Perhitungan Beban Kerja Perawat di Tempa (1)
Perhitungan Beban Kerja Perawat di Tempat Kerja
Beban kerja secara umum menurut Groenewegen dan Hutten (1991) adalah keseluruhan
waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas atau kegiatan dalam kerja. Menurut Finkler
dan Koyner (2000), beban kerja diartikan sebagai volume kerja dari suatu unit atau departemen.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah keseluruhan
waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan di suatu unit atau departemen.
Sedangkan beban kerja perawat menurut Hubber (2000) adalah pengukuran dari aktifitas
kerja perawat dan ketergantungan klien terhadap asuhan keperawatan. Beban kerja perawat di
rumah sakit terkait dengan dua fungsi variabel, yaitu jumlah harian klien dan waktu asuhan
keperawatan setiap klien per hari (Kirby dan Wiczai, 1985; dalam Hubber, 2000).
Beban kerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam memperkirakan beban
kerja perawat pada suatu unit tertentu, seorang pemimpin atau manajer harus mengetahui
(Gillies, 1989): (1) berapa banyak klien yang dimasukkan ke unit per hari, bulan atau tahun, (2)
kondisi klien di unit tersebut, (3) rata-rata klien yang menginap, (4) tindakan perawatan langsung
dan tak langsung yang dibutuhkan masing-masing klien, (5) frekuensi dari masing-masing
tindakan keperawatan yang harus dilakukan, dan (6) rata-rata waktu yang dibutuhkan dari
masing-masing tindakan keperawatan baik langsung maupun tidak langsung.
Perhitungan beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini kecendrungan dalam
mengukur beban kerja berdasarkan keluhan dari personal, bahwa mereka sangat sibuk dan
membutuhkan waktu lembur (Ilyas, 2000). Perhitungan beban kerja perawat erat kaitannya
dengan penentuan kebutuhan jumlah tenaga perawat. Penentuan kebutuhan jumlah tenaga
perawat menurut Douglas (1975) dalam Pitoyo (2005), adalah berdasarkan tingkat
ketergantungan klien. Adapun perhitungan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Jumla
h
Klien
1
2
3
Dst
Klasifikasi Klien
Pagi
0.17
0.34
0.51
Sore
0.14
0.28
0.42
Mala
m
0.07
0.14
0.21
Pagi
Sore
0.27
0.54
0.81
0.15
0.30
0.45
Mala
m
0.10
0.20
0.30
Pagi
Sore
0.36
0.72
1.08
0.30
0.60
0.90
Mala
m
0.20
0.40
0.60
Tingkat ketergantungan klien terkait dengan penentuan beban kerja perawat dapat
diklasifikasikan, meliputi (1) klien dengan perawatan minimal, (2) klien dengan perawatan
parsial, dan (3) klien dengan perawatan total.
Klien dengan tingkat ketergantungan minimal, jika (1) kebersihan diri, mandi, ganti
pakaian dilakukan sendiri; (2) makan, minum dilakukan sendiri; (3) ambulasi dengan
pengawasan; (4) observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap pergantian dinas; (5) pengobatan
minimal, status psikologi stabil; dan (6) perawatan luka sederhana.
Klien dengan tingkat ketergantungan parsial, jika (1) kebersihan diri dibantu, makan dan
minum dibantu; (2) observasi vital sign tiap 4 jam; (3) ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari
sekali; (4) folley kateter, intake dan output dicatat; (5) klien terpasang infus; dan (6) perawatan
luka komplek.
Klasifikasi terakhir adalah klien dengan tingkat ketergantungan total, yaitu jika (1)
segalanya diberi bantuan; (2) posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam; (3)
makan memakai NGT; (4) pengobatan intravena per drip; (5) pemakaian suction; (6) gelisah,
disorientasi; dan (7) persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
sumber:
Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan, aplikasi dalam praktek keperawatan profesional.
Jakarta: Salemba Medika.
Gani, I. 2000. Hubungan antara beban kerja perawat dan kepuasan pasien.
http://irwandykapalawi.wordpress.com
C. Perhitungan Tenaga Perawat.
Didalam penerapan kebutuhan ketenagakerjaan harus diperhatikan adanya faktor yang terkait
beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
g. Pemberian cuti
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal, sebagai
berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
a.
Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai dengan jenis
penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan
pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan
dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja,
tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c.
Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay out keperawatan, fasilitas dan
jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau diagnostik, pelayanan
penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan
pengembangan.
2. Rumusan perhitungan tenaga perawat
a.
Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan bahwa perbandingan
jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan jumlah perawat adalah sebagai berikut :
Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat.
b. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun 1971 menyebutkan bahwa
:Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.
c.
Menggunakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga.
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas (1984, dalam
Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan
klien dengan menggunakan standar sebagai berikut :
a) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
makanan dan minum dilakukan sendiri
ambulasi dengan pengawasan
observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
minimal dengan status psikologi stabil
perawatan luka sederhana.
b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
ambulasi dibantu
pengobatan dengan injeksi
klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
semua kebutuhan klien dibantu
perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
makan dan minum melalui selang lambung
pengobatan intravena “perdrip”
dilakukan suction
gelisah / disorientasi
perawatan luka kompleks
D. Metode – metode Cara Perhitungan Ketenagakerjaan
Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode, antara lain yaitu
Metode Douglas
Metode Sistem Akuitas
Metode Gillies
Metode Swanburg
Penjelasan dari metode-metode cara perhitungan ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :
1) Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masingmasing
kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Jumla
h
Pasien
1
2
3
dst
Pagi
Minimal
Sore
Malam
Klasifikasi KLien
Parsial
Pagi
Sore
Malam
0,17
0,34
0,51
0,14
0,28
0,42
0,27
0,54
0,81
0,07
0,14
0,21
0,15
0,30
0,45
0,10
0,20
0,30
Pagi
Total
Sore
Malam
0,36
0,72
1,08
0,30
0,60
0,90
0,20
0,40
0,60
Contoh kasus
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang
dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal
Parsial
Pagi
0,17 x 3 = 0,51
0.27 x 8 = 2.16
Sore
0.14 x 3 = 0.42
0.15 x 8 = 1.2
Malam
0.07 x 3 = 0.21
0.10 x 8 = 0.8
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari
Total
0.36 x 6 = 2.16
0.3 x 6 = 1.8
0.2 x 6 = 1.2
Jumlah
4.83 (5) orang
3.42 (4) orang
2.21 (2) orang
11 Orang
2) Metode Sistem Akuitas
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift ¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
1. kelas I
= 3 orang x 2 jam/hari
2. kelas II
= 8 orang x 3 jam/hari
= 6 jam
= 24 jam
3. kelas III
= 4 orang x 4.5 jam/hari
= 18 jam
4. kelas IV
= 2 orang x 6 jam/hari
= 12 jam
Jumlah jam
-
: 60 jam
pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)
8 jam
-
Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )
8 jam
jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
3) Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan
adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan
rata rata
yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari
Jumlah hari/tahun
- hari libur
Masing2
jumlah
x hari/tahun
x jmlh jam kerja
tiap perawat
Perawat
jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
=
jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
=
jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1.
waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian
adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan partial (partial care ) =
¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif
(intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2. Waktu keperawatan tidak langsung
· menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
· menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien
4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata - rata
biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
5. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari
minggu/libur = 52 hari
( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur
maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti
tahunan = 8 hari).
7. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka
40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
8.
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk
antisipasi kekurangan /cadangan ).
9.
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh
1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
2.
Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan
ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
3.
Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam kerja
perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal
= 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial
= 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Ketergantungan total
= 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam
= 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang
Jadi,,
1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365
= 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7
2044
2. Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang /hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8 orang
4) Metode Swansburg
Contoh:
Pada
suatu
unit
dengan
24
tempat
tidur
dan
17
Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
klien
rata
rata
perhari
.
1) total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 =
12,143 ( 12 orang) perawat/hari
2) Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84
shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang (jumlah staf sama bekerja
setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift)
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan untuk
pembagian proporsi dinas dalam satu hari ¨ pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang
Pagi
: 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
Sore
: 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
Beban kerja secara umum menurut Groenewegen dan Hutten (1991) adalah keseluruhan
waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas atau kegiatan dalam kerja. Menurut Finkler
dan Koyner (2000), beban kerja diartikan sebagai volume kerja dari suatu unit atau departemen.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah keseluruhan
waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan di suatu unit atau departemen.
Sedangkan beban kerja perawat menurut Hubber (2000) adalah pengukuran dari aktifitas
kerja perawat dan ketergantungan klien terhadap asuhan keperawatan. Beban kerja perawat di
rumah sakit terkait dengan dua fungsi variabel, yaitu jumlah harian klien dan waktu asuhan
keperawatan setiap klien per hari (Kirby dan Wiczai, 1985; dalam Hubber, 2000).
Beban kerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam memperkirakan beban
kerja perawat pada suatu unit tertentu, seorang pemimpin atau manajer harus mengetahui
(Gillies, 1989): (1) berapa banyak klien yang dimasukkan ke unit per hari, bulan atau tahun, (2)
kondisi klien di unit tersebut, (3) rata-rata klien yang menginap, (4) tindakan perawatan langsung
dan tak langsung yang dibutuhkan masing-masing klien, (5) frekuensi dari masing-masing
tindakan keperawatan yang harus dilakukan, dan (6) rata-rata waktu yang dibutuhkan dari
masing-masing tindakan keperawatan baik langsung maupun tidak langsung.
Perhitungan beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini kecendrungan dalam
mengukur beban kerja berdasarkan keluhan dari personal, bahwa mereka sangat sibuk dan
membutuhkan waktu lembur (Ilyas, 2000). Perhitungan beban kerja perawat erat kaitannya
dengan penentuan kebutuhan jumlah tenaga perawat. Penentuan kebutuhan jumlah tenaga
perawat menurut Douglas (1975) dalam Pitoyo (2005), adalah berdasarkan tingkat
ketergantungan klien. Adapun perhitungan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Jumla
h
Klien
1
2
3
Dst
Klasifikasi Klien
Pagi
0.17
0.34
0.51
Sore
0.14
0.28
0.42
Mala
m
0.07
0.14
0.21
Pagi
Sore
0.27
0.54
0.81
0.15
0.30
0.45
Mala
m
0.10
0.20
0.30
Pagi
Sore
0.36
0.72
1.08
0.30
0.60
0.90
Mala
m
0.20
0.40
0.60
Tingkat ketergantungan klien terkait dengan penentuan beban kerja perawat dapat
diklasifikasikan, meliputi (1) klien dengan perawatan minimal, (2) klien dengan perawatan
parsial, dan (3) klien dengan perawatan total.
Klien dengan tingkat ketergantungan minimal, jika (1) kebersihan diri, mandi, ganti
pakaian dilakukan sendiri; (2) makan, minum dilakukan sendiri; (3) ambulasi dengan
pengawasan; (4) observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap pergantian dinas; (5) pengobatan
minimal, status psikologi stabil; dan (6) perawatan luka sederhana.
Klien dengan tingkat ketergantungan parsial, jika (1) kebersihan diri dibantu, makan dan
minum dibantu; (2) observasi vital sign tiap 4 jam; (3) ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari
sekali; (4) folley kateter, intake dan output dicatat; (5) klien terpasang infus; dan (6) perawatan
luka komplek.
Klasifikasi terakhir adalah klien dengan tingkat ketergantungan total, yaitu jika (1)
segalanya diberi bantuan; (2) posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam; (3)
makan memakai NGT; (4) pengobatan intravena per drip; (5) pemakaian suction; (6) gelisah,
disorientasi; dan (7) persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
sumber:
Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan, aplikasi dalam praktek keperawatan profesional.
Jakarta: Salemba Medika.
Gani, I. 2000. Hubungan antara beban kerja perawat dan kepuasan pasien.
http://irwandykapalawi.wordpress.com
C. Perhitungan Tenaga Perawat.
Didalam penerapan kebutuhan ketenagakerjaan harus diperhatikan adanya faktor yang terkait
beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
g. Pemberian cuti
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal, sebagai
berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
a.
Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai dengan jenis
penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan
pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan
dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja,
tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c.
Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay out keperawatan, fasilitas dan
jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau diagnostik, pelayanan
penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan
pengembangan.
2. Rumusan perhitungan tenaga perawat
a.
Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan bahwa perbandingan
jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan jumlah perawat adalah sebagai berikut :
Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat.
b. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun 1971 menyebutkan bahwa
:Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.
c.
Menggunakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga.
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas (1984, dalam
Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan
klien dengan menggunakan standar sebagai berikut :
a) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
makanan dan minum dilakukan sendiri
ambulasi dengan pengawasan
observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
minimal dengan status psikologi stabil
perawatan luka sederhana.
b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
ambulasi dibantu
pengobatan dengan injeksi
klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
semua kebutuhan klien dibantu
perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
makan dan minum melalui selang lambung
pengobatan intravena “perdrip”
dilakukan suction
gelisah / disorientasi
perawatan luka kompleks
D. Metode – metode Cara Perhitungan Ketenagakerjaan
Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode, antara lain yaitu
Metode Douglas
Metode Sistem Akuitas
Metode Gillies
Metode Swanburg
Penjelasan dari metode-metode cara perhitungan ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :
1) Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masingmasing
kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Jumla
h
Pasien
1
2
3
dst
Pagi
Minimal
Sore
Malam
Klasifikasi KLien
Parsial
Pagi
Sore
Malam
0,17
0,34
0,51
0,14
0,28
0,42
0,27
0,54
0,81
0,07
0,14
0,21
0,15
0,30
0,45
0,10
0,20
0,30
Pagi
Total
Sore
Malam
0,36
0,72
1,08
0,30
0,60
0,90
0,20
0,40
0,60
Contoh kasus
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang
dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal
Parsial
Pagi
0,17 x 3 = 0,51
0.27 x 8 = 2.16
Sore
0.14 x 3 = 0.42
0.15 x 8 = 1.2
Malam
0.07 x 3 = 0.21
0.10 x 8 = 0.8
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari
Total
0.36 x 6 = 2.16
0.3 x 6 = 1.8
0.2 x 6 = 1.2
Jumlah
4.83 (5) orang
3.42 (4) orang
2.21 (2) orang
11 Orang
2) Metode Sistem Akuitas
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift ¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
1. kelas I
= 3 orang x 2 jam/hari
2. kelas II
= 8 orang x 3 jam/hari
= 6 jam
= 24 jam
3. kelas III
= 4 orang x 4.5 jam/hari
= 18 jam
4. kelas IV
= 2 orang x 6 jam/hari
= 12 jam
Jumlah jam
-
: 60 jam
pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)
8 jam
-
Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )
8 jam
jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
3) Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan
adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan
rata rata
yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari
Jumlah hari/tahun
- hari libur
Masing2
jumlah
x hari/tahun
x jmlh jam kerja
tiap perawat
Perawat
jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
=
jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
=
jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1.
waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian
adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan partial (partial care ) =
¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif
(intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2. Waktu keperawatan tidak langsung
· menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
· menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien
4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata - rata
biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
5. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari
minggu/libur = 52 hari
( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur
maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti
tahunan = 8 hari).
7. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka
40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
8.
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk
antisipasi kekurangan /cadangan ).
9.
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh
1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
2.
Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan
ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
3.
Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam kerja
perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal
= 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial
= 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Ketergantungan total
= 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam
= 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang
Jadi,,
1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365
= 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7
2044
2. Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang /hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8 orang
4) Metode Swansburg
Contoh:
Pada
suatu
unit
dengan
24
tempat
tidur
dan
17
Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
klien
rata
rata
perhari
.
1) total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 =
12,143 ( 12 orang) perawat/hari
2) Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84
shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang (jumlah staf sama bekerja
setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift)
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan untuk
pembagian proporsi dinas dalam satu hari ¨ pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang
Pagi
: 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
Sore
: 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang