PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN AKAD NIKAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN AKAD NIKAH DI

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 (Skripsi)

Oleh ALI WIRAWAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRACT

THE PUBLIC PERCEPTION OF RELIGIOUS MINISTRY IN THE IMPLEMENTATION OF POLICY RULES MARRIAGE CEREMONY IN

BANDAR LAMPUNG 2014

BY

ALI WIRAWAN

In the hold wedding, people should obey for the procedurs of marriage regulatory of the official form issued by the ministry religion to the whole moeslim in Indonesia. The arrested of head of KUA Kediri who received gratification when he do his job and was suspected for inflate the marriage charge by exploiting the ignorance of the public about official registration of marriage charge proves that the public knowledge of it is still low. The society of Bandar Lampung city pay the cost of marriage exceeds the rules has become entrenched. The purpose of this research is to know about public perception of religious ministry in the implementation of policy rules marriage ceremony of Bandar Lampung th 2014, with the zero hypothesis the public perception about contents and performance of implementation PMA No 11 th 2007 and PP No 47 th 2004 fairly positive and public perception of the alternative


(3)

hypothesis about contents and performance of implementation PMA No 11 th 2007 and PP No 47 th 2004 fairly negative.

The method used in this research was quantitative with the descriptive research tye. With the indicator of knowledge attitude and assessment of the PMA No 11 Th 2007 and government regulation No 47 with a benchmark of know/ do not know, agree/ disagree and good/ not good. Technique of data collecting is with questionnaire, interview and documentation. Technique of data processing are editing, codding, format entry data that using program SPSS 17. Technique of data analyse are presented in the form of validity test, reabilyty test and hypothesis test.

From the result in the field of this research, know that most of the responden gave a negative perception about PMA No 11 th 2007 and PP No 47 th 2004 which is renewed to PP No 48 th 2014 trough three indicators which are knowledge, attitude and assessment, the reason for negative perception from responden is because their ignorance about the rules and also they give a bad assessment for the performance of the PPN as a part of service that given by them related to PMA No 11 th 2007 and PP No 47 th 2004. This result also show relations factor becomes factors that affect perception, because there is no relationship between the perceived. In this research is between the KUA and people who want to register the marriage.


(4)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN AKAD NIKAH DI KOTA

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

Oleh ALI WIRAWAN

Dalam melangsungkan pernikahan harus memperhatikan prosedur-prosedur hukum akad nikah atau ketentuan resmi yang diberlakukan Kementerian Agama pada masyarakat muslim Indonesia. Tertangkapnya seorang kepala KUA Kota Kediri yang menerima gratifikasi saat dia melakukan pencatatan nikah dan dituduh sengaja menggelembungkan biaya nikah dengan memanfaatkan ketidaktauan masyarakat mengenai tarif resmi pencatatan nikah membuktikan pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai peratuan akad nikah serta pembiayaannya rendah. Masyarakat Kota Bandar Lampung membayar biaya nikah melebihi aturan menjadi hal yang sudah membudaya. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kebijakan Kementerian Agama dalam pelaksanaan peraturan akad nikah di Kota Bandar Lampung tahun 2014, dengan hipotesis nol persepsi masyarakat terhadap isi dan kinerja pelaksanaan PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004 terbilang positif dan hipotesis alternatif persepsi


(5)

masyarakat terhadap isi dan kinerja pelaksanaan PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004 terbilang negatif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Dengan indikator pengetahuan, sikap dan penilaian terhadap PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 tahun 2004 dengan tolak ukur tahu/tidak tahu, setuju/tidak setuju dan baik/tidak baik. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Serta teknik pengolahan data yang digunakan yaitu editing, coding, format entry data di program SPSS 17, pemindahan data dan penyajian data. Teknik analis data disajikan dalam uji validitas, uji reabilitas dan uji hipotesis.

Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan persepsi yang negatif terhadap PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004 yang diperbarui menjadi PP No 48 Tahun 2014. Dari keseluruhan responden, sebagian besar responden menyatakan bahwa ketidaktauan atau tidak tahu mengenai peraturan tersebut, tidak setuju terhadap peraturannya serta berpendapat kurang baik mengenai pelayanan yang diberikan berkaitan dengan PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004. Hasil ini juga menunjukan faktor relation menjadi faktor yang mempengaruhi persepsi, karna terdapat tidak adanya hubungan antara yang mempersepsikan dan yang dipersepsikan. Dalam penelitian ini yaitu antara pihak KUA dan masyarakat yang ingin melakukan pendaftaran nikah.


(6)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN AKAD NIKAH DI

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

Oleh

ALI WIRAWAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

(8)

(9)

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 Mei 1992, merupakan anak kelima dari lima baersaudara pasangan dari Bapak Drs. W. Puryanto dan Ibu Herawati Khaira.

Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Al-Azhar Bandar Lampung yang diselasaikan pada tahun 2004, dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) melalui jalur Seleksi Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB), yang saat itu Penulis pilih untuk melanjutkan pendidikan dan selesai ditahun 2015.


(11)

MOTTO

A negative mind will never give you a positive life

”.

(TheGoodQuote)

Tak perlu menjelaskan tentang dirimu pada siapapun, karna yang

menyukaimu tidak membutuhkannya dan yang membencimu tidak

akan mempercayainya.

”.

(Ali bin Abi Thalib)

Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, tapi jika kamu menyerah,

semua selesai’’.


(12)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Kementerian Agama Dalam Pelaksanaan Peraturan Akad Nikah Di Kota Bandar Lamung Tahun 2014” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.Ip selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak Drs Piping Setia Priangga M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan dukungan ilmu, banyak arahan dan motivasinya yang


(13)

5. Bapak Maulana Mukhlis, S.Sos. M.I.P selaku selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6.

Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang telah kalian berikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

7. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi, terutama kepada Ibu F. Trisni Rahartini, S.I.P yang telah banyak sekali membantu dan mempermudah proses administrasi dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

8. Teristimewa kepada kedua orang tuaku, yaitu Bapak Drs. W. Puryanto terima kasih telah menjadi ayah terbaik dan motivator terbaik bagi anaknya setelah Nabi Muhammad SAW, yang selalu mendukung apapun yang terjadi dan bekerja keras dalam mendidik untuk menjadikan Penulis menjadi manusia yang kuat, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk Ayah. Selanjutnya Ibunda Herawati Khaira, terimakasih telah menjadi ibu yang baik dan pemberi kasih sayang terbaik setelah Allah SWT yang tak pernah lelah memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan anaknya menjadi anak yang hebat.

9. Untuk kakakku Ari Rahmanu, Bayu Dwi Putra, Heru wahyudi, Aniek Rosmauli yang saat ini sedang hidup mandiri dan merantau mencari kehidupan yang lebih baik demi meningkatkan derajat dan perekonomian


(14)

orang tua kita serta menjadi anak yang selalu berbakti kepada orang tua kita. Serta untuk kakak iparku Dina Oktasia dan ponakanku yang masih satu Arkha Riyuga Islami Diar yang selalu memberikan kelucuan, canda dan tawanya saat berkumpul keluarga.

10.Untuk seluruh paman, tante, serta saudara-saudaraku yang selalu mendukung dan mendo’akan ku semoga do’a dan dukungan yang kalian berikan dapat meberikan jalan kesuksesan bagi Penulis. Untuk kalian yang belum lulus, segeralah menyusul.

11.Terima kasih kepada para informan dari Kantor Kementerian Agama Kota Bandar Lampung, Kepala KUA serta staf dari masing-masing kecamatan di Kota Bandar Lampung dan para masyarakat yang telah bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

12.Terima kasih untuk teman-teman satu “Bimbingan” yaitu Prasaputra Sanjaya, Eka Mala Sari dan Ahlan yang selalu bertukar pendapat terkait dengan pengerjaan skripsi ini. Terima kasih juga untuk Antarizki dan Nissa Nurul Fathia yang sudah menemani saat turun lapangan dan Andrialius Fereira dan Riri Rianiti yang sudah memberikan masukan yang positif untuk kelancaran skripsi ini. Semoga kita selalu diberikan kelancaran dan kehidupan yang lebih baik setelah proses pembelajaran skripsi ini.

13.Teman-teman tercinta Jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2010 yang dari awal kita sama-sama berjuang bersama, semangat teman-teman semua, semoga Allah SWT memberikan nikmat sehat, rejeki yang berlimpah, rahmat


(15)

lebih baik kedepannya Amiiin. Ingat bahwa hanya kita sendiri yang dapat merubah nasib kita sendiri dan tidak ada sedikitpun usaha yang akan menjadi sia-sia.

14.Terima kasih kepada rumah Aris Gunawansyah, rumah Prananda Genta Reza, rumah Dicky Rinaldy, kosan Prasaputra Sanjaya, kosan Dani Setiawan yang telah memberikan tempat yang sangat bermanfaat untuk saya beristirahat dan melepas lelah ketika sedang menunggu dosen atau ketika sedang menunggu mata kuliah yang masih belum jelas ada dosen atau tidak, sehingga saya mendapatkan tempat berteduh dan tidak seperti anak hilang di kampus hijau tersebut.

15.Teman-teman seperjuangan dari kita masih muda, semangat dan energik yaitu pada saat baru masuk perkuliahan yang tergabung di Grup Sekumpulan Manusia Kompak (SEMPAK): Antarizki, Andrialius Fereira, Ryan Maulana, Dicky Rinaldy, Rangga Giri Wibowo, Prananda Genta Reza, Komang Jaka Ferdian, Prasaputra Sanjaya, Riendi Ferdian, Dani Setiawan, Aris Gunawansyah, Budi Setya Aji, Mirzan Triandana teruslah belajar dari ketidaksempurnaan yang kita miliki sehingga kita akan menemukan jalan yang indah dan Tuhan gariskan kepada kita.


(16)

untuk seseorang yang tidak dapat disebutkan namanya yang selalu memberikan masukan-masukan dan obrolan yang bernilai saat kita berkumpul serta motivasi yang bermanfaat, sukses untuk kita bersama.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 16 Februari 2015 Penulis


(17)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi ... 13

1. Pengertian Persepsi ... 13

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ... 17

3. Proses Pembentukan Persepsi ... 19

4. Persepsi Positif dan Negatif ... 20

B. Definisi Masyarakat dan Ciri-cirinya ... 21

C. Peraturan Akad Nikah ... 22

1. Peraturan dan Proses Penetapan Tempat Nikah ... 22

2. Peraturan dan Penggunaan Biaya Nikah ... 22

3. Kinerja PPN Dalam Penerapan Tempat dan Biaya Nikah ... 22

4. Fungsi-fungsi Pelayanan Publik dan Keterbukaan Informasi Publik 23 5. Struktur KUA ... 25

D. Kerangka Fikir ... 26

E. Hipotesis ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 30


(18)

C. Definisi Oprasional ... 31

D. Lokasi Penelitian ... 34

E. Jenis Dan Sumber Data ... 34

1. Jenis Data ... 34

2. Sumber Data ... 35

F. Populasi Dan Sampel ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 39

H. Teknik Pengolahan Data ... 42

I. Teknik Analisis Data ... 43

J. Uji Validitas dan Reabilitas ... 44

1.Uji Validitas ... 44

2. Uji Reabilitas ... 47

K. Uji Hipotesis ... 48

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Implementasi Kebijakan ... 50

B. Gambaran Umum Implementasi Kebijakan Dalam Pelaksanaan Peraturan Akad Nikah ... 53

C. PPN, P3N dan Penghulu ... 56

D. Budaya Masyarakat yang Dilayani ... 58

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kesesuaian Peraturan dan Pelaksanaan Nikah ... 59

1. Kesesuaian Peraturan dan Pelaksanaan Tempat Nikah ... 59

2. Kesesuaian Peraturan dan Pelaksanaan Biaya Nikah ... 61

3. Kesesuaian Peraturan dan Pelaksanaan Kinerja PPN dalam Penetapan Tempat Nikah dan Pungutan Biaya Nikah ... 62

B. Pengetahuan (Kognisi) Masyarakat Tentang Peraturan dan Pelakasanaan Tempat Nikah, Biaya Nikah dan Kinerja PPN ... 64

1. UU yang mengatur tentang peraturan nikah ... 65

2. Pengetahuan Tentang PP No.47 Tahun 2004 ... 67

3. Pengetahuan Tentang Biaya Nikah Sebesar Rp.30.000 ... 68

4. Pengetahuan Tentang Instruksi Yang Diikeluarkan Kemenag ... 70

5. Pengetahuan Tentang Sosialisasi Instruksi Yang Dikeluarkan Kemenag ... 72


(19)

6. Pengetahuan Tentang Lokasi Nikah ... 74

7. Pengetahuan Tentang Tugas PPN ... 76

8. Pengetahuan Tentang Tata Cara Pemberitahuan Kehendak Nikah .. 78

C. Sikap (Afeksi) Masyarakat Tentang Peraturan dan Pelakasanaan Tempat Nikah, Biaya Nikah dan Kinerja PPN ... 80

1. Sikap Masyarakat Mengenai PP No.47 Tahun 2004 ... 81

2. Sikap Masyarakat Mengenai Biaya Nikah yang Melebihi Aturan ... 83

3. Sikap Mengenai Adanya Biaya Nikah ... 85

4. Sikap Terhadap Pelaksanaan Kesesuaian Mengenai Biaya Nikah ... 87

D. Penilaian (Konasi) Masyarakat Tentang Peraturan dan Pelakasanaan Tempat Nikah, Biaya Nikah dan Kinerja PPN ... 89

1. Pendapat masyarakat mengenai kinerja PPN ... 90

2. Penilaian Tentang Kesesuaian Pelaksanaan yang Dilakukan PPN ... 92

3. Kesesuaian Biaya yang Dikeluarkan dengan Pelayanan yang Diberikan ... 94

E. Antar Hubungan Persepsi ... 97

F. Hasil Uji Hipotesis ... 101

G. Pembahasan Hasil Penelitian ... 102

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 106

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Pernikahan Di Kota Bandar Lampung ... 4

Tabel 2: oprasional variable ... 34

Tabel 3. Distribusi pernikahan di KUA Se-Bandar Lampung ... 36

Tabel 4. Distribusi Sampel berdasarkan Proporsi Masyarakat Setiap Kecamatan di Bandar Lampung tahun 2014 ... 38

Tabel 5. Skor untuk Jawaban ... 41

Tabel 6. Uji Validitas ... 45

Tabel 7. Nilai Reabilitas ... 48

Tabel 8. Pengetahuan Masyarakat Mengenai UU ... 65

Tabel 9. Pengetahuan Mengenai PP No 47 Tahun 2004 ... 67

Tabel 10. Pengetahuan Tentang Biaya Nikah Sebesar Rp.30.000 ... 69

Tabel 11. Pengetahuan Tentang Instruksi Yang Dikeluarkan Kemenag ... 71

Tabel 12. Pengetahuan sosialisasi insstruksi yang dikeluarkan Kementerian Agama ... 73

Tabel 13. Pengetahuan tentang lokasi nikah ... 75

Tabel 14. Pengetahuan tentang tugas PPN ... 76

Tabel 15. Pengetahuan pemberitahuan kehendak nikah ... 78

Tabel 16. Sikap masyarakat mengenai PP No 47 tahun 2004... 81

Tabel 17. Sikap masyarakat mengenai biaya nikah yang melebihi aturan ... 83


(21)

Tabel 19. Sikap Terhadap Pelaksanaan Kesesuaian Mengenai Biaya Nikah .. 87 Tabel 20. Pendapat mengenai kinerja PPN ... 90 Tabel 21. Penilaian Tentang Kesesuaian Pelaksanaan Yang Dilakukan PPN . 92 Tabel 22. Penilaian biaya dengan pelayanan yang diberikan ... 95 Tabel 23. Pengetahuan Tentang PP No 47 Tahun 2004 dan kesetujuannya .... 97 Tabel 24. Kesetujuan Tentang PP No 47 Tahun 2004 dan penilaiannya ... 98 Tabel 25. Pengetahuan Tentang PP No 47 Tahun 2004 dan penilaian

mengenai Kinerja PPN ... 100 Tabel 26. Hasil Uji Hipotesis ... 101


(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial dimana memiliki sifat saling membutuhkan, karena sejak lahir manusia telah dilengkapi dengan naluri untuk senantiasa hidup dengan orang lain. Allah SWT menjadikan makhluknya berpasang-pasangan, menjadikan manusia laki-laki berpasangan dengan perempuan, menjadikan hewan jantan berpasangan dengan betina, begitupula tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Dalam menjalankan kehidupan, manusia tentu ingin melanjutkan keturunan.

Pernikahan merupakan sebuah akad atau ikatan batin yang saling mengikat dan membutuhkan dalam kebersamaan antara suami dan isteri. Kesadaran terhadap arti akad ini, memberikan kontribusi yang besar dalam membentuk struktur rumah tangga sebagai bagian dari unit terkecil dalam masyarakat dan sekaligus sebagai tiang negara. Pernikahan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena pernikahan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Pada umumnya pernikahan dianggap sebagai sesuatu yang suci dan karenanya setiap agama selalu menghubungkan kaedah-kaedah pernikahan dengan kedah-kaedah


(23)

agama. Semua agama umumnya mempunyai hukum pernikahan yang tekstular. Manusia dalam menempuh pergaulan hidup dalam masyarakat ternyata tidak dapat terlepas dari adanya saling ketergantungan antara manusia dengan yang lainnya. Hal itu dikarenakan sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahluk sosial yang suka berkelompok atau berteman dengan manusia lainnya.

Hidup bersama merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik kebutuhan yang bersifat jasmani maupun yang bersifat rohani. Demikian pula bagi seorang laki-laki ataupun seorang perempuan yang telah mencapai usia tertentu maka ia tidak akan lepas dari permasalahan tersebut. Ia ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melaluinya bersama dengan orang lain yang bisa dijadikan curahan hati, penyejuk jiwa, tempat berbagi suka dan duka. Hidup bersama antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai pasangan suami istri dan telah memenuhi ketentuan hukumnya, yang lazimnya disebut sebagai sebuah pernikahan.

Pernikahan pada hakekatnya adalah merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk membentuk suatu keluarga yang kekal dan bahagia. Pengertian pernikahan menurut ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa “Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”


(24)

Suatu pernikahan mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia dikarenakan :

1. Dalam suatu pernikahan yang sah selanjutnya akan menghalalkan hubungan atau pergaulan hidup manusia sebagai suami istri. Hal itu adalah sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahluk yang memiliki derajat dan kehormatan.

2. Adanya amanah dari Tuhan mengenai anak-anak yang dilahirkan. Anak-anak yang telah dilahirkan hendaknya dijaga dan dirawat agar sehat jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup keluarga secara baik-baik dan terus menerus.

3. Terbentuknya hubungan rumah tangga yang tentram dan damai. Dalam suatu rumah tangga yang tentram, damai dan diliputi rasa kasih sayang, selanjutnya akan menciptakan kehidupan masyarakat yang tertib dan teratur.

4. Pernikahan merupakan suatu bentuk perbuatan ibadah. Pernikahan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya, karena dengan pernikahan dapat mengurangi perbuatan maksiat dan memelihara diri dari perzinahan.

Jumlah pernikahan di Kota Bandar Lampung setiap tahunnya cukup tinggi, terlihat dari data yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung.


(25)

Tabel 1. Jumlah Pernikahan Di Kota Bandar Lampung

No KUA Per Kecamatan Jumlah Pernikahan

1 Tanjung Karang Pusat 618 Pernikahan

2 Tanjung Karang Barat 634 Pernikahan

3 Tanjung Karang Timur 690 Pernikahan

4 Teluk Betung Barat 680 Pernikahan

5 Teluk Betung Utara 412 Pernikahan

6 Teluk Betung Selatan 966 Pernikahan

7 Sukarame 549 Pernikahan

8 Kedaton 812 Pernikahan

9 Panjang 635 Pernikahan

10 Raja Basa 345 Pernikahan

11 Tanjung Senang 385 Pernikahan

12 Sukabumi 719 Pernikahan

13 Kemiling 571 Pernikahan

Jumlah 8016 Pernikahan

Sumber: Kantor Kemenag Kota Bandar Lampung, tahun 2013

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tentang “Kompilasi Hukum Islam” juga mengatur pernikahan adalah suatu akad yang kuat. Bagi yang ingin melangsungkan pernikahan harus memperhatikan prosedur-prosedur hukum akad nikah atau ketentuan resmi yang diberlakukan pada masyarakat muslim Indonesia. Salah satu ketentuan itu adalah setiap akad nikah mesti dilakukan di hadapan dan diawasi secara langsung serta dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah, sesuai dengan peraturan Menteri Agama No 11 tahun 2007. Aturan-aturan itu bertujuan untuk menjamin tertibnya penyelenggaraan akad


(26)

nikah dan yang lebih utama melindungi kepentingan-kepentingan suami isteri ketika menjalani kehidupan berumah tangga.

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku manusia di Indonesia harus mengikatkan diri dengan pasangannya melalui suatu ikatan yaitu pernikahan. Setiap pernikahan harus dilangsungkan dihadapan pegawai pencatat nikah agar mempunyai kedudukan yang kuat menurut hukum, hukum dalam kehidupan merupakan sebuah aturan yang dijadikan landasan dalam bertingkah laku bersama. Sebagai pijakan bahwa negara kita memiliki peraturan baik yang mengikat maupun yang tidak mengikat atau yang tertulis maupun tidak (Hukum Positif dan Hukum Adat), jadi sudah sewajarnya bahwa manusia harus mematuhi dan menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Timbulnya kebijakan harus sejalan dengan pelaksanaannya yang sesuai dengan aturannya. Seperti yang dikemukakan oleh George C. Edwards dalam Subarsono (2012: 90) mengenai variabel yang mempengaruhi implementasi dari suatu kebijakan yaitu:

1. Komunikasi

Pada variabel ini menekankan pada keahlian dari perbuatan kebijakan dalam menyampaikan informasi dari isi kebijakan kepada masyarakat. Penting bagi pembuat kebijakan dalam menyampaikan tentang tujuan dan sasaran dari suatu kebijakan untuk mengurangi kesalahpahaman masyarakat mengenai informasi ataupun pelaksanaannya.


(27)

2. Sumber Daya

Variabel sumber daya dibutuhkan untuk mendukung penyampaian isi dari suatu kebijakan, bisa berupa sumber daya manusianya ataupun sumber daya finansialnya.

3. Disposisi

Komitmen dari pembuat kebijakan sangat diperlukan untuk mendukung berjalannya suatu kebijakan. Variabel komitmen menunjukan bahwa pembuat kebijakan bersungguh-sungguh dengan kebijakan yang dibuat, hal tersebut berdampak pada pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang telah tertuang atau yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

4. Struktur birokrasi

Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus dilatar belakangi dengan prosedur operasi standar. Prosedur tersebut menjadi pedoman dalam menjalankan suatu kebijakan. Struktur birokrasi yang cenderung panjang bisa melemahkan pengawasan sehingga terjadi penyimpangan pelaksanaan kebijakan.

Terkait kasus terjadinya pemidanaan seorang Kepala Kantor Urusan Agama Kota Kediri yang dituduh menerima gratifikasi saat dia melakukan pencatatan nikah mulai 2 Januari-31 Desember 2012, Romli selaku Kepala Kantor Urusan Agama Kediri dituduh sengaja menggelembungkan biaya nikah dengan memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat soal tarif resmi pencatatan nikah. Romli memungut biaya sebesar Rp 225.000 untuk pernikahan di luar kantor dan Rp 175.000 di dalam kantor, yang tarif sebenarnya hanyalah Rp.30.000 yang tertuang dalam


(28)

Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Agama. (http://www.tempo.co/read/news/2013/12/04/058534686/Jaksa-Kediri-Kasus Pungli-Penghulu-Jalan-Terus diakses 14 Januari 2014, pukul 14.00 wib).

Adanya kasus tersebut membuktikan bahwa belum terlaksananya variabel-variabel yang dikemukakan oleh George C Edwards dalam implementasi kebijakan mengenai Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2004 tentang tarif atau jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Kementerian agama, dimana informasi yang tersampaikan ke masyarakat tidaklah ssesuai dengan isi kebijakan yang telah dibuat sehingga terjadi pelanggaran terhadap kebijakan tersebut. Kasus penghulu yang diduga menerima gratifikasi tersebut membuat gejolak di kalangan masyarakat Indonesia.

Di Bandar Lampung, dalam menyikapi kasus tersebut Kanwil Kemenag Provinsi Lampung, Kantor Kemenag kota Bandar Lampung, serta para Petugas Pencatat Nikah (PPN) langsung menjalankan instruksi yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama RI sesuai hasil wawancara pada tanggal 17 Februari 2014 pukul 10.00 WIB terhadap Kasi Bimas Islam, Jalaluddin yang menyatakan:

“Terkait kasus di Kediri, para PPN se-Lampung langsung kita kumpulkan dan beritahukan tentang instruksinya bahwa tidak boleh lagi memungut biaya lebih dari Rp.30.000, kurang lebih seperti itu”.


(29)

Adapun Instruksinya yaitu No: DJ.II.1/3/HK.007/2757/2013 yang isinya:

1. Menginstruksikan Kepada Seluruh Kepala Kantor Urusan Agama kecamatan agar tetap memberikan pelayanan pencatatan nikah sesuai dengan:

a. UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (pasal 2 ayat (2): Tiap – tiap perkawinan di catat menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku)

b. Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 tentang pencatatan nikah:

Pasal 21 ayat (1) Aqad nikah dilaksanakan di KUA

Pasal 21 ayat (2) atas permintaan calon pengantin dan atas persetujuan PPN akad nikah dapat dilaksanakan di luar KUA.

2. Menginstruksikan kepada seluruh Kepala Kantor Urusan Agama kecamatan untuk tidak memungut biaya apapun diluar tarif biaya pencatatatn nikah sebesar Rp.30.000,00 (Tiga Puluh Ribu Rupiah) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Agama. 3. Menegaskan kembali bahwa Pemberian kepada Penyelenggara Negara

ATAU Pegawai Negeri Sipil berupa uang, barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma – Cuma, dan fasilitas lainnya termasuk dalam katagori gratifikasi sesuai penjelasan pasal 12B ayat (1) UU No 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto UU No.20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

4. Memerintahkan kepada Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan dan Petugas Pencatat Nikah (PPN) yang menerima pemberian sebagaimana dimaksud pada angka 3, agar melaporkan pemberian tersebut Kepada KomisI Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam waktu 30 hari setelah menerima pemberian sesuai pasal 12C ayat (1) dan ayat (2) UU No.20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Timbulnya Kebijakan yang dikeluarkan Direktorat Jendral Kementrian Agama R.I yang tidak membolehkan menerima pungutan lain selain biaya yang ditetapkan sebesar Rp.30.000 untuk sekali pernikahan di dalam maupun diluar KUA yang tertuang dalam instruksi di atas terkait kasus yang terjadi di Kota Kediri.


(30)

Kenyataannya ketidaktauan masyarakat tentang biaya akad nikah menjadi hal yang sudah biasa, hal ini terbukti dari pernyataan Nurdin warga Ketapang, Teluk Betung Selatan kota Bandar Lampung yang dikutip koran Radar Lampung yang menyatakan “Kalau diselenggarakan di KUA warga harus mengeluarkan ongkos transportasi untuk kerabat dan tetangga, tetapi jika di rumah hanya mengeluarkan ongkos untuk penghulu sebagai pengganti uang transportasi sebesar 100.000, kelar”. (http://www.radarlampung.co.id. Diakses tanggal 14 Januari 2014, pukul 13.00 wib) Dari hasil wawancara pada hari jumat tanggal 21 maret 2014 terhadap keluarga yang menikah warga Teluk Betung Utara, Muhammad Syafei yang menyatakan

“oh, saya tidak tau malah jika biaya akad nikah hanya Rp.30.000. Setau saya keluarga mengeluarkan biaya sebesar Rp.400.000 untuk biaya Penghulunya”.

Selanjutnya hasil wawancara tanggal 22 maret 2014 terhadap Ida warga Kecamatan Rajabasa yang baru menikahkan saudaranya bulan Januari 2014 mengatakan

“kami kurang tau tentang biaya akad nikah yang sebenarnya, biaya yang keluarga keluarkan untuk biaya penghulu sebesar Rp.800.000, Tetapi kami ikhlas mengeluarkan biaya sebesar itu karna kami memanggil penghulunya ke rumah”.

.

Dari beberapa pernyataan di atas membuktikan bahwa kebijakan yang dilaksanakan oleh Kementrian Agama Provinsi maupun Kota Bandar Lampung tidak sejalan dengan Undang-undang R.I No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 15 yang salah satu isinya penyelenggara pelayanan publik harus


(31)

mempublikasikan maklumat pelayanan kepada masyarakat, agar tidak menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat yang dalam kasus ini mengenai biaya akad nikah.

Alasan peneliti tertarik meneliti masalah ini dikarnakan adanya ketidaktauan masyarakat dari sampel hasil wawancara khususnya masyarakat kota Bandar Lampung tentang peraturan akad nikah, seperti pernyataan beberapa masyarakat kota Bandar Lampung di atas. Berdasarkan Uraian di atas yang terdapat ketidaktauan di kalangan masyarakat tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Kemenag dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Peraturan Akad Nikah di Kota Bandar Lampung.

Adanya penelitian lain yang menyebutkan bahwa persepsi masyarakat yang negatif atau kurang baik terhadap suatu kebijakan, yaitu penelitian Dikha Wahyudi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung Terhadap Kualitas Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP)” dalam hal ini mengenai pelayanan pembuatan E-KTP dan penelitian Nanang Nugraha yang berjudul “Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Publik” yang bertolak belakang dengan penelitian Dwi Astuti yang menyatakan persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang positif terhadap suatu kebijakan dengan judul penelitian “Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014 tentang desa di Desa Bumiayu Pati” memunculkan keinginan peneliti untuk menguji ketiga hasil penelitian tersebut.


(32)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan Kementerian Agama dalam pelaksanaan peraturan akad nikah? Dengan hipotesis nol persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang positif dan hipotesis alternatif persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang negatif.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kebijakan Kementerian Agama dalam pelaksanaan peraturan akad nikah di Kota Bandar Lampung Tahun 2014. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji/membuktikan hipotesis yang menyatakan persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang negatif dan positif.

D. Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian sebagaimana dirumuskan di atas maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menguji penelitian yang menyatakan persepsi masyarakat kurang baik terhadap suatu kebijakan atau terbilang negatif dengan penelitian yang menyatakan persepsi masyarakat terhadap siuatu kebijakan sudah baik atau terbilang positif.


(33)

2. Secara Praktis

Dapat bermanfaat dalam memberikan masukan untuk memperbaiki proses sosialisasi kebijakan Kementrian Agama mengenai biaya nikah dan peraturan nikah yang tertuang dalam PP No 47 Tahun 2004 dan Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 untuk jadi lebih baik lagi agar masyarakat mengetahui dan memahami dengan jelas mengenai peraturan yang berlaku mengenai peraturan akad nikah serta pembiayaannya. Penelitian ini juga bermanfaat memberikan masukan dalam perbaikan persepsi masyarakat melalui perbaikan kinerja PPN dan pegawai KUA khususnya mengenai sosialisasi.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi berasal dari kata perception (Inggris) yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Beberapa ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Slamento dalam Handayani, (2013: 12) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi dalam otak manusia secara terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indranya, yaitu indra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman. Salah satu alasan mengapa persepsi demikian penting dalam hal menafsirkan keadaan sekeliling kita adalah bahwa kita masing-masing mempersepsi, tetapi mempersepsi secara berbeda, apa yang dimaksud


(35)

dengan sebuah situasi ideal. Persepsi merupakan sebuah proses yang hampir bersifat otomatik dan ia bekerja dengan cara yang hampir serupa pada masing masing individu, tetapi sekalipun demikian secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda.

Pengertian persepsi menurut Slameto ( 2003: 102 ) menyatakan persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan dan informasi di dalam otak manusia. Informasi dan pesan yang diterima tersebut muncul dalam bentuk stimulus yang merangsang otak untuk mengolah lebih lanjut yang kemudian mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Selanjutnya menurut Rakhmat (2004: 37-43) mengklasifikasinya kedalam tiga komponen yaitu komponen afektif, komponen kognitif dan komponen konatif. Komponen yang pertama, afektif yang merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

1. Komponen afektif

a. Motif sosiogenis, sering juga disebut sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis). Peranannya dalam membentuk prilaku sosial bahkan sangat menentukan. Berikut ini klasifikasi sosiogenis menurut Melvin H.Marx : 1. Kebutuhan organisme seperti motif ingin tahu, motif


(36)

kompetensi dan motif kebebasan. 2. motif-motif sosial seperti motif kasih sayang, motif kekuasaan dan motif kebebasan.

b. Sikap, pertama sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Kedua sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Ketiga sikap relatif lebih menetap. Keempat sikap mengandung nilai menyenang-kan atau tidak menyenangkan. Kelima sikap timbul dari pengalaman.

c. Emosi, emosi menunjukan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis.

2. Komponen kognitif

Kepercayaan adalah komponen kognitif. Kepercayaan di sini tidak ada hubunganya dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu ’benar’ atau ’salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman atau intuisi (Holer, 1978). Sementara menurut Asch (1959) kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

3. Komponen konatif

Terdiri dari kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan adalah aspek prilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Sedangkan kemauan adalah sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan.


(37)

Menurut Walgito (2002) dalam skripsi Agisni (2013: 25) persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterima individu sehingga mempunyai arti individu yang bersangkutan dimana stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:

a. Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai reseptor.

b. Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus. c. Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi.

Menurut Ahmadi dalam skripsi Agisni (2013: 27) ada tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu:

1. Komponen cognitive : berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan obyek.

2. Komponen affective : menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek di sini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

3. Komponen behavior atau conative : yang melibatkan salah satu predis-posisi untuk bertindak terhadap obyek.

Terbentuknya persepsi seseorang terhadap sesuatu objek pada lingkungannya didasarkan pada stimulus atau situasi yang sedang dihadapinya. Terkait pada


(38)

kondisi masyarakat persepsi adalah proses penilaian seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu objek, peristiwa dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut melalui proses kognisi, afeksi, dan konasi untuk membentuk objek tersebut (Mahmud, 1989: 79).

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya dan memberikan penilaian.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

Dalam memberikan tanggapan atau persepsi terhadap suatu objek, masing-masing individu atau perorangan tentunya akan berlainan. Hal ini dikarnakan pandangan seseorang dipengaruhi oleh wawasan, pengalaman serta pengetahuannya terhadap suatu objek yang dihadapkan. Menurut Slamento dalam Handayani (2013: 23) Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah:

a. Relation, yaitu hubungan antara orang yang mempersepsikan dengan objek yang dipersepsikan. Seseorang biasanya tidak menagkap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus, tetapi akan memfokuskan perhatiannya terhadap satu atau dua objek yang sama.


(39)

c. Kebutuhan, kebutuhan sesaat akan kebutuhan yang tettap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.

d. Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh pula pada persepsi seseorang.

Robbin (2003) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Keadaan pribadi orang yang mempersepsi

Merupakan faktor yang terdapat dalam individu yang mempersepsikan. Misalnya kebutuhan, suasana hati, pendidikan, pengalaman masa lalu, sosial ekonomi, jenis kelamin, umur.

b. Karakteristik target yang dipersepsi

Target tidak dilihat sebagai suatu yang terpisah, maka hubungan antar target dan latar belakang serta kedekatan/kemiripan dan hal-hal yang dipersepsi dapat mempengaruhi persepsi seseorang.

c. Konteks situasi terjadinya persepsi

Waktu dipersepsinya suatu kejadian dapat mempengaruhi persepsi, demikian pula dengan lokasi, cahaya, panas, atau faktor situasional lainnya. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33613/4/Chapter%20II.pdf) di akses tanggal 28 agustus 2014, pukul 10.51 WIB.


(40)

3. Proses Pembentukan Persepsi

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses pengamatan atau pengetahuan mengenai suatu objek atau kejadian tertentu dengan menggunakan alat-alat indra tertentu sebagai perantaranya. Persepsi menunjuk bagaimana manusia melihat, mendengar, mencium, merasakan dunia sekitar kita.

Proses terbentuknya persepsi menurut Suwartinah dalam Handayani, (2013: 16) yaitu:

1. Stimulus atau situasi yang hadir

Awal mula terjadinya persepsi ketika seseorang dihadapkan pada stimulus atau situasi. Stimulus atau situasi tersebut biasanya berupa stimulus pengindraan dekat dan langsung atau berupa lingkungan sosiokultural dan fisik yang menyeluruh dari stimulus tersebut.

2. Regristasi

Merupakan suatu gejala yang nampak yaitu mekanisme fiksik untuk mendengar dan melihat suatu informasi maka mulailah orang tersebut mendaftar, mencerna, dan menyerap suatu informasi.

3. Interpretasi

Tahap selanjutnya setelah informasi terserap proses terakhirnya adalah penafsiran terhadap informasi tersebut. Interpretasi ini merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat penting karna proses tergantung pada proses pendalaman, motifasi dan keperibadian seseorang berbeda


(41)

dengan orang lain sehingga interpretasi seseorang terhadap informasi atau stimulus akan berbeda dengan orang lain.

4. Umpan Balik

Merupakan suatu proses yang terakhir dimana setelah seseorang menafsirkan informasi tersebut akan memunculkan reaksi yaitu reaksi positif dan negatif, maka akan muncul reaksi memberikan apabila jawabannya bersifat menerima maka reaksi yang muncul akan berbentuk positif pula.

4. Persepsi Positif dan Negatif

Menurut Robbins (2002: 14) bahwa persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Sedangkan, persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya persepsi negatif seseorang dapat muncul karena adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya ketidaktahuan individu serta tidak adanya pengalaman inidvidu terhadap objek yang dipersepsikan dan sebaliknya, penyebab munculnya persepsi positif seseorang karena adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya


(42)

penge-tahuan individu, serta adanya pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan.

B. Definisi Masyarakat dan Ciri-cirinya

Menurut Soemardjan dalam Soekanto (2001: 92) menyatakan bahwa masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Koentjaningrat, (2009: 115-118) “masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinue dan yang terikat dalam satu rasa identitas bersama”. Menurut Selo Soemardjan dalam Gustriana (2009: 18) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Selain itu Soekanto, (2001: 95) mengemukakan bahwa ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut.

1. Manusia yang hidup bersama, sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.

2. Bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusiamanusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia.

3. Sadar bahwa mereka merupakan satu-kesatuan.

4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan orang yang terdiri dari berbagai kalangan dan tinggal didalam satu wilayah. Masyarakat yang sesungguhnya adalah sekumpulan orang yang telah memiliki hukum adat, norma-norma dan berbagai peraturan yang siap untuk ditaati.


(43)

C. Peraturan Akad Nikah

1. Peraturan dan Proses Penetapan Tempat Nikah

Peraturan tentang akad nikah sudah tertuang jelas pada Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang pencatatan nikah, termasuk didalammnya mengenai peraturan tempat nikah yang tertuang pada pasal 21 ayat 1 akad nikah dilaksanakan di KUA dan ayat 2 atas permintaan calon pengantin dan atas persetujuan PPN akad nikah dapat dilaksanakan di luar KUA.

2. Peraturan dan Penggunaan Biaya Nikah

Adapun tentang biaya pencatatan nikah diatur dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Agama yaitu sebesar Rp.30.000,00. PP tersebut sudah mengalami pembaruan menjadi PP No 48 Tahun 2014, tetapi PP yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan PP No 47 Tahun 2004.

3. Kinerja PPN Dalam Penerapan Tempat dan Biaya Nikah

Tugas PPN tertuang pada Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 pasal 2 ayat 1 yang isinya bertugas melakukan pemeriksaan persyaratan (termasuk tempat dan biaya nikah), pengawasan, dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, serta melakukan bimbingan perkawinan.


(44)

4. Fungsi-fungsi Pelayanan Publik dan Keterbukaan Informasi Publik

Menurut Sinambela, (2011: 6) yang menjadi fungsi dalam pelayanan publik yaitu:

a. Fungsi Transparansi

yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Fungsi Akuntabilitas

Yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Fungsi Kondisional

Yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tahap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

d. Fungsi Partisipatif

Yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Fungsi Kesamaan Hak

Yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain.


(45)

f. Fungsi Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Selanjutnya menurut UU No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, pelayan publik berfungsi sebagai:

a. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan.

b. Menyusun menetapkan dan mempublikasikan maklumat pelayanan. c. Menempatkan pelaksana yang berkompeten.

d. Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan public yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai.

e. Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik.

f. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan.

g. Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.

h. Memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayyanan yang diselenggarakan.

i. Membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung jawabnya. j. Bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggara


(46)

k. Memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan.

l. Memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga Negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dari beberapa pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keterbukaan atau transparansi informasi publik sangat dibutuhkan dan diperlukan dalam pelayanan publik untuk mencapat pelayanan publik yang berkualitas sehingga tercapai tujuan dari suatu pelayan.

5. Struktur KUA

Adapun struktur dari masing-masing KUA yang ada di Bandar Lampung yaitu meliputi Kepala KUA yang mempunyai bidang Tatat Usaha, bidang Pengurusan Administrasi NR, bidang keuangan, bidang penghulu, bidang zawaibsos, bidang kemasjidan, bidang kemitraan dan terdapat Pembantu PPN di setiap masing-masing Kelurahan.


(47)

D. Kerangka Pikir

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya dan memberikan penilaian.

Pernikahan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena pernikahan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Pada umumnya pernikahan dianggap sebagai sesuatu yang suci dan karenanya setiap agama selalu menghubungkan kaedah-kaedah pernikahan dengan kedah-kaedah agama. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam juga mengatur pernikahan adalah suatu akad yang kuat. Oleh karena itu, bagi yang ingin melangsungkan pernikahan mesti memperhatikan prosedur-prosedur hukum akad nikah, atau pun ketentuan resmi yang diberlakukan pada masyarakat muslim Indonesia.

Salah satu ketentuan itu adalah setiap akad nikah mesti dilakukan di hadapan dan diawasi secara langsung serta dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah dan membayar sesuai ketentuan yang berlaku. Sudah seharusnya masyarakat


(48)

mengetahui peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam melaksanakan pernikahan. Ketidaktauan masyarakat mengenai pembayaran yang harus di keluarkan apabila ingin menikah dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan, terlihat pada kasus Kepala KUA di Kota Kediri yang di tangkap atas tuduhan kasus gratifikasi.

Suatu peraturan ataupun kebijakan sudah seharusnya dijalankan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah dibuat dan disepakati bukan untuk di disalah gunakan serta sesuai dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Selain itu, masyarakat pun harus tau dan memahami serta ikut mengawasi jalannya peraturan ataupun kebijakan-kebijakan yang berlaku, bukan ikut melakukan pelanggaran. Memberi uang lebih dari ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan akad nikah merupakan tindak pidana korupsi yang disebut gratifikasi.

Dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa yang akan diteliti adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan Kementerian agama dalam pelaksanaan peraturan akad nikah. Adapun dalam mengukur persepsi masyarakatnya menggunakan indikator pengetahuan, sikap dan penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan akad nikah, yang di tuangkan dalam bentuk pertanyaan yang memiliki pilihan jawaban dimana setiap jawaban memiliki masing-masing nilai. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk


(49)

mencegah terjadinya tindak korupsi berupa gratifikasi di badan pemerintahan khususnya dalam Kementrian Agama.

Gambar 1. Kerangka Pikir

Negatif

(Robbins) Positif

(Robbins)

Persepsi PMA No 11 Tahun 2007

1. Pengetahuan Tempat Nikah

(kognisi)

2. Sikap Biaya Nikah

(Afeksi)

3. Penilaian Kinerja PPN


(50)

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya atau dapat dikatakan proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu disajikan dalam bentuk statement yang menghubungkan secara eksplisit maupun implisit satu variabel dengan satu/ lebih variabel lainnya. Masyhuri dan Zainuddin, (2008: 136).

Pengertian hipotesis penelitian menurut Sugiyono (2012: 159) di arikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pertanyaan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Jadi maksudnya adalah taksiran keadaan populasi melalui data sampel. Oleh karena itu dalam statistik yang diuji adalah hipotesis nol. “The null hypothesis is used for testing. It is statement that no different exists between the parameter and statistic being compare” (Emory, 1985). Jadi hipotesis nol adalah pertanyaan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif, yang menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistik. Hipotesis nol diberi notasi Ho, dan hipotesis alternatif diberi notasi Ha. Berdasarkan pengertian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha. Persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang negatif. Ho. Persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang positif.


(51)

III.METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang persepsi masyarakat terhadap implementasi kebijakan Kementerian Agama mengenai peraturan nikah dan pembiayaannya yang tidak sesuai, penelitian ini juga berfokus pada pertanyaan bagaimana menerangkan mengapa hal tersebut terjadi, sehingga tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, Masyhuri dan Zainuddin, (2008: 34) menyatakan penelitian deskripsi bertujuan untuk membuat penyadaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat- sifat populasi tertentu. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan Kuantitatif menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008: 13) adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori) ke hal khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya.

B. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan batasan terhadap variabel yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan arahnya tidak menyimpang. Dalam hal ini Untuk mempermudah penelitian mengenai masalah yang akan


(52)

diteliti, maka dibawah ini penulis akan memberikan definisi konsep penelitian, yaitu:

1. Persepsi Masyarakat Terhadap Peraturan Nikah

Persepsi masyarakat adalah Kognisi (pengetahuan), Afeksi (sikap) dan Konasi (penilaian) tentang Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 yaitu tempat nikah dan kinerja PPN dan PP No 47 Tahun 2004 tentang pembiaya serta pelaksanaannya.

2. Implementasi Kebijakan Mengenai Peraturan Nikah dan Pelaksanaannya Implementasi dalam pelaksanaan tempat nikah tertuang pada Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 yaitu pasal 21 ayat 1 dan ayat 2. Implementasi mengenai kebijakan peraturan akad nikah yang tidak membolehkan membayar uang lebih dari Rp.30.000 untuk biaya akad nikah sebagaimana yang telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Agama. Implementasi pada pemahaman masyarakat mengenai Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 tentang kinerja PPN yang bertugas melakukan pemeriksaan persyaratan, pengawasan, dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, serta melakukan bimbingan perkawinan.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penentuan suatu kontruk atau konsep sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan


(53)

kontruk sehingga memungkinkan peneliti lain untuk melakukan pengulangan pengukuran dengan cara yang sama atau mencoba untuk mengembangkan pengukuran konstruk yang lebih baik, adapun indikator dari definisi oprasional dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat berupa:

1. Kognisi

Kognisi yang dimaksud adalah pengetahuan masyarakat tentang peraturan dan pelaksanaan Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 mengenai sosialisasi lokasi nikah dan kinerja PPN, serta Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2004 Mengenai biaya pencatatan nikah dan sanksi pelanggaran dari pelaksanaan yang dilakukan.

2. Afeksi

Afeksi yang dimaksud adalah sikap yang ditunjukan masyarakat terhadap adanya peraturan dan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 mengenai sosialisasi lokasi nikah dan kinerja PPN, Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2004 Mengenai biaya pencatatan nikah dan sanksi pelanggaran dari pelaksanaan yang dilakukan, dalam hal ini apakah masyarakat mendukung apa tidak mengenai peraturan tersebut.

3. Konasi

Konasi yang dimaksud adalah bagaimana masyarakat menilai Peraturan dan pelaksanaan mengenai Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 mengenai sosialisasi lokasi nikah dan kinerja PPN, Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2004 Mengenai biaya pencatatan nikah dan sanksi pelanggaran dari pelaksanaan yang dilakukan tersebut sebagai suatu


(54)

kebijakan yang sudah baik atau belum dalam pelaksanaannya di masyarakat.

4. Tempat Nikah

Tempat nikah dalam penelitian ini adalah sesuai dengan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang pencatatan nikah, termasuk didalammnya mengenai peraturan tempat nikah yang tertuang pada pasal 21 ayat 1 akad nikah dilaksanakan di KUA dan ayat 2 atas permintaan calon pengantin dan atas persetujuan PPN akad nikah dapat dilaksanakan di luar KUA.

5. Biaya Nikah

Biaya nikah dalam penelitian ini adalah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Agama yaitu sebesar Rp.30.000,00. Diperbarui menjadi Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2014 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Agama, namun dalam penelitian ini masih menggunakan PP No 47 Tahun 2004.

6. Kinerja PPN

Tugas PPN yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tertuang pada Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 pasal 2 ayat 1 yang isinya bertugas melakukan pemeriksaan persyaratan (termasuk tempat dan biaya nikah), pengawasan, dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, serta melakukan bimbingan perkawinan. PPN


(55)

dalah hal ini sebagai pelayan publik, dimana dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang salah satunya mempublikasikan maklumat pelayanan yaitu harus adanya transparansi atau keterbukaan informasi publik dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat, sesuai dengan PP No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Tabel 2. Oprasional variabel

Persepsi Tempat Nikah Biaya Nikah Kinerja PPN Kognisi

(Pengetahuan)

Tahu/ Tidak Tahu Tahu/ Tidak Tahu Tahu/ Tidak Tahu Afeksi (Sikap) Setuju/Tidak Setuju Setuju/Tidak Setuju Setuju/Tidak Setuju Konasi (Penilaian)

Baik/Tidak baik Baik/Tidak baik Baik/Tidak baik

Sumber: data primer, Agustus 2014

D. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di seluruh kecamatan yang ada di Bandar Lampung yang berjumlah 13 Kecamatan di tambah 7 kecamatan pemekaran yang ditentukan dengan sengaja (purposive).

E. Jenis dan Sumber data 1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dilapangan melalui pengisian kuisioner dari masyarakat kota Bandar Lampung yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.


(56)

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dipergunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang antara lain dapat berasal dari buku-buku, penelitian-penelitian sebelumnya, dan dokumen-dokumen yang terkait.

2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Responden

Adalah sumber data primer yang akan diberikan sejumlah angket pertanyaan pada penelitian ini mengenai persepsi masyarakat terhadap kebijakan kemenag dalam pelaksanaan peraturan akad nikah. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Bandar Lampung.

2. Dokumen-dokumen

Yaitu berbagai dokumen yang berhubungan dengan persepsi masyarakat dan kebijakan kemenag. Di dalam penelitian ini sumber dokumen kapasitasnya hanya sebagai data sekunder untuk mendukung atau memperkuat data primer.

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiyono,


(57)

(2012: 89). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat kota Bandar Lampung yang menikah pada bulan Januari tahun 2014. Dengan total populasi sebesar 753 peristiwa pasangan pernikahan.

Tabel 3. Distribusi pernikahan di KUA Se-Bandar Lampung

No KUA Per-Kecamatan Bulan Total

Pernikahan 1 Tanjung Karang Pusat Januari 53 Perkawinan 2 Tanjung Karang Barat Januari 63 Perkawinan 3 Tanjung Karang Timur Januari 53 Perkawinan 4 Teluk Betung Barat Januari 65 Perkawinan 5 Teluk Betung Utara Januari 42 Perkawinan 6 Teluk Betung Selatan Januari 83 Perkawinan

7 Sukarame Januari 67 Perkawinan

8 Kedaton Januari 69 Perkawinan

9 Panjang Januari 56 Perkawinan

10 Raja Basa Januari 50 Perkawinan

11 Tanjung Senang Januari 30 Perkawinan

12 Sukabumi Januari 70 Perkawinan

13 Kemiling Januari 52 Perkawinan

Jumlah 753 Perkawinan

Sumber: Kementerian Agama Kota Bandar Lampung Tahun 2014

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel digunakan bila peneliti tidak memungkinkan meneliti keseluruhan populasi dan karena adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Sugiyono, (2012: 91), maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,


(58)

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).

Dalam penelitian ini, penentuan jumlah sampel dari populasi menggunakan rumus dari Slovin dalam Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah (2005: 136) yaitu sebagai berikut:

2

(e)

N

1

N

n

Di mana:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e ² = Presisi yang ditetapkan

Sehingga, diketahui bahwa total populasi seluruh masyarakat sebesar N = 753 peristiwa dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar ( e² ) = 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh sebesar:

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebesar 88 pasangan menikah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Bandar Lampung yang menikah bulan Januari tahun 2014 yang terdapat di 13 Kecamatan dan 7 daerah pemekaran Kota Bandar Lampung. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak yang


(59)

memberikan kesempatan sama kepada setiap masyarakat untuk dijadikan sampel yang representasif. Sugiyono, (2012: 218).

Tabel 4. Distribusi Sampel berdasarkan Proporsi Masyarakat Setiap kecamatan di Bandar Lampung, tahun 2014

No Kecamatan Total populasi di setiap kecamatan

Total sampel di setiap kecamatan

1 Tanjung Karang Pusat 53 6

2 Tanjung Karang Barat 63 7

3 Tanjung Karang Timur 53 6

4 Teluk Betung Barat 65 8

5 Teluk Betung Utara 42 5

6 Teluk Betung Selatan 83 10

7 Sukarame 67 8

8 Kedaton 69 7

9 Panjang 56 7

10 Rajabasa 50 6

11 Tanjung Senang 30 4

12 Sukabumi 70 8

13 Kemiling 52 6

Jumlah 753 88

Sumber: Kantor Kemenag Kota Bandar Lampung

Total populasi= 753 masyarakat, kesalahan 10%, maka jumlah sampel sebanyak 88 masyarakat. Untuk mendapatkan jumlah sampel dari setiap kecamatan, maka populasi dimasing-masing kecamatan dibagi dengan jumlah populasi total, kemudian dikalikan dengan jumlah sampel yang akan diteliti. Perinciannya adalah sebagai berikut:

Tanjung Karang Pusat: 53/753 x 88 = 6 Tanjung Karang Barat: 63/753 x 88 = 7


(60)

Tanjung Karang Timur: 53/753 x 88 = 8 Teluk Betung Barat: 65/753 x 88 = 8 Teluk Betung Utara: 42/753 x 88 = 5 Teluk Betung Selatan: 83/753 x 88 = 10

Sukarame: 67/753 x 88 = 8

Kedaton: 69/753 x 88 = 7

Panjang: 56/753 x 88 = 7

Rajabasa: 50/753 x 88 = 6

Tanjung Senang: 30/753 x 88 = 4

Sukabumi: 70/753 x 88 = 8

Kemiling: 52/753 x 88 = 6

Jumlah = 88 masyarakat.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik berikut:

1. Kuesioner

Kuesioner yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian berupa jawaban pertanyaan tertulis yang diajukan oleh peneliti untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kebijakan kemenag dalam pelaksanaan peraturan akad nikah. Kuesioner ini akan disebarkan kepada para responden yang dipilih secara Simple Random Sampling. Cara dalam mendapatkan responden dengan cara peneliti melakukan riset ke Kementerian Agama Kota Bandar Lampung untuk menanyakan alamat Kantor KUA untuk mendapatkan data mengenai calon responden. Setelah peneliti mendapatkannya, peneliti


(61)

mendatangi satu per satu alamat KUA yang berjumlah 13 kantor yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Bandar Lampung untuk menanyakan alamat responden, sesuai dengan hasil pembagian per kecamatan. Langkah selanjutnya peneliti mendatangi alamat responden satu persatu dan menanyakan mengenai kuesioner penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan tatap muka secara langsung antara peneliti dan responden untuk menggali data yang lebih banyak bersamaan dengan penyebaran kuesioner ataupun saat mendapatkan data di Kementerian Agama maupun di KUA.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berdasarkan catatan-catatan yang terdokumentasi (otentik), baik berupa foto saat wawancara, foto proses pelayanan pencatatan nikah, foto prosedur pendaftaran nikah, data statistik, buku-buku, kumpulan peraturan perundang-undangan.

Angket, digunakan untuk mengumpulkan data dengan mangajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada responden masyarakat kota Bandar Lampung yang menikah di bulan Januari tahun 2014. Angket diambil untuk mengetahui persepsi masyarakat kota Bandar Lampung tentang pelaksanaan peraturan akad nikah. Angket diberikan kepada seluruh responden yang


(62)

berjumlah 88 responden. Daftar pertanyaan tertutup dengan memberikan alternatif jawaban dengan maksud mempermudah dalam melakukan analisis. Untuk mengolah data yang berbentuk angket yang dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan, masing-masing pertanyaan diberikan alternatif jawaban berdasarkan metode Likert. Untuk keperluan analisis, maka jawaban diberi skor sebagai berikut:

Tabel 5. Skor untuk Jawaban

No Jawaban Skor

1 Sangat tau/sangat setuju/sangat baik/sangat sesuai/sangat mendukung

5

2 Tau/setuju/baik/sesuai/mendukung 4

3 Ragu-ragu/kurang baik/kurang sesuai//kurang mendukung

3 4 Tidak tau/tidak setuju/tidak baik/tidak sesuai/tidak

mendukung

2 5 Sangat tidak tau/sangat tidak setuju/sangat tidak

baik/sangat tidak sesuai/sangat tidak mendukung

1 Sumber: metode likert

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat apabila responden menjawab sangat tau, sangat setuju, sangat baik, sangat sesuai dan sangat mendukung maka diberi skor 5 dengan arti responden sangat mengetahui mengenai peraturan dan pelaksanaan dari PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004. Selanjutnya responden yang menjawab tau, setuju, baik, sesuai, mendukung diberi skor 4 dengan arti responden hanya sekedar mengetahui mengenai peraturan dan pelaksanaan dari PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004. Responden yang menjawab ragu-ragu, kurang baik, kurang sesuai, tidak mendukung diberi skor 3 dengan arti responden hanya memberi pernyataan


(63)

yang sekedarnya saja. Jawaban tidak tau, tidak setuju, tidak baik, tidak sesuai, tidak mendukung diberi skor 2 dengan arti resonden tidak mengetahui mengenai peraturan dan pelaksanaan dari PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004. Jawaban dengan skor 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak tau, sangat tidak setuju, sangat tidak baik, sangat tidak sesuai, sangat tidak mendukung dengan arti responden memang benar-benar tidak pernah tau mengenai peraturan dan pelaksanaan dari PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004.

H. Teknik Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data dari lapangan, maka tahap selanjutnya adalah mengadakan pengolahan data dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) Prasetyo dan Jannah, (2005: 34), dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing

Setelah terkumpul 88 kuesioner langkah yng pertama yaitu editing. Editing merupakan proses pemeriksaan kembali kuesioner yang terkumpul dari lapangan, apakah kuesioner yang ada telah diisi dengan baik dan benar.

2. Coding

Coding merupakan suatu proses pemberian kode secara sistematis pada data mentah yang ada di dalam kuesioner. Pemberian kode melalui program Microsoft exel sebelum memasukkannya ke dalam program SPSS


(64)

17 yang berguna untuk mempermudah peneliti menginput data kedalam SPSS 17.

3. Format Entry Data di Program SPSS 17

Merupakan suatu proses pembuatan format pengerjaan data pada program SPSS sebelum nantinya data dimasukkan ke dalam computer. Adapun yang digunakan yaitu untuk mengukur uji validitas dan reabilitas, uji hipotesis, dan data hasil kuesioner penelitian.

4. Pemindahan Data (Data Entering)

Data entering adalah memasukkan data yang telah didapat (berupa kode) ke dalam mesin pengolah data yaitu SPSS 17, sehingga nantinya didapatkan hasil dari pengelolahan tersebut dalam bentuk tabel.

5. Penyajian Data (Data Output)

Data output adalah suatu bentuk penyajian data ke dalam bentuk tabel, baik itu dalam tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang yang nantinya dapat digunakan untuk penyajian data di dalam isi penelitian.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data ini adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interprestasikan. Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Menurut Sugiyono, (2012: 169) kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan


(65)

data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang isinya Ha. Persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang negatif, dan Ho. Persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang positif.

Adapun rincian proses kerja yang telah dilakukan peneliti yaitu, langkah pertama mencari data dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang telah dipilih secara acak. Selanjutnya ketika sudah memiliki data yang diinginkan, data dimasukan ke dalam program Microsoft exel lalu diolah dalam program SPSS 17. Hasil dari SPSS 17 dianalisis dengan cara membandingkan dengan peraturan yang berlaku lalu ditarik kesimpulan.

J. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji validitas

bertujuan untuk melihat apakah instrumen (alat ukur) yang digunakan valid atau memang sesuai dengan variabel yang diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur Sugiono, (2008 :172). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 30 orang untuk uji validitas dan r tabel pada taraf signifikan 5% untuk (df) n-2 = 30-2 = 28 r tabel .

Langkah langkahnya :

1. Buka program SPSS Statistic 17.0, kemudian copy-paste data yang akan digunakan ke dalam data view, pada program SPSS Statistik 17.0 tersebut.


(66)

2. Pada variabel view, isi kedalam kotak seperti ini: - Name : sesuai yang diperlukan.

- Decimals : ubah menjadi “0” jika datanya tidak menggunakan decimal - Align : ubah menjadi center.

- Measure : ubah menjadi nominal.

3. Kembali ke data view, klik analyze – Scale – Reliability Analysis.

4. Pada kotak dialog Reliability Analysis, pindahkan semua data ke kolom Items: kemudian klik Statistics

5. Pada kotak dialog Reliability Analysis : Statistics, centang Scale If Item Deleted, kemudian Continue dan OK.

6. Kemudian akan muncul kotak Output, yang akan kita gunakan hanya kotak Reliability Statistics (uji reliabilitas) dan Item-Total Statistics (uji validitas).

Setelah hasil nilai koefisien Alfa (CronBach) didapatkan maka nilai tersebut dibandingkan dengan rhitung pada tabel nilai r. Jika nilai Alfa >

rhitung maka pertanyaan itu reliabel. Sebaliknya jika nilai Alfa < rhitung maka

pertanyaan tersebut tidak reliabel.

Tabel 6. Uji Validitas Variabel Item

Pertanyaan

Pearson Correlation

r Tabel Status

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat Pengetahuan (kognisi) - Item 1 - Item 2 - Item 3 - Item 4 - Item 5 - Item 6 - Item 7

0.525 0.374 0.429 0.696 0.432 0.392 0.387 0.385 0.374 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(67)

- Item 8 - Item 9 - Item10 - Item 11 - Item 12

0.392 0.380 0.443 0.583 Valid Valid Valid Valid Sikap (Afeksi) - Item 1 - Item 2 - Item 3 - Item 4 - Item 5 - Item 6 - Item 7 - Item 8 - Item 9

0.434 0.407 0.492 0.698 0.552 0.477 0.512 0.377 0.393 0.374 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Penilaian (Konasi) - Item 1 - Item 2 - Item 3 - Item 4 - Item 5

0.517 0.632 0.688 0.581 0.456 0.374 Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber: Data Primer, November 2014

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa semua item pertanyaan mempunyai nilai r-hitung yang lebih besar dari r-tabel sehingga item tersebut dinyatakan valid. Setiap item pertanyaan dalam kuesioner dapat dijadikan instrument penelitian yang sahih dalam penelitian ini, dimana nilai r-hitung tertinggi 0.698 dan nilai r-hitung terendah 0.032 dan r-tabel taraf signifikan 5% untuk (df) n-2 = 30-2 = 28 adalah 0.374.


(1)

b. Sikap dengan Penilaian

Dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi sikap ragu-ragu yang ditunjukan masyarakat mengenai PP No 47 Tahun 2004, semakin tinggi pula penilaian kurang baik yang masyarakat tunjukan mengenai kinerja PPN. Sebaliknya semakin setuju sikap yang ditunjukan masyarakat terhadap PP No 47 Tahun 2004, semakin baik pula penilaian yang ditunjukan masyarakat terhadap kinerja PPN. Hal ini menunjukan terdapat adanya ketidak searah (persepsi negatif) antara sikap yang diberikan responden terhadap penilaian dari kinerja PPN dalam melaksanakan PP No 47 Tahun 2004 (Data Primer, November 2014).

c. Penilaian dengan Pengetahuan

Dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi ketidaktauan masyarakat mengenai PP No 47 Tahun 2004, semakin tinggi pula penilaian kurang baik yang ditunjukan masyarakat mengenai kinerja PPN , sebaliknya semakin tinggi pengetahuan yang masyarakat miliki mengenai PP No 47 Tahun 2004, semakin tinggi pula penilaian baik yang ditunjukan masyarakat terhadap kinerja PPN. Dengan demikian, persepsi yang diberikan responden iyalah negatif, karna pengetahuan yang dimiliki responden tidak searah dengan sikap yang ditunjukan oleh responden terkait PP No 47 Tahun 2004 (Data Primer, November 2014).


(2)

112

hasil uji statistik dengan koefisiensi korelasi product momoent (r) digunakan untuk menguji atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh p-value = 0,000 (p-value < = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha : r ≠ 0 ; X yang menyatakan persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat Kota Bandar Lampung yaitu negatif, dikarenakan banyaknya ketidaktauan masyarakat mengenai peraturan nikah dan pembiayaannya yang tertuang pada PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004.


(3)

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain :

1. Hal yang harus diperhatikan adalah mengenai sosialisasi harus lebih di tingkatkan mengenai PMA No 11 No 2007 dan PP No 47 Tahun 2004 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dimana didalamnya terdapat kewajiban pelayan publik yang tertuang dalam pasal 15. Sehingga masyarakat dapat mengetahui dan memahaminya dengan baik pula mengenai peraturan tersebut melalui sosialisasi yang berkualitas.. 2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang menggunakan tema serupa agar

menggunakan responden yang mengurusi mengenai persyaratan nikah, bukan calon mempelai. Dari hasil penelitian ini banyak calon mempelai yang tidak mengetahui mengenai peraturan tersebut dikarenakan calon mempelai tidak mengurusi persyaratan nikah.

3. Diharapkan kepada masyarakat harus lebih peka terhadap peraturan perundangaan mengenai akad nikah yang berlaku khususnya masyarakat yang melakukan pernikahan.

4. Diharapkan pada Petugas Pencatat Nikah dalam melakukan pembayaran biaya nikah harus sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu PP No 47 Tahun 2004 yang sudah diperbarui menjadi PP No 48 Tahun 2014.


(4)

114

5. Pemerintah atau aparatur yang berwenang harus meningkatkan pelayanan agar dapat memberikan sosialisasi yang tepat sasaran kepada masyarakat terkat pelaksanaan dari PP No 47 Tahun 2004 dan PMA No 11 Tahun 2007.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung Bahri. 2008. Konsep dan Definisi Konseptual. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta Mahmud, M Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: BPEF

Masyhuri & M. Zainuddin, 2008. Metodelogi Penelitian – Pendekatan praktis dan aplikatif. PT Refika Aditama: Bandung

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. REFERENSI: Jakarta

Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya: Bandung Robbin, P.S. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima. Erlangga:

Jakarta

Sinambela, Lijan Poltak. 2011. Reformasi Pelayanan Publik. PT.Bumi Aksara: Jakarta

Slamento. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta:

Bandung

Subarsono, AG. 2012. ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK konsep, teori, dan aplikasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo: Jakarta


(6)

Winarno, Budi. 2012. KEBIJAKAN PUBLIK teori, proses, dan studi kasus. CAPS: Yogyakarta

Website:

(http://www.radarlampung.co.id. Diakses tanggal 14 Januari 2014, pukul 13.00 wib) (http://www.tempo.co/read/news/2013/12/04/058534686/Jaksa-Kediri-Kasus Pungli- Penghulu-Jalan-Terus diakses 14 Januari 2014, pukul 14.00 wib).

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33613/4/Chapter%20II.pdf) di akses tanggal 28 Agustus 2014, pukul 10.51 WIB.

(http://merlitafutriana0.blog spot.com/p/validitas-dan-reliabilitas.html di akses tanggal 26 Maret 2014 pukul 15.00 WIB)

Dokumen:

PMA No 11 Tahun 2007 Tentang Peraturan Akad Nikah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Agama.

Instruksi Kementrian Agama No: DJ.II.1/3/HK.007/2757/2013 UU No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Skripsi orang lain:

Agnisi, Mulia. 2013. Efek Media Massa Cetak Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012. Unila Handayani, Melisa. 2013. Persepsi Masyarakat Terhadap Sosialisasi Pencalonan

Herman H.N Menjelang Pemilihan Gubernur Lampung. Unila

Gustriana, Riska. 2009. Persepsi Masyarakat Desa Pisang Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan Terhadap Kinerja Sekertaris Desa. Unila