Mengapa harus takut untuk memilih

Mengapa harus takut untuk memilih?

Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke rumah sahabat saya. Mumpung sedang liburan maka saya
menyempatkan diri bertemu sahabat-sahabat. Selain bertemu dengan dia saya juga bertemu dengan
adiknya yang sekarang sedang galau-galaunya menentukan pilihan jurusan dan perguruan tinggi untuk
SNMPTN. Akhirnya terjalinlah percakapan kami dengan adiknya.
Adik : “kak, aku rencana pilih komunikasi UI sama komunikasi UNPAD nih. Menurut kakak, aku keterima
gak, ya?”
Aku : “wah, aku mana bisa prediksi. kamu IPA atau IPS?”
Adik : “IPA kak. Jadi aku silang jurusan. Kata bu guru BP, kalau silang jurusan nilai matematikanya harus
tinggi. Nilai MTK-ku 92 kak cukup gak, ya?”
Aku : “waduh, masalah batas nilai aku juga gak tau. Aku tanya dulu deh, kenapa milih komunikasi?”
Adik : “karena aku mau jadi jurnalis kak.”
Kakaknya :”kalau mau jurnalis masuk sastra juga bisa. Yaudah, masuk aja sastra Jepang”
Adik : “iya, bu guru BP juga nyuruh aku pilih sastra Jepang karena nilai bahasa Jepang aku tinggi.”
Aku : “terus aku tanya lagi. Kenapa pilihan keduanya UNPAD. Kalau kamu keterima di UNPAD kamu
bakalan ambil gak?”
Adik : “sebenernya aku mau nya di UI sih kak. Keterima jurusan apapun di UI aku siap deh kak. Tapi kalau
keterimanya di UNPAD yaa mau gak mau aku harus ambil kak. Kalo gak, nanti SMA ku di blacklist sama
UNPAD.”
Sebenernya, dari percakapan ini, aku menyadari bahwa yang adiknya inginkan adalah kuliah di UI-nya

bukan jurusannya apa. Pasti banyak juga anak SMA yang berpikiran seperti itu. Mereka mengincar
Perguruan tinggi favorit tapi tak peduli jurusannya apa. Minat atau gak minta yang penting kuliah di
universitas keren. Saat saya SMA dulu juga saya sempat ngobrol dengan kakak tingkat yang kuliah di
Universitas ternama. Kakak itu bilang gini,” udah, kamu masuk universitas ini aja. Toh, kalau kamu nanti
ngelamar kerja. Perusahaannya ga liat kamu kuliah jurusan apa. mereka ngeliatnya kamu kuliah dimana.”
Aku gak setuju banget sama pendapat seperti ini. kuliah seakan diniatkan hanya untuk mencari kerja
bukannya mancari ilmu. Sewaktu SMA saya juga sempat berpikir untuk kuliah di jurusan yang gampang
cari kerjanya saja atau ambil sekolah kedinasan yang setelah lulus pasti dapat kerja. Tapi, akhirnya saya
disadarkan kalau rezeki itu Allah yang mengatur. Tak akan tertukar rezeki manusia di bumi ini. cara ideal
untuk memilih jurusan adalah mencari jurusan yang paling sesuai dengan bakat dan minat kita. Tak
peduli prospek kerjanya gampang atau susah. Selama inikan yang bilang gampang atau susahnya
manusia sendiri. Misal, kalau lulusan sastra jawa dinilai sulit cari kerja dan lulusan teknik perminyakan

sangat mudah mencari kerja bahkan kerjanya sangat menggiurkakn dengan gaji yang besar. Saya yakin
banget kalau ini yang buat manusia sendiri. Kalau kita yakin rezeki Allah yang ngatur. Lulusan SD juga bisa
jadi kaya raya. Udah terbukti kan bu susi yang hanya lulusan SMP bisa jadi menteri.
Jadi, saran saya untuk adik sahabatku dan teman-temanku yang lain. Ikuti kata hatimu SAJA. Karena hati
adalah alat yang diberikan Tuhan sebagai penunjuk jalan kita. Kalau ada yang sudah baca The Alchemist
pasti sadar banget pentingnya mengikuti kata hati. Pertama, pilih jurusan yang paling membuat kamu
merasa nyaman karena kamu suka dengan apa yang diperlajarinya. Untuk itu, kamu harus cari info

sebanyak-banyak mengenai jurusan tersebut. Dapat bertanya dengan kakak kelas, cari di internet dan liat
di websitenya secara langsung. Setelah itu pilih perguruan tingginya. Bukan hal yang salah kalau kamu
pilih perguruan tinggi favorit. Karena dengan kuliah di PT favorit, kamu bisa mendapatkan fasilitas yang
lebih baik, kamu bisa mendapat lingkungan yang kompetitif, kamu dapat bertemu dengan dosen-dosen
yang menginspirasi dan masih banyak lagi. Namun, jangan agar mudah mencari kerja sebagai alasannya.
Yakin deh, kalau kualitas kita emang bagus in syaa Allah rezeki datang sendiri.
Setelah memilih, pasti yang jadi alasan kegalauan berikutnya adalah nilai kita cukup atau tidak untuk
diterima di PT yang sudah kita pilih. Apalagi yang kita pilih PT favorit yang pasti pendaftarnya banyak dan
dari SMA-SMA favorit juga. terus SMA kita rupanya bukanlah SMA favorit, hanya SMA yang berada di
pinggiran kota and gak dikenal sama PT-nya. Solusinya bukan langsung ganti PT favorit tersebut dengan
PT yang biasa-biasa aja. Yang penting lolos. Yaah! semangatnya mana,hah? Kalau kamu memang ingin
masuk Jurusan di PT tersebut yaa diusahakan , dong. Jangan Cuma berharap dari SNMPTN saja. Kan,
masih ada seleksi-seleksi berikutnya. Seperti SBMPTN dan UM. Memang soalnya sulit, tapi sekali lagi
kalau memang INGIN kita harus berusaha dengan maksimal. Masih ada waktu untuk mempersiapkan.
Banyak teman-teman saya yang bilang, kalau mereka memilih PT yang passing grade nya rendah saja
ketimbang harus ikut SBMPTN karena tidak lolos di PT favorit.
Selama menunggu pengumuman SNMPTN sebaiknya kita persiapkan untuk SBMPTN. Bukannya pesimis,
namun hanya jaga-jaga kalau kita tidak lolos. Tidak ada yang tahu kan kita lolos atau tidak. Sebaiknya kita
persiapkan kemungkinan terburuk dengan belajar dan berlatih untuk seleksi berikutnya. Nah, kalau
sudah semua seleksi yang kita ikuti dan kita tidak lolos juga. saya sarankan untuk bertanya pada Allah

langkah apa yang harus kita ambil. Yakin semua tidak ada yang sia-sia. Allah maha melihat kebaikan
walau sekecil biji zarrah.
Jadi, kesimpulannya memilih jurusan itu bukan karena mudah atau tidaknya untuk mencari kerja. Begitu
pula dengan memilih PT-nya. Pilihlah yang paling sesuai di hati karena ilmu yang dipelajarinya. Masalah
rezeki sih gampaang. Sudah ada yang mengatur. Jangan lupa, tidak ada mimpi yang KETINGGIAN. Yang
ada hanya usaha yang terlalu SEDIKIT. Jadi, kalau kita sudah memiliki keinginan. Kita harus capai itu
dengan usaha yang sesuai. semakin besar mimpi, Semakin besar usaha yang diperlukan. Good luck for all
the dream catchers !