Corporate Social Responsibility and Sustainability Reporting Dalam Etika Profesi Akuntan
Corporate Social Responsibility and
Sustainability Reporting
Oleh : Kelompok 1
Annissa Sharafina ( 833511 ) Esther Marietty ( 8335118323 )
Universitas Negeri Jakarta Fakultas Ekonomi Program Studi S1 Akuntansi 2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
selaku penyusun makalah ini dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Makalah ini adalah tugas yang kami tujukan kepada Ibu Marsellisa Nindito,Se,Akt.,M.Sc . selaku dosen pembimbing mata kuliah Etika Profesi Akuntan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi kewajiban tugas Etika Profesi Akuntan. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya dan informasinya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 03 April 2014
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Metode Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Tanggung Jawab Sosoal Perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR)
2.2 Pelaporan Berkelanjutan (Sustainability Reporting)
2.3 Analisa Kasus
2.3.3 BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran Daftar Pustaka
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian keuntungan semata. Perusahaan atau organisasi lainnya menganggap bahwa sumbangsih kepada masyarakat cukup diberikan melalui nilai dalam penyediaan lapangan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan dengan produknya dan pembayaran pajak kepada negara. Ketiga hal tersebut tidaklah cukup apabila perusahaan ingin bertahan sampai lima tahun ke depan karena masyarakat tidak hanya menuntut perusahaan menyediakan barang dan jasa saja tetapi juga pertanggungjawaban secara sosial terhadap kehidupannya.
Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan pengguna laporan keuangan dimana fokusnya tidak hanya pada perolehan laba perusahaan tetapi juga memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungan sekitar perusahaan. Selain itu para pemimpin perusahaan juga menghadapi tantangan dalam menerapkan standar-standar etis terhadap praktik bisnis yang bertanggung jawab. Tanggung jawab sosial perusahaan dituangkan dalam bentuk suatu kepedulian sosial yang dapat kita namakan sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Dimana dalam praktiknya organisasi-organisasi bisnis melihatnya sebagai tekanan karena dalam mengimplementasikannya CSR masuk kedalam sebuah tantangan bisnis yang baru berkembang di tahun 2000-an.
Dalam praktiknya, seperti yang kita telah ketahui CSR belum mempunyai dasar pemikiran dan aturan yang cukup jelas dan kuat. Hal ini dapat dilihat dari, pengimplementasian CSR itu sendiri masih bersifat sukarela (volountary). Tim International Organization for Standarization (ISO) pada bulan September 2004 sebagai induk dari organisasi standar internasional mengundang berbagai pihak untuk melahirkan panduan (guedelines) dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000 : Guidance Standard on Social Responsibilty. ISO 26000 ini sifatnya hanya panduan saja dan bukan pemenuhan terhadap persyaratan (requirements) karena memang tidak dirancang sebagai standar sistem manajemen dan tidak digunakan sebagai sebagai standar sertifikasi (Yusuf Wibisono, 2007 : 38).
Hal ini memang harus dapat kita pahami,karena seperti yang telah kita ketahui CSR merupakan dampak dari perkembangan perubahan di dunia bisnis.
Walaupun demikian inti dari konsep ini adalah keseimbangan antara penitikberatan perhatian terhadap aspek ekonomis dan aspek sosial serta lingkungan. Selain itu pelaporan non keuangan secara umum telah diakomodasi di Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK No. 1 menyatakan tentang penyajian laporan keuangan dinyatakan bahwa perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan, khususnya bagi industri di mana lingkungan hidup memegang peranan penting. Untuk itu sudah selayaknya perusahaan melaporkan semua aspek yang mempengaruhi kelangsungan operasi perusahaan kepada masyarakat.
Dengan menganalisis perkembangan corporate social responsibility, didapatkan bahwa terdapat keterbatasan alam dalam mendukung kehidupan manusia sehingga perlu adanya upaya untuk menyadarkan dan membuat manusia peduli tidak hanya terhadap lingkungan hidup tapi juga pada lingkungan sosialnya (sustainability communication). para akuntan di Indonesia telah turut menyadari bahwa pentingnya penyusunan sustainability report karena di dalamnya terdapat prinsip dan standar pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara menyeluruh dan tentu saja berbeda dengan yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Dengan adanya hal tersebut kinerja perusahaan bisa langsung dinilai oleh pemerintah, masyarakat, organisasi lingkungan, media massa khususnya pada investor dan kreditor (bank) karena investor maupun kreditor (bank) tidak mau menanggung kerugian yang disebabkan oleh adanya kelalaian perusahaan tersebut terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungannya.
Dalam proses pelaporannya sustainability report, banyak diatur dalam standar aturan- aturan internasional baku yang diadopsi oleh Indonesia salah satunya adalah Global Reporting Initiative (GRI) yang di dalamnya mengatur prinsip dasar yang harus terdapat pada sustainability report yaitu: seimbang, dapat dibandingkan, teliti, tepat waktu, jelas dan dapat dipercaya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Tujuan Instruksi Khusus mata kuliah Etika Profesi Akuntan, masalah yang dibahas adalah mengenai tanggung Jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) dan pelaporan berkelanjutan (sustainability reporting) . Dengan pokok bahasan lebih spesifik yaitu:
a) Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
b) Kaitan Akuntansi Lingkungan sebagai dasar lahirnya Corporate Social Responsibility
c) Analisis dan pengembangan
d) Pengungkapan CSR (CSR Disclosure)
e) Definisi Sustainability Reporting
f) Peranan dan Tujuan Sustainability Reporting f) Peranan dan Tujuan Sustainability Reporting
h) Teknik Pelaporan CSR
i) Standar Sustainability Reporting
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini di bagi menjadi 2 yaitu, tujuan umum dan khusus:
1.3.1. Tujuan Umum
a) Menjelaskan Tanggung Jawab Sosoal Perusahaan dan Laporan Berkelanjutan
b) Menjelaskan peranan dan tujuan, prinsip, teknik, dan standar Pelaporan Berkelanjutan
c) Diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca makalah
1.3.2 Tujuan Khusus
Memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Aku ta sesuai silabus BAB I : Corporate Social Responsibility and Sustainability Reporting
1.4. Manfaat Penulisan
a) Sebagai bahan pelajaran bagi mahasiswa.
b) Sebagai wacana awal bagi penyusunan karya tulis selanjutnya.
c) Sebagai literatur untuk lebih memahami kegiatan akuntansi, khususnya dalam hal yang berhubungan dengan kewirausahaan
1.5. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis ini, sistematika penulisan yang digunakan adalah : BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang : Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
dan sistematika penulisan, dan metodologi penelitian. BAB II PEMBAHASAN
Berisi tentang : Pembahasan mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) and Sustainability Reporting
BAB III PENUTUP Berisi tentang : kesimpulan dan saran.
1.6. Metodologi Penelitian
Dalam penulisan Karya Tulis ini, metodologi penelitian yang digunakan adalah :
a) Studi pustaka yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku yang berkaitan dengan
penulisan karya tulis ini
b) Penjelajahan internet yaitu dengan mencari beberapa informasi di mesin pencari yang tidak penulis tidak dapatkan dari buku-buku
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR)
2.1.1 Definisi CSR
CSR didefinisikan sebagai kontribusi bisnis untuk pembangunan berkelanjutan dan bahwa perilaku perusahaan tidak hanya harus memastikan kembali ke pemegang saham, upah kepada karyawan dan produk dan layanan kepada konsumen, tetapi mereka harus menanggapi masalah sosial, lingkungan dan nilai yang ada di masyarakat (Solihin, 2009). Tanggung jawab sosial secara sederhana dapat dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitar atas keuntungan yang diambil oleh perusahaan yang berasal dari aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan. Aktivitas bisnis perusahaan tersebut seringkali menimbulkan kerusakan lingkungan dan dampak sosial bagi masyarakat sekitar.
Selain itu, terdapat penjelasan tentang definisi CSR yang dikutip dari beberapa Organisasi- organisasi Internasional, yaitu WBCSD (World Business Council for Sustainable Development) dan Organisasi Bank Dunia (World Bank). WBCSD mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen bisnisyang berkelanjutan dalam berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dengan meningkatkan kualitas kehidupan kerja karyawan dan kerja mereka dan komunitas lokal dan masyarakat yang luas. Sedangkan World Bank mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi dalam perkembangan ekonomi yang berkelanjutan kepada karyawan dan perwakilannya, komunitas lokal, dan masyarakat yang luas untuk meningkatkan kualitas hidup, melalui jalan bisnis dan perkembangan yang baik.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat dirangkum bahwa CSR merupakan aktivitas perusahaan dalam mencapai keseimbangan atau integrasi antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang saham dalam menghasilkan profit. Hal ini sesuai dengan konsep Triple Bottom Line yang merupakan konsep dasar terbentuknya konsep CSR. TBL menjelaskan bahwa perusahaan akan dapat melakukan usaha bisnis dalam jangka panjang apabila memperhatikan tiga aspek utama, yaitu Keuntungan, Sosial, dan Lingkungan (Mulyadi dan Anwar, 2011).
Menurut ISO 26000 dalam Mulyadi dan Anwar (2008), Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility terbagi atas tujuh aspek dasar yaitu meliputi:
1. Kepatuhan terhadap hukum
2. Menghormati instrumen/badan-badan Internasional
3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya
4. Akuntabilitas
5. Transparansi
6. Perilaku yang beretika
7. Melakukan tindakan pencegahan Kotler et al., (2005) menjelaskan bahwa terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh atas
aktivitas CSR. Adapun manfaat dari CSR tersebut adalah sebagai berikut :
1. peningkatan penjualan dan pangsa pasar (Increased sales and market share);
2. memperkuat posisi nama atau merek dagang (strengthened brand positioning);
3. meningkatkan citra perusahaan (Enhanced corporate image and clout);
4. meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi dan mempertahankan pegawai (Increased ability to attract, motivate, and retain employees);
5. menurunkan biaya operasi (Decreasing operating cost); dan
6. meningkatkan daya tarik bagi investor dan analis keuangan (Increased appeal to investors and financial analysts)..
CSR tidak harus selalu dipandang sebagai tuntutan masyarakat kepada perusahaan, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha. Menurut Aprilia (2011) dalam Mulyadi dan Anwar (2011), terdapat dua aspek yang mempengaruhi implementasi CSR oleh perusahaan, yaitu
1. Komitmen dari CEO CSR merupakan suatu bentuk investasi yang berdampak pada pertumbuhan perusahaan
dan keberlanjutan bisnis. Oleh karena itu, CSR bukanlah kegiatan tambahan atau sesuatu yang bisa dikorbankan untuk mencapai tingkat efisiensi karena CSR merupakan bagian penting dari perusahaan yang dapat dijadikan strategi kompetitif perusahaan (Mulyadi dan Anwar, 2011).
2. Ukuran dan Kematangan Perusahaan Perusahaan yang besar yang sudah mapan akan memberikan kontribusi lebih besar dari
perusahaan kecil yang masih berkembang. CSR menunjukkan kesadaran korporasi sebagai perusahaan juga merupakan bagian dari masyarakat (Mulyadi dan Anwar, 2011)
Kotler dan Nancy (2005) juga menyebutkan bahwa setidaknya ada enam opsi untuk berbuat kebaika “i optio s for Doi g Good sebagai i isiatif sosial perusahaa a g dapat
ditempuh dalam rangka implementasi CSR.
1. cause promotions, dimana suatu perusahaan dapat memberikan dana atau berbagai macam kontribusi lainnya, ataupun sumber daya perusahaan lainnya untuk 1. cause promotions, dimana suatu perusahaan dapat memberikan dana atau berbagai macam kontribusi lainnya, ataupun sumber daya perusahaan lainnya untuk
2. cause-related marketing, yang dalam hal ini suatu perusahaan berkomitmen untuk berkontribusi atau menyumbang sekian persen dari pendapatannya dari penjualan suatu produk tertentu miliknya untuk isu sosial tertentu.
3. n corporate social marketing, dimana suatu perusahaan dapat mendukung perkembangan atau pengimplementasian kampanye untuk merubah cara pandang maupaun tindakan, guna meningkatkan kesehatan publik, keamanan, lingkungan, maupun kesejahteraan masyarakat.
4. corporate philanthropy, yang dalam hal ini, suatu perusahaan secara langsung dapat memberikan sumbangan, biasanya dalam bentuk uang tunai. Pendekatan ini merupakan bentuk implementasi tanggung jawab sosial yang paling tradisional.
5. community volunteering, perusahaan dalam hal ini dapat mendukung dan mendorong pegawainya, mitra bisnis maupun para mitra waralabanya untuk menjadi sukarelawan di organisasi-organisasi kemasyarakatan lokal. Contohnya suatu perusahaan dapat mendorong atau bahkan mewajibkan para pegawainya untuk terlibat dalam bakti sosial atau gotong-royong di daerah dimana perusahaan itu berkantor.
6. socially responsible business practices, misalnya perusahaan dapat mengadopsi dan melakukan praktek-praktek bisnis dan investasi yang dapat mendukung isu-isu sosial guna meningkatkan kelayakan masyarakat (community well-being) dan juga melindungi lingkungan.
Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih konfrehensif mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan ini. Menurut Sonny A Keraf (2002) paling tidak sampai sekarang ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai bagian yang tidak lagi terpisahkan dari CSR.
1. keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan diharapkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang terutama dimaksudkan untuk membantu memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, tanggung jawab sosial dan moral perusahaan di sini terutama terwujud dalam bentuk ikut melakukan kegiatan tertentu yang berguna bagi masyarakat.
2. perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Demikian pula, sampai tingkat tertentu, masyarakat telah menyediakan tenaga- 2. perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Demikian pula, sampai tingkat tertentu, masyarakat telah menyediakan tenaga-
3. dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan merasa punya kepedulian, punya tanggung jawab terhadap masyarakat dan dengan demikian akan mencegahnya untuk tidak sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu.
4. dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat tersebut. Ini pada gilirannya akan membuat masyarakat merasa memiliki perusahaan tersebut, dan dapat menciptakan iklim sosial dan politik yang lebih aman, kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Ini berarti keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial juga akhirnya punya dampak yang positif dan menguntungkan bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut di tengah masyarakat tersebut.
Di Indonesia CSR masih merupakan etika bisnis yang tidak tertulis sebelum diundangkannya Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 Undang-Undang Penanaman Modal menyebutkan bahwa setiap penanam modal berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada penjelasan atas Pasal 15 (b) lebih lanjut
e era gka bahwa ta ggu g jawab sosial perusahaa adalah ta ggu g jawab a g elekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat. Sedangkan Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas menentukan bahwa:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan;
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran;
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dala pe jelasa Pasal 7 a at dijelaska lebih la jut bahwa a g di aksud dike ai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- u da ga adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.
Dengan demikian CSR di Indonesia harus dimaknai bukan lagi hanya sekedar responsibility karena bersifat voluntary, tetapi arus dilakukan sebagai mandatory dalam makna liability karena disertai dengan sanksi. Penanam modal baik dalam negeri maupun asing tidak dibenarkan hanya mencapai keuntungan dengan pengorbankan kepentingan-kepentingan pihak lain yang terkait dan harus tunduk dan mentaati ketentuan CSR sebagai kewajiban hukum jika ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Komitmen bersama untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan menciptakan iklim investasi bagi penanam modal untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai melalui pelaksanaan CSR. CSR dalam konteks penanaman modal harus dimaknai sebagai instrumen untuk mengurangi praktek bisnis yang tidak etis (Sukarmi, 2008).
2.1.2 Kaitan Akuntansi Lingkungan sebagai dasar lahirnya Corporate Social Responsibility
Adanya Perubahan dari sudut pandang dunia bisnis bahwa tujuan akhir organisasi berubah bukan hanya berorientasi pada keuntungan belaka menyadarkan sektor bisnis akan pentingnya tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitar. Dengan menerapkan program tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, hal ini dapat membawa perubahan dalam bentuk rencana strategis bagi perusahaan guna mempertahankan kelangsungan bisnisnya sampai dimasa yang akan datang.
Dari data statistik yang didapat, menunjukkan bahwa pertumbuhan positif dari peningkatan kehidupan dari banyak orang di seluruh dunia ternyata diimbangi dengan informasi yang mengkhawatirkan mengenai kondisi lingkungan serta beban kemiskinan dan kelaparan yang berlanjut dari jutaan orang lainnya (bahwa pertumbuhan positif dari peningkatan taraf kehidupan banyak orang di seluruh dunia ternyata diimbangi dengan informasi mengenai kondisi lingkungan yang semakin mengkhawatirkan serta meningkatnya kemiskinan dan kelaparan dari jutaan orang lainnya). Kondisi kontras ini menciptakan dilema yang paling menantang bagi abad ke-21.
Banyak perusahaan yang menganggap bahwa bentuk kepedulian kepada masyarakat cukup diberikan melalui penyediaan lapangan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan dengan produknya dan pembayaran pajak kepada negara. Tentu saja hal tersebut tidaklah cukup apabila perusahaan ingin bertahan dan berkembang untuk masa depannya karena masyarakat tidak hanya menuntut perusahaan menyediakan barang dan jasa saja tetapi juga pertanggungjawaban secara sosial. Sehingga saat ini pandangan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan pada telah berubah dimana fokusnya tidak hanya pada perolehan laba perusahaan tetapi juga memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Selain itu para pemimpin perusahaan juga menghadapi tantangan dalam menerapkan standar-standar etis terhadap praktik Banyak perusahaan yang menganggap bahwa bentuk kepedulian kepada masyarakat cukup diberikan melalui penyediaan lapangan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan dengan produknya dan pembayaran pajak kepada negara. Tentu saja hal tersebut tidaklah cukup apabila perusahaan ingin bertahan dan berkembang untuk masa depannya karena masyarakat tidak hanya menuntut perusahaan menyediakan barang dan jasa saja tetapi juga pertanggungjawaban secara sosial. Sehingga saat ini pandangan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan pada telah berubah dimana fokusnya tidak hanya pada perolehan laba perusahaan tetapi juga memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Selain itu para pemimpin perusahaan juga menghadapi tantangan dalam menerapkan standar-standar etis terhadap praktik
Pada bulan September 2004 tim International Organization for Standarization (ISO) sebagai induk dari organisasi standar internasional mengundang berbagai pihak untuk melahirkan panduan (guedelines) dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000 : Guidance Standard on Social Responsibilty. ISO 26000 ini sifatnya hanya panduan saja dan bukan pemenuhan terhadap persyaratan (requirements) karena memang tidak dirancang sebagai standar sistem manajemen dan tidak digunakan sebagai sebagai standar sertifikasi (Yusuf Wibisono, 2007 : 38). Hal ini memang harus kita pahami karena seperti yang kita ketahui CSR merupakan dampak dari perkembangan dunia bisnis yang umurnya baru berkembang . Walaupun demikian inti dari konsep ini adalah keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan aspek sosial serta lingkungan. Selain itu pelaporan non keuangan secara umum telah diakomodasi dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK No. 1 menyatakan tentang penyajian laporan keuangan dinyatakan bahwa perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan, khususnya bagi industri di mana lingkungan hidup memegang peranan penting. Untuk itu sudah selayaknya perusahaan melaporkan semua aspek yang mempengaruhi kelangsungan operasi perusahaan kepada masyarakat.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) yang mengungkap berbagai ketentuan tentang pendirian PT dan salah satunya pada pasal 74 membahas tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi PT itu sendiri, komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya. Untuk melaksanakan kewajiban tersebut, kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan harus dianggarkan serta diperhitungkan sebagai biaya PT yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. Pada pasal 66 juga dijelaskan bahwa kegiatan tersebut dimuat dalam laporan tahunan PT, salah satunya adalah laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Apabila PT tidak melaksanakannya maka PT yang bersangkutan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dengan menganalisis perkembangan corporate social responsibility, didapatkan bahwa terdapat keterbatasan alam dalam mendukung kehidupan manusia sehingga perlu adanya upaya untuk menyadarkan dan membuat manusia peduli tidak hanya terhadap lingkungan hidup tapi juga pada lingkungan sosialnya (sustainability communication). para akuntan menyadari bahwa pentingnya penyusunan sustainability report karena di dalamnya terdapat prinsip dan standar pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara menyeluruh dan tentu saja berbeda dengan yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Dengan adanya hal Dengan menganalisis perkembangan corporate social responsibility, didapatkan bahwa terdapat keterbatasan alam dalam mendukung kehidupan manusia sehingga perlu adanya upaya untuk menyadarkan dan membuat manusia peduli tidak hanya terhadap lingkungan hidup tapi juga pada lingkungan sosialnya (sustainability communication). para akuntan menyadari bahwa pentingnya penyusunan sustainability report karena di dalamnya terdapat prinsip dan standar pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara menyeluruh dan tentu saja berbeda dengan yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Dengan adanya hal
Pada dasarnya sustainability report perlu ada untuk melaporkan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan hal yang penting bagi sebuah perusahaan. Yang mana di dalam perusahaan ada yang dinamakan proses internal dan proses eksternal, di mana proses internal biasanya terkendali dan proses eksternal biasanya uncertain. Dengan diterapkannya sustainibility report pada organisasi atau perusahaan berdasarkan standar GRI ini, diharapkan dapat menciptakan perusahaan berbisnis secara beretika dan dapat berkembang secara berkelanjutan.
2.1.3 Analisis dan pengembangan
Ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaam manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan CSR dari Surat perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktek yang dikenal sebagai "Investasi bertanggung jawab sosial" (socially responsible investing).
Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanity atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik di mata komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas.
Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR bukanlah sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
"dunia bisnis, selama setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa di atas planet ini. Institusi yang dominan di masyarakat manapun harus mengambil tanggung jawab untuk kepentingan bersama....setiap keputusan yang dibuat, setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam kerangka tanggung jawab tersebut [1]
Sebuah definisi yang luas oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yaitu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara khusus bergerak di bidang "pembangunan berkelanjutan" (sustainable development) yang menyatakan bahwa:
" CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat atau pun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya".[2].
2.1.4 Pengungkapan CSR (CSR Disclosure)
Hendriksen (1991) dalam Sumedi (2010) menyatakan bahwa pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Perusahaan selain menerapkan CSR juga perlu melakukan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas CSR yang dilakukan kepada stakeholder.
Gray et al., (2001) dalam Rakhiemah dan Agustia (2009) mendefinisikan CSR Disclosure sebagai suatu proses penyediaan informasi yang dirancang untuk mengemukakan masalah seputar socialaccountability, yang mana secara khas tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan dalam media-media seperti laporan tahunan maupun dalam bentuk iklan-iklan yang berorientasi sosial. Pengungkapan CSR merupakan suatu bentuk transparansi perusahaan dalam bentuk aktivitas sosial dan lingkungan terhadap masyarakat yang kemudian dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap perusahaan dan pada akhirnya berdampak pada kinerja finansial perusahaan.
Terdapat dua jenis pengungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Yang pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu Negara, Sedangkan yang kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada Fitriyani (2012). Di Indonesia, pengungkapan sosial bersifat Voluntary, yaitu badan pengawas pasar modal tidak mengharuskan perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial. Sehingga, pengungkapan sosial yang terjadi akan beraneka ragam antara satu perusahaan dengan yang lainnya sesuai dengan gaya manajemen yang ada di dalam perusahaan tersebut.
2.1.5 Metode Pengukuran Tanggung Jawab Sosial
Dalam akuntansi konvensional jelas bahwa setiap transaksi baru dapat dicatat jika sudah mempengaruhi posisi keuangan perusahaan. Dalam Socio Economic Accounting (SEA) kita harus mengukur dampak positif (Social Cost) dan dampak negatif (Social Negatif) yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan, di sinilah rumitnya menghitung dampak ekonomis pelaksanaan tanggung jawab sosial oleh karena itu para ahli membuat beberapa metode pengukuran seperti yang dirumuskan oleh Sofyan Syafri Harahap dalam buku Teori Akuntansi metode pengukuran tanggung jawab sosial sebagai informasi yang akan dilaporkan dalam Socio Economic Reporting misalnya :
1) Menggunakan penelitian dengan menghitung Opportunity Cost Approach. Misalnya dalam
menghitung social cost dari pembuangan, maka dihitung berapa kerugian manusia dalam hidupnya; berapa berkurang kekayaannya; berapa kerusakan wilayah rekreasi; dan lain sebagainya akibat pembuangan limbah. Total kerugian itulah yang menjadi Social cost perusahaan (Belkaoui, 1985 p.185).
2) Menggunakan daftar kuesioner, survey, lelang, di mana mereka yang merasa dirugikan
daitanyai berapa besar jumlah kerugian yang ditimbulkan atau berapa biaya yang harus dibayar kepada mereka sebagai kompensasi kerugian yang dideritanya.
3) Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk barang
pengurangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
4) Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga. Misalnya vonis hakim akibat
pengaduan masyarakat akan kerusakan lingkungan dapat juga dianggap sebagai dasar perhitungan. ”
Walaupun keempat metode diatas secara mendasar sangat berbeda, tetapi pada dasarnya keempat metode tersebut untuk mengetahui kerugian serta reaksi masyarakat tehadap kegiatan perusahaan yang menimbulkan dampak negatif.
2.2 Sustainability Reporting
2.2.1 Definisi Sustainability Reporting
Sustainability Report memiliki definisi yang beragam, menurut Elkington(1997) SR berarti laporan yang memuat tidak saja informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable performance). Pelaporan sustainability akan menjadi perhatian utama dalam pelaporan nonkeuangan, Pelaporan ini memuat empat kategori utama yaitu : business landscape, strategi, kompetensi, serta sumber daya dan kinerja (Falk, 2007).
Saat ini implementasi pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh sejumlah aturan seperti UU No. 23/1997 tentang manajemen lingkungan dan aturan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia mengenai prosedur dan persyaratan listing dan juga standar laporan keuangan (PSAK). Sustainability Reports perusahaan membutuhkan pedoman pelaporan berkelanjutan yang diterima secara nasional. Untuk tujuan tersebut, dibutuhkan sebuah Badan Nasional yaitu NCSR (National Center for Sustainability Reporting). Pengguna utama dari SR antara lain, masyarakat atau komunitas, investor tanggung jawab sosial, bank, institusi pemerintah, dan manajemen dan karyawan. Manfaat SR yang berdasarkan pada kerangka GRI, yaitu:
1) sebagai benchmark kinerja organisasional dengan memperhatikan hukum, norma, undang-undang,
standar kinerja, dan prakarsa sukarela;
2) mendemostrasikan komitmen organisasional untuk sustainable development, dan
3) membandingan kinerja organisasional setiap waktu. GRI mempromosikan dan mengembangkan pendekatan standarisasi pelaporan tersebut
untuk menstimulasikan permintaan terhadap informasi sustainability yang akan menguntungkan pelaporan organisasi dan kepada yang menggunakan informasi laporan serupa. Pengungkapan Sustainability Report yang sesuai dengan GRI (Global Reporting Index) harus memenuhi beberapa prinsip.
Dewasa ini perusahaan dituntut oleh stakeholder kunci seperti karyawan, pemegang saham dan konsumen untuk transparan atas visi/misi, prinsip, tujuan dan kinerjanya dalam segala dimensi pembangunan berkelanjutan. Sustainability reporting adalah jawaban yang sesuai dengan prinsip- prinsip KPB. Sustainability reporting adalah usaha dari suatu organisasi (perusahaan) dalam memproduksi dan mempublikasikan sustainability report (SR). SR – menurut World Business Council for Sustainable Development – bisa didefinisikan sebagai laporan publik dimana perusahaan memberikan gambaran posisi dan aktivitas perusahaan pada aspek ekonomi, lingkungan dan sosial kepada stakeholder internal dan eksternalnya (WBCSD 2002:7). Dengan demikian, SR, idealnya, mengintegrasikan tiga bentuk laporan sebelumnya (keuangan, sosial dan lingkungan). Bagaimanapun juga, memproduksi SR merupakan proses yang menantang. SR Dewasa ini perusahaan dituntut oleh stakeholder kunci seperti karyawan, pemegang saham dan konsumen untuk transparan atas visi/misi, prinsip, tujuan dan kinerjanya dalam segala dimensi pembangunan berkelanjutan. Sustainability reporting adalah jawaban yang sesuai dengan prinsip- prinsip KPB. Sustainability reporting adalah usaha dari suatu organisasi (perusahaan) dalam memproduksi dan mempublikasikan sustainability report (SR). SR – menurut World Business Council for Sustainable Development – bisa didefinisikan sebagai laporan publik dimana perusahaan memberikan gambaran posisi dan aktivitas perusahaan pada aspek ekonomi, lingkungan dan sosial kepada stakeholder internal dan eksternalnya (WBCSD 2002:7). Dengan demikian, SR, idealnya, mengintegrasikan tiga bentuk laporan sebelumnya (keuangan, sosial dan lingkungan). Bagaimanapun juga, memproduksi SR merupakan proses yang menantang. SR
2.2.2 Peranan dan Tujuan Sustainability Reporting
Laporan keberlanjutan adalah praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pe a gku kepe ti ga baik i ter al aupu ekster al. Lapora Keberla juta erupaka sebuah istilah umum yang dianggap sinonim dengan istilah lainnya untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial (misalnya triple bottom line, laporan pertanggungjawaban perusahaan, dan lain sebagainya).
Sebuah laporan keberlanjutan harus menyediakan gambaran yang berimbang dan masuk akal dari kinerja keberlanjutan sebuah organisasi –baik kontribusi yang positif maupun negatif.
Laporan Keberlanjutan yang disusun berdasarkan Kerangka Pelaporan GRI mengungkapkan keluaran dan hasil yang terjadi dalam suatu periode laporan tertentu dalam konteks komitmen organisasi, strategi, dan pendekatan manajemennya. Laporan dapat digunakan untuk tujuan berikut, di antaranya:
Patok banding dan pengukuran kinerja keberlanjutan yang menghormati hukum, norma, kode, standar kinerja, dan inisiatif sukarela; Menunjukkan bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh harapannya mengenai pembangunan berkelanjutan; dan Membandingkan kinerja dalam sebuah organisasi dan di antara berbagai organisasi dalam waktu tertentu.
2.2.3 Prinsip-prinsip Sustainability Reporting
Laporan Keberlanjutan digunakan untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial suatu perusahaan. Terdapat Prinsip-prinsip dalam penyusunan sustainability reporting, sehingga membuat informasi yang tertuang di dalam sustainability reporting menjadi informasi yang berkualitas dan memadai. Prinsip-prinsip ini sangat fundamental bagi terwujudnya transparansi yang efektif. Kualitas informasi akan memungkinkan pemangku kepentingan untuk membuat penilaian yang masuk akal serta tindakan yang memadai terkait kinerja organisasi. Prinsip-prinsip tersebut yaitu :
Keseimbangan
Laporan harus menggambarkan aspek positif dan negatif dari kinerja perusahaan untuk dapat memungkinkan penilaian yang masuk akal terhadap keseluruhan kinerja. Keseluruhan penyajian isi laporan harus menyajikan gambaran yang tidak bias terhadap kinerja organisasi. Laporan harus menghindari pemilihan, penghilangan, atau penyajian format yang memungkinkan kesalahan penilaian oleh pembaca laporan.
Dapat diperbandingkan Isu-isu dan informasi harus dipilih, dikumpulkan, dan dilaporkan secara konsisten. Informasi
yang dilaporkan harus disajikan dalam sebuah cara yang memungkinkan pemangku kepentingan dapat menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu dan dapat mendukung analisis relatif terhadap organisasi lainnya. Perbandingan sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi kinerja. Pemangku kepentingan yang menggunakan laporan harus dapat membandingkan informasi kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial yang dilaporkan dengan kinerja organisasi sebelumnya, sasarannya, dan apabila memungkinkan dengan kinerja organisasi lainnya. Konsistensi dalam melaporkan memungkinkan pihak-pihak internal dan eksternal untuk melakukan perbandingan.
Kecermatan Informasi yang dilaporkan harus cukup cermat dan detail bagi pemangku kepentingan
dalam menilai kinerja organisasi. Ketepatan waktu Laporan dilakukan berdasarkan jadwal reguler serta informasi kepada pemangku
kepentingan tersedia tepat waktu ketika dibutuhkan dalam mengambil kebijakan. Kegunaan informasi akan sangat terkait dengan apakah waktu pengungkapannya kepada pemangku kepentingan dapat memungkinkan mereka untuk mengintegrasikannya secara efektif dalam pembuatan kebijakan yang mereka lakukan.
Kejelasan Informasi harus disediakan dalam cara yang dapat dimengerti dan diakses oleh pemangku
kepentingan yang menggunakan laporan. Laporan harus menyajikan informasi dalam cara yang dapat dimengerti, dapat diakses, dan dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan organisasi (baik dalam bentuk cetak maupun saluran lainnya). Pemangku kepentingan harus dapat menemukan informasi yang dibutuhkannya tanpa harus bekerja keras. Informasi harus disajikan dalam cara yang komprehensif kepada pemangku kepentingan yang telah memiliki pemahaman akan organisasi dan aktivitasnya. Grafik dan tabel data terkonsolidasi dapat membantu dalam memahami dan mengakses informasi yang ada dalam laporan.
Keterandalan Informasi dan proses yang digunakan dalam penyiapan laporan harus dikumpulkan,
direkam, dikompilasi, dianalisis, dan diungkapkan dalam sebuah cara yang dapat diuji dan dapat membentuk kualitas dan materialitas dari laporan. Pemangku kepentingan harus yakin bahwa sebuah laporan dapat dicek ketepatan dan ketelitian isinya serta tingkatan Prinsip Pelaporan yang digunakan. Informasi dan data yang termasuk dalam laporan harus didukung oleh pengendalian internal atau dokumentasi yang dapat di-review oleh individu di luar mereka yang terlibat dalam pembuatan laporan.
2.2.4 Teknik Pelaporan CSR
CSR diartikan sebagai suatu tindakan etis atau tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholders. Tindakan etis atau tanggung jawab tersebut dimaksudkan agar mendapat penerimaan dari masyarakat luas. Tanggung jawab sosial meliputi aspek sosial dan lingkungan, dalam hal ini aspek ekonomi telah tercakup dalam aspek sosial. Stakeholders terdiri dari pihak dalam dan luar perusahaan. Tujuan utama dari tanggung jawab sosial adalah untuk meningkatkan standar hidup, tanpa mengesampingkan pencapaian keuntungan untuk semua pihak baik yang berada di dalam ataupun di luar perusahaan.
Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) perlu diungkapkan dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan dalam dua bentuk yaitu :
1. Di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainabitity report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya.
2. Laporan tanggung jawab sosial perusahaan di ungkapkan dan disajikan dalam Annual Report.
2.2.5 Standar Sustainability Reporting
Salah satu standar Sustainability Reporting adalah standar yang dibuat oleh GRI. GRI membuat kerangka pelaporan, yang ditujukan sebagai sebuah kerangka yang dapat diterima umum dalam melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial dari organisasi. Kerangka ini didesain untuk digunakan oleh berbagai organisasi yang berbeda ukuran, sektor, dan lokasinya. Kerangka ini juga memperhatikan pertimbangan praktis yang dihadapi oleh berbagai macam organisasi –dari perusahaan kecil sampai kepada perusahaan yang memiliki operasi ekstensif dan tersebar di berbagai lokasi.
Kerangka Pelaporan GRI mengandung kandungan isi umum dan sektor secara spesifik yang telah disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan di seluruh dunia dan dapat diaplikasikan secara umum dalam melaporkan kinerja keberlanjutan dari sebuah organisasi. Panduan Pembuatan Laporan Berkelanjutan terdiri atas Prinsip-prinsip Pelaporan, Panduan Pelaporan dan Standar Pengungkapan (termasuk di dalamnya Indikator Kinerja) Elemen-elemen ini dipertimbangkan memiliki bobot dan kepentingan yang sama. Kerangka Pelaporan itu terdiri dari :
Bagian 1 – Panduan dan Prinsip Pelaporan Untuk membantu dalam menentukan apa yang harus dilaporkan, bagian ini mencakup Prinsip
Pelaporan terkait materialitas, pelibatan pemangku kepentingan, konteks keberlanjutan dan kelengkapan laporan, beserta seperangkat Alat Penguji singkat untuk setiap Prinsip.
1. Menetapkan Isi Laporan Dalam rangka menjamin penyampaian kinerja organisasi yang seimbang dan masuk akal,
harus dibuat penetapan mengenai isi yang harus dicakup dalam laporan. Penetapan ini harus dibuat dengan mempertimbangkan tujuan dan pengalaman organisasi, serta harapan dan kepentingan yang masuk akal dari para pemangku kepentingan. Keduanya merupakan referensi penting dalam menentukan hal apa yang harus dimasukkan dalam laporan.
2. Prinsip Pelaporan untuk Menetapkan Kualitas Bagian ini mengandung Prinsip-prinsip yang mengarahkan pilihan dalam menjamin kualitas
dari informasi yang dilaporkan termasuk penyajiannya yang memadai. Kebijakan terkait proses penyiapan informasi dalam pembuatan laporan harus konsisten dengan Prinsip ini. Semua prinsip ini sangat fundamental bagi terwujudnya transparansi yang efektif. Kualitas informasi akan memungkinkan pemangku kepentingan untuk membuat penilaian yang masuk akal serta tindakan yang memadai terkait kinerja organisasi
3. Panduan Pelaporan untuk Menetapkan Batas Batasan Laporan Keberlanjutan harus memasukkan entitas di mana organisasi memiliki
pengendalian yang memadai atau pengaruh yang signifikan baik entitas hulu (misalnya rantai pasokan) maupun hilir (misalnya distribusi dan konsumen).
Bagian 2 – Standar Pengungkapan Mengenai Standar Pengungkapan yang harus dimasukkan dalam laporan keberlanjutan. Terdiri
dari :
1. Strategi dan Profil Strategi dan Analisis
Bagian ini ditujukan untuk menyediakan pandangan strat-egis tingkat tinggi mengenai hubungan organisasi dengan keberlanjutan dalam upaya menyediakan konteks laporan yang lebih detail seperti dalam sektor lainnya pada Pand-uan.
2. Profil Organisasi
2.1. Nama organisasi.
2.2. Merek, produk, dan atau jasa utama.
2.3. Struktur operasional organisasi, termasuk didalamnya divisi utama, perusahaan yang
menjalankan usaha (operating companies), perusahaan anak (anak peru-sahaan) dan usaha patungan.
2.4. Lokasi kantor pusat organisasi.
2.5. Jumlah negara di mana perusahaan beroperasi, serta nama negara di mana operasi
utama dilaksanakan, atau yang relevan dengan isu keberlanjutan yang dicakup dalam laporan.
2.6. Sifat kepemilikan dan bentuk legal.
2.7. Pasar yang dilayani (termasuk di dalamnya diperinci berdasarkan geografi, sektor yang
dilayani dan jenis konsumen/penerima manfaat).
2.8. Skala organisasi, termasuk di dalamnya: • Jumlah pegawai; • Penjualan Netto (untuk organisasi sektor privat) atau pendapatan netto (untuk
organisasi sector
3. Parameter Laporan Profil laporan
3.1 Periode pelaporan (misalnya tahun fiskal/kalender)
3.2 Tanggal dari laporan sebelumnya yang paling baru (jika ada).
3.3 Siklus Pelaporan (tahunan, dua tahun sekali, dan sebagainya).
3.4 Alamat Kontak apabila ada pertanyaan terkait laporan
4. Tata Kelola, Komitmen, dan Keterlibatan
4.1 Tata kelola
Struktur tata kelola organisasi, termasuk komite di bawah badan pengelola tertinggi yang bertanggung jawab untuk tugas khusus, seperti dalam menetapkan strategi atau mekanisme pengawasan organisasi.
4.2 Komitmen terhadap inisiatif eksternal
Penjelasan mengenai bagaimana pendekatan atau prinsip pencegahan digunakan oleh organisasi.
4.3 Keterlibatan pemangku kepentingan
Item pengungkapan berikut merujuk kepada pelibatan pemangku kepentingan secara umum yang dilakukan oleh organisasi selama periode laporan. Pengungkapan ini tidak terbatas hanya pada implementasi pelibatan pemangku kepentingan untuk tujuan penyiapan sebuah laporan keberlanjutan.
5. Tanggung jawab pada Lingkungan Dimensi Lingkungan dari keberlanjutan yang mempengaruhi dampak organisasi
terhadap sistem alami hidup dan tidak hidup, termasuk ekosistem, tanah, air dan udara. Indikator Lingkungan meliputi kinerja yang berhubungan dengan input (misalnya material, energi, dan air) dan output (misalnya emisi, air limbah, dan limbah). Sebagai tambahan, indikator ini melingkupi kinerja yang berhubungan biodiversity (keanekaragaman hayati), kepatuhan lingkungan, dan informasi relevan lainnya seperti pengeluaran lingkungan (environmental expenditure) dan dampaknya terhadap produk dan jasa. Penjelasan Pendekatan Manajemen
a. Berikan penjelasan singkat mengenai Pendekatan Manajemen terhadap Aspek Lingkungan seperti tercantum di bawah ini:
o Material o Energi o Air o Biodiversitas o Emisi, Efluen dan Limbah o Produk dan Jasa o Kepatuhan o Transportasi; dan
o Keseluruhan
b. Tujuan dan Kinerja
Tujuan keseluruhan organisasi terhadap kinerja yang berhubungan dengan Aspek Lingkungan. Gunakanlah Indikator spesifik organisasi yang ditambah dengan Indikator Kinerja GRI untuk menunjukkan hasil dari kinerja terhadap tujuan.
c. Kebijakan Secara singkat, kebijakan organisasi secara keseluruhan yang menentukan komitmen
organisasi terhadap Aspek Lingkungan yang tercantum di atas atau yang dapat ditemukan di ruang publik (misalnya weblink). Tanggung Jawab Organisasi: Posisi paling senior dalam tanggung jawab operasional terhadap Aspek Lingkungan atau menjelaskan bagaimana tanggung jawab operasional dibagi pada tingkatan senior.).
d. Pelatihan dan Kesadaran
Prosedur yang berhubungan dengan pelatihan dan peningkatan kesadaran yang berhubungan dengan Aspek Lingkungan.
e. Pengawasan dan Tindak Lanjut Prosedur yang berhubungan dengan pengawasan dan aksi pencegahan (preventive) dan
pembetulan (corrective), termasuk yang berhubungan dengan rantai penyaluran (supply chain).
f. Informasi Tambahan Kontekstual Informasi tambahan relevan yang dibutuhkan untuk memahami kinerja organisasi.