Pendisiplinan Shalat Fardlu pada Anak da

PENDISIPLINAN SOLAT FARDU PADA ANAK DALAM KELUARGA

Laporan Penelitian Individual

Oleh

DRS. H. ALI ROHMAD, M.Ag

NIP. 150 241 714

Dibiayai oleh Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) TULUNGAGUNG

2005M.

IDENTITAS DAN PENGESAHAN

A. JUDUL PENELITIAN

1. Judul Penelitian : Pendisiplinan Salat Fardu pada Anak dalam Keluarga.

2. Jenis Penelitian : Dasar

3. Kategori : Individual

B. PENELITI

1. Nama : Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. NIP. : 150 241 714

4. Pangkat dan Ruang : Pembina Tk I (IV/b)

5. Jabatan : Lektor Kepala

6. Jurusan : Tarbiyah

7. PTAI : STAIN Tulungagung

8. Bidang yang diteliti : Pendidikan

C. LOKASI PENELITIAN : Kepustakaan

D. JANGKA WAKTU PENELITIAN : Juli – Oktober 2005

Tulungagung, 1 Nopember 2005 Peneliti,

Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag NIP. 150 241 714

Mengetahui, Menyetujui, Kepala P3M Ketua STAIN Tulungagung

AHMAD TANZEH, M.Pd.I DRS. H. ACHMAD PATONI, M.Ag NIP. 150 291 743 NIP. 150 249 529

ABSTRAK

Ali Rohmad, 2005 M, Pendisiplinan Salat Fardu pada Anak dalam Keluarga, Laporan Penelitian, NIP. 150 241 714, Pangkat : Pembina Tk I, Ruang : IV/b, Jabatan : Lektor Kepala dalam mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan, Instansi : STAIN Tulungagung.

Kata kunci : pendisiplinan, salat fardu, anak, keluarga. Permasalahan penelitian : 1. Apa saja tugas perkembangan anak yang

harus diantisipasi perealisasiannya oleh orang tua ?. 2. Sampai di mana perkembangan kesadaran beragama anak yang harus disadari oleh orang tua ?. 3. Berapa batas usia yang dipandang tepat untuk memulai pendisiplinan salat fardu pada anak ?. 4. Apa saja perkara yang harus dipersiapkan oleh orang tua sebelum pendisiplinan salat fardu pada anak benar-benar diterapkan ?. 5. Bagaimana kiat orang tua dalam pendisiplinan salat fardu pada anak ?. 6. Bagaimana implikasi pendisiplinan salat fardu pada anak ?.

Metode Penelitian : 1. Pola penelitian : penelitian pendidikan, penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, penelitian kepustakaan, penelitian analisis isi. 2. Variabel : yang diposisikan sebagai variabel bebas adalah data (X), dan yang diposisikan sebagai variabel terikat adalah target (Y). 3. Data dan Sumbernya : data teoritis yang bersumber dari dokumen kajian ilmiah dan internet. 4. Metode Pengumpulan data : dokumentasi dengan resume cards. 5. Metode Analisis data : tipe analisis isi semantik attributions dengan aplikasi metode deduksi, induksi, dan komparasi.

Kesimpulan : 1. Tugas perkembangan anak yang harus diantisipasi perealisasiannya oleh orang tua, adalah kematangan fisik agar sanggup mematuhi tata tertib secara jasmaniah dengan mantap lagi thumakninah seperti gerakan dalam salat fardu; kematangan intelektual agar sanggup menerima pembelajaran akademik secara sistematis, terus menerus berkelanjutan, dan menyimpannya dalam memori akal yang kemudian dapat mengingat kembali; kematangan akhlaq/moral agar sanggup menerima pembelajaran akhlaq secara sistematis sekaligus mengaktualisasikannya seperti pendisiplinan salat fardu sebagai bagian dari akhlaq kepada Allah swt; kematangan sosial agar sanggup menyesuaikan diri dengan masyarakat yang pluralistik. Ini semua menuntut pembinaan secara terencana, intensif, tepat waktu supaya selaras dengan pertambahan usia dalam diri anak terjadi perkembangan positif yang terintegratif lagi komprehensif antara Intelectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ) untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi tugas-tugas perkembangan yang lebih kompleks di masa puber pertama. 2. Perkembangan kesadaran beragama anak yang harus disadari oleh orang tua, adalah penghayatan ketuhanan lebih bersifat afektif, emosional dan egosentris, atas dasar observasi dia menerima kesadaran beragama para pendidiknya, Tuhan dia anggap sebagai pengasih dan Kesimpulan : 1. Tugas perkembangan anak yang harus diantisipasi perealisasiannya oleh orang tua, adalah kematangan fisik agar sanggup mematuhi tata tertib secara jasmaniah dengan mantap lagi thumakninah seperti gerakan dalam salat fardu; kematangan intelektual agar sanggup menerima pembelajaran akademik secara sistematis, terus menerus berkelanjutan, dan menyimpannya dalam memori akal yang kemudian dapat mengingat kembali; kematangan akhlaq/moral agar sanggup menerima pembelajaran akhlaq secara sistematis sekaligus mengaktualisasikannya seperti pendisiplinan salat fardu sebagai bagian dari akhlaq kepada Allah swt; kematangan sosial agar sanggup menyesuaikan diri dengan masyarakat yang pluralistik. Ini semua menuntut pembinaan secara terencana, intensif, tepat waktu supaya selaras dengan pertambahan usia dalam diri anak terjadi perkembangan positif yang terintegratif lagi komprehensif antara Intelectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ) untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi tugas-tugas perkembangan yang lebih kompleks di masa puber pertama. 2. Perkembangan kesadaran beragama anak yang harus disadari oleh orang tua, adalah penghayatan ketuhanan lebih bersifat afektif, emosional dan egosentris, atas dasar observasi dia menerima kesadaran beragama para pendidiknya, Tuhan dia anggap sebagai pengasih dan

4. Perkara yang harus dipersiapkan oleh orang tua sebelum pendisiplinan salat fardu pada anak benar-benar diterapkan, adalah relatif banyak seperti terhitung sejak setelah akad nikah sampai kematian menjemput, suami istri bersepakat untuk komitmen mendirikan salat fardu secara berjama’ah dan ketika telah dikaruniai anak harus diupayakan sehari-hari anak dapat disanding agar mengobservasi ayah dan ibunya yang tengah mendirikan salat fardu secara berjama’ah kecuali anak sedang tidur; ketika anak yang dikaruniakan mulai dapat diajak berkomunikasi sejak masa balita, orang tua harus mengenalkan kepada anak akan benda-benda najis yang sehari-hari lazim dijumpai anak dengan menyebut secara lisan nama-nama benda serta memberi label najis; ketika anak yang dikaruniakan dirasa dapat diajak berkomunikasi sejak masa balita, orang tua harus mengenalkan kepada anak akan tata cara berthaharah seperti memberi tuntunan buang air kecil sekaligus memberi kesempatan pada anak untuk mengobservasi cara mensucikan qubul dan kaki anak serta WC dari air kencing pakai air yang suci lagi mensucikan yang disertai penjelasan secara sederhana; mengenalkan bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan dalam salat fardu pada anak untuk dihafalkan; menyediakan peralatan salat khusus untuk anak. 5. Kiat orang tua dalam pendisiplinan salat fardu pada anak, adalah bermacam-macam seperti memberi keteladanan mendirikan salat fardu, memerintah anak secara lisan untuk mendirikan salat fardu yang dapat direalisasikan melalui perintah, ajakan, pengawasan; memberi penghargaan bila anak mendirikan salat fardu yang dapat diaplikasikan melalui pemberian pujian, pemberian hadiah, penuturan pada orang lain; memberi hukuman bila anak enggan mendirikan salat fardu yang dapat direalisasikan melalui hukuman fisik, hukuman psikis, dan hukuman sosial yang dijatuhkan atas dasar kasih sayang lagi tegas; menghindari kesalahan dalam mendisiplinkan salat fardu pada anak semisal ucapan orang tua tidak sesuai dengan perbuatannya, perselisihan antar orang tua (suami istri) mengenai cara,

mengabaikan pendisiplinan salat fardu pada anak, menjatuhkan hukuman pada anak secara berlebihan melampaui batas toleransi yang ditetapkan dalam Hak Azasi Manusia (HAM), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dan Undang-Undang mengenai perlindungan anak . 6. Implikasi pendisiplinan salat fardu pada anak, adalah amat signifikan bagi diri anak, bagi orang tuanya, bagi masyarakat dan bangsanya baik masa kini maupun masa mendatang. Anak dilatih mengingat Allah swt dalam waktu-waktu yang berurutan pagi, siang, sore, petang, dan malam hari sekaligus mewujudkan rasa syukur padaNya. Anak dilatih menjalin hubungan dan komunikasi dengan Allah swt secara lebih dekat lagi kontinyu, ini dapat menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab dalam pengawasanNya yang memunculkan sifat jujur dan amanah yang amat diperlukan bagi masa depan kehidupan individu, masyarakat, bangsa, dan negara. Anak dilatih memperkokoh diri dengan kekuatan rohani (keimanan) yang berperan amat penting dalam menghadapi pengaruh negatif di kemudian hari. Anak dilatih menjadi penegak agama selaku generasi penerus yang baik lagi pilihan yang dipersiapkan untuk berfikir merdeka, kreatif, cerdas, kerja keras, memiliki visi, misi, integritas spiritual/moral, dan daya tahan. Secara psikis, anak dilatih memusatkan perhatian dan konsentrasi berdialog denganNya secara terbuka memohon ampunan atas segala dosa dan memohon kebahagiaan dunia akhirat. Anak dibekali konsentrasi yang amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengerjakan apa saja. Secara fisik, anak dilatih cinta kebersihan dan kesucian badan, pakaian, tempat sujud dari kotoran dan najis, juga cinta gerak badan, ini menjadi signifikan untuk membangun kesehatan yang menjadi sumber segala kesejahteraan dan keselamatan masyarakat. Secara sosiologis, mendirikan salat fardu secara berjama’ah jelas melatih anak hidup bermasyarakat dan mempersiap- kan anak menjalani kehidupan kelak di masa dewasa yang demokratis, tanpa diskriminasi atas dasar keturunan, kekayaan, kedudukan, kepangkatan, jabatan, warna kulit, dan lain-lain.

- HAR -

KATA PENGANTAR

Hanya berkat limpahan kasih sayang Allah swt semata, pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan penelitian berdasarkan Keputusan Ketua STAIN Tulungagung nomor : Sti.32.1/TL.01/25/K/2005 tanggal 5 Juli 2005 (foto copy terlampir) dengan tema ”Pendisiplinan Salat Fardu pada Anak dalam Keluarga” ini dapat peneliti selesaikan.

Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah swt limpahkan kepada nabi Muhammad beserta segenap keluarganya, segenap sahabatnya, dan setiap orang yang mengikuti jejaknya.

Terhadap semua pihak yang telah membantu realisasi penelitian dan penulisan laporan penelitian ini, peneliti sampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama kepada :

1. Bapak Drs. H. Achmad Patoni, M.Ag selaku ketua STAIN Tulungagung yang secara intensif membina karier peneliti sebagai dosen tetap di sana, sekaligus telah menyiapkan dana bagi peneliti melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2005 M guna realisasi penelitian beserta hal-hal yang terkait.

2. Bapak Prof. Dr. H. Mujamil Qomar, MA selaku pembantu ketua bidang akademik STAIN Tulungagung sekaligus selaku ketua tim penilai/seleksi proposal penelitian oleh dosen beserta seluruh anggota tim yang telah bekerja keras secara obyektif memberikan penilaian seluruh proposal penelitian dan 2. Bapak Prof. Dr. H. Mujamil Qomar, MA selaku pembantu ketua bidang akademik STAIN Tulungagung sekaligus selaku ketua tim penilai/seleksi proposal penelitian oleh dosen beserta seluruh anggota tim yang telah bekerja keras secara obyektif memberikan penilaian seluruh proposal penelitian dan

3. Bapak Ahmad Tanzeh, M.PdI selaku kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STAIN Tulungagung yang telah mensuport realisasi seminar proposal penelitian dan seminar laporan penelitian untuk memperoleh kritik dan saran penyempurnaan sebelum digandakan dan dijilidkan.

4. Ibu Dra. Hj. Siti Aminah, M.Pd selaku pustakawan dan bapak Muh. Ridho, MA serta bapak Nurul Amin, MA selaku staf perpustakaan STAIN Tulungagung yang telah dengan suka rela membantu memilihkan bahan-bahan pustaka untuk peneliti.

5. Hj. Nanik Nuroh Rahmawati, isteri peneliti yang senantiasa penuh dengan kesabaran memberikan dorongan moril demi kelancaran realisasi penelitian dan penulisan laporan penelitian ini dan terkadang terlibat dalam penyusunan data mentah (resume cards) serta penyeleksian dan pemberian kode data.

6. Fina Kholij Zukhrufin ♀, Ahmad Kanzu Syauqi Firdaus ♂, Arina Widda Faradis ♀, anak-anak peneliti yang senantiasa belajar meningkatkan mutu iman dan taqwa di hadapan Allah swt serta mutu birrul-walidain.

7. Segenap kolega di STAIN Tulungagung yang terlibat dalam seminar proposal penelitian dan seminar laporan penelitian yang peneliti sajikan. Yang perlu dimaklumi, bahwa atas dasar keterbatasan penguasaan pelbagai disiplin ilmu pengetahuan yang terkait dengan tema penelitian, maka 7. Segenap kolega di STAIN Tulungagung yang terlibat dalam seminar proposal penelitian dan seminar laporan penelitian yang peneliti sajikan. Yang perlu dimaklumi, bahwa atas dasar keterbatasan penguasaan pelbagai disiplin ilmu pengetahuan yang terkait dengan tema penelitian, maka

Akhirnya, hanya kepada Allah swt peneliti berdo’a : semoga semua pihak yang membantu realisasi penelitian dan penulisan laporan penelitian ini senantiasa dibimbing ke jalan yang diridlaiNya, dan semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak yang membacanya. Amin.

Tulungagung, 17 Oktober 2005 Peneliti,

DRS. H. ALI ROHMAD, M.Ag

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam, setiap orang tua (ayah dan ibu) dituntut untuk

mendidikkan salat lima waktu kepada setiap anaknya. 1 Mengindahkan tuntutan ini, berarti orang tua memperjuangkan anaknya ketika dewasa

kelak menjadi penegak agama; dan mengabaikan tuntutan ini, berarti orang tua membiarkan anaknya ketika dewasa kelak menjadi peroboh

agama (kafir). 2 Bahkan dalam jangka pendek, keteledoran orang tua terhadap tuntutan ini dapat menjadi sebab kethalihan anak seperti yang

dinyatakan oleh Abdullah Nasih Ulwan bahwa : ”Di antara faktor yang banyak berpengaruh bagi timbulnya kenakalan anak, rusaknya akhlak dan hilangnya kepribadian mereka adalah keteledoran orang tua dalam

memperbaiki diri anak, mengarahkan dan mendidiknya”. 3 Agar tuntutan ini, secara edukatif, dapat direalisasikan dengan penuh kesungguhan lagi penuh tanggung jawab di hadapan Allah swt sesuai dengan taraf perkembangan anak dan perubahan keadaan zaman, maka setiap orang tua harus mampu menemukan kiat dan taktik yang pas dan jitu untuk pendisiplinan salat fardu terhadap anak.

1 Perhatikan sabda nabi saw : . ( دواد ﻮﺑأ هاور ) ﻊﺟﺎﻀﻤﻟا ﻰﻓ ﻢﮭﻨﯿﺑ اﻮﻗ ّﺮﻓو ﺮﺸﻋ ءﺎﻨﺑا ﻢھو ﺎﮭﯿﻠﻋ ﻢھاﻮﺑﺮﺿاو ﻦﯿﻨﺳ ﻊﺒﺳ ءﺎﻨﺑأ ﻢھو ةﻼﺼﻟاﺎﺑ ﻢﻛ د ﻻوأ اوﺮﻣ

3 Perhatikan sabda nabi saw : ( دوادﻮﺑأ هاور ) ةﻼﺼﻟا كﺮﺗ ﺮﻔﻜﻟا ﻦﯿﺑو ﻞﺟﺮﻟا ﻦﯿﺑ Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, vol. 1, 2 nd

ed, terjem. Jamaludin Miri, Pustaka Amani, Jakarta, 1999, hal. 145.

Realitas dalam kehidupan sehari-hari memperlihatkan, bahwa tidak setiap orang tua mampu mendapatkan kiat dan taktik pendisiplinan salat fardu terhadap anak yang sesuai dengan kondisi perkembangan anak dan perubahan zaman. Wajar jika kemudian dalam pendisiplinan salat fardu itu orang tua menemui hambatan dan merasa kurang direspon oleh anak, bahkan mungkin terlihat disepelekan lagi dianggap kolot lagi kuno. Padahal masa anak-anak merupakan kesempatan paling tepat untuk mendidikkan berbagai perilaku keagamaan, termasuk pendisiplinan salat fardu, lebih-lebih apabila diterapkan kiat dan taktik yang jitu. Terasa tepat jika Zakiah Daradjat berpendapat bahwa :

Apabila latihan-latihan agama dilalaikan di waktu kecil atau diberikan dengan cara yang kaku, salah atau tidak cocok dengan anak, maka waktu dewasa nanti ia akan cenderung kepada atheis atau kurang peduli terhadap agama atau kurang merasakan pentingnya agama bagi dirinya. Dan sebaliknya, semakin banyak anak mendapat latihan-latihan keagamaan waktu kecil, sewaktu dewasa nanti akan semakin terasa kebutuhannya kepada agama. 4

Paparan di atas memperlihatkan kesenjangan antara kondisi ideal dengan realita dalam merealisasikan tuntutan menemukan kiat dan taktik pendisiplinan salat fardu pada anak. Ada orang tua yang dapat merealisasikan dengan baik, dan masih ada orang tua yang belum mampu merealisasikannya. Keadaan ini tampak unik lagi menarik apabila diteliti lebih lanjut, karena pada satu sisi penemuan kiat dan taktik pendisiplinan salat fardu terhadap anak tersebut merupakan suatu keniscayaan bagi setiap orang tua yang lazim mendambakan anak shalih, dan pada sisi yang

4 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1984, hal. 41.

lain penerapan kiat dan taktik pendisiplinan salat fardu terhadap anak tersebut sangat menentukan bagi perekayasaan generasi muslim untuk melanjutkan perjuangan mewujudkan cita-cita kehidupan beragama dan berbangsa di masa mendatang.

Pemikiran tersebut, secara akademis, menjadi pendorong bagi peneliti untuk mengadakan penelitian secara lebih jauh mendalam yang hasilnya dituangkan dalam laporan penelitian dengan tema : Pendisiplinan Salat Fardu pada Anak dalam Keluarga.

B. Pembeberan Masalah

1. Identifikasi Masalah Sebagai permasalahan umum, tema penelitian di atas apabila dicermati dengan seksama, maka dapat dikenali dan diidentifikasi sub masalah yang relatif banyak seperti di bawah ini.

a. Cita-cita orang tua.

b. Cita-cita anak.

c. Tanda-tanda penting masa anak-anak.

d. Tugas perkembangan anak yang harus diantisipasi perealisasiannya oleh orang tua.

e. Perkembangan kesadaran beragama anak yang harus disadari oleh orang tua.

f. Batas usia yang dipandang tepat untuk memulai pendisiplinan salat fardu pada anak.

g. Perkara yang harus dipersiapkan oleh orang tua sebelum pendisiplinan salat fardu pada anak benar-benar diterapkan.

h. Kiat orang tua dalam pendisiplinan salat fardu pada anak.

i. Implikasi pendisiplinan salat fardu pada anak.

2. Pembatasan Masalah Agar secara akademik terjadi pembahasan yang intensif lagi mendalam, maka terhadap sekian sub masalah yang dikenali dan diidentifikasi di atas perlu dipilih dan dibatasi menjadi enam sub masalah yang selanjutnya dijadikan sebagai masalah utama yang nyata-nyata diteliti lebih lanjut melalui penelusuran data literer pada pelbagai sumber dan penelusuran dunia maya internet. Keenam masalah utama itu dirumuskan seperti di bawah ini.

a. Tugas perkembangan anak yang harus diantisipasi perealisasiannya oleh orang tua.

b. Perkembangan kesadaran beragama anak yang harus disadari oleh orang tua.

c. Batas usia yang dipandang tepat untuk memulai pendisiplinan salat fardu pada anak.

d. Perkara yang harus dipersiapkan oleh orang tua sebelum pendisiplinan salat fardu pada anak benar-benar diterapkan.

e. Kiat orang tua dalam pendisiplinan salat fardu pada anak.

f. Implikasi pendisiplinan salat fardu pada anak.

3. Rumusan Masalah Dalam rangka memenuhi ketentuan inklusi-eksklusi yang mampu memberi arahan secara jelas lagi tepat ketika pengumpulan dan reduksi datum untuk kemudian dianalisis dan hasilnya dituangkan ke dalam laporan penelitian; maka berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat disusun rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut dalam bentuk kalimat interogratif seperti di bawah ini.

a. Apa saja tugas perkembangan anak yang harus diantisipasi perealisasiannya oleh orang tua ?.

b. Sampai di mana perkembangan kesadaran beragama anak yang harus disadari oleh orang tua ?.

c. Berapa batas usia yang dipandang tepat untuk memulai pendisiplinan salat fardu pada anak ?.

d. Apa saja perkara yang harus dipersiapkan oleh orang tua sebelum pendisiplinan salat fardu pada anak benar-benar diterapkan ?.

e. Bagaimana kiat orang tua dalam pendisiplinan salat fardu pada anak ?.

f. Bagaimana implikasi pendisiplinan salat fardu pada anak ?.

C. Tujuan Penelitian Berpijak pada rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini dapat dikemukakan dengan redaksi yang sederhana tetapi secara metodologis dapat diukur seperti di bawah ini.

1. Untuk mengetahui tugas perkembangan anak yang harus diantisipasi perealisasiannya oleh orang tua.

2. Untuk mengetahui perkembangan kesadaran beragama anak yang harus disadari oleh orang tua.

3. Untuk mengetahui batas usia yang dipandang tepat untuk memulai pendisiplinan salat fardu pada anak.

4. Untuk mengetahui perkara yang harus dipersiapkan oleh orang tua sebelum pendisiplinan salat fardu pada anak benar-benar diterapkan.

5. Untuk mengetahui kiat orang tua dalam pendisiplinan salat fardu pada anak.

6. Untuk mengetahui implikasi pendisiplinkan salat fardu pada anak.

D. Kegunaan Hasil Penelitian Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmiah, terutama yang berkenaan dengan pendisiplinan salat fardu pada anak dalam keluarga.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para orang tua, tokoh masyarakat, ahli pendidikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan metode, strategi, kiat yang lebih tepat dalam mendisiplinkan salat fardu pada anak agar dapat tumbuh berkembang menjadi sumber daya manusia yang secara Islamiy berkualitas dan generasi penerus yang kredibel lagi akontabel bagi cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia; dapat dimanfaatkan oleh pemerintah cq

Departemen Pendidikan Nasional beserta jajaran terkait selaku penanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan sebagai bahan penambah informasi untuk memperbarui kebijakan nasional mengenai kurikulum pendidikan dasar terutama pada bidang studi pendidikan agama agar makin realistis merekayasa para siswa menjadi lulusan yang komitmen dengan sila pertama dari Pancasila lagi yang secara integral benar-benar memiliki kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan lain- lain yang sesuai untuk menyongsong kehidupan masa depan mereka yang cenderung tampak sarat dengan tantangan dan persoalan; dapat dimanfaatkan oleh para praktisi pendidikan seperti guru, dosen, tutor, ustaz dan lain-lain sebagai bahan penambah informasi untuk menentukan sikap yang lebih tepat guna mendisiplinkan salat fardu pada anak dalam perubahan kondisi zaman yang makin cepat lagi tampak tanpa arah yang pasti; dan dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain di masa datang sebagai penambah informasi untuk menyusun rancangan penelitian lanjutan yang relevan dengan menerapkan pendekatan, metode, dan strategi yang variatif.

E. Penegasan Istilah Agar sejak awal para pembaca dapat secara jelas lagi tegas memperoleh kesamaan pemahaman mengenai konsep yang terkandung dalam tema penelitian beserta konstruk yang diselidiki, sehingga di antara pembaca tidak ada yang memberikan asosiasi arti yang berbeda E. Penegasan Istilah Agar sejak awal para pembaca dapat secara jelas lagi tegas memperoleh kesamaan pemahaman mengenai konsep yang terkandung dalam tema penelitian beserta konstruk yang diselidiki, sehingga di antara pembaca tidak ada yang memberikan asosiasi arti yang berbeda

yang menjadi kata kunci dari tema penelitian seperti di bawah ini.

Secara konseptual, yang peneliti maksud dengan pendisiplinan salat fardu pada anak dalam keluarga, adalah kiat yang dapat ditempuh oleh orang tua agar anaknya taat mendirikan shalat lima waktu di

lingkungan rumah tangga. 6 Secara operasional, yang peneliti maksud dengan pendisiplinan

salat fardu pada anak dalam keluarga, adalah kajian literer untuk menemukan kiat yang dapat ditempuh oleh orang orang tua (ayah dan ibu) dalam membimbing anaknya di antara usia 6-11 tahun (anak usia sekolah) agar taat mendirikan shalat lima waktu terutama ketika mereka sedang berada di rumah.

- HAR -

ed, terjem. Amiluddin Tuwu, UI-Press, Jakartata, 1993, hal. 18-19.

5 Vide, Sevilla, et.al, Pengantar Metode Penelitian, 1 st

6 Penegasan istilah secara konseptual tersebut disarikan dari Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

ed.2, cet.4, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hal. 237, 274, 471, 499, 904, 944.

BAB II METODE PENELITIAN

A. Pola Penelitian Ditinjau dari segi disiplin ilmu, penelitian ini dapat dimasukkan dalam

pola penelitian pendidikan, yaitu penelitian berkenaan dengan jenis spesifikasi dan interest peneliti. 1 Yang menjadi pusat perhatian penelitian ini adalah

bidang ilmu pendidikan. Ini dapat diperhatikan dari tema sentral ”pendisiplinan salat fardu pada anak dalam keluarga”. Tentu saja dilengkapi oleh kehadiran sosiologi, psikologi, dan disiplin ilmu lain yang lazim diposisikan sebagai bagian dari pendukung bidang ilmu pendidikan.

Ditinjau dari segi tujuan, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian eksploratif. Dalam pandangan Hermawan Wasito, yang dimaksud dengan penelitian eksploratif adalah ”penelitian yang bertujuan menemukan

masalah-masalah baru”. 2 Dalam pengertian, penelitian ini berpijak pada landasan teori mengenai macam-macam tugas perkembangan anak, perkembangan kesadaran beragama anak, batas usia anak yang dipandang tepat untuk memulai pendisiplinan salat fardu; kemudian mencari masalah baru mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan oleh orang tua sebelum pendisiplinan salat fardu benar-benar dimulai, kiat orang tua dalam pendislinan salat fardu pada anak, dan implikasi pendisiplinan salat fardu pada

1 Vide, Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 8 th ed, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal. 9. 2

Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hal. 11.

anak baik untuk masa sekarang maupun untuk masa mendatang dalam perspektif anak beserta lingkungan rumahnya.

Ditinjau dari sudut cara dan taraf pembahasan masalah, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola deskriptif. Dalam pandangan Hermawan Wasito, yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah ”penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana

adanya, sehingga hanya merupakan pengungkapan fakta”. 3 Tujuan penelitian deskriptif menurut Muhammad Nazir, adalah ”untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”. 4

Ditinjau dari sudut tempat aktivitas penyelidikan, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian kepustakaan, 5 yang kegiatannya dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan rumusan masalah yang ditetapkan dengan bantuan bermacam-macam literatur di perpustakaan seperti buku bacaan ilmiah; baik literatur yang menjadi milik pribadi peneliti maupun milik perpustakaan STAIN Tulungagung, juga literatur yang diakses melalui internet. Ini dalam lingkungan Universitas Negeri Malang dinamai dengan penelitian pustaka, yaitu :

… telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari

4 Ibid, hal. 10. Muhammad Nazir, Metode Penelitian, 3 rd ed, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal.

63. 5 Vide, Suharsimi Arikunto, op.cit, hal. 10.

berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlakukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada, sehingga kerangka teori baru dapat

dikembangkan atau sebagai dasar pemecahan masalah. 6 Ditinjau dari sudut prosedur pengumpulan, penyajian, dan penganalisis-

an data, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian ”analisis isi, content analisys, analisis dokumen, penelitian literer”.Analisis isi oleh Klaus Krippendorff didefinisikan sebagai ”suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan

memperhatikan konteksnya”. 7

B. Variabel Yang dimaksud dengan variabel menurut Suharsimi Arikunto, adalah

”hal-hal yang ditatap (dijinggleng – Jawa) dalam suatu kegiatan penelitian (points to noticed)”. 8 Dalam bagian lain, Suharsimi Arikunto menyatakan, bahwa ”variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian atau penelitian”. 9

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua macam. Variabel pertama adalah data (resume cards) dari membaca dokumen ilmiah (literatur dan internet) yang diposisikan sebagai variabel bebas dan variabel kedua adalah target (rumusan masalah) yang diposisikan sebagai

6 Tim, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 4 th ed, Biro Administrasi Akademik Perencanaan dan Sistem Informasi, Universitas Negeri Malang, 2000, hal. 2.

ed, terjem. Farid Wajidi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 15. 8 Suharsimi Arikunto, loc.cit.

7 Klaus Krippendorff, Analisis Isi, Pengantar Teori dan Metodologi, 2 nd

9 Ibid, hal. 91.

variabel terikat. 10 Sebagai stimulus atau sarana tanda bagi peneliti untuk mengembangkan pemikiran mengenai target yang harus dikaitkan dengan konteksnya; maka data secara nyata menjadi tempat bergantung untuk dapat menguraikan rumusan masalah sebagai produk penelitian.

C. Data dan Sumbernya Yang dimaksud dengan data menurut Suharsimi Arikunto, adalah ”hasil

pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka”. 11 Data yang harus dicari oleh peneliti adalah yang berkaitan dengan rumusan masalah. Apabila

diperhatikan dari segi tempat asalnya, maka data yang harus dikumpulkan oleh peneliti adalah berupa data teoritis.

Yang dimaksud dengan sumber data menurut Suharsimi Arikunto, adalah ”subyek dari mana data dapat diperoleh”. 12 Apabila dilihat dari segi wujud konkritnya, maka sumber data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumber data insani dan non-insani. Sumber data insani lazim disebut dengan subyek, responden, dan informan. Sumber data non-insani lazim disebut dengan dokumen, dan benda-benda yang lain.

Sesuai dengan pola penelitian dengan tinjauan dari sudut tempat aktivitas penyelidikan, maka yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber data non-insani yang berupa dokumen bidang kajian pustaka seperti buku- buku bacaan ilmiah, majalah ilmiah, jurnal ilmiah, koran, situs internet, CD- ROM dan lain-lain yang relevan dengan rumusan masalah. Ini diperkuat oleh

11 Ibid, hal. 91. Vide, Klaus Krippendorff, op.cit, hal. 26. 12 Ibid, hal. 102.

pandangan Suharsimi Arikunto, bahwa ”apabila peneliti menggunakan dokumentasi (dalam pengumpulan data = pen.), maka dokumen atau

catatanlah yang menjadi sumber data, …”. 13 Sementara itu, dalam pandangan Lexy Moleong, yang dimaksud dengan

dokumen, adalah setiap bahan tertulis atau film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyelidik. 14

Di lain pihak, Klaus Krippendroff berpandangan bahwa ”pemeliharaan dokumen-dokumen historis bersifat selektif, … dan apa yang dicetak sebagai berita adalah hasil selektif dari rentang kemungkinan-kemungkinan yang luas. Selektifitas jenis ini mengindikasikan proses sampling yang berasal dari

sumber”. 15 Sejalan dengan pandangan ini, peneliti berusaha menyeleksi sejumlah dokumen kajian ilmiah yang dipandang memuat datum terkait

dengan sekian rumusan masalah.

D. Kerangka Pemikiran Secara rasional, seorang muslim akan dapat mendirikan salat fardu

dengan baik lagi benar mentaati ketentuan yang ditetapkan dengan sepenuh hati merasai kekhusyu’an dan kekhudu’an; apabila telah memperoleh binaan dan pelatihan yang memadai melalui pendisiplinan salat fardu dalam jangka waktu yang relatif panjang sejak usia dini yang dilanjutkan pada masa pra- sekolah, masa sekolah, masa remaja, masa dewasa bahkan masa tua.

14 Ibid. Vide, Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 13 th ed, PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung, 2000, hal. 16. 15 Klaus Krippendorff, op.cit, hal. 280.

Secara psikis, manusia akan gemar melakukan suatu perbuatan, apabila karakteristik perbuatan itu telah benar-benar dikenal, dipahami, dibutuhkan, dilatihkan, dibiasakan dengan penuh kedisiplinan yang barangkali saja pada tahap awalnya untuk sementara waktu dirasakan sebagai paksanaan. Dengan ini, maka perintah nabi saw mengenai pendisiplinan salat fardu pada anak adalah amat relevan dan memang tidak dapat ditawar atau ditunda-tunda pengaktualisasiannya sekalipun semisal dengan dalih orang tua merasa kasihan pada anak yang secara fiqh belum wajib mendirikan salat fardu atau dalih lain orang tua sibuk bekerja sepanjang hari mulai pagi sampai petang.

Secara sosiologis, diakui bahwa peradaban manusia dewasa ini telah memasuki era globalisasi yang ditandai oleh pemanfaatan dunia tanpa batas teritorial untuk mengkomunikasikan segala produk budaya seluruh bangsa sehingga cenderung memunculkan segala fenomena positif dan negatif bagi kelanjutan aspek-aspek pandangan hidup (way of life) masing-masing bangsa. Penganut materialisme dengan pelbagai cabangnya untuk sementara waktu tampak menjadi skenario, sutradara, produser, dan pemain budaya seluruh bangsa. Sementara itu penganut suatu agama semisal umat Islam tampak lebih dominan menjadi penonton, pengekor dan konsumen. Dalam internal umat beragama, semisal umat Islam, telah terdapat fenomena pendangkalan aqidah, ibadah, dan akhlaq karimah. Fenomena negatif dalam internal umat Islam ini tidak akan pernah mencuat; manakala mereka terlatih komitmen dengan salat fardu sejak usia dini.

Secara edukatif, diakui bahwa selaku pendidik pertama lagi utama bagi anak dalam kehidupan rumah tangga, orang tua (ayah dan ibu) dituntut mampu mengemban tugas mendidik anaknya sejak usia dini. Dalam mendidikkan nilai-nilai keimanan, peribadatan, dan akhlaq; Islam telah memberi pedoman yang meyakinkan bagi setiap orang tua. Berkaitan dengan posisi tersebut, realitas tugas yang wajib diemban oleh setiap orang tua adalah memahamkan dan menginternalisasikan serta mendisiplinkan ajaran Islam pada anaknya, termasuk mendisiplinkan salat fardu yang dapat dijadikan sebagai pilar utama dalam memperjuangkan perwujudan kesalihan anak. Pendisiplinan salat fardu pada anak akan dapat berlangsung dengan makin baik, manakala orang tua mampu mengembangkan kiat dan taktik yang tepat sesuai dengan karakteristik anak juga aneka tugas perkembangan anak beserta perubahan zaman yang kini telah memasuki era globalisasi.

E. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data (resume cards) yang sebanyak-banyaknya

berkaitan dengan enam rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka diterapkan metode dokumentasi. Dalam pandangan Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah ”… mencari data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. 16

16 Suharsimi Arikunto, op.cit, hal. 200. Vide, Masykur Bakri, ed, Metodologi Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan Praktis, 2 nd

ed, Visipress Offset, Surabaya, 2003, hal. 113.

Peneliti mencari dan mengumpulkan data yang relevan dengan rumusan masalah melalui pemanfaatan sumber data non-insani yang berwujud dokumen yang terdiri dari buku-buku bacaan ilmiah, jurnal ilmiah, majalah ilmiah, dan koran yang dipinjam dari perpustakaan STAIN Tulungagung atau yang dicari dari perpustakaan pribadi peneliti dan dari situs internet yang dicopy ke dalam komputer program Word untuk kemudian diprint. Sejumlah dokumen yang berhasil peneliti kumpulkan adalah diposisikan sebagai populasi. Lebih lanjut, peneliti membaca sejumlah dokumen kajian ilmiah, kemudian dari sana peneliti membuat cuplikan catatan-catatan yang berupa pendapat para pakar ke dalam kartu-kartu resume (resume-cards) sebagai data mentah untuk dijadikan bahan kajian yang dianalisis selama penulisan laporan penelitian. Realitas pengumpulan data dari sejumlah dokumen kajian ilmiah seperti ini berarti menerapkan sebagian dari metode non-interaktif.

Penulisan nukilan pendapat para pakar dari sejumlah dokumen kajian ilmiah ke dalam kartu-kartu resume yang dilakukan oleh peneliti itu merupakan penerapan sampling yang menghasilkan sampel berupa cuplikan data yang dianggap saling terpisah antara satu dengan yang lain tetapi dianggap mewakili informasi terkait dengan rumusan masalah untuk kemudian dianalisis dan diarahkan pada generalisasi teoritis.

F. Metode Analisis Data Yang dimaksud dengan analisis data menurut Moleong, adalah ”proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan

Sementara itu, Miles dan Huberman menjelaskan, bahwa analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu : reduksi

data, penyajian data, penarikan kesimpulan. 18 Dalam praktek, peneliti melacak data mentah yang terdiri dari catatan-

catatan yang berupa pendapat para pakar sebagai ringkasan dari aktivitas membaca dokumen kajian ilmiah, mengorganisasikannya ke dalam satuan- satuan tertentu sejalan dengan urutan rumusan masalah; sehingga pekerjaan analisis data ini sebenarnya bergerak dari pembuatan data mentah sampai dengan menjadi produk penelitian yang disajikan ke dalam laporan penelitian ini.

Tipe teknik analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini lebih dekat dengan analisis isi semantik yang diarahkan pada analisis pensifatan (attribu- tions). 19 Ini diterapkan untuk menggambarkan keadaan psikis, sosiologis, dan edukatif masa anak sekaligus merepliksikan berbagai sikap, kepentingan, dan pola-pola kulturalnya sebagai pijakan mengembangkan wawasan mengenai kiat pendisiplinan salat pada anak beserta implikasinya bagi masa depan anak menjalani kehidupan yang terasa makin sarat dengan tantangan dan problema di era globalisasi.

18 Moleng, op.cit, hal. 103. Vide, Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, terjem. Tjetjep Rohendi, UI-

Press, Jakarta, 1992, hal. 15. 19 Vide, Klaus Krippendorff, op.cit, hal. 36.

Untuk penganalisisan data mentah setelah direduksi sampai dengan menjadi produk penelitian yang disajikan ke dalam laporan penelitian ini, peneliti berusaha menerapkan tiga macam metode analisis data seperti di bawah ini.

1. Metode deduksi Yang dimaksud dengan metode deduksi dalam pandangan Winardi, adalah ”… proses penguraian dari hal-hal yang bersifat umum (GENARAL) ke hal-hal khusus (PARTICULAR), dari hal-hal yang universil ke hal-hal individuil, dari premis-premis tertentu ke kesimpulan-

kesimpulan berdasarkannya”. 20 Sementara itu, dalam pandangan Sutrisno Hadi, ”dengan deduktif

berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum, dan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum itu kita hendak menilai sesuatu kejadian yang khusus”. 21

Berpijak pada batasan deduksi yang dipaparkan oleh dua pakar di atas, maka penerapan metode deduksi dalam laporan penelitian ini, pertama- tama dimulai dengan dalil (pendapat, teori) yang kemudian diikuti oleh uraian dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Dalam laporan penelitian ini, aplikasi metode deduksi yang menonjol untuk menganalisis data dapat disimak pada bab pertama pendahuluan dan bab kedua metode penelitian.

20 Winardi, Pengantar Metodologi Research, Alumni, Bandung, 1979, hal. 94-95. 21 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, vol. 1, Andi Offset, Yogyakarta, 1993, hal. 42.

2. Metode induksi Yang dimaksud dengan metode induksi dalam pandangan Winardi, adalah ”… suatu proses penguraian dari kasus-kasus khusus hingga suatu kelompok kasus secara keseluruhan, dari fakta-fakta konkrit hingga hal- hal yang bersifat umum (GENERALITIES), dari situasi-situasi individuil

ke situasi universil …”. 22 Sementara itu Sutrisno Hadi berpandangan, bahwa ”berfikir induktif

berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus dan konkrit itu

ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum”. 23 Berpijak pada batasan induksi di atas, maka penerapan metode induksi

ini, pertama-tama dimulai dengan penyajian data mentah, kemudian diikuti dengan uraian dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Dalam laporan penelitian ini, aplikasi metode induksi yang menonjol untuk menganalisis data dapat disimak pada bab ketiga dan seterusnya.

3. Metode komparasi Yang dimaksud dengan metode komparasi dalam laporan penelitian ini, adalah cara penguraian data yang dimulai dengan penyajian pendapat para ahli untuk dicari persamaan yang prinsipil dan perbedaannya yang juga prinsipil, setelah hal itu benar-benar diketahui perlu dipertimbangkan secara rasional untuk kemudian diakhiri dengan penarikan suatu

22 Winardi, loc.cit. 23 Sutrisno Hadi, loc.cit.

kisimpulan. Atau paling tidak, diambil satu pendapat yang dipandang paling kuat. 24

Dalam laporan penelitian ini, aplikasi metode komparasi untuk meng- analisis data dapat disimak pada hampir setiap bab ketika peneliti menyajikan pendapat minimal dari dua pakar mengenai urusan yang sama. Pendapat para pakar yang disajikan itu lazim memakai redaksi yang berbeda, dengan kemungkinan unsur-unsur yang dimuatnya adalah sama persis atau ada perbedaan yang signifikan.

G. Prosedur Penelitian

1. Prosedur administratif Prosedur administrasi ini merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti berkaitan dengan ketentuan administrasi kelembagaan untuk mendapatkan legalitas penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peneliti mengurus surat menyurat pada Pusat Penelitian, dan jajaran terkait di STAIN Tulungagung. Ini penting untuk ditempuh, agar bisa diperoleh dana yang memang mendukung kinerja peneliti.

2. Prosedur metodologis Prosedur metodologis merupakan langkah-langkah yang sistematis, terencana, dan mengikuti konsep ilmiah yang peneliti tempuh berkaitan dengan realisasi penelitian dan penyusunan laporan penelitian. Secara

24 Vide, Suharsimi Arikunto, op.cit, hal. 25 dan 209.

garis besar, langkah-langkah dalam prosedur metodologis yang peneliti tempuh terdiri atas :

a. Menyusun proposal penelitian.

b. Menseminarkan proposal penelitian.

c. Merevisi proposal penelitian atas dasar masukan dari seminar.

d. Mengumpulkan dokumen-dokumen kajian ilmiah yang relevan.

e. Membaca dokumen sekaligus membuat catatan-catatan dari dokumen sebagai data mentah yang berupa kartu-kartu ringkasan (resume cards). Dalam langkah ini, secara hirarkhis diterapkan tiga prosedur kerja analisis isi. Pertama, adalah pembentukan data yang meliputi unitisasi, sampling, dan pencatatan. Kedua, adalah reduksi data : menyesuaikan bentuk data yang ada menjadi bentuk data yang memang perlu dianalisis melalui pemberian kode tertentu pada masing-masing resume cards, sehingga terjadi pembuangan data yang dianggap tidak relevan dengan rumusan masalah.

f. Menganalisis data mentah menjadi produk penelitian sesuai dengan urutan rumusan masalah. Ini merupakan prosedur ketiga dari analisis isi untuk mendeskripsikan keterkaitan antar unit sampel dengan setiap rumusan masalah.

g. Menseminarkan produk penelitian.

h. Merevisi produk penelitian atas dasar masukan dari forum seminar.

i. Menyusun, menggandakan, dan mempublikasikan laporan penelitian.

BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Tugas Perkembangan Anak Pandangan para pakar mengenai keberadaan fase perkembangan anak usia 6-11 tahun ternyata amat variatif dengan macam-macam

sebutan. Dicatat oleh Moh. Kasiram, 1 bahwa anak dalam rentang usia 6-11 tahun, secara biologis, dalam pandangan Aristoteles berada pada fase

belajar, dalam pandangan Sigmund Freud berada pada fase latent dengan tanda-tanda dorongan tampak tidak menyolok, dalam pandangan Maria Montesori berada pada fase abstrak dengan tanda-tanda mulai menilai perbuatan manusia atas dasar baik buruk dan mulai timbul insan kamil, dalam pandangan Charlete Buhler berada pada fase memuncaknya minat ke dunia obyektif dan kesadaran akan akunya dengan tanda-tanda pertumbuhan badan yang subur dan kritis terhadap diri sendiri serta pancaroba (strum und drunk); secara didaktis dalam pandangan Johann Amos Comenius berada pada fase scola vermacula (sekolah bahasa ibu), dalam pandangan Jean Jacques Rousseau berada pada masa pendidikan jasmani dan latihan panca indra; dan secara psikis, dalam pandangan Oswald Kroh berada pada fase Trots II (masa keserasian sekolah), dalam pandangan Robert J. Havighurst berada pada fase Middle Childhood (masa sekolah), dalam pandangan Prof. Kohnstamm berada pada fase intelektuil.

1 Vide, Moh. Kasiram, Ilmu Jiwa Perkembangan, Usaha Nasional, Surabaya, n.d, hal. 42-50.

Dan dicatat oleh Elizabeth B. Hurlock, bahwa anak dalam rentang usia 6-

11 tahun ada pada ”akhir masa kanak-kanan (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu matang secara

seksual”. 2 Pendapat yang variatif dari para pakar mengenai keberadaan perkembangan anak usia 6-11 tahun dengan sudut pandang biologis,

didaktis, dan psikis ini manakala dicermati ternyata antar pandangan dapat saling melengkapi.

Dalam usia 6-11 tahun, anak dianggap memiliki empat macam kematangan. Dicatat oleh Singgih D. Gunarsa, 3

bahwa pertama anak dianggap matang secara fisik, yaitu kesanggupan mematuhi tata tertib secara jasmaniah seperti duduk tenang selama pembelajaran berlangsung. Kedua anak dianggap matang secara intelektual, yaitu kesanggupan menerima pelajaran secara sistematis, terus menerus berlanjut, dan menyimpannya dalam memori akal yang kemudian dapat mengingat kembali (tidak pelupa). Ketiga anak dianggap matang secara moral, yaitu kesanggupan menerima pembelajaran mengenai moral sekaligus mengaktualisasikannya, seperti pembelajaran akhlaq karimah. Keempat anak dianggap matang secara sosial, yaitu kesanggupan hidup menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya yang pluralistik. Kondisi ini memerlukan pembinaan dan pendisiplinan yang terencana lagi intensif

2 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, 5 th

ed, terjem. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Erlangga, Jakarta, n.d, hal. 146.

ed, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1982, hal. 10; vide, Moh. Kasiram, op.cit, hal. 75.

3 Vide, Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, 5 th 3 Vide, Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, 5 th

Anak usia 6-11 tahun dapat dimasukkan ke dalam masa sekolah. Dalam pandangan Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, anak-anak dalam masa tersebut dituntut menjalani sembilan macam tugas perkembangan seperti di bawah ini.

1. Belajar ketrampilan fisik untuk permainan biasa.

2. Membentuk sikap sehat mengenai dirinya sendiri.

3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.

4. Belajar peranan jenis yang sesuai dengan jenisnya.

5. Membentuk ketrampilan dasar : membaca, menulis, dan berhitung.

6. Membentuk konsep-konsep yang perlu untuk hidup sehari- sehari.

7. Membentuk hati nurani, nilai moral dan nilai sosial.

8. Memperoleh kebebasan pribadi.

9. Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok sosial lain dan lembaga-lembaga. 4

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4