AGAMA DILECEHKAN MENGAPA HARUS TERSINGGU

AGAMA DILECEHKAN: MENGAPA HARUS
TERSINGGUNG?
Oleh Pertampilan S. Brahmana
1. Kasus Pelecahan Agama Beserta Simbolnya
Kasus pelecehan terhadap agama dan symbol-simbolnya
bukanlah peristiwa yang baru. Kasus sering terjadi dan
berulang. Pelecehan ini bukan saja hanya terhadap satu
kelompok agama saja, tetapi terhadap banyak agama, di
lokasi yang berbeda (Negara, wilayah).

1.1 Islam
Pelecehan terhadap agama Islam di negara Barat sejak
tahun 2000 adalah sebagai berikut:
Tahun
Nov
2000

Okt
2002

Jan

2003

Nov
2003

Kejadian
harian Kanada, Kalaghory Shin memuat
artikel yang di dalamnya menuduh bahwa
Islam adalah agama yang khusus untuk
membunuh orang-orang Yahudi.
Partur Garry Falweel, salah seorang
pendeta terkenal di kelompok Baptis (salah
satu aliran di gereja Protestan), dalam
sebuah wawancara dengan sebuah stasiun
televisi Amerika mengatakan,''Muhammad
adalah seorang bringas dan suka perang.''
dijual stiker-stiker yang menyerupakan Islam
dengan Nazi pada muktamar kaum
konservatif yang dibuka langsung oleh
deputi presiden Amerika

Prancis
meningkatkan
kampanye
pelarangan jilbab Islami di sekolah-sekolah
dan tempat-tempat kerja.

Jan
2004

Juli
2004

Nov
2004
Mei
2005

Juli
2005


Sep
2005
Nov
2005
Des
2005

anggota Partai Nasional Inggris, Nick
Gryfen, menyebut Islam sebagai ''ideologi
yang rusak'', tidak layak untuk mendapatkan
tempat bagi kompromi penting di dalam
masyarakat yang bebas dan tidak sesuai
dengan demokrasi.
para tahanan Arab dan Muslim di
Guantanamo yang telah dibebaskan mulai
mengungkapkan tentang perilaku pelecehan
terhadap Islam berupa perobekan dan
penodaan (pengotoran) terhadap kitab suci
Alquran oleh para serdadu Amerika di
penjara yang terkenal tersebut.

sebuah film karya seorang Belanda, Van
Gogh, menuduh Islam sebagai agama yang
menindas wanita.
seorang penyiar radio di Washington, Michel
Graham, menyebut Islam sebagai kelompok
teroris dan kini dalam kondisi perang
dengan Amerika Serikat, untuk itu layak
dilakukan serangan senjara nuklir ke
Makkah Al-Mukarramah.
tokoh komedi Amerika, Jacky Mison, di
dalam acara yang dipandu seorang penyiar
Jime Bohanon, melecehkan Islam dan
menyebutnya sebagai organisasi yang
mendorong pembunuhan, kebencian, dan
terorisme.
harian Denmark, Jyllands-Posten, memuat
gambar kartun yang melecehkan Rasulullah
SAW
serangan terhadap masjid di Wina Austria.
seorang penyiar Radio Chicago, Amerika,

Powell Harvey menyebut Islam sebagai
agama yang mendorong kepada aksi

pembunuhan.
Jan
harian Norwegia kembali memuat gambar
2006
karikatur yang mengambarkan Rasulullah
SAW dengan penggambaran yang tidak
layak, dengan dalih kebebasan berekspresi
(freedom of expression) atau freedom of
speech.
Jan
penyiar televisi dari jaringan televisi kabel
2006
MSNBC, Bill Handel, mengolok-olok kaum
Muslimin soal peristiwa Mina, dan menyebut
mereka sebagai para pembegal jalanan.
10 Jan majalah Kristen Norwegia, Magazinet,
2006

kembali memuat gambar yang pernah
dimuat harian Denmark dan meminta maaf
setelah itu.
Jan
perusahaan-perusahaan jaringan mencetak
2006
gambar pelecehan terhadap Rasulullah
SAW yang mengenakan kaos dan diedarkan
ke seluruh dunia dengan harga yang sangat
murah agar dipakai banyak orang --baik
dengan sengaja maupun tidak sadar
Sumber Harian Republika, 13 Februari 2006
Pelecehan yang terjadi bukan saja terhadap Islam di luar
Indonesia. Di dalam Negara Indonesia, juga terjadi
pelecehan terhadap agama tertentu. Kasus di dalam negeri
Indonesia misalnya kasus Tabloit Monitor pada pada bulan
Oktober 1990 dan Majalah Senang terbitan No. 34, 21
September – 4 Oktober 1990, yang dinilai melecehkan
agama Islam. Tabloit Monitor menjadi kasus karena
memuat angket yang menempatkan Nabi Muhammad

SAW, pada peringkat 11, di bawah sejumlah artis, pejabat,
politikus, bahkan di bawah Arswendo sendiri. Sedangkan
majalah Senang memuat rekaan gambar Nabi Muhammad
SAW, sesuatu yang ditabukan dalam umat Islam (Tempo,
10 November 1990). Kejadian ini dianggap sebagai
pelecehan atas nabi Muhammad SAW.

1.2 Hindu
Agama Hindu juga tidak terlepas dari pelecehan. Kasus
AM Saefuddin, oleh Umat Hindu dianggap melecehkan
Agama Hindu. Menurut Putu Wirata Dwikora, dalam 10
sampai 15 tahun belakangan ini, pemanfaatan simbolsimbol serta ikon-ikon Bali dan Hindu untuk memperkaya
ciptaan kreatif memang cukup sering kesandung protes.
Misalnya, kasus canang mesesari bola golf di tabloid
BaliKini, videoklip roker Saigon Kick yang juga mendapat
protes dan dianggap melecehkan meru karena sang artis
tampak "seakan-akan’’ menari-nari di atas pucuk meru
(Kompas, 20 Juni 2004).
Beberapa kasus tersebut antara lain kasus AM Saefuddin.
Pada harian Republika, Suara Indonesia dan Merdeka, AM

Saefuddin (Menpangan dan Hortikultura masa Kabinet
Habibie), memuat pernyataan, seperti yang dikutip di
Republika (15/10), bahwa dia (A.M Saefuddin) mengaku
bisa mengungguli Megawati karena alasan agama.
Menurut AM Saefuddin, Mega pernah sembahyang ke
pura, sedangkan dirinya salat di masjid. ''Dia kan
agamanya Hindu. Saya Islam. Relakah rakyat Indonesia
presidennya beragama Hindu,'' katanya seperti dikutip
Republika (Balipost, Sabtu, 17 Oktober 1998). Pernyataan
AM Saefuddin langsung menimbulkan protes di seluruh
Bali.
Kasus berikutnya adalah kasus merek motor Awatara 100.
Penggunaan nama ini dinilai melecehkan dewa-dewa
yang sangat disucikan dalam agama Hindu (Kompas, 18
Januari 2001).
Tayangan sinetron Angling Dharma di Indosiar sekitar
Januari 2002. Organisasi Forum Pecinta Kerukunan Hidup

Beragama (FPKUB) yang dimotori sejumlah organisasi
mahasiswa Hindu menilai

tayangan sinetron ini
mendiskreditkan Hindu. FPKUB sempat menduduki stasiun
relai Indosiar di Bukit Bakung Bali sebagai tanda protes
kepada stasiun Indosiar yang menayangkan sinetron ini.
Kasus novel Supernova 2 karya Dewi Dee Lestari yang
menggunakan aksara suci sehingga Forum Intelektual
Muda Hindu Dharma (FIMHD) melakukan protes. Akhirnya
Dee minta maaf dan berjanji mengganti sampul depan
novelnya untuk cetakan berikutnya.
Kasus canang masesari dua bola golf di majalah Bali Kini,
juga dianggap melecehkan HIndu. Kasus ini sempat
dibawa ke meja hijau, pelakunya dituduh melakukan
pelecehan divonis dengan hukuman percobaan.
Pemakaian tato `Ongkara` di bagian pantat seorang turis
asing di Buleleng pada tahun 2001 dan dipusar seorang
Artis. Kasus majalah Liberty edisi No. 2171 tanggal 1-10
September 2003 memuat foto artis Wien Aditya Estaves
yang memamerkan tato Ongkara di bagian pusarnya
Pelecehan dalam bentuk lain adalah perusakan Pura di
Pulau Bali. Perusakan Pura ini dilakukan oleh kelompok

yang tidak dikenal.
Beberapa Pura yang dirusak adalah sebagai berikut:
Nama Pura
Kati Gajah

Pura
Penataran

Sumber
Keterangan
Dirusak
Balipost,
20/01/2005,
Media
Indonesia,
22/01/2005
Kedonganan Dirusak
Balipost,
20/01/2005,
Lokasi

Tuban

Pura
keluarga
Temacun

Legian

Dirusak

Pura Lobong Legian

Dirusak

Pura Dalem Legian
Kahyangan

Dirusak

Pura Dalem

Legian

Dirusak

Pura Puseh,

Kuta.

dirusak

Pura Desa,

Kuta.

Dirusak

Pura Segara

Kuta.

Dirusak

di

Pura
Kuta.
dirusak
Penyarikan
Kedonganan. Dirusak
Pura
Pengorengan
(Pura Dadia)
Pura Dalem Kedonganan. Dirusak
Kedonganan

Media
Indonesia,
22/01/2005
Balipost,
20/012005,
Media
Indonesia,
22/01/2005
Balipost,
20/01/2005,
Media
Indonesia,
22/01/2005
Balipost,
20/01/2005,
Media
Indonesia,
22/01/2005
Balipost,
22
Januari 2005
Balipost,
22
Januari 2005
Balipost,
22
Januari 2005
Balipost,
22
Januari 2005
Balipost,
22
Januari 2005
Balipost,
22
Januari 2005
Balipost,
22
Januari 2005

Selain perusakan juga goresan (Jejas) misterius baik pura
maupun palinggih pribadi di Bali. Hingga 20/02/2005 warga

Hindu Bali telah menemukan, sekitar 35 rumah mrajannya
'mendapat' goresan misterius ini. Selain itu puluhan
palinggih kena colekan yang sama misalnya di Pura Dalem
Batuyang, Pura Sunia Loka, Pura Jagapati, Pura Padma
Banjar dan Pura Sapu Jagat. Pelacakan colekan pamor ini
juga melibatkan unsur prajuru dinas, adat serta unsur
Camat Blahbatuh. (NUSA Minggu, 20 Februari 2005)
Kasus perusakan Pura dan goresan ini, memang sangatsangat membingungkan, karena dilakukan dijantung pusat
umat Hindu itu sendiri Bali. Umat Hindu di Bali benar-benar
kecolongan dalam kasus ini.
1.3 Kristen
Sedangkan pelecehan terhadap simbol-simbol Kristen,
berupa perusakan, penghancuran, pembakaran gereja,
pelarangan, penutupan rumah ibadah, dan bangunan milik
umat Kristen selama Orde Reformasi, ternyata lebih
banyak bila dibandingkan semasa Orde Baru.
Masa

Orde Baru

Orde
Reformasi
(Habibie +
Gus Dur)

Jumla Juml Rata2
ah
kasus/
h
Tahun Kasu Tahun
s
7 Maret 1967
31
456
14,70
s/d 21 Mei
1998
22 Mei 1998
3
367 122.33
s/d 31
Januari 2001
Periode

Sumber: dari berbagai Sumber
Selama Orde Baru berkuasa lebih kurang 31 tahun,
pelecehan berupa perusakan, penghancuran, pembakaran
gereja, pelarangan, penutupan rumah ibadah, dan

bangunan milik umat Kristen terjadi 456 kali, rata-rata
kasus pertahun antara 14-15 kasus. Tiga tahun pertama
Orde Reformasi berkuasa pelecehan berupa, perusakan,
penghancuran,
pembakaran gereja, pelarangan,
penutupan rumah ibadah, dan bangunan milik umat Kristen
367 kali, rata-rata kasus pertahun antara 122-123. Terjadi
peningkatan pelecehan yang luar biasa.
Contoh trakhir pelecehan agama ini adalah kasus davini
vici, oleh kalangan pengikut katolik, filem ini dianggap
merendahkan orang suci di dalam agama katolik.

2. Bentuk-Bentuk Pelecehan Agama
Bagaimana bentuk-bentuk pelecahan? Setidak-tidaknya
ada 5 variasi yang dianggap sebagai pelecehan.
1

Perusakan
Material

2

Penghinaan
Simbol

Perusakan, Pemboman Gereja,
Perusakan Pura di Bali oleh orang
yang tidak dikenal.
Simbol-simbol Suci Dalam Agama
Hindu Ongkara, dijadikan seni tatto.
Logo album Laskar Cinta oleh Grup
Musik Dewa.
Gambar pada novel Dewi Lestari
cetakan
pertama,
dianggap
menghina Hindu oleh umat Hindu.

3

Penghinaan
Nabi

Pengkoyakan,
pembakaran
terhadap kkitab suci yang pernah
terjadi.
Adegan Yesus Minum Coca-Cola di
Film Italia yang berjudul “Seven
Miles from Jerusalem”. (SIB, 6 April

2007).

4

5

Penghinaan
Ritual

Visualisasi Nabi Muhammad seperti
yang
dilakukan
oleh
harian
Denmark, Jyllands-Posten.
VCD SARA yang berisi kegiatan
training doa yang digelar sebuah
kelompok
bernama
Lembaga
Pelayanan Mahasiswa Indonesia
(LPMI) Wilayah Jatilara di sebuah
hotel di Kota Batu, 17-21 Desember
2006. para peserta training doa
mengenakan pakaian muslim tetapi
menyanyikan
lagu
nasrani.
Diperlihatkan juga seorang pendeta
yang
sedang
membaca
doa
sementara
peserta
lainnya
menangis. (Waspada 11 Apr 2007,
Koran Sindo, 31/03/2007, Detikcom,
10/04/2007).

Penggenggaman
Roti
Hosti
perayaan pesta Kristus Raja Alam
Semesta di ibu kota Kabupaten
Belu. di NTT. (Majalah Berita
Mingguan Gatra 9 Desember 1995).
Nikah Beda Antara lain seperti yang dilakukan
Agama
Ratna
Ani
Lestari
Bupati
Banyuwangi yang menang dalam
Pilkada di Banyuwangi Jawa Timur
Juni 2005. Ratna Ani Lestari juga
adalah istri Bupati Jembrana Gde
Winasa, Hindu (Propinsi Bali).
Pernikahan seperti ini dipersoalkan
karena jabatan yang diemban Ratna
Ani Lestari. Sebab banyak yang
nikah beda agama seperti yang

dilakukan oleh Ratna Ani Lestari
tidak dipermasalahkan.

3. Mengapa Harus Tersinggung, Marah dan Balas
Dendam?
Pertanyaan kemudian, perlukah kita tersinggung dengan
kasus-kasus pelecehan tersebut di atas? Jawabnya perlu
kalau terjadi perusakan, atau penghancuran secara
material. Bila kondisi seperti ini wajar semua tersinggung
dan wajib melaporkannya kepada pihak keamanan, karena
yang dirusak, dibakar adalah material adalah bagian dari
hasil kerja umat, jemaat, atau sedharma membangunnya
yang mungkin material ini hasil kerja umat, jemaat, atau
sedharma selama bertahun-tahun, dihancur dalam
seketika gara-gara melalui pembakaran atau perusakan,
sehingga tidak dapat dilakukan untuk bersembahyang,
beribadat.
Penghinaan simbol, penghinaan melalui ritual, pernikahan
beda agama model kasus Ratna Ani Lestari (kalau
memang ini dianggap bagian dari pelecehan) seharusnya
kita tidak perlu tersinggung, sebab tidak ada perusakan
material di sana. Masalah pelecehan seperti ini serahkan
saja kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab dalam ALKITAB dan AL-QUR'AN dinyatakan bahwa Tuhan adalah
Yang Maha Esa, adalah Yang Maha Kuasa. Seharusnya
melalui kesadaran seperti ini kita sebagai manusia, sadar,
bukan membingkai-mengkerdilkan kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa dengan melakukan tindakan-tindakan material
yang destruktif. Serahkan saja kepada Tuhan si pemilik
symbol, melalui kekuasaannya tersebutlah kelak para
pelaku pelecehan itu menerima hukumannya, soal kapan
itu terjadi serahkan saja kepada si pemilik langit dan bumi
ini.

Allah Maha Kuasa
AL-KITAB
AL-QUR'AN
Yeremia 32: 17-18

Ali Imran: 189

17. Ah, Tuhan ALLAH!
Sesungguhnya,
Engkaulah yang telah
menjadikan langit dan
bumi dengan kekuatanMu yang besar dan
dengan lengan-Mu yang
terentang. Tiada suatu
apapun yang mustahil
untuk-Mu!

kepunyaan Allah-lah
kerajaan langit dan bumi,
dan Allah Maha Perkasa
atas segala sesuatu.

18. Engkaulah yang
menunjukkan kasih
setia-Mu kepada beriburibu orang dan yang
membalaskan
kesalahan bapa kepada
anak-anaknya yang
datang kemudian. Ya
Allah yang besar dan
perkasa, nama-Mu
adalah TUHAN semesta
alam.
Keluaran 6: 2

Al-Baqarah: 164

Aku telah
menampakkan diri
kepada Abraham, Ishak
dan Yakub sebagai
Allah Yang Mahakuasa,

Sesungguhnya
dalam
penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut

tetapi dengan nama-Ku
TUHAN Aku belum
menyatakan diri.

membawa
apa
yang
berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah
turunkan
dari
langit
berupa air, lalu dengan air
itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya
dan Dia sebarkan di bumi
itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi;
sungguh (terdapat) tandatanda
(keesaan
dan
kebesaran Allah) bagi
kaum yang memikirkan.

Dalam Yeremia 32: 17-18, dan Keluaran 6: 2 (Kristen), Ali
Imran: 189, dan Al-Baqarah: 164
(Islam) jelas
menyebutkan Tuhan Maha Kuasa. Sebagai Yang Maha
Esa, tentu DIA berkuasa atas segala ciptaannya. Mengapa
kita tersinggung, marah dan balas dendam kepada orang
lain yang melecehkannya?
Serahkan saja kepada Tuhan Yang Maha Esa menghukum
mereka yang melecehkan Tuhan beserta simbol-simbolnya
tersebut. Kalau Tuhan Yang Maha Esa belum seketika
menghukum mereka, mungkin masih ada rencana Tuhan
yang lain terhadap mereka. Maka untuk itu mengapa kita
harus marah, dendam, mengamuk kepada para peleceh
tersebut? Mengapa kita tidak berpikir rasional saja dalam
hal ini.
4. Penutup
Pelecahan atas agama tetap akan semakin banyak terjadi
di masa depan. Semakin garang, keras pengikut agama

tertentu memprotes pelecahan yang dilakukan terhadap
agama tertentu, semakin senang, semakin berulang
pelecahan itu dilakukan. Tujuannya bervariasi, mulai dari
bagian dari kesenangan kelompok tertentu, sampai
mengukur, mempermaikan emosi para pengikut agama
tertentu tersebut.
Bahkan dapat dimaknai sebagai sarana membenturkan
rakyat dengan pemerintahannya. Kasus Harian Jyllands
Posten di Denmark adalah contoh. Reaksi atas pemuatan
karikatur Nabi Muhammad di beberapa negara, akhirnya
membenturkan rakyat di suatu Negara dengan penguasa
negaranya.
Makna lain atas reaksi yang dilakukan, untuk
“menghancurkan” si peleceh Tuhan Yang Maha Esa, oleh
mereka yang merasa mewakili Tuhan, walau Tuhan Yang
Maha Esa tidak pernah memberikan mandat kepada
mereka memberi citra bahwa Tuhan Yang Maha Esa tidak
berdaya. Ini menunjukkan bahwa kekuasaah Tuhan Yang
Maha Esa sedangkan kita bingkai kearah kerdilisme suatu
sikap yang bertentangan dengan makna Yeremia 32: 1718, Keluaran 6: 2 (Kristen), Ali Imran: 189, dan AlBaqarah: 164 (Islam) tersebut di atas.
Maka kalau ada pihak-pihak tertentu ingin membesarbesarkan kasus-kasus pelecehan di atas agar menjadi
besar, misalnya agar masyarakat saling bertikai, agar bisa
menjadi
seperti kasus Ambon, atau Poso, itu
menandakan orang tersebut sedang mencari keuntungan
material (duniawi) (uang, politik, citra) untuk kepentingan
dirinya atas nama Tuhan. Padahal Tuhan Yang Maha Esa
tidak pernah memberikan mandat kepada mereka, apalagi
sampai merusak ciptaan Tuhan tersebut (kebhinekaan
yang ada). Masyarakat yang bertikailah yang hendak
dijadikannya
kuda
tunggangannya
untuk
meraih
materialisme duniawi tersebut.

Referensi
Al Quran Online
Alkitab Online
Balipost, 17 Oktober 1998
Balipost, 20/01/2005,
Detikcom, 10/04/2007).
GATRA 9 Desember 1995
Hadikusuma, Hilman. 1993. Antropologi Agama I. Pt. Citra
Aditia Bakti.
http://www.christianpost.co.id/archive.htm?mcat=missions&
scat=persecution
http://www.indosiar.com/welcome/forum/topic.asp?TOPIC_
ID=16479
http://www.pdat.co.id/hg/political_pdat/2005/08/31/pol,2005
0831-01,id.html
http://www.suarapembaruan.com/News/2005/08/26/index.h
tml
Kompas, 18 Januari 2001
Kompas, 20 Juni 2004
Koran Sindo, 31/03/2007,
Media Indonesia, 22/01/2005
NUSA Minggu, 20 Februari 2005
Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. 1993. Pedoman
Pembinaan Umat Hindu Dharma Indonesia. Bali:
PT. Upada Sastra.
Republika, 13 Februari 2006
Tempo, 10 November 1990
Waspada 11 Apr 2007,