Struktur Ginjal dan Fungsinya Indonesia

Struktur Ginjal dan Fungsinya

I. Jaringan ikat pembungkus menyelubungi ginjal, terdiri dari:
1. Fasia renal merupakan pembungkus terluar yang mempertahankan posisi organ.
2. Lemak perirenal adalah jaringan adiposa yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal
dan mempertahankan ginjal tetap pada posisinya.
3. Kapsul fibrosa adalah membran halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dapat dengan
mudah dilepas.
4. Hilus adalah tingkat cekungan tepi ginjal.
5. Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlekatan
untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena, arteri renalis, saraf, dan limfatik.

6. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks
mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urin pada ginjal. Setiap kaliks mayor
bercabang menjadi beberapa (8 sampai 18) kaliks minor.
7. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini terbagi
menjadi medula dalam dan korteks luar.



Medula terdiri dari massa-massa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari tiap

piramida, papila, masuk dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus oleh mulut duktus pengumpul
urin.



Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit struktural dan fungsional
ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida medula yang bersebelahan untuk
membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulus-tubulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus
pengumpul.

Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling
berlekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.
B. Struktur Mikro
Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urin. Setiap nefron memiliki
satu komponen vaskular (piler) dan satu komponen tubular.
Ø Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda yang disebut kapsula
Bowman. Glomerulus dan kapsula Bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal.
a. Lapisan viseral kapsula Bowman adalah lapisan internal epitelium. Sel-sel lapisan viseral dimodifikasi
menjadi podosit (sel-sel seperti “kaki”) yaitu sel-sel epitel khusus di sekitar kapiler glomerular.



Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar kapiler glomerular melalui beberapa prosesus primer
panjang yang mengandung prosesus sekunder yang disebut prosesus kaki atau pedikel (“kaki kecil”).



Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosesus yang sama dari podosit tetangga. Ruang
sempit antar pedikel-pedikel yang berinterdigitasi disebut filtration slits (pori-pori dan celah) yang
lebarnya sekitar 25 nm. Setiap pori dilapisi selapis membran tipis yang memungkinkan aliran beberapa
molekul dan menahan aliran molekul lainnya.



Barier filtrasi glomerular adalah barier jaringan yang memisahkan darah dalam kapiler glomerular dari
ruang dalam kapsula Bowman. Barier ini terdiri dari endotelium kapiler, membran dasar (lamina basalis)
kapiler, dan filtration slit.

b. Lapisan parietal kapsula Bowman membentuk tepi luar korpuskel ginjal.



Pada kutub vaskular korpuskel ginjal, arteriola aferen masuk ke glomerulus dan arteriola eferen keluar
dari glomerulus.



Pada kutub urinarius korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran yang masuk ke tubulus kontortus
proksimal.



Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang
menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitel kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush border)
dan memperluas area permukaan lumen.



Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa Henle yang masuk ke
dalam medula, membentuk lengkungan jepit yang tajam (lekukan) dan membalik ke atas membentuk
tungkai asenden ansa Henle.


1. Nefron korteks terletak di bagiam terluar korteks. Nefron ini memiliki lekukan pendek yang memanjang
ke sepertiga bagian atas medula.
2. Nefron juktamedular terletak di dekat medulla. Nefron ini memiliki lekukan panjang yang menjulur ke
dalam piramida medula.
3. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir
nefron.



Di sepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding arterio aferen. Bagian tubulus yang
bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut macula densa. Macula densa
berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh penurunan ion natrium.



Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densa mengandung sel-sel otot polos
termodifikasi yang disebut sel juktaglomerular. Sel ini distimulasi melalui penurunan tekanan darah
untuk memproduksi rennin.




Macula densa, sel juktaglomerular, dan sel mesangium saling bekerja sama untuk membentuk aparatus
juktaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.

Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul berdesenden di korteks, maka tubulus
tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul
besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urin ke dalam kaliks
minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urin dialirkan ke
ureter yang mengarah ke kandung kemih (vesika urinaria).

Struktur dan Fungsi Hati

Struktur dan fungsi hari sangat penting dipelajari. Hati adalah organ sentral dalam metabolisme di
tubuh. Walaupun hanya membentuk 2% dari berat tubuh total, hati menerima 1500 ml darah per menit
atau sekitar 28% dari curah jantung, agar dapat melaksanakan fungsinya. Berdasarkan fungsinya, hati juga
termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah
beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan a monia, urea, dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses
detoksifikasi. Hati melakukan berbagai proses metabolik terhadap konstituen–konstituen darah yang mengalir
sebagai produk sisa atau zat gizi, dan sebaliknya banyak aktivitas hati secara langsung tercermin dalam

beberapa zat yang yang beredar dalam darah dan juga terdapat dalam cairan tubuh lain ( Ronal. AS dan
Richard. AM, 2004).
Hati menghasilkan empedu yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu berasal dari hemoglobin sel
darah merah yang telah tua. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit. Zat ini disimpan di dalam
kantong empedu. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan
biliverdin. Empedu yang disekresikan berfungsi untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu
daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air.
Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita
menjadi kekuningan. ( Ronal.AS dan Richard. AM, 2004).
Hati juga menghasilkan enzim arginase yang dapat mengubah arginin menjadi ornitin dan urea.
Ornitin yang terbentuk dapat mengikat NH3 dan

CO2 yang bersifat racun.

Fungsi lain dari hati adalah

mengubah glukosa yang diambil dari darah menjadi glikogen yang disimpan di sel-sel hati. Glikogen
akan dirombak kembali menjadi glukosa oleh enzim amilase dan dilepaskan ke darah sebagai

respon


meningkatnya kebutuhan energi oleh tubuh ( Ronal.AS dan Richard. AM, 2004).
Hati yang normal memiliki konsistensi yang halus dan kenyal bila disentuh, apabila hati terinfeksi
suatu penyakit, maka akan terjadi pembengkakan. Akibat pembengkakan yang terjadi, sel hati akan mulai
mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke darah. Dengan adanya peningkatan jumlah enzim ini dapat
membantu mendiagnosis adanya gangguan fungsi hati. Konsentrasi enzim yang lebih tinggi dari normal,
menandakan hati mulai rusak. Perubahan dan kerusakan hati meningkat dengan adanya perkembangan
penyakit. Setelah membengkak, hati melakukan perbaikan dengan membentuk bekas luka atau parut kecil,

parut ini disebut fibrosis. Semakin meningkat kerusakan yang terjadi, semakin banyak parut yang terbentuk
dan dalam tahap selanjutnya disebut sirosis (Ronal.AS dan Richard. AM, 2004).
Penyakit yang dapat mempengaruhi hati meliputi kelainan sekunder pada berbagai penyakit sistemik
dan

kelainan

primer

yang lebih


spesifik

bagi

hati. Salah satu klasifikasi

gangguan

hati yang

bermanfaat adalah klasifikasi berdasarkan sistem anatomik yang terkena – sirkulasi, sistem empedu,
atau sel hati (Ronal.AS dan Richard. AM, 2004).
Penggunaan suplemen berenergi yang terlalu sering dalam jangka waktu yang lama dan dengan
dosis tertentu dapat menyebabkan adanya gangguan fungsi hati. Hal itu dikarenakan, kandungan yang
terdapat di dalam suplemen berenergi sepeti kafein, taurin dan vitamin. Kelebihan kafein , taurin dan
vitamin

akan disimpan oleh tubuh di dalam hati, apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka akan

memperberat kerja hati dan menyebabkan terjadinya gangguan fungsi hati. Dimana keadaan itu ditandai

dengan adanya peningkatan enzim SGPT, maka pemeriksaan laboratorium yang dapat

digunakan untuk

mendiagnosis adanya gangguan fungsi hati tersebut adalah dengan memeriksa kadar SGPTnya.

Struktur dan Anatomi Kulit
Anatomi Kulit – Sahabat Pustakers, setelah membahas mengenai anatomi telinga, maka pada kesempatan kali
ini Pustaka Sekolah akan share mengenai struktur dan anatomi Kulit. Kulit atau indra peraba merupakan
komponen penting dalam organ tubuh kita, karena peranannya disamping sebagai indra peraba, juga berfungsi
aktif melindungi dan menyelimuti organ tubuh kita yang lain.

Lapisan kulit manusia terdiri atas beberapa lapisan, yaitu :

Epidermis (Kutikula)
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm
terdiri atas beberapa lapisan, yaitu a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk ; b) Stratum
lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut ; c) Stratum granulosum, yang
menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin ; d) Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai
sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah.

Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan.
Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus
yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari
protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya
seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis.
Lapisan dermis terdiri atas beberapa bagian, yaitu a)Akar Rambut ;
Pembuluh Darah ;

Kelenjar Minyak
glandula sebasea) ;
Kelenjar Keringat (glandula sudorifera) ;
Serabut Saraf
Pada lapisan dermis kulit terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf
tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya. Oleh karena itu kulit merupakan organ
terluas dimana pada organ ini terdapat reseptor panas (ruffini), tekanan (paccini), dingin (krause), rasa nyeri
atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan (meissner). Jika Anda ingin mengetahui tekstur dari suatu
permukaan, seperti halus atau kasar benda, maka dapat Anda lakukan dengan merabanya. Inilah fungsi kulit
sebagai indera peraba. Kulit kita mempunyai kepekaan terhadap rangsang seperti panas, dingin, tekanan,
sentuhan dan rasa sakit karena di bagian tersebut banyak terdapat saraf-saraf sensori yang bekerja secara

spesifik, misalnya rangsang sentuhan diterima oleh reseptor korpuskel meissner, rangsang tekanan diterima oleh
reseptor korpuskel paccini, dan rangsang dingin diterima oleh reseptor ruffini.
Permukaan kulit mengandung saraf-saraf yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda. Ujung saraf
tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Paccini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan berupa tekanan, letaknya di
sekitar akar rambut.
2. Ruffini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan panas.
3. Meisner, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap sentuhan.
4. Krause, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap rangsangan dingin.

5. Lempeng Merkel, merupakan ujung perasa sentuhan dan tekanan ringan, terletak dekat permukaan kulit.
6. Ujung saraf tanpa selaput, merupakan ujung saraf perasa nyeri.
Okk demikianlah sedikit artikel mengenai struktur dan anatomi Kulit, semoga artikel ini tentunya memberikan
informasi yang bermanfaat bagi kita semua.[ps]

Struktur dan Fungsi Paru-Paru



 Sebagai pintu masuk ke jalan udara pernapasan adalah rongga
hidung.terdapat 3 fungsi rongga hidung yaitu :

o Memanaskan udara
o Melembabkan udara
o Menyaring udara



 Struktur jalan udara pernapasan menurut wiebel :

o trakea

o
o
o
o
o
o

bronchus
bronchioles
bronchiolus terminalis
bronchiolus respiratoris
ductus alveolaris
saccus alveolaris




Fungsi utama paru- paru :untuk pertukaran gas yaitu
berpindahnya O2 dari udara ke dalam darah vena dan berpindahnya
CO2 dari darah keluar.
Fungsi respirasi di bagi atas 3 yaitu :

1.Ventilasi paru-paru adalah tempat masuk dan keluarnya udara antara
atmosfir dan alveoli
2.Difusi dari O2 dan CO2 antara alveoli dan darah
3.Transport O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh ke sel-sel.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24