaratan yang harus dipenuhi untuk ruang belajar adalah a. Bebas dari gangguan

b. Sirkulasi dan suhu udara yang baik c. Penerangan yang baik

2. Perlengkapan yang cukup baik

Untuk dapat belajar dengan baik paling sedikit kita membutuhkan sebuah meja tulis (atau yang berfungsi sebagai meja tulis), kursi, rak buku dan alat-alat tulis.

Menurut Surya (2004:91),”Peralatan atau perlengkapan belajar siswa yang harus disediakan adalah seperti buku tulis, pulpen, tinta, pensil, penggaris, penghapus, busur, perekat, kertas, jangka, pensil warna dan lain-lain”. Fasilitas belajar merupakan sistem,karena di dalamnya terdapat sejumlah komponen yang saling bertautan dan berpengaruh dalam proses menuju tercapainya tujuan. Pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal dalam rangka pemanfaatan fasilitas belajar tersebut ialah berpedoman pada tujuan instruksional disesuaikan dengan materi pelajaran yang disajikan, disesuaikan dengan waktu dan keluasan materi yang disampaikan, bentuk evaluasi pengajaran yang digunakan perlu disesuaikan dengan fasilitas belajar yang dimanfaatkan.Jamaluddin Idris (2005:81). Suryosubroto (1997:292) menyebutkan bahwa proses belajar akan berjalan dengan lancar jika ditunjang dengan sarana yang memadai, baik jumlah, keadaan maupun kelengkapannya. Suryosubroto juga mendefinisikan sarana belajar atau fasilitas belajar adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak demi pencapaian tujuan. Widodo Supriyono (dalam Siti Muamanah,2002:11) menyebutkan ada beberapa kebutuhan yang diperlukan dalam belajar yaitu


(44)

1. Memiliki kondisi fisik yang sehat.

2. Memiliki jadwal belajar di rumah, yang disusun dengan baik dan teratur. 3. Memiliki dispiln terhadap diri sendiri, patuh dan taat terhadap rencana

belajar yang telah dijadwalkan.

4. Memiliki kamar/tempat untuk belajar yang sesuai dengan selera sendiri dan mendorong kegiatan belajar.

5. Menyiapkan perabot sekolah yang baik sebelum belajar.

6. Menerangi kamar/tempat belajar agar tidak mengganggu kesehatan mata. 7. Harus bisa memusatkan perhatian dan berkonsentrasi dalam belajar. 8. Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam belajar.

Berdasarkan pendapat diatas menyebutkan bahwa dalam pembelajaran dibutuhkan beberapa hal termasuk fasilitas belajar, seperti kamar belajar, perabot sekolah, penerangan ruang belajar, termasuk hal-hal lainnya.

Roestiyah (1996:166) mengungkapkan bahwa belajar memerlukan fasilitas belajar yang cukup, sehingga anak dapat belajar dengan tenang. Dalam hal ini fasilitas atau sarana belajar dapat berupa alat bantu pelajaran yang dimiliki meliputi prasarana belajar, sumber belajar dan alat-alat belajar. Contoh alat belajar adalah buku baik itu buku pelajaran atau buku penunjang lainnya.Seseorang anak agar dapat belajar efektif membutuhkan fasilitas belajar yang cukup baik itu

penerangan, ruang belajar maupun literature. Karena hal tersebut akan mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar.

Hal ini seperti diungkapkan oleh Thabrany (dalam Siti Muamanah, 2002:13) bahwa dalam belajar, sarana belajar yang perlu dipersiapan antara lain

1. Ruang Belajar

Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan hasil belajar seseorang. Hendaknya seorang siswa memilih ruang belajar yang mempunyai persyaratan fisik sebagai berikut

a. Bebas dari gangguan

Ruang belajar harus bebas dari kemungkinan gangguan dari orang lain. Ruang belajar idealnya adalah ruang belajar khusus belajar. Tidak bersatu dengan tempat tidur atau ruang lainnya.


(45)

b. Sirkulasi dan suhu udara yang baik

Udara sangat penting untuk menjaga stamina. Ruang belajar yang pengap dan panas karena sirkulasi udara yang kurang baik akan membuat kita cepat lelah. Suhu udara haruslah enak, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

c. Penerangan yang baik

Cahaya yang kurang baik akan membuat mata kita cepat lelah. Penerangan yang ideal adalah penerangan yang tidak langsung atau merata diseluruh ruangan.

2. Perlengkapan yang cukup

Untuk dapat belajar dengan baik paling sedikit dibutuhkan meja belajar (atau alat yang berfungsi sebagai meja belajar) dan kursi belajar. Yang terpenting adalah tinggi meja dan kursi belajar harus sesuai dengan postur tubuh. Rak buku harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Begitu juga dengan alat-alat tulis atau alat-alat lainnya yang dibutuhkan, hendaknya disediakan didekat meja belajar atau tempat yang mudah dilihat. Mengenai alat-alat dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan sangat tergantung dari bidang apa yang dipelajari. Paling tidak antara lain pensil, pena, tinta, penghapus, penggaris, pensil warna, jangka,busur, gunting, lem, kamus.

Pentingnya fasilitas belajar yang harus dimiliki oleh siswa juga diperjelas oleh beberapa pakar pendidikan adalah sebagai berikut Surya (2004:91) menyatakan bahwa ,”Untuk mendukung proses belajar anda di samping sumber-sumber belajar yang harus anda sediakan dengan lengkap dan baik tentunya adalah perlengkapan belajar”. Selanjutnya, Gie (1984), dikutip dari Wusono (2004:12) mengatakan bahwa ,”Belajar tidak dapat dilakukan tanpa adanya sarana belajar yang cukup, semakin lengkap sarana belajar semakin dapat seorang siswa belajar dengan tidak terganggu”.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, sudah cukup jelas bahwa fasilitas belajar di rumah ikut menentukan hasil belajar siswa, karena fasilitas belajar mempunyai fungsi sebagai pendukung proses belajar dan juga sebagai salah satu sarana terlaksananya belajar secara efektif dan efisien dan apabila fasilitas tersebut


(46)

kurang lengkap akan dapat membawa akibat yang negatif misalnya murid tidak bisa belajar dengan baik sehingga prestasi belajarnya bisa menjadi rendah.

4 . Hubungan Status Sosial Orang Tua Dengan Hasil Belajar

Keluarga dengan penghasilan tinggi, dimungkinkan dapat memenuhi material yang mendukung fasilitas belajar anaknya. Selanjutnya orang tua yang

berpendidikan akan mengarahkan penggunaan fasilitas belajar dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar anak. Selanjutnya keadaan sosial ekonomi orang tua di pandang berhubungan erat dengan prestasi belajar. Berdasarkan penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kelas sosial ekonomi orang tua dan hasil belajar anak. Anak-anak dari kelas sosial ekonomi tinggi mendapat prestasi belajar yang baik, sedangkan anak-anak dari kelas sosial ekonomi rendah hasil belajarnya mengecewakan. Jamaliddin Idris (2005:78). Slameto (2003:63) menyebutkan keadaan ekonomi keluarga erat kaitannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar akan terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

Berdasarkan makalah “ Sumber Daya Pendidikan” Bambang Indriyanto (2001:3) paling tidak terdapat argumentasi bagaimana status sosial ekonomi orang tua dengan status sosial ekonomi tinggi dan pendapaan tinggi akan memberikan nilai yang tinggi terhadap pendidikan anaknya.Sebagai orang tua yang mempunyai


(47)

tingkat pendidikan tinggi, akan selalu memberikan kesempatan belajar,

mengarahkan, memotivasi, dan membimbing anaknya. Orang tua yang demikian mengharapkan anaknya memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Orang tua yang hanya mempunyai tingkat pendidikan rendah, tidak tertutup kemungkinan juga akan memperhatikan pendidikan anaknya di sekolah. Tetapi karena kerterbatasan pengetahuan dan keterbatasan dana, anak hanya memperoleh bimbingan dan dukungan fasilitas belajar secukupnya.

Penelitian yang dilakukan Vebrito (dalam Jamaluddin 2005:78) tentang anak-anak putus sekolah yang hanya dilaporkan UNESCO antara lain menyimpulkan bahwa anak putus sekolah lebih banyak terjadi pada sekolah-sekolah di desa daripada di kota. Faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah kemiskinan atau

ketidakmampuan orang tua untuk membiayai anak-anaknya. Gambaran ini menunjukan bahwa sebagian besar anak putus sekolah terjadi di daerah pedesaan karena kemiskinan.

Kemungkinan penyebab prestasi belajar rendah akibat status sosial ekonomi rendah juga dikemukakan Garcia (dalam Woolfolk, 1996) mengatakan bahwa siswa dengan status sosial ekonomi orang tua rendah kurang akrab dengan buku atau kegiatan sekolah atau penampilan mereka kurang simpatik. Siswa lain dan guru mungkin akan meremehkan prestasi belajar mereka, sehingga dapat

membuat siswa itu tidak percaya diri. Hal ini yang menyebabkan prestasi belajar rendah adalah kemungkinan siswa ini telah mengalami prestasi yang kurang baik. Akibatnya, dirinya percaya bahwa belajar keras adalah sia-sia. Disamping itu melanjutkan sekolahnya hingga tamat adalah siswa yang tidak melanjutkan


(48)

sekolahnya hingga tamat adalah siswa yang status sosial ekonominya rendah. Tingkat kemampuan ekonomi erat kaitannya dengan pemenuhan fasilitas belajar, yang akhirnya dapat menunjang kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dimungkinkan karena faktor-faktor eksternal seperti tersedianya fasilitas belajar dapat

menentukan pilihan cara penyampaian dan penentu dalam pemilihan kegiatan belajar mengajar. Tingkat prestasi siswa dapat menghambat manakala tingkat sosial ekonominya rendah.

5. Hubungan Fasilitas Belajar Dengan Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses informasi, transformasi dan evaluasi. Jikalau murid tidak dapat memahami apa yang dikatakan atau

disampaikan oleh guru maka besar kemungkinan murid tidak dapat menguasai mata pelajaran yang diajarkan guru. Sebaliknya guru tidak sanggup menyatakan buah pikirannya dengan jelas sehingga ia dipahami oleh siswa, juga tidak dapat mencapai penguasaan penuh oleh siswa atas bahan pelajaran yang

disampaikannya. Jamaluddin Idris (2005:82).

Tiap mata pelajaran kita memperoleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperluas dan memperdalamnya. Ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui

sebelumnya. Informasi itu harus dianalisis, diubah dan ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat dipergunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru dan fasilitas belajar mutlak diperlukan. Penyediaan fasilitas belajar bagi siswa dapat meningkatkan kualitas performansi siswa dalam upaya memperoleh informasi (pengetahuan) dan


(49)

sekaligus proses transformasi ke dalam bentuk pemahaman mereka yang terwujud dalam peningkatan prestasi belajar.(Nasution,2000).

Makalah Nasution “Sumber Daya Pendidikan” Bambang Indriyanto (2001:4) memaparkan hasil-hasil dari penelitian orang lain sebagai berikut :

Morrow (1983) menemukan bahwa ketersediaan bahan bacaan yang memadai di rumah mendorong anak menjadi tertarik untuk melakukan kegiatan membaca. Disamping itu penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Anderson.et.al.(1988) ; dan Stevenson dan Lee (1990) juga menemukan bahwa ketertarikan anak pada kegiatan membaca mempunyai efek positif terhadap prestasi akademik siswa, serta menemukan bahwa tingginya prestasi akademik siswa karena mempunyai fasilitas belajar yang baik di rumah, seperti kamar belajar sendiri. Penelitian serupa yang dilakukan di Indonesia oleh Gorman dan Yu (1990) dan Jones (1987) menemukan tentang efek positif ketersediaan bahan bacaan di rumah dengan prestasi akademik siswa. Lebih lanjut Patto, et. Al (1983) dalam satu studi pada sekolah-sekolah di daerah perkotaan di Negara bagian lowa, menemukan bahwa siswa-siswi yang pandai cenderung senang membaca dan memerlukan tempat-tempat yang tenang di rumah.

Oleh karena proses belajar juga berlangsung di rumah, ketersediaan bahan bacaan dan fasilitas belajar menjadi penting artinya bagi upaya peningkatan prestasi akademik siswa. Bantuan orang tua terhadap anak dalam kegiatan belajar anak akan lebih terbantu jika fasilitas belajar dan bahan bacaan memadai. Ketersediaan bahan bacaan di rumah juga merupakan faktor penting bagi prestasi akademik anak.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Studi atau hasil penelitian sebelumnya berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Resthu Dwi Astuti Pramudhita dengan judul “Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Semester 1 Di SMA Negeri 1 Kota Gajah Tahun Pelajaran 2005/2006,menyatakan bahwa ada


(50)

Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Semester 1 Di SMA Negeri 1 Kota Gajah Tahun Pelajaran 2005/2006. 2. Maftukhah dengan penelitian “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang

Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/2007,menyatakan bahwa ada Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/2007. Universitas Semarang 2007.

3. Hasil temuan lapangan oleh Dr. Jamaluddin Idris (2005) dalam penelitian ini disimpulkan bahwa orang tua yang status social ekonominya kuat kemungkinan akan memenuhi fasilitas belajar anaknya. Hal ini akan meningkatkan performasi siswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya.

4. Hasil penelitian Astuti (2002) mengenai hubungan antara ketersediaan sarana belajar di rumah terhadap prestasi belajar biologi kelas II Cawu 1 SMU N 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2001/2002 menunjukan adanya hubungan antara kedua variable tersebut.

5. Zefry Simburay dengan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/2007, menyatakan ada pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/2007.


(51)

C. Kerangka Pikir

Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan

lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta konsep ataupun teori. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal) dirinya sendiri.

Status sosial ekonomi yang melatar belakangi kehidupan orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anaknya. Status sosial dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan orang tua. “ Status sosial ekonomi yang mencakup pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan orang tua mempengaruhi pencapaian pendidikan anak”(Miffen dan Mitlah, 1996:46).Sedangkan fasilitas sendiri merupakan alat penunjang pembelajaran yang akan membantu proses belajar anak sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar anak. Slameto (2003:63) menyebutkan keadaan ekonomi keluarga erat kaitannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi

kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,

penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar akan terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

Penelitian ini berusaha melihat Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1) dan Ketersediaaan Fasilitas Belajar di Rumah (X2) dengan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Semester Ganjil (Y) di SMP Negeri 18 Banda Lampung 2010/2011.


(52)

Gambar 1 : Gambar Model Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1) dan Ketersediaaan Fasilitas Belajar di Rumah (X2) dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil (Y).

r 1

R

r 2

Sumber : Sugiyono (2002:39)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut

1. Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII Semester ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011.

2. Ada hubungan ketersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII Semester ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011.

3. Ada hubungan status sosial ekonomi orang tua dan ketersediaan fasilitas belajar di rumah dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII Semester ganjil di SMP Negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011.

Status Sosial Ekonomi Orang Tua

(X1) Hasil belajar siswa (Y)

Fasilitas Belajar di Rumah


(53)

111. METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel dan variabel penelitian. Hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini antara lain definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, uji persyaratan instrument, teknik analisis data, uji hipotesis. Adapun pembahasannya akan dijelaskan lebih rinci berikut ini.

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, sedangkan metodenya yaitu ex post facto

Penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian menurut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (Sugiono,2004:7). Bila dilihat dari tingkat eksplanasi penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiono,2004:58). Desain sampel dalam penelitian ini adalah probability

sampling dengan fokus pada sampel random sampling. Sampel ramdom sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.


(54)

B. Populasi dan Sampel

Bagian ini akan mengemukakan secara lebih rinci tentang populasi dan sampel dalam penelitian ini. Pada pembahasan sampel akan dibagi tentang teknik penentuan besarnya sampel dan teknik pengambilan sampel tersebut. Adapun penjelasannya lebih rinci akan dijelaskan berikut ini.

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiono,2004:72). Riduwan (2004:55) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung 2010/2011 yang berjumlah 217 orang siswa.

Tabel 6 : Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

No Kelas Jumlah siswa Laki-laki Perempuan

1 VII A 31 15 16

2 VII B 31 15 16

3 VII C 30 15 15

4 VII D 32 17 15

5 VII E 31 16 15

6 VII F 31 14 17

7 VII G 31 16 15

Jumlah 217 orang 108 orang 109 orang Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 18 Bandar Lampung


(1)

3. Uji Linieritas

Menurut Sudarmanto (2005: 124) uji linieritas garis regresi digunakan untuk mengambil keputusan dan memilih model regresi yang digunakan. Uji kelinieran korelasi linier multiple dengan menggunakan statistik F dengan rumus:

F = SS2TCG 2

Keterangan:

S2TC = Varian Tuna Cocok S2G = Varian Galat

Kriteria uji, apabila Fhitung < Ftabel maka Ho ditolak yang menyatakan linier dan

sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka Ho diterima yang menyatakan tidak linier.

Dengan taraf nyata 0,05, dk (k – 2) dengan dk penyebut (n – k). Untuk mencari F hitung digunakan tabel ANAVA (Analisis Varians) sebagai berikut.

Tabel 13. Analisis Varias (ANAVA) untuk Uji Kelinieran Regresi Sumber Varians dk Jumlah Kuadrat

(JK)

Kuadrat Tengah

(KT) Fhitung

Tuna Cocok k – 2 JK (TC) S2TC =

G S

TC S

2 2 Galat/kekeliruan n JK (G) = (T) – JK

(a) – JK (b/a) S

2

res = JKn

 

G2

Keterangan:

JK (a) =

 

n Y 2

 

2 

k TC JK


(2)

JK (b/a) =

 

   

 

XY

Xn

Y

b

JK (G) =

 

 

    

  

 1

2 2

n Y Y

JK (T) = JK (a) – JK (b/a) JK (T) = 2

JK (TC) = JK (S) – JK (G)

S2reg = Varians Regresi

S2

sis = Varians Sisa

n = Banyaknya Responden Kriteria pengujian hipotesis.

1. Jika Fhitung ≤ Ftabel (1 – α) (k – 2, n – k ) maka regresi adalah linier dan

sebaliknya jika Fhitng ≥ F (1 – α) (k – 2, n – k) maka regresi adalah tidak linier.

2. Untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang = (k – 2) dan dk penyebut = (n – k), (Riduwan, 2004: 187).

I. Pengujian Hipotesis

Untuk mengukur/mengkaji hubungan satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel dependen apabila variabel lain dikontol, maka model statistik yang digunakan untuk menguji hipotesisnya adalah model korelasi parsial dan korelasi ganda/multipel.


(3)

1. Korelasi Parsial

Pengujian hubungan secara parsial berguna untuk menghitung korelasi antara dua variabel, dimana pengaruh variabel lainnya dikontrol (Basrowi, 2007: 143). Tujuan pengontrolan tersebut adalah untuk mendapatkan harga koefisien korelasi yang murni, yaitu terlepas dari pengaruh-pengaruh variabel independen lain. Untuk melakukan uji hubungan secara parsial diperlukan hipotesis hubungan X1

-X2 terhadap Y sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan hasil

belajar IPS Terpadu secara signifikan dan positif apabila fasilitas belajar dikendalikan.

H0 : Tidak terhadap hubungan antara fasilitas belajar dengan hasil belajar IPS

Terpadu secara signifikan dan positif apabila status sosial ekonomi orang tua dikendalikan.

Ha : Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan hasil belajar IPS Terpadu secara signifikan dan positif apabila fasilitas belajar dikendalikan. Ha : Ada hubungan antara fasilitas belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu secara signifikan dan positif apabila status sosial ekonomi orang tua dikendalikan. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah harga koefisien korelasi parsial yang digunakan signifikansi atau tidak ada dua cara.

1. Menggunakan harga koefisien t, dengan kriteria apabila thitung > ttabel maka H0


(4)

2. Menggunakan signifikansi t, dengan kriteria apabila thitung > alpha maka H0

diterima. Sebaliknya H0 ditolak (Sudarmanto, 2005: 219-221).

2. Korelasi Multipel

Untuk menguji hipotesis ke-2 digunakan model korelasi ganda atau multiple, rumusnya adalah sebagai berikut.

 

2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 . . . 2 X rX X rX Y rX Y rX Y rX Y rX Rxx y

  

 Keterangan

= koefisien korelasi antara Y, X1, dan X2

= koefisien korelasi antara Y dan X1

= koefisien korelasi antara Y dan X2

= koefisien korelasi antara X1 dan X2

Setelah diperoleh besarnya koefisien korelasi multiple (R), maka untuk menguji signifikansi koefisien korelasi dihitung dengan statistik F.

1

/ 1

/ 2 2 1 2 2 1     k n y x Rx k y x Rx F

Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika Fhitung > Ftabel, terima H0 jika Fhitung <

Ftabel. untuk distribusi F diambil dk = n-k-1 dengan α = 0,05 (Sudjana, 2005: 385).

Tabel 14. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,00

0,60 – 0, 799 0,40 – 0,599 0,20 – 0, 399 0,00 – 0,199

Sangat Kuat Kuat

Sedang Rendah

Sangat Rendah (Sugiyono, 2008: 250)


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2002. Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan. Bumi Aksara. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rieneka Cipta

Atikah, Lik. 2002. Hubungan Keadaan Sosial Ekonomi Orang Tua dan Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan dengan Anak Putus Sekolah di Kelurahan Pelita Tanjung Karang Pusat Tahun 2001/2002. Unila Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Basrowi dan Ahmad Kasinu. 2007. Metodologi Penelitian Sosial. Kediri: Pustaka Utama.

Basrowi. 2007. Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Kediri: Jenggala Pustaka Utama

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rieneka Cipta ... 1997. Psikologi Pendidikan. Rieneka Cipta. Jakarta Gerungan. 2000. Psikologi Sosial. Tarsito. Bandung

Gunawan, Ary H. 2000. Psikologi Sosial. Tarsito. Bandung

Hamalik , Oemar. 2001. Proses Belajar mengajar. Bumi Aksara: Jakarta

... 2000. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Tarsito. Bandung

Hakim ,Thursan . 2005. Belajar Secara Efektif. Puspa Swara. Jakarta


(6)

Lestari. Dewi. 2005. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa dan Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan dengan Tingkat Pendidikan yang Di Capai Anak di Kampung Endang Rejo Kecamatan Seputih

Agung Lampung Tengah 2004. Unila

Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Miflen, Miflah. 1996. Sosiologi Pendidikan. Tarsito. Bandung.

Nurhayati. 1997. Karakteristik Siswa Putus Sekolah. Unila

Nasution S. 2005. Berbagai Pendekatan Praktek Dalam Proses Belajar Mengajar. Bina Aksara. Jakarta

Pramudhita, Resthu Dwi Astuti.2006. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPS Semester 1 di SMA N 1 Kota Gajah TP 2005/2006. Unila

Riduan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. CV Alfabeta. Bandung Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengauhinya. Rineka Cipta.

Jakarta

Suprapto, Choiruddin Hadhiri. 2003. Jalan Pintas Menjadi Bintang Pelajar. Mujahid Press. Bandung

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Sardiman, AM. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta

Surya, Hendra. 2004. Kiat-kiat Mengatasi Kesulitan Belajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Sugiono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV.Alfabeta

Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Thabrany, Hasbullah. 1994. Rahasia Sukses Belajar. Rajawali Pers. Jakarta T. Sugihen, Bahrein. 1997. Sosiologi Pedesaan Suatu Pengantar Baru. PT. Grafindo. Jakarta

Ulfa, Maria. 2001. Hubungan Persepsi dan Keadaan Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Tingkat Pendidikan Anak. Unila


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

2 12 78

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 7 13

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP SWASTA NUSANTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 107

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 10 71

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 13 72

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, CARA GURU MENGAJAR, DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 89

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DI RUMAH CARA BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 75

PENGARUH PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG WAJIB BELAJAR KETERSEDIAAN SARANA BELAJAR DI RUMAH DAN KEMAMPUANMENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1SEKAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 91

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP XAVERIUS 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 5 83

PENGARUH MOTIVASI DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 15 93