Pendidikan Inklusif pada Lembaga Pendidi

Pendidikan Inklusif pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
Diajukan untuk Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Apresiasi Bahasa dan
Sastra Indonesia
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Zulela M.S

Oleh
Debora Sekarningrum Asmoro (1815161430)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018

Pendidikan Inklusif pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
Abstrak: Pendidikan inklusif seharusnya dapat dimulai sejak anak usia
dini.

Selain

undang-undang

dan


peraturan

yang

mendukung

terselenggaranya pendidikan anak usia dini, secara konseptual dan
kajian-kajian ilmiah mengenai perkembangan anak, telah menunjukkan
adanya nilai-nilai positif dalam pemberian layanan pendidikan sejak dini.
pengaruh yang paling mengena dan dapat meninggalkan kesan yang
lama dilakukan pada saat yang tepat, yaitu pada masa kritis atau masa
sensitif. Oleh karena itu, perlunya rangsangan diberikan pada usia dini
yang dapat meningkatkan seluruh aspek perkembangan juga didasarkan
pada pandangan tersebut. Keterlambatan atau pengabaian pemberian
rangsangan pada saat yang tepat akan memberi dampak negatif bagi
perkembangan anak.
Kata Kunci: Pendidikan Inklusif, PAUD
yang


Pendahuluan
Dalam

undang-undang

mendukung

terselenggaranya

pendidikan

dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan

anak usia dini, secara konseptual

Undang-Undang nomor 20 tahun

dan

2003 tentang Sistem Pendidikan


mengenai perkembangan anak,

Nasional

telah menunjukkan adanya nilai-

dinyatakan

bahwa

kajian-kajian

positif

dalam

ilmiah

setiap warga Negara mempunyai


nilai

pemberian

kesempatan yang sama untuk

layanan pendidikan sejak dini.

memperoleh pendidikan. Hal ini

Smith (2006) menjelaskan bahwa

menunjukkan

bahwa

anak

pengaruh yang paling mengena


berhak

pula

dan dapat meninggalkan kesan

memperoleh kesempatan yang

yang lama dilakukan pada saat

sama dengan anak lainnya (anak

yang tepat, yaitu pada masa kritis

normal) dalam pendidikan.

atau masa sensitif. Oleh karena

berkelainan


Pendidikan

inklusif

itu,

perlunya

rangsangan

seharusnya dapat dimulai sejak

diberikan pada usia dini yang

anak

Selain

dapat


peraturan

aspek

usia

undangundang

dini.
dan

meningkatkan
perkembangan

seluruh
juga

didasarkan
tersebut.


pada

pandangan

Keterlambatan

jenjang pendidikan yang paling

atau

awal, yaitu dimulai dari jenjang

pemberian

PAUD. Hal ini disebabkan karena

rangsangan pada saat yang tepat

pada saat usia dini, seorang anak


akan memberi dampak negatif

dapat

bagi perkembangan anak.

dengan sangat baik dibandingkan

pengabaian

Pendidikan

menerima

rangsangan

inklusif

setelah anak tersebut menginjak


selayaknya dapat dimulai dari

usia yang lebih tinggi (usia SD).

ABK

memerlukan

(Anak

Berkebutuhan

spesifik

Khusus)
Anak
khusus

berkebutuhan


merupakan istilah lain

pelayanan yang

dan

berbeda

dengan

anak pada umumnya (Depdiknas,
2007).

Anak

berkebutuhan

untuk mengartikan Anak Luar

khusus ini mengalami hambatan

Biasa (ALB) yaitu anak dengan

dalam

karakteristik

yang

perkembangan,

pada

disebabkan karena kurang atau

umumnya, perbedaan tersebut

terlalu berlebihnya potensi yang

terletak

dimiliki sang anak. Oleh sebab itu

berbeda

khusus

dengan
pada

anak
fisik,

mental,

belajar

dan

baik

memerlukan

itu

intelektual, sosial, dan emosional,

mereka

layanan

sehingga memerlukan pelayanan

pendidikan yang sesuai dengan

pendidikan

khusus.

Anak

kebutuhan belajar masing-masing

berkebutuhan

khusus

memiliki

anak.
Secara umum rentangan

karakteristik yang berbeda antara
satu dengan yang lain (Mulyono,

anak

berkebutuhan

khusus

1999 dan Delfi, 2006).

meliputi dua kategori yaitu: anak
anak

yang memiliki kebutuhan khusus

memiliki

yang bersifat permanen, yaitu

apabila

akibat dari kelainan tertentu, dan

dibandingkan dengan pengertian

anak berkebutuhan khusus yang

anak

bersifat temporer, yaitu mereka

Pengertian
berkebutuhan
arti

yang

khusus

lebih

luas

luar

biasa.

Anak

berkebutuhan

khusus

adalah

anak yang dalam pendidikannya

yang

mengalami

hambatan

belajar dan perkembangan yang

disebabkan kondisi dan situasi

teman yang lainnya terutama

lingkungan. Misalnya, anak yang

dukungan dan pengajaran yang

mengalami

dalam

didesain secara khusus yang

akibat

mereka

kesulitan

menyesuaikan

diri

butuhkan

untuk

kerusuhan dan bencana alam,

mencapai standar yang tinggi dan

atau tidak bisa membaca karena

sukses sebagai pembelajar.

kekeliruan guru mengajar, anak

Permendiknas

Nomor

70

yang mengalami kedwibahasaan

Tahun 2009 tentang pendidikan

(perbedaan bahasa di rumah dan

inklusif,

di

pendidikan

sekolah),

anak

yang

mengatakan

mengalami hambatan belajar dan

sistem

perkembangan

pendidikan

karena

isolasi

inklusif

bahwa

merupakan

penyelenggaraan
yang

memberikan

budaya dan karena kemiskinan

kesempatan

dsb. Anak berkebutuhan khusus

peserta

temporer,

tidak

kelainan dan memiliki potensi

yang

kecerdasan

apabila

mendapatkan

intervensi

tepat

sesuai

dan

hambatan

dengan

belajarnya

bias

kepada

semua

yang

memiliki

didik

dan/atau

istimewa

untuk

pendidikan

atau

mengikuti
pembelajaran

menjadi permanen (Depdiknas,

dalam

lingkungan

2007).

secara

bersama-sama

Pengertian Pendidikan Inklusif
Florida

State

University

Center for Prevention & Early
Intervention

Policy

mendefinisikan

(2002)
pendidikan

inklusif sebagai sebuah usaha
untuk membuat para siswa yang
memiliki
tertentu
bersama

ketidakmampuan
pergi

ke

sekolah

teman-teman

dan

sesamanya serta menerima apa
pun dari sekolah seperti teman-

bakat

pendidikan
dengan

peserta didik pada umumnya.
Pendidikan
mempunyai

inklusif

pengertian

yang

beraneka ragam, Stainback dan
Stainback (1990) mengemukakan
bahwa sekolah inklusif adalah
sekolah yang dapat menampung
semua siswa di kelas yang sama.
Pendidikan

inklusi

merupakan

praktek yang bertujuan untuk
pemenuhan hak azasi manusia
atas pendidikan, tanpa adanya

diskriminasi,

dengan

memberi

kesempatan

pendidikan

pendidikan

bagi

anak

yang

berkebutuhan khusus, di mana

berkualitas kepada semua anak

prinsip mendasar dari pendidikan

tanpa

sehingga

inklusif, selama memungkinkan,

memiliki

semua anak atau peserta didik

perkecualian,

semua

anak

kesempatan yang sama untuk

seyogyanya

secara

sama

aktif

potensi

mengembangkan

tanpa

bersama-

memandang

pribadinya

dalam

kesulitan

yang

sama

yang mungkin ada pada mereka.

lingkungan
(Cartwright,
inklusif

belajar

1985)
oleh

didefinisikan

ataupun

perbedaan

Pendidikan

Pendidikan inklusif bukan

Sapon-Sevin

hanya menyediakan akses ke

sebagai

sistem

sekolah umum untuk murid yang

layanan Pendidikan Luar Biasa

sebelumnya telah dikeluarkan. Ini

(PLB)

mempersyaratkan

bukan tentang menutup sistem

agar semua anak luar biasa

penyediaan terpisah yang tidak

dilayani

sekolah-sekolah

dapat diterima dan membuang

terdekat di kelas biasa bersama

para murid itu dalam sistem arus

teman-teman

utama

yang
di

seusianya.

yang

tidak

berubah.

Tarmansyah

(2009)

Sistem sekolah yang ada dalam

mengemukakan

bahwa

hal faktor fisik, aspek kurikulum,

pendidikan

adalah

harapan

inklusi

penempatan

anak

berkelainan

peran

mengajar

dan

kepemimpinan,

gaya,
harus

tingkat ringan, sedang dan berat

berubah. Ini karena pendidikan

secara penuh di kelas regular.

inklusif adalah tentang partisipasi

Salamanca pada Konferensi
Dunia

tentang

Berkebutuhan

Pendidikan

Khusus

yang

diadakan oleh (UNESCO, 1994)
menyatakan bahwa pendidikan
inklusif

merupakan

perkembangan
pendidikan

terkini

pelayanan
dari

model

semua

anak-anak

dan

orang

muda dan penghapusan semua
bentuk

praktik

pengecualian.

(Barton, 1998)
Sebba dan Ainscow (1996)
telah menawarkan definisi inklusi
sebagai

berikut:

Inklusi

menggambarkan proses di mana

sekolah

mencoba

menanggapi
sebagai

untuk

inklusi

siswa

berkelainan ke dalam program

dengan

sekolah regular. Selain itu inklusi

kembali

dapat diartikan sebagai akseptasi

semua
individu

mempertimbangkan
organisasi

dan

pembauran

anak-anak

ketentuan

siswa

dengan

kurikulernya. Melalui proses ini,

dalam

kurikulum,

sekolah

interaksi sosial dan konsep diri

membangun

kapasitasnya

untuk

menerima

sekolah.

Hal

keterbatasan
lingkungan,

yang

senada

semua murid dari komunitas lokal

diungkapkan

yang ingin hadir dan, dengan

dalam Santrock (2014:226) yang

demikian, mengurangi kebutuhan

menyatakan bahwa inklusi berarti

untuk mengecualikan murid.

memberi

Pendapat
pendidikan

lain
inklusi

tentang

dengan

menurut

secara

Nasichin dalam Nur Ratna Juwita
(2010) sebagai pengkajian ulang
menyesuaikan

siswa.

Proses

diri

pada

pembelajaran

inklusi bertujuan untuk mengatasi
berbagai

permasalahan

pendidikan

bagi

melakukan

ABK

kegiatan

yang
belajar

melalui sekolah umum (regular),
dengan

menggunakan

daya

yang

menciptakan

sumber

ada

untuk

kesempatan

bagi

persiapan mereka hidup di dalam
masyarakat.
Konsep
oleh

Smith

Pendidikan

&

Connor

pendidikan

anak

pendidikan

khusus

penuh-waktu

di

kelas

reguler.
Manfaat Pendidikan Inklusif

dan perubahan sistem pendidikan
agar

Valle

Berdasarkan

hasil

penelitian yang dilakukan oleh
banyak ahli, ditemukan bahwa
pendidikan
banyak
siswa

inklusif

manfaat
dan

memiliki

bagi

personil

semua
sekolah

karena berfungsi sebagai sebuah
contoh

atau

model

bagi

masyarakat yang inklusif (Florida
State

University

Center

for

Prevention & Early Intervention
Policy 2002).
Adapun keuntungan dalam

inklusi

dijelaskan

(2006)

sebagai

Inklusi.

Konsep

penyelenggaraan
inklusif adalah:

pendidikan

1) Dalam pendidikan dasar
maupun

menengah,

berkebutuhan

khusus

mendapatkan

pendidikan

ditemukan bahwa prestasi

yang layak sesuai dengan

akademis

kebutuhannya.

sekolah

siswa

pada

inklusif

sama

2) Membantu

mempercepat

dengan atau lebih baik dari

program

pada siswa yang berada di

pendidikan dasar.

sekolah

yang

tidak

wajib

3) Membantu

menerapkan prinsip iklusi

mutu

(Baker, Wang, & Walbreg,

dan

1994).

menekan

2) Adanya penerapan belajar
co-teaching, siswa yang

belajar

meningkatkan

pendidikan
menengah

dasar
dengan

angka

tinggal

kelas dan putus sekolah.
4) Menciptakan

amanat

memiliki ketidakmampuan

Undang-Undang

tertentu dan siswa yang

1945 khususnya pasal 31

lambat dalam menyerap

ayat

informasi

mengalami

‘setiap

dalam

berhak

peningkatan
keterampilan

sosial

dan

yang

peningkatan

warga

dalam

kaitan

diri

dengan

kemampuan

dan

kecerdasan mereka.

Indonesia

inklusif

berbunyi

warga

negara
mendapat

berbunyi

setiap

negara

wajib

mengikuti

pendidikan

dasar

pemerintah

dan

wajib membiayainya. UU
no 20/2003 tentang Sistem

Tujuan Pendidikan Inklusif
Pendidikan

yang

pendidikan, dan ayat 2

semua siswa mengalami
harga

1

Dasar

di

diselenggarakan

Pendidikan

khususnya Pasal 5 ayat 1
yang

dengan tujuan.

Nasional,

berbunyi

setiap

warga negara mempunyai
1) Memberikan

kesempatan

hak

yang

sama

untuk

yang

seluas-luasnya

memperoleh

kepada

semua

yang bermutu. ‘UU No

termasuk

anak
anak

pendidikan

23/2002

tentang

dapat

Anak,

aspek

perlindungan

meningkatkan
perkembangan

khususnya pasal 51 yang

didasarkan

berbunyi

tersebut.

anak

menyandang

yang

cacat

fisik

seluruh

pada

juga

pandangan

Keterlambatan

pengabaian

atau

pemberian

dan atau mental diberikan

rangsangan pada saat yang tepat

kesempatan yang sama

akan memberi dampak negatif

dan

bagi perkembangan anak.

aksessibilitas

memperoleh

untuk

pendidikan

biasa dan pendidikan luar
biasa.
Latar

Prasyarat Pendidikan Inklusif
di PAUD
Salah

Belakang

Pendidikan

Pendidikan

inklusif

karakteristik

terpenting dari sekolah inklusif
adalah

Inklusif di PAUD

satu

satu

komunitas

yang

kohesif, menerima dan responsif

seharusnya dapat dimulai sejak

terhadap

anak usia dini. Selain undang-

siswa. Untuk itu, Sapon-Shevin

undang

yang

(2001) mengemukakan beberapa

terselenggaranya

profil pembelajaran di sekolah

dan

mendukung

peraturan

pendidikan anak usia dini, secara
konseptual

dan

kajian-kajian

ilmiah mengenai perkembangan
anak, telah menunjukkan adanya
nilai-nilai positif dalam pemberian
layanan pendidikan sejak dini.
Smith (2006) menjelaskan bahwa
pengaruh yang paling mengena
dan dapat meninggalkan kesan
yang lama dilakukan pada saat
yang tepat, yaitu pada masa kritis
atau masa sensitif. Oleh karena
itu,

perlunya

rangsangan

diberikan pada usia dini yang

kebutuhan

individual

inklusif, yaitu:
1) Pendidikan inklusif berarti
menciptakan dan menjaga
komunitas
hangat,

kelas

yang

menerima

keanekaragaman,

dan

menghargai perbedaan.
2) Mengajar

kelas

yang

heterogen

memerlukan

perubahan

pelaksanaan

kurikulum

secara

mendasar.
3) Pendidikan inklusif berarti
penyediaan dorongan bagi

guru dan kelasnya secara

kurikulum Program Pembelajaran

terus

Individual

menerus

penghapusan
yang

dan

hambatan

berkaitan

dengan

pendidikan
berprinsip

Konsep

inklusif
pada

4) Pendidikan inklusif berarti
orang

tua

yang

persamaan

mensyaratkan

isolasi profesi.
melibatkan

(PPI).

adanya

penyesuaian model pembelajaran
yang

tanggap

terhadap

secara bermakna dalam

perbedaan individu. Maka PPI

proses perencanaan.

atau IEP menjadi hal yang perlu

Pendidikan

inklusif

masih

mendapat penekanan lebih.

menggunakan kurikulum standar

Kompetensi Guru Pendidikan

nasional yang telah ditetapkan

Inklusif

pemerintah.

Namun

pelaksanaan
kurikulum
inklusif

di

lapangan,

pada

pendidikan

disesuaikan

kemampuan

dan

dengan

karakteristik

Pemerintah

menyatakan

bahwa kurikulum yang dipakai
satuan pendidikan penyelenggara
pendidikan

inklusif

adalah

Kurikulum

Tingkat

Satuan

(KTSP)

yang

mengakomodasi kebutuhan dan
kemampuan peserta didik sesuai
dengan

bakat,

potensinya

minat

Model

dan

kurikulum

pendidikan inklusif terdiri dari; (1)
Model

kurikulum

reguler;

(2)

Model kurikulum reguler dengan
modifikasi;

kompetensi
mutlak

guru

sangatlah

sebagai

syarat

terselenggaranya

pendidikan

inklusif. Menurut Suparno (2001),
secara substansial terdapat dua

peserta didik.

Pendidikan

Pengembangan

dalam

dan

(3)

Model

komponen

utama

dalam

pengembangan kompetensi guru
pendidikan
memiliki
yang

inklusif.

kompetensi

telah

Pertama,
inti

guru

distandarkan

dan

dikembangkan

menjadi

kompetensi guru PAUD/T K/RA,
mencakup

kompetensi

(a)

pedagogik, (b) kepribadian, (c)
sosial,

dan

(d)

profesional,

(Permendiknas No. 16 Tahun
2007).

Kedua,

kekhususan

dalam

kompetensi
pendidikan

inklusif untuk TK, yaitu memiliki

pemahaman

dan

kemampuan

pendidikan

khusus/luar

biasa,

dalam hal; (a) karakteristik dan

yang

kebutuhan

inklusif; (d) Komitmen terhadap

belajar

berkebutuhan

anak

ditugaskan

khusus;

(b)

assesment pembelajaran

anak

Memiliki

jaringan

(c)

dengan

lembaga

lingkungan

relevan;

(f)

berkebutuhan

khusus;

menciptakan

penuntasan

di

wajib

sekolah

belajar;

(e)

kerjasama
lain

Tersedia

yang
sarana

pembelajaran yang ramah; (d)

penunjang yang mudah diakses

program pembelajaran individual;

oleh semua anak; (g) Pihak

dan (e) evaluasi pembelajaran

sekolah

anak berkebutuhan khusus.

sosialisasi

Selain

semua

prasyarat

telah

inklusif;

memperoleh

tentang

(h)

pendidikan

Sekolah

tersebut

yang telah dikemukakan di atas,

telah

untuk menjadi satuan pendidikan

Memenuhi prosedur administrasi

penyelenggara

yang ditentukan.

inklusif

pendidikan

menurut

Pembinaan
beberapa

Direktorat

SLB

(2007)

kriteria

yang

dipenuhi, kriteria tersebut antara
lain: (a) Kesiapan sekolah untuk
menyelenggarakan
pendidikan

program

inklusif

(kepala

sekolah, komite sekolah, guru,
peserta didik, dan orang tua); (b)
Terdapat

anak

berkebutuhan

khusus di lingkungan sekolah; (c)
Tersedia guru pendidikan khusus
(GPK). GPK adalah guru yang
mempunyai
pendidikan

latar

belakang

khusus/pendidikan

luar biasa atau yang pernah
mendapat

pelatihan

tentang

dan

(i)

Penutup

ada
harus

terakreditasi;

Untuk

mewujudkan

pendidikan inklusif di lembaga
PAUD

bukanlah

hal

yang

sederhana, perlu perencanaan
dan

persiapanpersiapan

matang,

diantaranya

yang

meliputi:

penciptaan komunitas kelas yang
hangat,

menerima

keanekaragaman,

dan

menghargai

perbedaan;

perubahan

pelaksanaan

kurikulum

secara

mendasar;

penyiapan guru untuk mengajar
secara

interaktif;

penyediaan

dorongan bagi guru dan kelasnya
secara

terus

menerus

dan

penghapusan

hambatan

yang

Corbett,

Jenny.

2001.

berkaitan dengan isolasi profesi;

Supporting Inclusive Education.

pelibatan

London: RoutledgeFalmer.

orang

bermakna

tua

secara

dalam

proses

perencanaan.

Darma,
dan

Guru dalam seting kelas
inklusif harus menguasai strategi-

Indah

Binahayati

Indonesia.
Depdiknas.

dengan karakteristik kekhususan

Pedoman

anak

Penyelenggaraan

Hal

ini

Rusyidi.

Pelaksanaan Sekolah Inklusi di

strategi pengajaran yang sesuai
didiknya.

Permata,

2007.
Umum
Pendidikan

dikarenakan ABK masing-masing

Inklusif.

mempunyai

Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

karakteristik

pembelajaran

yang

Jakarta:

Direktorat

sangat

Elisa, Syafrida, dan Aryani

berbeda antara individu yang

Tri, W. Sikap Guru Terhadap

satu dengan yang lain walapun

Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari

itu masih dalam satu ketunaan

Faktor

juga.

Surabaya.
Florida

Daftar Pustaka
Alfian. 2013. Pendidikan
Inklusif di Indonesia. Edu-Bio.
Armstrong, Felicity. 2004.
Education.

London:

Pembelajaran
Berkebutuhan
Setting

2009.
Anak

Khusus

Pendidikan

dalam
Inklusi.

Sleman: PT Intan Sejati Klaten.
Bintoro. 2004. Pendidikan
Inklusi.

Republika

http://www.republika.co.id.

University

Intervention Policy. 2002. What is
Inclusion?.
Hajar,

Siti,

dan

Roch

Mulyani. 2017. Analisis Kajian
Teoritis Perbedaan, Persamaan

RoutledgeFalmer.
Delphie.

State

Sikap.

Center for Prevention & Early

Action Research for Inclusive

Bandi,

Pembentuk

Online:

Dan

Inklusi

PelayPendidikan
Anak

Dalam
Dasar

Berkebutuhan

Bagi
Khusus

(ABK). Jurnal Ilmiah Mitra Swara
Ganesha.
Herawati,

Nenden

Pendidikan Inklusif.

Ineu.

Hildayani..

2009.

Penanganan Anak Berkelainan
(Anak

dengan

Khusus).

International journal of Special
Education.

Kebutuhan

Jakarta:

Penerbit

Mudjito,
Pendidikan

Konsep

dan

inklusif.

Jakarta.

Pratiwi, Jamilah Chandra.

Illahi, Muhammad Takdir.
Inklusif

2012.

Badouse Media.

Universitas Terbuka, Depdiknas.
2013. Pendidikan

dkk.

:

Aplikasi.

2015. Sekolah inklusi untuk anak
berkebutuhan

khusus:

Tanggapan terhadap

Jogjakarta: Ar- ruzz media.
Jurnal Pendidikan Khusus.
2010.

Fenomena

Penyelenggaraan

Pendidikan

tantangan

kedepannya. Surakarta.
Sa’ idah, Fatikhatus. 2015.
Implementasi

Program

Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan

Pendidikan Inklusif di Sekolah

Khusus.

Dasar Negeri (SDN) Sumbersari

Kustawan,

Dedy

dan

3 Malang. Malang.

Yani Meiyani. 2013. Mengenal
Pendidikan
Pendidikan

Khusus
Layanan

dan
Khusus

Salim,

2010.

Identifikasi Dan Asesmen Anak
Berkebutuhan Khusus.

Serta Implementasinya. Jakarta

Salim,

Abdul.

2009.

Implementasi Pendidikan Inklusif

Timur: Luxima.
Lukitasari,

Sasadara

Pasca

Permendiknas

Suteng

Tahun 2009.

Sulasmono, dan Ade Iriani. 2017.

Smith,

Wahyu,

Abdul.

Bambang

No.

David.

70

2006.

Evaluasi Implementasi Kebijakan

Inklusi, Sekolah yang Ramah

Pendidikan

Inklusi.

FKIP

untuk

Universitas

Kristen

Satya

Wacana.

(Terjemahan).

Bandung: Penerbit Nuansa.
Stainback,W.

Mdikana,
Mayekiso,

Semua.

Andile

Tokozile.

8:
2007.

Sianback,S.

1990.

Support

Networks for Inclusive Schooling:

”Preservice Educators’ Attitudes

Independent

Toward Inclusive

Education.

Education”.

dan

H.Brooks.

Integrated
Baltimore:

Paul

Supamo.

2001.

Desain

Pembelajaran Untuk Guru TK
Inklusif, Cakrawala Pendidikan,
Jurnal Ilmiah Pendidikan.
Tarmansyah.

2009.

Pelaksanaan Pendidikan Inklusif
di SD Negeri 03 Alai Padang
Utara Kota Padang. Padang :
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan.
Tim Dir Pembinaan SLB.
2007.

Pedoman

Penyelenggaraan

Umum
Pendidikan

Inklusif. Dirjen Mandikdasmen.
Dir Pembinaan SLB.
Tim Dir Pembinaan SLB.
2007. Pengembangan Kurikulum
Pendidikan

Inklusif.

Dirjen

Mandikdasmen: Dir Pembinaan
SLB
Undang-undang Nomor 20
Tahun

2003

Pendidikan

Tentang
Nasional.

Departemen

Sistem
Jakarta:

Pendidikan

Nasional.
UNESCO.
Salamanca

(1994).

Statement

The
and

Framework For Action on Special
Needs Education. Paris : Auth.
Wasliman,

Iim.

2009.

Pendidikan Inklusif Ramah Anak.
Disampaikan pada pengukuhan
Guru Besar Ilmu Administrasi

Pendidikan
Bandung.

STKIP

Persis

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22