PENGARUH KEDEKATAN PERSONAL GURU DAN SISWA DALAM PENGAJARAN MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM TERHADAP SIKAP KESADARAN BERAGAMA SISWA (Studi pada Siswa Kelas IV dan V SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung

(1)

PENGARUH KEDEKATAN PERSONAL GURU DAN SISWA DALAM PENGAJARAN MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM TERHADAP

SIKAP KESADARAN BERAGAMA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas IV dan V SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung

(Skripsi)

Oleh

SUSILOWATI 0646031051

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena pendidikan itu menyangkut kepentingan masyarakat. Melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang terampil dan produktif sebagai subyek sekaligus obyek dalam mengisi pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan memperhatikan tantangan perkembangan global. Untuk itu diselenggarakanlah proses pendidikan, yang dimulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai dengan jenjang pendidikan tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia agar semakin maju, mandiri serta sejahtera.

Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


(3)

Guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran di sekolah, karena guru merupakan orang yang secara langsung memberikan materi pelajaran kepada siswa, sehingga guru merupakan kunci utama dalam keberhasilan belajar siswa di sekolah. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya mampu mengorganisasikan materi dan kegiatan pembelajaran sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang dinamis, inovatif, dan menyenangkan. Guru juga harus mampu menerapkan metode mengajar yang tepat yang melibatkan siswa secara aktif dalam meningkatkan kualitas belajar siswa.

Upaya yang ditempuh guru dalam rangka meningkatkan kualitas belajar siswa dilakukan dengan proses komunikasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Komunikasi antara guru dan siswa memegang peranan yang sangat penting untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. Komunikasi adalah suatu proses di mana seorang komunikator menyampaikan stimulus/pesan yang biasanya dalam bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain (komunikan), yang dengan perubahan tersebut akan diperoleh persamaan persepsi dan tujuan.

Komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa pada dasarnya merupakan proses komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif, proses komunikasi dilakukan komunikator dan komunikan secara langsung dalam konteks tatap muka (face to face communication), sehingga akan lebih menjamin kredibilitas dan efektivitasnya. Corak komunikasi ini bersifat pribadi, yaitu mengenai kepentingan pribadi pelaku komunikasi dan juga menyangkut seluruh anggota kelompok sesuai dengan pesan


(4)

dan kedudukannya dalam kelompok. Komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang paling ampuh dalam mengubah sikap, pandangan dan perilaku (to change attitude, opinion and behavior) dibandingkan dengan komunikasi kelompok atau komunikasi bermedia (Effendy, 2002: 17-18).

Pada prosesnya, komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dilakukan secara langsung dan arus komunikasi yang terjadi bersifat dua arah, sehingga antara kedua belah pihak pelaku komunikasi (guru dan siswa), mempunyai kesempatan yang sama untuk mengirimkan atau menerima pesan. Dengan kata lain, salah satu pihak tidak mendominasi proses komunikasi, tetapi keduanya mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator atau komunikan (Effendy, 2004: 64).

Pesan yang disampaikan dan diterima dalam proses komunikasi antarpribadi guru dan siswa dalam penelitian ini berupa pesan yang berkenaan dengan perkembangan belajar siswa, khususnya perkembangan kesadaran beragama. Dengan demikian, jelaslah bahwa komunikasi antara guru dan siswa sangat penting dalam mendukung proses belajar mengajar dan meningkatkan perkembangan belajar anak.

Pelaksanaan komunikasi antarpribadi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa yang dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah ini diarahkan untuk pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan. Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah, yang berlokasi di Jalan Tamin Nomor 68 Tanjung Karang Bandar Lampung. Ar-Raudah sebagai lembaga pendidikan Islam berusaha menjawab tantangan dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan


(5)

lembaga pendidikan dasar yang bernuansa Islami dalam membentuk generasi robbani (berpendidikan) yang mampu mengembangkan seluruh potensi manusia secara utuh: jasmani, rohani, emosi dan akal, Kurikulum yang dikembangkan di sekolah ini adalah perpaduan antara kurikulum Pendidikan Nasional dan Kurikulum pendidikan Agama Islam dengan porsi yang seimbang (Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung, Tahun 2010).

Pendidikan berlandaskan dan berwawasan agama dewasa ini sangat penting dilaksanakan, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat di era modern ini membawa perubahan-perubahan yang sangat besar dan mendalam pada segenap aspek kehidupan masyarakat. Kehidupan manusia telah dipolakan dengan ilmu pengetahuan yang jauh dari nilai-nilai spriritual, sehingga dikhawatirkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut justru akan menghilangkan kekayaan rohaniah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dapat memberikan manfaat tetapi juga dapat membawa mudharat bagi perkembangan masyarakat. Dengan teknologi komunikasi dalam waktu yang singkat masyarakat akan memperoleh berbagai informasi dari seluruh penjuru sehingga akan menambah wawasan dan pengetahuan, tetapi dalam waktu yang sama masyarakat juga disuguhkan dengan berbagai informasi pendangkalan akidah, perubahan cara berpikir dan mengikis akhlak oleh faham matrialisme, liberalisme-kapitalis yang sering kali kering oleh nila-nilai agama, kebenaran dan kebaikan (Din Syamsuddin, 2001: 4). Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan yang berbasis agama seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung merupakan salah satu upaya yang signifikan untuk menanamkan


(6)

nilai-nilai keagamaan kepada anak didik sejak dini, agar mereka kelak dapat menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat secara proporsional.

Adapun alasan pemilihan Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung adalah sebagai berikut:

1. Adanya kekhususan yang membedakan sekolah ini dengan sekolah dasar lainnya, yaitu kurikulum pelajaran yang memadukan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama, serta berorientasi pada upaya membentuk generasi Islam masa depan yang berkualitas yang memiliki keimanan yang mendalam, kreatif, inovatif, cerdas dan berdisiplin, bertanggung jawab, dan menjadi pemimpin yang mampu berdakwah dalam setiap aspek kehidupan.

2. Terdapat kurikulum khusus atau tambahan yang lebih menekankan pada pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran tambahan/khusus tersebut antara lain hafalan Al Quran/Juz Amma dan Al Hadist serta praktik ibadah. Pelajaran Agama Islam di sekolah ini lebih dikembangkan, sehingga membedakannya dengan mata pelajaran Agama Islam di sekolah dasar lain, yaitu Mata Pelajaran Al Quran dan Al Hadits, Akidah dan Akhlak dan Sejarah Islam.

3. Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung dilaksanakan dengan rasio 1: 10, artinya 1 orang guru membimbing 10 siswa. Hal ini mengindikasikan adanya kedekatan personal antara guru dan siswa, sehingga sesuai dengan kajian penelitian ini yaitu mengenai kedekatan personal sebagai bentuk komunikasi antarpribadi


(7)

Dalam konteks penelitian ini penerapan komunikasi antarpribadi guru dan siswa diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran beragama pada siswa. Penanaman nilai-nilai agama pada anak sejak usia dini merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh orang tua dan lembaga pendidikan. Ibarat suatu bangunan, pondasi yang kuat akan membuat bangunan tersebut bertahan lebih lama ketimbang bangunan dengan pondasi yang asal jadi. Begitu pula dengan manusia. Masa kanak-kanak merupakan tahapan awal yang harus diselesaikan dengan baik agar pada masa perkembangan selanjutnya si anak dapat tumbuh menjadi remaja ataupun orang dewasa yang diharapkan. Kalaupun ada banyak perubahan yang akan terjadi nantinya, pondasi awal yang sudah kuat tidak perlu ikut mengalami perubahan, karena mereka telah memiliki landasan agama yang kuat.

Sehubungan dengan upaya memberikan landasan agama yang kuat pada anak, pendidik merupakan salah satu unsur yang amat berperan dalan pembentukan hal tersebut. Meskipun waktu bersama guru tidaklah sebanyak dengan waktu bersama orangtua di rumah, namun peran guru sangat besar dalam membantu mengeksplorasi diri dan potensi seorang anak. Pada saat di sekolah, peran guru sangat dominan untuk dapat memberikan pengertian dan pemahaman pada anak muridnya. Seorang guru yang diterima oleh muridnya akan menjadi sosok yang digugu dan ditiru oleh muridnya, untuk itu diperlukan pendekatan-pendekatan emosional dalam memberikan pengertian pada murid. Guru pada usia anak-anak diharapkan dalam menyampaikan sesuatu pada muridnya disertai dengan sikap yang penuh kasih sayang pada muridnya (Supratiknya,2002: 11).


(8)

Salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses komunikasi antarpribadi guru dan siswa adalah kedekatan personal antara guru dan siswa. Kedekatan yang timbul secara fisik antara guru dan anak akan membantu pendekatan hubungan guru dan anak secara emosional. Menurut Edward T. Hall dalam Rakhmat (2003: 83), kedekatan fisik disebut juga proksemik, kedekatan jarak dalam menyampaikan pesan.

Kedekatan personal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kedekatan antara guru dan siswa dalam konteks pengajaran Mata Pelalajaran Agama Islam di dalam kelas. Batasan dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh kedekatan personal guru dan siswa dalam pengajaran Mata Pelajaran Agama Islam terhadap sikap beragama pada siswa SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan penelitian ini adalah: “Adakah pengaruh kedekatan personal guru dan siswa dalam pengajaran Mata Pelajaran Agama Islam terhadap sikap beragama pada siswa SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kedekatan personal guru dan siswa dalam pengajaran Mata Pelajaran Agama Islam terhadap sikap beragama pada siswa SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung


(9)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi: 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tambahan pengetahuan bagi kajian ilmu komunikasi khususnya dan bidang ilmu-ilmu sosial lain pada umumnya.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian lebih lanjut dengan kajian mengenai penerapan komunikasi antarpribadi dalam bidang pendidikan dan perkembangan belajar siswa di masa-masa mendatang.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi

Menurut H.A.W Widjaja (2002: 13), komunikasi diartikan sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau diartikan pula sebagai saling tukar menukar pendapat. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai suatu mekanisme hubungan antara manusia yang mengembangkan semua lambang dan pikiran yang sama dengan arti yang menyertainya, melalui keleluasaan (space) serta menyediakan tepat pada waktunya.

Menurut Mulyana (2001: 41), secara etimologis, kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communis yang berarti

‘sama’; communico, communicatio, atau communicare yang berarti ‘membuat sama’ (to make common). Istilah Communis-berasal dari bahasa Latin- adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, merujuk pada suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama. Kata lain yang juga dekat dengan komunikasi menurut Ralph Ross dalam Mulyana


(11)

(2001: 42), adalah komunitas (community), yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, saling berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas, sehingga jelaslah bahwa komunikasi antara sesama manusia menjadi prasyarat terbentuknya komunitas.

Komunikasi adalah proses di mana seseorang menyampaikan gagasan, harapan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan penyampai pesan dan ditujukan kepada penerima pesan. Komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang telah dipahami semua orang, tetapi tidak semua dapat memahami maknanya. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai saling bicara satu sama lain; penyebaran informasi; bersenda gurau; penggunaan fasilitas internet; gaya berpakaian; gaya rambut yang dipilih; dan daftar definisi tersebut masih dapat diteruskan tanpa ada batasnya. Karena segala aspek kehidupan manusia dapat merupakan bentuk komunikasi. Setiap perilaku manusia mempunyai potensi komunikasi, dan untuk ditafsirkan. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang tidak dapat tidak berkomunikasi atau we cannot not communicate (Mulyana, 2001: 98),

Sementara itu menurut Carl I. Hovland dalam Effendy (2002:13), bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain (komunikan), dengan perubahan itu akan diperoleh persamaan persepsi dan tujuan. Komunikasi dalam hal ini merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang pada orang lain dengan menggunakan lambang yang bermakna sama bagi kedua belah pihak.


(12)

Menurut S.M. Siahaan (2002: 4), komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan) dari komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola pemahaman yang dikehendaki oleh komunikator. Jadi proses penyampaian informasi itu berefek terhadap komunikan atau komunikator. Komunikasi adalah pengoperan lambang dan bertujuan partisipasi ataupun motivasi, mempengaruhi komunikan ke arah pemikiran yang diinginkan oleh komunikator. Jadi, komunikasi diartikan sebagai suatu proses yang berlangsung dua arah yang timbal balik, untuk mempengaruhi dan bereaksi.

2. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Menurut Effendy (2002; 57), bentuk-bentuk komunikasi adalah:

a. Komunikasi pribadi (personal communication), adalah komunikasi seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator dan sebagai komunikan.

b. Komunikasi kelompok (group communication), adalah komunikasi yang berlang sung antara seseorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.

c. Komunikasi Massa (mass communication), adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjuk kan ke bioskop-bioskop.


(13)

B. Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi 1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), adalah salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh penyampai pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) secara langsung dalam konteks tatap muka (face to face communication). Pesan yang disampaikan dalam komunikasi antarpribadi ini bersifat dua arah, sehingga para pakar komunikasi menyebutkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang efektif dalam merubah pandangan, sikap dan perilaku komunikan (to change opinion, attitude and behavior) dibandingkan dengan komunikasi kelompok atau komunikasi bermedia. (Effendy, 2004: 17).

Menurut Widjaja (2002: 121), untuk mendapatkan pemahaman mengenai komunikasi antarpribadi maka dapat dilihat dari tiga perspektif yang meliputi, pertama perspektif komponensial yaitu melihat komunikasi antarpribadi dari komponen-komponennya, artinya komunikasi antarpribadi diartikan sebagai proses terjadinya pertukaran pesan (messages) dari seseorang (communicator) kepada orang lain (communican) yang dilakukan secara langsung dan tatap muka (face to face communication), untuk mendapatkan tujuan komunikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Kedua perspektif pengembangan, yaitu melihat komunikasi antarpribadi dari proses pengembangannya, artinya proses komunikasi antarpribadi terus berlangsung antara dua orang yang melakukakannya, dengan memperhatikan adanya perkembangan pada diri seseorang yang menerima pesan, perubahan inilah yang disebut dengan


(14)

pengembangannya. Ketiga perspektif relasional, yaitu melihat komunikasi antarpribadi dari hubungannya, artinya hubungan orang yang melakukan proses komunikasi antarpribadi adalah hubungan personal yang dekat, di mana dengan adanya kedekatan ini akan mempermudahkan bagi pelaku komunikasi tersebut untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan pada diri seseorang yang menerima pesan.

Selanjutnya menurut Widjaja (2002: 125), komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses merupakan rangkaian tindakan, kejadian, dan kegiatan yang terjadi secara terus menerus. Dengan kata lain komunikasi antarpribadi bukanlah suatu hal yang statis tetapi suatu hal yang dinamis. Artinya segala sesuatu yang tercakup dalam komunikasi antarpribadi selalu dalam keadaaan berubah, yakni para pelaku, pesan maupun lingkungannya.

Sedangkan menurut Bochner dalam Mulyana (2001: 16), komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang mencakup hubungan antar manusia yang paling erat. Hubungan interpersonal berkenaan dengan proses pembentukan hubungan perorangan, suatu ikatan yang mendekatkan, mendalam dan pribadi. Manfaat komunikasi antarpribadi ini betul-betul jelas bahkan amat nyata, dalam arti dapat diidentifikasi atau diketahui oleh komunikator maupun oleh komunikan.

2. Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi

Agar lebih dapat memahami komunikasi antarpribadi terlebih dahulu harus melihat ciri-ciri komunikasi antarpribadi sebagaimana sebut Joseph Devito dalam Effendy (2002:19-22), meliputi:


(15)

a. Komunikasi antarpribadi paling sedikit melibatkan dua orang.

Pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya, karena itu tiap-tiap orang harus berusaha agar mereka lebih dekat antara satu dengan yang lainnya. Faktor kedekatan atau proximity bisa menyatakan dua orang yang memiliki kedekatan atau hubungan yang erat, kedekatan antarpribadi itulah yang menyebabkan seseorang bisa menyatakan pendapat-pendapatnya dengan bebas dan terbuka. Kebebasan dan keterbukaan mempengaruhi berbagai variasi pesan baik verbal atau nonverbal.

b. Pesan. Dalam komunikasi antar pibadi ada pesan (message) yang akan disampaikan dari komunikator pada komunikan, yang dalam proses selanjutnya terjadi pertukaran pesan. Komunikasi ini juga digunakan simbol-simbol untuk menyampaikan dan memperoleh persamaan makna.

c. Saluran. Ada dua saluran/medium untuk komunikasi antarpribadi: 1) Saluran suara (audio) dalam wujud pendengaran.

2) Saluran cahaya untuk pengelihatan dapat dirasa, dipegang dan diraba. d. Gangguan. Gangguan dapat mengacaukan makna dalam penyampaian pesan

dalam komunikasi. Ada tiga macam gangguan:

1) Eksternal. Faktor fisiklah biasanya mempengaruhi komunikasi, misalnya deru kendaraan, cahaya yang silau, suara musik yang keras dsb.

2) Internal. Faktor internal pada diri komunikator dan komunikan, misalnya, kurang pendengaran atau tidak bisa bicara dengan benar (gagap), gila dsb. 3) Semantik. Faktor bahasa pada diri peserta komunikasi yang mengalami kesulitan memaknai pesan yang dikirimkan, misalnya perbedaan budaya.


(16)

e. Umpan Balik. Umpan balik adalah pemberian tanggapan terhadap pesan yang dikirimkan dengan suatu makna tertentu. Umpan balik berarti bahwa pesan yang diterima, didengar atau diketahui maknanya. Umpan balik disampaikan secara verbal atau nonverbal, dan berfungsinya adalah untuk memahami pesan yang dikirimkan apakah diterima, ditolak atau dikoreksi.

f. Konteks. Konteks adalah suatu keadaaan atau suasana yang bersifat fisik-historis, dan psikologis tempat terjadinya komunikasi artinya komunikasi tidak terjadi dalam ruang hampa sosial. Dalam hal ini, konteks memiliki empat dimensi:

(1) Fisik; tempat atau lingkungan fisik dimana komunikasi dilakukan (2) Sosial; status dan peran para peserta komunikasi

(3) Psikologis; dorongan, kebutuhan, motivasi, sikap dan sebagainya yang mempengaruhi komunikasi

(4) Temporal; kapan komunikasi dilakukan

3. Efek Komunikasi Antarpribadi

Proses komunikasi dapat dimulai dari komunikator sebagai pemberi pesan untuk disampaikan pada komunikan, agar pesan tersebut dapat disampaikan maka terlebih dahulu harus diberi bentuk atau encode melalui bahasa sikap atau perilaku dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol yang dapat dilontarkan secara langsung. Pernyataan itu nantinya dapat diterima oleh komunikan dengan terlebih dahulu diartikan dan ditafsirkan. Pada akhirnya timbullah efek yang bermacam-macam sesuai dengan pengaruh pesan tersebut kepada komunikan. Jika mendapatkan suatu efek yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka


(17)

komunikasi itu dapat dikatakan efekif. Sedangkan komunikasi antarpribadi dapat dikatakan efektif jika dapat mempengaruhi, merubah sikap dan perilaku.

Efek komunikasi antarpribadi yang timbul pada komunikan seringkali diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Efek kognitif, adalah yang berkaitan dengan pikiran, nalar atau rasio, misalnya komunikan yang semula tidak tahu, tidak mengerti menjadi mengerti atau tidak sadar menjadi sadar.

b. Efek Afektif, adalah efek yang berkaitan dengan perasaan, misalnya komunikan yang semula merasa tidak senang menjadi senang, sedih menjadi gembira.

c. Efek konatif, adalah efek yang berkaitan dengan timbulnya keyakinan dalam diri komunikan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator berdasarkan pesan atau message yang ditransmisikan, sikap dan perilaku komunikan pascaproses komunikasi juga tercermin dalam efek konatif (Effendy, 2004: 22-23).

Ketiga jenis efek tersebut adalah hasil-hasil proses psikologis yang berkaitan satu sama lain secara terpadu, dan tak mungkin dipilah-pilah, misalnya seorang komunikator mengharapkan komunikan berperilaku sesuai dengan keinginan dengan harapannaya. Harapan itu tidak akan muncul jika komunikator sendiri tidak memberikan informasi atau menciptakan suasana perasaan senang bagi komunikan untuk berperilaku sesuai dengan harapannya. Sebaliknya bila komunikan sudah mengerti dan merasa senang atau puas, maka ia akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator .

4. Faktor-Faktor Komunikasi Antarpribadi yang Efektif

Untuk mencapai tujuan komunikasi antar pribadi, komunikator (source) hendaknya memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi tersebut, hal ini karena komunikator merupakan komponen sentral


(18)

dalam suatu proses komunikasi. Hal-hal terkait efektivitas komunikasi antarpribadi menurut Effendy (2002:61) yaitu:

a. Komunikator harus memahami diri dan berempati

Memahami diri maksudnya adalah memahami nilai pribadi yang baik, yang seharusnya ada dan dimiliki komunikator. Nilai pribadi merupakan perpaduan antara kemampuan, kejujuran dan itikad baik. Ketiga hal ini tercermin dalam perasaan, akhlak dan watak seseorang. Dengan kemampuan, kejujuran dan itikad baik, seorang komunikator akan memperoleh kepercayaan. Kepercayaan yang besar akan mempengaruhi perubahan sikap, sedangkan kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Dengan empati seorang komunikator, komunikan akan merasa tertarik.

b. Komunikator harus memahami pesan yang disampaikan pada komunikan Pesan yang disampaikan tidak hanya harus dimengerti oleh komunikan, tetapi komunikator harus memahami pesannya. Hal ini menunjukkan bahwa komunikator ketika mengucapkan pesan harus menggunakan pemikiran seksama dan memperhitungan makna pesan itu bagi komunikan yang dihadapinya. Dalam hubungan dengan pesan itu, Wilbur Schram dalam Effendy (2002:63), mengemukakan bahwa kondisi tersebut diantaranya: (1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehinga dapat

menarik perhatian komunikan.

(2) Pesan harus menggunakan lambang yang tertuju pada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti. (3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

(4) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki komunikator. c. Komunikator harus memahami komunikan yang dituju

Komunikator harus benar-benar memahami kondisi dan keadaan komunikan secara menyeluruh. Dengan pengertian yang demikian maka faktor psikologis dan kedekatan akan memberikan peluang lebih besar bagi masuknya muatan pesan yang disampaikan sehingga efek yang ingin dicapai lebih telihat jelas.

5. Bentuk-Bentuk Komunikasi Antarpribadi

Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu sebagai berikut:


(19)

a. Komunikasi diadik (dyadic communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang maka dialog sang terjadi secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannva hanya kepada diri komunikan seorang itu. Situasi komunikan seperti itu akan nampak dalam komunikasi triadik atau komunikasi kelompok, balk kelompok dalam bentuk keluarga maupun dalam bentuk kelas ataupun seminar. Dalam suatu kelompok terdapat kecenderungan pemilihan interaksi seseorang dengan seseorang yang mengacu pada apa yang disebut primasi diadik (dyadic primacy). Primasi adalah setiap dua orang dari sekian banyak dalam kelompok itu yang terlihat dalam komunikasi berdasarkan kepentingannya masing-masing (Effendy, 2002: 63).

b. Komunikasi triadik (triadic communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang kornunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannva kepada seorang komunikan, sehingga ia bisa menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.Walaupun demikian dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi kelompok dan komunikasi massa, komunikasi triadik merupakan


(20)

komunikasi antarpribadi yang lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap. opini, atau prilaku komunikan (Effendy, 2002: 63).

C. Kedekatan Personal dalam Komunikasi Antarpribadi

Menurut Edward T. Hall dalam Rakhmat (2003: 83), kedekatan fisik disebut juga proksemik, kedekatan jarak dalam menyampaikan pesan. Untuk memelihara dan meneguhkan hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan untuk mengembalikan keseimbangan (equilibrium). Dalam hal ini ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini: keakraban, kontrol, respon yang tepat dan nada emosional yang tepat (Rakhmat, 2003:126).

1. Keakraban

Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara jika kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Menurut Argyle dalam Rakhmat (2003:126):

Jika dua orang melakukan tingkat keakraban yang berbeda akan terjadi

ketidak serasian dan kejanggalan… jika A menggunakan teknis sosial seperti berdiri lebih dekat, melihat lebih sering dan tersenyum lebih banyak daripada B, maka B akan merasa A bersifat agresif dan terlalu akrab, sedangkan A akan merasa B bersikap acuh tak acuh dan sombong.

2. Kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa dan bilamana

Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang


(21)

menentukan, siapa, siapkah yang dominan. Konflik terjadi biasanya bila masing-masing ingin berkuasa dan tidak ada pihak yang mau mengalah.

3. Ketepatan respon

Artinya respon A harus diikuti oleh respon B yang sesuai. Dalam percakapan misalnya pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Dalam konteks ini respon dibagi dalam dua kelompok, yaitu: konfirmasi dan diskonfirmasi. Konfirmasi menurut Sieburg dan Larson dalam Rakhmat (2003:127), adalah

“any behavior that causes another person to value himself more”. Sebaliknya diskonfirmasi adalah “behavior that cause a person to value himself less”. Konfirmasi akan memperteguh hubungan sosial dan diskonfirmasi akan merusaknya.

Selanjutnya Rakhmat (2003:127-128), mengemukakan respon yang termasuk dalam konfirmasi dan diskonfirmasi adalah:

Konfirmasi

a. Pengakuan langsung (direct acknowledgement).

Saya menerima pernyataan pernyataan Anda dan memberikan respon

segera misalnya, “Saya setuju, Anda benar”. b. Perasaan positif (positive feeling).

Saya mengungkapkan perasaan yang positif terhadap apa yang sudah Anda katakan.

c. Respons meminta keterangan (clarifying response)

Saya meminta Anda menerangkan isi pesan Anda; misalnya: “Ceritakan lebih banyak tentang itu”.

d. Respons setuju (agreeing response)

Saya memperteguh apa yang telah Anda katakan; misalnya, “Saya setuju – Ia memang bintang terbaik saat ini”.

e. Respons suportif (supportive response)

Saya mengungkapkan pengertian, dukungan atau memperkuat Anda; misalnya mengerti apa yang Anda rasakan.


(22)

Diskonfirmasi

a. Respons sekilas (tangential response)

Saya memberikan respon pada pernyataan Anda, tetapi dengan segera

mengalihkan pembicaraan; misalnya, “Apakah film itu bagus?’. Lumayan. Jam berapa besok Anda harus saya jemput?’.

b. Respons impersonal (impersonal response)

Saya memberikan komentar dengan kata ganti orang ketiga; misalnya

“Orang memang sering marah diperlakukan seperti itu”.

c. Respons kosong (imprevius response)

Saya tidak menghiraukan Anda sama sekali; tidak memberikan sambutan baik secara verbal maupun nonverbal.

d. Respons yang tidak relevan (irrelevant response)

Seperti respon sekilas, saya berusaha mengalihkan pembicaraan tanpa menghubungkan sama sekali dengan pembicaraan Anda, misalnya: “Buku

ini bagus,” “Saya heran mengapa mengapa Rini belum juga pulang,

menurut Kamu kira-kira dia kemana?”. e. Respons interupsi (interruption response)

Saya memotong pembicaraan Anda sebelum Anda selesai, dan mengambil alih pembicaraan dan mengambil alih pembicaraan.

f. Respons rancu (incoherent response)

Saya berbicara dengankalimat yang kacau, rancu atau tidak lengkap g. Respons kontradiktif (incongruous response)

Saya menyampaikan pesan verbal yang bertentangan dengan dengan pesan nonverbal, misalnya saya mengatakan dengan bibir yang mencibir

danintonasi suara yang merendahkan, “Memang, bagus betul pendapatmu”.

(Rakhmat, 2003:127-128)

4. Keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi

Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi. Bila saya turut sedih ketika Anda mengungkapkan penderitaan Anda, saya menyamakan suasana emosional saya dengan suasana emosional Anda. Anda Akan

menganggap saya “dingin” jika saya menanggapi perasaan Anda dengan


(23)

D. Tinjauan Tentang Kegiatan Belajar Mengajar 1. Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar

Menurut Djamarah (2001: 46), kegiatan belajar mengajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik atau guru dalam menanamkan pengetahuan. kemampuan, keterampilan kepada anak didik melalui proses pendidikan dan pembelajaran yang terencana, terorganisasi dan berkesinambungan. Mengajar pada hakikatnya adalah memberikan bimbingan kepada anak dalam proses belajar mengajar, hal ini selaras dengan pendapat bahwa mengajar adalah kegiatan guru membimbing dan mendorong murid memperoleh pengalaman yang berguna bagi perkembangan semua potensi yang dimilikinya semaksimal mungkin.

Kelangsungan proses belajar mengajar di sekolah ditentukan oleh banyaknya faktor dalam mencapai tujuannya. Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah bagaimana seorang guru mengadakan hubungan interaksi belajar dengan siswa. Oleh karena itu di dalam menciptakan proses belajar mengajar yang optimal, penerapan metode belajar sangat penting sekali, sebab dengan metode mengajar maka diharapkan dapat tumbuh kegiatan mengajar dari seorang guru.

Menurut Winataputra (2003: 162), yang dimaksud dengan kegiatan belajar mengajar adalah prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran pada para guru dalam merencakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar mengacu pada rancangan yang telah direncanakan di dalam fungsinya untuk mencapai tujuan yang


(24)

diharapkan. Dalam interaksinya, seorang guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses belajar mengajar yang ada pada saat ini menuntut siswa untuk aktif sehingga pelaksanaan belajar mengajar tidak didominasi guru. Untuk itu hendaknya seorang guru mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan demikian maka jelaslah bahwa proses interaksi akan berjalan dengan baik, jika siswa dapat aktif dalam proses belajar mengajar.

Menurut Djamarah (2001: 46), dalam kegiatan belajar mengajar, guru menerapkan metode pembelajaran, yaitu strategi kegiatan yang telah dipilih dan ditetapkan atau cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Dalam proses belajar mengajar terdapat dua pendekatan yaitu:

a) Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prisip umum itu keadaan khusus. Dalam berfikir deduktif dalam proses pembelajaran membaca siswa bertolak dari suatu kalimat baru kemudian diajarkan pengejaan perkata dan selanjutnya barulah di jabarkan pada penjelasan susunan perabjad.

b) Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif adalah proses penalaran yang diawali dengan keadaan khusus baru kemudian berakhir pada keadaan umum. Pada pendekatan induktif dalam proses belajar mengajar terutama kegiatan membaca, siswa


(25)

diajarkan pada mulanya dengan pengenalan abjad, kemudian mulai merangkai menjadi kata dan berakhir pada penyatuan kata menjadi kalimat

Menurut Slameto (2003 : 2), belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang mengakibatkan dalam dirinya berupa pemahaman, pengetahuan atau kemahiran yang relatif permanen.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan proses pendidikan yang menunjukkan pada hasil setelah siswa mengikuti proses belajar tertentu. Tujuan pembelajaran didasarkan pada perumusan tujuan instruksional yang meliputi perubahan tingkah laku, keterampilan, perubahan ilmu pengetahuan setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan pengertian belajar di atas, maka dapat dikatakan belajar adalah usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan suatu perubahan pada dirinya yaitu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu.

2. Proses Komunikasi Antarpribadi dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Menurut Mulyana (2001:73), komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), terjadi di mana orang melakukan komunikasi secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung. Komunikasi ini terjadi dengan ciri yaitu pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, pihak-pihak yang berkomunikasi


(26)

mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan baik secara verbal rnaupun non verbal.

Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung antara pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar (guru dan peserta didik) secara tatap muka, yang meyakinkan setiap anggotanya menyampaikan pesan dan menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun non verbal melalui percakapan.

Kegiatan belajar mengajar harus dilakasanakan dengan perencanaan. Hal ini selaras dengan pengertian perencanaan komunikasi sebagaimana dikemukakan Effendy (2004: 32), bahwa perencanaan komunikasi (communication planning)

berkaitan dengan manajemen untuk mencapai tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan taktik operasionalnya. Strategi dalam hal ini merupakan bagian terpadu dari suatu rencana (plan), di mana rencana merupakan produk dari perencanaan (planning)

yang pada akhirnya perencanaan adalah fungsi dasar dari proses manajemen.

Perencanaan komunikasi meliputi keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Merumuskan strategi komunikasi berarti memperhitungkan kondisi dan situasi yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektifitas. Dalam praktek operasionalnya strategi komunikasi secara efektif adalah mengubah sikap (to change attitude), mengubah opini (to change the opinion) dan mengubah prilaku (to change behavior) komunikan yang diajak berkomunikasi.


(27)

Selanjutnya Effendi (2004: 32), menyatakan bahwa dengan adanya perencanaan komunikasi maka terdaat beberapa tujuan yang akan dicapai yaitu:

a. Membangun pemahaman (to secure understanding), tahap yang pertama adalah memastikan bahwa komunikan telah mengerti pesan yang diterimanya. b. Membina penerimaaan (to establish acceptance), apabila komunikan telah

mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina.

c. Memotivasi kegiatan (to motivate action), pada akhirnya adalah untuk melakasanakan kegiatan yang dimotivasikan.

E. Tinjauan Tentang Guru 1. Pengertian Guru

Menurut Gagne dalam Sujana (2003:155), guru adalah perancang, pemimpin, dan penilai kegiatan siswa. Sementara menurut Abraham H. Maslow dan Carl R. Roge dalam Sujana (2003:170), guru dikarakteristikkan sebagai seorang fasilitator yang mencoba menolong menyiapkan kondisi agar siswa dapat bebas merasakan dan mengembangkan emosional, intelektual dan motoriknya.

Menurut Roestiyah (2006: 15), guru merupakan tenaga profesi, yang mengelola proses pembelajaran di kelas. Guru bukan hanya sebagai satu-satunya sumber balajar (teacher) tetapi juga sebagai (a) pelatih (coach), yaitu untuk mendorong siswa menguasai materi pelajaran, memotivasi siswa untuk kerja keras dan mencapai prestasi tinggi; (b) pembimbing (conselor), yaitu berperan sebagai sahabat bagi anak didiknya; dan (c) manajer belajar (manager of learning), yaitu untuk membimbing siswa untuk mengambil prakarsa dan ide-ide baru dalam kegiatan belajar.


(28)

2. Persyaratan atau Kompetensi Guru

Guru merupakan tenaga profesi, oleh karena itu menurut Roestiyah (2006: 15), sebelum menjadi seorang guru dibutuhkan beberapa persyaratan yaitu:

a. Persyaratan Fisik, yaitu kesehatan jasmani, maksudnya seorang calon guru haruslah berbadan sehat, tidak berpenyakit menular yang membahayakan misalnya TBC, epilepsi dan sebagainya serta tidak memiliki cacat tubuh yang bisa menggangu kelancaran tugasnya mengajar di muka kelas.

b. Persyaratan Psikis, yaitu tidak mengalami gangguan penyakit jiwa atau penyakit syaraf, yang tidak memungkinkan menunaikan tugasnya dengan baik, selain itu juga diharapkan memiliki bakat dan minat keguruan.

c. Persyaratan Moral, yaitu sifat susila dan budi pekerti luhur, maksudnya calon guru dan pendidik adalah mereka yang sanggup berbuat suatu kebajikan, serta bertingkah laku yang dapat dijadikan teladan bagi masyarakat.

d. Persyaratan intelektual dan akademis, yaitu yang mengenai pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari lembaga pendidikan guru yang memberikan bekal untuk menunaikan tugas pendidikan formal. Jelasnya adalah ijazah guru yang memberikan hak dan wewenang menjadi guru untuk mengajar. Selain itu kemampuan membina diri, meningkatkan pengetahuan, keterampilan agar sesuai dengan profesi atau perubahan dalam masyarakat.

Menurut Roestiyah (2006: 18) tiga syarat yang membuktikan bahwa seorang guru memiliki kompetensi yang profesional adalah individu yang terdidik, individu yang memiliki ijazah sesuai dengan bidang studi yang diajarkan dan mampu bekerja semaksimal mungkin.


(29)

3. Tugas Guru

Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Adapun tugas-tugas guru menurut (Syaiful Djamarah, 2000: 38-39) adalah:

a. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman

b. Membentuk kepribadian anak yang baik

c. Menyiapkan anak agar menjadi warga negara yang baik d. Sebagai perantara dalam belajar

e. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan

f. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat

g. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.

h. Guru sebagai administrator dan manajer. i. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi. j. Guru sebagai perencana kurikulum. k. Guru sebagai pemimpin.

l. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru, oleh karena itu dalam mengajar guru harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar, dan harus dilaksanakan seefektif mungkin, agar guru tidak asal mengajar, ada 10 prinsip dalam mengajar yaitu:


(30)

1. Perhatian, guru harus membangkitkan perhatian siswa pada pelajaran.

2. Aktivitas, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir dan berbuat. 3. Apersepsi, guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa ataupun pengalamannya.

4. Peragaan, guru di depan kelas harus berusaha menunjukkan benda asli, gambar, model atau benda tiruan dan menggunakan macam-macam media sehingga menarik perhatian siswa.

5. Repetisi, guru menjelaskan suatu inti pelajaran, perlu diulang-ulang.

6. Korelasi, guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memperhatikan hubungan antar setiap mata pelajaran.

7. Konsentrasi, pelajaran yang saling berhubungan membuat siswa memperoleh kesatuan pelajaran yang bulat.

8. Sosialisasi, siswa perlu bergaul dengan teman lainnya.

9. Individualisasi, siswa merupakan makhluk unik yang mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku, dan sikap. 10.Evaluasi, semua kegiatan belajar mengajar perlu dievaluasi.

F. Tinjauan Tentang Sikap

1. Pengertian Sikap

Menurut A. W. Masri (2001: 176), sikap (attitude) adalah respon yang diarahkan pada penilaian dan penanggapan terhadap sesuatu objek tertentu. Objek yang dimaksud dapat berbentuk person atau situasi. Bagaimana respon yang dapat diberikan pada person atau situasi itu, itulah gambaran dari sikap (attitude) pada objek tersebut. Sedangkan menurut W.A. Gerungan (2003: 151), sikap dapat


(31)

diterjemahkan sebagai tanggapan terhadap objek tertentu. yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana yang disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut.

Menurut W.A. Gerungan (2003: 153), ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut: a. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tapi harus dipelajari selama

perkembangan hidupnya karena itulah sikap selalu berubah-ubah dan dapat dipelajari. Atau sebaliknya, bahwa setiap sikap itu dapat dipelajari apabila ada syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu berbeda dengan insting atau naluri manusia yang dibawanya sejak lahir yang bersifat tetap dan mempunyai motif-motif biogenesis seperti rasa lapar, haus, seksual dan lain sebagainya.

b. Sikap tidak semata-mata berdiri sendiri melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan sederetan objek-objek serupa. Misal si A seorang pemberani. Dalam hal ini mungkin bukan si A saja yang pemberani tetapi orang-orang yang sebangsa A juga pemberani. c. Sikap umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada

kecakapan dan pengetahuan hal itu tidak ada.

2. Aspek-Aspek Sikap

Menurut W.A. Gerungan (2003: 157), sikap memiliki tiga macam aspek:

a. Aspek kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenai pikiran. Ini berarti perwujudan pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek tertentu.


(32)

b. Aspek afektif, bewujud proses yang menyangkut perasaan, seperti; simpati, antipati, ketakutan dan kedengkian yang ditujukan pada objek-objek tertentu. c. Aspek konatif, berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat

suatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.

Sementara itu menurut Abu Ahmadi (2000: 45), sikap memiliki tiga yaitu komponen yaitu aspek kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap sesuatu objek, aspek afektif yang berhubungan dengan perasaan-perasaan tertentu dan aspek konatif yaitu aspek yang berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu.

G. Kesadaran Beragama pada Anak

Menurut Yusuf (2000:153), kesadaran beragama pada anak merupakan salah satu tahap perkembangan psikis/rohaniah yang terjadi pada anak, di mana anak mulai memiliki pemahaman dan kesadaran mengenai ajaran agama sesuai dengan usianya masing-masing. Munculnya kesadaran beragama pada anak pada umumnya dimulai ketika anak berada pada usia sekolah dasar dengan kisaran antara 6-12 tahun.

Upaya untuk menumbuhkan kesadaran beragama pada anak dapat ditempuh melalui pembelajaran di sekolah. Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di


(33)

dalam kelas. Apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.

Menurut Yusuf (2000:158), proses perubahan sikap dan tingkah laku itu pada dasarnya berlangsung di lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu lingkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Dikatakan pula bahwa proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan mudah diamati. perkembangan sebagai perubahan-perubahan yang dialami atau organisme menuju tingkat kedewasannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan kontinyu, baik menyangkut fisik/ jasmaniah maupun psikis/rohaniah.

Salah satu perkembangan anak adalah perkembangan kesadaran beragama ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sikap keagamaan bersifat reseptif (menerima) meskipun banyak bertanya b. Pandangan ketuhanannya bersifat anthropormorph (dipersonifikasikan)


(34)

c. Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual. d. Hal ketuhanan dipahamkan secara idesyncritic (menurut khayalan pribadinya)

sesuai dengan taraf berpikirnya yang masih bersifat egosentrik atau memandang segala sesuatu dari sudut dirinya (Yusuf, 2000: 162-170).

Ciri umum yang membedakan kesadaran beragama antara anak dan remaja atau orang dewasa terletak pada perilaku dalam menjalankan ajaran agama. Anak-anak memiliki kesadaran beragama dalam konteks yang masih sederhana dan belum diaplikasikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang bersifat ritual. Sementara itu kesadaran beragama pada remaja dan orang dewasa lebih bersifat aplikatif, di mana kesadaran tersebut diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang bersifat ritual, karena pada usia remaja dan dewasa, khususnya ajaran Agama Islam, menuntut orang-orang yang telah memasuki usia akil baligh untuk melaksanakan parktik-praktik ibadah, seperti sholat, berpuasa dan ibadah-ibadah ritual lainnya.

H. Kerangka Pikir

Komunikasi antarpribadi guru dan siswa dalam bentuk kegiatan belajar mengajar memegang peranan yang penting dalam menyampaikan nilai-nilai ajaran agama kepada para siswa. Dalam konteks ini, guru menjadi sumber yang menyampaikan pesan komunikasi berupa ajaran Agama Islam kepada para siswa SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung, dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran beragama pada siswa.


(35)

Sehubungan dengan upaya memberikan landasan agama yang kuat pada anak, pendidik merupakan salah satu unsur yang amat berperan dalan pembentukan hal tersebut. Meskipun waktu bersama guru tidaklah sebanyak dengan waktu bersama orangtua di rumah, namun peran guru sangat besar dalam membantu mengeksplorasi diri dan potensi seorang anak. Pada saat di sekolah, peran guru sangat dominan untuk dapat memberikan pengertian dan pemahaman pada anak muridnya. Seorang guru yang diterima oleh muridnya akan menjadi sosok yang digugu dan ditiru oleh muridnya, untuk itu diperlukan pendekatan-pendekatan emosional dalam memberikan pengertian pada murid. Guru pada usia anak-anak diharapkan dalam menyampaikan sesuatu pada muridnya disertai dengan sikap yang penuh kasih sayang pada muridnya (Supratiknya,2002: 11).

Salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses komunikasi antarpribadi guru dan siswa adalah kedekatan personal antara guru dan siswa. Kedekatan yang timbul secara fisik antara guru dan anak akan membantu pendekatan hubungan guru dan anak secara emosional. Kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilepaskan dari proses komunikasi antarpribadi, di dalamnya terjadi proses penyampaian dan penerimaan pesan dari guru kepada para siswa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kedekatan personal dalam pengajaran Mata Pelajaran Agama Islam terhadap sikap beragama pada siswa SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada bagan kerangka pikir di bawah ini:


(36)

Komunikasi Antarpribadi

Bagan 1

Bagan Kerangka Pikir Penelitian Kedekatan personal

a. Keakraban b. Kesepakatan c. Ketepatan respon

d. Keserasian suasana emosional

Sikap Beragama Pada Siswa SD Islam Terpadu

Arraudah Bandar Lampung a. Aspek Kognitif

b. Aspek Afektif c. Aspek Konatif

GURU SISWA


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2000: 126), penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pendekatan kuantitatif adalah penyajian analisis fenomena yang disusun dengan data kuantitatif serta membuat ketetapan pengukurannya menggunakan teknik analisis statistik.

Dalam penelitian ini tipe deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengetahu pengaruh kedekatan personal dalam pengajaran Mata Pelajaran Agama Islam terhadap sikap beragama pada siswa SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung

B. Definisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2001:121), definisi konsep adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan definisi tersebut maka definisi konsep penelitian ini adalah:


(38)

1. Kedekatan Personal dalam Pengajaran Mata Pelajaran Agama Islam

Kedekatan personal dalam pengajaran mata pelajaran Agama Islam adalah suatu proses penyampaian pesan-pesan pendidikan agama yang dilakukan oleh guru kepada para siswa di dalam kelas, di mana terjadi penyampaian dan pertukaran pesan dilakukan dengan jarak yang dekat, secara langsung atau tatap muka (face to face communication) dan bersifat timbal balik antara guru dan siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung

2. Sikap beragama pada Siswa

Sikap beragama pada siswa adalah suatu keadaan di siswa memiliki pengetahuan, perasaan dan kecenderungan untuk secara sadar melaksanakan ajaran agama Islam sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh guru melalui proses pengajaran di dalam kelas

C. Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2001:123), definisi operasional adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka diketahui baik buruknya variabel tersebut. Berdasarkan definisi di atas maka definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:


(39)

1. Kedekatan Personal dalam Pengajaran Mata Pelajaran Agama Islam

Indikator-indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Keakraban, diukur dari tanggapan siswa tentang adanya tingkat keakraban antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas

b. Kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa dan bilamana, diukur dari tanggapan siswa tentang peran guru sebagai pengontrol kegiatan belajar mengajar dalam hubungannya dengan siswa.

c. Ketepatan respon, diukur dari tanggapan siswa pada hal-hal sebagai berikut: (1) Pengakuan langsung, yaitu guru memberikan pengakuan langsung

terhadap keberhasilan siswa dalam memahami atau menerima pelajaran (2) Perasaan positif, yaitu siswa memiliki perasaan positif dan menyenangkan

ketika mengikuti proses belajar mengajar

(3) Respons meminta keterangan, yaitu siswa mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan penjelasan atau keterangan dari guru tentang materi pelajaran yang belum atau tidak diketahui siswa

(4) Respons setuju, yaitu guru memberikan persetujuan kepada siswa untuk melakukan suatu perbuatan yang positif sesuai dengan materi yang diajarkan

(5) Respons suportif, yaitu guru memberikan dukungan kepada siswa untuk melakukan suatu perbuatan yang positif sesuai dengan materi yang diajarkan

d. Keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi, diukur dari tanggapan siswa tentang adanya tingkat keserasian atau kesesuaian emosional siswa (rasa senang, rasa tertarik) ketika mengikuti proses belajar mengajar.


(40)

2. Sikap Kesadaran Beragama pada Siswa Indikator-indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Aspek kognitif, diukur dari pengetahuan siswa terhadap ajaran agama yang disampaikan oleh guru di sekolah. Pengetahuan tersebut meliputi masalah iman dan masalah ibadah.

b. Aspek afektif, diukur dari perasaaan senang dan tertarik siswa terhadap ajaran agama yang disampaikan oleh guru di sekolah

c. Aspek konatif, diukur dari adanya kecenderungan siswa untuk melaksanakan secara sadar ajaran agama yang disampaikan oleh guru di sekolah

Adapun kisi-kisi kuisioner atau definisi operasional dalam penelitian ini adalah s sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-Kisi Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Item Kuisioner

1 Kedekatan Personal (X)

Keakraban 1,2,3

Kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa dan bilamana

4,5

Ketepatan respon 6,7

Pengakuan langsung 8,9

Keserasian suasana emosional 10 2 Sikap

Kesadaran Beragama (Y)

Aspek Kognitif 11,12,13,14

Aspek Afektif 15,16,17

Aspek Konatif 18,19,20

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Singarimbun dan Effendi (2001:108), populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Berdasarkan definisi di atas maka populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V Sekolah


(41)

Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung yang berjumlah 47 siswa. Kelompok kelas ini relatif memenuhi syarat sebagai populasi yaitu cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik dalam membaca dan menjawab pertanyaan kuisioner yang diajukan, dibandingkan dengan adik-adik kelas mereka yang berada di kelas bawah yaitu Kelas I, II dan III.

Data jumlah siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung adalah 47 siswa, terdiri dari 21 siswa kelas IV dan 26 siswa kelas V.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung yang berjumlah 47 siswa. Metode pengambilan sampel dari keseluruhan anggota populasi ini disebut dengan total sampling.

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi:

1. Data Primer: data yang diperoleh secara langsung dari sumber penelitian (lapangan).

2. Data Sekunder: Data tambahan dari berbagai sumber, seperti arsip dan dokumentasi sekolah yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.


(42)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Kuisioner. Untuk mengumpulkan data primer, dengan cara memberikan memberikan kuesioner kepada responden dan menyediakan alternatif jawaban. 2. Dokumentasi. Untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai arsip atau

dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

G. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi

1. Editing, adalah mengedit data untuk memeriksa kembali data yang telah diperoleh di pada pelaksanaan penelitian.

2. Koding, adalah mengkode data dengan cara memberi kode-kode tertentu pada jawaban responden pada kuesioner untuk dilakukan pengolahan data.

3. Tabulating, adalah merumuskan data dalam tabel berdasarkan kategori jawaban yang sama, untuk mengetahui frekuensi dan persentase jawaban.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment, sebagai berikut:

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy           


(43)

Keterangan:

rxy = Nilai Validitas

XY = hasil perkalian variabel X dengan variabel Y X = hasil skor variabel X

Y = hasil skor variabel Y

X2 = hasil perkalian kuadrat skor variabel X Y2 = hasil perkalian kuadrat skor variabel Y N = Jumlah sampel penelitian

(Sumber: Singarimbun dan Sofian Effendy, 2001: 137).

Setelah hasil perhitungan per item pertanyaan dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh maka angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Jika nilai hitung korelasi

product moment lebih kecil atau dibawah angka kritik tabel korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut tidak valid. Jika nilai hitung korelasi product moment lebih besar atau di atas angka kritik tabel korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut valid (Suharsimi Arikunto, 2002: 86).

Untuk mencari reliabilitas keseluruhan item adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh menggunakan rumus Koefisien Alfa (CronBach) yaitu:

            

1 122

1 t k k    Keterangan : 

Nilai reliabilitas

k = jumlah item pertanyaan 2

i

 = Nilai varians masing-masing item 2

t

 = Varians total (Arikunto, 2002: 93).


(44)

Setelah hasil nilai Koefisien Alfa (CronBach) didapatkan maka nilai tersebut dibandingkan dengan rhitung pada tabel nilai r. Jika nilai Alfa lebih kecil dari angka rhitung maka pertanyaan tersebut tidak reliabel. Sebaliknya Jika nilai r hitung lebih besar dari rhitung maka pertanyaan tersebut reliabel.

I. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisa dengan menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif menggunakan tabel tunggal. Analisa kuantitatif ini untuk mengolah dan mendeskripsikan data yang lebih bermakna dan mudah dipahami akan dilakukan dengan menggunakan tabel tunggal, yaitu metode yang dilakukan dengan memasukan data dari kuisioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung frekuensi dan membuat persentase.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentasenya yaitu :

P = F x 100% N

Keterangan: P = Persentase

F = Frekwensi pada klasifikasi atau kategori variasi yang bersangkutan N = Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi atau kategori variasi (Sugiyono, 2005: 211)

Selanjutnya untuk mengkategorikan jawaban responden, digunakan rumus interval:

I =

K NR NT


(45)

Keterangan : I = interval

NT = Nilai Tertinggi NT = Nilai Terendah K = Kategori

Berdasarkan kategori jawaban responden tersebut maka selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan tabel silang.


(46)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Latar Belakang Pendirian Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung

Perubahan dan perkembangan sistem pendidikan di Indonesia selalu mengalami inovasi. Penyebabnya tentu saja karena tuntutan zaman dan adanya perubahan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tak bisa terelakkan. Inovasi di bidang pendidikan yang mulai tumbuh dan berkembang itu antara lain adalah Pendidikan Islam Terpadu.

Namun selama ini, citra pendidikan Islam adalah kelas dua, kumuh, dan tidak bermutu, terlanjur tertanam dalam benak masyarakat. Mereka engan memasukkan putra-putrinya kedalam pendidikan Islam karena takut ketinggalan zaman. Oleh karena itu lembaga-lembaga pendidikan Islam mulai merasa tertantang untuk megangkat citra pendidikan Islam antara lain melalui gagasan mengembangkan pendidikan Islam terpadu yang kini mulai berkembang.

Kelebihan sistem pendidikan ini adalah adanya perpaduan yang seimbang antara pelajaran agama dan pelajaran wajib/umum. Sistem pendidikan terpadu inggin mengembangkan pembelajaran dengan menghadirkan nuansa keagamaan yang memadukan tiga unsur yang seimbang antara ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (amaliyah).


(47)

Ar-Raudah sebagai lembaga pendidikan Islam dalam naungan Yayasan Mastal Musammid, berusaha menjawab tantangan dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan lembaga pendidikan dasar yang bernuansa Islami dalam membentuk generasi robbani yang mampu mengembangkan seluruh potensi manusia secara utuh: jasmani, rohani, emosi dan akal, dengan mendirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung, yang memadukan sistem pendidikan Nasional dengan sistem pendidikan Agama Islam. Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah beralamat di Jl. Tamin 68 Bandar Lampung Nomor Telepon 0721 269358.

(Sumber: Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung. Tahun 2011)

B. Visi dan Misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung

1. Visi Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung

Melalui Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung di bawah naungan Yayasan Mastal Musammid Lampung berusaha membuka jalan membentuk generasi Islam masa depan yang berkualitas yang memiliki keimanan yang mendalam, kreatif, inovatif, cerdas dan berdisiplin, bertanggung jawab dan menjadi pemimpin yang mampu berdakwah dalam setiap aspek kehidupan.

2. Misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung

Misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung adalah:

a. Membentuk dan membina anak didik dengan akidah yang benar, amal yang soleh, akhlak yang mulia, akal yang cerdas, fisik yang sehat dan kuat, serta cinta kepada Allah, Rosul dan sesama manusia.


(48)

b. Memberikan dan menyatukan kemampuan dasar kepada anak didik antara lain ilmu pengetahuan keterampilan dan sikap yang islami sehingga tumbuh dan berkembang potensi fitrah insaninya yang ber-imtaq dan ber-iptek, sehingga mampu melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, maupun kemampuan hubungan sosial (life skill) yang dapat di gunakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

(Sumber: Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung. Tahun 2011)

C. Kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung

Kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung berusaha memadukan kurikulum Diknas dan kurikulum Depag dengan proporsi yang seimbang, juga kurikulum khusus atau kurikulum tambahan yang lebih menekankan pada pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran tambahan/ khusus tersebut antara lain:

1) Hafalan Al- Quran/Juz Amma dan Al Hadist

2) Bina Musika, terdiri dari: Seni Vokal, Drum Band, Pianika, Angklung, dan lainnya.

3) Melukis atau mengambar.

(Sumber: Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung. Tahun 2011)


(49)

D. Kelebihan Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung

Kelebihan Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung adalah: 1) Komitmen pengurus yayasan dan seluruh staf pendidikan yang baik terhadap

kemajuan pendidikan Islam.

2) Guru atau staf pengajar yang profesional di bidang pendidikan dan memiliki pemahaman keislaman yang baik

3) Subsidi silang memungkinkan orang tua dan anak didik berinfak dan bersedekah pada pendidikan anak-anak kurang mampu dalam asuhan Yayasan Mastal Musammid.

4) Rasio jumlah guru dan murid maksimal 1 : 25 sehingga monitoring perkembangan dan kemajuan anak didik akan lebih baik.

5) Guru yang bersahabat dan juga berperan sebagai orang tua yang baik, baik dalam proses belajar maupun dalam lingkungan sekolah.

6) Sekolah, kelas, dan lingkungan belajar yang nyaman, bersih dan asri disertai pemandangan alam yang indah agar dapat memotivasi anak senang belajar. 7) Waktu belajar (full day school) dengan banyak manfaat pendidikan dan

pembinaaan agama bagi anak didik.

8) Adanya waktu istirahat, rekreasi, dan bermain yang memadai sehingga anak akan tetap ceria dan riang gembira saat pulang sekolah.

9) Biaya yang dibebankan akan diarahkan pada pegembangan fasilitas sekolah, biaya operasional, dan kesejahteraan guru.

10)Memiliki masjid dalam lingkungan sendiri

(Sumber: Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung. Tahun 2011)


(50)

E. Metode Pengajaran dan Waktu Belajar

Proses belajar mengajar Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung berusaha memadukan seluruh sarana dan prasarana yang ada di lingkungan pendidikan. Baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan

atractive method dan active learning yang mampu memotivasi anak untuk aktif dan kreatif dalam mengerjakan dan menyelesaikan serta memecahkan masalah dalam setiap kegiatan dan tugas yang dihadapi. Adapun waktu belajar Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung adalah sebagai berikut: a. Kelas 1,2 dan 3 Senin - Sabtu, 07.30 – 13. 00 WIB

b. Kelas 4, 5 dan 6 (Full Day School) Senin – Sabtu 07.30 – 15.00 WIB

Sementara itu jadwal kegiatan belajar Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Jadwal Belajar Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung

No Waktu Kegiatan

1 07.30 – 08.00 Pembukaan Sholat Dhuha Dialog Pagi/ kultum 2 08.00 – 08.35 Materi I

3 08.35 – 09. 10 Materi II 4 09. 10 – 09. 30 Materi III 5 09. 30 – 10. 05 Materi IV 6 10.05 – 10.40 Materi V 7 10.40 – 11.15 Materi VI 8 11.15 – 11.50 Materi VII

9 11.50 – 12.30 Sholat Dzuhur Kultum Makan Siang (4,5,6) / Istirahat

10 12.30 – 13.00 Diskusi Pulang (1,2,3 ) 11 13.00 – Dll

(Sumber: Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung. Tahun 2011)


(51)

F. Guru Pembimbing

Setiap anak yang menjadi siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung memiliki guru pembimbing dengan rasio maksimal adalah 1: 10 anak. Guru pembimbing bertanggung jawab atas perkembangan anak, mencatat setiap kegiatan dan hasilnya, melaporkan setiap kejadian anak kepada orang tua, kepala sekolah, dan staf ahli pendidikan/pengurus yayasan yang berwenang. Dengan adanya guru pembimbing ini mampu memantau dan megontrol perkembangan siswa secara terus menerus dan berkesinambungan selama menjadi siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung.

Tenaga pengajar Ar-Raudah adalah tenaga pengajar terpilih dan profesional yang diterima melalui proses tes guru meliputi kemampuan tes Bahasa Inggris, pengetahuan agama (membaca Al Quran) pengetahuan umum kemampuan memecahkan masalah dan test lisan/wawancara. Dengan persyaratan S1 pendidikan, dan kemampuan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, akan mewujudkan cita-cita, visi dan misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung (Sumber: Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung.


(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kedekatan personal antara guru dan siswa SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung dalam pengajaran mata pelajaran Agama Islam masuk dalam kategori cukup baik sebagaimana ditunjukkan oleh sebanyak 25 (53,19%) siswa. Kedekatan personal ini terdiri dari keakraban, kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa dan bilamana, ketepatan respon, pengakuan langsung dan keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi.

2. Sikap kesadaran beragama pada siswa SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung masuk dalam kategori cukup baik sebagaimana ditunjukkan oleh sebanyak 23 (49,94%) siswa. Sikap kesadaran beragama ini meliputi aspek kognitif, afektif dan konatif

3. Pengaruh kedekatan personal dalam pengajaran Mata Pelajaran Agama Islam terhadap sikap beragama pada siswa SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung berdasarkan analisis tabel silang adalah 29.79%. Hal ini diketahui dari sebanyak 47 siswa terdapat 14 siswa yang memiliki kedekatan personal


(53)

dalam kategori cukup baik dan memiliki sikap beragama dalam kategori cukup baik pula.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diajukan beberapa saran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Guru SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung disarankan untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas penggunaan kedekatan personal sebagai bentuk komunikasi antarpribadi dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena dapat menumbuhkan sikap beragama pada siswa.

2. Siswa SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung disarankan untuk mengembangkan sikap sikap beragama yang telah diperoleh di sekolah, ke dalam bentuk nyata perilaku ibadah sehari-hari, sehingga siswa terbiasa untuk melakukan ibadah dan berperilaku yang baik, baik di sekolah, rumah maupun di lingkungan tempat tinggal.


(54)

PENGARUH KEDEKATAN PERSONAL GURU DAN SISWA DALAM PENGAJARAN MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM TERHADAP

SIKAP KESADARAN BERAGAMA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas IV dan V SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung

(Skripsi)

Oleh

SUSILOWATI 0646031051

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(55)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Kegunaan Penelitian ... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9 A. Tinjauan Tentang Komunikasi ... 9 1. Pengertian Komunikasi ... 9 2. Bentuk-Bentuk Komunikasi ... 11 B. Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi ... 12 1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 12 2. Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi ... 13 3. Efek Komunikasi Antarpribadi ... 15 4. Faktor-Faktor Komunikasi Antarpribadi yang Efektif ... 17 C. Kedekatan Personal dalam Komunikasi Antarpribadi ... 19 D. Tinjauan Tentang Kegiatan Belajar Mengajar ... 22 1. Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar ... 22 2. Proses Komunikasi Antarpribadi dalam Kegiatan Belajar

Mengajar ... 24 E. Tinjauan Tentang Guru ... 26 1. Pengertian Guru ... 26 2. Persyaratan Atau Kompetensi Guru ... 27 3. Tugas Guru ... 28 F. Tinjauan Tentang Sikap ... 29 1. Pengertian Sikap... 29 2. Aspek-Aspek Sikap ... 30 G. Kesadaran Beragama pada Anak ... 31 H. Kerangka Pikir ... 33 I. Hipotesis ... 34


(56)

B. Definisi Konsep ... 36 C. Definisi Operasional... 37 D. Populasi dan Sampel ... 39 E. Sumber Data ... 40 F. Teknik Pengumpulan Data ... 41 G. Teknik Pengolahan Data ... 41 H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41 I. Teknik Analisa Data ... 43 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 45

A. Latar Belakang Pendirian Sekolah Dasar Islam Terpadu

Ar-Raudah Bandar Lampung ... 45 B. Visi dan Misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah

Bandar Lampung ... 46 C. Kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar

Lampung ... 47 D. Kelebihan Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar

Lampung ... 48 E. Metode Pengajaran dan Waktu Belajar ... 49 F. Guru Pembimbing ... 50 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51 A. Identitas Respoden ... 51 1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 51 2. Identitas Responden Menurut Asal Kelas ... 52 B. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 52 1. Variabel Kedekatan Personal ... 53 2. Variabel Sikap Kesadaran Beragama ... 53 C. Kedekatan Personal ... 54 D. Sikap Beragama Pada Siswa ... 67 E. Pengaruh Kedekatan Personal dalam Pengajaran Mata

Pelajaran Agama Islam Terhadap Sikap Beragama Siswa ... 80 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 87 A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2000. Pengantar Psikologi Pendidikan. Kanisius, Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.

Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2001. Konsep dan Makna Pembelajaran Aktif.

Bina Aksara. Jakarta

____________________. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana.2002, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek.PT Remaja Rosda Karya Bandung

____________________. 2004. Teori Komunikasi. PT. Grasindo, Jakarta Gerungan, W.A. 2003. Psikologi Sosial. PT. Gresco. Bandung.

Masri, A. W. 2001. Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya. Ghalia Indonesia. Jakarta

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nasution, S. 2006. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta. Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar Lampung.Tahun 2010 Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung. Roestiyah, NK. 2006. Masalah-Masalah Keguruan. Bina Aksara. Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2001. Metode Penelitian Survey. Edisi Revisi. Penerbit LP3ES. Jakarta

Sujana, Nana. 2003. Strategi Pembelajaran. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta


(58)

Jakarta. Halaman. 195 Halaman.

Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian Sosial. Alfabeta. Bandung. 335 Halaman

Syamsuddin, Din. 2001. Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani.

Penerbit Kalimah. Jakarta.

Supratiknya, A. 2002. Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan Psikologis. Penerbit Kaniasius. Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Widjaja, H.A.W. 2002. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Rineka Cipta. Jakarta. Winataputra, Udin S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud. Jakarta. Yusuf, Samsyu. 2000. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosda Karya,


(59)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-Kisi Definisi Operasional ... 39 2. Jadwal Belajar Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Raudah Bandar

Lampung ... 49 3. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 51 4. Identitas Responden Menurut Asal Kelas ... 52 5. Pengujian Validitas Variabel Kedekatan Personal ... 53 6. Pengujian Validitas Variabel Sikap Kesadaran Beragama ... 54 7. Siswa Tahu Nama Lengkap Guru Mata Pelajaran Agama Islam

dengan Baik ... 55 8. Cara Siswa Memanggil Guru Mata Pelajaran Agama Islam di dalam

Kelas ... 56 9. Cara Guru Guru Mata Pelajaran Agama Islam Memanggil Siswa di

dalam Kelas ... 57 10.Cara yang Dilakukan Guru Sebelum Memulai Pelajaran Di Kelas ... 59 11.Cara yang Dilakukan Guru Pada Saat Menjelaskan Pelajaran Di Kelas ... 60 12.Siswa Selalu Senang dalam Mengikuti Kegiatan Belajar Di Kelas ... 61 13.Siswa Bertanya Kepada Guru Jika Tidak Memahami Materi yang

Disampaikan Oleh Guru ... 62 14.Siswa Meminta Pendapat Jika Hendak Melakukan Suatu

Perbuatan yang Baik ... 63 15.Yang Dilakukan Guru Apabila Mengetahui Siswa Berbuat Baik ... 65 16.Hal-Hal yang Setiap Hari Disampaikan Guru Sebelum Siswa Pulang


(60)

19.Siswa Mengalami Tambahan Pengetahuan dan Pengalaman Setelah

Mengikuti Proses Belajar Mengajar Agama Islam di dalam Kelas ... 70 20.Guru Mempraktikkan Kepada Siswa Tentang Tata Cara Beribadah yang

Benar ... 71 21.Pendapat Siswa Cara Guru Menyampaikan Materi Tentang Masalah

Iman dan Ibadah Di Sekolah ... 73 22.Pendapat Siswa Guru Menyampaikan Materi Tentang Masalah Iman

Sampai Siswa Benar-Benar Mengerti ... 74 23.Guru Menyampaikan Materi Tentang Masalah Ibadah Sampai Siswa

Benar-Benar Mengerti ... 75 24.Hal yang Dilakukan Siswa Mendapatkan Materi Pelajaran Tentang

Masalah Iman dan Ibadah ... 76 25.Setelah Mendapatkan Materi Pelajaran Tentang Masalah Iman dan

Ibadah yang Disampaikan Guru Di Sekolah ... 78 26.Siswa yakin untuk Melaksanakan Materi Tentang Masalah Iman dan

Ibadah yang di Sampaikan Guru di Sekolah ... 79 27.Kategori Data Tentang Kedekatan Personal Sebagai Bentuk Komunikasi

Antarpribadi ... 81 28.Kategori Data Tentang Sikap Kesadaran Beragama ... 83 29.Analisis Tabel Silang Pengaruh Kedekatan Personal Sebagai Bentuk

Komunikasi Antarpribadi dalam Pengajaran Mata Pelajaran Agama Islam Terhadap Sikap Beragama pada Siswa SD Islam Terpadu Arraudah


(1)

B. VARIABEL Y

***** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

item11 39.50 121.167 .833 .970

item12 39.30 118.678 .846 .969

item13 39.30 120.011 .764 .970

item14 39.30 123.122 .735 .970

item15 39.40 115.156 .953 .968

item16 39.70 126.233 .783 .971

item17 39.50 122.500 .738 .970

item18 39.50 118.278 .838 .969

item19 39.40 120.933 .761 .970

item20 39.30 118.678 .846 .969

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .912 10


(2)

DENAH LOKASI PENELITIAN

Jl. Tamin

SDIT ARRAUDAH

BANDAR LAMPUNG

No.68

PASAR TAMIN


(3)

DENAH SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU ARRAUDAH BANDAR LAMPUNG

Musholla

Kelas IVA Kelas IV B Kelas V A Kelas V B Kelas IV B

Kelas IVB

Kelas IA Kelas II A Kelas III A Kelas III B Kelas II B

Kelas I B

Kantor Guru

Ruang Kepala Sekolah

Ruang Tata Usaha

Perpustakaan Ruang Komputer

Kantin

Lapangan Upacara dan Olahraga

Ruang Konsultasi

Pos Satpam


(4)

Lampiran


(5)

Lampiran 4

PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIBILITAS

INSTRUMEN PENELITIA

N

A. VARIABEL X

***** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

item1 39.50 123.167 .691 .971

item2 39.30 118.678 .846 .969

item3 39.30 120.011 .764 .970

item4 39.30 123.122 .735 .970

item5 39.70 126.233 .783 .971

item6 39.50 122.500 .738 .970

item7 39.50 118.278 .838 .969

item8 39.40 120.933 .761 .970

item9 39.40 120.933 .761 .970

item10 39.40 120.711 .776 .970

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .925 10


(6)

B. VARIABEL Y

***** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

item11 39.50 121.167 .833 .970

item12 39.30 118.678 .846 .969

item13 39.30 120.011 .764 .970

item14 39.30 123.122 .735 .970

item15 39.40 115.156 .953 .968

item16 39.70 126.233 .783 .971

item17 39.50 122.500 .738 .970

item18 39.50 118.278 .838 .969

item19 39.40 120.933 .761 .970

item20 39.30 118.678 .846 .969

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .912 10


Dokumen yang terkait

KREATIVITAS GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat

0 10 114

PENGARUH KEDEKATAN PERSONAL GURU DAN SISWA DALAM PENGAJARAN MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM TERHADAP SIKAP KESADARAN BERAGAMA SISWA (Studi pada Siswa Kelas IV dan V SD Islam Terpadu Arraudah Bandar Lampung

1 16 92

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 54

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 88

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 28 104

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN OLEH SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung S

2 16 51

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

2 12 51

View of EFEKTIFITAS MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 1 14

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP SIKAP BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA

0 0 13