T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning dan Strategi Portofolio untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Biologi dan Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 1 Bringin T1

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penelitian
3.1.1. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif siswa berdasarkan persentase jumlah siswa yang
tuntas dan rata-rata hasil belajar kognitif selama dua siklus disajikan sebagai
berikut :
100
93.6
A 100
B 100
81.6
80

63
Rata-Rata

Ketuntasan (%)

80
60

40
20

60
40
20

0

0
Siklus I

Siklus II

Siklus I

Siklus II

Gambar 3.1. (A) Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas. (B) Rata-Rata Hasil Belajar
Kognitif Siswa.

Tabel 3.1. Data Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan II.
Siklus
Rata-Rata
Standar Deviasi
I
81,6
9,2
II
93,6
5,7
Berdasarkan Gambar 3.1.(A) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
perse tase ju lah siswa ya g e e uhi ilai KKM 77 dari siklus I ke siklus II, hal
ini ditunjukkan dengan persentase jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM pada
siklus I hanya mencapai 63% sedangkan pada siklus II meningkat hingga 100%.
Gambar 3.1.(B) menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa juga
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu dari 81,6 menjadi 93,6.
Hasil tersebut juga didukung hasil uji t berpasangan sehingga diperoleh
ilai sig ifika si 0,000 0,05 ya g e yataka bahwa terdapat perbedaa hasil
belajar siswa pada siklus I dan siklus II.
3.1.2. Hasil Observasi Keterampilan Metakognitif

Hasil observasi keterampilan metakognitif siswa selama dua siklus
berdasarkan persentase jumlah siswa yang memiliki keterampilan metakognitif
13

minimal baik secara keseluruhan dan dilihat berdasarkan setiap aspek keterampilan
metakognitif diperoleh data sebagai berikut :

Persentase (%)

100

84

80
60

45

40
20

0
Siklus I

Siklus II

Gambar 3.2. (A) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Keterampilan Metakognitif
Minimal Baik.
Siklus I

100
87

82

Persentase (%)

76

74


80
60

Siklus II

55

53

42

39

40

37

16

20

0
Perencanaan

Strategi
Monitoring
Strategi
Manajemen Pemahaman Menemukan
Informasi
Kesalahan dan
Perbaikan

Evaluasi

Aspek Keterampilan Metakognitif

Gambar 3.2. (B) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Keterampilan Metakognitif
Minimal Baik pada Setiap Aspek.
Gambar 3.2. (A) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase
jumlah siswa yang memiliki keterampilan metakognitif minimal baik dari siklus I ke
siklus II yaitu dari 45% meningkat hingga mencapai 84%. Data tersebut diperoleh

dengan rincian sebagai berikut, pada siklus I kriteria baik yaitu 42% dan kriteria
sangat baik yaitu 3%. Pada siklus II kriteria baik yaitu 74% dan kriteria sangat baik
yaitu 10%.
Gambar 3.2. (B) menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang
memiliki keterampilan metakognitif minimal baik pada setiap aspek juga
14

mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I persentase jumlah
siswa yang memiliki keterampilan metakognitif minimal baik pada aspek
perencanaan, strategi manajemen informasi, monitoring pemahaman, strategi
menemukan kesalahan dan perbaikan, dan evaluasi secara berurutan adalah 53%;
39%; 55%; 16%; dan 37%. Hasil tersebut diperoleh dengan rincian pada setiap
aspeknya sebagai berikut, pada aspek perencanaan diperoleh kriteria baik 53%,
aspek strategi manajemen informasi diperoleh kriteria baik yaitu 34% dan kriteria
sangat baik yaitu 5%, aspek monitoring pemahaman diperoleh kriteria baik yaitu
50% dan kriteria sangat baik yaitu 5%, aspek strategi menemukan kesalahan dan
perbaikan diperoleh kriteria baik yaitu 16%, dan aspek evaluasi diperoleh kriteria
baik yaitu 37%.
Pada siklus II persentase jumlah siswa yang memiliki keterampilan
metakognitif minimal baik pada aspek perencanaan, strategi manajemen informasi,

monitoring pemahaman, strategi menemukan kesalahan dan perbaikan, dan
evaluasi secara berurutan meningkat dengan persentase 87%; 74%; 82%; 42%; dan
76%. Hasil tersebut diperoleh dengan rincian pada setiap aspeknya sebagai berikut,
pada aspek perencanaan diperoleh kriteria baik 79% dan kriteria sangat baik yaitu
8%, aspek strategi manajemen informasi diperoleh kriteria baik yaitu 66% dan
kriteria sangat baik yaitu 8%, aspek monitoring pemahaman diperoleh kriteria baik
yaitu 79% dan kriteria sangat baik yaitu 3%, aspek strategi menemukan kesalahan
dan perbaikan diperoleh kriteria baik yaitu 42%, dan aspek evaluasi diperoleh
kriteria baik yaitu 68% dan kriteria sangat baik yaitu 8%.
3.1.3. Hasil Angket Keterampilan Metakognitif
Persepsi siswa mengenai keterampilan metakognitif yang dimiliki juga
menunjukkan peningkatan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari gambar 3.3 sebagai
berikut :
95

100
79

Persentase (%)


80
60
40
20
0
Siklus I

Siklus II

Gambar 3.3. (A) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Persepsi Keterampilan
Metakognitif Minimal Baik.
15

Siklus I

Siklus II

100

Persentase (%)


87

84

82

87
76

80
60

97

89

68
58


53

40
20
0
Perencanaan

Strategi
Manajemen
Informasi

Monitoring
Pemahaman

Strategi
Menemukan
Kesalahan dan
Perbaikan

Evaluasi

Aspek Keterampilan Metakognitif

Gambar 3.3. (B) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Persepsi Keterampilan
Metakognitif Minimal Baik pada Setiap Aspek.
Gambar 3.3.(A) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase
jumlah siswa yang memiliki persepsi keterampilan metakognitif minimal baik dari
siklus I ke siklus II yaitu dari 79% meningkat menjadi 95%. Data tersebut diperoleh
dengan rincian sebagai berikut, pada siklus I kriteria baik yaitu 63% dan kriteria
sangat baik yaitu 16%. Pada siklus II kriteria baik yaitu 58% dan kriteria sangat baik
yaitu 37%.
Gambar 3.3.(B) juga menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang
memiliki keterampilan metakognitif minimal baik pada setiap aspek mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh persentase jumlah siswa
yang memiliki persepsi keterampilan metakognitif minimal baik pada aspek
perencanaan, strategi manajemen informasi, monitoring pemahaman, strategi
menemukan kesalahan dan perbaikan, dan evaluasi secara berurutan adalah 58%;
53%; 68%; 89%; dan 76%. Hasil tersebut diperoleh dengan rincian pada setiap
aspeknya sebagai berikut, pada aspek perencanaan diperoleh kriteria baik 45% dan
kriteria sangat baik yaitu 13%, aspek strategi manajemen informasi diperoleh
kriteria baik yaitu 40% dan kriteria sangat baik yaitu 13%, aspek monitoring
pemahaman diperoleh kriteria baik yaitu 65% dan kriteria sangat baik yaitu 3%,
aspek strategi menemukan kesalahan dan perbaikan diperoleh kriteria baik yaitu
55% dan kriteria sangat baik yaitu 34%, dan aspek evaluasi diperoleh kriteria baik
yaitu 70% dan kriteria sangat baik yaitu 6%.

16

Sedangkan pada siklus II persentase jumlah siswa yang memiliki persepsi
keterampilan metakognitif minimal baik pada aspek perencanaan, strategi
manajemen informasi, monitoring pemahaman, strategi menemukan kesalahan
dan perbaikan, dan evaluasi secara berurutan meningkat dengan persentase 82%;
84%; 87%; 97%; dan 87%. Hasil tersebut diperoleh dengan rincian pada setiap
aspeknya sebagai berikut, pada aspek perencanaan diperoleh kriteria baik 48% dan
kriteria sangat baik yaitu 34%, aspek strategi manajemen informasi diperoleh
kriteria baik yaitu 58% dan kriteria sangat baik yaitu 26%, aspek monitoring
pemahaman diperoleh kriteria baik yaitu 76% dan kriteria sangat baik yaitu 11%,
aspek strategi menemukan kesalahan dan perbaikan diperoleh kriteria baik yaitu
58% dan kriteria sangat baik yaitu 39%, dan aspek evaluasi diperoleh kriteria baik
yaitu 53% dan kriteria sangat baik yaitu 34%.
3.1.4. Hasil Observasi Penerapan Model Project Based Learning (PjBL) dan Strategi
Portofolio
Hasil observasi pembelajaran dengan menerapkan model Project Based
Learning dan strategi portofolio selama dua siklus, diperoleh data sebagai berikut:

B100

80

Persentase (%)

Persentase (%)

A 100
50

60
40

28

22

20
0
0

80
60

50

50

Baik

Sangat
Baik

40
20
0

0

Tidak
Baik

Kurang
Baik

0
Tidak Kurang
Baik
Baik

Baik

Sangat
Baik

Kriteria

Kriteria

Gambar 3.4. (A) Persentase Performa Siswa selama Penerapan Model PjBL dan
Strategi Portofolio pada Siklus I. (B) Persentase Performa Siswa selama Penerapan
Model PjBL dan Strategi Portofolio pada Siklus II.
Berdasarkan gambar 3.4. (A) menunjukkan bahwa pada siklus I
persentase performa siswa diperoleh kriteria kurang baik sebesar 22%, kriteria baik
sebesar 50%, dan kriteria sangat baik sebesar 28%. Pada siklus II terjadi
peningkatan performa siswa dalam pembelajaran. Persentase performa siswa
dengan kriteria baik sebesar 50% dan kriteria sangat baik sebesar 50%.

17

3.1.5. Hasil Angket Persepsi Siswa terhadap Keterlaksanaan Model Project Based
Learning (PjBL) dan Strategi Portofolio
Berdasarkan hasil angket persepsi siswa terhadap keterlaksanaan model
Project Based Learning (PjBL) dan strategi portofolio selama dua siklus, diperoleh
data berdasarkan gambar di bawah ini :

Persentase (%)

97

92

100
80
60
40
20
0

Siklus I

Siklus II

Gambar 3.5. (A) Persentase Persepsi Siswa terhadap Keterlaksanaan Model PjBL
dan Strategi Portofolio Minimal Baik.
Siklus I
100

Siklus II
97

84 84

84 84

84

81

80

Persentase (%)

95

92

90

79

82 84

55

60
40
20
0
Penentuan
Pertanyaan
Mendasar

Mendesain
Rencana
Proyek

Menyusun
Jadwal

Memonitor Menguji HasilMengevaluasi Portofolio
Kemajuan
Pengalaman

Aspek Pembelajaran PjBL dan Portofolio

Gambar 3.5. (B) Persentase Persepsi Siswa terhadap Keterlaksanaan Model PjBL
dan Strategi Portofolio Minimal Baik pada Setiap Aspek.
Gambar 3.5. (A) menunjukkan bahwa 92% dari jumlah siswa memberikan
persepsi bahwa pembelajaran biologi materi sistem gerak pada manusia dengan
menerapkan model PjBL dan strategi portofolio merupakan pembelajaran yang
baik. Pada siklus II, persepsi siswa terhadap pembelajaran biologi dengan model
18

PjBL dan strategi portofolio meningkat menjadi 97%. Data tersebut diperoleh
dengan rincian sebagai berikut, pada siklus I kriteria baik yaitu 53% dan kriteria
sangat baik yaitu 39%. Pada siklus II kriteria baik yaitu 55% dan kriteria sangat baik
yaitu 42%.
Gambar 3.5. (B) menunjukkan persentase persepsi siswa terhadap
keterlaksanaan model PjBL dan strategi portofolio dengan kriteria minimal baik
pada setiap aspek selama dua siklus. Pada siklus I persentase setiap aspek secara
berurutan adalah 84%; 84%; 55%; 90%; 81%; 79%; dan 82%. Hasil tersebut
diperoleh dengan rincian pada setiap aspeknya sebagai berikut, pada aspek
penentuan pertanyaan mendasar diperoleh kriteria baik yaitu 71% dan kriteria
sangat baik yaitu 13%, aspek mendesain rencana proyek diperoleh kriteria baik
yaitu 81% dan kriteria sangat baik yaitu 3%, aspek menyusun jadwal diperoleh
kriteria baik yaitu 55%, aspek memonitor kemajuan diperoleh kriteria baik yaitu
45% dan kriteria sangat baik yaitu 45%, aspek menguji hasil diperoleh kriteria baik
yaitu 63% dan kriteria sangat baik yaitu 18%, aspek mengevaluasi pengalaman
diperoleh kriteria baik yaitu 71% dan kriteria sangat baik yaitu 8%, dan aspek
portofolio diperoleh kriteria baik yaitu 74% dan kriteria sangat baik yaitu 8%.
Pada siklus II persentase setiap aspek secara berurutan adalah 84%; 84%;
84%; 97%; 92%; 95%; dan 84%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa
menurut persepsi siswa aspek-aspek pembelajaran pada model PjBL dan strategi
portofolio dilakukan selama pembelajaran berlangsung serta dapat membantu
siswa dalam meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan metakognitif
siswa. Hasil tersebut diperoleh dengan rincian pada setiap aspeknya sebagai
berikut, pada aspek penentuan pertanyaan mendasar diperoleh kriteria baik yaitu
63% dan kriteria sangat baik yaitu 21%, aspek mendesain rencana proyek diperoleh
kriteria baik yaitu 81% dan kriteria sangat baik yaitu 3%, aspek menyusun jadwal
diperoleh kriteria baik yaitu 84%, aspek memonitor kemajuan diperoleh kriteria
baik yaitu 47% dan kriteria sangat baik yaitu 50%, aspek menguji hasil diperoleh
kriteria baik yaitu 81% dan kriteria sangat baik yaitu 11%, aspek mengevaluasi
pengalaman diperoleh kriteria baik yaitu 79% dan kriteria sangat baik yaitu 16%,
dan aspek portofolio diperoleh kriteria baik yaitu 76% dan kriteria sangat baik yaitu
8%.
3.2. Pembahasan
3.2.1. Penerapan Model Project Based Learning (PjBL) dan Strategi Portofolio
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Berdasarkan gambar 3.1. (A) dan (B) menunjukkan bahwa melalui
penerapan model Project Based Learning (PjBL) dan strategi portofolio dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPA 2 pada materi sistem gerak
19

pada manusia. Adanya peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan model PjBL
sesuai dengan penelitian Moti dan Barzilai (Jagantara, 2014) yang menjelaskan
bahwa model pembelajaran berbasis proyek memberikan efek yang baik terhadap
hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Sedangkan
penggunaan portofolio yang dilakukan oleh siswa dengan menuliskan kembali
pengetahuan yang telah dimiliki akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
(Riyanti, 2014).
Hasil statistik uji t berpasangan menunjukkan bahwa diperoleh nilai
signifikasi 0,000 dengan tingkat kepercayaan 5% yang menunjukkan bahwa adanya
perbedaan hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPA 2 pada siklus I dan II. Pada siklus I
setelah penerapan model PjBL dan strategi portofolio diperoleh rata-rata hasil
belajar kognitif siswa yaitu 81,6 dengan ketuntasan klasikal sebesar 63%, karena
hasil ketuntasan klasikal pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang
diharapkan yaitu 85%, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan
perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran siklus I ditemukan beberapa
kendala dalam pembelajaran yaitu pada awal pertemuan hanya 25% siswa yang
mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa belum
mengetahui pentingnya mencatat tujuan pembelajaran sebagai acuan untuk
belajar. Pada tahap perencanaan hampir semua siswa mengalami kebingungan
untuk merancang proyek dan menyusun jadwal pembuatan proyek yang akan
dilakukan, sehingga guru harus menjelaskan kembali. Hal tersebut sesuai dengan
hasil angket persepsi siswa mengenai keterlaksanaan model PjBL dan strategi
portofolio yang menunjukkan hanya 55% siswa yang memberikan persepsi minimal
baik terhadap aspek penyusunan jadwal pembuatan proyek.
Melalui kegiatan monitoring dan kemajuan proyek yang dilakukan guru
diketahui bahwa sebagian besar siswa belum bisa membuat rumusan masalah yang
tepat, sehingga guru harus menjelaskan kembali. Ketika siswa mengeksplorasi
sumber belajar dan media pembelajaran, terlihat setiap kelompok belum
membahas materi secara mendalam dan hanya terfokus pada topik yang diperoleh.
Hal ini terlihat juga dari kegiatan presentasi, sebagian siswa tidak membuat catatan
penting dan kurang memperhatikan presentasi kelompok lain karena masih
berdiskusi tentang topik yang didapat.
Permasalahan lain yang muncul adalah pemilihan urutan topik yang
dipresentasikan oleh masing-masing kelompok tidak dijelaskan berdasarkan urutan
topik materi yang bersifat dasar hingga kompleks, sehingga penerimaan materi
oleh siswa cenderung tidak berurut. Beberapa masalah tersebut menyebabkan
hasil belajar kognitif siswa pada siklus I belum mencapai ketuntasan klasikal sesuai
indikator keberhasilan yang diharapkan.
20

Langkah-langkah pembelajaran yang sudah baik di siklus I ditingkatkan
pada pembelajaran siklus II. Pada siklus II, siswa lebih didorong untuk
mengeksplorasi berbagai sumber belajar dan media pembelajaran untuk
melakukan penyelidikan berdasarkan topik yang didapat sehingga siswa dapat
membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan
penjelasan Okundan bahwa melalui model pembelajaran PjBL siswa diarahkan
kepada pemecahan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan
membangun pengetahuannya sendiri dan dapat menghasilkan suatu hasil karya
(Linawati dkk., 2015). Susilowati dkk (2013) juga menjelaskan bahwa kegiatan
penyelidikan memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk mengkonstruk
pengetahuannya sendiri dengan menuangkan gagasan untuk proyek yang
dikerjakan sehingga siswa lebih memahami materi dan akan berdampak pada
meningkatnya hasil belajar siswa.
Melalui refleksi yang dilakukan oleh setiap siswa dengan strategi
portofolio pada akhir siklus I membantu siswa untuk merefleksikan pengalaman
belajarnya dan sejauh mana pemahaman siswa pada sub materi tulang. Refleksi
siswa dilakukan berdasarkan perolehan nilai dari beberapa penilaian yang
dilakukan guru seperti nilai pre-test, nilai post-test, dan nilai proyek. Hasil
portofolio juga mendorong siswa untuk mengetahui dan memperbaiki strategi
belajar siswa pada siklus I yang kurang efisien untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi selanjutnya pada siklus II. Melalui refleksi pengalaman
belajar mendorong siswa untuk menghasilkan karya yang lebih bermutu di
kemudian hari (Hasnunidah dan Juriyah, 2008).
Sementara hasil belajar kognitif siswa pada siklus II pada sub materi sendi
dan otot mengalami peningkatan pada nilai rata-rata yaitu 93,6 dengan ketuntasan
klasikal mencapai 100%. Oleh karena peningkatan persentase jumlah siswa yang
tuntas telah memenuhi target 85% maka siklus dihentikan. Pembelajaran siklus II
merupakan hasil perbaikan dari siklus I yang dibuktikan melalui hasil observasi
pembelajaran. Pada siklus I diperoleh persentase performa siswa dengan kriteria
kurang baik sebesar 22%. Sedangkan pada siklus II tidak terdapat persentase
performa siswa dengan kriteria kurang baik, sedangkan kriteria sangat baik
meningkat hingga 50%. Peningkatan performa siswa menunjukkan bahwa peran
guru lebih optimal terjadi pada pembelajaran siklus II.
Pada pembelajaran siklus II tidak ditemukan kendala atau permasalahan
yang menghambat tahap-tahap pembelajaran sub materi sendi dan otot. Siswa
mulai terbiasa dengan model pembelajaran berbasis proyek dan strategi portofolio.
Hasil observasi menunjukkan bahwa pada pertemuan awal pada siklus II, seluruh
siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan
mencatatnya pada jurnal belajar siswa. Siswa sudah mengetahui pentingnya
21

mengetahui tujuan pembelajaran yang bermanfaat sebagai acuan untuk
mempelajari suatu materi. Sebanyak 75% siswa sudah dapat membuat rumusan
masalah dengan baik sebagai dampak dari penjelasan guru pada siklus I. Pada
tahap perencanaan, siswa dapat mendesain rancangan proyek dan menyusun
jadwal penyelesaian proyek dengan baik. Hal ini juga didukung dengan hasil angket
siklus II pada aspek penyusunan jadwal presentase persepsi siswa meningkat
hingga 84%.
Pada setiap pertemuan siklus II, guru selalu menegaskan kepada seluruh
siswa untuk fokus terhadap semua topik materi yang didapatkan setiap kelompok.
Hal ini sesuai dengan hasil refleksi pada portofolio siklus I bahwa sebagian besar
siswa akan lebih memperhatikan penjelasan teman yang sedang presentasi. Siswa
diminta untuk membuat tanda pada catatan penting. Hasil observasi menunjukkan
bahwa pada kegiatan presentasi, seluruh siswa memperhatikan penjelasan dari
kelompok presentator dan mencatat hal-hal penting. Siswa juga memberikan tanda
berupa warna pada buku paket sebagai tanda bahwa materi tersebut sangat
penting dan melakukan pengecekan catatan yang telah dibuat dengan konfirmasi
yang dilakukan oleh guru.
Pembagian topik materi kepada masing-masing kelompok pada
pembelajaran siklus II dilakukan secara berurut sehingga siswa lebih mudah untuk
memahami materi sendi dan otot. Siswa juga terlihat lebih aktif dan antusias dalam
kegiatan diskusi dan tanya jawab ketika langkah pembelajaran menguji hasil
melalui kegiatan presentasi. Pada langkah pembelajaran evaluasi pengalaman,
terlihat siswa yang sudah menguasai materi membantu siswa lain yang belum
memahami materi yang sedang dipelajari dan saling bertukar pikiran. Adanya
perubahan strategi belajar siswa pada siklus II merupakan dampak dari hasil
refleksi melalui portofolio siswa pada siklus I. Budimansyah (Hasnunidah dan
Juriyah, 2008) juga menjelaskan bahwa portofolio digunakan untuk merefleksikan
kegiatan belajar sehingga dikemudian hari dapat belajar lebih baik dan lebih
sempurna.
Penerapan model PjBL dan strategi portofolio memberikan dampak
positif terhadap perubahan cara belajar siswa, siswa cenderung lebih aktif
berdiskusi dan menggali berbagai sumber belajar dan media pembelajaran yang
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai materi yang sedang dipelajari.
Siswa terbiasa membuat kata kunci untuk memahami materi, serta
menggarisbawahi ataupun memberi warna pada konsep materi yang dianggap
penting. Kemudian siswa melakukan pengecekan catatan yang telah dibuat melalui
konfirmasi guru atau konsultasi langsung kepada guru. Siswa juga terbiasa
mengatur waktu belajar dengan baik melalui adanya tagihan proyek yang harus
diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan
22

penjelasan Adnyawati (Susilowati dkk., 2013) bahwa pembelajaran berbasis proyek
mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar dan mengembangkan kreativitas
siswa. Peran guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi proyek yang telah
dikerjakan oleh siswa.
3.2.2. Penerapan Model Project Based Learning (PjBL) dan Strategi Portofolio
Meningkatkan Keterampilan Metakognitif Siswa
Berdasarkan gambar 3.2. (A) diketahui bahwa melalui penerapan model
Project Based Learning (PjBL) dan strategi portofolio dapat meningkatkan
keterampilan metakognitif siswa kelas XI IPA 2. Hasil observasi menunjukkan
bahwa persentase jumlah siswa yang memiliki keterampilan metakognitif minimal
baik pada siklus I dan II terjadi peningkatan sebesar 39% menjadi 84%, karena telah
mencapai target pada indikator keberhasilan yaitu 80% maka siklus dihentikan.
Hasil observasi didukung oleh data angket persepsi keterampilan metakognitif yang
ditampilkan pada gambar 3.3. (A) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
persentase pada siklus I dan II sebesar 16%.
Penerapan model Project Based Learning (PjBL) dan strategi portofolio
dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa dikarenakan pembelajaran
dengan model tersebut siswa akan terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari melalui pembuatan proyek. Sart
(2014) menjelaskan bahwa adanya permasalahan yang diselesaikan dalam proyek
merupakan ranah yang baik untuk pengembangan metakognitif karena dengan
terbiasa memecahkan masalah memungkinkan siswa untuk mengembangkan
gagasan dan keterampilan berdasarkan penyelidikan. Langkah-langkah
pembelajaran PjBL dapat mengakomodasi pemberdayaan proses berpikir dan
proses mengetahui siswa yang disebut dengan metakognitif (Nadhiroh dkk., 2016).
Adanya strategi portofolio membantu meningkatkan keterampilan
metakognitif siswa pada aspek perencanaan, monitoring pemahaman, strategi
menemukan kesalahan dan perbaikan, dan aspek evaluasi. Hal ini sesuai dengan
penjelasan Harmin dan Melanie (2006) bahwa strategi portofolio akan membantu
siswa untuk merefleksikan kembali pengalaman belajar yang dilakukan oleh siswa
dan menciptakan makna belajar untuk siswa. Siswa merefleksikan pengalaman
belajarnya dengan melihat kembali apakah strategi belajar yang digunakan efisien
untuk mencapai target dan tujuan belajar siswa.
Persentase peningkatan keterampilan metakognitif siswa juga dilihat
berdasarkan setiap aspek yang ditunjukkan pada gambar 3.2. (B) dan gambar 3.3.
(B). Aspek-aspek keterampilan metakognitif siswa yang diamati yaitu perencanaan,
strategi manajemen informasi, monitoring pemahaman, strategi menemukan

23

masalah dan perbaikan, dan evaluasi. Persentase kelima aspek keterampilan
metakognitif mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Aspek perencanaan siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II,
berdasarkan hasil observasi terjadi peningkatan sebesar 34%. Beberapa hal yang
menyebabkan persentase pada aspek perencanaan siklus I masih rendah adalah
siswa belum dapat menentukan apa yang benar-benar harus dipelajari sebelum
pembelajaran, siswa kurang memperhatikan tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru, dan siswa hanya memikirkan satu alternatif cara untuk
menyelesaikan permasalahan.
Pada siklus II terjadi perbaikan perencanaan siswa, sebagian besar siswa
telah mengetahui dan mempersiapkan materi apa yang akan dipelajari terbukti
dengan hasil rata-rata pre test siklus II yaitu 52,1 lebih tinggi dibandingkan pada
rata-rata pre-test siklus I hanya 41,7. Sebagian besar siswa memiliki persiapan
belajar lebih baik selama pembelajaran siklus II. Hal tersebut terjadi sebagai
dampak refleksi melalui portofolio siswa, sehingga siswa memperbaiki
perencanaan belajarnya.
Pada awal pembelajaran siklus II siswa telah mengetahui pentingnya
mencatat tujuan pembelajaran yang akan dicapai, hal ini dapat dilihat dari jurnal
belajar siswa bahwa 89% siswa menuliskan tujuan pembelajaran pada sub materi
sendi dan otot. Siswa memikirkan beberapa alternatif cara untuk menyelesaikan
masalah dengan memanfaatkan sumber belajar yang bervariasi seperti buku paket,
internet, dan media pembelajaran. Peran guru dalam hal ini memfasilitasi siswa
dengan menyediakan alternatif sumber belajar seperti buku paket dan media
pembelajaran.
Pada siklus II lembar kerja siswa didesain dengan fakta dan pertanyaan
lebih kritis tentang sendi dan otot dibandingkan pada siklus I, sehingga lebih
mendorong siswa untuk memecahkan masalah kontekstual. Adanya pertanyaan
kritis pada PjBL akan meningkatkan keterampilan berpikir siswa sehingga siswa
akan mengetahui berbagai cara untuk menyelesaikan masalah (Warsono dan
Hariyanto, 2012). Perbaikan perencanaan siswa juga terlihat pada saat siswa
berdiskusi dalam kelompok untuk merancang desain proyek, menentukan
peralatan yang digunakan, dan menyusun jadwal proyek sesuai dengan waktu yang
diberikan guru. Perencanaan siswa mengarahkan siswa untuk menyelesaikan
proyek, terbukti dengan pengumpulan hasil proyek tepat waktu. Hasil angket
keterampilan metakognitif siswa pada aspek perencanaan juga mengalami
peningkatan sebesar 24% yang berarti bahwa siswa memiliki persepsi perencanaan
belajar yang lebih baik pada siklus II.
Aspek strategi manajemen informasi mengalami peningkatan dari siklus I
hingga siklus II. Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan sebesar 35%.
24

Pada pembelajaran siklus I, siswa cenderung mengikuti contoh mengenai materi
dari penjelasan guru, siswa berusaha untuk menerjemahkan materi dengan
bahasanya sendiri namun sebagian besar siswa mengalami kebingungan, dan siswa
membuat langkah kerja namun tidak dijelaskan secara detail, hal ini terlihat ketika
siswa merencanakan jadwal penyelesaian proyek pada lembar kerja siswa hanya
menuliskan langkah kerja secara umum dan tidak disertakan waktu belajar materi
atau studi literatur untuk memperoleh informasi materi.
Pada siklus II melalui sintaks PjBL yaitu merancang desain proyek, siswa
berusaha untuk memahami topik materi pelajaran yang didapatkan dengan cara
membuat contoh sendiri berdasarkan sumber informasi yang diperoleh walaupun
sederhana. Melalui bimbingan guru, siswa membuat catatan belajar dengan
menggunakan bahasanya sendiri sehingga memudahkan untuk memahami konsep
materi yang akan digunakan sebagai pengetahuan untuk menyelesaikan
pembuatan proyek. Ketika menggali sumber belajar, siswa menggarisbawahi dan
memberi tanda pada istilah atau hal-hal penting mengenai materi yang sedang
dipelajari. Dalam kegiatan konfirmasi pada pembelajaran siklus II, guru sering
memberikan ilustrasi tentang materi pelajaran sehingga mengarahkan siswa untuk
mencatat hal-hal penting menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Lembar
kerja siswa sebagai acuan pembuatan proyek pada siklus II lebih mengarahkan
siswa untuk membuat langkah-langkah belajar yang lebih spesifik.
Menurut Thomas dalam Wena (2013) menjelaskan bahwa salah satu
prinsip model PjBL adalah adanya otonomi yang diartikan sebagai kemandirian
siswa dalam proses pembelajaran. Siswa bebas menentukan sumber belajar dan
langkah-langkah yang lebih efisien untuk memudahkan mengerjakan proyek dan
pemahaman konsep materi. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator
untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa. Berdasarkan hasil angket pada
aspek strategi manajemen informasi mengalami peningkatan sebesar 31%. Pada
jurnal belajar siswa diperoleh 79% siswa menuliskan sumber-sumber belajar apa
saja yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Pada aspek monitoring pemahaman siswa mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan sebesar 27%.
Pada pembelajaran siklus I, siswa langsung menentukan pilihan untuk memecahkan
masalah tanpa melihat pilihan lain yang dibuktikan dengan pemecahan masalah
yang dilakukan oleh siswa melalui pembuatan proyek belum mendalam. Siswa
menganalisa kemampuan diri dalam belajar hanya didasarkan pada pemikiran
terhadap dirinya sendiri.
Pada siklus II terjadi peningkatan aspek monitoring pemahaman, hal ini
didukung dengan peran guru sebagai fasilitator dan motivator. Model PjBL memiliki
langkah pembelajaran memonitor siswa dan kemajuan proyek siswa. Melalui
25

langkah pembelajaran tersebut, siswa menyampaikan kendala yang dialami selama
penyelesaian proyek dan melaporkan kemajuan proyek, dan kemudian guru
memberikan umpan balik berupa saran untuk penyelesaian proyek. Peran guru
dalam memonitor pemahaman siswa lebih optimal terjadi pada pembelajaran
siklus II, yang dibuktikan dengan hasil angket keterampilan metakognitif pada
aspek monitoring pemahaman mengalami peningkatan sebesar 19%. Aspek
monitoring pada model PjBL mendorong siswa untuk mengidentifikasi kelemahan
dan kekuatan siswa salah satunya dalam hal penggunaan strategi belajar. Proses
penyelesaian proyek mendorong siswa dalam pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan proyek dalam lingkungan belajar kolaboratif (Husamah, 2015).
Pada aspek strategi menemukan kesalahan dan perbaikan mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan adanya
peningkatan sebesar 26%. Pada siklus I, berdasarkan jurnal belajar siswa diketahui
bahwa ketika siswa mengalami kebingungan, siswa menjadi kurang mampu
mengevaluasi kembali materi pelajaran yang telah diperoleh sehingga sebagian
besar siswa masih mengalami kesulitan dalam pemahaman materi.
Peningkatan aspek strategi menemukan kesalahan dan perbaikan terjadi
pada siklus II, melalui sintaks menguji hasil dalam model PjBL yang dilakukan dalam
bentuk presentasi hasil proyek siswa, guru memberikan komentar mengenai
kedalaman pemecahan masalah siswa melalui proyeknya. Pada sesi tanya jawab di
siklus II, siswa terlihat lebih aktif bertanya dan saling menanggapi pada presentasi
antar kelompok. Melalui kegiatan presentasi hasil proyek mendorong siswa untuk
saling bertukar informasi, mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi, evaluasi siswa, dan membentuk kelompok kerja kooperatif (Wena,
2013).
Aspek evaluasi mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II. Hasil
observasi menunjukkan adanya peningkatan sebesar 39%. Aspek evaluasi siswa
pada pembelajaran siklus I masih rendah, hal ini disebabkan karena siswa kurang
menganalisa cara lain yang digunakan untuk mempelajari materi atau tugas.
Setelah selesai pembelajaran siswa melengkapi jurnal belajar namun tidak
menjelaskan secara detail, dan pada akhir pembelajaran siswa kurang menilai diri
seberapa serius siswa telah belajar.
Melalui sintaks evaluasi pengalaman pada model PjBL, siswa melakukan
refleksi terhadap proyek yang telah dibuat. Pada pembelajaran siklus II, siswa
menggunakan cara lain untuk mempelajari materi atau tugas yaitu dengan
membuat catatan untuk hal-hal penting. Siswa mulai memahami strategi belajar
apa yang harus digunakan oleh siswa untuk meningkatkan pemahaman materi.
Setiap siswa juga mengisi jurnal belajar dengan menjelaskan secara detail
mengenai pemahaman materi. Pada akhir pembelajaran melalui strategi portofolio
26

siswa mampu merefleksikan totalitas diri dalam belajar dan menilai kekurangan
dan kelebihan diri sendiri yang bermanfaat untuk kemajuan belajar siswa. Hal ini
diperkuat dengan penjelasan Riyanti (2014) bahwa portofolio dapat mengukur
kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksikan apa yang sudah
dipelajari serta kekurangan dan kelebihan dari peserta didik.
Pembelajaran melalui model PjBL dan strategi portofolio meningkatkan
keterampilan metakognitif siswa sehingga mendorong siswa untuk menjadi
pebelajar mandiri yang mampu bertanggung jawab terhadap perkembangan proses
belajarnya melalui berbagai pengalaman belajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hal ini didukung dengan penjelasan Dawson (Keliat dkk., 2014) bahwa
siswa yang mempunyai keterampilan metakognitif yang baik (self regulated
learning) memiliki kemampuan belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang
tidak mempunyai keterampilan metakognitif.

27

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24