efetivitas jamur penecillium pada tanama
EFEKTIVITAS JAMUR Penicillium spp UNTUK PENGENDALIAN
HAMA Lepidiota stigma PADA TANAMAN TEBU
OLEH : NURYATININGSIH, SP.
I. PENDAHULUAN
Tanaman Tebu merupakan salah satu komoditi unggulan/komoditi utama
nasional, dengan sentra penanaman yang cukup luas, seiring dengan adanya
swasembada gula . Organisme pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman. Salah satu OPT penting
tanaman tebu adalah hama Lepidiota stigma. Hama ini menyerang atau
menggerek akar dan pangkal batang sehingga tanaman layu dan menguning,
bagian pangkal batang,perakaran serta tanah disekitarnya terdapat uret/larva
L.stigma. untuk menekan seminimal mungkin serangan hama tersebut
diupayakan dengan cara pengendalian biologi yaitu pengendalian yang
.berorientasi pada pengendalian hayati. Strategi pengendalian hayati dengan
pemanfaatan musuh alami merupakan pengendalian yang tepat guna karena
ramah lingkungan baik dari segi ekologi supaya tetap lestari maupun dalam
jangka panjang lebih aman dan biaya yang relatif murah.
Pemanfaatan musuh alami untuk pengendalian hama L.stigma (uret
tebu ) dengan menggunakan jamur Penicillium spp telah dilakukan pengujian
dilapang Yang bertujuan untuk mengetahui patogenesitas jamur Penicillium
spp. terhadap hama L. stigma pada tanaman tebu dan Untuk mengetahui waktu
aplikasi/pada larva instar berapa dilaksanakan pengendalian yang paling efektif (
Anonim,2012 )
II. Lepidiota stigma SEBAGAI HAMA
Hama L. stigma merupakan hama utama pada tanaman
tebu,karena akibat serangan hama ini menyebabkan kematian tanaman
sehingga dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar .
Dalam sistem klasifikasi, L. stigma menurut Kalshoven(1981)
adalah sebagai berikut : Phylum : Artrhopoda, Kelas : Insecta, Ordo:
Coleoptera, Famili : Melolanthidae/Rutelidae, Genus: Lepidiota Spesies:
Lepidiota stigma F.
Larva ditandai dengan cara pergerakan dan bentuk lubang pelepasan/celah
analseperti huruf V, larva memiliki kepala yang kuat. Badannya gemuk dan
bagian belakang biasanya membengkok. Pertumbuhan tungkai tidak sempurna,
tungkailebih banyak digunakan untuk menggali dari pada untuk berjalan
.
Gambar 1. Larva L.Stigma.
Imago betina meletakkan telurnya dalam tanah yang cukup
lembabdengan kedalaman bervariasi antara 5 – 30 cm. Telur menetas
setelahberumur 1 – 2 minggu. Larva muda memakan sisa-sisa tanaman
yangmati atau akar-akar tanaman di sekitarnya, selanjutnya makin dewasa larva
akan makan perakaran tanaman yang hidup. Larva ini berkembang dalam 3 -4
instar, dimana instar yang paling ganas dan merugikan adalah instar . Masih dalam tabel. siklus
hidup L. Stigma tercantum stadia larva bervariasi tergantung
makanan / nutrisi yang diperoleh. Uraian . Sebelum menjadi pupa. , larva masuk
makin ke dalam tanah untuk mencari lingkungan yang plembab dan relatif aman
dari musuh-musuh alaminya., sebaliknya imago yang baru keluar dari pupa
menuju ke dekat permukaan tanah dan akan segera naik keatas , pada musim
kumbang berterbangan terbesar terjadi pada bulan oktober – bulan nopember,
terbang keluar apabila kondisi lingkungan mulai basah (awal musim hujan).
Tabel Siklus dan Daur Hidup L. stigma
Stadia Jenis Kelamin L. stigma
(hari)
Telur
Larva instar 1
Larva instar 2
Larva instar 3
Pre-pupa
Pupa
Imago
Imago
Jantan (♂)
Betina (♀)
14 hari
35 hari
49 hari
94 hari
10 hari
30 hari
50 hari
61 hari
Total Daur Hidup Jantan (♂)
Betina (♀)
385 hari
397 hari
III. JAMUR Penicillium spp. SEBAGAI MUSUH ALAMI
Klasifikasi/ sistematika dan morfologi jamur Penicillium spp adalah
sebagai berikut: Subdivisi: Deuteromycotina , Kelas: Hyphomycetes, Ordo:
Hyphales (Moniliales), Genus : Penicillium, Spesies : Penicillium spp.
(Burges,1981) .
Gambar 2 : Phialidae jamur Penicillium spp.
Menurut Barnet dan Hunter (1972), warna koloni Penicillium spp pada
media PDA (Potato Dextrose Agar ) berwarna abu-abu kehijauan. setelah 7 hari
pada suhu mencapai 30 – 42 mm , terlihat seperti beludru atau butiran atau
benang wool, kadang menghasilkan sinema pada bagian tepi,mencapai 30-42
mm, terlihat seperti beludru atau butiran atu benang wool. Konidia berwarna hijau
abu- abu dan kadang menghasilkan eksudat bening .Konidiofor dari beberapa
strain ber tumpuk membentuk sinema, kususnya pada bagian tepi koloni. Konidia
terbentuk diujung hifa udara, umumnya 2-3 tingkat percabangan dengan sikat
licin dan pan ang, rata – rata sikat antara 200-400 µm dan lebar 3,5 – 5 µm.
Tumbuh dari(-5) tumbuh dari metula dalam kelompok terdiri dari 3 – 9 berbentuk
seperti ampul µm (-4,5) µm . Perkembangbiakan yang khas dari jamur
Penicillium spp. hampir sama dengan Aspergillus spp., tetapi struktur
morfologinya sangat berbeda.. memproduksi miselium sederhana dan panjang
konidiofor tegak dengan perca bangan dua – tiga menghadap ke ujung, dalam
karakteristik simetris atau tidak simetris berbentuk sapu, percabangan
konidiofor berakhir, pada kelompok phia allid. Penyebaran konidia dalam
rantai mempunyai bentuk yang khusus menyerupai kepala sikat, konidia
berbentuk bulat, oval atau bulat panjang. Morfologi dan biologi menurut( Burges
,1981 ) konidiofor berbentuk seperti sapu ( penicillate ) dengan adanya fialid.
Konidia terdiri dari 1 sel berbentuk bulat atau oval dan berwarna terang. Diameter
konidia yang ditumbuhkan pada media Cabang yang lebih rendah biasanya
berukuran – 3, (10¯¹) 15 – 25 x 3,5 – 4,5 µm, metula biasanya berpasangan
berukuran 3 – 4, 11 – 20 x 3 – 4 µm, silinder 8 – 14 x 2 – 3, konidia membentuk
rantai seperti elips sampai silinder 3-5 (-7,5) x 2, 5 – 3, dengan dinding yang licin
sklerotia berwarna coklat dan lembut, jamur ini menghasilkan sopra lebih
banyak bila dikembangkan di media SDA ( Saburoud Dextrose Agar )
Jamur Penicillium ada 136 spesies, diantara spesies - spesies tersebut
ada 36 spesies yang bersifat enthomopathogenik (Burges 1981), jamur
penicillium yang bersifat enthomopathogenik sudah diuji pada beberapa
serangga tanaman perkebunan dan jamur tersebut dinyatakan berpotensi
sebagai musuh alami karena dapat membunuh serangga hama sebesar lebih
dari 50 % dalam waktu yang telah ditentukan.
IV. EFEKTIVITAS JAMUR Penicillium spp UNTUK PENGENDALIAN
HAMA Lepidiota stigma PADA TANAMAN TEBU
Jamur penicillium merupakan microorganisme yang bersifat saprofit
dan juga berperan sebagai parasit yang dapat menimbulkan penyakit pada
serangga hama diantaranya adalah hama L.stigma (uret tebu ).Jamur
Penicillium spp mampu membunuh larva L.stigma pada minggu ke 1 sampai
ke 8 mortalitas larva L.stigma akibat patogenisitas spora jamur Penicillium spp
pada perlakuan tabur,celup dan kontrol hasilnya adalah sebagai berikut :
hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas larva L. stigma pada
minggu ke 1 , 2, 3 , 4 , sedangkan pada minggu ke 5 tidak memberikan
pengaruh nyata. berpengaruh sangat nyata pada minggu ke 7 dan ke 8.
Hasil uji jarak Duncan 5% menunjukkan bahwa perlakuan tabur
(aplikasi dengan cara penaburan) dengan dosis 250 gram jamur
menunjukkan hasil patogenisitas yang lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan perendaman / celup (dosis 250 gr jamur Penicillium spp. yang
disuspensikan kedalam 2500 ml air / juring ). Uji efektifitas jamur Penicillium
spp. terhadap L. stigma pada pengama tan minggu ke 1 sampai terakhir
pengamatan minggu ke 8 mortalitas larva sema kin meningkat tampak
tertinggi mortalitasnya . Pada kontrol dari pengamatan 1 sampai ke 8 (
delapan minggu ) tidak ada yang tampak gejala terinfeksi jamur
Penicillium spp. Hal ini karena tidak ada kontak spora sehingga tampak
sangat berbeda nyata antara tanaman uji yang diberi perlakuan jamur
Penicillium spp. Dengan tanpa perlakuan (kontrol).
Jamur dapat menyerang atau menginfeksi inang nya dengan cara
lewat oral / mulut melalui makanan yang sudah
mengandung jamur
tersebut , setelah makanan tertelan oleh serangga hama kemudian jamur
menyerang haemocol / membran darah lalu serangga mati kaku seper ti mumi
/ terjadi mumifikasi dan jamur juga bisa menyerang melalui kontak spora yaitu
dengan cara spora / konidia menempel pada kutikula kemudian spora
berkecambah ,membentuk benang – benang hifa kemudian menembus
kedalam tubuh dan menyerang haemocol / membran darah dan kemudian
serangga hama mati kaku setelah itu jamur berkembang dan menembus
keluar kutikula membentuk sinema – sinema ,kemudian membetuk benang –
benang hifa berwarna putih yang menyelimuti tubuh serangga ,lalu benang –
benang hifa membentuk konidiofor dan konidia/spora yang berwarna hijau
keabuan. Hasil pengamatan pendahuluan (sebelum aplikasi) sangat beragam
ada L1, L 2, L 3 dan L3 tua menjelang prepupa, keragaman instar larva tidak
berpengaruh dengan tingkat mortalitasnya . Tersaji pada grafik ( gambar 3 ).
Gambar 3 : Grafik persentase mortalitas larva terinfeksi Penicillium spp
Patogenesitas jamur Penicillium spp pada larva L.stigma dalam
pengamatan selama pengujian larva yang terinfeksi terdapat timbulnya gejala
serangan yang ditandai aktifitas gerakannya semakin lamban dan
kemampuan makan nya cenderung menurun. Gabriel dan Riyatno (1989 )
menyatakan bahwa larva yang terinfeksi jamur tidak mampu membentuk
jaringan yang baru untuk mengganti jaringan lama yang mengalami kerusakan
, hal tersebut karena spora jamur entomopatogen yang masuk kedalam tubuh
larva sudah menghambat proses transportasi makanan didalam tubuh larva.
Perlakuan tabur lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan rendam ( celup )
hal ini disebabkan karena jamur yang ditabur dilapangan kesempatan
berkembang lebih banyak dan lebih cepat sehingga kesempatan menginfeksi
larva lebih tinggi karena penularan jamur entomopatogen terhadap inangnya
dapat melalui kontak spora antara jamur dengan larva atau lewat oral
(termakannya jamur melalui makanan). Mortalitas larva tertinggi terjadi pada
minggu kedelapan mencapai 86,66 % yang terdapat pada perlakuan
penaburan / tabur. Jamur akan aktif jika sporanya menyentuh langsung
tubuh larva. Apabila kondisi lingkungan ( suhu dan kelembaban ) sesuai
maka spora akan berkecambah yang diawali dengan pembentukan tabung
kecambah . Selanjutnya tabung kecambah akan memanjang menembus kulit
/ kutikula larva menuju “haemocoel dan kemudian berkembang membentuk
hifa dan mengikuti aliran darah . Hifa menyebar ke se luruh bagian dalam
tubuh larva, hifa terus berkembang membentuk tangkai spora yang
mengeluarkan racun yang mematikan sel – sel larva. Kerusakan pada struktur
membran sel menyebabkan sel – sel kehilangan air sehingga larva mati.
Setelah larva mati hifa terus berkembang dan menembus kebagian luar tubuh
larva melalui lubang – lubang yang ada dipermukaan tubuh larva akibatnya
larva terinfeksi jamur, larva mati tubuhnya mengeras, kaku, dan busuk kering.
Tubuh larva mula mula berwarna putih kemudian berubah menjadi hijau
(gambar 4 )
Gambar 4 : Larva L.stigma mati terinfeksi jamur Penicillium spp
Jamur Penicillium spp dinyatakan memenuhi syarat untuk dijadikan
sebagai APH (Agens Pengendalian Hayati ) karena patogenisitasnya sudah
mencapai lebih dari 50 % dalam waktu yang telah ditentukan (8 minggu).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012 . Uji Lapang Jamur Penicillium spp Untuk Pengendalian Hama Lepidiota stigma ( uret
akar ) Pada Tanaman Tebu. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP )
Surabaya .
Barry, BH, and H. I. Barnet. 1972. Illustrated Genera Of Imperfect Fungi. Burgess Publishing
Company. United States of America
Burges, H. D. 1981. Microbial Control Of Pest And Plant Diseases. Academic Press. New York and
London. Hal 386
Gabriel, B. P. Dan Riyatno, 1989 . Metarhizium anisopliae Taksonomi, Patologi, Produksi dan
Aplikasinya. Proyek Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan Direktorat Perlindungan
Tanaman Perkebunan . Ditjen Perkebunan. Departemen Pertanian . Jakarta
Kalshoven, L.G.E.,1981, Pest of Crops in Indonesia Direvisi dan diterjemahkan oleh P.A. Vanderlaan,
PT Ichtiar Baru- Hoeve.Jakarta.701 P
Kalshoven , L . G . E , 1981.Pest of Crops in Indonesia Direvisi dan Diterjemahkan oleh P . A .
Vanderlaan . PT Ichtiar Baru – Hoeve . Jakarta . 701 P
Moenandir . J . 1983 . Bercocok Tanam Tebu ( Saccharum officinarum L) Penyuluhan Dalam Rangka
Bakti Sosial Masyarakat di Desa Petung Sewu, Kecamatan Wagir , Kabupaten Malang 23 Mei 1993 .
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian.Universitas Brawijaya Malang.
Notojoewono . 1975 . Pengenalan dan Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L ) di Lahan
Kering . Badan Litbang Pertanian II ( 2 ) . Hal 78 – 80 .
Wiriatmojo, Boedijono. 1979 . Beberapa Masalah yang Dihadapi Dalam Pemberantasan Uret Pada
Tanaman Tebu ,BP3G 77 . Hal 1 – 13 .
HAMA Lepidiota stigma PADA TANAMAN TEBU
OLEH : NURYATININGSIH, SP.
I. PENDAHULUAN
Tanaman Tebu merupakan salah satu komoditi unggulan/komoditi utama
nasional, dengan sentra penanaman yang cukup luas, seiring dengan adanya
swasembada gula . Organisme pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman. Salah satu OPT penting
tanaman tebu adalah hama Lepidiota stigma. Hama ini menyerang atau
menggerek akar dan pangkal batang sehingga tanaman layu dan menguning,
bagian pangkal batang,perakaran serta tanah disekitarnya terdapat uret/larva
L.stigma. untuk menekan seminimal mungkin serangan hama tersebut
diupayakan dengan cara pengendalian biologi yaitu pengendalian yang
.berorientasi pada pengendalian hayati. Strategi pengendalian hayati dengan
pemanfaatan musuh alami merupakan pengendalian yang tepat guna karena
ramah lingkungan baik dari segi ekologi supaya tetap lestari maupun dalam
jangka panjang lebih aman dan biaya yang relatif murah.
Pemanfaatan musuh alami untuk pengendalian hama L.stigma (uret
tebu ) dengan menggunakan jamur Penicillium spp telah dilakukan pengujian
dilapang Yang bertujuan untuk mengetahui patogenesitas jamur Penicillium
spp. terhadap hama L. stigma pada tanaman tebu dan Untuk mengetahui waktu
aplikasi/pada larva instar berapa dilaksanakan pengendalian yang paling efektif (
Anonim,2012 )
II. Lepidiota stigma SEBAGAI HAMA
Hama L. stigma merupakan hama utama pada tanaman
tebu,karena akibat serangan hama ini menyebabkan kematian tanaman
sehingga dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar .
Dalam sistem klasifikasi, L. stigma menurut Kalshoven(1981)
adalah sebagai berikut : Phylum : Artrhopoda, Kelas : Insecta, Ordo:
Coleoptera, Famili : Melolanthidae/Rutelidae, Genus: Lepidiota Spesies:
Lepidiota stigma F.
Larva ditandai dengan cara pergerakan dan bentuk lubang pelepasan/celah
analseperti huruf V, larva memiliki kepala yang kuat. Badannya gemuk dan
bagian belakang biasanya membengkok. Pertumbuhan tungkai tidak sempurna,
tungkailebih banyak digunakan untuk menggali dari pada untuk berjalan
.
Gambar 1. Larva L.Stigma.
Imago betina meletakkan telurnya dalam tanah yang cukup
lembabdengan kedalaman bervariasi antara 5 – 30 cm. Telur menetas
setelahberumur 1 – 2 minggu. Larva muda memakan sisa-sisa tanaman
yangmati atau akar-akar tanaman di sekitarnya, selanjutnya makin dewasa larva
akan makan perakaran tanaman yang hidup. Larva ini berkembang dalam 3 -4
instar, dimana instar yang paling ganas dan merugikan adalah instar . Masih dalam tabel. siklus
hidup L. Stigma tercantum stadia larva bervariasi tergantung
makanan / nutrisi yang diperoleh. Uraian . Sebelum menjadi pupa. , larva masuk
makin ke dalam tanah untuk mencari lingkungan yang plembab dan relatif aman
dari musuh-musuh alaminya., sebaliknya imago yang baru keluar dari pupa
menuju ke dekat permukaan tanah dan akan segera naik keatas , pada musim
kumbang berterbangan terbesar terjadi pada bulan oktober – bulan nopember,
terbang keluar apabila kondisi lingkungan mulai basah (awal musim hujan).
Tabel Siklus dan Daur Hidup L. stigma
Stadia Jenis Kelamin L. stigma
(hari)
Telur
Larva instar 1
Larva instar 2
Larva instar 3
Pre-pupa
Pupa
Imago
Imago
Jantan (♂)
Betina (♀)
14 hari
35 hari
49 hari
94 hari
10 hari
30 hari
50 hari
61 hari
Total Daur Hidup Jantan (♂)
Betina (♀)
385 hari
397 hari
III. JAMUR Penicillium spp. SEBAGAI MUSUH ALAMI
Klasifikasi/ sistematika dan morfologi jamur Penicillium spp adalah
sebagai berikut: Subdivisi: Deuteromycotina , Kelas: Hyphomycetes, Ordo:
Hyphales (Moniliales), Genus : Penicillium, Spesies : Penicillium spp.
(Burges,1981) .
Gambar 2 : Phialidae jamur Penicillium spp.
Menurut Barnet dan Hunter (1972), warna koloni Penicillium spp pada
media PDA (Potato Dextrose Agar ) berwarna abu-abu kehijauan. setelah 7 hari
pada suhu mencapai 30 – 42 mm , terlihat seperti beludru atau butiran atau
benang wool, kadang menghasilkan sinema pada bagian tepi,mencapai 30-42
mm, terlihat seperti beludru atau butiran atu benang wool. Konidia berwarna hijau
abu- abu dan kadang menghasilkan eksudat bening .Konidiofor dari beberapa
strain ber tumpuk membentuk sinema, kususnya pada bagian tepi koloni. Konidia
terbentuk diujung hifa udara, umumnya 2-3 tingkat percabangan dengan sikat
licin dan pan ang, rata – rata sikat antara 200-400 µm dan lebar 3,5 – 5 µm.
Tumbuh dari(-5) tumbuh dari metula dalam kelompok terdiri dari 3 – 9 berbentuk
seperti ampul µm (-4,5) µm . Perkembangbiakan yang khas dari jamur
Penicillium spp. hampir sama dengan Aspergillus spp., tetapi struktur
morfologinya sangat berbeda.. memproduksi miselium sederhana dan panjang
konidiofor tegak dengan perca bangan dua – tiga menghadap ke ujung, dalam
karakteristik simetris atau tidak simetris berbentuk sapu, percabangan
konidiofor berakhir, pada kelompok phia allid. Penyebaran konidia dalam
rantai mempunyai bentuk yang khusus menyerupai kepala sikat, konidia
berbentuk bulat, oval atau bulat panjang. Morfologi dan biologi menurut( Burges
,1981 ) konidiofor berbentuk seperti sapu ( penicillate ) dengan adanya fialid.
Konidia terdiri dari 1 sel berbentuk bulat atau oval dan berwarna terang. Diameter
konidia yang ditumbuhkan pada media Cabang yang lebih rendah biasanya
berukuran – 3, (10¯¹) 15 – 25 x 3,5 – 4,5 µm, metula biasanya berpasangan
berukuran 3 – 4, 11 – 20 x 3 – 4 µm, silinder 8 – 14 x 2 – 3, konidia membentuk
rantai seperti elips sampai silinder 3-5 (-7,5) x 2, 5 – 3, dengan dinding yang licin
sklerotia berwarna coklat dan lembut, jamur ini menghasilkan sopra lebih
banyak bila dikembangkan di media SDA ( Saburoud Dextrose Agar )
Jamur Penicillium ada 136 spesies, diantara spesies - spesies tersebut
ada 36 spesies yang bersifat enthomopathogenik (Burges 1981), jamur
penicillium yang bersifat enthomopathogenik sudah diuji pada beberapa
serangga tanaman perkebunan dan jamur tersebut dinyatakan berpotensi
sebagai musuh alami karena dapat membunuh serangga hama sebesar lebih
dari 50 % dalam waktu yang telah ditentukan.
IV. EFEKTIVITAS JAMUR Penicillium spp UNTUK PENGENDALIAN
HAMA Lepidiota stigma PADA TANAMAN TEBU
Jamur penicillium merupakan microorganisme yang bersifat saprofit
dan juga berperan sebagai parasit yang dapat menimbulkan penyakit pada
serangga hama diantaranya adalah hama L.stigma (uret tebu ).Jamur
Penicillium spp mampu membunuh larva L.stigma pada minggu ke 1 sampai
ke 8 mortalitas larva L.stigma akibat patogenisitas spora jamur Penicillium spp
pada perlakuan tabur,celup dan kontrol hasilnya adalah sebagai berikut :
hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas larva L. stigma pada
minggu ke 1 , 2, 3 , 4 , sedangkan pada minggu ke 5 tidak memberikan
pengaruh nyata. berpengaruh sangat nyata pada minggu ke 7 dan ke 8.
Hasil uji jarak Duncan 5% menunjukkan bahwa perlakuan tabur
(aplikasi dengan cara penaburan) dengan dosis 250 gram jamur
menunjukkan hasil patogenisitas yang lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan perendaman / celup (dosis 250 gr jamur Penicillium spp. yang
disuspensikan kedalam 2500 ml air / juring ). Uji efektifitas jamur Penicillium
spp. terhadap L. stigma pada pengama tan minggu ke 1 sampai terakhir
pengamatan minggu ke 8 mortalitas larva sema kin meningkat tampak
tertinggi mortalitasnya . Pada kontrol dari pengamatan 1 sampai ke 8 (
delapan minggu ) tidak ada yang tampak gejala terinfeksi jamur
Penicillium spp. Hal ini karena tidak ada kontak spora sehingga tampak
sangat berbeda nyata antara tanaman uji yang diberi perlakuan jamur
Penicillium spp. Dengan tanpa perlakuan (kontrol).
Jamur dapat menyerang atau menginfeksi inang nya dengan cara
lewat oral / mulut melalui makanan yang sudah
mengandung jamur
tersebut , setelah makanan tertelan oleh serangga hama kemudian jamur
menyerang haemocol / membran darah lalu serangga mati kaku seper ti mumi
/ terjadi mumifikasi dan jamur juga bisa menyerang melalui kontak spora yaitu
dengan cara spora / konidia menempel pada kutikula kemudian spora
berkecambah ,membentuk benang – benang hifa kemudian menembus
kedalam tubuh dan menyerang haemocol / membran darah dan kemudian
serangga hama mati kaku setelah itu jamur berkembang dan menembus
keluar kutikula membentuk sinema – sinema ,kemudian membetuk benang –
benang hifa berwarna putih yang menyelimuti tubuh serangga ,lalu benang –
benang hifa membentuk konidiofor dan konidia/spora yang berwarna hijau
keabuan. Hasil pengamatan pendahuluan (sebelum aplikasi) sangat beragam
ada L1, L 2, L 3 dan L3 tua menjelang prepupa, keragaman instar larva tidak
berpengaruh dengan tingkat mortalitasnya . Tersaji pada grafik ( gambar 3 ).
Gambar 3 : Grafik persentase mortalitas larva terinfeksi Penicillium spp
Patogenesitas jamur Penicillium spp pada larva L.stigma dalam
pengamatan selama pengujian larva yang terinfeksi terdapat timbulnya gejala
serangan yang ditandai aktifitas gerakannya semakin lamban dan
kemampuan makan nya cenderung menurun. Gabriel dan Riyatno (1989 )
menyatakan bahwa larva yang terinfeksi jamur tidak mampu membentuk
jaringan yang baru untuk mengganti jaringan lama yang mengalami kerusakan
, hal tersebut karena spora jamur entomopatogen yang masuk kedalam tubuh
larva sudah menghambat proses transportasi makanan didalam tubuh larva.
Perlakuan tabur lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan rendam ( celup )
hal ini disebabkan karena jamur yang ditabur dilapangan kesempatan
berkembang lebih banyak dan lebih cepat sehingga kesempatan menginfeksi
larva lebih tinggi karena penularan jamur entomopatogen terhadap inangnya
dapat melalui kontak spora antara jamur dengan larva atau lewat oral
(termakannya jamur melalui makanan). Mortalitas larva tertinggi terjadi pada
minggu kedelapan mencapai 86,66 % yang terdapat pada perlakuan
penaburan / tabur. Jamur akan aktif jika sporanya menyentuh langsung
tubuh larva. Apabila kondisi lingkungan ( suhu dan kelembaban ) sesuai
maka spora akan berkecambah yang diawali dengan pembentukan tabung
kecambah . Selanjutnya tabung kecambah akan memanjang menembus kulit
/ kutikula larva menuju “haemocoel dan kemudian berkembang membentuk
hifa dan mengikuti aliran darah . Hifa menyebar ke se luruh bagian dalam
tubuh larva, hifa terus berkembang membentuk tangkai spora yang
mengeluarkan racun yang mematikan sel – sel larva. Kerusakan pada struktur
membran sel menyebabkan sel – sel kehilangan air sehingga larva mati.
Setelah larva mati hifa terus berkembang dan menembus kebagian luar tubuh
larva melalui lubang – lubang yang ada dipermukaan tubuh larva akibatnya
larva terinfeksi jamur, larva mati tubuhnya mengeras, kaku, dan busuk kering.
Tubuh larva mula mula berwarna putih kemudian berubah menjadi hijau
(gambar 4 )
Gambar 4 : Larva L.stigma mati terinfeksi jamur Penicillium spp
Jamur Penicillium spp dinyatakan memenuhi syarat untuk dijadikan
sebagai APH (Agens Pengendalian Hayati ) karena patogenisitasnya sudah
mencapai lebih dari 50 % dalam waktu yang telah ditentukan (8 minggu).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012 . Uji Lapang Jamur Penicillium spp Untuk Pengendalian Hama Lepidiota stigma ( uret
akar ) Pada Tanaman Tebu. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP )
Surabaya .
Barry, BH, and H. I. Barnet. 1972. Illustrated Genera Of Imperfect Fungi. Burgess Publishing
Company. United States of America
Burges, H. D. 1981. Microbial Control Of Pest And Plant Diseases. Academic Press. New York and
London. Hal 386
Gabriel, B. P. Dan Riyatno, 1989 . Metarhizium anisopliae Taksonomi, Patologi, Produksi dan
Aplikasinya. Proyek Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan Direktorat Perlindungan
Tanaman Perkebunan . Ditjen Perkebunan. Departemen Pertanian . Jakarta
Kalshoven, L.G.E.,1981, Pest of Crops in Indonesia Direvisi dan diterjemahkan oleh P.A. Vanderlaan,
PT Ichtiar Baru- Hoeve.Jakarta.701 P
Kalshoven , L . G . E , 1981.Pest of Crops in Indonesia Direvisi dan Diterjemahkan oleh P . A .
Vanderlaan . PT Ichtiar Baru – Hoeve . Jakarta . 701 P
Moenandir . J . 1983 . Bercocok Tanam Tebu ( Saccharum officinarum L) Penyuluhan Dalam Rangka
Bakti Sosial Masyarakat di Desa Petung Sewu, Kecamatan Wagir , Kabupaten Malang 23 Mei 1993 .
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian.Universitas Brawijaya Malang.
Notojoewono . 1975 . Pengenalan dan Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L ) di Lahan
Kering . Badan Litbang Pertanian II ( 2 ) . Hal 78 – 80 .
Wiriatmojo, Boedijono. 1979 . Beberapa Masalah yang Dihadapi Dalam Pemberantasan Uret Pada
Tanaman Tebu ,BP3G 77 . Hal 1 – 13 .