Proses sosial manusia sebagai makhluk bi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi merupakan bidang kajian yang memiliki implikasi
penting terhadap tumbuh kembangnya manusia dalam masyarakat,
termasuk tumbuh berkembangnya mereka dalam dunia pendidikan.
Sosiologi memberi sumbangan yang berarti bagi mereka yang tertarik
dalam upaya melakukan kajian kritis terhadap apa yang terjadi di
masyarakat. Sosiologi juga membantu upaya melakukan perubahan dan
reformasi sosial melalui berbagai cara. Sosiologi pendidikan dalam hal ini,
bisa membantu memberi bahan berharga dalam rangka melihat proses
pendidikan dengan berbagai masalah dan implikasi yang di timbulkan.
Sosiologi Pendidikan adalah adalah ilmu yang mempelajari seluruh
aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah
pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui
analisis atau pendekatan sosiologis. Untuk menciptakan hubungan yang
baik dengan individu maupun terhadap masyarakat maka perlu
menggunakan beberapa pendekatan, dengan pendekatan maka akan
berinterksi dengan individu dan masyarakat berjalan dengan lancar dan
mudah, oleh karena pentingnya pendekatan dalam Sosioliogi pendidikan.
Dari semua materi yang sudah tersedia di dalam makalah kami ini

akan membahas pengertian dan macam-macam interaksi, pengertian dari
dasar proses sosial, dan klasifikasi interaksi sosial. Makalah kami yang
berjudul “Interaksi Sosial” ini juga digunakan dalam menganalisis
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam bidang pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Interaksi dan macam-macam interaksi?
2. Apa pengertian dari dasar proses sosial?
3. Apa saja klasifikasi interaksi sosial?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian dari interaksi social dan macam-macam
interaksi
2. Menjelaskan pengertian dasar proses social
1

3. Menjelaskan klasifikasi interaksi social
D. Batasan Masalah
Makalah ini hanya menjelaskan mengenai interaksi dan dasar proses
social serta mendeskripsikan klasifikasi interaksi sosial.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Interaksi

2

Interaksi menurut KBBI adalah hal saling melakukan aksi,
berhubungan, mempengaruhi, antar hubungan. Berlangsungnya suatu
proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor seperti adanya imitasi,
sugesti, identifikasi dan proses simpati. Interaksi di dalam kelas
melahirkan sesuatu yang disebut dengan suasana atau iklim kelas. Hal ini
menunjukkan bahwa interaksi dalam kelas terbingkai dalam kode etik
kelas yang telah ditentukan oleh sekolah secara keseluruhan. Pertama,
imitasi; kehadiran imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Kedua, sugesti; kehadiran
sugesti dapat berlangsung apabila seseorang member suatu pandangan atau
suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak
lain. Ketiga, identifikasi; identifikasi sebenarnya merupakan suatu
kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain. Keempat, proses simpati; pada proses simpati ini
terdapat proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain.1

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut
hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu
dengan kelompok. Dua syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya
kontak sosial (social contact) dan adanya komunikasi. Kontak sosial dapat
terjadi dalam tiga bentuk, pertama; adanya orang perorangan yang
dimaksud disini adalah seseorang yang baru memahami norma-norma dan
nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota. Kedua, adanya
perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Contohnya
ketika seseorang bergabung dalam suatu kelompok maka seseorang
tersebut harus taat dan patuh pada norma yang telah dibuat dan disepakati
dalam suatu kelompok tersebut. Ketiga, antara suatu kelompok manusia
dengan kelompok manusia lainnya. Contohnya sekutu dan Belanda yang
bersatu untuk menjajah dan mengalahkan para pahlawan yang berjuang
mempertahankan Indonesia. Kontak sosial yang bersifat positif akan
mengarah pada kerjasama, tetapi kontak sosial yang mengarah kepada
1

Binti Maunah, Sosiologi pendidikan, Kalimedia, 2016, Yogyakarta, hlm. 132-133

3


yang negatif maka akan timbul pertentangan atau bahkan tidak
menghasilkan apapun.
Interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu
manusia, dimana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah,
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.
Kelangsungan interaksi social ini, sekalipun dalam bentuknya yang
sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya
dapat kita beda-bedkan beberapa factor yang mendasarinya, baik secara
tunggal maupun bergabung, yaitu (vide Bonner, Social Psychology, no. 3):
1.
2.
3.
4.

Faktor imitasi
Faktor sugesti
Faktor identifikasi
Faktor simpati2


Berikut akan dijelaskan mengenai keempat faktor diatas.
1. Imitasi
Imitasi adalah anak meniru seseornag (guru, teman, tetangga,
orangtua,dsb). Imitasi ada yang positif ada yang negatif.3
Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik. Selanjutnya, apabila
seseorang telah terdidik dalam suatu tradisi tertentu yang melingkupi
segala situasi social, maka orang itu memiliki suatu “kerangka caracara tingkah laku dan sikap-sikap moral” yang dapat menjadi pokok
pangkal untuk memperluas perkembanagnnya dengan positif. Dan,
dalam didikannya ke dalam suatu ”tradisi” modern maupun kuno,
imitasi memegang peranan penting.
Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti yang
digambarkan di atas juga mempunyai segi-segi yang negatif. Yaitu,
apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah ataupun secara
moral dan yuridis harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi

2
3

Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych., Psikologi Sosial, Refika Aditama, 2004, Bandung, hlm.

62.
Nur Isoatul Khusna, Sosiologi Pendidikan,Leksana, 2016, Tulungagung, hlm. 10.

4

orang banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya
kesalahan kolektif yang meliputi jumlah serba besar.
Selain itu adanya proses imitasi dalam interaksi social dapat
menimbulkan kebiasaan dimana orang mengimitasi sesuatu tanpa
kritik. Seperti yang berlangsung juga pada faktor sugesti. Dan, hal ini
dapat menghambat perkembangan kebiasaan berfikir kritis. Dengan
kata lain, adanya peranan-peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat
memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir pada individu
manusia yang mendangkalkan kehidupannya.
Mengapa dan dalam keadaan manakah orang-orang itu mudah
mengimitasi sesuatu?
Seperti yang telah dikatakan pada pembicaraan mengenai kritik
erhadap pendapat Gabriel Trade, sebelum orang mengimitasi suatu hal,
terlebih dahulu haruslah terpenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Minat-perhatian yang cukup besar akan hal tersebut

b. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi,
dan berikutnya dapat pula suatu syarat lainnya, yaitu bahwa
c. Orang-orang juga dapat mengimitasi suatu pandangan atau tingkah
laku karena hal itu mempunyai penghargaan sosial yang tinggi.
Jadi seseorang mungkin mengimitasi sesuatu karena ia ingin
memperoleh penghargaan social did ala lingkungannya.
Imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi social
seperti yang diuraikan oleh Gabriel Tarde, melainkan merupakan suatu
segit dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan
bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah
laku diantara orang banyak. Dengan cara imitasi, pendangan dan
tingkah laku seseorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide, dan adat
istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat, dan dengan
demikian pula seseorang itu dapat lebih melebarkan dan meluaskan
hubungan-hubungannya dengan orang-orang lain.
2. Sugesti

5

Sugesti adalah ketika seseorang memberikan suatu pandangan atau

sikap dari dirinya kemudian diterima oleh orang lain. Kapan sugesti itu
lebih mudah terjadi pada manusia, dan apa syarat-syarat terjadinya
sugesti? Secara garis besar, terdapat beberapa keadaan tertentu serta
syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu:
a. Sugesti karena hambatan berpikir
Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang
dikenainya mengambil alih pandangan-pandangan dari orang lain
tanpa memberinya pertimbangan kritik terlebih dahulu. Orang
terkena sugesti itu menelan apa saja yang dianjurkan orang lain.
b. Sugesti terjadi karena pikiran terpecah-pecah (disosiasi)
Selain dari keadaan ketika pikiran kita dihambat karena
kelelahan atau rangsangan emosional, sugesti itupun mudah terjadi
pada diri orang itu mengalami keadaan terpecah-belah. Hal ini
dapat terjadi misalnya apabila orang yang bersangkutan menjadi
bingung karena ia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang
terlalu kompleks bagi daya penmapungannya. Apabila orang
karena sesuatu hal menjadi bingung, maka ia lebih mudah terkena
sugesti orang lain yang mengetahui jalan keluar dari kesulitankesulitan yang dihadapinya itu.
Keadaan semacam ini dapat pula menerangkan mengapa dalam
zaman modern ini orang-orang yang biasanya berobat kepada

seorang dokter juga mendatangi seorang dukun untuk memproleh
sugestinya yang dapat membantu orang yang bersangkutan
mengatasi kesulitan-kesulitan jiwanya.
c. Sugesti karena ototritas
Dalam hal ini orang cenderung menerima pandanganpandangan atau sikap-sikap tertentu apabila pandangan atau sikap
tersebut dimiliki para ahli alam bidangnya sehingga dianggap
otoritas pada bidang tersebut atau memiliki prestise social yang
tinggi.
Hal ini dipergunakan pula pada bidang propaganda ketika
massa cenderung untuk menerima suatu ucapan itu berasal dari

6

seorang ahli dalam bidang tersebut, atau mempunyai prestise sosial
yang tinggi berkaitan dengan bidang itu sehingga dapat dipercaya.
d. Sugesti karena mayoritas
Dalam hal ini, orang lebih cenderung akan menerima suatu
pandangan atau ucapan apabila ucapan itu didukung oleh
mayoritas, oleh sebagian besar dari golongannya, kelompoknya,
atau masyarakatnya. Mereka cenderung untuk menerima

pandangan itu tanpa pertimbanagn lebih lanjut karena jika sebagian
besar berpendapat demikian ia pun rela ikut berpendapat demikian.
e. Sugesti karena “will to believe”
Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa sugesti itu justru
meyakinkan sikap-sikap yang sudah terdapat pada orang secara
samar-samar. Demikianlah maka seorang anak yang masih sangat
muda itu tidak dapat disugesti berkaitan dengan sikap-sikap sosial
karena dia belum mempunyai kecenderungan-kecenderungan sikap
sosial. Akan etapi, maki tua umur anak-anak sesuadah berusia 4
tahun itu, makin besar kemungkinan untuk mensugestinya hingga
umur 9 tahun. Pada umur-umur itu, ia memang pertama-tama
menjadi manusia sosial (permulaan perkembangan sosialnya).
Setelah berumur 10 tahun, makin sukar lagi anak tersebut terkena
sugesti sikap-sikap social karena sudah mulai berpikir dalam hal
itu.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah anak ingin menyamakan dirinya dengan orang
lain yang dianggap memiliki kelebihan atau keistimewaan.4
Identifikasi dilakukan orang kepada orang lain yang dianggapnya
ideal dalam suatu segi, untuk memperoleh sistem norma, sikap, dan

nilai yang dianggapnya ideal, dan yang masih merupakan
kekurangannya pada dirinya. Sebagaimana diungkapkan, proses ini
terjadi secara otomatis, bawah sadar, dan objek identifikasi itu tidak
dipilih secara rasional, tetapi berdasarkan penilaian subjectif,
berperasaan. Ikatan yang terlalu dalam antara orang yang
4

Nur Isoatul Khusna, Sosiologi Pendidikan,Leksana, 2016, Tulungagung, hlm. 10.

7

mengidentifikasi dan orang tempat identifikasi merupakan ikatan batin
yang lebih mendalam daripada ikatan antara orang yang saling
mengimitasi tingkah lakunya. Di samping itu, imitasi dapat
berlangsung antara orang-orang yang tidak saling kenal, sedangkan
orang tempat kita mengidentifikasi itu dinilai terlebih dahulu dengan
cukup teliti (dengan perasaan) sebelum kita mengidentifikasi diri
dengan dia, yang bukan merupakan proses rasional dan sadar,
melainkan irasional dan berlangsung di bawah taraf kesadaran kita.
Hanya. Apabila kita telah mengetahui bahwa memang ada prosesproses identifikasi seperti yang digambarkan itu, kita dapat
menganalisis dii kita sendiri (apabila dianggap perlu), dari manakah
kita memperoleh norma-norma itukita juga telah mengidentifikasi diri
kita dengan orang lain yang merupakan tokoh kita. Masa
perkembangan ketika manusia itu paling banyak melakukan
identifikasi dengan orang lain daripada orangtuanya adalah pada masa
remaja atau pada masa pubertas ketika ia telah melepaskan
identifikasinya dengan orangtua, dan mencari norma-norma kehidupan
sendiri saat itu adalah masa yang peka, masa orang mudah sekali
dipengaruhi contoh-contoh yang baik atau contoh-contoh yang buruk
dari orang-orang yang menjadi tempat identifikasinya itu, orangtua
pun dapat mengidentifikasi dirinya dengan anak-anaknya dalam
keadaan-keadaan tertentu sehingga terjadilah keadaan timbal balik
yang merupakan ciri-ciri khas setiap interaksi sosial. 5
4. Simpati
Simpati adalah tertariknya seseorang dari yang satu kepada yang
lain. Simpati lahir karena pertimbangan perasaan, bukan pikiran.6
Peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan antara
dua atau lebih orang. Hubugan cinta kasih antar manusia itu biasanya
didahului pula oleh hubungan simpati yang terus menerus memegang
peranan dalam hubungan cinta kasih itu. Patut ditambahkan bahwa
5
6

Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych., Psikologi Sosial, Refika Aditama, 2004, Bandung, hlm.
73-74.
Nur Isoatul Khusna, Sosiologi Pendidikan,Leksana, 2016, Tulungagung, hlm. 10.

8

simpati dapat pula berkembang perlahan-lahan disamping simpati yang
timbul dengan tiba-tiba.
Gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sduah berdekatan.
Akan tetapi, dalam hal simpati yang timbale balik itu, akan dihasilkan
suatu hubungan kerja sama di mana seseorang ingin lebih mengerti
orang lain dengan sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa
berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu.
Sedangkan dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan di mana
yang satu menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin
belajar daripadanya karena yang lain itu dianggapnya sebagai ideal.
Jadi, pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti an ingin
bekerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan
utamanya adalah ingin mengikuti jejaknya, ingin mencontoh ingin
belajar dari orang lain yang dianggapnya sebagai ideal. Hubungan
simpati menghendaki hubungan kerja sama antara dua atau lebih orang
yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya menghendaki bahwa yang
satu ingin menjadi seperti yang lain dalam sifat-sifat yang
dikaguminya. Simpati bermaksud kerjasama, identifikasi bermaksud
belajar.
Simpati hanya dapat berkembang dalam suatu relasi kerjasama
antara dua atau lebih orang, yang menjamin terdapatnya saling
mengerti itu. Justru karena adanya simpati itu dapatlah diperoleh saling
mengerti yang lebih mendalam. Mutual understanding tidak dapat
dicapai tanpa adanya simpati. Pada pihak lain, simpati menyebabkan
terjadinya relasi kerjasama tadi, dimana kedua pihak lebih
memperdalam saling mengertinya. Jadi, faktor simpati dan hubungan
kerjasama yang erat itu saling melengkapi yang satu dengan yang
lainnya. Tujuan simpati baru terlaksana apabila terdapat hubungan
kerja sama tadi.

9

Jelaslah bahwa saling memengaruhi dalam interaksi social yang
berdasarkan simpati jauh lebih mendalam akibatnya daripada yang
terjadi atas dasar imitasi atau sugesti.7
B. Dasar Proses Sosial
1. Pengertian Proses Sosial
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila
orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa
yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial dapat
diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan
bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan
politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dsb.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena
tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Proses sosial adalah suatu cara yang digunakan untuk berhubungan
dengan kelompok-kelompok sosial. Proses sosial seringkali diartikan
sebagai pengaruh timbal-balik. Proses sosial merupakan suatu hal yang
harus ada pada interaksi sosial. Jadi bisa dikatakan bahwa di dalam
interaksi sosial ada proses sosial yang menaunginya. Manusia memang
sebagai makhluk sosial yang peranannya tidak luput serta tidak
ketinggalan dari yang namanya proses sosial. Sebagai makhluk sosial,
maka manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia harus melakukan
proses sosial dengan lingkungannya. Proses sosial tersebut menjadi
satu indikator bahwa manusia harus berperan sebagai makhluk sosial
di lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat memiliki peran dan
adil dalam berlangsungnya proses sosial. Proses sosial yang dihadirkan
dari lingkungan masyarakat yang kondusif akan membuat kelancaran
dalam proses sosial manusia.

7

Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych., Psikologi Sosial, Refika Aditama, 2004, Bandung, hlm.
75.

10

Proses sosialisasi pada dasarnya tidak selalu berjalan lancar sesuai
dengan rencana dan kadangkala juga mengalami berbagai kesulitan.
Adapun kesulitan dalam proses sosialisasi antara lain: pertama, ada
kesulitan komunikasi, bila anak tidak mengerti apa yang diharapkan
darinya, atau tak tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat atau
tuntutan kebudayaan tentang kelakuannya. Hal ini akan terjadi bila
anak itu tak memahami lambang-lambang seperti bahasa, isyarat dan
sebagainya. Kedua, adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau
yang bertentangan. Masyarakat modern terpecah-pecah dalam berbagai
sektor atau kelompok yang masing-masing menuntut pola kelakuan
yang berbeda-beda. Orang tua mengharapkan agar anak jujur, jangan
merokok akan tetapi kode peserta didik mengharuskannya turut dalam
soal contek-mencontek, merokok, dan sebagainya. Jika tidak maka ia
akan dikucilkan dari kelompoknya. Bila pertentangan itu tajam dan
individu tak mampu menyesuaikan diri maka ada kemungkinan ia akan
mengalami gangguan psikolog atau sosial. Gangguan ini dapat
berbeda-beda tarafnya. Ada yang ringan seperti kecanggungan dalam
kelakuan, misalnya menghadapi situasi yang belum dikenal yang
mudah diatasi. Akan tetapi ada gangguan yang merusak pribadi
individu, sampai memerlukan psikolog atau psikiater. Dalam zaman
modern ini, khususnya di kota-kota banyak hal yag menimbulkan
ketegangan karena norma-norma bertentangan, dan karena itu makin
banyak orang yang harus dirawat dalam rumah sakit jiwa. Hingga
batas tertenu sekolah dapat merupakan salah satu sumber permulaan
gangguan jiwa pada anak.
Kesulitan lain yang dihadapi dalam proses sosialisasi ialah
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat
modernisasi, industrialisasi, dan urbanisasi. Perubahan dari kehidupan
daerah pertanian kecara hidup di kita cosmopolitan sangat besar. Ikatan
kekeluargaan didaerah pedesaan sangat erat, baik dalam keluarga
maupun dengan tetangga. Dengan posisi anak dalam kandungan ibu

11

dan shock pada saat kelahiran, luka pada saat kelahiran, dapat
merupakan kondisi yang dapat menyebabkan berbagai kelainan,
seperti: cerebral, palsy, lemah pikiran8
Ketiga, perbedaan perorangan. Perbedaan perorangan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi. Sejak saat
dilahirkan anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik
yang berbeda dari individu-individu yang lain. Setelah lahir, seorang
anak akan tumbuh dewasa dengan karakteristiknya sendiri-sendiri.
Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, seperti ciri
fisik (bentuk badan, warna kulit, warna mata, dan bentuk rambut), ciriciri normal, emosional, personal, dan sosial. Perbedaan perorangan ini
mampu mempengaruhi sosialisasi seseorang. Ketika anak sudah lahir,
maka ia akan lebih bersikap selektif terhadap pengaruh-pengaruh dari
lingkungan. Perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan dalam ciriciri fisik (bentuk badan, warna kulit, warna mata, warna rambut, dan
lain-lain), ciri-ciri fisiologis (berfungsinya sistem endoktrin), ciri-ciri
mental dan emosional, ciri personal dan sosial. Peranan faktor
perbedaan perorangan ini menyangkal bahwa determinisme kultural.
Menurut paham ini kepribadian manusia itu dibentuk oleh kebudayaan
masyarakatnya. Kenyataan menunjukkan, bahwa meskipun individu
itu hidup dalam masyarkat dan dipengaruhi oleh kebudayaannya,
namun dia tetap merupakan pribadi yang bersifat unik.
Keempat, lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah kondisi
sekitar individu baik lingkungan alam, kebudayaan, dan masyarakat
yang dapat mempengaruhi proses sosialisasi. Kondisi lingkungan
sekitar tidak menentukan, tetapi mampu mempengaruhi dan membatasi
proses sosialisasi seseorang.
Kelima, motivasi. Motivasi memiliki peranan yang begitu penting
dan pokok dalam kehidupan seseorang. Dalam menjalani kehidupan,
setiap individu mempunyai motivasi-motivasi untuk menjadikan
hidupnya lebih berarti. Motivasi merupakan kekuatan dalam diri
8

8

Abu Ahmadi, sosiologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 159.

12

seseorang yang menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu.
Motivasi yang dimiliki seseorang mampu mempengaruhi seseorang
tersebut dalam bersosialisasi. Orang yang mempunyai motivasi besar
dalam bersosialisasi tentu berbeda apabila dibandingkan dengan
seseorang yang tidak mempunyai motivasi.
C. Klasifikasi interaksi sosial
Klasifikasi interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation),
persaingan (competition), dan pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin
akan dapat mendapatkan suatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut
hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan
akomodasi. Keempat bentuk-bentuk dari interaksi sosial tersebut tidak
perlu mrupakan suatu kontinuitas, dalam arti bahwa interaksi itu dimulai
dengan kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak
menjadi pertikaian untuk akirnya sampai pada akomodasi.
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut
mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya
interaksi sosial :
1. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang asosiatif
a. Kerjasama ( cooperatif )
Bentuk kerjasama akan berkembang apabila orang dapat
digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada
kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai
manfaat bagi semua. Kerjasama timbul karena orientasi orangperorangan terhadap kelompoknya(in group) dan kelompok lainnya
( out group). Kerjasama akan bertambah bagus dan kuat jika ada
hal-hal yang berkaitan dengan anggota atau perorangan lainnya.
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk
kerjasama. Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan :
Pertama, kerjasama spontan ( spontaneous cooperation) yaitu
kerjasama yang serta merta. Kedua, kerjasama langsung ( directed
cooperation ) yaitu I kerjasama yang merupakan hasil perintah
atasan atau pnguasa. Ketiga, kerjasama kontrak ( contractual
13

cooperation) yaitu kerjasama atas dasar tertentu. Keempat,
kerjasama tradisional (traditional cooperation ) yaitu kerjasama
sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.
Selain itu ada lima bentuk kerjasama. Pertama, kerukunan
yng mencakup gotong royong dan tolong menolong. Kedua,
bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
Ketiga, kooptasi yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatau
organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjjadinya
kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
Keempat, koalisi yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih
yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Kelima, joint venture
yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu,
misalnya perhotelan, pertambangan batu bara, pengeboran minyak
dan sebagainya.
b. Akomodasi ( acomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu
menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk suatu proses.
Akomodasi menunjuk pada keadaan yaitu adanya suatu
keseimbangan dalam interaksi antara individu dengan individu
yang lain, orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia
dalam kaitannya dengan nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Sedangkan akomodasi sebaagai suatu proses yaitu
menunjuk pada usaha-usaha manusia guna mereda suatu pertikaian
dan pertentangan, yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai
perdamaian dan kestabilan.
Gillin dan Gillin menyatakan bahwa akomodasi merupakan
istilah yang dipakai oleh para sosiolog untuk menggambarkan
keadaan yang sama dengan pengertian adaptasi yang digunakan
oleh para ahli biologi untuk menggambarkan proses penyesuaian
mahluk hidup dengan lingkungan alam di mana ia hidup.
14

Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok
manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan
penyesuaian diri untuk mengatasi ketegagan-ketegangan.
Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan
tidak kehilangan kepribadian.
Tujuan akomodasi:
1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang-orang atau
kelompok-kelompok akibat perbedaan faham. Dalam hal ini
akomodasi diarahkan untuk memperoleh sintesa baru dari
faham-faham yang berbeda.
2) Untuk mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara
waktu.
3) Untuk memungkinkan dilangsungkannya kerjasama di antara
individu-individu atau kelompok-kelompok yang karena
faktor psikologi atau kebudayaan menjadi terpisah satu dari
lainnya.
4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok yang
sebelumnya terpisah.
Bentuk-bentuk akomodasi sebagai proses menghindarkan,
meredakan atau mengakhiri konflik antara lain :
1) Kompromi (pihak yang bertikai saling mengurangi tuntutan)
2) Toleransi (saling menghargai, menghormati, membiarkan di
antara pihak-pihak yang sebenarnya saling berbeda)
3) Konsiliasi (usaha yang bersifat kelembagaan untuk
mempertemukan pihak-pihak yang bertikai sehingga dicapai
kesepakatan bersama)
4) Koersi (keadaan tanpa konflik karena terpaksa; akibat dari
berbedanya secara tajam kedudukan atau kekuatan di antara
fihak-fihak yang berbeda, misalnya antara buruh–majikan,
orangtua-anak, pemimpin-pengikut, dan seterusnya)
5) Mediasi (penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang
netral sebagai penasehat)
15

6) Arbitrasi (penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang
berwenang untuk mengambil keputusan penyelesaian)
7) Stalemate (perang dingin, yakni keadaan seimbang tanpa
konflik karena yang bertikai memiliki kekuatan yang
seimbang
8) Displacement (menghindari konflik dengan mengalihkan
perhatian)
9) Ajudikasi (penyelesaian konflik melalui proses hukum/in
court)
10) Secara umum dapat dinyatakan bahwa akomodasi merupakan
upaya menyelesaikan konflik atau pertikaian di luar hukum.
c. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial tingkat lanjut yang
ditandai oleh adanya upaya mengurangi perbedaan serta
mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses-proses mental di
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok dengan
memperhatikan kepentingan atau tujuan bersama. Asimilasi akan
terjadi apabila ada dua kelompok yang berbeda
kebudayaan,individu/warga kelompok saling bertemu dan bergaul
intensif dalam waktu yang lama, sehingga terjadi kontak
kebudayaan (akulturasi) yang memungkinkan dua kelompok yang
berbeda itu saling mengadopsi (meminjam) unsur-unsur
kebudayaan,cara hidup dan kebudayaan dua kelompok itu saling
menyesuaikan diri sehingga masing-masing mengalami
perubahan,kelompok-kelompok tersebut melebur membentuk
kelompok baru dengan cara hidup dan kebudayaan baru yang
berbeda dari kelompok asal. Interaksi sosial yang menghasilkan
asimilasi dan bersifat pendekatan apabila tidak mengalami
hambatan dan pembatasan, interaksi berlangsung primer,interaksi
berlangsung dengan frekuensi yang tinggi dan dalam
keseimbangan.
Hal-hal yang mempermudah asimilasi:
1) Toleransi.

16

2) Kesempatan yang seimbang dalam proses ekonomi.
3) Sikap menghargai orang asing dengan segenap kebudayaannya.
4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa (elite/the rulling
class).
5) Persamaan unsur-unsur kebudayaan.
6) Perkawinan campuran (amalgamasi).
1)
2)
3)
4)

Hal-hal yang menghambat asimilasi:
Terisolirnya suatu kelompok.
Kurangnya pengetahuan terhadap kebudayaan lain.
Adanya prasangka terhadap kebudayaan lain.
Penilaian bahwa kebudayaan kelompoknya lebih tinggi

derajatnya (ethnosentrisme).
5) Loyalitas yang berlebihan kepada kelompok bawaan lahirnya
(primordialism)
6) In group feeling yang kuat.
7) Perbedaan warna kulit dan ciri-ciri badaniah (ras).
a. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang disosiatif.
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processess,
yang persis sama dengan :
1) Pertentangan ( conflict )
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan
misalnya dalam ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, polapola perilaku, dan lain-lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan
yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Adanya
penyebab pertentangan adalah perbedaan individu, perbedaan
kebudayaan, perbedaan kepentingan dan perubahan sosial. Pertentanggan
mempunyai beberapa bentuk khusus seperti pertentangan pribadi,
pertentangan rasial, pertentangan antar kelas-kelas sosial, pertentangan
politik, dan pertentangan yang bersifat internasional.
2) Persaingan (Kompetisi)
Persaingan merupakan suatu proses sosial di mana orangperorangan atau kelompok-kelompok saling memperebutkan sesuatu
yang menjadi pusat perhatian dengan cara berusaha menarik perhatian
atau mempertajam prasangka, tanpa disertai dengan tindakan kekerasan
ataupun ancaman, melainkan dengan peningkatan mutu atau kualitas diri.
17

Persaingan mempunyai dua tipe umum, yaitu: bersifat personal/pribadi
atau perorangan (rivalry) dan bersifat korporasi atau kelompok. Ruang
lingkup persaingan dapat diberbagai bidang kehidupan: ekonomi
(perdagangan), sosial (kesempatan pendidikan), budaya (kesenian,
olahraga), politik (pemerintahan, partai politik) maupun keagamaan
(antar kelompok agama, aliran, madzab, sekte, dst.)
3) Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang berada di antara
persaingan dan konflik. Kontravensi merupakan sikap yang tersembunyi
terhadap pihak-pihak lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu
golongan. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak
sampai menimbulkan pertikaian.
Bentuk-bentuk kontravensi:
a. proses umum

: perbuatan menolak, keengganan, menganggu

proses atau mengacaukan rencana.
b. sederhana
: menyangkal pernyataan di depan umum, memaki,
mencerca, memfitnah, menyebarakan selebaran atau melemparkan
pembuktian kepada orang lain.
c. intensif
: menghasut, menyebarkan desas-desus.
d. taktis
: mengejutkan lawan dengan perang urat syaraf (psy
war), unjuk kekuatan (show of force) dan sebagainya.

18

BAB III
A. KESIMPULAN
Sosiologi Pendidikan adalah adalah ilmu yang mempelajari seluruh
aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan,
ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau
pendekatan sosiologis. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
memiliki unsur jasmani dan rohani unsur raga dan jiwa. Manusia dikatakan
sebagai makhluk sosial apabila di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan
diri dari pengaruh manusia lain. Seorang manusia tidak bisa hidup tanpa
adanya interaksi sosial antar masyarakat. Adanya proses sosial mampu
memudahkan adanya interaksi antar masyarakat tersebut dengan berbagai
bentuk. Proses social dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik di
berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh mempengaruhi antara
social dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum dan
lainnya.
B. SARAN
Kami selaku penulis sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya masih banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal
ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu,
kami selaku penulis makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat
bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

19

DAFTAR PUSTAKA
Dr. W.A Gerungan, Dipl. Psych. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT
Refika Aditama.
Maunah, Binti.2016. Sosiologi Pendidikan. Depok Sleman Yogyakarta:
Kalimedia.
Nasution, S.2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

20